Anda di halaman 1dari 2

Teks Autobiografi Bahasa Indonesia

Nama saya Aisyah Fauziyah, saya lahir di Jakarta, 7 Januari 2003. Saya adalah anak
kedua dari dua bersaudara, seorang anak dari pasangan Dito Praneswara dan Dewi
Damayanti. Sejak kecil, saya terbiasa dipanggil dengan nama Iis. Terlahir dalam
keluarga sederhana dengan ayah bekerja sebagai karyawan swasta dan ibu sebagai
ibu rumah tangga.
Dahulu, saya bersekolah di SDN Pondok Pinang 03 Pagi. Semasa SD, saya pernah
mengikuti olimpiade IPA. Namun, sayangnya saya tidak lolos untuk maju ke tahap
selanjutnya. Saya memiliki banyak teman yang sampai sekarang kami masih bertegur
sapa ketika bertemu. Saya juga selalu mendapat peringkat 1 kelas berturut-turut,
karena orang tua saya yang juga selalu meminta saya untuk selalu menjadi juara
kelas. Akhirnya, saya banyak menghabiskan waktu saya untuk belajar di rumah. Saya
hanya memiliki sedikit teman di rumah dan juga saya jarang bermain dengan
mereka. Seingat saya, saya tidak terlalu punya pengalaman yang sangat berkesan
semasa SD untuk diceritakan
Pada tahun 2015, saya lulus SD lanjut masuk ke SMPN 87 Jakarta yang kebetulan
lokasinya bersebelahan dengan SD saya. Pengalaman yang saya ingat dan berkesan
pada masa SMP, tak jauh seputar sekolah, keluarga, dan lingkungan. Dahulu, saya
ingat Ketika teman-teman saya bercerita tentang liburannya, saya hanya diam
mendengarkan. Dalam diri, agak sedih sebenarnya dan sangat ingin rasanya untuk
bercerita juga. Saya menjadi diri yangat semakin pendiam dan ambisius. Tidak
memiliki banyak teman dan jarang mengenal banyak orang. Semuanya berjalan
seperti biasa saja sama seperti terdahulunya. Sekolah dan rumah menjadi destinasi
setiap harinya. Pada masa ini, saya mulai kesulitan dalam belajar berkelompok. Jika
dalam berkelompok, pada akhirnya saya akan bekerja sendirian.
Setelah itu, saya lulus dari SMP masuk ke SMA yang saya pijak saat ini. Di SMA ini
saya berkeingininan saya akan menjadi pribadi yang lebih terbuka dari sebelumnya.
Disinilah saya mulai punya beberapa teman dekat sampai sekarang. Di SMA saya juga
pernah mengikuti OSN Kebumian sebanyak 2 kali, namun sayangnya tidak ada yang
lolos. Namun, itu saya jadikan pengalaman yang tidak akan saya lupakan karena tidak
semua orang memiliki pengalaman tersebut. Seiring berjalannya waktu, entah
kenapa saya merasa kekosongan kembali dikarenakan satu lain hal. Saya sudah
berusaha untuk tetap bertahan di lingkungan yang sekarang ini, namun hasilnya
tetap nihil. Sering kali saya merasa lelah untuk tetap bertahan dengan keadaan yang
ada. Hingga akhirnya, pada saat pandemi ini saya bisa menemukan orang yang
benar-benar baik karena berawal dari perasaan senasib. Saya sangat bersyukur,
akhirnya bisa berduksi, berbagi cerita dengan senang tanpa paksaan. Dengan begitu,
sangatlah membantu saya dalam menjalani hari itu bisa lebih mudah dan tenang.
Mungkin dari apa yang saya ceritakan, terdengar biasa saja atau tidak seru. Setelah
saya sadari banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari perjalanan hidup saya
selama 17 tahun ini. Kita harus bisa berdiri dengan kokoh di atas kedua kaki kita,
jangan terlalu bergantung pada siapapun pun. Karena akan ada saatnya dimana kita
akan merasa sendirian. Untuk bisa menjadi lebih sabar dan kuat dalam menjalani
hidup ini dalam keadaan apapun. Saya percaya, jika semua pada akhirnya semua
akan baik-baik saja. Belajar saat ini sangat menjadi prioritas saya, namun saya tidak
boleh sampai lupa kalau saya juga butuh berkomunikasi dengan orang lain dan rehat
agar segalanya lebih mudah. Apa yang saya lakukan pada hari ini, menentukan akan
menjadi apa saya nantinya.

Anda mungkin juga menyukai