Namanya manusia, selalu saja ada rasa iri ketika melihat seseorang sudah maju terlebih dulu.
“Kenapa dia bisa lebih hebat dari aku, padahal proses belajarnya sama saja.”
Dialah Joy, siswa berprestasi yang tampak biasa-biasa saja di kelas, tapi selalu moncer ketika
ujian.
Rasanya aku hampir menyerah karena tak mampu menyaingi apa yang dilakukan oleh Joy.
Sementara Joy di kelas dia tidak terlihat belajar keras, bahkan terkadang saat waktu pulang
sekolah dia langsung bermain bola bersama teman-teman yang lain.
Sementara aku, langsung belajar kembali, hingga membuat kepalaku berat dan pening.
Aku dan Joy memang kurang dekat, sehingga perbincangan aku dengannya hanya basa basi
belaka.
Namun rasa penasaranku mendorong untuk bertanya pada Joy, mengenai bagaimana cara ia
belajar, sehingga bisa berprestasi di sekolah.
“Kamu di kelas biasa-biasa saja, tapi kenapa setiap ujian selalu mendapat nilai sempurna?”
“Aku tidak seperti kebanyakan orang yang belajar banyak hal terus menerus, aku tidak cocok
dengan itu.”
“Proses belajar itu aku lakukan konsisten sejak aku kecil, tak pernah terlewat, tapi berdampak
besar bagiku.”
“Walau sedikit, aku tetap tumbuh setiap harinya. Dibanding belajar banyak di satu hari, tapi di
hari lain, tidak belajar,” jelasnya.
Dari pembicaraan itu aku baru mengerti, tak ada perubahan besar yang dihasilkan dari proses
yang sebentar.
Rata-rata orang sukses pun memerlukan waktu yang lama untuk menguasai satu bidang…
Sehingga aku paham dan memutuskan untuk membentuk diri lewat hal-hal kecil terlebih dulu.
Ya, tumbuh satu persen setiap hari lebih baik, daripada tidak sama sekali.
2. Contoh Cerpen Motivasi Diri Sendiri
sumber: mapel.id
Ia selalu malas dan cenderung takut jika minggu ujian akan tiba.
“Malas banget, ujian itu bikin pusing,” keluh Andin pada seorang temannya.
Saking malasnya, Andin justru tak bisa belajar karena ia takut tak bisa mengerjakan soal-soal saat
ujian.
Andin hanya memandang buku-buku latihan soal dan tak mampu untuk berkonsentrasi.
Ia kian tegang karena sulit untuk berkonsentrasi sementara ujian sudah akan datang.
Mulanya sang ibu bertanya kepada Andin, bagaimana persiapannya untuk menghadapi ujian.
“Lancar bu, aku setiap malam belajar,” ungkap Andin pada ibunya.
Andin bingung karena ia sama sekali tak bisa menyerap apa yang dipelajari semalam.
“Andin, tak masalah jika kamu takut menghadapi ujian, tak masalah juga bila hasilnya kurang
bagus.”
“Namun yang pasti, belajarlah dengan hati gembira dan jangan simpan rasa takut. Sebab seburuk
apa pun hasil ujian yang penting kita sudah berusaha.”
Andin kemudian melihat ibunya dan kemudian menangis. Ia lalu berkata pada ibunya, jika sudah
seminggu ini tidak bisa belajar karena takut.
Malam yang lain tiba, tapi kali ini hati Andin merasa tenang karena mendapat kata-kata motivasi
oleh ibunya.
“Hari ini aku belajar dulu, soal hasil tidak masalah yang penting berusaha,” tutur Andin dalam
hati.
Sampai akhirnya ia pun bisa belajar maksimal untuk menghadapi ujian sekolahnya dalam waktu
dekat.
4. Cerpen: Motivasi Belajar
Jika ada ujian dia selalu ingin selesai duluan, PR pun ia kerjakan setelah pulang dari sekolah.
Prestasi di sekolahnya pun memang terbilang mentereng, selalu masuk 3 besar di kelasnya.
Satu hal yang paling mengganggu pikirannya adalah mengenai kehidupan sosialnya.
Ia merasa tak mempunyai banyak teman karena terlalu sibuk belajar untuk menyiapkan masa
depan.
Walau ia jago dalam urusan belajar, tapi hatinya merasa hampa karena selalu sendirian.
Hingga satu waktu, saat menjelang libur semester, ketika teman-temannya sibuk menyiapkan
liburan Bagus justru siap-siap untuk kembali belajar.
Namun ia kembali merenung dan sedih, lantaran tak ada satu pun yang mengajaknya untuk pergi
berlibur.
Waktu liburan akhir tiba dan bagus menghabiskan waktu liburannya dengan belajar untuk
semester selanjutnya.
Merasa khawatir, sang guru lalu meminta Bagus untuk datang ke ruangannya.
“Bagus, hiduplah untuk hari ini, biar esok menjadi misteri,” tutur si guru.
“Maksudnya begini, kamu boleh mengerjakan sesuatu untuk besok hari, tapi jangan lupakan hari
ini, nikmatilah hari ini.”
“Jangan sampai kamu hidup terlalu cepat hingga tidak punya teman, ingat, Gus, hiduplah hari
ini.”
Kata-kata guru di atas membuat Bagus berpikir, ia ternyata terlalu sibuk dan khawatir dengan
masa depan, sedangkan masa sekarang ia hiraukan.
Perkataan sang guru termaktub oleh Bagus, si murid rajin ini mulai hidup pelan-pelan dan tak
serba cepat.
Ia mulai bisa menikmati hidup dan sedikit demi sedikit mempunyai teman.
***