Anda di halaman 1dari 8

PILIHLAH SALAH SATU CERPEN DIBAWAH IN

TULISLAH DAN BACALAH DENGAN BAIK

1. Cerpen : Menjadi Lebih Baik 1 Persen

Namanya manusia, selalu saja ada rasa iri ketika melihat seseorang sudah maju terlebih dulu.

“Kenapa dia bisa lebih hebat dari aku, padahal proses belajarnya sama saja.”

Dialah Joy, siswa berprestasi yang tampak biasa-biasa saja di kelas, tapi selalu moncer ketika
ujian.

Rasanya aku hampir menyerah karena tak mampu menyaingi apa yang dilakukan oleh Joy.

Usahaku untuk mencapai peringkat 5 besar sangat sulit.

Sementara Joy di kelas dia tidak terlihat belajar keras, bahkan terkadang saat waktu pulang
sekolah dia langsung bermain bola bersama teman-teman yang lain.

Sementara aku, langsung belajar kembali, hingga membuat kepalaku berat dan pening.

Waktu terus berjalan dan prestasiku seperti jalan di tempat.

Satu hari aku menjadi teman sekelompok dengan Joy.

Aku dan Joy memang kurang dekat, sehingga perbincangan aku dengannya hanya basa basi
belaka.

Namun rasa penasaranku mendorong untuk bertanya pada Joy, mengenai bagaimana cara ia
belajar, sehingga bisa berprestasi di sekolah.
“Kamu di kelas biasa-biasa saja, tapi kenapa setiap ujian selalu mendapat nilai sempurna?”

Joy senyum tipis mendengar kalimat tersebut.


“Tak semua yang kamu lihat di permukaan adalah kenyataan 100 persen. Ada hal-hal lain yang
tak kamu lihat,” ujar Joy.

“Aku tidak seperti kebanyakan orang yang belajar banyak hal terus menerus, aku tidak cocok
dengan itu.”

“Lalu, bagaimana kamu belajar?” tanyaku makin penasaran.

“Aku belajar selepas subuh, setengah jam setiap hari.”

“Proses belajar itu aku lakukan konsisten sejak aku kecil, tak pernah terlewat, tapi berdampak
besar bagiku.”

“Walau sedikit, aku tetap tumbuh setiap harinya. Dibanding belajar banyak di satu hari, tapi di
hari lain, tidak belajar,” jelasnya.

Dari pembicaraan itu aku baru mengerti, tak ada perubahan besar yang dihasilkan dari proses
yang sebentar.

Rata-rata orang sukses pun memerlukan waktu yang lama untuk menguasai satu bidang…

Sehingga aku paham dan memutuskan untuk membentuk diri lewat hal-hal kecil terlebih dulu.

Ya, tumbuh satu persen setiap hari lebih baik, daripada tidak sama sekali.
2. Contoh Cerpen Motivasi Diri Sendiri

sumber: mapel.id

3. Cerpen : Berlatih untuk Ujian

Ujian sekolah selalu dipandang menjengkelkan oleh Andin.

Ia selalu malas dan cenderung takut jika minggu ujian akan tiba.

“Malas banget, ujian itu bikin pusing,” keluh Andin pada seorang temannya.
Saking malasnya, Andin justru tak bisa belajar karena ia takut tak bisa mengerjakan soal-soal saat
ujian.

Andin hanya memandang buku-buku latihan soal dan tak mampu untuk berkonsentrasi.

Malam berikutnya kejadian serupa dialami Andin…

Ia kian tegang karena sulit untuk berkonsentrasi sementara ujian sudah akan datang.

Gerak-gerik Andin yang gusar dibaca oleh ibunya.

Mulanya sang ibu bertanya kepada Andin, bagaimana persiapannya untuk menghadapi ujian.

“Lancar bu, aku setiap malam belajar,” ungkap Andin pada ibunya.

Lalu pada malamnya, sang ibu diam-diam berkunjung ke kamar Andin.

Di sana Andin terlihat berkeringat dan terlihat serba bingung.

Lagi-lagi, Andi sulit belajar karena merasa takut.

Esok paginya, Ibu Andin kembali bertanya, tapi pertanyaanya berbeda.

“Semalam belajar apa, Andin?”

Andin bingung karena ia sama sekali tak bisa menyerap apa yang dipelajari semalam.

“Matematika,” jawab Andin singkat.

Tahu jika anaknya kesulitan, Ibu Andin lalu memberikan masukan.

“Andin, tak masalah jika kamu takut menghadapi ujian, tak masalah juga bila hasilnya kurang
bagus.”
“Namun yang pasti, belajarlah dengan hati gembira dan jangan simpan rasa takut. Sebab seburuk
apa pun hasil ujian yang penting kita sudah berusaha.”

Andin kemudian melihat ibunya dan kemudian menangis. Ia lalu berkata pada ibunya, jika sudah
seminggu ini tidak bisa belajar karena takut.

Malam yang lain tiba, tapi kali ini hati Andin merasa tenang karena mendapat kata-kata motivasi
oleh ibunya.

“Hari ini aku belajar dulu, soal hasil tidak masalah yang penting berusaha,” tutur Andin dalam
hati.

Sampai akhirnya ia pun bisa belajar maksimal untuk menghadapi ujian sekolahnya dalam waktu
dekat.
4. Cerpen: Motivasi Belajar

5. Cerpen : Hidup Adalah Hari Ini

Bagus adalah orang yang ingin selalu nomor satu.

Jika ada ujian dia selalu ingin selesai duluan, PR pun ia kerjakan setelah pulang dari sekolah.

Saking rajinnya, ia jarang sekali bermain bersama teman-temannya.

Memang hal itu tidaklah buruk, justru sangat baik.


Kebiasaan di atas, sudah dilakukan bagus sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga waktu
SMA.

Prestasi di sekolahnya pun memang terbilang mentereng, selalu masuk 3 besar di kelasnya.

Lambat laun, Bagus dewasa dan mulai merenungi banyak hal.

Satu hal yang paling mengganggu pikirannya adalah mengenai kehidupan sosialnya.

Ia merasa tak mempunyai banyak teman karena terlalu sibuk belajar untuk menyiapkan masa
depan.

Walau ia jago dalam urusan belajar, tapi hatinya merasa hampa karena selalu sendirian.

Hingga satu waktu, saat menjelang libur semester, ketika teman-temannya sibuk menyiapkan
liburan Bagus justru siap-siap untuk kembali belajar.

Namun ia kembali merenung dan sedih, lantaran tak ada satu pun yang mengajaknya untuk pergi
berlibur.

Waktu liburan akhir tiba dan bagus menghabiskan waktu liburannya dengan belajar untuk
semester selanjutnya.

Kembali sekolah, Bagus kini tampak lebih murung.

Ia murung berhari-hari dan diketahui oleh gurunya.

Merasa khawatir, sang guru lalu meminta Bagus untuk datang ke ruangannya.

Mulanya Bagus bingung, apakah ia melakukan kesalahan?

Bagus pun bergegas menemui gurunya tersebut.

“Bagus, kenapa?” jawab sang guru.


Bagus lalu menceritakan mengenai persoalannya yang sedang ia hadapai.

Sang guru hanya memberikan pesan singkat.

“Bagus, hiduplah untuk hari ini, biar esok menjadi misteri,” tutur si guru.

“Maksudnya begini, kamu boleh mengerjakan sesuatu untuk besok hari, tapi jangan lupakan hari
ini, nikmatilah hari ini.”

“Jangan sampai kamu hidup terlalu cepat hingga tidak punya teman, ingat, Gus, hiduplah hari
ini.”

Kata-kata guru di atas membuat Bagus berpikir, ia ternyata terlalu sibuk dan khawatir dengan
masa depan, sedangkan masa sekarang ia hiraukan.

Perkataan sang guru termaktub oleh Bagus, si murid rajin ini mulai hidup pelan-pelan dan tak
serba cepat.

Ia mulai bisa menikmati hidup dan sedikit demi sedikit mempunyai teman.

***

Anda mungkin juga menyukai