Anda di halaman 1dari 7

Contoh naskah drama cerita

rakyat
Cerita yang sudah melegenda di Indonesia selalu ada di
setiap daerah. Sejak dulu, cerita rakyat dikenal dengan
kisah-kisah kehidupan yang dipercaya melambangkan
suatu kejadian yang tidak biasa dan beberapa
diantaranya di luar akal manusia biasa. Namun semua
contoh naskah drama cerita rakyat ( Cerita legenda)
mempunyai pesan yang memiliki arti dan sangat
bermanfaat untuk kehidupan masing-masing. Misalnya
cara berperilaku, tata karma dan berbagai aspek
kehidupan lainnya seperti legenda dari Aceh di bawah
ini.

Sinopsis Drama
Mengisahkan sebuah keluarga petani yang hidup serba
kekurangan di Tanah Gayo, Aceh. Kesedihan dan
penderitaan yang dialami kepala keluarga beserta sang
istri bertambah karena anak pertama mereka sangat
tidak mengerti akan kondisi dan situasi yang dialami
keluarga. Bahkan anak itu tak sudi untuk mengurus
adiknya. Hingga suatu saat, hal yang tidak masuk akal
terjadi pada keluarga tersebut.
Judul

Legenda Batu Belah Batu Betangkup

Tema

Penyesalan anak durhaka pada kedua orang tua

Tokoh dan Perwatakan

• Sulung : Nakal dan tidak patuh kepada orang tua


• Kakak ibu
• Ibu : Pasrah
• Bungsu
• Tetangga

Naskah Drama

Suatu hari ketika musim kemarau, ladang kecil yang


dimiliki petani tersebut sangat kering dan tidak
membuahkan hasil.

bibi : bu , kita sudah tak ada uang. Ladang kering


kerontang. Apa yang harus kita lakukan untuk
menyambung hidup?
Ibu :Bagaimana kalau kambing yang kita ternak dijual
saja yaa?
bibi :Tapi kan kambing-kambing itu sangat kurus, tidak
akan laku mahal di pasar, Bu.
Ibu :Nanti coba minta tolong saja Sulung untuk
menggembala kambing ke padang rumput supaya
cepat gemuk .
bibi :Iya Bu.

bibi segera memanggil Sulung.

bibi :Sulung, tolong kamu beri makan kambing-


kambing kita di padang rumput ya. Persediaan uang
sudah menipis, sedangkan ladang kita sedang sangat
kering.
Sulung :Tidak mau!
Ibu :Kenapa, Sulung? Tolonglah bantu bibi dan Ibu.
bibi :Iya, nak. Rencananya kambing akan bibi jual di
pasar untuk pemasukan kebutuhan kita.

Tak lama kemudian Sulung mau menggembala dua


ekor kambing yang dimikili bibinya. Namun tak sampai
di padang rumput yang dituju, Sulung memutuskan
untuk tidur di bawah sebuah pohon hingga sore. Dan
ketika bangun, kambing yang dititipkan bibinya sudah
raib entah ke mana. Tanpa rasa bersalah, Sulung tak
menjelaskan kejadian sebenarnya.

bibi :Kambing-kambing kita di mana, Sulung? Kok tidak


ada?
Sulung :Tadi hanyut di sungai!
bibi :Apa? Hanyut? Yaampun bagaimana ini? Kenapa
bisa hanyut?

bibi sangat kecewa pada Sulung yang tidak bisa


diandalkan, padahal semua hal yang dimintanya adalah
demi kepentingan hidup bersama-sama, yaitu demi
kebutuhan pangan. Kesedihanpun dirasakan Ibu yang
selalu bersedia untuk mencari tambahan penghasilan
untuk keluarga. Tanpa pikir panjang, bibi segera
berangkat ke hutan untuk melihat perangkap yang
sengaja dipasang untuk menjerat hewan yang ada di
sekitar hutan.

bibi :Wow ternyata aku dapat! Seekor anak kelinci


hutan, pasti akan laku dijual di pasar. Lumayan untuk
membeli kebutuhan makanan selama seminggu!

Dengan rasa gembira, bibi melepas jeratan yang ada


pada kaki hewan tersebut dan membawanya pulang.
Namun hal tak terduga terjadi sebelum ia keluar dari
hutan. Ia diserang dua ekor induk kelinci hutan yang
penuh amarah melihat anak mereka ditangkap.
Serangan kelinci hutan tersebut tak kuasa tertahan
sehingga bibi sulung terkapar tak berdaya namun tetap
mencoba melakukan serangan balik pada hewan liar
tersebut. Tetapi usahanya tak membuahkan hasil,
justru ia dikejar kawanan kelinci hutan hingga ke
sungai. Sungguh naas nasibnya, ia tewas ketika
melompati bebatuan karena terjatuh dan kepalanya
membentur sebuah batu.

Sementara itu, Ibu sedang memarahi Sulung yang tega


membuang beras terakhir yang tersedia di rumah
dengan rasa sedih yang tidak terbendung.

Ibu :Sulung! Kamu ini apa-apaan? Selalu bikin susah


orang tua! Seenaknya saja kamu buang beras untuk
makan ke dalam sumur?!

Lelah memarahi Sulung, Ibupun meminta tolong agar


Sulung mengambil periuk tanah liat di belakang untuk
dijual ke pasar.
Ibu :Yasudah Sulung, tolong Ibu ambil periuk tanah di
belakang. Akan Ibu jual ke pasar, tolong jaga adik
karena bibi belum pulang ke rumah.
Sulung :Untuk apa aku ambil periuk dan menjaga si
Bungsu?!!! Aku jadi tidak bisa main! Mending aku
pecahkan saja periuk ini!!!!

Tak disangka periuk hasil buatan Ibu dipecahkan begitu


saja oleh anak nakal yang satu ini. Sungguh keterlaluan
dan membuat hati Ibu hancur berkeping-keping
layaknya periuk yang sudah pecah itu.
Ibu :Suluuuung….. Apa kamu tidak tahu, kita butuh
makan. Kenapa kamu pecahkan periuk itu? Padahal itu
adalah satu-satunya sisa harta yang kita punya. (sambil
meneteskan air mata)

Sungguh terlalu, Sulung justru membentak Ibunya


dengan nada tinggi yang tak terkira. sikap Sulung itu
sangat keterlaluan pada Ibunya. Ia tak sadar bahwa
suatu saat nanti penyesalan dan penderitaan pasti
akan ia alami jika sang Ibu sudah tiada. Sementara itu,
Bungsu yang baru satu tahun hanya bisa menyaksikan
kesedihan mendalam pada Ibunya. Jika sudah sebesar
Sulung, mungkin adiknya itu akan berinisiatif untuk
menolong Ibunya. Tak lama kemudian, salah satu
tetangga datang di tengah kekacauan dalam rumah itu.

Tetangga:Bu, saya ingin menyampaikan informasi


bahwa kakak Ibu ditemukan sudah tak bernyawa di
tepi sungai. Saya beserta warga yang lain turut berduka
cita sedalam-dalamnya atas kepergian Almarhum.
Ibu :Innalillahi wainailaihi rajiun… (semakin tersedu
mendengar kabar buruk tersebut)

Namun tak nampak raut wajah kesedihan dari wajah


Sulung. Ia justru berpikir bahwa tanpa bibinya, ia
berarti bebas karena tidak ada yang menyuruh-
nyuruhnya lagi.
Ibu :Sulung… Ibu tak sanggup lagi hidup di dunia ini. Ibu
sangat sedih melihat perilaku kamu. Tolong jaga
Bungsu, Ibu mau menyusul BiBimu…

Ibu Sulung pergi menuju sebuah batu yang disebut


Batu Belah tempat kakaknya terjatuh dan meninggal.
Kemudian iapun bersenandung sambil berjalan menuju
batu tersebut…

“Batu belah batu bertangkup. Hatiku alangkah merana.


Batu belah batu bertangkup. Bawalah aku serta.”

Angin sesaat bertiup kencang dan membuat Ibu Sulung


terperangkap di Batu Belah yang tidak bisa terbuka
kembali untuk selamanya. Menyadari Ibunya telah
tiada, Sulungpun sangat menyesal.

Sulung :Ibuuuuu!!!! Maafkan aku!!! Ibu kembalilah,


Buuu!!!! Aku menyesaaal!!! Ibuuuu!!!!

Sambil merintih dan terus menerus memohon Ibunya


kembali, usaha Sulung tetap sia-sia. Batu Belah kini
tertutup dan ia tak akan bisa bertemu Ibunya.

Anda mungkin juga menyukai