Anda di halaman 1dari 16

Naskah Drama Cerita Rakyat Bawang

Merah Bawang Putih

Dahulu kala terdapatlah sebuah keluarga kecil di suatu desa. Keluarga tersebut
beranggotakan ayah, ibu, dan seorang anak perempuan yang cantik jelita. Anak yang cantik itu
bernama Bawang Putih. Ayah dalam keluarga tersebut berprofesi sebagai seorang saudagar.
Keluarga mereka begitu harmonis dan bahagia.
Pada suatu ketika ibu bawang putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang
putih dan ayahnya begitu sedih dengan adanya kejadian tersebut.

Bawang Putih : ayahanda, mengapa hal ini terjadi kepada kita? Ibu yang sangat aku cintai kini
telah tiada.

Ayah:Sudahlah, jangan kau ratapi keprgian ibumu. Bersabarlah nak. Ini adalah kehendak Tuhan.

Di desa dimana ayah dan bawang putih tinggali, ada seorang janda beranak satu yang bernama
bawang merah. Ibu bawang merah kerapkali mengunjungi dan membawakan makanan ke rumah
bawang butih.

Ibu Bawang merah:Bawang putih, kau suka dengan makanan yang aku bawakan ini?

Bawang Putih:Terima kasih bu, makanan ini enak sekali. Aku sangat menyukainya.

Ibu bawang merah:ibu senang sekali kalau engkau menyukai makanan ini. Besok akan ibu
buatkan lagi makanan ini untukmu.

Bawang putih: terima kasih banyak bu, ibu baik sekali.

Karena begitu seringnya ibu bawang merah berkunjung ke keluarga bawang putih, dan ayah
bawang putih pun merasa cocok dengan ibu bawang merah, ayah bawang putih bermaksud untuk
menikahi ibu bawang merah.

Ayah Bawang Putih : Anakku bawang putih, apa engkau akan setuju jika ayah hendak menikahi
ibu bawang merah?

Bawang Putih: Jika ayanhanda telah yakin dengan keputusan ayah, ananda hanya akan
mematuhinya saja. Lagi pula, ibu bawang merah sangat baik kepadaku.

Ayah Bawang Putih:baiklah kalau engkau menyetujuinya, ayah akan menyampaikan maksud
ayah kepada ibu bawang merah.
Begitu mendapatkan persetujuan dari anaknya, ayah bawang putih mendatangi ibu bawang
merah untuk melamarnya. Akhirnya mereka menikah dan ibu bawang merah beserta anaknya
tinggal satu atap dengan ayah bawang putih dan juga puterinya.

Di awal pernikahan ayah bawang putih dan ibu bawang merah, semua terlihat baik-baik saja.
Sampai pada suatu ketika pada saat ayah bawang putih sedang tak ada di rumah.

Ibu bawang merah:Hei bawang putih, kau jangan hanya bermalas-malasan saja. Sana bersih-
bersih dan beres-beres rumah!

Bawang Putih:Baiklah bu, akan saya laksanakan

bawang merah:Putih, kau juga harus mencucikan bajuku dan membersihkan barang-barangku!

Bawang putih:Baiklah kak, akan aku kerjakan

Pada suatu ketika ayah bawang putih mengalami sakit keras dan akhirnya meninggal. Saat ini
bawang putih menjadi yatim piatu. Semenjak hal tersebut terjadi , Ibu bawang merah dan
anaknya semakin bertindak keterlaluan terhadap anaknya.

Ibu bawang merah: hai bawangputih, kau setiap hari harus bangun pagi-pagi. Siapkan makanan,
beres-beres rumah dan lain-lain. mengerti kau?

Bawang Putih : ananda mengerti, ibu. Akan ananda kerjakan.

Pada suatu ketika Bawang Putih sedang mencuci pakaian di pinggir sungai. Tiba-tiba salah satu
pakaian milik ibunya terhanyut. Saat ia menyadarinya, Bawang Putih mencoba untuk meraih
kembali pakaina miliki ibu tirinya tersebut. Namun sayang, ia tidak bisa membawanya kembali.
Dengan sedih dan putus asa ia kembali kerumah dan menceritakan kejadian tersebut kepada
ibunya

Bawang Putih :Ibu Maafkanlah aku, aku tidak sengaja menghanyutkan pakaian ibu.

Ibu bawang merah : Apa katamu dasar anak tak tahu diri! Cepat cari baju itu, jangan pulang
sebelum kau menemukannya.

Dengan hati yang sedih, bawang putih terpaksa melakukan keinginan ibu tirinya. ia mencari di
pinggir-pinggir sungai. Lalu tiba-tiba Bawang Putih melihat ada seorang ibu tua yang sepertinya
hendak pergi ke pasar

Bawang Putih : maaf ibu, apakah saya boleh bertanya sesuatu?

Bibi : Tentu nak, ada apa?

Bawang Putih : apa ibu melihat pakaian hanyut di sekitar sungai ini?
Baca Juga:  Contoh Cerpen Anak Sekolah Tentang Persahabatan di SMP

Bibi :Oh, pakaian itu milikmu? Tadi aku melihatnya hanyut beberapa saat lalu.

Bawang Putih :terima kasih, aku akan mencarinya lagi bu.

Saat pencarian pakaian tersebut, tak terasa hari sudah mulai gelap, bawang putih harus
menemukan tempat untuk bermalam. Karena tidak akan sempat untuk pulang ke rumah. Tiba-
tiba ia melihat sebuah gubuk tua.

Bawang Putih : tok…tok.apa ada orang di dalam? Permisi.

Nenek : Siapa dirimu nak? Ada apa malam-malam begini?

Bawang Putih : nama saya Bawang Putih, nek. saya mencari baju miliki ibu saya yang hanyut di
sungai dan saat ini saya butuh tempat untuk bermalam. Bolehkah saya bermalam di sini nek ?

Nenek : Oh, baju itu milikmu? Aku telah menyimpannya. Akan aku kembalikan padamu dengan
satu syarat. Kau harus menemaniku disini selama beberapa hari.

Bawang Putih : baiklah nek, aku setuju asalkan nenek mau memberikan pakaian itu padaku.

Beberapa hari berikutnya.

Nenek : Nak, kau telah menepati janjimu. Dan aku akan menepati janjiku. Ini ku kembalikan
pakaian milik ibu tirimu. Oh ya, aku punya hadiah untukmu, bawalah labu kuning ini untukmu!

Bawang putih:Terima Kasih nek.

Bawang putih pun pulang ke rumah dan begitu sampai di rumah, Bawang Putih menyerahkan
baju merah itu kepada ibu tirinya.

Bawang Putih : Ibunda,ini sudah kutemukan bajunya

Ibu : Bawakan kemari, dan pergilah!

Bawang Putih : Baik, bu. Aku beres-beres dulu.

Ketika bawang putih pergi ke dapur untuk mengupas labu kuning pemberian dari nenek tadi,
begitu terkejutnya Bawang Putih ketika mengetahui dalam labu tersebut terdapat emas permata
yang begitu banyak.

Bawang Putih : emas….ini emas,Ibu aku menemukan emas setelah membelah buah labu ini.

Mengetahui hal tersebut, Ibu bawang merah dan bawang merah langsung merebut emas yang ada
pada bawang putih.
Bawang Merah:Hai bawang putih, dari mana kau mendapatkan emas ini?

Bawang Putih : aku memperoleh emas permata ini dari dalam buah labu yang diberikan oleh
seorang nenek di tengah hutan ketika aku mencari pakaian ibu.

Baca Juga:  Pengertian, Ciri, & Contoh Paragraf Analogi

Begitu mendengar cerita dari Bawang Putih, Bawang merah bermaksud untuk mencari nenek
tersebut.

Keesokan paginya Bawang Merah menghanyutkan pakaiannya dengan sengaja ke sungai, setelah
itu ia melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh bawang putih.

Bawang Merah:Permisi nenek tua, apa nenek melihat bajuku yang beberapa saat yang lalu
hanyut di sungai?

Nenek :Oh, aku menemukan baju mu beberapa saat yang lalu dan sedang ku simpan. Aku akan
memberikannya untukmu. Tapi dengan syarat bahwa kamu harus tinggal denganku beberapa
waktu.

Bawang Merah: Baiklah nek, aku akan menuruti kata-katamu.

Beberapa hari sudah Bawang Merah tinggal bersama nenek tersebut. Selama ia bersama nenek,
hal yang ia kerjakan hanyalah bermalas-malasan saja dan tidak ada hal baik yang ia lakukan.
Ketika tiba saat Bwang Merah hendak pulang…

Bawang Merah:Nek, aku telah menginap di sini bersamamu selama beberapa hari. Mana imbalan
buatku? Nenek : Baiklah, ambillah buah labu ini untukmu.

Bawang Merah : ( begitu mengambil labu yang besar, Bawang Merah langsung pergi)

Begitu sampai di rumah, Bawang Merah segera memanggil ibunya dan dengan senang hati
menunjukkan buah labu tersebut. Ibu bawang merah dan bawang merah merasa takut jika
Bawang Putih melihat, ia akan meminta bagian. Maka Ibu bawang merah menyuruh Bawang
Putih untuk mencuci baju di sungai.

Ibu : Hei Bawang Putih, cepet cuci bajuku dan anakku.

Bawang Putih : Iya, bu.

Begitu Bawang Putih sudah tak berada di rumah, Ibu bawang merah dan putrinya membuka labu
tersebut, namun ternyata yang keluar dari buah tersebut bukanlah emas dan permata melainkan
seekor binatang ular yang besar dan amat berbisa. Ular tersebut langsung menyerang Ibu bawang
merah dan Bawang Merah hingga akhirnya mereka meninggal dunia.
Teks Drama Bawang Merah Bawang Putih (parodi)

Bawang Merah Bawang Putih


Dahulu kala, ada sebuah keluarga yang memiliki seorang putri yang sangat cantik, baik hati,
tidak sombong dan rajin menabung yang bernama Bawang Putih. Ayahnya seorang pedagang
kaya raya yang sering berpergian ke kota. Mereka memiliki tetangga seorang janda yang
mempunyai anak bernama Bawang Merah.

Suatu hari..

Ayah : “Bu, besok saya akan pergi ke kota untuk berdagang selama beberapa hari.”

Ibu : “Apa ?! pergi ke kota lagi ?”

Ayah : “I..iya bu.. tidak akan lama ko..”

Ibu : “Aaah Ayah ini bagaimana sih, baru 2 hari pulang sekarang sudah mau pergi lagi. Kalau
ada apa-apa dengan Ibu dan Bawang Putih gimana cobaa..?”

Ayah : “Iya kan Ibu masih bisa BBMan sama Ayah, nanti juga Ayah bakal sering-sering nelpon
ko.”

Ibu : “Aku ga punya puulsaaaaaa…”

Ayah : “Aduuh ibu ini, ya sudah nanti Ibu beli pulsa dulu aja, nanti uangnya Ayah kasih.”

Ibu : “Kalo counternya tutup gimana ?”

Ayah : “Ga mungkin Bu, pasti counternya buka”

Ibu : “Kalo tiba-tiba yang jual pulsanya mencret-mencret terus struk terus mati gimana ?”

Ayah : “Haduuh Ibu ini ada-adaa saja, Ayah tau, Ibu cuman nyari-nyari alasan saja kan biar
Ayah ga pergi ? Tenang saja Bu, Ayah hanya pergi tuk sementaraa, bukan tuk meninggalkanmu
selamanya…” (nyanyi)

Ibu : “Hhhm baiklah kalau Ayah memang harus pergi.”

Ayah : “Naah gitu dong Bu, nanti Ayah bakalan sering-sering telepon Ibu ko.”

Ibu : “Tapi..Tapi kalau misalnya nanti ga ada sinyal gimanaa ? jarak dari sini ke kota kan jauuh
banget Yahh.”

Ayah : “Ya sudah ! Nih sekarang Ibu beli pulsa sekalian beli sinyalnya !”

Keesokan harinya..

Ayah : “Bu, Bawang Putih, Ayah pergi dulu yaa jaga diri kalian baik-baik. Bawang putih kamu
jaga Ibu kamu ya, jangan jualan crocs aja. Ibu juga jagain anak kita ya, jangan sibuk jual-jualin
kerudung sama bahan.”
Bawang Putih : “Iyaa, Ayah juga hati-hati yaah, jangan makan aja.”

Ayah : “Ya sudah Ayah pergi dulu yaa.”

Ibu : “Jangan tinggalin aku laaaa..”

Ayah : “Bu, jangan mulai deh..”

            Ayah berjalan melewati rumah Bawang Merah. Dan pada saat itu Bawang Merah dan
Ibunya sedang duduk di depan rumah.

Ayah : “Permisi..”

Ibu Bawang Merah : “Ooh iya silahkan..”

Bawang Merah : “Yang barusan lewat tuh tetangga kita kan Bu. Sepertinya dia orang kaya yah..”

Ibu Bawang Merah : “Yaiyalah orang kaya, dari baunya aja udah beda.”

Bawang Merah : “Emang gimana ?”

Ibu Bawang Merah : “Ya kaya tadi aja baunya gimana.”

Bawang Merah : “Orang ga kecium bau apa-apa ko.”

Ibu Bawang Merah : “Ya emang gitu, baunya ga bau apa-apa.”

Bawang Merah : “Aaah Ibu tuh ngaco. Buu, minta sih bu..”

Ibu Bawang Merah : “Minta apaan sih ?!”

Bawang Merah : “Minta PIN BB ! Ya minta uanglah.”

Ibu Bawang Merah : “haaaah jaaaluk ? Uang lagi uang lagi, Ibu tuh ga punya uang tau ga.
Lagian kamu kerjaannya tuh minta uaaang mulu kaya Ibunya pejabat banyak duitnya.”

Bawang Merah : “Ah Ibu, ayolaah. Merah sudah lama tidak facial, luluran, sama creambath.”

Ibu Bawang Merah : “Kamu ini ga pernah mengerti kondisi Ibu ya ! Yasudah nih Ibu kasih,
kembaliannya buat kamu aja !”

Bawang Merah : “Haaah seribu ??!! Ibuuu!!!”

Ibu bawang merah : “Diam !! Kamu tuh rewel banget sih ! Ibu ga punya uang lagi !”

Bawang Merah : “Ya masa cuman seribu sih Buuu.. aah sampe kapan sih kita hidup miskin kaya
gini, coba kalo Ibu nikah lagi sama orang kaya, kita ga bakalan hidup susah kaya gini.”

Ibu Bawang Merah diam sejenak..

Ibu bawang merah : “Merah.. Ibu punya rencana..”

Bawang Merah : “Rencana apa ?”


Ibu : “Sini Ibu bisikin..”

Bawang Merah : “Waaah ide bagus tuh Bu. Ibu emang pinteeer..”

Ibu bawang merah : “hhm iya doong makanya kamu nurut sama Ibu.”

Bawang Merah : “Hehe iya. Jadi kapan kita ngejalanin rencana kita ?”

Ibu bawang merah : “Nanti saja kalo Ibunya sedang sendirian di rumahnya, sekarang kamu cepat
kesana liat keadaan rumahnya.”

Bawang Merah : “oke Bu, siaaap.”

            Di rumah Bawang Putih.

Bawang Putih : “Bu, Putih pergi ke sungai dulu ya.”

Ibu : “Mau apa nak kamu ke sungai ?”

Bawang Putih : “Putih mau mencuci baju Putih bu.”

Ibu : “Aduh nak, sudah biar nanti Ibu saja yang mencuci.”

Bawang Putih : “Tidak Bu, kasian Ibu kan sudah mengerjakan pekerjaan rumah lainnya.”

Ibu : “Kamu memang baik sekali nak, selain cantik kamu juga sangat berbakti kepada orang tua.
Ya sudah, sekalian cuciin punya Ibu juga yaa..”

Bawang Putih : “Ooo tidak bisa.”

            Rumah Bawang Merah.

Bawang Merah : “Bu, sepertinya Bawang Putih sedang pergi keluar rumah ! bagaimana kalo
sekarang kita ke rumahnya lalu racuni Ibunya.”

Ibu bawang merah : “Shuuut (ngebungkam mulut Bawang Merah). Jangan keras-keras
ngomongnya, kalo kedengeran penonton gimana coba, rencana kita bakalan gagal.”

Bawang Merah : “Oh iya bu iyaa..”

Ibu bawang merah : “Sekarang ambil sayur di dapur cepetan!”

Bawang Merah : “Ini Bu.”

Ibu bawang merah : “Nah sip..” lalu Ibu Bawang Merah memasukan racun ke dalam sayur
tersebut.

            Lalu mereka pergi ke rumah Bawang Putih

Ibu bawang merah : “Permisi..”

Ibu Bawang Putih : “Iyaa.. siapaa ?”

Ibu bawang merah : “Saya tetangga sebelah Bu, Ibunya Bawang Merah..”
Ibu Bawang Putih : “Oooh iya silahkan masuk..”

Ibu bawang merah : “Aduh Ibu sedang istirahat yah, maaf saya menggangu.”

Ibu Bawang Putih: “Tidak bu tidak apa-apa.”

Ibu Bawang Merah : “Saya kesini cuman mau ngasih ini bu..”

Ibu Bawang Putih: “Apa ini Bu ?”

Ibu Bawang Merah : “Ini Merah baru belajar memasak, saking semangatnya dia belajar memasak
makanan di rumah jadi menumpuk, kami kan hanya tinggal berdua jadi tidak ada yang memakan
makanan-makanan ini. yaah daripada di buang kan sayang yah bu apalagi sekarang harga sayur
sangat mahal, apalagi harga minyak bu, haduuuh saya jadi pusing mikirinnyaa, ditambah lagi….”

Bawang Merah : “Ibu..!” Bawang Merah menyenggol tangan Ibunya.

Ibu Bawang Merah : “oh iya maaf ko jadinya curhat gini ya hehe, ya maka dari itu saya ingin
sedikit berbagi ini buat Ibu. Maaf saya cuman bisa ngasih ini”

Ibu Bawang Putih: “ooh begitu, iya tidak apa-apa. Terimakasih bu”

Ibu Bawang Merah : “Iyaa sama-sama, ya sudah kalo begitu saya pulang dulu yah bu..
Assalamu’alaikum..”

Ibu Bawang Putih: “Wa’alaikum salam..”

            Lalu Ibu Bawang Putih memakan sayur tersebut. Tidak lama kemudian Bawang Putih
datang.

Bawang Putih : “Assalamu’alaikum.. Ibu.. Astaghirullah Ibu kenapaaa ??”

Ibu : “Naak..”

Bawang Putih : “Ibuu kenapa ??!!”

Ibu : “Tampaknya Ibu tidak akan lama lagi pergi meninggalkanmu nak..”

Bawang Putih : “Ibuuu, kenapa Ibu bicara seperti itu ?” Ibu Bawang Putih pun meninggal.

Bawang Putih : “Ibuuu !! bangun bu bangun !! Buu tolong bicara bu !! ibuu jangan tinggalin
akulaaaa, apa susahnya ngomong ??”

            Ibu Bawang Putih meninggal dan Bawang Putih merasa sangat sedih sekali. Tetapi
Bawang Merah dan Ibunya merasa senang sekali karena mereka berharap kekayaannya
berpindah ke tangan mereka. Beberapa hari kemudian Ayah Bawang Putihpun pulang.

Ayah : “Assalamu’alaikum..”

Bawang Putih : “Wa’alaikuumsalam.. Ayah..”

Ayah : “Iya nak, kenapa muka kamu sedih seperti itu ? Ibu mana ?”
Bawang Putih : “Ibu telah pergi meninggalkan kita Yah..”

Ayah : “Oooh pergi kemana ? Ke pasar ? Atau mencuci di sungai ? apa pergi ke sawah ? ke
kebun ? apa kemana ?”

Bawang Putih : “Ibu telah meninggal dunia Yah !!”

Ayah : “Apa ?!!!!” Ayahpun pingsan.

            Teriakan Ayah Bawang Putih terdengar sampai rumah Bawang Merah. Mendengar
teriakan itu Bawng Merah dan Ibunya segera mendatangi rumah Bawang Putih.

Bawang Merah : “Bawang Putih ada apa ini ?”

Bawang Putih memeluk Bawang Merah, tetapi Bawang Merah mendorongnya.

Bawang Merah : “Apa-apaan sih !”

Ibu Bawang Merah : “Merah !!!”

Bawang Merah : “Oh iya maaf, hhm saya belum tidak biasa di peluk seperti itu..”

Bawang Putih : “I..iya tidak apa-apa.. Yaah bangun Yah..”

Ibu Bawang Merah : “Ayah kamu kenapa Bawang Putih ?”

Bawang Putih : “Ayah pingsan gara-gara Putih bilang kalo Ibu sudah meninggal.”

Ibu Bawang Merah : “ooh begitu. Ada minyak kayu putih ato minyak angin ga?”

Bawang Putih : “Sebentar Putih cari dulu.”

Ibu Bawang Merah : “Kalo ga ada minyak tanah juga gapapa.”

Bawang Putih : “Ini bu ada minyak kayu putihnya.”

            Ibu Bawang Merah menggosok-gosokan minyak kayuputih ke hidung Ayah Bawang
Putih dan akhirnya Ayahnya bangun.

Bawang Putih : “Alhamdulillah akhirnya Ayah sadar..”

Ayah : “Ibu.. bagaimana dengan Ibu?”

Ibu Bawang Merah : “sudah Pak, ikhlaskan saja lebih baik sekarang bapak berdo’a semoga Ibu
tenang di alam sana.”

Ayah : “Iya Bu, terimakasih. Sekarang yang saya pikirkan adalah siapa yang akan  mengurus
Bawang Putih ketika saya pergi merantau ke kota..”

            Ibu berbisik kepada Bawang Merah untuk mengajak Bawang Putih keluar.

Bawang Merah : “Putih, temani saya jalan-jalan keluar yuk..”

Bawang Putih : “Tapi Ayah..”


Ayah : “Sudah nak temani saja Bawang Merah, Ayah sudah tidak apa-apa.”

Bawang Putih : “Baiklah kalau begitu..”

Bawang Merah : “ayo Putih..”

Ibu Bawang Merah : “Mereka sudah seperti adik kaka saja ya, sepertinya Bawang Putih senang
bermain dengan Bawang Merah.”

Ayah : “Ya tampaknya begitu. Kasihan, Putih pasti merasa sangat kesepian karena ditinggal oleh
Ibunya.”

Ibu Bawang Merah : “Kalo bapak tidak keberatan saya mau ko menggantikan Ibu Bawang
Putih..”

Ayah : “Maksudnya ..?”

Ibu Bawang Merah : “Hhhmm, maksudnya saya tidak keberatan untuk mengurus Bawang Putih,
selain itu juga Bawang Putih tidak akan merasa kesepian lagi karena ada Bawang Merah..”

Ayah : “Hhhm.. baiklah kalau begitu saya akan membicarakannya dulu dengan Putih..”

Ibu Bawang Merah : “Iyaa silahkan..”

            Setelah itu Ibu Bawang Merah pulang.

Ayah : “Bawang Putih, Ayah ingin membicarakan sesuatu.”

Bawang Putih : “Iya Ayah, ada apa?”

Ayah : “Bagaimana kalo Ayah menikah dengan Ibunya Bawang Merah ? Ayah berpikir dia bisa
merawat kamu nak.. apakah kamu setuju ?”

Bawang Putih : “Kalau itu keinginan Ayah, Putih setuju..”

            Ayah Bawang Putihpun akhirnya menikahi Ibunya Bawang Merah dan hidup bersama.
Tidak lama setelah itu Ayah Bawang Putih ingin pergi ke kota lagi untuk berdagang.

Ayah : “Bu, Ayah akan pergi ke kota lagi untuk berdagang. Jaga baik-baik Bawang Merah dan
Bawang Putih ya Bu.”

Ibu : “Iya Yah, Ibu akan menjaga mereka baik-baik”

Ayah : “Bawang Merah, Bawang Putih, oleh-oleh apa yang kalian mau dari kota ?”

Bawang Merah : “Saya ingin gaun yang indah, sepatu, dan perhiasan Ayah..”

Ayah : “Baiklah, dan kamu nak ? kamu ingin oleh-oleh apa ?”

Bawang Putih : “Saya hanya ingin Ayah cepat kembali ke rumah lagi dan kita bisa berkumpul
bersama kembali.”
Ayah : “Iya Putih, Ayah pasti cepat pulang tapi sekali-kali Ayah ingin membelikanmu hadiah,
hadiah apa yang kamu  mau Nak ?”

Bawang Putih : “hhm baiklah kalo Ayah memaksa. Kalau begitu saya ingin i-phone, i-pad, mobil
yang mewah, kamera SLR, dan satu set perlengkapan kecantikan. Apakah Ayah bisa
membelikan itu semua untuk Putih..?”

Ayah :”Bisa.. Bisa..bisa gila. Ya sudah Ayah pergi dulu yah. Assalamu’alaikum..”

Semuanya : “Wa’alaikumsalam..”

            Setelah Ayah mereka pergi ke kota, Ibu dan Bawang Merah mulai berlaku kasar terhadap
Bawang Putih.

Bawang Merah : “Putiiiih !!!”

Bawang Putih : “iya merah ada apa ?”

Bawang Merah : “Kamu darimana aja sih ?! daritadi saya teriak-teriak emang ga kedengeran
apa ?”

Bawang Putih : “Maaf Merah, tadi saya sedang mencuci baju.”

Bawang Merah : “Alaah alasan saja kamu ini !”

Bawang Putih : “Tidak Merah, memang benar saya tidak mendengar teriakan kamu.”

Bawang Merah : “Ya berarti kamu budeg ! sana ke THT !”

Bawang Putih : “tidak mau, saya tidak mau diberi harapan palsu.”

Bawang Merah : “Itu PHP goblok bukan THT !”

Ibu : “Aduuuh ada apa sih ini berisik banget ?”

Bawang Merah : “Ini nih Bu si Putih ! saya teriak-teriak manggil dia tapi dianya ga nyahut-
nyahut.”

Bawang Putih : “Tapi saya memang tidak mendengarnya Bu..”

Ibu : “bohong! Kamu pasti pura-pura tidak mendengarnya.”

Bawang Putih : “Saya tidak berbohong Bu.. telinga saya benar-benara tidak mendengar
teriakannya Bawang Merah.”

Ibu : “kamu tuli ya hah?!!! Sana kamu ke PHP !!”

Bawang Merah : “THT goblooook!! THT !!”

Ibu : “Apa kamu bilang Ibu goblok?!!!!!”

Bawang Merah : “Eh engga bu engga..”


Ibu : “Haah yasudah Ibu capek ingin beristirahat. Selesaikan urusan kalian berdua sendiri! Oiya,
Putih, mulai dari sekarang kamu harus mencuci baju, piring dan semua pekerjaan rumah !’

Bawang Putih : “Baik Bu..”

Ibu : “Cepat !!”

Bawang Merah : “Mampus lu.”

Bawang Putih : “Lu yang mampus !”

Bawang Merah : “Apaaa ?!!”

Bawang Putih : “Kenapa ga kedengeran ?! sana loh ke THT !!”

            Pada suatu hari Ayah pun pulang, perlakuan ibu dan saudara tirinya itu sangatlah berbeda
mereka sangat baik kepada Bawang Putih apabila Ayahnya pulang. Ayah pulang membawa
berita buruk, yaitu dia tidak bisa lagi pergi ke kota untuk berdagang karena suatu masalah,
sehingga membuat Ibu Bawang Merah sangat kesal. Akhirnya timbul niat jahat untuk membuat
Ayah tidak berdaya.

Ibu : “Yaah, saya telah membuatkan teh untuk ayah, diminum ya Yaah..”

Ayah : “Iya Bu, terimakasih.”

            Setelah meminum teh itu badan Ayah Bawang Putih menjadi kaku, dia tidak bisa
bergerak dan mengucapkan sepatah katapun. Ibu Bawang Merah sangatlah senang dengan
kejadian itu. Setelah kejadian itu Ayah Bawang Putih yang sampai sekarang tidak jelas namanya
siapa hanya bisa tertidur di kamar dengan kaku. Bawang Putih sangat sedih melihatnya.

            Suatu hari..

Bawang Merah : “Putih !!!”

Bawang Putih : “Iya Merah.. ada apa ?”

Bawang Merah : “Ini liat baju saya ko luntur kaya gini sih ?!!”

Bawang Putih : “Hhhm maaf Merah, mungkin saya terlalu ceroboh sehinggaa..”

Bawang Merah : “Ahhh sudah-sudah saya tidak mau mendengar alasan apapun dari kamu !
pokonya saya ga mau tau sekarang juga kamu cuciin baju saya !!!”

Bawang Putih : “Iya Merah... ngomong-ngomong ini kan baju saya, ko kamu ngaku-ngaku ?”

Bawang Merah : “Idiih siapa yang ngaku-ngaku, mulai dari sekarang baju kamu menjadi milik
saya ! sana cepat pergi !”

            Bawang Putihpun pergi ke sungai. Setelah selesai mencuci diapun pulang, diperjalanan
dia mendengar suara orang minta tolong.

Tafriziah : “Tolooong, tolong..!”


Bawang Putih : “siapaa ? Kamu dimana ?”

Tafriziah : “Aku disini..!”

Bawang Putih : “Dimanaa ? Aku tidak melihatmu.”

Tafriziah : “Disini akau disini ..!!”

Bawang Putih : “Disini dimana ?”

Tariziah : “Wooy disini wooy..”

Bawang Putih : “Oooh ternyata kamu disini, bilang dong daritadi. Kamu kenapa ?”

Tafriziah : “Kaki saya terkilir tolong bantu saya.”

Bawang Putih : “Baiklah saya akan menolongmu, bagaimana kalau saya membawamu ke rumah
saya ? Biar saya bisa mengobati kakimu itu.”

Tafriziah : “Baiklah, terimakasih..”

Bawang Putih : “Sama-sama, mari saya tuntun. Nama kamu siapa ? Kamu berasal darimana ?”

Tafriziah : “Nama saya Afri, saya bukan berasal darisini saya kesini tadinya hanya ingin jalan-
jalan saja tetapi saya tersesat..”

Bawang Putih : “Oooh begitu, makanya kalau anak kecil tuh jangan main sendirian, ntar kalo
diculik gimana coba.. ya sudah bagaimana kalau kamu tinggal bersama saya ?”

Tafriziah : “Terimakasih.. kamu sangat baik sekali, tidak hanya wajahmu saja yang cantik tapi
hatimu sangatlah baik dan tulus.”

Bawang Putih : “Iya dong, gue..”

            Mereka berduapun menuju ke rumah Bawang Putih. Kedatangan mereka tidak disambut
baik oleh Bawang Merah dan Ibunya. Afripun ditempatkan di gudang. Setelah kedatangan Afri
Bawang Putih pun tidak merasa kesepian lagi. Tetapi hal itu membuat Bawang Merah dan
Ibunya kesal dan marah. Bawang Merah tidak menginginkan Bawang Putih mempunyai teman
lalu akhirnya diapun meracuni Afri.

Bawang Putih sedih melihat temannya meninggal.

Bawang Putih : “Afrii.. kenapa kamu tega meninggalkan aku, aku sekarang tidak mempunyai
teman lagi..”

            Beberapa hari setelah kematian Afri, Bawang Putih sering sekali merenung sendiri. Dan
pada suatu hari ada seorang pangeran tampan yang datang ke desa Bawang Putih, pangeran
tersebut bernama Rifal. Dia datang ke desa itu untuk memenuhi permintaan ayahnya untuk
mencari seorang gadis untuk dijadikan istri sang pangeran.
            Di desa tersebut pangeran mengadakan sayembara siapa yang dapat mengangkat batu
milik Ayahnya maka dia akan di nikahi oleh pangeran. Dan batu tersebut hanya dapat di angkat
oleh gadis yang berhati mulia. Sayembara tersebut terdengar oleh ibu Bawang Merah.

Ibu : “Nak pangeran mengadakan sayembara siapa yang dapat mengangkat batu milik Raja maka
dia akan dinikahi oleh pangeran.”

Bawang Merah : “Haah ? Masa siih..? yang bener bu ?”

Ibu : “Iya nak ! makanya sekarang ayo cepat kamu mengikuti sayembara itu !”

Bawang Merah : “Baik bu, lagian cuman ngangkat batu doing kan ? aah keciil..”

Ibu : “Heh !! ngapain kamu disitu ? kamu nguping ya hah ?!!”

Bawang Putih : “Engga ko bu, siapa yang nguping, ibu gr dih.”

Bawang Merah : “Alah jangan pura-pura kamu ! ngapain kamu disini ?”

Bawang Putih : “Ga ngapa-ngapain !”

Ibu : “Jangan-jangan kamu ingin mengikuti sayembara itu ya ?!”

Bawang Merah : “Heh jawab !! punya mulut ga hah ?!”

Bawang Putih : “Kalau iyaa, memang kenapa ?”

Bawang Merah : “Heh ngaca dong ngaca !! kamu tuh ga Pantes jadi istri pangeran, yang pantes
jadi istrinya pangeran tuh saya! Liat saya ! saya cantik kan ?”

Bawang Putih : “Engga.”

Bawang Merah : “Eh kurang ajar ya kamu, Pokonya awas aja ya kalau kamu mengikuti
sayembara itu !”

Ibu : “kalau kamu berani mengikuti sayembara itu, awas aja ! saya tidak akan segan-segan
membunuh ayah kamu seperti saya membunuh ibu kamu !!”

Bawang Putih : “Apaa ?!! yang membunuh Ibu saya adalah Ibu ?”

Ibu : “Iya, kenapa ? ga terima ? hah ?!!!”

Bawang Putih : “iya !terus napa ? lo pengen banget di terima gitu hah ?!! kalian berdua memang
jahat !!”

            Setelah itu ibu dan Bawang Merah pergi ke tempat sayembara.

Hadi : “Assalamu’alaikum wr.wb. terimakasih kepada warga desa ini yang telah berkumpul di
tempat ini untuk mengikuti sayembara ini. pertama-tama marilah kitaaaa…”

Pangeran : “Heh ! udah cukup segitu aja ga usah panjang-panjang !”


Hadi : “Ooh iya maaf pangeran, kebiasaan hehe. Baiklah kita langsung pada intinya. Kedatangan
kami berdua disini adalah untuk mencari seoarang gadis yang berhati mulia yang dapat
mengangkat batu ini, dan barangsiapa yang dapat mengangkat batu ini maka dia akan menjadi
istri saya.”

Pangeran : “Heh ! istri saya !?”

Hadi : “Oh iya maaf pangeran salah, maksudnya istri pangeran. Menjadi istri pangeran sangat
banyak sekali keuntungannya, salah satunya adalah anda bisa keliling dunia dengan menaiki
kuda-kuda terlatih milik istana kerajaan. Dan juga pangeran sendiri, memiliki lima kelebihan !

1.      Pangeran orangnya baik hati, rajin menabung dan tidak sombong seperti saya.

2.      Sudah jelas sekali kalian lihat bahwa pangeran adalah seorang laki-laki yang sangat tampan
seperti saya.

Pangeran : “Heh kenapa semuanya seperti kamu ?”

Hadi : “Karena faktanya memang begitu.”

Pangeran : “Aaah sudah-sudah cepat laksanakan saja sayembara ini !”

Hadi : “Baiklah pangeran..”

            Akhirnya sayembarapun dilaksanakan. Satu persatu gadis di desa itu mengangkat batu itu
tetapi tidak ada yang dapat dapat mengangkatnya. Dan pada akhirnya tiba giliran Bawang Merah
yang mengangkat batu itu.

Bawang Merah : “Lihat saya pasti bisa mengangkatnya.”

            Tetapi pada hasilnya batu tersebut tidak dapat di angkat oleh Bawang Merah.

Bawang Merah : “Aduuh susah banget sih !”

Ibu : “haah dasar anak bodoh ! sini ibu bantu.”

Hadi : “Heh tidak oleh dibantu ! itu pelanggaran namanya.”

Bawang Merah : “Aaah diam kamu ! aduh susah banget sih ini.”

Hadi : “Waah rusuh nih rusuh !! pangeran ! cepat panggil security !”

Pangeran : “Apa ?! kamu berani menyuruh pangeran ?!”

Hadi : “A..ampun pangeran, sudah kalian berdua cepat pergi darisini !”

Pangeran : “Hey pengawal inikah gadis terakhir di desa ini ?”

Bawang Putih : “Tidak, akulah gadis terakhir di desa ini.”

Bawang Merah : “Heh Bawang Putih ! ngapain kamu disini !!”

Pangeran : “Diam kamu !!”


Bawang Merah : “Aaaah Ibuuu, dia marah-marahin aku.”

Pangeran : “Kamu cantik-cantik dari hatimuu.. bapa kamu pasti sedang struk yah ?”

Bawang Putih : “Loh ko kamu taau ?”

Pangeran : “Karna setelah melihat kecantikan kamu, seluruh tubuhku terasa kaku tak berdaya..”

Bawang Putih : “Engga ko emang beneran bapak saya sedang struk.”

Pangeran : “ooh begitu. Hhm sebenarnya selain menjadi seorang pangeran saya juga seorang
peramal, saya sudah bisa meramal bahwa di telapak kakimu itu ada surga buat anak-anak kita
kelak.”

Hadi : “Aduh pangeraaan, ini kapan dimulai sayembaranya ?”

Bawang Putih : “Iya nih pangeran banyak ngegembel.”

Pangeran : “Ngegombal putriku.. baiklah silahkan kamu angkat batu itu.”

            Bawang Putih pun mengangkat batu itu dan ternyata batu itu terangkat olehnya. Melihat
itu semua yang hadir disitu termasuk Bawang Merah dan ibunya tercengang.

Pangeran : “Tuh kaaan, saya sudah yakin bahwa kamu pasti bisa mengangkat batu itu. baiklah,
besok kita akan menikah. Jadi, siapa namamu ?”

Bawang Putih : “Bawang Putih pangeran..”

Ibu Bawang Merah : “Tidak bisa !! Pangeran tidak bisa menikah dengan dia ! dia tidak pantas
menjadi istri pangeran ! yang pantas menjadi istri pangeran adalah anakku, Bawang Merah !”

Pangeran : “Tidak ! Batu tersebut telah memilih Bawang Putih untuk menjadi istriku.”

Bawang Merah : “Batu itu telah berbohong !”

Pangeran : “Diam kalian berdua ! kalau kau ingin menikah denganku, bawa sejuta bawang
untukku!”

Ibu Bawang Merah : “Itu hal yang mustahil !”

Pangeran : “Kalau begitu cepat pergi darisini !!”

            Akhirnya Bawang Merah dan Ibunya pergi.

Pangeran : “It’s a beautiful night, we looking for something dumb to do, hey baby I think I
wanna marry you… Putri, maukah kamu menikah denganku ?.”

Bawang Putih : “Dengan senang hati pangeran..”

            Akhirnya Bawang Putih menikah dengan pangeran. Ayah Bawang Putih pun telah
sembuh karena telah di obati oleh tabib istana. Mereka pun hidup bahagia selamanya.

Anda mungkin juga menyukai