Tinggalkan Balasan
Saudara. Itulah kata yang mengadung penuh cinta dan kasih sayang. Saudara. Dimana kita bisa
saling melindungi. Saudara. Benteng untuk cemburu dan benci. Itulah makna saudara. Tapi tidak
dengan pendapat Naha. Gadis berusia 17 tahun. Yang sejak kecil ditinggal mamanya. Mamanya
meninggal dunia 10 tahun lalu, karena penyakit jantung. Sejak kepergian mamanya, dia hanya hidup
dengan papanya. Pak Brabas Affandar. Dan diusianya yang ke-16 tahun papanya memutuskan
untuk menikah lagi. Ia tak pernah setuju dengan keputusan papanya. Ia tak ingin mamanya
tergantikan oleh perempuan lain. Tapi papanya tetap meyakinkan Naha. Bahwa ia juga butuh kasih
sayang seorang ibu. Akhirnya Naha setuju, alasannya ia tak mau dipaksa terus oleh
papanya. Selain kehadiran mama baru, Naha juga kehadiran saudara baru. Gadis cantik, lembut,
dan juga manis. Yang seumuran dengan Naha. Kina namanya. Mereka satu SMA. Tapi Naha tak
pernah berbicara dengan Kina. Bilapun mereka berbicara itu hanya sebentar dan singkat. Naha
tidak suka dengan Kina, bahkan mama Kina. Yang kini menjadi mama Naha juga.
Pagi saat sarapan… Naha turun ke meja makan. Di sana sudah ada papa, mama, dan Kina.
“Nah. Ayo sarapan sayang! Mama udah masakin sarapan yang enak loh”
Naha tetap diam dan meminum jusnya dengan berdiri.
“Nah! Jawab donk tawaran mama, jangan diem aja!” perintah papanya.
“Aku tidak peduli! Ingat ya pa, aku nggak pernah mau menganggap mereka. Dan dia bukan mama
aku!”
“Nah! (sambil berdiri menggebrak meja). Jaga omongan kamu!”
“Kenapa pa, papa marah? Terserah, papa juga nggak peduli sama aku. Papa cuma peduli sama
mereka”
“Naha, kamu jangan ngomong gitu!” ucap kina.
“Diam lo! Nggak usah ikut campur!”
“Naha, kenapa kamu jadi kasar gini nak?” keluh papanya.
“Papa tuh seharusnya udah tahu kenapa aku jadi kayak gini”
Naha keluar dan tidak mempedulikan mereka.
“Mas, maafin saya mas. Karena kehadiran saya dan Kina yang membuat Naha jadi kayak gini!”
“Nggak! Ini bukan salah kamu Ratna. Ini memang salah saya sendiri. Jadi aku mohon kamu dan
Kina jangan merasa bersalah”
Pulang sekolah….
Kina berjalan menuju parkir depan. Tidak sengaja ia bertemu dengan gengnya Steffa.
“Eh… ada Kina nih. Lo tau nggak lo tuh beda banget sama saudara tiri lo itu!” kata Malaikat.
“Lo itu ya, cantik, lembut, manis, lugu, sopan” ucap Steffa
“Iya, betul itu. Kalo dibandingin sama siapa tuh… preman pasar. Ya beda jauhlah!” tambah Aina
“Maksud kalian, Naha?”
“Kalo bukan dia… siapa lagi!”
“Kalian jangan keterlaluan menghina Naha. Dia itu nggak seperti yang kalian pikirin!”
“Maksudnya? Dia lembut, manis, cantik gitu? Ya nggak mungkinlah”
“Kita nggak bakal percaya!”
“Bye dulu ya… Kina!”
Mereka pun pergi.
“Kenapa sih semua menganggap Naha itu anak yang kasar?” tanya Kina pada dirinya sendiri.
“Nggak kok! Nggak semua orang penutup gitu. Saya menganggap kalo Naha itu orang baik!”
Kina langsung berbalik.
“Benar? Menurutmu Naha baik?
“Iya. Aku dulu waktu SMP pernah sekelas sama Naha. Dan aku pikir Naha anak yang baik, suka
nolong orang lain, dan sering berbagi!”
“Apa? Kamu temen SMPnya Naha?”
“Iya. Aku Dino!”
"Kina!"
Saat di taman belakang sekolah. Tepatnya setelah semua siswa pulang. Naha duduk sendiri di
bangku taman. Menyendiri dalam keheningan.
“Nah! Ini untukmu!”
“Apaan sih lo Kina? Buat apa coba, ngasih kotak… hadiah… nggak kayak gini!”
“Aku ngasihnya tulus sama kamu Naha! Karna pagi tadi aku merasa bersalah sama kamu!”
“Tulus? Lo udah hancurin hidup gue, bisa-bisa lo ngasih gue hadiah. Gila lo!”
“Nah! Lo jangan ngomong sembarangan. Ini saudara lo!” tiba-tiba Dino datang bersama
Andra. Sejak pertama masuk SMA Dino dan Andra sudah bersahabat.
“Ngapain lo ikut campur!”
“Di sini gue mau nyadarin lo kalo bukan Kina yang buat hidup lo hancur. Tapi justru lo sendiri
penyebabnya!” ucap Dino.
“Lo tuh tau apa sih? Lo nggak tau apa-apa”
“Naha, maafin aku!”
“Maaf-maaf, bisanya cuma ngomong doank. Udah nggak nyadar diri, nggak punya malu, suka
hancurin hidup orang. Seandainya gue nggak pernah ketemu lo. Gue bakal seneng banget,
Kina! Dan gue jadi orang paling beruntung sedunia.”
"Nah!" Kina mulai meneteskan air mata.
“Udahlah, Tidak… Naha biar gue yang urusin!” bisik Andra ke Dino.
“Ayo, Kina kita pergi!”
“Tapi Dino, Naha gimana?”
“Udahlah!”
“Baguslah kalo lo pergi” kata Naha.
Kina dan Dino telah pergi.
Saat di rumah, Naha berjalan melewati pintu menuju ruang tengah. Di sana ada papa dan mama
Naha sedang minum kopi.
“Nah, kamu udah pulang?” senang Kina.
"Ayah. Ma… mama… dan Kina. Saya sadar, semua yang saya lakuin selama ini salah. Saya
egois. Aku cuma mikirin diri aku sendiri. Aku nggak pernah mikirin kebahagiaan orang lain. Dan aku
nggak pernah mau nerima kalian di rumah ini. Aku nggak pernah menyalahkan baik sama
kalian. Kalian mau maafin aku!”
“Nah, kamu serius bilang gitu!” tanya papa Naha, yang kaget.
"Nah!" ucap mama Kina sambil menangis memeluk Naha. Sedangkan Kina tersenyum bahagia di
samping papanya.
Tiba-tiba…
“Nah, gitu donk! Kalo baikan jadi enak ngeliatnya!” ucap Dino yang datang bersama Andra.
“Makasih Andra, kamu udah nyadarin aku tentang kebahagiaan!” ucap naha.
“Iya Naha, sama-sama!” tersenyum pada Naha.
Lalu Kina dan Dino berdehem bebarengan.
“Apaan sih kalian?” kesal Andra.
“Tau, tuh!” tambah Nah.
Kina dan Dino langsung tertawa. Naha dan Andra pun ikut tertawa.