Anda di halaman 1dari 13

Hujan Yang Begitu Manis

By : Edy Priyono

Hari itu ada seorang siswa Sekolah Menengah Atas berlari ditengah derasnya hujan
sore. Waktu itu cuaca tak begitu mendukung perjalanan pulangnya karena hujan yang
datang mendadak. Ia juga lupa tidak membawa payung, maka bergegaslah pemuda itu
mencari tempat untuk berteduh sebelum tubuhnya benar-benar basah. Setelah
mendapat tempat berteduh, ia mengeluarkan ponselnya kemudian menelpon
seseorang seperti memberitahu sesuatu. Setelah itu ia kembali fokus menatap miliaran
air yang jatuh dari langit berharap langit akan berhenti menangis.
"kenapa hujan ini tak kunjung reda???" gumamnya dalam hati. Ia kemudian
menghela napas sejenak lalu menghembuskannya.
"Hey, Eiji-kun..." tiba-tiba terdengar suara lembut nan indah yang memanggil
pemuda yang tengah duduk sembari memainkan jari-jemarinya diatas layar ponsel.
"loh? Natsumi-san??" ia menoleh ke arah sumber suara yang menyapanya.
"Sedang apa kau disini?" tanya gadis manis berambut sebahu yang datang
menemuinya.
"Sedang berteduh." jawab dingin pemuda yang bernama Eiji.
"Sepertinya kau sedikit basah..." ledek gadis yang masih satu kelas dengan Eiji
itu.
"Memangnya apa masalahmu apabila aku seperti ini, Yuki?" cetus pemuda itu
balas meledek gadis bernama Natsumi Shiroi dengan nama masa kecilnya.
"Eeee... kenapa kau masih memanggilku dengan sebutan itu? Dasar Hiko."
dengan nada bicara yang sedikit ditinggikan, Natsumi membalas ejekan yang sama
dengan Eiji.
"Sudahlah, jangan sebut-sebut nama itu lagi dihadapanku. Yang jelas ada perlu
apa kau datang kemari?" cetus pemuda dingin itu kesal kemudian berdalih ke lain
pembicaraan.
"Ya sudah aku minta maaf. Karena aku melihatmu berlari dari kejauhan ditengah
derasnya hujan, aku berpikir untuk mengajakmu pulang bersama." balas gadis yang

[Type text] Page 1


berdiri didepan Eiji dengan sebuah payung yang ia pegang.
"Pesan dari orang tuaku ya?" tanya Eiji lagi.
"Hehehe... memangnya dari siapa lagi?" jawab Natsumi sembari tertawa kecil.
"Ya sudah... daripada aku menunggu hujan yang belum reda ini lebih lama, aku
akan pulang bersamamu saja." balas Eiji pasrah.

"Tadaima..." terdengar suara pemuda itu kala sudah sampai dirumahnya. Disusul
oleh Natsumi yang ada dibelakang Eiji.
"Okaeri Onii-chan." sambut hangat adik perempuan hampiri kakaknya yang baru
pulang.
"Konnichiwa, Ryuui-chan." sapa lembut perempuan yang bersama Eiji itu kepada
gadis didepannya.
"Konnichiwa... Ne Nii-chan, apa kau diantar pulang lagi oleh Yuki-neesan?"
ledek adik kepada kakaknya dengan awalan membalas salam dari Natsumi.
"Berisik kau Ryuui." ucap pelan Eiji yang berlalu menuju kamarnya.
"Ne... Nii-chan!" rengek jengkel adik kecil Eiji.
Sementara itu Natsumi hanya tersenyum melihat kakak beradik ini, akan tetapi
Natsumi percaya bahwa Eiji tidak serius menanggapi adiknya yang sedikit manja itu.
***
"... Gochisousama deshita.." ucap Natsumi mengakhiri jamuan makan malam
dirumah Eiji dengan raut wajah yang terlihat senang.
"Bagaimana makanannya, Shiroi-chan?" tanya Ibu Eiji kepada teman masa kecil
Eiji.
"Sungguh enak, tante. " jawab Natsumi sembari tersenyum.
"Gochisou sama... " ucap pelan Eiji mengakhiri makan malamnya lalu beranjak
pergi meninggalkan meja makan.
"Ne Nii-chan, mau kemana?" tanya Ryuui kepada kakaknya dengan mulut yang
masih mengunyah sedikit makanan.
"Hey Ryuui, telan dulu makananmu.." ucap ayah kepada anaknya yang masih
makan itu.

[Type text] Page 2


"Kamar..." balas Eiji pelan tanpa menoleh sedikitpun kearah Ryuui yang masih
sibuk dengan makanannya.
"Gomenne Shiroi-chan, Hiko-kun memang selalu begitu kepada adiknya. Dulu
sebelum ia menjadi seorang penulis, Ryuui selalu diajak bermain bersama. Mungkin
kau bisa membujuk dia." jelas ayah kedua saudara itu kepada Natsumi.
"Oh begitu... Baiklah akan saya usahakan!" balas Natsumi lembut namun
bersemangat.
"Arigatou." ucap ayah Eiji berterimakasih.
Dengan izin dari orangtua Eiji, Natsumi beranjak dari meja makan dan melangkah
menuju kamar Eiji yang ada dilantai dua. Anak tangga demi anak tangga dipijak oleh
gadis itu. Sampai pada ujung anak tangga, terdapat dua buah pintu disisi kiri dan
kanan. Natsumi ingat betul dimana kamar pemuda itu berada karena sedari SD ia
terkadang mengunjungi Eiji dirumah. "Kazuhiko Eiji" begitulah rupa sebuah
gantungan yang terpampang didepan pintu kamar penulis muda itu.
"E... i... ji... Apa yang sedang kau lakukan..??" goda gadis itu dengan suara
menakutkan sembari membuka pintu kamar Eiji.
"Apa maumu masuk kedalam kamarku, Yuki?" tanya Eiji seraya jemarinya
memainkan tombol keyboard.
"Hehehe... Aku hanya ingin membujukmu agar kau mau bermain kembali
bersama adik imutmu itu, Hiko-kun." balas gadis yang melangkah masuk kedalam
kamar Eiji.
"Oh.. Hari ini tidak bisa. Aku sibuk dengan pekerjaanku." lanjut Eiji yang fokus
pada layar komputer.
"Apa yang sedang kau kerjakan, Hiko-kun?" tanya Natsumi lagi.
"Naskah cerita untuk lomba menulis novel besok." balas Eiji dingin.
"Eeee... Kenapa sikapmu selalu saja dingin?" tanya lagi gadis yang tengah
melihat beberapa buku hasil karya Eiji yang tersusun rapih disebuah rak buku. Tanpa
memperdulikan apa yang Natsumi lakukan dikamarnya, Eiji tetap fokus dengan
pekerjaannya.
"Hmmm.. Memangnya batas akhir lomba yang kau ikuti sampai kapan?" tanya

[Type text] Page 3


Natsumi lagi sembari mengambil sebuah buku.
"Seminggu lagi." jawab Eiji pelan.
"Memangnya sudah sampai mana cerita yang kau buat?" lanjut lagi Natsumi
bertanya.
"Baru setengahnya." kembali Eiji tanggapi pertanyaan Natsumi.
"Heee..? Apa dengan ...", "Apa kau tidak bisa diam, Natsumi?!" baru Natsumi
akan melanjutkan biacaranya, tiba-tiba Eiji memotong pembicaraan, beranjak dari
tempat duduknya lalu menghampiri gadis yang sedari tadi terus bertanya padanya.
"Mohon maaf Natsumi, hari ini aku sibuk. Sebaiknya kau pulang, mugkin hujan
juga sudah reda." ucap Eiji pelan kepada Natsumi meminta maaf.
Karena merasa telah membuat Eiji marah, Natsumi pun pergi meninggalkan pemuda
yang masih harus menyelesaikan pekerjaanya itu. Gadis itu merasa sedih karena ia
baru pertama kali melihat Eiji marah kepadanya. Ia berlari menuruni anak tangga
dengan pipi yang basah oleh air mata. Ketika sedang menuruni anak tangga terakhir,
tiba-tiba Ryuui muncul dan tidak sengaja Natsumi menabraknya dengan raut wajah
yang masih sedih.
“Aduh... maaf. Ne Yuki-neesan, kenapa kau menangis? Apa nii-chan
menyakitimu?” tanya Ryuui kepada gadis yang tengah bersedih itu sembari meringis
kesakitan. Ketika tersadar bahwa yang Natsumi tabrak adalah Ryuui, ia langsung
merunduk, mengusap air mata yang ada dipipinya, kemudian berdiri dan membalas
pertanyaan Ryuui seolah tidak terjadi apa-apa antara dia dengan Eiji. Setelah itu, ia
berpamitan dengan orangtua Eiji dan beranjak pulang. Tidak lupa juga Natsumi
menitipkan pesan untuk kakak Ryuui itu agar besok ia tidak terlambat ke sekolah.
Setelah mengantar Natsumi sampai ke depan, Ryuui langsung bergegas menemui
kakaknya yang tengah sibuk dikamarnya.
"Onii-chan... Apa kau sudah tidur?" ucap pelan sang adik kala memasuki kamar
kakaknya.
"Belum." balas si kakak yang masih sibuk dengan deadlinenya itu.
"Ne Nii-chan, tadi Yuki-neesan menitipkan pesan. Katanya besok kau jangan
sampai terlambat ke sekolah." ungkap Ryuui tentang pesan dari Natsumi.

[Type text] Page 4


"Hmm.. ya, nanti aku akan berrterimakasih padanya." balas Eiji yang tidak
menoleh sedikitpun ke arah lawan bicaranya.
"Eeeh.. Nii-chan, paling tidak lihatlah ke arah lawan bicaramu ini..!!" rengek adik
yang kesal pada kakaknya itu. Disaat adiknya merengek karena sikapnya, Eiji
beranjak dari tempat duduknya lalu menghampiri adik kecilnya dan mencubit pipi
saudaranya yang memakai jaket dengan hiasan kuping kucing yang sedang ia pakai.
"Baiklah adik kecilku yang imut. Karena sudah malam, sebaiknya kau tidur.
Besok kau juga tidak mau terlambat ke sekolah, bukan?" gemas kakak yang tiba-tiba
ceria pada adiknya itu.
"Wakatta Nii-chan. Kalau begitu aku akan tidur juga. Oyasumi Nii-chan..." ucap
adik kecilnya ceria kemudian pergi meninggalkan kakaknya yang akan beristirahat.
Setelah kepergian adik kecilnya yang imut, Eiji pun merebahkan dirinya diatas kasur,
merenungkan sejenak apa yang telah ia perbuat pada Natsumi sebelumnya sehingga
gadis itu menangis.
"Mohon maafkan aku Natsumi, aku tidak bermaksud marah kepadamu. Aku
hanya ingin fokus dengan deadlineku saja. Aku tidak ingin melihatmu menangis."
gumamnya dalam hati. Tiba-tiba, Eiji kembali mendapatkan sebuah inspirasi ketika
memikirkan kejadian yang ia lakukan kepada Natsumi. Tanpa pikir panjang, Eiji
bergegas kembali menatap layar monitor dan memainkan jari-jemarinya diatas papan
keyboard. Ia tidak akan menyia-nyiakan inspirasi yang didapat itu. Sementara itu,
Ryuui yang sebenarnya belum tertidur melihat pintu kamar kakaknya yang masih
sedikit terbuka dan mencoba mengintip apakah kakaknya sudah tertidur atau belum.
Ia terkejut ketika melihat kakaknya masih menatap layar monitor ditengah malam.
Adik Eiji itu pun mengerti betapa sulitnya menjadi seorang penulis disaat karyamu
sudah mencapai popularitas. Dengan santai ia membiarkan kakaknya yang tengah
bekerja itu untuk menyelesaikan urusannya terlebih dahulu. Ryuui yakin, bahwa
kakaknya akan berhasil menyelesaikan naskah itu. Dengan perlahan, ia menutup pintu
kamar kakaknya dan memberikan semangat kepada kakaknya dengan suara yang
pelan pula. Setelah dirasa cukup, Eiji pun mesave terlebih dahulu file yang ia buat,

[Type text] Page 5


mengclose komputernya, kemudian berbaring dan tertidur. Ia berharap besok bisa
berangkat tepat waktu ke sekolah.
***
"Ryuui.. tolong bangunkan kakakmu! Bukankah dia tidak mau terlambat pergi ke
sekolah?!" teriak ibu kedua saudara itu kepada Ryuui yang sudah bangun, mandi, dan
berpakaian rapih.
"Hai! Oka-san.." balas teriak Ryuui yang sudah berdandan cantik.
"Onii... chan... ayo bangun..." perlahan adik imut itu membuka pintu kamar
kakaknya seraya membangunkan pemuda yang kadang terlambat sekolah itu.
"Hmm... 5 menit lagi..." balas kakak yang masih tidur itu.
"Ne Onii-chan... bangun...! Ini sudah waktunya untuk bangun...! Katamu kau
tidak akan terlambat ke sekolah lagi...!” rengek Ryuui membangunkan Eiji yang
belum terbangun juga.
“Memangnya sudah jam berapa?” tanya kakak yang masih mengantuk itu kepada
adiknya.
“Jam delapan, nii-chan.” ucap bohong Ryuui lalu pergi meninggalkan saudaranya
yang malas untuk bangun pagi.
“Hah?! Kenapa tidak kau bangunkan aku dari tadi, Ryuui?” Eiji terkejut lalu
terbangun dengan raut muka yang masih terlihat kusut. Dengan wajah yang masih
terlihat mengantuk ia bangun dan melihat ke arah jam weker yang ada disamping
tempat tidurnya.
"Ryuui...! kau bohong lagi...! sekarang baru jam tujuh..!" kesal kakak Ryuui itu
karena kelakuan adiknya.
Setelah terbangun, Eiji langsung pergi mandi, berkemas, sarapan pagi, lalu berangkat
ke sekolah bersama adiknya. Karena masih merasa kesal atas ulah Ryuui kepadanya,
Eiji berlagak seperti tidak mau biacra kepada adiknya itu.
"Ne nii-chan, kenapa daritadi aku bertanya tidak kau jawab?!" jengkel adik Eiji
yang berjalan dibelakangnya itu.
"Hemph! Aku kesal karena kau membohongiku lagi." balas kakak Ryuui yang
sedari tadi diam dalam perjalanan ke sekolah.

[Type text] Page 6


Setelah mereka berrdua sampai di sekolah, dua bersaudara itu saling menuju loker
masing-masing, mengganti sepaatu mereka dengan uwabaki, lalu masuk kedalam
kelas. Memang dua bersaudara itu berada disatu sekolah yang sama, hanya tingkatan
kelas saja yang berbeda. Eiji berada dikelas 2, sedangkan adiknya berada dikelas 1.
Saat masih ada diruang loker, kakak Ryuui itu melihat Natsumi yang sedang
mengganti sepatunya dengan uwabaki juga. Ketika gadis itu melihat Eiji yang
memanggilnya dari ujung loker, Natsumi pun terkejut dan pergi meninggalkan
pemuda itu. Tapi baru saja ia berlari menaiki beberapa anak tangga, Natsumi terjatuh
dan kakinya terkilir. Mendengar ada sesuatu yang jatuh, Eiji sontak menghampiri
sumber suara tersebut. Ia terkejut melihat Natsumi sudah terkapar dilantai lorong
loker. Dengan sigap Eiji menggendong gadis yang terlihat pingsan itu menuju UKS
untuk diberikan pertolongan. Setibanya di UKS, pemuda itu meminta agar teman satu
kelasnya ini segera diperiksa oleh petugas diruangan tersebut.
"Ngomong-ngomong, Eiji-kun kemana ya?" tanya salah satu teman sekelasnya
pada yang lain.
"Shiroi-chan juga belum masuk. Kemana mereka ya??" tanya juga salah satu
teman dekat Natsumi pada yang lain.
"Anak-anak! Mohon untuk diam dan mendengarkan penjelasan dari Pak Guru!"
tegur seorang guru yang sedang mengajar di kelas Eiji.
Dengan berlari sekuat tenaga, Eiji melalui lorong kelas yang panjang agar bisa
mengikuti jam pelajaran yang mungkin sedang berlangsung.
"Krrekk...!!!" terdengar suara pintu yang terbuka oleh tangan pemuda yang baru
masuk kelas itu. Sontak seisi kelas berpaling dari penjelasan guru dan melirik siapa
yang telah membuka pintu tersebut.
"Mohon maaf Keita sensei, saya terlambat." ucap Eiji dengan napas yang masih
terengah-engah.
"Memangnya ada masalah apa sampai kau datang terlambat, Kazuhiko Eiji?"
balas guru yang berrnama Keita Akihiro selaku pengajar dikelas tersebut.
Tadi saat saya masih ada diloker, saya bertemu dengan Natsumi-san, sensei. Dia
terjatuh dan kakinya terkilir saat menaiki tangga. Maka dari itu saya membawanya ke

[Type text] Page 7


UKS terlebih dahulu." jelas pemuda itu kepada guru yang sedang mengajar
Matematika dikelasnya. Sontak seisi kelas terkejut mendengar apa yang Eiji jelaskan.
"Ya sudah, kita lanjutkan nanti saja masalah itu. Sekarang kau boleh masuk."
ucap guru tersebut mengakhiri permasalahan pemuda yang terlambat itu untuk masuk
kedalam ruang kelas.
"Arigatou Keita sensei." ucap Eiji berterimakasih kemudian duduk di kursinya.
"Nah anak-anak! Sekarang kita lanjutkan pembahasan soal yang tadi ... "
sambung kembali Keita sensei dengan materi pelajaran sampai akhirnya tiba
waktunya istirahat.
"Nah anak-anak! Hari ini cukup sekian dari bapak dulu." ucap guru mengakhiri
pelajaran kepada muridnya.
"Ne Eiji-kun, sekarang Shiroi-chan ada di mana?" tanya salah satu teman dekat
Natsumi yang datang menghampirinya.
"Sekarang Natsumi ada di UKS yang berdekatan dengan ruang loker." jelasnya
kepada teman gadis itu.
"Arigatou Eiji-kun." ucap teman satu kelasnya itu berterimakasih lalu pergi untuk
menemui Natsumi yang ada di UKS.
"Um.. domo." balas Eiji pelan.
Dengan informasi yang didapat dari Eiji, teman dekat Natsumi itu berlari untuk
menemui gadis yang selalu ceria itu di UKS. Setibanya dilokasi, Natsumi terkejut
melihat teman dekatnya datang menjenguk. Dengan perasaan sedih dan gelisah gadis
yang selalu bersama Natsumi itu berlari kemudian menangis dipelukan gadis yang
masih merasa kesakitan itu.
"Ne Sakura-chan, kenapa kau menangis? aku baik-baik saja dan kau tidak perlu
khawatir." ucap Natsumi kepada teman dekatnya yang bernama Sakura.
"Ta.. tapi Shiroi-chan, aku sangat mengkhawatirkanmu..." balas gadis yang masih
menangis itu.
"Iya iya, aku baik-baik saja. Sudah jangan menangis." ucap kembali Natsumi
menghibur Sakura yang masih menangis.
"Eh ngomong-ngomong Sakura-chan, kenapa kau bisa tau aku ada disini? dan

[Type text] Page 8


siapa yang membawaku kemari?" tanya gadis itu penasaran.
"Teman satu kelasmu yang membawamu kemari, Shiroi-chan. Tadi kau pingsan."
ucap petugas yang tiba-tiba datang memberitau Natsumi.
"Teman satu kelasku?" gumamnya dalam hati.
"Oh ya... Eiji-kun yang membawamu kemari, Shiroi-chan." ucap Sakura
memberitahu teman dekatnya itu.
"Eiji... -kun.. ya?" gumam Natsumi pelan.
Sementara itu, Eiji disela waktu istirahatnya sedang memakan bekal makan siang
dikelas sembari melanjutkan menyelesaikan deadlinenya yang tinggal menghitung
hari itu. Akan tetapi, tiba-tiba adiknya datang menghampiri kakaknya yang tengah
sibuk itu. Sontak teman-teman Eiji terkejut dengan kedatangan Ryuui yang tiba-tiba.
"Onii-chan...!!" teriak Ryuui kepada kakaknya kala masuk kedalam ruang kelas 2.
"Hufh... ya ampun... " keluh kakak Ryuui pelan.
"Eh Eiji, apakah itu adikmu??" tanya salah satu teman pemuda yang tengah sibuk
itu.
"Iya." balasnya singkat.
"Ne Ryuui, mau apa kau datang kemari?" tanya kakak kepada adiknya yang
berjalan menghampirinya.
"Nii-chan, ayo ajak aku berkeliling sekolah..!" rengek adik kecil itu manja.
"Mohon maaf Ryuui, tidak bisa. Kau tau kan kalau pekerjaanku ini hampir
mencapai batas akhir?" jelas Eiji lembut.
"Ya sudah.. Eh ngmong-ngomong, Yuki-neesan pergi kemana?" tanya Ryuui yang
tidak melihat keberadaan Natsumi.
"Dia ada di UKS dekat ruang lorong.Tadi pagi Natsumi terjatuh dari tangga lalu
aku menggendongnya sampai UKS." jelas kakak Ryuui itu pada adiknya.
"Ichiro, kalau nanti aku terlambat masuk tolong katakan pada Yamato sensei aku
sedang mencari inspirasi." ucapnya kepada ketua kelas.
"Humph.. kau memang selalu merepotkan ya, Eiji. Baiklah kalau itu maumu."
balas ketua kelas dengan dukungan darinya untuk Eiji.
"Ne nii-chan, kau mau ke mana?" tanya Ryuui penasaran.

[Type text] Page 9


"Sudah sudah. Kau seaiknya juga masuk kedalam kelasmu saja. Sebentar lagi jam
istirahat juga akan berakhir, kan?" paksa Eiji kepada adiknya agar masuk ke kelas.
Dengan tidak memberikan alasan yang sebenarnya bahwa ia akan menemui Natsumi
diruang UKS, Eiji menutup netbooknya dan pergi keluar kelas menuju ruang UKS
disaat jam istirahat hampir berakhir.
"Ne Sakura-chan, sebaiknya kau segera masuk kekelas, sebentar lagi pelajaran
Yamato sensei akan segera dimulai, kan?" saran Natsumi kepada temannya itu.
"Tidak mau! aku akan selalu disini bersamamu." balas temannya yang keras
kepala itu.
Disaat gadis keras kepala itu tidak mau berpisah dengan Natsumi, Eiji datang sebagai
pengganti Sakura. Tentu saja dengan bujukkan dari teman dekatnya itu, akhirnya
Sakura bersedia masuk kembali kedalam kelas. Sekarang, hanya ada mereka bertiga
didalam ruangan itu termasuk juga petugas yang ada didalamnya.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya pemuda yang mengambil dua buah kursi,
kemudian diletakkan berhadapan disamping Natsumi yang masih merasa kesakitan
itu.
"Masih terasa sakit." balas gadis itu pelan.
"Mmmm... arigatou Hiko-kun karena telah membawaku kemari." lanjut Natsumi
berterimakasih atas apa yang telah penulis muda itu lakukan padanya.
"Bukan apa-apa kok." balas dingin pemuda yang mulai membuka kembali
netbooknya itu.
"Mmm.. Natsumi?"
"Ya?"
"Aku berterimakasih atas pesan yang kau titipkan kepada Ryuui. Dan juga aku
mau meminta maaf atas kejadian kemarin. Aku benar-benar tidak bermaksud
membuatmu menangis."
"Ya. Aku juga mau meminta maaf kepadamu Eiji-kun. Maaf karena telah
membuatmu marah."
"Sudahlah lupakan saja soal itu. Aku sudah memaafkanmu."
"Syukurlah kalau begitu. Eh ngomong-ngomong bagaimana kelanjutan cerita

[Type text] Page 10


yang kau buat?"
"Sedang dalam proses penyelesaian. Maka dari itu ... "
Percakapan yang hanya bisa didengar oleh petugas itu terus berlanjut. sampai pada
alasan kenapa penulis muda itu datang menjenguknya. Natsumi terkejut ketika
mendengar bahwa setiap kejadian yang dialami Eiji akan menjadi sebuah inspirasi
baginya. Oleh karena itu gadis itu menjadi agak kesal lalu memarahi penulis muda itu.
Akan tetapi Natsumi tetap bersyukur sudah memiliki sahabat yang selalu ada
untuknya. Meskipun sikap Eiji kepadanya terkadang dingin bagaikan es, ia tetap akan
selalu menjadi sahabatnya selamanya.
"Loh Natsumi, kenapa kau menangis?" tanya Eiji.
"Entah kenapa juga aku tidak mengerti kenapa air mata ini keluar. Namun, aku
bersyukur mempunyai sahabat sepertimu Hiko-kun." balasnya dengan bulir-bulir air
mata yang masih membasahi pipi Natsumi.
"Aku pun merasakan hal yang sama denganmu, Yuki-chan." ucapnya sambil
tersenyum.
"Yosh! bagaimana kalau pulang nanti aku mengantarmu? anggap saja sebagai
balasan perbuatanmu kemarin." ucap penulis muda itu menawarkan diri untuk
mengantar Natsumi pulang.
"Bagaimana dengan kelanjutan cerita yang akan kau selesaikan? Aku tidak mau
merepotkanmu, Eiji-kun." balas gadis itu khawatir dengan deadline Eiji yang masih
belum selesai.
"Tidak masalah. Masih ada beberapa hari lagi. Lagipula, berkat bantuanmu
ceritaku hanya tinggal 25% lagi. Maka dari itu sebagai balasan atas bantuanmu,
izinkan aku mengantarmu pulang." jelas kakak Ryuui itu kepada Natsumi.
"Baiklah kalau itu maumu, Eiji-kun." balas gadis itu mengizinkan.
Dengan diantar dengan menggunakan taksi, Eiji membawa Natsumi pulang
kerumahnya. Saat perjalanan pulang, tidak lupa Natsumi memberi kabar kepada
orangtuanya dirumah bahwa Eiji akan datang. Sesampainya dirumah Natsumi, penulis
muda itu disambut hangat oleh ibu dari gadis yang sudah menjadi sahabatnya sejak
SD.

[Type text] Page 11


"Tadaima... eh.. itai.." ucap pelan gadis itu sambil meringis kesakitan ketika
sampai di rumah.
"Sini biar aku gendong kau, Yuki-chan." tiba-tiba terdengar suara yang datang
menghampiri Natsumi.
"Heeehhh... Onii-san???" teriak gadis itu kebingungan dengan apa yang ia lihat.
"Sejak kapan nii-san kembali???" tanya Natsumi kepada kakaknya yang sudah
lama tidak ia jumpai.
"Sejak kau baru berangkat sekolah, Shiroi-chan. Baru beberapa menit kau
meninggalkan rumah kakakmu sudah sampai dirumah." jelas ibu Natsumi.
"Eh? Bukankah itu Hiko? Teman masa kecilmu kan, Yuki?" ledek kakak Natsumi
kepada dua muda-mudi ini.
"Konnichiwa Haruto-niisan. Iya ini aku Kazuhiko Eiji. Namun jangan panggil
aku dengan nama itu lagi." jawab Eiji agak kesal.
"Ya sudah. Mari masuk." ucap Ibu Natsumi mempersilahkan sahabat anaknya itu
masuk sambil tersenyum kecil.
"Arigatou."
Setelah mengantar Natsumi dan mengunjungi kediamannya, Eiji lantas berpamitan
kepada orangtua dan kakak gadis itu. Pemuda itu memutuskan untuk berjalan kaki
menuju rumahnya yang tidak terlalu jauh dari rumah Natsumi. Sesampainya dirumah,
Eiji disambut oleh adiknya yang nampak kesal karena tiba-tiba kakak Ryuui itu pergi
saat jam istirahat hampir berakhir.
"Tadaima..." ucap Eiji ketika sampai dirumah.
"Okaeri... Ne nii-chan, kenapa kau tadi pergi saat jam istirahat hampir selesai?" tanya
adik yang berjalan mengikuti kakaknya menuju kamar.
"Aku menemui Natsumi tadi. Sekalian mencari inspirasi untuk menyelesaikan
karyaku." balas dingin kakaknya yang tengah menaiki anak tangga.
"Heeehh... menemui Yuki-neesan? Apa nii-chan khawatir pada nee-san yah..." ledek
Ryuui yang masih membuntutinya.
"Entahlah Ryuui." balas lagi Eiji dengan wajah yang sedikit memerah.
"Hachith..." tiba-tiba Natsumi bersin saat ia sedang duduk dimeja belajarnya.

[Type text] Page 12


"Hehehe... nii-chan wajahmu memerah..." ledek lagi adik manja itu pada kakaknya.
"Sudah, diam kau Ryuui!" kesal Eiji kepada adiknya kemudian ia masuk ke kamar
tanpa adik imut yang terus mengikuti itu. Setelah itu ia kemudian berbaring sejenak
diatas kasur seraya memikirkan kelanjutan cerita yang hampir selesai. Beberapa kali
Eiji mencoba berpikir dan mencari sebuah inspirasi, namun tidak kunjung
menemukannya padahal deadline tinggal menghhitung hari. Ketika penulis muda itu
tengah kebingungan, tiba-tiba ponselnya berdering dan nama yang muncul pada layar
adalah Megumi selaku editor yang mengurus naskah yang Eiji buat. Dengan perasaan
sedikit takut, ia mengangkat panggilan dari editornya.
"Hey Eiji! Sudah sejauh mana kelanjutan cerita yang kau buat?!" teriak sang editor
tatkala Eiji mengangkat panggilan darinya. Ia terkejut mendengar editornya yang tiba-
tiba menelpon dan memarahinya. Sampai ia harus menjauhkan ponsel dari telinganya
sejenak.
"Iya... ini sedang ku kerjakan..." balas santai Eiji.
"Eee... Janganlah kau bersantai-santai! Ingat, aku akan datang di hari terakhir
deadlinemu. Jadi pastikan ceritamu itu selesai sebelum aku datang ya... kalau tidak..."
lanjut Megumi seraya memberikan ancaman kecil untuk Eiji.
"Heh? Apa kau serius dengan ancaman yang kau beri?" tanya penulis itu kepada
editornya.
"Mungkin di karyamu yang sebelumnya ancamanku hanya untuk memberi tekanan
untukmu, tapi kali ini berbeda." balas editor dengan nada santai namun meyakinkan
bagi Eiji.

[Type text] Page 13

Anda mungkin juga menyukai