Anda di halaman 1dari 3

A SECRET FAMILY

Prolog

Di malam hari terlihat seorang anak laki-laki sedang menulis didalam kamarnya “hai buku harian
baruku, namaku Nakamura Ichiro pada hari ini aku genap 15 tahun tetapi seluruh keluargaku sibuk
dengan pekerjaannya hingga larut malam tetapi aku tidak sedih karena besok mereka akan
membelikanku hadiah, oh iya aku memiliki kakak yang sangat menyebalkan dia bernama Nakamura
Akane dia berumur 16 tahun kita hanya beda 1 tahun tapi terkadang orang-orang mengira bahwa
kita seumuran karena tinggi kita hanya beda 5 cm saja, orang tuaku masih lengkap dan aku
sebenarnya beruntung akan hal ini karena teman-temanku banyak yang orang tuanya sudah tidak
lengkap.” Gumamnya sambil menulis setiap perkataan yang dia ucapkan.

Ichiro telus menulis dibukunya itu “ayahku bernama Nakamura Izuru, dia mengaku sebagai
pengusaha namun aku tahu bahwa sebenarnya dia adaah seorang mafia aku pernah sekali
melihatnya membunuh preman di belakang sekolahku dan ibuku bernama Nakammura Rio, dia juga
mengaku sebagai seorang manager disebuah perusahaan padahal aku juga pernah melihatnya
membunuh seorang laki-laki yang menggangu seorang perempuan di belakang gedung angker.
Meskipun begitu aku menyayangi mereka berdua dan apakah kau tau my diary book? Mereka sangat
keren!! Aku menyukai mereka dan karena umurku sudah genap 15 tahun aku ingin belajar menjadi
seperti mereka dan menolong orang-orang yang diganggu oleh orang jahat, aku sangat ingin terlihat
kerena seperti mereka.” Dia meluis semuanya dengan wajah yang sangat gembira.

Ichiro menutup bukunya dan pergi keluar kamar, ia melihat kiri kanan “kau sedang apa Ichiro?
Menoleh kekiri dan kanan seperti sedang waspada terhadap sesuatu” tanya Akane yang saat itu
kebetulan melewati kamar adiknya “tidak ada, aku hanya melihat apakah ayah dan ibu sudah pulang
atau belum” jawab Ichiro kemudian pergi menuju dapur. “astaga dia benar-benar mengejutkanku”
gumamnya kemudian menuangkan susu kedalam gelas dan menghabiskannya saat itu juga, setelah
selesai menghabiskan susunya ia pergi menghampiri kakaknya “kak bolehkah aku meminjam
handphone milikmu?” tanya Ichiro dengan wajah memelas “untuk apa? Dan kemana perginya
handphone mu?” balas Akane dengan bingung “handphoneku mati dan sekarang sedang di cass, aku
ingin menelfon ayah aku ingin bertanya apakah pulangnya masih lama atau tidak” jawab Ichiro dan
Akane pun memberikan handphonenya. Ichiro menelfon ayahnya tetapi tidak ada balasan darinya
akhirnya Ichiro memutuskan untuk mengembalikan handphone kakaknya dan kemmbali kekamarnya
“ayah pasti sedang sibuk hingga tidak mengangkat telfonku” gumamnya dengan nada sedih “aku
akan menunggunya kembali” lanjutnya sambil berbaring di kasur.

Akane sedang menonton televisi di ruang tamu, tak lama ia mendapat telfon dari pacarnya “hallo
Yukimura? Ada apa malam-malam begini menelfonku?” tanya Akane saat mengangkat telfonnya
“Akane aku ingin kerumahmu sekarang apakah bisa?” balas Yukimura “tidak bisa, ayahku sebentar
lagi pulang dan kalau dia memikir yang aneh-aneh terhadap kita bisa saja dia membunuhmu, kau
tahu kan? Kalu ayahku itu seorang mafia terhebat di Tokyo” jawab Akane dengan wajah yang cukup
serius “baiklah aku mengerti, besok pagi saja aku kesana” sahut Yukimura “memangnya ada apa?
Hingga kau memaksa untuk tetap kerumahku?” tanya Akane sambil mematikan televisinya dan
berjalan ke balkon di lantai 2. “Sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan denganmu, tetapi kurasa
besok saja” jawab Yukimura “baiklah, kutunggu kau besok” balas Akane “yasudah aku akan pergi
tidur sekarang, selamat malam Akane-chan” sahut Yukimura “ya, selamat malam” balas Akane dan
menutup tefonnya. Akane memasukan handphonenya kedalam saku celana dan menatap langit
malam “indahnya langit ini, dipenuhi bintang-bintang dan bulan yang sempurna” gumam Akane
sambil terus menatap langit. Tak lama terdengar suara ribut di lantai 1 tanda orang tua mereka
sudah pulang tetapi Akane belum sadar dan terus melamun menatap langit, lalu ada seseorang yang
menyelimut Akane menggunakan mantel dari belakang Akane pun tersadar dan segera menoleh
kebelakang, terlihat seorang laki-laki tinggi dengan wajah tersenyum “nanti kau masuk angin loh
cuacanya cukup dingin malam ini” sahut orang itu dan berdiri disebelah Akane “ayah sudah puang?
Maaf aku tidak menyambut kalian tadi” sahut Akane dan menatap lurus ke arah luar dan dibalas
dengan gelengan kepala dari ayahnya “tidak apa, kau sedang melamunkan apa? Kalau kau lelah
tidurlah dan tidak perlu menunggu ataupun menemani kita” balas ayahnya yang sedari tadi tak
berhenti tersenyum.

Tak lama ibu dan Ichiro menghampiri mereka berdua “masuk lah tidak baik berlama diluar pada
malam hari seperti itu” sahut ibunya “iya bu” jawab Akane dan ayahnya secara bersamaan dan
memasuki rumah. Merek berkumpul di ruang tamu karena Ichiro ingin bermain ps bersama ayahnya
sebelum tidur “Ichiro, hadiah apa yang ingin kau dapatkan besok?” tanya ibunya samil memainkan
rambut Ichiro “aku ingin mendapatkan pisau dan pistol!” jawab Ichiro dengan semangat dan seketika
semuanya terdam dan Ichiro menyadari perkataannya barusan “kalian kenapa? Ya tentu saja hanya
mainan, kalian tahu kan aku sangat menyukai spy?” lanjut Ichiro dengan panik dan setelah itu
semuanya tertawa karena merasa dirinya sangatlah bodoh “hahaha tentu saja ya, asataga aku bodoh
sekali tidak menyadarinya” balas Ibunya dan suasana tegangkembali menjadi hangat kembali. Ichiro
dan ayahnya sangat fokus dengan permainan mereka sedangkan Akane dan ibunya sedang
mengobrol dengan santai membahas tentang perempuan.

Jam sudah menunjukkan pukul 23.30 Ichiro dan Akane sudah tertidur pulas dikamarnya. “Izuru,
bagaimana ini perkataan Ichro membuatku berpikir bahwa dia sudah mengetahui pekerjaan kita
sebagai ketua mafia” ucap Rio dengan wajah cemas “sudahlah tidak perlu terlalu dipikirkan dia
masih kecil dan dia suka sekali menonton film spy seperti itu kau tidak perlu khawatir sayang” balas
Izuru menenangkan istrinya yang tamak khawatir. Rio pergi kedapur dan membuat 2 cangkir kopi, ia
menyajikan kopi di atas meja untuk suaminya dan dirinya sendiri “apakah Akane sudah mengetahui
pekerjaan kita?” tanya Rio setelah duduk di samping suminya “kata Yukimura, dia sudah mengetahui
bahwa aku seorang ketua mafia tetapi sepertinya dia belum mengetahui bahwa ibunya juga seorang
mafia” balas Izuru dengan wajah tenang dan meminum kopinya “ begitu ya, tapi memang aku juga
berpikir bahwa ini sudah saatnya untuk Akane mengetahui pekejaan kita karena kita juga tidak akan
bisa terus-menerus membohonginya seperti ini, dia sudah besar dan sudah cukup sulit untuk
dibohongi seperti dulu” sahut Rio sambil meminum kopinya.

Hening sejenak mereka berdua terlohat jeas sedang memikirkan sesuatu, kemudian keheningan
mereka terpecahkan karena tiab-tiba terdengar suara jeritan dari kamarnya Ichiro dan mereka
bergegas menghampiri Ichiro “Ichiro ada apa?” sahut ibutnya khawatir “tidak apa-apa bu, aku hnya
mimpi buruk” jawab Ichiro dengan wajah pucat yang memaksa tersenyum “wajahmu tergambar
jelas bahwa kau sedang panik dan ketakutan jadi berhentilah tersenyum secara paksa seperti itu
ucap ayahnya dengan lembut dan mengelus kepala anaknya. Ichiro kembali tertidur sambil ditemani
kedua orang tuanya, ayahnya mengelilingi kamar anaknya dan berhenti di meja belajarnya ia melihat
buku harian diatas meja tersebut “buku harian? Kurasa ini buku baru, apakah Akane membelikannya
untuk hadiah ulang tahun Ichiro?” sahut ayahnya sambil melihat istirnya dan dibalas dengan
anggukan istrinya “sepertinya memang begitu,” jawab Rio dengan wajah tersenyum dan terus
mengelus kepala Ichiro.

Izuru kembali mengelilingi kamar Ichiro dan berhenti di depan lemarinya, ia membuka lemari
tersebut dan terkejut dengan apa yang ia lihat didalam lemari tersebut “sayang, kuras dia juga sudah
mengetahui pekerjaan kita sebagai mafia” dengan tenang dia memberitahu istirnya “dia membuat
papan kecil yang ditaruh di gantung didalam lemari dan dia menempelkan foto kita berdua lalu
difotonya dia menulis “ mafia “ dengan tinta merah dan sebenarnya ada foto lainnya tetapi aku tidak
mengetahui mereka itu siapa, ada tulisan di setiap foto dan tulisannya berbeda-beda” jelas Izuru
pada istrinya dengan berhatihati agar Rio tidak panik mendengarnya. “Begitu ya, jadi mereka berdua
sudah mengetahuinya” balas Rio sambil berjalan menghampiri suaminya “kurasa Ichiro cocok jika
menjadi detektif” sahut Rio sambil menatap papan yang berada didalam lemari tersebut “aku juga
berpikir seperti itu tetapi jika dia menjadi detektif maka kita adalah musuhnya” balas Izuru “kurasa
dia tidak akan melibatkan kita dalam pekerjaannya jika dia memang menjadi detektif” balas Rio.
Mereka berdua pun memutuskan untuk meninggalkan Ichiro yang sedang tertidur, mereka berdua
memasukki kamarnya dan tertidur dengan pulas.

Anda mungkin juga menyukai