Anda di halaman 1dari 9

Kembali Bersama

Reyka Triana Tamrin

Bagiku sahabat adalah seseorang yang dapat menghiburku, seseorang


yang sangat berarti dalam hidupku, karena sahabatlah orang yang selalu ada.

Pagi telah menampakkan sinarnya, angin semilir berhembus dengan


lembut menerpa dedaunan pohon berukuran besar dan menari mengikuti arah
angin. Ada ketiga sahabat yang sedang bermain di dalam rumah rumah yang di
buat oleh paman aku beberapa hari yang lalu. Sambil menikmati keindahan bunga
bunga yang berbaris dengan sangat rapinya dari atas pohon. Ketiga sahabat itu
ada aku yang bernama Kyomi Shaynala dipanggil Yomi dan kedua sahabatku
bernama Cyra Sachikirani dipanggil Cyra, Fillea Ashfeen dipanggil Lea.

Sinar matahari mulai merambat di jendela rumah yang mereka tempati dan
mewarnai dinding dinding kayu dengan warna hijau terang dan diberikan
beberapa kilauan. Rumah yang dibangun berada di halaman belakang rumahku
yang tetap berdiri dengan kokohnya itu, mereka menamakan dengan sebutan,
“Rumah rumah persahabatan”.

Aku memiliki sifat yang berbeda beda dengan sahabatku, aku memiliki
sosok yang bersemangat dalam bermain namun juga rada pemalu, suka bercanda
dan ceria ketika ke dua sahabatku sedang sedih. Sifat Cyra yang pemalu seperti
sifatku, dia juga baik hati dan suka menolong, namun dia juga sangat sering
membaca novel sampai ratusan bab juga dia mampu membacanya hingga tamat.

Dan yang terakhir adalah Lea, dia memiliki sifat cuek namun perhatian,
sangat gampang bergaul ke teman lain sehingga dia memiliki banyak teman dan
suka mendar musik, dengan sifat cueknya itu dia sangat handal dalam bernyanyi
dengan suara yang indah.

Pagi itu aku sedang bangun dengan rambut yang berantakan karena tak
mengikat nya. Mata yang masih tidak bisa melihat sangat jelas namun harus
segap berdiri, karena mau tak mau aku harus bangun karena jam telah
menunjukkan pukul 06.59 aku juga tak sholat subuh, selain itu ini juga
pertengahan semester di ruang kelas empat, aku pun berusaha bangun untuk
mempersiapkan diri menuju sekolah.

“Driing... Driingg.” Lonceng sekolah berbunyi dengan suara yang berisik.


Membuat Lea yang sedang sibuk bernyanyi di korridor menjadi terganggu, suara
lonceng itu bergema dengan keras hingga seluruh kelas bisa mendengar
suaranya.

Sedangkan, Cyra yang senang penuh senyuman tipis khas nya yang begitu
manis mulai mengambil buku buku nya di tas pink dan abu-abu untuk memulai
pelajaran. Setelah dia mengambil buku dari tasnya dia menengok kanan kiri
berusaha mencari sesuatu.

Lea pun menuju kelas untuk mempersiapkan buku nya dan alat tulis nya,
namun melihat Cyra yang sedang mencari sesuatu, lalu dia menghampiri Cyra
dan mengatakan sesuatu. “Cyra kamu kenapa?”

Cyra berbalik, dan Lea menunggu jawaban Cyra kepadanya sambil


mengangkat satu alisnya. “Apa kau melihat Yomi? Dari tadi aku tak melihat
dirinya.”

Lea menjawab dengan menggelengkan kepalanya. Tiba Tiba saja, guru


dengan jilbab yang berwarna hitam segitiga datang dengan elegan seperti ratu
inggris yang berjalan di atas karpet merah untuk menghadiri pertemuan penting,
dengan sigap Lea duduk di tempat duduknya.

“Assalamu’alaikum wr. wb. Selamat pagi anak-anak!!” Ujar Ibu Ana dengan
suara lembutnya.

Ibu Ana berbalik ke arah mej dan tampat mencari cari sesuatu di atas
tumpukan kertas yang sangat berantakan. Tiba tiba saja aku membuka pintu kelas
terbuka secara perlahan hampir tidak menimbulkan suara kecil, bayanganku mulai
terlihat rada jelas.

Banyangan tersebut membuat Lea dan Cyra melihat ke pintu. Mereka


berdua sontak kaget melihatku. Aku yang kaget melihat guru, berjalan perlahan
agar hentakan sepatuku yang lumayan besar tidak menimbulkan suara.
Cyra yang berusaha menahan tawanya, saat melihat ekspresiku yang
begitu lucu. Cyra dan lea melihatku berlari di antara barisan bangku hitam yang
telah di tata dengan sangat rapi. Aku segera segera duduk disamping Cyra
dengan lega.

Karena bangku ku bersebelahan dengan bangku Cyra dan bangku Lea


berada di depanku. Aku menghela napas. “Huhh, hampir saja aku ketahuan oleh
Ibu Ana.” Sambil terengah engah. Aku terlambat karena saat sampai di depan
gerbang ternyata gerbang sekolah sudah tertutup dan aku dilihat oleh guru yang
bernama Mahen, dia adalah guru yang menghukum anak murid yang terlambat.
Aku dihukum oleh nya di suruh memungut sampah di sekitar area gerbang.

Guru Ana akhirnya, menemukan sesuatu ternyata yang dia cari adalah
spidol nya yang bersembunyi di bawah kolom meja. Dan kembali melihat
sekeliling murid murid nya yang tampak tidak sabar ingin belajar. Semua murid
perlahan membuka lembaran kertas putih di buku nya. Bu guru pun menjelaskan
materi materi serta menulisnya di papan tulis yang berwarna putih dan semua
murid mulai mencatat sederetan huruf hingga menjadi sebuah kalimat.

Aku terus menulis namun lambat karena aku tak bisa menulis dengan
cepat, namun tulisanku yang indah dengan tulisan sambung yang begitu rapi
membuatku semakin rajin untuk menulis.

Tak lama kemudian lonceng berbunyi. “Driingg... Dringgg” lonceng yang


menyatakan bahwa istirahat telah tiba. Mereka semua pun merapikan buku nya
serta alat tulisnya. Aku dan dua sahabat beranjak ke kantin untuk membeli
cemilan dan buah mulut setelah makan bekal yang di bawa. Setelah dari kantin
kami bertiga duduk di teras depan kelas kami untuk memakan bekal. Aku dan dua
sahabatku membicarakan seputar sepatu yang akan mereka pakai untuk besok,
karena besok ada mata pelajaran olahraga.

“Besok kalian mau pake sepatu warna apa??” Ucap ku.

“Hmm... mungkin aku warna putih, sepatu putihku juga ada di rumah
rumah, aku taruh kemarin” Ucap Cyra.

“Aku sih pakai sepatu warna hitam saja” Ucap Lea.


“Okelahh aku mau pake sepatu warna abu saja deh” Ucap ku.

Keramaian di dalam kantin membuatku merasa terganggu apalagi suara


bising yang di keluarkan anak anak nakal yang berteriak seenaknya di kantin.
Sedangkan Cyra sedang sibuk memakan daging ayam dengan bumbu yang
pedas tetapi menurut Cyra ini tak ada pedasnya. Kami saling berbagi, mulai dari
daging, sayur, dan udang dengan taburan saus yang dimiliki Lea.

Kami bertiga sudah selesai makan, setelah itu memakan cemilan yang
sudah di beli tadi di kantin. Bunyi lah lonceng masuk kepelajaran terakhir.
Beberapa jam kemudian waktu pelajaran pun telah berakhir Aku pun memasukkan
semua bukuku ke dalam tas.

Aku dan kedua sahabatku memutuskan untuk pergi ke rumahku tempat


dimana rumah rumah persahabatan itu dibuat atau lebih tempatnya halaman
belakang rumahku. Rumput rumput yang berwarna hijau dan bunga bunga yang
bermekaran di padang Cyra dengan rasa takjub.

Melihat betapa indahnya bunga bunga itu membuka kelopaknya secara


perlahan dan memamerkan keindahan putik dang benang sari yang mereka miliki,
warna mereka yang bervariasi. Yah... wajar kalau banyak bunga di halaman
rumahku itu disebabkan karena ibuku sih yang sangat menyukai bunga bahkan
ibunya dapat menghafal lebih dari 99+ nama bunga yang lumayan langka.

Cyra yang tak sadar bahwa aku dan Lea sudah ada di dalam rumah rumah,
dia dari tadi di panggil namun tak mendengarnya karena fokus melihat bunga
yang berada di sekitarnya.

“Cyraaa, ayo masukk!” tegurku sambil membuka pintu yang terbuat dari
kayu dan teripleks dan sebuah genggangan yang terbuat dari kayu kecil beberapa
bentuk serta lumayan tebal dan kuat lalu dirangka hingga jadilah sebuah pintu
yang sederhana tapi, cukup bermanfaat buat kami. Cyra pun naik ke atas, Saat
berada di atas aku dan kedua sahabatku bercerita cerita hal yang menarik dan
misterius. Tiba tiba saja suara bunyi klakson mobil milik ayahku yang memasuki
garasi. Sore hari telah tiba menuju malam.

“Kayaknya itu mobil ayahmu Yomi” ucap Lea yang melihatnya.


“Kami mau pulang dulu yah Yomi, soalnya udah mau malam.” Ucap mereka
berdua.

“Ohh, iyaa dahh, hati hati di jalan yah.” Ucap ku.

Mereka berdua turun dan beranjak pulang menggunakan sepeda. Aku


membersihkan rumah rumah ini karena lumayan berantakan, dan menutup semua
jendela nya. Setelah itu aku turun dari rumah rumah tersebut, lalu menuju ke
rumah. Malampun tiba aku makan malam bersama dengan keluargaku. Setelah
makan malam aku ke kamar untuk tidur.

Keesokan harinya aku terbangun pukul 04.30 lalu pergi wudhu dan sholat
subuh. Setelah sholat subuh aku duduk beberapa saat sambil bermain ponsel tiba
pukul 5.50 aku segera bersiap siap mandi lalu berpakaian seragam. Setelah
berpakaian akupun sarapan di meja makan lalu berangkat ke sekolah. Aku sampai
di sekolah segera ke kelas, tiba di kelas aku melihat Lea yang sedang berbicara
bicara dengan teman lain, kelihatannya begitu akrab, melebihi akrab nya ketika
dengan ku dan Cyra. Cyra yang sedang membaca buku novel di mejanya terlihat
diam, mungkin saja dia membaca buku novel dalam hati dan serius.

Aku pergi duduk ke bangku ku dekat Cyra, lalu Cyra berkata “Lihat tuh Lea
keknya berbincangannya sangat asik kali ya?” Ucap Cyra sambil melihat Lea
dengan mata yang sipit. “Mungkin saja mereka lagi bahas tugas, tapi kok kalau
aku liat liat dia sedang bercanda candaan yah.” Kataku. “Mungkinkah Lea bakal
ninggalin kita lalu bersahabat dengan orang itu?” Ucap Cyra. “Hmm... Aku juga
bingung, dan khawatir jika memang dia bakal seperti yang kamu ucapkan.”

Ketika Lea selesai berbincang dengan teman lain dia langsung duduk di
bangku nya dan berkata “Kalian lagi bicara apa?” ucapnya. “Gak ada kok hehe”
Ucap ku dan Cyra bersamaan. “Hm.. ok” ucap Lea begitu singkat padat dan jelas.
Lonceng pun berbunyi, semua murid di kelas ku keluar karena sedang pelajaran
olahraga. Saat Cyra memanggil Lea untuk pergi ke lapangan Volly Lea hanya
menjawab, “Kalian pergi aja berdua aku entar nyusul sama temanku ini yahh.”
Pikiranku dan Cyra mungkin sama. Cyra hanya menjawab “Ok” saja lalu aku dan
Cyra pergi duluan ke lapangan volly.
Lea dan teman barunya pun nyusul, entah mengapa kita berdua di
asingkan ketika adanya teman baru nya itu. Saat olahraga pun mereka asik
berdua, biasanya kita bertiga yang paling bersemangat ketika pelajaran Olahraga.
Hingga olahraga selesai dia tak pernah mengajak kita berbicara sekalipun,
istirahat pun tiba aku dan Cyra ingin mengajak Lea makan bekal di depan teras
kelas tetapi dia sudah diluan dipanggil oleh teman barunya.

Hingga terakhir pelajaran Lea hanya sibuk berbicara dengan teman


barunya. Saat pulang aku ingin mengajak Lea ke rumah rumah persahabatan. Aku
lalu pergi ke Lea dan berkata “Lea mau ikut gak ke rumah rumah?” Ucapku. “Maaf
yah aku gak bisa ikut mau ngerjain tugas sama temanku” Ucap Lea.

Sudah sangat kelihatan bahwa sifat Lea berubah. Aku hanya pergi ke
rumah rumah bersama Cyra berdua, sampai di rumahku aku dan Cyra menuju
rumah rumah. Aku melihat Ibuku yang sedang menyiram semua bunga di
sekeliling rumahku, Ibuku tiba tiba melihat ku dengan heran, “Loh kalian kok
cuman berdua mana nak Lea?” ucap ibuku. “Leanya gak bisa ikut tante katanya.”
Ucap Cyra. “Owalah, baru kali ini kalian berdua sih jadinya tante nanya hehe..”
ucap ibuku. “Hahaha iya tan” ucap Cyra senyuman tipis.

Aku dan Cyra bercerita tentang Lea, memikirkan bahwa Lea akankah
meninggalkanka kita. Namun Aku dan Cyra memiliki rencana, menunggu
beberapa minggu apakah sifatnya akan berubah ke kita atau tetap akan seperti
dulu.

Setelah satu bulan kemudian rencanaku dan Cyra baru aku ingat. Setelah
dari hasil yang ku dapat Lea betul betul berubah dia sudah tak pernah mengabari
kita berdua dan sudah seakrab itu dengan teman nya, akrabnya bagaikan
bersaudara. Aku dan Cyra menghampiri Lea untuk mengatakan sesuatu.

“Lea aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu, mengapa kamu tak pernah
lagi bermain bersama kita, bahkan tak mengajak kita berbicara lagi.” Ucapku
sambil menatap Lea. “Hmm... gimana yah sebenarnya aku mau bilang sama
kalian dari minggu lalu bahwa aku ingin putuskan persahabatan kita, soalnya aku
udah dapat teman yang lebih asik dan menarik daripada kalian, jadi mohon kamu
jauhin aku yah? aku udah dapat sahabat yang jauh lebih baik dari kalian.” Ucap
Lea tanpa perasaan.

Ucapan Lea membuat Aku dan Cyra sontak kaget mendengarnya, mata
yang berkaca kaca namun tak menetes tetapi hati yang merasa hawa kemarahan
berasal dari Cyra. “MENGAPA KAU TIBA TIBA BERUBAH LEA? KITA SELAMA INI
KURANG CUKUP BAIK APA PADAMU?? Lantas saja akhir akhir ini kau sangat
dekat dengan orang lain ternyata kau memiliki sahabat yang baru.” Tegur Cyra
dengan tegas dipenuhi rasa emosi.

Lea tak membalas ucapan Cyra dan langsung saja pergi begitu saja
dengan santai. Aku dan Cyra memiliki dugaan yang benar, mungkin saja perhatian
kita ke Lea kurang cukup baginya, tetapi menurutku perhatian yang di berikan
kepada Lea sangat cukup. Aku berkata ke Cyra bahwa “Gak papa kok Cyra
ikhlasin aja, ternyata dugaan kita selama ini benar.” “Hmm... kita pasti bisakan
tanpa Lea, kita harus tetap semangat dan kita harus bersahabat berdua
selamanya.” Ucap Cyra yang sudah merasa legah.

Aku dan Cyra masih bertahan sampai saat ini, ketika di rumah rumah aku
bertemu Ibuku dan melihatku berdua. Aku memanggil Ibuku dan menceritakan
kejadian tadi. Ibuku yang mendengarnya pun kaget, hmm begitulah. Aku dan Cyra
melanjutkan untuk bermain sambil mengerjakan pr.

Setelah beberapa tahun kemudian aku dan Cyra pun lulus SD, Cyra yang
memberikanku gelang untuk perpisahan sekolah SMP nanti. Serta bercanda
canda, tiba tiba ada seseorang yang menghampiri kita berdua, dan ternyata dia
adalah Lea yang bukan sahabat kita lagi. Lea sontak bertanya “Gelang untukku
mana?” membuat Cyra berbalik ke Lea dan menatapnya. “Kau kan bukan sahabat
kita lagi? Mengapa kau ingin gelang juga? Ini cuman khusus sahabatku, bukan
untuk orang lain.”

Lea memohon maaf ke kita karena sudah menyesal meninggalkan kita dan
mendapatkan teman baru. Ternyata teman barunya atau disebut sahabat barunya
hanya mempermainkannya karena Dia hanya iri hati dengan Lea.
Lea terus memohon kepadaku dan ke Cyra untuk menjadi sahabatnya lagi
namun Cyra menolak karena menurut Cyra orang seperti Lea terlalu gampang di
pengaruhi. Aku juga menolak ajakan Lea untuk menjadikan dia sahabat lagi,
karena kesempatan bagi kita berdua tidak datang dua kali. Aku dan Cyra hanya
bisa memaafkannya namun jika untuk menjadi sahabat lagi, aku tidak akan mau
menerimanya. Hingga saat itu Lea merasa sangat bersalah dan menyesali
perbuatannya.

Namun apa boleh buat Lea hanya pasrah dan tak memiliki sahabat lagi
untuk sekarang, tidak tau kedepannya. Aku memiliki pesan untuk Lea, jika kau
memiliki sahabat lagi baik hatilah dan berilah perhatian kepada mereka jangan
kau buat mereka seperti kau memperlakukan kita berdua.

Suatu saat nanti kau bisa melupakan kita berdua, percayalah itu.

Ternyata aku dan Cyra masih satu sekolah dan Hingga sampai kelas tiga
SMP aku masih tetap bersama dan tetap bersahabat dengannya, walau hanya
beberapa masalah kecil tapi kita menyelesaikannya dengan baik. Aku tak tau
bagaimana keadaan Lea lagi karena aku sudah lama tak berkontak dengan dia.
Mungkin saja dia udah memiliki sahabat lagi, kita berdua juga kadang sedih
karena mengingat kenangan bersama Lea.

Namun aku dan Cyra berencana untuk mencari kontak Lea dan
mengabarinya. Setelah mendapatkan kontak nya aku memberi pesan kepada dia
melalui sosial media. Ternyata dia sedang aktif di aplikasi tersebut, aku memberi
pesan bahwa apakah kabar dia baik? Dan membicarakan sesuatu.

Lea sangat senang saat aku mengirimi nya pesan dia bertanya “Apakah ini
Yomi? Jika iya, aku sekarang baik kok tapi aku sangat merindukan kalian berdua,
apakah kamu mau memberikan aku kesempatan lagi untuk bersahabatan dengan
kalian walau kita berjauhan? Jika kau menerima nya aku akan pindah sekolah dan
satu sekolah lagi bersama, Aku belum pernah memiliki sahabat, kalian lah sahabat
terakhirku, aku sering mencari kontak kalian namun aku tak mendapatkannya.”

Aku sontak memperlihatkan isi pesanku kepada Cyra, dia pun kaget “Kok bisa yah
dia masih rindu ke kita, dia juga masih ingin bersabatan dengan kita.” Ucap Cyra.
“Apakah kamu ingin menerima kesempatan dia untuk bersahabat lagi dengan
kita? Ucapku. Cyra pun menjawab dengan anggukan kepala. Akupun membalas
pesan Lea.

Beberapa hari kemudian Lea pun pindah ke sekolah kita dan bertemu kembali
setelah dua setengah tahun tak berjumpa, Aku pun sekarang kembali utuh bertiga
hingga saat ini dan selalu bersama.

Anda mungkin juga menyukai