Anda di halaman 1dari 234

KUMPULAN CERPEN

DISUSUN :

XI MIPA 2
NAMA : ADELIA NOVA

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : SELAMAT TINGGAL SAHABATKU

Pagi telah menampakkan sinarnya, menerangi ketiga sahabat yang sedang berkumpul
di sebuah rumah kayu yang melayang. Angin semilir berhembus dengan lembut. Menerpa
dedaunan pohon berukuran besar dan menari mengikuti arah angin. Mereka selalu berkumpul
dan bermain bersama di dalam rumah tersebut, bercanda, riang dan gembira. Menikmati
keindahan bunga bunga yang berbaris dengan sangat rapinya dari atas pohon.

Ketiga sahabat itu bernama, "Karin, gloria, dan viora.". Sinar matahari mulai
merambat di jendela rumah pohon yang mereka tempati dan mewarnai dinding dinding kayu
dengan warna emasnya yang berkilau. Rumah yang dibangun diatas pohon yang tetap berdiri
dengan kokohnya itu, mereka namakan dengan sebutan, "Rumah pohon persahabatan."
Karin adalah sosok perempuan yang sangat bersemangat dalam hal pelajaran fisika, dia juga
sangat suka bercanda dan ceria ketika ke dua sahabatnya itu sedih. Namun, sifat manja nya
itu menjadi kelemahan yang belum bisa dia kuasai.

Gloria perempuan dengan sifat nya yang cerewet, dia suka bediam diri dan sangat
suka mendegar musik dengan handphone yang selalu ia bawa, walau begitu dia sangat pintar
dalam pelajaran sejarah, dan ingin menjadi ahli sejarah, juga handal dalam bernyanyi.
Dan yang tertakhir adalah, viora dia adalah perempuan berambut panjang yang sangat baik,
suka menolong dan menasihati sahabatnya. Dia juga sangat pintar dalam pelajaran biologi
dan metematika tak heran dia selalu mendapat peringkat pertama di Smp nya, nilai raport nya
pun tidak pernah rendah hingga menjadi murid favorit di kelas.

Pagi itu, karin sedang bangun dengan wajah yang sangat lemas. Matanya yang masih
berkunang kunang membuatnya enggan berdiri, namun mau tidak mau dia harus terbangun
karena jam telah menunjukkan pukul 07.00, selain itu, ini juga adalah hari pertamanya
memasuki ruang kelas delapan, dia pun berusaha bangun untuk mempersiapkan diri menuju
sekolah. "Driing... Dringg." Lonceng sekolah berbunyi dengan suara yang berisik.Membuat
gloria yang sibuk mendengar lagu menjadi terganggu, suara lonceng itu bergema dengan
keras hingga masuk ketelingannya.

Sedangkan, viora dengan senyuman khas nya yang begitu manis mulai mengambil
buku buku nya di tas biru tua untuk memulai pelajaran. tapi, hal tidak enak dia rasakan tak
tahu kenapa di sakit kepala. Tapi dia berusaha menahannya.Lalu saat sakit kepalanya
perlahan baik. Entah kenapa viora terus menengok kiri dan kanan berusaha mencari sesuatu.
Gloria mengernyit, lalu memanggil viora yang duduk tepat berada di depannya."Viora, kamu
kenapa?"Viora berbalik, dan gloria menunggu jawaban viora kepadanya."Apa kau melihat
karin? Dari tadi aku tidak melihatnya." Gloria menggeleng. Tiba tiba saja, guru dengan
rambut panjang berwarna hitam berkilau datang dengan elegan seperti ratu inggris yang
sedang berjalan di atas karpet merah untuk menghadiri pertemuan penting.“Selamat pagi
anak-anak!" Ujar ibu nirna dengan suara lantang. Ibu nirna berbalik ke arah meja dan tampak
mencari cari sesuatu di tumpukan kertas yang di biarkan berantakan.Tiba tiba saja, pintu
kelas terbuka secara perlahan hampir tidak menimbulkan suara, bayangan manusia mulai
terlihat.Dan saat di lihat, ternyata itu adalah karin. Karin yang kaget melihat guru, berjalan
perlahan agar hentakan sepatunya yang besar tidak menimbulkan suara. Viora tak kuasa
menahan tawa, saat ekspresi karin yang begitu lucu di perlihatkan di depan kelas.

Viora dan gloria melihatnya berlari di antara barisan bangku coklat yang telah di tata
dengan sangat rapi hingga karin dapat duduk di samping viora dengan lega.Karin menghela
napas." Huh, hampir saja." Sambil terengah engah. Guru nirna akhirnya, menemukan spidol
nya yang bersembunyi. Dan kembali menatap murid murid nya yang tampak tidak sabar ingin
belajar. Semua murid perlahan membuka lembaran kertas putih di buku nya yang baru. Dan
mencatat sederetan huruf hingga menjadi sebuah kalimat. Barisan tulisan gloria yang rapi
membuat guru nirna yang berjalan melihat kegiatan muridnya sangat suka dengan tulisan
gloria.

Gloria terus menulis, tulisannya bagai tulisan ketikan komputer, sederetan angka pun
di tulisnya dengan sangat rapi dan sangat hati hati. Saat itu, mereka berkumpul di kantin
untuk makan siang, mereka membawa bekal masing masing dan tentunya selalu tersedia nasi.
Mereka membicarakan seputar pr yang akan mereka kerjakan di rumah pohon persahabatan
nanti saat pulang sekolah.Keramaian di dalam kantin membuat karin merasa terganggu
apalagi suara bising yang di keluarkan anak anak nakal yang berteriak seenaknya di kantin.
Sedangkan, viora sibuk memakan daging yang di potong kecil kecil dan terlihat sangat enak.
mereka saling berbagi, mulai dari daging, sayur, dan ikan dengan taburan saus yang dimiliki
gloria.

Namun, viora langsung memegang dadanya, dia memperlihatkan raut wajah yang
bergitu kesakitan. Dia seolah ingin menjerit, detak jantungnya seperti melemah dan sangat
lambat. Bingung dengan hal itu, karin pun bertanya dengan muka keheranan dan sedikit
khawatir.
"Viora, viora ada apa?" Tanya nya.Gloria bertatapan dengan karin, seolah ingin bertanya.
"Kenapa dia?" Viora mengangkat tangannya lalu mengacungkan jempol tanda tidak apa apa.
Mereka pun melanjutkan makan dengan lahapnya tapi, tidak untuk viora.
Hingga pada waktunya pelajaran telah berakhir.

Mereka pun memutuskan untuk pergi kerumah karin tempat dimana rumah pohon
persahabatan itu di buat atau lebih tepatnya halaman belakang rumahnya.
Rumbut rumput yang berwarna hijau dan bunga bunga yang bermekaran di pandang viora
dengan rasa takjub.
Melihat betapa indahnya bunga buga itu membuka kelopaknya secara perlahan dan
memamerkan keindahan putik dan benang sari yang mereka miliki, belum lagi, warna mereka
yang bervariasi. Yah... Wajar kalau banyak bunga di halaman rumah karin itu di sebabkan
karena ibu karin yang suka dengan bunga bahkan ibunya dapat menghafal lebih dari 100
nama bunga yang langka.
"Viora, ayo naik!" Tegur karin sambil memegang tangga yang terbuat dari papan papan kecil
dan sebuah tali tebal yang kuat lalu dirangkai hingga terciptalah sebuah tangga sederhana
tapi, bermanfaat.

Saat berada di atas mereka pun mengeluarkan buku fisika dan mengerjakan nya bersama
sama. Viora langsung mengeluarkan, sebuah keripik kentang yang bertugas untuk membuat
tenggorokannya tidak kering dan membagi kepada sahabatnya. Tapi tiba tiba saja, sebuah
darah menetes perlahan menyentuh tangannya.
"Astaga, viora hidung mu!" Ujar gloria.Viora terbelalak melihat darah di tangannya, dia
lantas mengambil tisyu yang sudah disediakan di rumah pohon.
"Apa kau tidak apa apa?" Tanya gloria sekali lagi.
"Haha.. Tidak apa apa. Lagipula semua orang bisa mengalami hal ini kan?" Katanya dengan
raut wajah yang masih ceria seolah tidak terjadi apa apa."Kau yakin?" Tanya karin. Viora
menatap kedua sahabat nya lalu mengagguk pasti.
"Pppiiipp..." Suara klakson terdengar bising.
"Itu mungkin ayahku. Kurasa kita bisa melanjutkan nya besok. Dahh.." Ucap viora yang
merampas tasnya dengan cepat dan turun dengan hati hati.
Saat, menaiki mobil. Ayah viora terkejut melihat anak nya.
"Ya, ampun sayang. Kamu mimisan?"
"A-apa," viora mengelus hidungnya.
"Kita harus kerumah sakit, segera!" Perintah ayah nya tegas. Sedangkan viora menunduk dan
tidak berkata apa-apa.

Di perjalanan viora tak henti henti nya mengeluarkan darah lewat hidungnya, dia berusaha
menghentikan darahnya dengan tisyu, tapi tiba tiba saja kedua hidung mengeluarkan darah
terus menerus tanpa henti, sehingga membuat viora kesulitan bernafas hingga kehilangan
kesadaran. Ayah viora pucat pasih, tangannya gemetar dan menggas mobilnya dengan cepat.
Ayah nya menangis dengan deras. Dia melihat anak nya pingsan di kursi mobil.
Hingga viora tidak dapat merasakan apapun, dia hanya dapat mendengar detak jantung nya
yang perlahan melemah. Hujan jatuh dari langit biru da membasahi rumah pohon.
Entah kenapa perasaan gloria sangat tidak enak begitu pun dengan karin yang sangat cemas
dengan viora.

Hujan semakin deras, karin melamun di depan jendela kamarnya, malihat banyak nya air
yang turun dan membasahi bunga serta rumput ibunya.
Pagi telah tiba, gloria dan karin sedang menunggu viora untuk datang sekolah namun, sampai
lonceng istirahat pun dia belum kunjung datang. Hingga mereka berdua memutuskan untuk
datang ke rumah viora."Apa viora baik baik saja?" Tanya gloria.
"Aku juga tidak tahu, tapi kita akan tahu saat kita sudah sampai."
Rumah yang berdiri menjulang tinggi dengan warna krem dan pintu berwarna putih terang
sedang dilihat gloria sambil mendongak.
Karin perlahan membuka pagar berwarna hitam mengkilap dan masuk ke halaman rumahnya
yang sangat luas."Tok...tok...tok."

Pintu putih tersebut perlahan bergeser dan terlihat sebuah wanita dengan memakai sebuah
celemek putih yang kotor. "Ada apa?" Tanya nya."Ehm... Kami ingin mencari viora, apa
tante tahu?" Tanya karin dengan sopan.
"Oh, nyonya sedang berada di rumah sakit." Gloria yang mendengarnya terkejut, mendengar
kalau viora ada dirumah sakit.
"Aku tahu di mana rumah sakitnya, hanya ada satu rumah sakit yang dekat di sekotar sini."
Ujar karin dengan rasa yakin.
"Apa tante tahu dia di bangsal berapa?" Tanya gloria sekali lagi."Dia sekarang berada di
ruang ICU!"
"ICU." Ulangnya.
"Oh, kalian tidak tahu. Nyonya viora pernah mengalami penyakit jantung selama kurang
lebih 2 bulan." Kata wanita itu.
Mata gloria samakin berkaca kaca mendengarnya.Tanpa pikir panjang gloria mengajak karin
untuk pergi ke rumah sakit menaiki mobil milik ayahnya, tentu saja karin mengangguk
mantap.

Mereka berlari di sepanjang trotor jalan menuju rumah gloria dan cepat cepat pergi ke rumah
sakit. Perasaan perasaan yang karin dan gloria alami mulai sangat tidak enak, bahkan mata
mereka ikut prihatin dengan perasaan mereka sehingga menurunkan tetesan air mata yang
mengalir dan membasahi pipi mereka.
Mobil mendadak berhenti. Saat ayah gloria berteriak."Kita sudah sampai."
Lamunan tentang hal hal yang pasti mereka pikirkan tiba tiba terbongkar saat ayah nya
berteriak, mereka berlari secepat mungkin menuju ruang icu tanpa menghiraukan orang orang
yang melihat mereka.
Gloria dan karin berpegangan tangan dengan sangat kuat. Saat mereka sudah melihat ayah
dan ibu viora sedang menunggu di depan ruang icu.
"Gloria! Karin! Apa yang kalian lakukan?"
"Om, tante apakah viora baik baik saja?”
Mereka menunduk tak kuasa melihat viora terbaring lemah dengan banyak selang selang
yang menancap di seluruh tubuhnya mulai dari dada, dan tangan. Serta tabung, dan alat bantu
pernapasan semua di kerahkan demi menyelamatkan nyawa sahabat nya.
Tiba tiba, dokter membuka pintu dengan raut wajah yang membuat ayah dan ibunya
menangis. Satu kalimat terdengar lembut namun menusuk hati.
"Saya, sudah mencoba semaksimal mungkin!"
"VIORAA!!"
Gloria menyambar dokter begitu juga dengan kedua orang tuannya, mereka mendapati viora
terbaring dengan begitu lemahnya.
"Ayo, ayo bertahan. Jangan tinggalkan kami viora. Ayo bangunn!"
Jantung viora semakin melemah. Karin dan gloria bersama sama memegeang tangan viora
yang sangat dingin dan pucat seperti mayat.
Mereka terkaget saat melihat viora menggerakkan jarinya.
"Kumohon, jangan pergi sahabat ku! Kumohon.Dengungan komputer yang berfungsi
merekam detak jantung, tiba tiba saja menunjukkan garis yang lancip dengan ukuran yang
sangat kecil.
Dengungan itu membuat semua menjadi hening dan hampa.Viora berusaha mengatakan
sesuatu, hal yang begitu pedis dan sangat tertusuk. Sambil tersenyum dia berkata.
"SELAMAT TINGAL SAHABATKU”
NAMA : AHMAD ROMADHON

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : SAMPAI KAU HALAL UNTUKKU

Cinta memang tak harus memberi, tapi adanya perasaan cinta itu menimbulkan efek-efek
lain, salah satunya, perasaan ingin memberi. Tapi, maaf aku tak mampu memberi yang mahal
atau yang berharga.Aku suka potongan rambutmu yang sebahu, dan selalu ada jepit rambut
yang menghiasi rambutmu.Aku suka itu. Pakailah jepit rambut ini. Jumlahnya selusin. Biar
awet, he he. Kamu bisa mengganti jepit rambut tiap hari dengan corak yang berbeda. Ah,
pasti cantik sekali.

Selamat berjumpa hari esok. :*

Rama

Raisa menyimpan secarik kertas yang telah selesai dibacanya itu. Dia tersenyum sendiri.
Sambil melihat bermacam jepit rambut yang berjumlah selusin pemberian
Rama,pacarnya.Adaberbentuk strawbery,jeruk, semangka,beruang,panda,bentuk hati,dan
lain-lain. Wina sangat bahagia. Di hari ulang tahunnya, Raditya sang pacar memberi hadiah
yang baginya sangat berarti.

Esoknya, Raisa berangkat sekolah lebih pagi, tidak sabar ingin memperlihatkan pada Rama,
penampilannya menggunakan jepit rambut pemberiannya kemarin. Hari itu ia menggunakan
jepit berbentuk hati.

Tapi Rama belum datang. Di kelas, hanya ada beberapa siswa yang sudah hadir. Raisa
memutuskan untuk menunggu Rama di gerbang sekolah. Dia sangat tidak sabar ingin
bertemu Rama sang pacar.

Dari kejauhan, Raisa sudah melihat Rama yang mengendarai motor vespanya. Raisa dan
Rama saling bertukar senyum.Setelah berpapasan.

“Waah, cantik amat pacarku ini. Memakai jepit rambut pemberianku. Makasih ya, kamu
menerimanya. Aku senang sekali kamu langsung memakainya.” Raisa hanya tersenyum dan
mengangguk dengan malu-malu.
Di kelas, dua insan yang sedang dimabuk cinta itu sering bertemu pandang. Sambil menukar
senyum. Mungkin karena usia pacaran mereka yang masih muda. Baru dua minggu mereka
pacaran. Dan keduanya memang sedang dalam kondisi dimabuk kasmaran.

“Nanti, pulang sekolah, kamu main dulu ke rumahku yuk. Aku punya sesuatu yang ingin aku
tunjukkan.” Ajak Rama disela waktu istirahat. Raisa berfikir sebentar.

“Hemm tapi jangan lama-lama ya.Nanti mamaku khawatir.” Jawabnya kemudian.

“Oke!!!” Ucap Rama sambil mengapitkan jari telunjuk dan jari jempolnya, sehingga
membentuk sebuah lingkaran, lebih tepatnya, membentuk huruf O, tanda setuju dengan
permintaan Raisa.Mereka pergi ke rumah Rama menggunakan motor vespa milik Rama.

Raisa baru pertama kali bertandang ke rumah cowok. Karena memang Rama adalah pacar
pertamanya.Rumah Rama cukup besar juga, fikir Raisa. Raisa langsung diajak masuk rumah.
Tapi Raisa agak mengurungkan niatnya, melihat kondisi rumahnya yang terlihat sangat sepi.

“Maaf, ram. Di rumah gak ada siapa-siapa ya?” Tanya Raisa.

“Kenapa? Takut ya? Ada kok, ada pembantu sama kakakku yang pertama. Dia selalu ada di
rumah. Jarang keluar.” Jawab Rama.

Ketika masuk rumah, memang di ruang tamu tidak ada siapa-siapa. Dan Raisa belum
menemukan siapa-siapa sampai Rama mengajak ke kamarnya.

“Raisa, yuk kita ke kamarku!” Deg! Jantung Raisa berdebar. Apa yang akan dilakukan
Rama? Mengapa ia mengajak ku ke kamarnya? Fikir Raisa

“Ram, kita mau ngapain sih? Aku mau pulang aja ah…” Raisa berkata dengan agak berat,
tapi jujur dia memang curiga dengan Rama. Apalagi pas Rama tersenyum penuh tanda.

“Kamu takut aku apa-apain, ya?” Tanyanya pada Raisa. Raisa hanya tersenyum lesu.

“Tenang, sayang. Aku cuman mau menunjukkan kamu sesuatu, kok. Nggak lama juga. Nanti
langsung kuantar kamu pulang, oke?” Raisa hanya mengangguk, pasrah. Cinta adalah tentang
kepercayaan. Dan saat ini, Raisa memang sedang jatuh cinta dengan Rama.Rama pun
membuka pintu kamarnya.

“Tada!!!” Raisa terkesima melihat pemandangan kamar Rama yang dipenuhi foto Raisa.
Mulai dari yang berukuran paling besar, sampai yang paling kecil. Ada Raisa yang sedang
tersenyum, yang sedang tertawa, yang sedang cemberut, macem-macem. Sangat fantatis
design kamar Rama ini. Membuat jantung Raisa tiada henti berirama.

Di sebuah dinding tepat di depan tempat tidur, ada sebuah tulisan besar-besar. “Raisa, I love
you now, and forever”

Hati Raisa berdesir. Rama benar-benar pria yang romantis.


“Gimana, Raisa?Seneng?” Tanya Rama kemudian. Raisa mengangguk malu.

“Kamu nggak perlu kayak gini, Ram.” Ucap Raisa, yang merasa Rama terlalu berlebihan.
Meskipun tak dapat dipungkiri, betapa riang hatinya saat itu.

“Yuk!” Ajak Rama.

“Pulang?” Tanya Raisa.

“Yap! Sesuai janji. Aku cuman mau nunjukin ini. Kenapa? kamu masih betah, ya?” Yang
ditanya hanya tersipu, malu.

“Aku cuman takut mama khawatir, Ram. Soalnya aku biasa langsung pulang.”

“Ram!!! Kamu sudah pulang?” Tiba-tiba ada seorang perempuan yang menghampiri Rama di
kamarnya. Dan perempuan itu terlihat kaget karena melihat Rama tidak sendiri.

“Oalah, ada tamu? Kamu nggak bilang-bilang ke kakak mau ada tamu. inipasti yg
namanyaRaisa, kan?” Raisa tersenyum dan mengangguk.

“Kenalin, Ini kakak pertamaku, namanya Kak Septi.” Ucap Rama.

“Waah, lebih imut dan cantik kalau melihat langsung orangnya ya?” Kata kak Septi sambil
menatap Raisa.Raisalagi lagi tersipu malu.

Raisa minta pamit pulang ke kakaknya Rama. Meskipun kak Septi terlihat kurang menerima.
Karena dia ingin tahu lebih jauh tentang perempuan yang telah merebut hati adiknya ini. Tapi
sekali lagi, dengan alasan takut mama khawatir, akhirnya Raisa dilepas pulang dengan diantar
Rama.

“Raisa, besok mau dijemput gak berangkat sekolah?” Raisa langsung menggeleng.

“Nggak usah, Ram. Aku udah biasa berangkat bareng viona. Nggak enak sama dia.” Viona
adalah sahabat Raisa, karena memang rumah mereka yang berdekatan, dan sekolah di tempat
yang sama.

Esoknya dan esoknya lagi, selalu ada kejutan yang diberikan Rama untuk Raisa.Perasaan
cinta mereka semakin mekar bak bunga di pagi hari.

Sampai suatu ketika, Rama yang mendapat kejutan dari Raisa. Karena di hari itu, Raisa tidak
lagi menggunakan jepit rambut pemberian Rama. Kenapa? Karena Raisa menggunakan
kerudung ke sekolah.
“Wooow!!! Amazing!!! Raisa pacarku pakai kerudung.” Ucap Rama saat bertemu Raisa.
Raisa hanya tersenyum, seperti biasa.

“Iya, Ram. Aku cuman mau melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslimah. Ternyata
harus menutup aurat. Aku sudah tau lama sih. Tapi kemarin aku baru memantapkan hati,
setelah mendengar ceramah di radio.” Raisa menjelaskan.

“Okey. It’s good. Berarti kecantikanmu tidak diumbar, kan? I like it. Aku suka ko, Kamu
juga terlihat cantik kok pakai kerudung.”

Hari ultah Raisa yang ke tujuh belas, tepatnya saat pacaran mereka telah setahun, Rama
kembali memberi hadiah Raisa. Kali ini, dia memberi hadiah selusin bros dengan corak yang
berbeda-beda. Raisa membuka secarik kertas yang ada di dalam bingkisan kado pemberian
Rama.

Hai cintaku Raisa,

Aku senang kok kamu pakai kerudung. Jadi kecantikanmu hanya buat aku kelak ketika kau
sudah syah jadi isteriku, iya kan?

Aku juga menikmati pacaran denganmu yang tak pernah melakukan hal-hal aneh selain
pegangan tangan.

Aku ingin menjaga kau sampai kau halal untukku.

Oya, jepit rambut yang dulu aku kasih, jangan dibuang ya. Simpan saja sebagai kenang-
kenangan. Atau kalau bisa, pakai aja di rumah.

I always love you:*

Rama

Raisa kembali terharu. Rama selalu memiliki cara untuk membuat hati Raisa terikat olehnya.
Padahal Raisa tau, kalau apa yang selama ini dilakukannya dengan Rama, tetap tidak boleh
menurut Islam. Karena pacaran tetaplah pacaran.

Sore itu, pas di hari ultahnya yang ke tujuh belas, Raisa akan membuat sebuah keputusan.

‘Assalamu’alaikum

Rama yang baik, untuk sementara, kita break dulu ya.


Wassalamu’alaikum’ Begitu isi sms Raisa pada Rama.

Esoknya di sekolah, tepatnya di kelas.

“Raisa, maaf kenapa kita harus break? Apa kita ada masalah? Tolong beri aku penjelasan”
Tanya Rama langsung.

Raisa terdiam, menghela nafas panjang. Berat sekali rasanya bisa menjelaskan apa alasan
Raisa ingin break.

“Aku denger di radio, Ram. Pacaran itu gak boleh dalam Islam.” Hanya itu yang bisa Raisa
jelaskan.

Rama pun pasrah mendengar penjelasan singkat Raisa. Kalau masalah prinsip, mereka tak
ada kompromi. Tapi, apa Rama bisa menerima itu dengan mudah, sedangkan ia sudah
terlanjur jauh mencintai Raisa?

Rama pulang ke rumah dengan perasaan masih bimbang. Bahasa anak sekarang, mungkin dia
sedang galau tingkat tinggi.

Apalagi ketika masuk kamar, yang masih dipenuhi dengan foto-foto Raisa ketika masih
belum berkerudung. Rama memandangi dinding-dinding itu. Dia terbenam dalam bayangan
kenangan-kenangan indah yang pernah ia lalui bersama Raisa, wanita yang sangat
dicintainya.

Dia merebahkan diri di kasur, sambil menyetel musik yang kebetulan serasi dengan
perasaannya saat itu.Tiba-tiba, ponselnya bergetar.

‘Sudah sampai, Ram?’ Raisa yang sms, membuat hati Rama bahagia untuk sesaat. Ia
langsung membalasnya.

‘Ya, sudah. Kenapa memangnya?’

‘Apa dinding-dinding kamarmu masih penuh dengan fotoku, Ram?’ Balas Raisa lagi. Deg!
Rama curiga.

‘Iya Raisa. Kenapa?’

‘Tolong lepas ya Ram. Aku mohon! Aku belum halal untukmu. Bukan aku tak suka, Ram.
Tapi aku takut dosa.’ Benar kecurigaan Rama. Sekali lagi, ia harus pasrah.

‘Oke, Raisa.’ Balasnya dengan lesu.

Rama melepas semua foto Raisa yang memenuhi dinding kamarnya satu persatu dengan
perasaan yang berat.
“Lho, Ram! Kenapa dilepas?” Kak Septi, seperti biasa masuk kamar Rama tanpa permisi.
Rama hanya terdiam.

“Kalian putus?” Tebak kak Septi sok tahu.

“Kami cuma break.” Jawab Rama.

Kak Septi hanya melongo, heran. Karena ia melihat selama ini hubungan Rama dan Raisa
terlihat selalu membaik dari waktu ke waktu. Namun kak Septi tidak berani bertanya lagi,
karena melihat adiknya yang tampan rupawan ini kini sedang cemberut dan tak bersahabat.

Malamnya, Rama mengirim sms pada Raisa, karena Rama merasa sangat terganggu dengan
perasaannya pada Raisa.

‘Raisa, kita cuman break, kan? Bukan putus, kan?’ Rama menunggu jawaban Raisa. Lama
sekali. Dia cemas. Jangan-jangan Raisa sudah tidak mau smsan lagi. Rama sampai tak bisa
tidur. Hingga jam dua dini hari, Rama baru bisa mejamkan matanya.

Esoknya ketika bangun, Rama langsung menyambar ponselnya yang ia letakkan di meja
belajar.

Ada sms.

‘Maaf baru bales, Ram. Tadi aku tidur lebih cepat. Ya, Ram. Insyaallah kita break dulu ya.
Sampai kelak aku halal untukmu, dan engkau halal untukku.’ Yes!!! Rama sangat amat
gembira karena sudah tak ada lagi yg mengganjal dihati. Dia langsung ke kamar mandi dan
melaksanakan kewajibannya, shalat shubuh.

TERIMA KASIH, ASSALAMU’ALAIKUM


NAMA : AISYAH FEBRIANTI CH.

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : SECRET LOVE

Dia adalah Bunga seorang cewek cerdas,cantik,ramah,dan pemalu. Dia bersekolah di SMA
GARUDA. Di sekolahnya ada seorang cowok yang sangat populer,berpostur tinggi,berwajah
tampan cowok itu bernama Bima. Bima merupakan salah satu cowok yang banyak disukai
oleh cewek – cewekdisekolahnya termasuk dia.

Saat dia masih tertidur pulas tiba tiba ada suara yang memanggil namanya
“Bunga ayo cepat bangun sudah siang, nanti kamu terlambat kesekolahnya” ternyata suara itu
berasal dari ibunyayang memanggil dari balik pintu kamar.
“ iya mah,ya ampun sudah siang “ ucap Bunga.
Setelah selesai bersiap siap untuk ke sekolah bunga langsung turun untuk sarapan.
“Pagi mah,pah “ sapaan hangat dari Bunga.
“Bunga nanti pulang sekolah kamu naik angkot saja yah! soalnya papah ada meeting “ucap
papah Bunga.
“Iyah pah “. balas Bunga.
Setibanya di sekolah dia di sambut oleh dua orang temannya yang setiap pagi
menunggu di gerbang sekolah. Dua temannya bernama Nabila dan Sofi. Disaat mereka
berjalan menuju kelas, mereka bertemu dengan Bima, Bunga terlihat sangat malu dan kedua
temannya meledek.
“ciee bunga pagi-pagi udah ketemu pangerannya” ucap Nabila meledek.
“mmm iya nih bil masih pagi udah ketiban harta karun” ledek Sofi.
“ih apaan sih kalian pagi pagi udah buat gw malu,inget yah jangan bilang siapa siapa”balas
Bunga.
Teeeeet bel istirahat berbunyi. Bunga dan kedua temannya segera menuju kekantin.
Sesampainya di kantin ia melihat Bima dan Rendi sedang duduk sambil memakan
semangkuk bakso. Rendi adalah sahabat Bima dari SMP.Bunga dan kedua temannya duduk
di dekat tempat duduk yang tidak jauh dari tempat duduk Bima dan Rendi.
“ Mmm kalian mau pesen apa “ tanya Sofi
“Gue pesen gado-gado satu yah gk pake L “ pinta Nabila .
“Gue sama deh kaya lo bil “ pinta Bunga.
“Minumnya samain aja yah“ ucap Sofi.
“Yaudah terserah lo aja yang penting jangan di campur sianida yah,hahaha” Nabila meledek.
“Sadis banget bil “ ucap Bunga sambil tertawa kecil.
Lagi asyik asyiknya makan tiba-tiba ada dua orang cewek mendekat kearah Bima dan
Rendi. Ternyata mereka teman sekelasnya Bima mereka bernama Jesika dan Angel .
“ Hay Bim, lagi makan yah ? gw boleh gabung gk ? “ tanya Jesika
.” Gk, gw lagi nyangkul “ jawab Bimaketus .
” Ih Bima ditanya kok jawabnya gitu “ Balas Angel centil
“Iya lah gw lagi makan, namanya juga di kantin “ .jawab Bima ketus.
“Kan gw nanya doang Bim, jadi gw boleh gk gabung sama kalian? “ tanya Jesika
“ Silahkan “ jawab Bima
“Oh iya Bim lo nanti mau nonton bareng gw gk? gw punya 2 tiket nih “pinta Jesika.
“ Maaf gw sibuk”jawab Bima sinis.
“ Yah Bima padahal gw berharap banget lo mau nemenin gw “ucap Jesika yang penuh
harapan..
“Kenapa lo gk bareng Angel kan dia sahabat lo “ Bima memberi pendapat.
“Yaudah kalo gk mau, gw pergi dulu yah,yuk ngel” ajak Jesika.
“Sabar Bung jangan panas gitu” ledek Nabila.
” Apaan sih” jawab Bunga kesal.
“Eh Bim, Bunga tuh! kapan lo mau ngobrol bareng dia? “ ujar Rendi
“Iyah gw tau, gw masih belum berani nunjukin kalo gw suka sama dia” jawab Bima
“Yah gimana mau bersatu kalo cuma sekedar suka doang tanpa adanya keberanian untuk
mengungkapkannya, lo itu suka sama Bunga tapi gk akrab sama dia bahkan ngobrol aja gk
pernah, Bim..Bim...” ucap Rendi sambil mencoba menjelaskan.
“ Ah bawel lu Ren kayak cewek, tapi tumben bener” balas Bima.
Sebenarnya selama ini Bima juga menyukai Bunga, namun mereka berdua sama-sama tidak
berani untuk mengungkapkannya. Alhasil mereka hanya bisa memendan perasaannya
masing-masing.
Bel pulang sekolah berbunyi bunga segera membereskan bukunya dan segera pergi .
”Eh Bunga mau kemana ?” tanya Sofi .
“Biasa ,tau kali Sof“ jawab Bunga yang memberikan isyarat kepada Sofi .
”Oh yaudah, pulang nya jadi bareng gk? “ tanya Sofi lagi.
”Iyah” jawab Bunga.
Kebiasaan Bunga setiap pulang sekolah adalah menunggu di depan kelas Bima
sembari menunggu suasana kelas sepi agar ia bisa menaruh barang untuk Bima secara
sembunyi-sembunyi. karena ia terlalu malu untuk mengasih langsung kepada Bima .
”Sof yuk pulang “ ajak bunga .
“Udah Bung? “ tanya sofi.
Bunga mengangguk.
“ hari ini lo ngasih apaan ?” tanya sofi lagi penasaran
“Mulai deh kepo nya, rahasia dong “jawab bunga
“Pelit banget sih, sama temen juga”
“Yaudah yuk pulang, tuh udah ada angkot “
Keesokan harinya seperti biasa Nabila dan Sofi menunggu Bunga di depan gerbang
sekolah. Ketika mereka melewati kelas Bima, tidak sengaja mereka mendengar pembicaraan
Jesika dan Bima.
“Ternyata selama ini lo yang ngasih semua ini?” tanya Bima
“Oh, iya. Selama ini gw yang ngasih bim “. Jawab Jesika.
Setelah mendengar percakapan tersebut, Nabila merasa tidak terima dengan ungkapannya
Jesika yang mengaku-ngaku sebagai orang yang mengirimkan barang-barang misterius
kepada Bima
“Kurangajar tuh Jesika main ngaku ngaku aja” Nabila marah
“Udah Bil gk papa,biarin aja” ujar Bunga pasrah
“Lo itu yah Bung terlalu baik tau gk” balas Sofi
Seminggu kemudian Bunga pergi ke london untuk melihat sekolah barunya. Namun
di tengah perjalan pesawat yang di tumpangi Bunga mengalami kecelakaan. Nabila dan Sofi
yang mendengar berita tersebut langsung pergi ke rumah sakit. Dan berita itu pun sampai di
telinga Bima, Bima sebenarnya ingin pergi ke rumah sakit namun apa boleh buat
keinginannya itu hanya bisa ia pendam dalam hati, karena selama ini Bima tidak akrab
dengan Bunga. Bima sangat sedih dan Bima hanya bisa mendoakan Bunga dari jauh.
“Ren gw mau curhat nih” ujar Bima
“Yaudah curhat aja gak papa kok,oh gw tau pasti lo mau curhat tentang Bunga kan?” jawab
Rendi
“Iyah, gw sedih banget Ren tapi apa boleh buat, sebenarnya gw mau jenguk Bunga tapi gw
malu kan selama ini gw gk akrab sama dia” curhat Bima
“Bim denger gw yah! Saran gw sih mending rasa malu lo itu harus di buang jauh-jauh
deh...karena rasa malu lo itu jadi boomerang buat diri lo sendiri dan merugikan lo Bim” saran
Rendi
“Terus gw harus apa Ren?”tanya Bima
“Yaampun Bim lo masih gk ngerti maksud gw?,maksud gw tuh sekarang juga lo harus
kerumah sakit nemuin Bunga, sebelum lo nyesel” tegas Rendi
“Lo bener Ren gw harus berani, yaudah gw pergi dulu yah....bye” ucap Bima.
Sesampainya di rumah sakit ia langsung ketempat resepsionis untuk menanyakan di mana
kamar Bunga .
“Maaf mba, apakah disini ada pasien yang bernama Bunga?”tanya Bima
“Tunggu bentar yah mas! Oh iya ada mas,kamarnya ada di lantai 2 nomor 420 yah”jawab
suster
Bima langsung pergi kekamar Bunga yang berada di lantai 2. Sesampainya di depan kamar
Bunga,Bima mendengar pembicaraan dokter. Dan Bima melihat suasana yang sangat amat
sedih.
“Bagaimana keadaannya dok?” tanya mamah Bunga
“Maaf bu, Bunga sudah tidak tertolong” jelas dokter
Orang-orang berada didalam langsung menangis terutama mamahnya Bunga yang
sangat histeris. Bima yang mendengar berita itu sangat sedih hingga bunga dan coklat
terlepas dari tangan Bima, dan Bima berlari menuju keluar rumah sakit dan menuju
kelapangan yang tidak jauh dari rumah sakit. Disana bima langsung berteriak karena dia
sangat sedih dan menyesal karena selama ini dia tidak berani mengungkapkan perasaannnya
kepada Bunga.
“Aaaaaaaaargh, Bungaaaaa kenapa lo tinggalin gw secepat ini ? bahkan gw belum sempet
bilang ke lo kalo gw cinta sama lo Bunga.”teriak Bima yang sangat sedih.
Kriiing suara handphone Bima berdering ternyata telfon dari Rendi.
“Hallo Bim, gimana lo udah bilang belum ke Bunga?” tanya Rendi.
“Ren, Bunga Ren” ucap Bima yang suaranya terdengar sedang menangis.
“Ada apa Bim? Yaudah sekarang lo dimana? biar gw nyusul lo sekarang “ .
“Gw ada di lapangan deket rumah sakit” .
“Yaudah lo tunggu, gw berangkat sekarang”.
Tidak lama kemudian Rendi datang dan segera menemui Bima. Bima segera menghampiri
Rendi.
“Ren Bunga” ucap Bima sambil menangis.
“Kenapa Bunga? “ tanya Rendi.
“Bunga udah ninggalin gw”.
“maksudnya ?”
“Bunga udah meninggal”.
“Apaa? Sabar bim”.
“yang bikin gw sedih banget itu karena gw menyesal banget selama ini gw blm ungkapin
perasaan gw ke dia”.
Keesokan harinya pemakaman Bunga di laksanakan, teman – teman sekolah Bunga
datang termasuk Bima. Selesai acara pemakaman orang-orang yang berada di sana pergi
meninggalkan pemakaman,kecuali Bima .
“Hay Bung cepat sekali lo ninggalin gw padahal gw belum sepet bilang apa-apa ke lo
Bung”Bima berbicara sendiri di depan kuburan Bunga.
Saat Bima sedang mengungkapkan perasaannya kepada Bunga, walaupun saat ini
Bunga telah menjadi mayat yang terbujur kaku dan terkubur tanah. Tiba-tiba dari arah
belakang Sofi datang karena Sofi ingin menyiram kuburan Bunga dengan air mawar.
“Bima! Kok lo masih disini?” tanya Sofi heran.
“Sof gw mau ngomong sama lo” jawab Bima.
“Ngomong apa?”
“Jujur selama ini gw suka sama Bunga tapi gw terlambat buat ngungkapinnya”
“Serius? Kenapa lo gk bilang dari dulu! Sebenernya Bunga juga suka sama lo udah lama tapi
dia malu buat ngomong ke lo”.
“Yang bener Sof?”
“Bener, sampe-sampe dia setiap pulang sekolah selalu nunggu kelas lo sepi supaya dia bisa
naruh barang di meja lo”
“Jadi selama ini bukan Jesika yang ngasih?”
“Bukan,gw tau pas Jesika ngaku-ngaku kalo dia yang ngasih semua itu ke lo,dari situ Bunga
sedih banget dan dia ingin pindah sekolah di luar negeri”
“Ya ampun bego banget sih gw ,kenapa selama ini gw gk sadar. Maafin gw Bung”
Akhirnya kesedihan Bima bertambah karena Bima tidak menyadari bahwa selama ini
Bunga,cewek yang sangat Bima cintai ternyata menyukai Bima. Setelah Bunga meninggal
Bima hidup dibawah penyesalan. Bima sangat frustasi dan hidupnya tidak karuan. Sehingga
Rendi sangat prihatin dengan keadaan Bima dan akhirnya Rendi membawanya berobat ke
psikolog. Berhari-hari ia menjalani terapi dan akhirnya Bima bisa melupakan rasa
menyesalnya itu. Akhirnya Bima bisa menjalani hidupnya seperti biasa.
Tetapi bukan berarti Bima melupakan Bunga melainkan nama Bunga tetap berada
dalam hatinya.

THE END
PESAN MORAL YANG DAPAT DIAMBIL ADALAH JANGAN SIA-SIAKAN ORANG
YANG KAMU SAYANGI. KARENA PENYESALAN DATANGNYA DIAKHIR BUKAN
DI AWAL
NAMA : ALFANI ROMADHON

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : BAHAGIA MU ADALAH KEBAHAGIANKU

Di sebuah kota tepatnya di Tangerang, tinggallah seorang laki-laki kecil berusia 14 tahun
yang bernama Siska amelia, dia lebih sering disapa Amel.Amel sekarang telah menduduki
bangku kelas 3 SMP. Dia pun telah berhasil menempuh Ujian Nasional, kini tinggal
menunggu hasilnya saja. Sejak lama dia sudah mempunyai impian untuk bisa masuk di salah
satu SMAN komplek terfavorit di kota Tangerang. Suatu hari dia berbincang-bincang dengan
kedua orangtuanya untuk merundingkan dimana dia akan melanjutkan pendidikannya.

“Bu, Pak” kata Amel membuka pembicaraan pada orangtuanya yang sedang berkumpul di
ruang tamu
“Iya Nak?” jawab kedua orangtua yang hampir bersamaan
“Bagaimana kalau nanti Amel mencoba untuk ikut tes RSBI dulu? Nanti kalau tidak lulus
baru ikut yang reguler” kata Ima sambil menatap muka kedua orangtuanya secara bergantian.
Terlihat guratan di wajah kedua orangtuanya, yang menandakan mereka terlihat bingung
mendengar ucapan anaknya.
“Kalau ibu sih terserah kamu saja yang penting kamu optimis”
“Oh bagus itu, bapak malah bangga kalau kamu nanti bisa masuk sekolah komplek.
Pokoknya kamu belajar saja yang rajin, nanti bapak akan bekerja keras untuk mendapatkan
biayanya” Sahut bapaknya sambil melirik balik ke arah istrinya
“Emm… Makasih ya bu, pak. Ima janji Ima akan belajar rajin” jawab Amel dengan
tersenyum lebar dan beranjakr meninggalkan tempat itu

Amel merebahkan tubuhnya di kasur kamar tidurnya. Memeluk guling kesayangannyadan


menatap langit-langit kamarnya yang terang benderang terkena cahaya lampu kamarnya
malam itu. Butiran-butiran air mata tak henti-hentinya terjatuh di pipinya. Ya benar, Amel
memang menangis. Matanya sudah terlihat sangat sembab, merah, dan hidungnya pun merah.
Tak ada niatan sedikitpun darinya untuk menyeka air matanya yang sudah membasahi
pipinya itu, air mata itu ia biarkan jatuh dan melewati pelipisnya hingga menembus ke
bantalnya. Terdengar ketukan pintu kamarnya, tetapi dia mengabaikan ketukan itu. Tak
berapa lama kemudian masuklah seorang wanita paruh baya ke kamarnya. “Kenapa kamu
menangis sayang?” tanya Ibu Nia mendekati ranjang anaknya dan memposisikan dirinya di
sampinAmel
“Amel baik-baik saja bu” jawabnya sambil menyeka sedikit air matanya menggunakan kedua
tangannya
“Cerita saja pada ibu”

Lalu Amel bercerita tentang kejadian yang dialami nya tadi


“Kamu itu orang miskin, mana bisa masuk sekolah komplek yang elit itu!” tukas seorang
wanita paruh baya yang tak lain adalah tetangga neneknya
“Apa bapak kamu sanggup membiayai kamu selama sekolah di sekolahan elit itu? Bapak
kamu kan cuma seorang kurir. Gajinya saja tidak cukup untuk uang makan satu bulan” sahut
nenek Mini *Nenek Amel*. Amel hanya bisa terdiam mendengar cacian orang-orang itu, dan
yang paling membuatnya sakit hati itu adalah neneknya. Yup, neneknya juga ikut-ikutan
mencaci dan merendahkan dirinya dan kedua orangtuanya. Kakek Amel yang mengetahui hal
itu langsung memanggil Amel, dan Amel berlari menghampiri kakeknya itu. Tak disangka
disana Amel bisa menumpahkan segala rasa sakitnya. Melihat cucunya yang sedang terisak,
kakeknya mendekati Amel dan berusaha menenangkannya. “Memangnya benar kalau kamu
ingin masuk ke sekolah komplek itu Amel?” Tanya kakek UdinKakek Amel.
“I..ya.. kek” jawab Amel tersengal-sengal, dia masih terisak dalam tangisnya “Jangan
dengarkan kata mereka, gapailah impianmu Amel. Kalau kamu nanti bisa masuk ke sekolah
komplek itu, orangtuamu akan bangga padamu begitupun dengan kakekmu ini”
“Iya kek, Amel ingin membahagiakan ibu dan bapak kek, makanya Amel berniat mencoba
ikut tes RSBI di sekolah komplek karena Amel ingin mengangkat derajat orangtua Amel agar
kita tidak dicaci maki orang-orang lagi” Amel pun tak kuasa menahan air matanya, seketika
saja air mata itu tumpah dan kakek pun merangkul erat cucunya yang sedang sedih itu
setelah Amel bercerita semuanya kepada Ibu nya lalu Ibu nya mencoba menenagkan nya.

“Sudahlah Nak, jangan dimasukkan ke dalam hati. Mereka hanya sirik dengan keluarga kita.
Kan mereka tidak tau bagaimana kemampuan Amel. Jangan sedih ya sayang” Ibu Amel
merangkul erat anaknya, sebenarnya hatinya pun juga turut terluka karena mendengar cacian-
cacian orang-orang itu, terlebih lagi ibu mertuanya.
“Abaikan saja kata-kata mereka, toh mereka juga tidak ikut membiayai sekolah kamu
nantinya. Sekarang tugas kamu hanyalah belajar saja” tiba-tiba bapak Amel masuk dan
sontak membuat kaget istri dan anaknya yang sedang berpelukan itu
Hari yang ditunggu telah tiba, kini tiba waktunya pengumuman hasil tes RSBI yang telah
diikuti oleh Amel kemarin. Amel sangat berharap bahwa dirinya nanti bisa diterima di salah
satu dari tiga sekolah komplek tersebut. Tapi harapan Amel seolah pupus lantaran namanya
tidak ada dalam daftar nama siswa yang diterima di dua sekolah komplek yang ia pilih. Ima
merasa sedikit kecewa karena hanya sedikit saja selisih nilainya dengan nilai terendah di
sekolah komplek tersebut. ‘Mungkin memang benar kata orang-orang, sekolah itu tak pantas
untukku. Aku ini terlalu miskin untuk bersekolah di sana’ pikirnya dalam hati Setelah dia tak
dapat diterima di sekolah komplek itu, dia pun mengikuti pendaftaran reguler yang diadakan
oleh pemkot Tangerang melalui pendaftaran online. Pendaftaran dimulai hari ini, dan itu
artinya Amel pun segara mendaftarkan diri. Setelah memasuki hari ketiga pendaftaran, nama
‘SISKA AMELIA’ sudah tidak ada dalam daftar nama di tiga sekolah yang ia pilih. Itu
artinya posisinya tergeser oleh siswa yang nilai NEM nya lebih tinggi darinya. Ia pun tak
putus asa, akhirnya orangtuanya mendaftarkannya ke sekolah swasta yang terkenal sedikit
elit. Ya, sekarang Amel bersekolah di sana.

Tiga tahun telah berlalu, Ujian Nasional juga telah dilaluinya dengan lancar. Masih sama
seperti yang dulu, Amel hanya tinggal menunggu hasil dari kerja kerasnya selama tiga tahun
di masa putih abu-abu ini. Dan juga dia menunggu pengumuman peserta yang diterima di
PTN. Seminggu kemudian, pengumuman itu ditempel indah di mading yang terletak di dekat
pintu masuk sekolah. Ratusan siswa kelas XII yang sudah bergerombol sejak tadi pagi
langsung bergegas mendekati papan pengumuman itu, tak terkecuali Amel. Dan hasilnya pun
memuaskan, Amel lulus dengan nilai yang tinggi dan dia pun juga diterima di salah satu PTN
terkemuka di Tangerang dengan jurusan yang ia pilih, yaitu Ekonomi Pembangunan. Yup,
berarti sebentar lagi Amel akan menjadi ‘Mahasiswi Ekonomi Pembangunan’. Dia sangat
senang dan segera pulang untuk memberitahukan berita bahagia ini kepada ibu dan bapaknya.

“Ibuuuuuu… Bapaakkkkk…” teriak Amel lantang saat ia masih berada di halaman rumahnya
Orangtuanya yang mendengar teriakan anaknya itu langsung bergegas menuju sumber suara
itu. Dari kejauhan mereka melihat sesosok gadis kecil mereka telah berubah menjadi gadis
remaja yang beranjak dewasa dengan senyuman yang mengembang di bibirnya. “Ada apa
sih? Kok teriak-teriak seperti itu?” sahut ibunya yang masih terlihat memakai celemek biru di
badannya
“Aku lulus bu, aku lulus pak” jawabnya sambil mendekati dan menciumi tangan ibunya lalu
berpindah menciumi tangan bapaknya “Alhamdulillah, terus bagaimana dengan nilai kamu
nak?” tanya bapaknya yang juga turut mengembangkan senyumannya
“Nilaiku memuaskan pak, dan ada satu berita lagi bu, pak” serunya
“Berita apa?” ucap ibu dan bapak hampir bersamaan
“Tak lama lagi anak kalian ini akan menjadi Mahasiswi Ekonomi Pembangunan bu, pak”
serunya lagi sambil memegang tangan kedua orangtuanya lagi
“Itu artinya kamu diterima di universitas itu nak?” Tanya ibunya. Amel pun hanya
mengangguk pelan tanda mengiyakan
“Alhamdulillah, bapak sama ibu bangga punya anak seperti kamu. Semoga kamu tidak
mengecewakan kita nantinya ya?” Senyuman lebar terukir di sudut bibir bapak, begitupun
dengan ibu. Mereka terlihat sangat senang

4 tahun kemudian
“Selamat ya nak, kamu sudah menjadi sarjana sekarang” ucap ibu disertai dengan tetesan air
mata bahagia yang menetes dari sudut matanya “Makasih bu, pak ini semua berkat kalian
juga. Kalian yang selalu menyemangati Amel hingga Amel bisa jadi seperti ini. Amel sangat
senang karena ibu sama bapak bisa mendampingi Amel wisuda”
“Iya nak, kamu sudah berhasil membuktikan kemampuanmu kepada orang-orang yang dulu
mencacimu. Sekarang mereka akan tau bagaimana hebatnya anak bapak yang satu ini” ucap
bapak sambil mencium kening anak semata wayangnya itu. Suasana menjadi sangat
mengharukan, semuanya pun ikut menangis.

Dua bulan setelah Amel menjadi Sarjana Ekonomi, dia pun kini bekerja di sebuah divisi
keuangan di salah satu perusahaan ternama di Tangerang. Gaji dari hasil kerjanya pun telah ia
kumpulkan, selama beberapa bulan uang itu sudah terkumpul cukup banyak. Tanpa basa-basi
lagi Amel pun memberikan uang dari hasil keringatnya kepada orangtuanya.
“Bu, Amel ada sedikit rezeki untuk ibu dan bapak” ucap Ima yang menghampiri ibunya di
ruang tamu sambil menyodorkan amplop berwarna coklat muda yang dari tadi dibawanya
“Kamu simpan saja uang ini, ini kan hasil kerja kamu nak” ucap ibu sambil mengembalikan
amplop itu lagi ke tangan Amel “Tidak bu, Amel ingin memberangkatkan ibu dan bapak
untuk umroh. Itu kan impian kalian sejak dulu? Sekarang Ima sudah bisa mewujudkan impian
itu bu. Amel bisa!” jawab Amel sambil menaruh amplop itu ke tangan ibunya lagi dan
tangannya ikut mendekap tangan ibunya yang bertujuan untuk menahannya supaya ibunya
tidak mengembalikan uang pemberiannya lagi. Hal yang tak disangka olehnya pun terjadi,
kini ibunya menangis di hadapannya. Iya, ibunya memang menangis, lebih tepatnya lagi
menangis bahagia. Setelah itu ibunya segera memberitahukan kepada suaminya bahwa
sebentar lagi mereka bisa menunaikan ibadah umroh. Atas kerja kerasnya selama ini akhirnya
Amel bisa membahagiakan kedua orangtuanya itu, ‘Akhirnya Amel bisa mewujudkan impian
kalian, kebahagianmu adalah kebahagiaanku ibu… bapak…’ batin Amel yang sedang
mengantarkan keberangkatan kedua orangtuanya di bandara.

TAMAT
NAMA : ASMUL FAUZIAH

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : MIMPI YANG TERSEMBUNYI

“Hai kak” sapa temanku pada seorang kakak kelas yaitu kak yus yang sedang
menjaga salah satu stand pada saat masa orientasi siswa.

“hai juga” ia membalas dengan tersenyum.

“eh kamu kenal dia? Jadi kamu gitu yaa, yaampun aku gak nyangka.” Tiba-tiba
temannya mengejeknya.

“eh maksudmu apaan haha” mereka pun tertawa terbahak-bahak, entah apa
maksudnya tetapi akupun ikut tertawa karena hal itu.

Ini adalah hari terakhir masa orientasi siswa, aku sebagai siswa barru harus
mengikutinya dengan baik dan mematuhi segala peraturann. Terkadang merasa menyebalkan
karena harus memakai benda yang cukup aneh. Masa orientasi ini berlangsung selama tiga
hari, dimulai perkenalan, beberapa materi, dann di hari terakhir ada stand yang diadakan
oleh setiap ekskul untuk mempromosikan dan menunjukkan betapa hebatnya ekskul itu,
agak membosankan menurutku, tetapi entah siapa teman si kakak kelas itu dia dapat
membuatku tersenyum dan tertawa, sedikit hiburan kupikir, tanpa mengetahui kedepannya.

Hari pertama masuk sekolah, kami mencari kelas masing-masing.

“eh, Zia kamu dapet kelas apa?” tanya dillah, ia adalah sahabatku.

“tau nih aku lagi cari. Kalo kamu kelas apa? O iya ngomong-ngomong si tiwi dapet
kelas apa tuh?”

“aku juga lagi cari kelasku nih. ooh, dia di kelas 10 ips 2 Tuh di ujung”

“ooh disitu” kami pun terus mengobrol sambil berjalan di koridor untuk mencari
kelas kami, dan aku pun menemukan kelasku “wah ini dia kelas ku, kelas kamu belum
ketemu ya? Yasudah kita cari ke lantai dua yuk”

Setelah sampai di lantai dua yang kebetulan hanya ada empat lokal, kami pun tak
susah mencari nama dillah, dan kagetnya ternyata dia dapat jurusan IPS.

“loh kok aku dapat jurusan ips? Aku kan harusnya terdaftar di jurusan ipa, aneh
sekali. Apa mungkin ada kesalahan yah, huh sebal” dillah pun menggerutu.

“eh dil, kita bisa ke ruang guru untuk menanyakan ini, iya kan?” kusarankan dilah
untuk bertemu guru atau bagian tata usaha.

Setelah bertemu guru, beberapa hari kemudian dillah pindah ke kelas 10 ipa 3 dan
kelasnya dekat dengan kelasku karena aku di kelas 10 IPA 1. Beberapa hari kemudian
kamipun mengikuti ekskul di sma untuk pertama kalinya tepatnya di hari sabtu. Kami
memilih ekskul pramuka. Pada hari itu aku, dillah dan tiwi duduk berdekatan di dalam ruang
pramuka dan sedang ada materi tentang motivasi dari kak ahmad salah satu alumnni
pramuka sekolah tersebut yang sudah melannjutkan belajarnya di salah satu universitas
ternama di negeri ini. Setelah selesai memberikan materi ia pun mempersilahkan kepada
audience yang berani mengemukakan tentang dirinya. Karena tak ada yang berani maka ia
menunjuk seseorang.

“iyah kamu yang dibelakang yang pakai kacamata coba berdiri” ia menunjuk
seseorang yang duduk di kursi belakang. Orang itupun berdiri dan memperkenalkan nama
dan mengemukakan pendapatnya tentang dirinya. Aku tak terlalu memperhatikan dan malah
mengobrol dengan dillah hingga ternyata kak ahmad telah selesai memberikan materi.

Beberapa hari kemudian aku sadar orang yang di tunjuk kak ahmad adalah orang yang
sama pada saat di stand silat, temannya kak yus, orang yang sudah membuatku tertawa pada
saat itu. Menyesal aku tak mendengarkan ucapannya pada saat ekskul hingga aku tak tahu
namanya. Diam-diam aku mulai tertarik padanya dan tidak sengaja ku bergumam dan
terdengar oleh dillah.

“hmmm siapa ya nama kakak itu, ia yang kulihat di stand silat waktu itu yang
memakai kacamata dan ternyata mengikuti kegiatan ekskul pramuka juga. Siapa ya dia?”

“eh zia, ternyata kamu suka sama dia yaaa, huuu kasiannya kamu tidak mengetahui
namanya, apakah kamu mau mengethuinya zia?” dillah pun mengejeknya

“ih dillah kamu apa-apaan sih jangan berisik dong nanti kalau ada yang tahu gimana?
Aku malu dillah”

“yasudah yasudah mending sekarang kita main dengan tiwi yuk kita ke kelasnya,
siapa tahu dia bisa bantu”

“eh jangan dong dillah, jangan bicara tentang ini ke siapapun, ku mohon”

“telambat, akuu sudah mengetahuinya dan tiwi pun harus mengetahuinya, hihihi”

Aku mengejar dillah yang tengah berlari ke arah tiwi tetapi dillah sampai duluan dan
langsung memberitahu semuanya pada tiwi. Tidak hanya tiwi disitu pun ada beberapa teman
baru tiwi dikelasnya. Mukaku memerah karena malu, dan tiwi pun malah mengejekku.

“wah wah jadi ada yang sedang kasmaran yahhh, ciee sampai ingin tahu namanya,
yah panggil aja si kakak berkacamata, hihihi”

“ih kamu apaan sih tiwi, aku gak suka sama dia kok”

“maksud kalian kak ram?”

Teman baru Tiwi, Yuni akhirnya menjawabnya, menjawab sedikit rasa penasaran ku terhadap
kak ram, ternyata ia adalah kakak kelas Yuni sewaktu SMP dulu.
Aku pun terdiam sejenak, dan perlahan berjalan meninggalkan temanku yang sedang
mengobrol tadi, lalu setelah beberapa waktu aku mulai sadar

“oohh jadi dia itu namanya kak ram tohh”

Lalu pada suatu malam aku mencoba mencari akun sosial media milik kak ram tadi, setelah
beberapa saat akhirnya ku menemukan akun atas nama @Ram_Rider14, ternyata di akun
sosial medianya kaka kelas yg satu ini memiliki hoby yang sama denganku, uuuhhhh betapa
senangnya hati ini hihihi, fotografi dan traveling memenuhi dinding baris waktu milik akun
kaka ini, tiba – tiba fikiran gila pun muncul untuk mendahului obrolan dengan chat di akun
kakak ini,

“hai. Ini kak ram yang di eskul pramuka itu bukan? “

Tak lama kaka ituu membalas chatnya, rasa takut,senanng dan gelisah bercaampur jadi satu,
ketika aku meng klik icon pesan, kulihat kaka itu membalas dengan ramahnya

“ iyah de, kamu juga ikut eskul pramuka kan ?”

Setelah ini aku bingung harus menjawab apa, entah rasa apa yang ada dalam diri ini ,
semuanya bercampur jadi satu, namun sedikit kusingkirkan rasa tadi kucoba menjawab dan
memulai percakapan dengan kaka kelas yang tadinya aku fikir akan ilfeel dan merasa
terganggu dengan aku.

“iyah ka benar, oh iya ka aku mau tanya, minggu depan itu pramuka adaa acara apa sih ?
sepertinya sibuk sekali ?”

Kaka itu menjawab dengan ramah,

“oohhh, kita mau ada lomba de, waktunya tinggal 1 minggu lagi hehehehe,makanya
kelihtan sibuk”

“ kalo aku boleh tau kaka ikut mata lomba apasihh ehehehe?”

“ kaka ikut lomba Drama musikal dan Design grafis de”

Namun ketika aku ingin membalas pesan itu, ternyata signal ponsel ku mengalami
gangguaan

“aduhhhhh signal gak pengertian bangettt sihhh aarrggghhhh”

Kesal, akhirnya aku tertidur malam itu. Keesokan harinya ketika terbangun aku
kembali mengecek handphone ku untuk membalas pesan kak ram semalam.

Seminggu ini aku selalu mencoba menyemangati kak ram dalam latihan dan pada saat
ia lomba pun aku terus menyemangati nya lewat media sosial, setelah selesai lomba aku
kembali menghubungi nya.

"Gimana kak hasil lombanya? Pasti berhasil kan?"


"Iyah de Alhamdulillah kakak berhasil dan bisa dapat juara satu"

"Wahhh selamat ya kak, jadi ikut senang juga nihhh hehe"

"Iyah de Alhamdulillah ini juga berkat semangat dari kamu"

Aku tak menyangka ia akan berbicara seperti itu, aku bingung harus menjawab apa,
akhirnya aku mengubah topik pembicaraan. Kebetulan seminggu lagi adalah acara pelantikan
Pramuka untuk anggota baru, dan ia menjadi salah satu panitia.

"Kak, kakak panitia pelantikan juga kan? Kalo boleh tau bakal ada acara apa aja tuh
kak di pelantikan? Hehehe"

"Rahasia dong haha"

"Huuu si kakak pelit yaaa"

"O iya kan ada acara pensi tuh de, kelompok kamu mau tampilin apa tuh?"

"Hmmm pensi yah kak, wah kelompok aku belum ada rencana tuh Ka"

"Sepertinya kakak bisa bantu kamu buat pensi de"

Aku tak tahu harus menjawab apa, rasa senang dan gelisah menghampiriku, senang
karena ialah yang akan membantuku tetapi disisi lain aku merasa gelisah dan takut karena
harus menghadapi nya, aku tak tahu harus berkata apa ketika dihadapannya.

"De, kok gak jawab?" Bunyi pesan darinya kembali mengagetkan ku.

"Oh iya kak, aku terima kasih banget kalo kakak bisa bantu" Entahlah, bagaimana
perasaanku ini.

"Kapan kita bisa ketemu buat ngomongin pensi kelompok kamu?"

Pertanyaan yang membuat ku tertegun.

"Hmmm mungkin kita bisa ketemu di hari Kamis sepulang sekolah kak"

"Baiklah kalau seperti itu, kakak nanti tunggu di dekat aula yah"

"Yasudah kalau begitu kak, sebelumnya terimakasih telah membantu Zia ya kak
hehe"

Kamis pagi, seperti biasa aku terburu-buru untuk berangkat kesekolah. Sepulang
sekolah aku baru menyadari bahwa hari ini aku harus menemui kak ram, aku memberitahu
seluruh anggota kelompok ku terlebih dahulu, dan kebetulan beberapa orang dari kelompok
ku adalah adik kelas kak ram sewaktu SMP. Akhirnya ketika sampai di dekat aula mereka lah
yang terlebih dahulu mengobrol dengan kak ram, sampai akhirnya ada seseorang yang
menyebut namaku dan kak ram mencari ku, aku malu saat ada dihadapannya aku lebih
banyak diam karena tak tau harus bicara apa. Begitulah hingga beberapa hari, aku banyak
diam ketika bertemu dan masih banyak bertanya saat berhubungan lewat media sosial.
Hingga ia bertanya padaku.

"Kamu kenapa de kok seperti nya ada yang disembunyikan dari kakak?"

"Hmmm tidak kak, tidak apa-apa, aku hanya merasa malu"

"Jadi kamu malu dekat sama kakak?"

"Bukan begitu, Zia malu pada kakak, Zia takut salah bicara pada kakak"

Keesokan harinya pada saat hari Senin kami kembali bertemu dan membahas kembali
soal pensi, dia lebih banyak mendekati ku dan mengajak ku mengobrol. Aku sangat gugup
dan dia selalu menyindir soal perasaan, sampai ketika hendak pulang ia bertanya

"Kamu mau jadi teman kakak kan?"

"Yah pastinya kak, kakak orang yang baik dan ramah, aku senang bisa berteman
dengan kakak"

"Selebihnya?"

"Maksud kakak apa?" Aku bingung dengan pertanyaan nya

"Selebihnya sebagai teman?"

Pertanyaan yang tak pernah ku sangka, pertanyaan yang membuat ku bingung, aku tak
bisa menjawab nya.

"Hanya waktu yang bisa menjawab semua itu" jawabku sambil tersenyum, ia pun
menjawab senyuman ku.

Waktu pulang pun tiba, ia menawarkan untuk mengantar ku pulang. Tapi aku
menolak dan kembali bersama teman-temanku. Kami pulang masing-masing membawa rasa
kesenangan di hati masing-masing. Kami berteman.
NAMA : AYUNI QURRATUL AINI

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : INDAHNYA PERSAHABATAN

Apa jadinya jika ada seseorang memiliki nama yang sama dengan orang lain? Nama
yang sama persis. Begitulah yang dialami oleh Gita dan Githa. Nama mereka sama persis.
Yang membedakan nama mereka hanyalah sebuah huruf, yaitu H. Nama lengkap mereka juga
sama persis. Nama lengkap Gita adalah Aninda Sagita Putri, sedangkan nama lengkap Githa
adalah Aninda Sagitha Putri. Entah bagaimana, orangtua mereka bisa memberikan nama yang
begitu persis. Karena kesamaan inilah, banyak orang yang mengira mereka kembar, hanya
dengan mendengar nama mereka. Nama mereka memang sama persis. Namun, banyak hal
yang membedakan mereka. Sifat, kedudukan, keluarga, bahkan prestasi mereka berbeda.

Gita adalah gadis yang baik hati, bijaksana, rajin, dan ceria. Ia sangat peduli dengan
orang serta lingkungan di sekelilingnya. Gita lahir ditengah keluarga yang kaya raya.
Papanya bernama Krisna Wijaya, yang merupakan pengusaha terkenal dan merupakan salah
satu pemilik saham terbesar di New York, Amerika Serikat. Mamanya bernama Lisa Fitriana,
yang merupakan psikolog sekaligus penulis terkenal di Indonesia. Karena keluarga Gita yang
kaya raya, ia pun mendapatkan pendidikan yang terbaik. Sejak kecil, ia dimasukkan ke
berbagai lembaga kursus yang berstandar internasional. Karena itulah, ia selalu menjadi
murid paling pintar di sekolahnya.

Sementara itu, sifat Githa berbanding terbalik dengan Gita. Githa sedikit tomboy, agak
ceroboh, cuek, namun selalu ceria dalam kondisi apapun. Sama dengan Gita, Githa juga lahir
ditengah keluarga berada. Ayahnya bernama Ahmad Zainal, yang merupakan dokter bedah
terkenal di Indonesia. Bundanya bernama Aulia Karina, merupakan seorang dosen di salah
satu universitas terkenal di Indonesia. Prestasi Githa tidak sebaik Gita. Prestasi akademiknya
biasa saja, tetapi ia selalu masuk 3 besar di kelas. Githa lebih menonjol di bidang non-
akademik, seperti pidato, melukis, menyanyi, dan menari.

Perbedaan mereka memang cukup banyak, tetapi kesamaan mereka juga tak kalah
banyaknya. Selain nama yang sama, sekolah, kelas, gaya rambut, tinggi badan, berat badan,
bahkan idola mereka sama. Karena memiliki banyak persamaan, Gita dan Githa menjadi
dekat sejak pertama kali mereka bertemu.

^-^

Saat ini dikelas VIII A sedang berlangsung pelajaran sejarah. Mungkin karena materi
dan guru yang membosankan, hampir seluruh siswa dikelas ini mengantuk dan nyaris
terpejam. Tak terkecuali Gita dan Githa yang duduk sebangku. Mata Gita sudah sangat berat,
namun ia berusaha untuk tetap sadar dan mendengarkan penjelasan Miss Ani di depan sana.
Berbeda dengan Gita, Githa sudah terlelap sejak 30 menit yang lalu. Buku paket sejarah
miliknya terbuka di hadapannya untuk menutupinya yang sedang tertidur.

“Jadi, James Watt berhasil membuat mesin uap pada tahun…”

Kriinggg…..!!!!!!
Bel istirahat baru saja berbunyi. Miss Ani langsung mengakhiri pelajarannya lalu
berjalan meninggalkan kelas. Bersamaan dengan itu, Gita langsung memejamkan matanya
dan mulai terlelap seperti Githa dan seluruh teman sekelasnya.

15 menit kemudian, Gita merasa ada yang membangunkannya.

“Gita! Bangun, Git! Ke kantin yuk..??” gumam sebuah suara.

Gita langsung terbangun lalu mengangkat wajahnya. Ia mencari sumber suara, ternyata
Githa. Githa sudah terbangun, meskipun wajahnya terlihat masih mengantuk.

“Hah? Ayo.” Balas Gita.

Mereka berdua pun berjalan bersama menuju kantin dengan langkah lunglai.
Sesampainya di kantin, Gita dan Githa langsung menuju wastafel yang berada dipojok kantin
lalu mulai mencuci wajah mereka. Setelah merasa segar, barulah mereka memesan makanan
di kasir. Setelah selesai, mereka duduk di salah satu tempat yang kosong untuk menikmati
makan siang mereka.

“Barusan ada PR, nggak?” Tanya Githa.

“Ada. Miss. Ani menyuruh kita meringkas sejarah Marcopolo dan Archimedes. 1
kelompok isinya 2 orang. Minimal 5 lembar. Dikumpulkan minggu depan.” Jawab Gita.

“Apa? 5 lembar? Banyak banget..” ujar Githa lalu meminum jus jambu miliknya.

“Banyak? Kamu gimana sih? Bukannya teks pidato kamu saat grand final minggu
depan, lebih banyak dari makalah kita ini? Teks pidato kamu itu 8 lembar, dan kamu
membuat itu semua SENDIRIAN!” balas Gita.

Githa hanya tertawa mendengar ucapan Gita. Benar juga, teks pidato miliknya lebih
panjang daripada makalah sejarah mereka. Bahkan, ia harus menghafalkan teks pidato itu.

“Iya, I know. Git, kamu udah download episode terbaru Naruto? Kemarin sudah dirilis
lho..” ujar Githa.

“Oh ya? Kamu serius? Aku belum sempat. Kamu sudah lihat?” Tanya Gita.

“Sudah. Ceritanya keren banget. Jadi…..”

Selama sisa istirahat itu, mereka menggunakannya untuk bercerita tentang Naruto dan
beberapa anime lainnya. Maklum, mereka adalah penggemar berat anime. Terutama Naruto,
AKB0048, Death Note, dan Detective Conan.

^-^

Hari ini kelas VIII A menerima kabar yang sangat membahagiakan. Miss Alya, wali
kelas mereka, baru saja menyampaikan bahwa hari ini Mr Aji tidak bisa mengisi pelajaran
olahraga karena istrinya sedang melahirkan. Kebetulan, istri Mr Aji adalah Mrs Nia, guru
Bahasa Inggris yang seharusnya mengajar di kelas VIII A setelah pelajaran olahraga. Miss
Ita, guru IPA yang mengajar setelah pelajaran Mrs Nia, juga tidak bisa hadir karena sakit.
Miss Silvi dan Mr Dimas juga tidak bisa hadir karena ada pelatihan guru Matematika di
Singapura. Alhasil, hari ini kelas VIII A tidak ada pelajaran apapun.

Untuk mengisi waktu luang, Gita dan Githa menonton episode terbaru Naruto di laptop
Githa. Teman-teman mereka yang lain juga melakukan aktivitas masing-masing. Ditengah
aktivitas Gita dan Githa, tiba-tiba datanglah 2 orang teman mereka. Tara dan Rika.

“Heh, anak kembar!” panggil Tara.

Gita dan Githa tidak menjawab panggilan Tara. Mereka masih asik menonton Naruto.

“Heh, jawab dong!” panggil Rika kesal.

Merasa tak dihiraukan, Tara langsung menutup laptop Githa. Gita dan Githa langsung
memandang mereka dengan ekspresi marah.

“Kamu apa-apaan sih?! Nggak sopan banget!” seru Githa.

“Kalian yang nggak sopan. Padahal kami sudah memanggil kalian sejak tadi. Tapi
kalian nggak jawab!” balas Tara.

“Oh ya? Maaf, kami tadi nggak dengar. Memangnya ada apa?” Tanya Gita ramah,
meskipun hatinya masih kesal.

“Kami Cuma mau bilang, bulan depan ada lomba speech di SMA Harapan Jaya. Kami
mau menantang kalian!” jawab Rika.

Gita dan Githa berpandangan. Menantang?

“Maksud kamu, kalian berdua juga mau ikut lomba itu? Dan bertanding dengan kami?”
Tanya Githa.

“Iya. Kami sudah bosan melihat kalian selalu menjadi pemenang. Kami benci kalian!”
teriak Tara.

Gita dan Githa tertegun. Mereka tidak menyangka, bahwa ternyata Tara dan Rika
membenci mereka. Padahal saat kelas VII dulu, mereka adalah teman baik.

“Kami tidak peduli apa jawaban kalian. Karena aku sudah mendaftarkan nama kalian.
Jadi, sampai berjumpa bulan depan. Pasti kalian akan kalah!!” seru Rika lalu berlari keluar
kelas bersama Tara.

^-^

Hari demi hari berlalu. Tanpa terasa, hari ini kalender sudah menunjukkan tanggal 18
Oktober. Itu artinya, hari ini adalah pertandingan antara Gita, Githa, Rika, dan Tara. Pukul 7
pagi, Gita dan Githa sudah sampai di SMA Harapan Jaya. Mereka berangkat bersama
menggunakan mobil Githa. Mama Lisa dan Bunda Aulia ikut untuk mendampingi Gita dan
Githa. Mereka mengambil nomor peserta dan naskah pidato di bagian administrasi. Ternyata,
disana sudah ada Tara dan Rika. Mereka bersama Kak Ajeng, kakak Tara yang bersekolah di
SMA Harapan Jaya.

“Halo, Githa! Halo, Gita!” sapa Kak Ajeng ramah.

“Hai, Kak!” balas Gita dan Githa.

Kak Ajeng mengenal Githa dan Gita karena mereka sering mengikuti lomba yang
diadakan SMA Harapan Jaya. Terutama Githa, ia selalu mengikuti lomba pidato ataupun
membaca puisi dan selalu menjadi pemenang. Karena itulah, Kak Ajeng sangat mendukung
Gita dan Githa. Tentang masalah yang terjadi diantara Gita, Githa, Tara, dan Rika, Kak
Ajeng tak mengetahuinya.

Saat Gita dan Githa ingin menyapa Tara dan Rika, tiba-tiba terdengar pengumuman
dari pengeras suara yang terpasang tak jauh dari mereka.

“Untuk seluruh peserta yang mengikuti English Speech Contest, dimohon untuk segera
berkumpul di aula karena lomba akan dimulai 30 menit lagi. Terika kasih.”

Mendengar itu, Gita dan Githa langsung mengambil nomor dan naskah pidato mereka.
Setelah itu, mereka bergegas menuju aula. Tara dan Rika mengikuti di belakang mereka.
Sedangkan Mama Lisa dan Bunda Aulia memilih untuk menunggu di masjid yang berada di
halaman depan sekolah. Kak Ajeng yang menjadi panitia, juga mengikuti Gita, Githa, Rika,
dan Tara.

^-^

Lomba akan dimulai 5 menit lagi. 90 peserta yang berpartisipasi dalam lomba ini,
dibagi dalam 9 kelompok. Itu artinya, 1 kelompok terdiri dari 10 orang. Setiap kelompok
akan menempati ruangan tertutup yang di dalamnya hanya ada 3 orang juri yang akan menilai
mereka. Gita, Githa, Tara, dan Rika berada di ruangan yang sama. Mereka akan tampil sesuai
nomor urut mereka. Gita mendapat nomor urut 87, artinya ia akan tampil pada urutan
ketujuh. Tara mendapat giliran tampil nomor 3, Rika urutan kelima, sedangkan Githa tampil
terakhir.

Giliran Tara tiba. Ia maju kedepan lalu memulai pidatonya tentang kemerdekaan. Tak
lama kemudian, Rika maju dan mulai berpidato tentang lingkungan. Berselang 20 menit, Gita
maju kedepan dan berpidato tentang kenakalan remaja. Akhirnya, giliran Githa pun tiba. Saat
berhadapan dengan juri, Githa tersenyum lalu membungkuk sedikit tanda memberi hormat.
Ketiga juri itu sudah hafal dengan Githa karena ia selalu menjadi pemenang. Dengan santai,
Githa memulai pidatonya tentang hari sumpah pemuda.

Tanpa terasa, hari sudah beranjak siang. Sekaranglah saatnya mengumumkan 3 teratas
yang akan memasuki babak grand final. Hasil tersebut diumumkan di aula. Ternyata, Githa
menjadi peringkat pertama. Peringkat kedua diraih oleh Siska, murid dari SMP Bintang Jaya.
Dan peringkat ketiga diraih oleh Gita. Githa dan Gita sangat bahagia dengan keberhasilan
mereka. Tanpa mereka sadari, Tara dan Rika sangat kecewa atas hasil ini.

“Gita, Githa, kami ingin minta maaf..” ujar Tara.


“Iya, kami maafkan. Tapi jangan diulangi lagi ya?” balas Githa.
Tara dan Rika hanya mengangguk.
“Tujuan kita ikut lomba adalah untuk mencari pengalaman. Bukan mencari
kemenangan. Don’t think to be the best, but do your best! Jadi, jangan sedih ya. Kesempatan
masih banyak kok!” ujar Gita bijak.
Tara dan Rika langsung memeluk Gita dan Githa. Ternyata, Gita dan Githa tidak
pernah sombong atas prestasi mereka. Tara dan Rika sangat menyesal pernah membenci Gita
dan Githa. Tetapi mereka sekarang sadar, tak sepantasnya mereka membenci Gita dan Githa.
Semenjak hari itu, mereka berempat menjadi sahabat dan bahagia untuk selamanya
NAMA : ELFAN DELIAS VANCA

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : : KEBAHAGIAAN SESAAT

Namaku Uswatun Awaliyah, dipanggil dengan sebutan uus. Aku tinggal di Tangerang. Aku
sekolah di MAN 3Tangerang dan duduk dibangku kelas x(sepuluh), Aku lahir di Tangerang
pada tanggal 27 Mei.

Hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah di MAN 3 Tangerang, Hari ini aku langsung
mendapatkan sebuah tugas, karna aku belum mempunyai bukunya jadi aku meminjamnya di
Perpustakaan. Di dalam sebuah ruang perpustakaan akupun segera mencari buku buku yang
ingin aku pinjam. Setelah kutemukan buku yang ku cari , aku pun segera berlari menuju
kelas. Baru sampai depan pintu perpus aku aku tertabrak oleh seorang laki-laki yang telah
menyebabkan buku-buku yang ku bawa terjatuh semuanya. Laki-laki itu meminta maaf
kepadaku sambil membantuku mengambil buku-buku yang telah terjatuh. Ketika aku sedang
melihat wajah laki-laki itu aku hanya bengong, perasaanku tidak karuan dan jantungku
berdetak sangat kencang, Laki-laki itu memang sangat tampan(ganteng).lalu Didalam hatiku
berkata:”ya allah, inikah yang dinamakan jatuh CINTA?”. Aku pun tersadar dari lamunanku
saat laki-laki itu melambai-lambaikan tangannya di wajahku. Disitu kami berkenalan.
Ternyata nama laki-laki itu adalah ANDI PURNAMA. Karena terburu-buru aku pun segera
meninggalkan Andi.

Aku mempunyai sahabat bernama Nadya. Dia juga sekelas denganku. Saat dikelas aku
menceritakan kejadian yang kualami tadi. Karena aku bercerita saat jam pelajaran Fiqih aku
dan fani mendapat teguran dari guru, aku pun hanya diam sambil menunduk ketakutan.
Setelah pelajaran selesai, saat jam istirahat aku pun melanjutkan ceritaku itu kepada Nadya.
Nadya terkejut saat aku bilang kalau aku menyukai Andi. Nadya terkejut karna Nadya tau
kalau sejak dulu aku selalu cuek dengan yang namanya cowok, Aku seperti itu karna ku takut
mengalami kejadian yang sama seperti orang tuaku, yaitu bercerai dan merasakan sakit yang
angat sangat menyakitkan. Jadi, aku sangat berhati-hati dalam mencari pasangan hidupku.
Namun entah kenapa rasa dihatiku berubah jadi cinta saat aku melihat Andi. Ku rasa aku
benar-benar jatuh cinta.

Ingin sekali rasanya aku mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya kepada Andi. Namun
aku takut, aku takut kalau Andi tidak mencintaiku. Itu pasti akan membuatku SAKIT HATI.
Jadi aku memendam perasaan itu. Aku senang sekali karena setiap hari aku selalu bertemu
Andi. Kami pun sering mengobrol bareng. Ya, walaupun aku tidak bisa memilikinya sebagai
kekasihku tetapi aku sudah bahagia karna sudah berteman dengannya.

2 tahun berlalu. Sekarang aku telah duduk di bangku kelas XII(dua belas) MAN. Namun
perasaanku masih tetap sama seperti dulu. Aku masih mencintai Andi, tanpa Andi tau itu.
Memang sangat sulit untuk memendam perasaan itu, bahkan 2tahun bukanlah waktu yang
singkat untuk memendam perasaan seperti ini. Apalagi setelah aku tau ternyata Andi sudah
mempunyai kekasih, untung saja berita itu hanyalah gossip.jika berita itu benar, entahlah
bagaimana diriku ini, mungkin aku bias gila. Hahahaha.. Namun aku tidak akan biarkan itu
semua terjadi, karna aku harus jadi perempuan yang selalu kuat dan tegar.

Pada suatu hari ketika aku sedang berada di taman sekolah bersama Andi, tiba-tiba hidungku
mengeluarkan darah. Tidak heran jika aku mimisan. Karna sejak masih Mts aku memang
sering mimisan namun aku tidak tahu apa sebabnya. Andi yang melihatku pun sangat
terkejut, Andi mengajakku ke rumah sakit. Namun aku menolak dari masih kecil aku
memang anti sekali jika diajk ke rumah sakit mungkin karna di rumah sakit banyak perlatan-
peralatan medis yang membuatku takut. Tidak lama darah hidungku pun sudah tidak keluar
lagi. Karna bell sudah berbunyi, aku pun segera masuk ke kelas.

SKIP

Ke esokan harinya ketika aku baru saja sampai di sekolah Tiba-tiba Andi menghampiriku
sambil mengasih sebuah undangan. Ternyata itu undangan untuk acara ulang tahun Andi.
Andi memintaku untuk datang di acara itu. Aku pun mengiyahkan hal tersebut, Andi pun
terlihat senang.

Karna acara ulang tahun Andi itu besok malam akhirnya setelah pulang sekolah aku pun
langsung pergi ke sebuah mall untuk mencari kado untuk Andi. Aku bingung mau beli apa
untuk Andi. Karna aku tahu kalo Andi suka mengoleksi jam dan topi akhirnya aku pun
mencari took jam dan topi. Sesampainya di toko topi, kebetulan ada topi yang bertuliskan
huruf ”A”, aku pun langsung membeli topi tersebut. Setelah itu aku pun langsung pergi ke
took jam, di toko jam tersebut terdapat jam berwarna Hitam dan jam itu dari paris, di kaca
jam itu bertuliskan berbagai huruf, tentunya aku memilih huruf “A”. setelah membeli
kadonya aku pun segera membungkusnya dengan kertas kado bergambar LOVE di sertai
dengan pita merah di atas kado itu.

Malam itu pun tiba, aku segera pergi ke rumah Andi. Sesampainya di rumah Andi ternyata
sudah banyak orang yang datang. Malam itu aku mengenakan mini dress berwarna pink
dengan ikatan tali di leher. Malam itu Andi terlihat sangat tampan(ganteng) sekali, Andi
menggunakan kemeja berwarna putih di sertai jas berwarna Hitamnya,

“oh tuhan andai saja dia bias menjadi kekasihku, aku pasti akan amat sangat senang sekali”
benakku. Aku langsung, menghampiri Andi sambil member kado yang telah aku siapkan itu.
Andi pun berterima kasih padaku. Tidak lama pun acara itu di mulai. Mula-mula Andi
mengucapkan berterima kasih kepada semua yang telah hadir kemudian di lanjutkan dengan
meniup lilin dan pemotongan kue. “potongan kue yang pertama ini untuk orang yang paling
special” kata Andi.

Tak ku sangka kue itu diberikan kepadaku.

“ya Tuhan.. apa maksud dari semua ini” Benakku.


Disitu aku hanya diam sambil menatap Andi karna aku bingung entah apa yang harus aku
lakukan. Setelah itu tiba-tiba Andi naik keatas panggung kecil di sertai dengan gitar
kesayangannya. Disitu Andi berkata ”saya akan menyanyikan sebuah lagu, lagu ini saya
persembahkan untuk orang yang special, dia adalah Uswatun Awaliah”.

“oh.. my geth.. apa lagi ini.. aku bingung dengan semua ini, kenapa semua yang special itu
untukku?” benakku.

Andi pun langsung menyanyikan sebuah lagu yang berjudul I HEART YOU (acoustic)

#kenapa hatiku cenat-cenut tiap ada kamu, selalu piluh pun menetes setiap dekat kamu,
kenapa salah tingkah tiap kau tatap aku, selalu diriku malu tiap kau puji aku,

Kenapa lidahku keluh tiap kau panggil aku, selalu merinding romaku tiap kau sentuh aku,
mengapa otakku beku tiap memikirkanmu, selalu tubuhku lunglai tiap kau bisikkan cinta..

You know me so well (you know me so well), Girl I need you (girl I need you), Girl I love
you (girl I love you), girl I heart you..

I know you so well ( I know you so well), Girl I need you ( girl I need you), Girl I love you
(girl I love you), Girl I heart you..

Tahukah kamu saat kita pertama jumpa, Hatiku berkata padamu ada yang berbeda, Tahukah
sejak kita sering jalan bersama, Tiap jam menit detikku hanya ingin berdua..

Tahukah kamu ku takkan pernah lupa, saat kau bilang kau punya rasa yang sama, ku tak
menyangka aku bahagia ingin ku peluk dunia, kau izinkan aku tuk dapat rasakan cinta..

You know me so well, Girl I need you (girl I need you),Girl I love you (girl I love you), Girl I
heart you..

I know you so well, Girl I need you (girl I need you), Girl I love you (girl I love you), Girl I
heart you..

Hatiku rasakan cinta, dia buatku salah tingkah, I know you so well, you know me so well,
you heart me girl, I heart you back, I miss you, I love you, ah ah ah, I need you, I love you, I
heart you baby, I need you, I love you, I heart you baby..

Baby, you know me so well (you know me so well), Girl I need you (girl I need you), Girl I
love you (girl I love you), Girl I heart you..

I know you so well (I know you so well), Girl I need you (oh I need you), Girl I love you (oh
I love you)..

Tak ada yang bisa memisahkan cinta, waktu pun takkan tega, kau dan aku bersama
selamanya..#
Setelah Andi menyanyikan lagu itu, Andi meminta aku untuk naik ke panggung itu
bersamanya. Aku pun menuruti permintaannya. Diatas panggung itu tiba-tiba Andi berlutut
sambil memegang sebuah cincin berlian dan sekuntum bunga mawar merah. Jantungku
berdegup sangat kencang, bahkan sangat-sangat kencang, rasanya seperti mau copot..

Disitu Andi menyatakan perasaannya kepadaku..

“uus, aku mau jujur tentang perasaan aku selama ini sama kamu, sebenernya aku suka sama
kamu sudah lama, semenjak pertama kali kita bertemu waktu kelas X(sepuluh)MAN dan kita
sudah kelas XII(dua belas). Cukup lama aku memendam perasaan ini dan sekaranglah
waktunya aku untuk mengungkapkan isi hatiku.”would you be my girl??” aku pun menjawab
”YESS”

Disitu Andi langsung memakaikan aku cincin yang dia pegang dan dia langsung memelukku.
Semua tamu yang hadir pun memberikan tepuk tangan yang sangat meriah dan mereka juga
memberi semangat kepada kami berdua. Setelah acara itu selesai, Andi yang mengantarkan
aku pulang. Sesampainya dirumah aku pun berterima kasih kepadanya, Andi pun hanya
mengangguk sambil tersenyum manis lalu ia mencium keningku. Karena sudah terlalu malam
aku pun langsung masuk kedalam rumah.

Ya, malam itu merupakan malam yang sangat bersejarah dalam hidupku, karna aku telah
memiliki orang yang selama ini aku dambakan.

Kebahagiaanku berganti menjadi sedih yang amat menyedihkan ketika beberapa jam
kemudian aku mendapat kabar dari temanku bahwa Andi kecelakaan setelah mengantarkanku
pulang. Mobil Andi menabrak sebuah truk besar dan kecelakaan itu pun sangat tragis yang
menyebabkan nyawa Andi tidak tertolong dan Andi pun meninggal pada malam itu.

“yaa allah..cobaan apa lagi yang kau berikan padaku, baru saja kau berikan kebahagiaan dan
sekarang engkau mengganti kebahagiaan ku itu dengan kesedihan, engkau telah mengambil
orang yang amat sangat aku saying dan aku cintai” #dalam benakku sambil menangis..

Aku pun segera kerumah sakit untuk melihat Andi, sesampainya dirumah sakit aku hanya
menangis dan terus menangis saat melihat Andi telah ditutupi dengan kain putih. Disitu aku
memeluk Andi sangat erat seolah-olah tidak mau lepas dengannya. Keluarga Andi yang
datang pun mencoba menenangkanku.

Keesokan harinya Andi pun dimakamkan di pemakaman keluarga. Setelah pemakaman itu
selesai tinggal diriku sendiri yang masih berada disitu. Disitu aku terus menangis sambil
memegang batu nisannya. Tiba-tiba ada seorang perempuan datang menghampiriku, dia
adalah kakaknya Andi yaitu kak syifa. Dia mengajakku pulang, awalnya aku menolak. Tetapi
karna keadaan sedah mau hujan akhirnya aku pun ikut kak syifa pulang.

Selang beberapa hari kepergian Andi, pasti ada saja hal-hal ganjil yang membuat aku risih.
Kadang-kadang aku melihat sosok mirip sekali dengan Andi, sosok itu hanya tersenyum
manis denganku, namun ketika aku mau menghampiri sosok itu tiba-tiba ia menghilang. Aku
mencoba bertanya kepada kepada orang pintar/kiyai. ternyata memang benar sosok yang
sering menghantuiku itu adalah Andi. Ternyata Andi ingin bilang sesuatu kepadaku, Andi
berkata bahwa aku tidak boleh menangis lagi, Andi ingin melihatku bahagia bersama orang
lain dan Andi juga berkata “jangan khawatir denganku, aku baik-baik saja disini, aku selalu
menjagamu Uus”.

Dan setelah ku tahu itu semua, aku pun mencoba untuk tidak bersedih lagi, namun sampai
sekarang belum ada orang yang bisa menggantikan Andi dihatiku, itulah kesetiaanku :’)

--- THE END ---

KESIMPULAN :

Seseorang yang berarti,

Tak akan dengan mudah kau miliki.

Jika kamu sungguh mencintai,

Jangan pernah berhenti berusaha untuk hati.

Datang dan pergi seperti angin

Tidak beraturan dan arah

merasakan cinta dalam kehidupan

kadang ku bahagia

dan kadang ku bersedih..

kehadiranmu dalam hidupku

aku tahu

bahwa aku bisa menghadapi setiap tantangan


yang ada di hadapanku

terima kasih

telah

menjadi kekuatanku..

Cinta sejati

Mendengar

Apa yang tidak dikatakan

Mengerti

Apa yang tidak dijelaskan

Sebab cinta tidak datang dari

Bibir

Lidah

Atau pikiran

Melainkan… HATI

____SEKIAN DAN TERIMA KASIH___


NAMA : ELFIRA DAMAYANTI

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : UNTUKMU AKU BERTAHAN

Cerita ini mengisahkan tentang 2 orang saudara yang hidup bersama sejak kecil
meraka yang ditinggalkan orang tuanya sedari kecil, mereka adalah mella dan milli,2 gadis
yang kini sudah tumbuh menjadi remaja, usia mereka sudah 17 tahun, dan selama itu pula
mereka bersama, sampai tiba suatu keadaan dimana mereka harus terpisah karena sebuah
alasan. Alasan yang pada awalnya tidak bisa diterima oleh salah satu diantara mereka

Pagi itu langit begitu mendung, seolah mengerti betapa sedihnya mereka yang harus
ditinggalkan di tempat itu. Seiring waktu yang berjalan mereka tumbuh menjadi 2 gadis
cantik nan baik hatinya, namun mereka mempunyai 2 sisi berbeda didalam diri mereka, mella
yang periang dan milli yang pendiam. Hingga pada suatu hari mereka berbincang bincang
dengan asiknya, berbincang layaknya remaja yang selalu membuat janji janji penuh makna.

“milliiiiii……… Aku menyayangimu.” Mella berucap.

“aku juga sangat menyayangimu.” Timpal milli

“milli, apakah kamu berpikir kenapa ayah dan ibu meninggalkan kita?”

“entah lah mel, aku sempat memikirkan itu, tapi terkadang aku ingin menangis.”

“maafkan aku ya mil.”

“ kenapa kamu meminta maaf padaku, apa kamu akan meninggalkan ku seperti ayah
ibu?” tanya milli kepada mella

“Tidak, itu tidak mungkin, mana mungkiin aku meninggalkan orang yang paling aku
sayangi di dunia ini”

“sungguh”

“iya, aku berjanji padamu, tidak akan pernah meninggalkan mu, aku akan selalu
berada disisimu sepanjang usiaku, sampai nantinya maut yang akan memisahkan
kita.” Mella pun meyakinkan milli.

“aku berharap begitu.” Ucap milli dengan mata yang mulai berkaca kaca

“kenapa kau berkata demikian? Kau ragu akan janjiku mil?”

“aku bukan nya ragu akan janjimu padaku mel, aku hanya berpikir bahwa terkadang
waktu amatlah kejam pada kita.”

“kenapa kamu berkata seperti itu,” tanya mella

“karena waktu pernah membuat kita ditinggalkan ayah dan ibu.”


“ sudah lah mil, percaya padaku, semua akan baik baik saja, semua akan berjalan
seperti apa yang kita inginkan.”

“baiklah, kamu berjanji padaku, tidak akan pergi meninggalkan aku kan?”

“iya aku berjanji.”

Setelah perbincangan itu, mereka pun saling berjanji dan melingkar kan jari
kelingking mereka sembari tersenyum dan tertawa bahagia. Mereka adalah 2 gadis yang
sudah berusia 17 tahun itu, mereka yang selalu saling menguatkan satu sama lain. Sampai
suatu ketika salah satu diantara mereka menderita sakit parah yang mengharuskan dia
dioperasi, tempat tinggal mereka sangat tidak menyanggupi biaya pengobatan nya yang
sangat mahal itu. Sampai suatu ketika datanglah sepasang suami istri yang menyukai salah
satu dari mereka, yaitu mella, gadis cantik,periang ,nan baik hati itu.Pihak tempat tinggal
mereka pun menceritakan apa yang dialami oleh mella, dan memutuskan untuk mengadopsi
mella dan membawa mella pergi untuk pengobatan nya. Mella yang mengetahui hal itu,
datang dan menghampiri milli dikamarnya, dan mereka pun kembali berbicara.

“milli, maaf aku membangunkan mu selarut ini”

“tidak usah meminta maaf mill, ada apa malam malam begini membangunkanku

Tidak seperti biasanya kamu seperti ini.” Tanya milli

“kamu menyayangiku bukan?”

“tidak usah tanyakan itu, sudah jelas aku sangat menyayangimu, setelah ayah ibu
yang meninggalkan kita, aku hanya memilikimu.”

“maafkan aku milli.” Air mata itu turun dari mata mella sekarang

“kenapa kamu menangis?”

“maafkan aku karena harus melanggar janji kita.”

“apa yang kamu katakan itu mel, kamu tidak menyayangiku?”

“aku sangat menyayangimu, sungguh aku sangat menyayangimu.”

“lalu kenapa, kamu berniat melanggar janji untu tidak meninggalkanku sendiri.”

Milli mulai mengencangkan suaranya, ia pun sudah mulai menangis sekarang.

“tenanglah mil, aku pasti kembali padamu.”

“apa aku butuh kamu kembali nanti, aku hanya ingin kamu disisiku, seperti janji yang
pernah kamu buat padaku.”

“ini demi kebaikan kita berdua mil, jika aku tidak pergi aku tidak akan pernah
bersama mu lagi.” Ucap mella pada milli malam itu
“ apa ? demi kebaikan kita, itu mungkin hanya demi kebaikan mu saja. Tidak akan
pernah bertemu denganku? Kamu benci padaku, yang sudah jelas saudara kembarmu
sendiri.” Ucap milli dengan amarahnya yang begitu memuncak saat ini.

“mengertilah, ini baik untukmu,inu juga baik untukku. Maafkan aku mil.”

“pergii kamu !!!!!! aku benci kamu mulai saat ini, jangan minta aku untuk
menyayangi mu lagi setelah ini.”

Mella pun memutuskan untuk pergi dari kamar milli, dengan air mata yang terus
jatuh. Mella merasa sangatt sedih malam itu, saudara yang paling ia sayangi kini membenci
nya, membenci nya atas alasan yang tak sempat milli ketahui, karena tak memberinya waktu
untuk nya menjelaskan semuanya. Malam itu menjadi malam terakhir mella bersama milli,
malam yang tak pernah ia harapkan sebelumnya, malam dengan hujan yang turun dengan
begitu derasnya.

Matahari pun terbit pagi ini, setelah berhari hari diguyur hujan yang tidak pernah
ingin mengalah pada langit cerah. Milli pun bangun dengan tidak bersemangat, karena
pertengkaran nya semalam dengan mella. Ia bangun dengan mata sembap, pagi itu ia berniat
untuk meminta maaf kepada mella tentang apa yang ia katakan padanya semalam. Ia
menanyakan keberadaan mella kepada ibu Shinta pengurus tempat tinggalnya itu.

“bu shinta, dimana mella? Aku sudah mencarinya tapi tidak seperti biasanya dia tidak
ada dikamarnya?”

“mella ? kamu menanyakan nya? Apa dia tidak mengatakan sesuatu padamu
semalam?”

“aku bertengkar dengannya, dimana dia?”

“mella sudah pergi bersama orang baik yang bersedia mengobati penyakitnya.”

“apa ? mella sakit? Kenapa dia tidak pernah menceritakannya padaku.” Tanya milli

“ia sangat ingin mengatakan nya padamu, tapi ia takut menyakitimu.” Ujar ibu shinta
pada milli

“seandainya ia tau, ini lebih menyakitiku.” Ucap milli

“pergilah mandi, lalu sarapan, nanti ibu ceritakan semuanya padamu, ia juga
menitpkan surat untukmu.”

“baiklah aku pergi dulu, berjanjilah untuk memberikan surat itu padaku setelah ini.”

“baiklah.”

Milli berjalan gontai menuju kamarnya, menahan air mata nya yang sudah ingin turun
itu, ia berusaha untuk terlihat baik baik saja saat itu, ia merenungi semua perkataan nya pada
mella semalam, perkataan yang tidak memberikan mella kesempatan untuk menjelaskan
semuanya, perkataan yang mungkin sangat menyakiti hati saudara nya itu.

Dan kini ia sudah siap, untuk bertemu bu shinta lagi. Ia pergi dan menemui nya.
Disana, disatu sisi ruang tempat tinggal itu bu shinta mulai bercerita panjang tentang apa
yang mella rahasiakan dari milli selama ini, rahasia yang sangat menyiksa baginya dan juga
sangat menyakitkan bagi milli, karena tidak pernah mengerti rasa sakit mella yang selalu
terlihat riang dan bahagia itu. Milli pun menangis, menangis sejadi jadinya. Kini bu shinta
pun mulai memberika surat yang dititip kan mella kepadanya sebelum ia pergi. Milli kembali
ke kamarnya untuk membaca surat itu, membaca dengan penuh tangisan di mata nya.

Ia pun mulai membuka surat itu………

Selamat pagi milli ku sayang, kamu tau aku sangat menyayangimu bukan?. Mungkin
saat kamu membuka matamu pagi ini, aku sedang tidak ada disisimu, maafkan aku ya mil,
karena tidak pernah menjelaskan ini semua padamu, aku hanya tidak ingin menyakiti
mu.karena aku sangat menyayangimu. Kamu adalah alasan kenapa aku bertahan hingga
kini, kita sudah tidak pernah bersama ayah ibu sejak kecil, kita sudah terlalu bahagia dengan
semua ini, 17 tahun sudah kita bersama. Tidak mudah bagiku melepaskan semua nya, tapi
cobalah untuk percaya padaku untuk saat ini, ini yang terbaik untuk kita. Aku tidak ingin
meninggalkan mu selamanya, karena aku masih ingin berada disisimu. Karena itulah aku
menyetujui semua ini. Aku ingin kamu jalani kehidupan mu tanpaku dengan baik baik saja.
Oke ! berjanjilah padaku untuk tetap mendoakan ku, jangan pernah benar benar
membenciku ya seperti yang kamu katakan semalam, itu membuat hatiku hancur…

Percayalah padaku mil, aku akan kembali, kamu alasan ku berjuang dan bertahan
dengan semua sakit ku selama ini. Tetap menyayangiku sampai aku kembali bersamamu ya.
Mereka sudah berjanji padaku setelah aku sembuh nanti, mereka juga akan mengajakmu
pergi bersamaku. Aku bertahan untukmu. Tetap jadi milli yang baik hati ya selama aku pergi.
Aku menyayangimu, sungguh sangat menyayangimu

Tertanda

Mella aditya putri

Saudara kembarmu yang sangat menyayangimu.

Milli pun menangis sejadi jadinya saat itu. ia sadar bahwa ia harus bangkit dan berjuang
demi mella. Ia harus percaya bahwa saudara nya itu akan kembali untuknya.

3 tahun berlalu,dan kini usia milli sudah 20 tahun. Ia tumbuh menjadi gadis cantik nan
baik. Suatu ketika dikampus nya ia bertemu dengan seorang yang sangat ia kenali, menunggu
nya didepan fakultas kedokteran, menunggu milli didepan mobil nya. Milli terkejut dan
terharu melihatnya, kau tau siapa dia? Dia adalah mella saudara nya yang selalu berjanji
untuk tidak pernah meninggalkan nya itu menepati janji nya sekarang. Milli berlari dengan
air mata yang turun dari mata nyaa dia pun segera menghampiri nya dan memeluk saudara
nya itu dengan erat.
“mellaaaaaaaaaaaaaa.” Teriak milli

“aku sangat merindukan mu mil, lihatlah sekarang aku sudah baik baik saja.” Ucap
mella

“kamu menepati janjimu mel, sungguh kamu sudah baik baik saja sekarang.”

“aku sudah katakan berkali kali padamu, aku tidak pernah mmeninggalkan mu dengan
waktu yang lama.”

“iya kamu benarr, aku percaya padamu, aku menyayangimu. Sangatt sangat
menyayangi mu. Terima kasih kamu sudah menepati janjimu padaku untu
kembali,maaf ya dulu aku sempat berkata akan membencimu karena kamu akan
meninggalkan ku.”

“iyaa mil, terima kasih sudah mau mengikat janji denganku untuk tetap menyayangiku
hingga aku kembali, maafkan aku ya karena sempat melanggar janji kita.”

“aku merindukan mu,sangat merindukan mu.”

“sudah lah, ayo kita pulang, aku sudah lelah.” Ucap mella yang baru datang dari
bandara.

“ayo kita pulang,kita temui ibu shinta.”

“setelah itu kita kembali kerumah ku bertemu dengan ayah dan bundaku yang sudah
merawat ku selama 3 tahun ini.”

“baiklah.”

Begitulah mereka saudara yang sangat saling menyayangi, mereka pun kembali
bersama setelah sekian banyak halangan dan rintangan yang mereka lalui, mereka selalu
menepati janji mereka untuk saling menyayangi dan bersama.

Begitu banyak pesan yang bisa didapat dari cerita ini salah satunya adalah”sejauh
apapun jarak seorang saudara tidak akan memutuskan ikatan darah yang ada diantara
keduanya, sesering apapun saudara bertengkar, mereka akan selalu tetap menyayangi,
saudara adalah orang yang dihadirkan tuhan kepada kita untuk membuat hidup ini lebih
berwarna.”

Sekian dan terima kasih karena telah menyempatkan waktu untuk membaca cerpen ini

*kritik dan saran sangat diperlukan guna perbaikan cerpen ini,agar menjadi bacaan yang
lebih baik dan menghibur, serta menumbuhkan minta baca terhadap sebuah bacaan*
NAMA : ELSA SULISTIARINI

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : BERPISAH

Aku terlahir dari keluarga kecil yang sederhana. Sungguh kala itu aku merasa anak yang
paling beruntung di dunia. Aku terlahir dari ibu yang kuat, dan seorang ayah yang hebat.
Betapa bahagia nya kehidupan kala itu. Namun ketika aku beranjak balita, ibu dan ayahku
sering bertengkar. Rasanya sudah tidajanjik ada lagi kecocokan diantara mereka. Setiap
malam aku menangis melihat mereka yang konflik di dalam kamar. Aku tak tahu harus
melakukan apa, yang ku bisa lakukan hanyalah menangis. Ya, menagis!

Selama berbulan-bulan mereka bertengkar. Akhirnya ayah ku meninggalkan ibu ku. Aku
hancur! Tak ada jiwa semangat lagi didalam hidupku. Aku anak yang lemah dan manja,
“Nak, kita pasti kuat” percayalah ada tuhan yang selalu mendampingi kita. Dia tetaplah
ayahmu, nak hanya saja, ibu dan ayah berpisah.” Ucap ibuku.

Derai air mata sudah tak ku bisa tahan. Aku yang kala itu sangat membenci perpisahan itu,
hingga kini aku beranjak dewasa, aku pun tak akan pernah mempercayai janji seorang laki-
laki, termasuk ayahku!

kitaselalu bahagia bersa“ma. Berbahagialah selalu! Hidup ini sangat singkat nak, lupakan
masalahmu”.janji ayah padaku. Namun sekarang? Ia pergi meninggalkanku. Setiap aku
mengingat ayah, aku selalu menagis. “ dimana ayah? Dimana orang yang berjanji ingin
bahagia bersamaku? Dimana ya tuhan? Mengapa kau tega meniggalkanku, ayah?” tangisku.

Mulai bersekolah
Aku masih tak menyangka mengapa ayah tega meninggalkanku. “ apakah aku nakal? Apa salahku
hingga ayah meninggalkanku? Maafkan anakmu ini jika nakal, ayah. Kembalilah padaku! Aku sangat
merindukanmu” ucap ku dalam hati.

Setahun kemudian, aku pun mulai bersekolah di SDN mauk. Aku sudah lelah mengisi seorang yang
tidak akan kembali. Setiap melihat lelaki dikelas, tatapanku selalu sinis. Entah apa yang aku fikirkan
kala itu, menurutku lelaki itu sama saja. Manis dimulut pahit di tindakan.

“Tap..tap.. tap…..

Langkah kaki ku mulai memasuki ruangan kelas. Teman sebayaku, mereka melihat sangat
bahagia karna ditemani orang tua mereka yang lengkap. Apalah dayaku yang hanya ditemani
seorang ibu, tapi aku bersyukur ibuku tak pernah meninggalkanku.
Aku mulai duduk disatu bangku kosong yang terletak dibelakang pojok kelas. “ nak, ibu
pulang dulu ya. Masih ada kerjaan, nanti kalau pulang, ibu pasti jemput ko!
Assalammualaikum” ucap ibuku, aku hanya terdiam. Bibirku kaku, aku melihat temanku
yang bisa bermanja-manja bersama ayahnya, betapa iri nya aku saat itu.

Selalu mengurung diri

“ tap.. tap.. tap….”

Langkah guru muali memasuki kelasku. “ selamat pagi anak-anak!”. Sapa guru itu. Kami
serentak, “ selamat pagi ibu”

Satu persatu teman kelasku memperkenalkan dirinya didepan kelas.

Kini giliranku, lalu aku mulai melangkah maju. Aku memang sangat sangat pemalu dan tidak
percaya diri, karna dari ayah meninggalkanku, aku selalu mengurung diri dari kamar. “
Namaku adila alya alfiyana, kalian dapat memanggilku adila. Salam kenal”. Wajahku pucat
menahan malu.

Lalu mereka tersenyum padaku, ku balas senyum mereka. “ wajahmu sangat manis adila!”
teriak seorang lelaki dari bangku pojok kanan. Aku sangat kaget, lalu aku mencoba menegok
dan melihat wajahnya. Ku berikan tatapan sinis kepada lelaki itu, membuat dia menunduk.
Entah mengap ini terjadi padaku. “ Aku menganggap semua lelaki itu musuhku, apa karena
ada hubungannya dengan masa lalu ku?” ujar ku dala hati.

Pelajaran kelas pun dimulai. Suasana di kelas ku sangat lah sunyi. Tepat pukul 10.00, bel
pulang berbunyi. Aku pun mulai melangkah keluar, aku tengok kanan-kiri mulai mencari
keberadaan ibuku. Tapi tetap saja tak ada. ”Oh ibu, dimana kau?” ucapku.

Jam 12.00 ibu ku datang menjemptku, “ maaf nak, ibu kira kamu pulangnya jam 12.00. ayo
kita pulang!.

Lalu aku dan ibuku beranjak pulang bersama. 15 menit kemudian, akhirnya sampai dirumah.
Seperti biasa, aku mengurung diri dikamar.

“Keluar lah nak, main bersama teman teman mu jangan terus menerus mengurung seperti
ini.” Ucap ibuku.

“ Mengapa harusada perpisahan?”

Aku tak bisa mengikuti kemauan ibuku untuk bermain diluar, pasti diluar banyak anak laki-
laki yang sebaya dengan ku. Aku tak bisa berhenti menatap sinis ke mereka. Mungkin mataku
sudah di teorikan untuk menatap sinis para lelaki, hehe.
Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan, aku juga tidak ingin terus menerus membenci
lelaki. Harapanku hanya satu, aku ingin ayahku kembali. Mungkin itu yang bisa
menyembuhkan ku.

Hari-hari ku sangat membosankan. Aku tidak ingin seperti ini, “apakah ada yang mau
berteman denganku? Tanyaku dalam hati. Aku sudah tau jawabannya, pasti tidak ada!

“mengapa harus ada perpisahan?” tanyaku.

Hari demi hari kulewati untuk memecahkan mistery ini. Setiap aku memkirian ini, kenapa
semakin rumit? Aku tidak mengerti apa itu artinya kebahagian. Hidupku sudah hancur! Tak
ada yang bisa kuperbaiki. Bahkan akupun tak tahu, “apakah ada yang sayangkepadaku selain
ibuku?” yap, pasti tidak ada!” tanyaku pesimis.

Aku dimasukan ke sebuah tempat mengaji di dekat rumahku. Akupun mulai belajar mengaji,
aku sangat bahagia, akhirnya aku punya teman yang sangat baik. Walaupun tidak banyak,
tapi aku bersyukur.

Ketika semua temanku pulang, aku hanya terdiam dan menunduk . “mengapa kau tidak
pulang, adila?” Tanya ustad kepadaku. Aku terdiam, lalu ku lontarkan pertanyaan, “pak
ustad, mengapa di dunia ini harus ada perpisahan?” tanyaku sambil menahan tangis.

“memangnya kenapa? Apakah kamu sedang mempunyai masalah yang cukup rumit? Coba
ceritakan kepadaku” Tanya pak ustad penasaran.

Ku ceritakan semua kisah hidupku. Lalu aku mengulangi pertanyanku lagi, “pak ustad
mengapa harus ada perpisahan?” .pak ustad hanya terdiam dan tersenyum kepadaku , “besok
pak ustad akan menjawab pertanyaanmu, nak. Sekarang kau pulanglah, sudah malam.” Lalu
aku pun berdiri memberi salam kepada pak ustad.

Selama perjalanann pualang, aku berfikir “apa Cuma aku yang ditakdirkan menderita seperti
ini? Mengapa ya tuhan?”. Aku terus beratanya dalam hati.

Sesampai rumah, aku langsung , aku langsung masuk kamar, mengerjakan tugas, lalu aku
tertidur. Tak sadar, ternayta aku bukan mengerjakan tugas sekolah, tapi aku malah menulis
semua isi curahan hatiku. Disaaat aku tertidur, ibuku mengecup keningku dan melihat sebuah
kertas yang berisi cuahatan hatiku..lalu mengambilnya dan membacanya.

“aku tahu. Ini semua adalah takdir ku tuhan. Ya tuhan, apakah aku akan merasakan
penderitaan ini selamanya? Apakah aku akan tetap tinggal dalam kepedihan ini untuk
selamanya? Bantu aku untuk mengerti arti kehidupan ya tuhan. Selama ini, aku selalu
sendiri. Ibuku selalu kerja untuk memenuhi kebutuhanku. Aku tak punya teman. Sampai
kapan aku seperti ini?”

Begitulah isi kertasku. Ibu ku pun menangis, sebenarnya aku pun terbangun , namun aku
terdiam sambil menunduk melihat ibuku membaca keratas itu. Ku tutup wajahku paakai
selimut, agar ibu tak tahu jika aku sedang menangis.
Memang aneh, anak seusia ku sudah berfikir layaknya orang dewasa. Aku pun termasuk anak
yang cukup dibilang aneeeh, karna ada beberapa kemampuan unik yang kumiliki. Anak
indigo, begitulah sebuatan yang pantas untukku.

Aku pun tak percaya kalau aku termasuk anak indigo. Teman- temanku tak ada yang
menyukai ku, hanya karna aku berbeda denga mereka. Pola fikir ku yang lebih dewasa
daripada mereka, itulah sebabnya aku dijauhi.

Tingkah aku aneh ketika aku mulai memasuki usia 8 tahun. Aku sering mengamuk tiba- tiba,
dendam hati yang selalu ku lampiaskan. Mereka menganggap ku sebagai anak psikopat, ( oh
tuhan aku bukan psikopat).

Banyak cibiran orang- orang terhadapku. “ aku akan balas kalian dengan kejam” aku berucap
dalam hati. Dengan mata yang memanas, tangan yang gepalkan disamping tubuhku, lirikan
iblis membuat mereka semakin yakiun jika aku adalah seornang amak psikopat.

Aku tak di bolehkan keluar kamar oleh ibuku. Aku dikurung layaknya ternak. Obu ku takut
akan tingkah laku ku yang semakin kejam dan penuh dendam.

Hingga saatnya kaku berankajak usia 10 tahun aku nberhasil membuat mereka ( orang- orang
yang mencibiri ku) bertanya – Tanya . “ ko bisa ya , anak psikopat jadi cerdas brgitu? Dapat
piagam pengahargaan pula. Aduh ko dia bisa sepertiitu ya” salah satu mereka ysng ku dengar
ketika aku sedang membeli makanan.

Mataku mrlihst pedagang, sedangkan telingaku mendngar apa yang sedang di bicarakan..

Aku berhasil membuat mereka memujiku . HINAAN KU BALAS DENGAN


KEMAMPUAN. PUAS BANGET, BISA NGE-GAMPAR MEREKA DENGAN
PRESTASI.

Dan setelah bertahun-tahun aku mengurung diri, akhirnya aku memberanikan diri untuk
bermain dengan teman-teman layaknya yang lain, dan sekarang aku tidak diam dan tidak
sinis kepada lki-laki

Aku sekarang sangat bahgaia, walaupun tidak ada seorang ayah di sampingku tetapi ada ibu
yang menemaniku di sampingku selalau, dan sekarang ibu ku banyak meluangkan waktunya
untuk ku. Dan aku menceritakan kegiatan disekolah.

Dan setelah sekian lama aku tidak bertemu dengan ayahku , aku bertemu di sebuah
pertokoan, dan aku hanya terdiam dan tidak menyapa nya dan aku pun pergi dari pertokoan
itu, dan tiba ada yang memegang pundak ku. “adila” seorang lelaki itu berbicara . dan aku
sangat terkejut dan aku lari dan lelaki itu teriak-teriak memanggilku. Dan aku pun berlari
sambil menangis, dan dipikiran ku adalah “aku sangat jahat, maafkan aku ayah aku belum
bisa bertemu dengan mu ayah”. Dan sesampai dirumah aku langsungg masuk kamar dan ibu
melihat aku menangis ibu pun menghampiriku dan mengelus- elus kepala ku, “ada apa nak,
apakaah ada yang melukai putri ibu diluaran sana” ibu bertanya, “tidak apa-apa bu tadi aku
sedang jalan aku bertemu dengan seorang kakek-kakek yang berjualan pisang dan dia
bercerita tentang kehidupannya dan aku sangat terharu” aku menjawab sambil tersenyum.

Dan tiba-tiba ada yang mengetok rumah ku Tok..tok..tok .dan ibu pun bergegas kedepan untu
membuka kan pintu, “kenapa ibu tidak kembali kesini” dan akupun bergegas untuk melihat
ibu. Dan ternyata yang betamu kerumah ku adalah ayah. Dan ayah pun berminta maaf karena
ayah sudah menikah dengn orang lain dan sudah mempuyai anak. Dan aku dan ibu kupun
hanya bisa tersenyum. Dan ayahpun datang hanya ingin berbicara itu, dan tidak menanyai
kabar kita berdua. Dan sekarang aku sudah terbiasa tanpa ayah.
NAMA : FARHAN PRAYOGA

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : IMAN KITA YANG BERBEDA

Mentari pagi beri salam lagi suara burung ku sambut hari berganti.Mengenai
pakaianku. Uhh menyebalkan!! Ini akibat style yang dipenuhi oleh sampah-sampah akibat
ulah manusia yang tak bertanggung jawab, yang seenaknya membuang sampah tidak tepat
pada tempatnya.

Di titik inilah kelemahan pemerintah di ibu kota, terlalu lambat menangenai masalah
sampah dan kemacetan yang semakin parah. Sadarlah wahai pemerintah, ini hanya secercil
dari sebagian kecil wilayah di indonesia, bagaimana bila seisi negara keadaanya semua sama
dengan kondisi ibukotanya?. Bila itu terjadi, aku yakin indonesia bukan lagi negara yang
merdeka, tetapi negara yang menderita akibat ulah warga dan pemerintahnya sendiri.

Setelah mandi, segera aku ke kamarku. Tiba-tiba pandanganku tertumbuk di sebuah


bingkai foto kecil berukuran 3R yang terpajang di dinding kamarku. Foto itu sudah hampir 5
tahun terpajang di situ. Foto kenangan terakhirku bersama Ara di bawah pohon. Syifa ara
yustika, adalah sosok cewek yang pernah mengisi hatiku selama 2 tahun lamanya. Masih
terekam kuat di memoryku masa-masa indah ketika kisah itu masih terjalin. Berawal dari
kecelakaan yang tak ia sengaja hingga membuat aku mengenal dirinya.

Waktu itu aku tengah berdiam diri di bawah pohon dekat taman sekolah. Aku hanya
duduk memandangi kupu-kupu yang sedang hinggap di salah satu kuncup bunga mawar yang
sedang mekar. Tapi tiba-tiba.. Bruukk!! Sesuatu menimpa kepalaku. Aku tak tahu jelas
bagaimana kejadiannya. Yang pasti ketika aku sadar, ku lihat aku telah berbaring di tempat
tidur dalam ruang UKS dan seorang cewek yang berdiri disebelahku.

“Maaf ya, tadi aku gak sengaja” ucap cewek itu padaku.

“Emang tadi kenapa?” aku masih heran mengapa aku bisa berada di atas tempat tidur di UKS
ini. Yang aku ingat tadi aku sedang bersantai di bawah pohon tapi tiba-tiba kepalaku terasa
sakit dan semuanya menjadi gelap.

“Tadi aku gak sengaja nimpuk kamu dengan bola basket, tapi beneran itu gak sengaja soalnya
tadi aku lagi latihan trus bolanya terpantul ke arah kamu.” Jelas cewek itu panjang lebar.

“Gak apa-apa kok”

“Aku Ara, kamu siapa?” cewek yang ternyata bernama Ara itu menyodorkan tangannya.
“Aku farhan” aku menjabat tangannya.

Dan percakapanpun terjadi. Dari situ aku tahu bahwa Ara itu anggota tim basket perempuan
dan dia duduk di kelas XI 2, kelas yang bertetanggaan dengan kelasku yaitu XI 1.

Lama kami berbincang tak terasa bunyi bel tanda berakhirnya jam istirahat terdengar.
Akhirnya aku dan Ara berjalan ke kelas masing-masing yang hanya dipisahkan tembok.
Setelah kejadian itu aku dan ara menjadi sering bertemu, misalnya ketika jam istirahat atau
jam pulang. Kadang kami berjalan bersama menuju gerbang sekolah saat jam pulang. Atau
saat jam istirahat tiba, kami berjalan bersama menuju kantin. Ara itu sifatnya agak tomboy,
dia juga baik. Tak jarang lesung pipiku dia buat semakin dalam akibat tertawa karena
guyonannya yang unik dan lucu.

Secara fisikly, sosok Ara banyak yang mengagumi terutama para siswa di sekolahan.
Tak jarang aku minder bila ketika aku berjalan bersamanya, tiba-tiba seluruh fansnya datang
mengerumuni dia. Aku sudah terlalu sering jengkel akibat peristiwa itu.

Anehnya, sejak sebulan mengenal Ara aku merasa ada yang ganjil. Tiap dekat dengan
dia, aku merasa nyaman. Tiap dia tersenyum padaku, aku merasa senang. Tiap malam aku
juga selalu memikirkan dia. Inikah yang namanya cinta? Atau ini hanya sekedar suka? Aku
tak tahu pasti, yang aku tahu bahwa ini adalah suatu perasaan yang tak jelas. Perasaan yang
lebih dari sekedar kedekatan sahabat. Perasaan antara cinta dan suka. Kubiarkan waktu yang
menjawabnya saja. Dan saat itupun tiba. Waktu itu jam istirahat sedang berlangsung, Ara
datang ke kelasku dan mengaajakku berjalan-jalan mengitari sekolah. Kemudian, di tengah
perjalanan itu, dia berhenti dan duduk di bawah pohon.

“han, istirahat dulu yuk. Capek nih.” Ucap Ara mengajakku bersantai di bawah pohon itu.

“han, masih ingat gak waktu aku gak sengaja nimpuk kamu pake bola basket dulu?”

Aku mengangguk dan tersenyum mengingat kejadian yang lalu itu.

“sssssstt aku mau ngomong sesuatu sama kamu dulu ra, di bawah pohon yang
mempertemukan kita ini, aku pengen bilang sesuatu. Ehm.. ra, mau gak kamu jadi pacar
aku?”

Dan dia pun membisu. Tuhan, badanku gemetaran, badan ini rasanya panas dingin.

“Agh, enghh… aa.. aku..”kata ara

Bibirku rasanya terkunci. Apa yang harus kukatakan lagi?


“ra.. Diammu aku artikan sebagai kata Iya. Aku sayang kamu ra” kecupan mendarat di
pipinya. Ara kemudian berlari meninggalkanku dengan senyuman manisnya.

dia tetap saja terdiam. Di tambah lagi aku baru saja memberikan kecupan di pipinya yang
membuatnya malu-malu kucing.

Kini hari-hari yang ku lalui menjadi lebih berwarna sejak kehadiran Ara dalam hidupku.
Bahagia. Tentu itu yang aku rasa. Tuhan sungguh aku berterima kasih padamu. Sampai suatu
hari, tepatnya hari minggu. Aku mengajak Ara untuk melihat pemandangan di puncak.

“Sayang maaf ya bukannya aku nolak atau gak mau pergi sama kamu, tapi aku harus ke
Pura” ucapnya melalui telephone. Kata ara

Mau apa? Kamu jangan pura-pura ra?

“Lho mau apa aku pura?”

“Aduh maaf sayang, aku lupa bilangin kamu dari awal kalau aku umat hindu. Ya udah ya
sayang, aku lagi buru-buru”

Telephone telah dia tutup. Sedang aku masih terdiam. Pikiranku belum dapat mencerna
perkataan Ara. Hindu? Ternyata ara itu umat hindu? Entah mengapa perkataannya itu bagai
petir yang menyambar hatiku di pagi hari. Entah mengapa kata-kata itu membuatku terus
terdiam, padahal pikiranku saja kosong melompong. Aku tak tahu apa yang sedang
kupikirkan. Pikiranku rasanya tak jelas.

Dua tahun sudah hubunganku berjalan dengan Ara. Suatu sore, hari itu adalah sehari sebelum
pengumuman kelulusan, aku dan Ara datang ke sekolah sekedar untuk jalan-jalan. Ara
mengajakku duduk di bawah pohon tempat di mana aku dan ia bertemu sekaligus tempat aku
dan dia menjalin cinta. Sambil berfoto-foto kami juga ngobrol-ngobrol.

“han, kamu bisa gak melihatku dekat dengan cowok lain?” pertanyaan itu tiba-tiba ia
lontararkan. Aku diam, tak tahu harus menjawab apa.

“han, kamu marah ya aku nanya gitu? Sayang maaf”

Aku kemudian tersenyum dan berkata “Sayang, kalau cewek itu bisa buat kamu bahagia,
kenapa tidak? Aku malah senang melihatmu bahagia walau bukan denganku”

“han, misalnya kita gak jodoh gimana?” lagi-lagi pertanyaan yang sebenarnya mengiris
hatiku kembali dia katakan.

“Gak masalah, jodoh udah di atur sama yang di atas kok” senyumanku kali ini rasanya lebih
berat dari yang sebelumnya.
“farhan, aku mau kamu tahu kalau aku sayang sama kamu, bagaimanapun itu aku tetap
sayang sama kamu. Sebelumnya aku minta maaf han kalau ini membuatmu tersakiti. Ini
bukan mauku, aku juga gak bisa mengatakan tidak terhadap hal ini. Sayang, orangtuaku ingin
aku mengakhiri hubungan denganmu karena keyakinan kita berbeda. Dan aku akan pulang ke
Bali untuk meneruskan hidupku. sayang, aku sayang kamu”

Hal yang sudah lama aku duga akhirnya menjadi kenyataan juga. Dan kata pisahpun terucap.

Kembali aku terbisu. Hanya diam yang bisa aku lakukan saat itu. Tak sepatah katapun
ku ucapkan setelah mendengar perkataan Ara. Aku lihat Ara berlari meninggalkan ku sendiri
dengan mulut terkunci . Seketika itu juga aku ingin waktu berhenti. Keterpurukan mendalam
menimpaku.

Aku untuk kamu, kamu untuk aku

Namun semua apa mungkin iman kita yang berbeda

Tuhan memang satu, kita yang tak sama

Haruskah aku lantas pergi meski cinta takkan bisa pergi

Lirik lagu Marcell Siahaan yang berjudul Peri cintaku merupakan perumpamaan kisah
cintaku. Liriknya begitu menembus dalam hatiku. Kini Peri Cintaku yang dulu mewarnai
hidupku telah pergi. Membuat hari-hariku tak berwarna lagi. Hari-hariku sepeninggalnya Peri
Cintaku akan hampa seperti sebelum kehadirannya dulu. Kini terjawab sudah semua tanda
tanya yang tak jelas dalam firasatku. Karena benteng yang begitu tinggi menjadi pemisah
antara aku dan dia, hingga kisah cinta yang telah terbangun harus rubuh dan berakhir sampai
di sini. Keyakinan yang memisahkanku dengan Ara selalu membuatku bertanya-tanya,
Adilkah ini?

Keesokan harinya saat pengumuman kelulusan, aku tak melihaht Ara. Kudengar kabar
bahwa memang dia telah pindah di Bali. Sejak saat itu aku mengurung diri. Kamar menjadi
istanaku. Makanpun aku tak nafsu. Sampai aku harus di opname di rumah sakit untuk
beberapa minggu. Setelah keluar dari rumah sakit, teman-teman dan keluargaku terus saja
menghiburku. Membantuku untuk mengembalikan senyumku, tapi itu percuma. Sampai suatu
waktu, hatiku rasanya terbuka akan kenyataan. Kini artha hidup dengan kehidupannya, dia
telah tiada dalam kehidupanku. Aku harus kuat akan hal itu. Aku harus membuktikan
perkataanku bahwa aku akan bahagia bila melihatnya bahagia. Walau kini sosoknya tak lagi
mewarnai hidupku, tapi kenangan akan dirinya akan selalu tersimpan di memoryku. Ya aku
harus tegar! Perjalananku masih panjang. Sampai saat ini aku sudah terbisa tanpa Ara.
Meskipun hatiku sampai saat ini belum terisi, tapi aku yakin suatu saat nanti akan ada sosok
yang hadir dalam hidupku sebagai pengganti Ara, sosok yang akan mewarnai kehidupanku
kelak.
NAMA : FEGI FERINSA SYAFAAT

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : PERJALANAN HUBUNGAN ANTARA KITA BERSAMA

Pada tahun ajaran baru di sekolah SMA BANGSA JAYA, siswa baru dibagikan
masing-masing kelasnya. Dan disitulah dua orang siswa perempuan yang bernama Naila dan
Naura pertama kali bertemu dan berkenlan.

Naila adalah seorang gadis yang pendiam, sangat bertolak belakang dengan Naura.
Naura adalah seorang gadis yang humoris.

“kelas sudah dibagikan, silahkan kalian mencari kelasnya masing-masing di daftar


nama yang ada. Terima kasih.” Pengumuman berlangsung.

Naura yang sedang mencari kelasnya dan melihat seorang Naila yang sedang berdiri
diam karena bingung mencari kelas, dan Naura pun menghampiri Naila.

Naura : “Hei...”

Naila : (Terdiam menatap Naura)

Naura : “Hei, kamu kok diem aja sih ? aku kan manggil kamu.”

Naila : “Iyah ma’af... Ada apa yah ?”

Naura : “Kamu udah nemuin kelas belum ?”

Naila : “Belum” Jawabnya singkat.

Naura : “Nama kamu siapa ? namaku Naura.” (Mengulurkan tangannya)

Naila : “Naila.” (menjabat tangan Naura)

Naura : “Ayo kita cari kelas bareng” (mengajak Naila)

Naila : “Iya.”

Selesai mereka berkenalan, mereka langsung mencari kelas bersama. Setelah lama
mencari kelas, akhirnya mereka menemukan kelasnya dan ternyata mereka mendapatkan
kelas yang sama.

Naura : “Akhirnya ketemu juga kelasnya, kelas aku disini. Sekarang aku bantuin
kamu nyari kelas.”

Naila : “Gak usah, saya udah dapet kelas.”

Naura : “Beneran, dimana kelasnya ?”

Naila : “Kelasnya sama kayak kamu, di ruangan ini.” (menunjuk ruanng kelas)
Naura : “Aku seneng ngedengernya, bagaimana kalau kita duduk bareng. Kamu mau gak ?”
(menawarkan kepada Naila)

Naila : (Hanya mengangguk, tanda menerima tawaran Naura)

Setelah beberapa hari mereka bersekolah di SMA BANGSA JAYA, beberapa minggu
mereka saling mengenal, beberapa bulan mereka berteman baik. Mereka tampak saling
melengkapi di keadaan apapun.

Naila : “Naura..” memulai obrolan.

Naura : “Iyah, ada apa Naila ?”

Naila : “Saya mau nanya sesuatu, boleh gak ?”

Naura : “Boleh, ada apa sih ? Kayaknya serius banget.”

Naila : “Kamu kenapa mau temenan sama saya ?”

Naura : “Karna, pertama kali kita ketemu, terus ngobrol. Aku itu yakin kalo kamu orang yang
baik banget dan tidak aka berhianat. Emang kenapa sih, kok tiba-tiba nanyanya kayak gitu ?”

Naila : “Sebenernya saya gak pernah percaya sama yang namanya TEMAN, karna terkadang
seorang teman selalu berkhianat. Dan aku baru nemuin orang kayak kamu, kamu itu baik
banget lebih dari segalanya”

Naura : “Tapi aku juga percaya kamu itu teman yang baik dan tidak akan berkhianat.”

Naila : “Terima kasih, kamu udah percaya segitunya sama saya”

Naura : “Terima kasih kembali.”

Keesokan harinya di kantin sekolah.

Naura : “Kamu cita-citanya jadi apa ?”

Naila : “Saya gak tau.”

Naura : “Kok gak tau, biasanya orang pendiem seperti kamu punya cita-cita yang tak
terduga.”

Naila : “tergantung gimana ayah saya saja.”

Naura : “kok ayahmu ? ini kan cita-cita kamu, bukan ayah kamu.”

Naila : “karna ayah saya selalu memaksakan kehendaknya, dan tidak pernah memikirkan
keadaan atau perasaan saya.”

Naura : “sabar yah, semua orang tua sayang dan ingin memberi yang terbaik kok.”

Naila : “(terdiam sejenak) cita-cita kamu apa ?”


Naura : “Cita-cita aku mau jadi penyanyi yang terkenal.”

Naila : “Keren cita-cita kamu”

Bel pulang pun berbunyi, tanda waktu sekolah telah berakhir.

Naura : “Kita pulang bareng yu.”

Naila : “Iyah.”

Naura : “Ayo kita pulang.”

Naila : “Ayo”

Setelah beberapa lama di perjalanan pulang.

Naila : “Naura, sebentar yah. Tali sepatu saya lepas.”

Naura : “Iyah udah sana.”

(Naura melihat seorang laki-laki yang sangat tampan sekali)

Naura : “Naila, tadi ada cowok lewat ganteng banget.” (tersipu snang)

Naila : “Mana ? gak ada orang yang lewat kok”

Naura : “Pliss deh Naila, aku gak bohong kok.”

Naila : “Yaudah terserahlah.”

Setelah lama mereka berjalan bersama, dan akhirnya terpisah jalur.

Naura : “Naila, aku duluan yah. Kamu hati-hati dijalan.”

Naila : “Iyah, kamu juga yah”

Naura : “iyah.”

Setelah berpisah, tiba-tiba Naila mengingat ucapan Naura tentang laki-laki tampan
dan Naila teringat oleh sorang laki-laki bernama NAUVAL.

Nauval adalah pacar Naila di sekolah SMP dulu. Namun dia pindah sekolah pada
kelas 8 SMP karena mengikuti orang tuanya pindah. Dengan kejadian itu mereka tidak lagi
berkomunikasi karena hilangnya kabar.

Naila : “kok, aku jadi ingat pada Nauval yah. Kemana dia ? dia kan sudah tidak mncari aku,
mungkin dia sudah bahagia sama yang lain.” (mengatakan dalam hati). Ah, kenapa jadi
mikirin dia. Biarin ajalah.

Keesokan harinya, Naura sampai di kelas langsung memeluk Naila sambil menangis
tersedak-sedak. Naila pun dengan herannya bertanya-tanya.
Naila : “Kamu kenapa Naura ?”

Naura : (tetap menangis dan tidak menjawab pertanyaan Naila)

Naila : “Cerita sama saya, ada apa, kamu kenapa, apa yang terjadi ? ayo jawab Naura.

Naura : “Orang tuaku tidak mengijinkan aku mengikuti kompetisi bernyanyi yang di
selenggarakan pada hari minggu itu, tidak hanya itu. Yang membuatku menangis seperti ini
adalah, orang tuaku juga tidak menginginkan aku menjadi seorang penyanyi.

Naila : “Sudahlah.. kayak gitu aja nangis. Lebay kamu.

Naura : “Kok gitu sih, aku serius Naila.”

Naila : “Naura, kamu harus tunjukin ke mereka bahwa kamu hanya ingin menjadi seorang
penyanyi, bukan yang lain. Solusinya gini, sekarang kamu buat kesepakatan sama orang tua
kamu. Orang tua kamu harus ijinkan kamu ikut kompetisi ini, kalo kamu menang dalam
komptisi ini orang tua kamu harus turuti semua kemauan kamu. Tapi kalo gak menang,
biarkan saja itu yang terakhir. Selebihnya biar menjadi kegiatan penghibur hati aja.

Naura : “Makasih atas sarannya Naila, kamu memang terbaik. Aku sayang kamu deh.

Naila : “mulai lagi deh.”

Tidak lama kemudian, bel masuk berbunyi. Bertanda jam pelajaran akan segera
dimulai. Bu guru memasuki kelas dengan membawa murid baru, dan itu adalah Nauval orang
yang Naura temui kemarin.

Bu Guru : “Pagi Anak-anak.”

Murid : “Pagi Bu.”

Bu Guru : “Hari ini ada anak baru yang masuk kelas ini,anak itu bernama Nauval.”

Naila : (Terkejut mendenger namanya.)

Bu Guru : “Silahkan masuk Nauval.”

Nauval pun masuk ke ruang kelas dan memperkenalkan dirinya.

Bu Guru : “Silahkan kamu perkenalkan diri kamu.”

Nauval : “Nama saya Nauval, saya pindahan dari Bandung. Sekian, Terima kasih.”

Bu Guru : “Sekarang kamu duduk, di sana ada kursi kosong.”

Nauval : “iyah, terima kasih.”

Naila sangat tidak menyangka bahwa memang benar itu adalah Nauval pacarnya di
SMP. Dan Naura pun terkejut, karena nauval adalah orang yang kemarin bertemu dengannya.
Jadi dua orang yang mereka maksud adalah orang yang sama.
Naila : “kenapa harus bertemu lagi” (berfikir dalam hati)

Naura : “Naila...” (memanggil Naila sambil tersenyum bahagia)

Naila : (hanya bengong dan tidak menjawab Naura)

Naura : “Naila, di panggil kok bengong sih.

Naila : “Iyah ma’af, ada apa ?

Naura : “Naila, itu yang kemarin aku liat, dan dia ganteng banget. Aku gak nyangka bakalan
satu kelas sama dia, berfikir ketemu aja rasanya gak mungkin.

Naila : “Orang itu yang kamu maksud ganteng kemarin pas kita pulang sekolah ?’

Naura : “Iyah Naila, ganteng kan ? kamu aja sampai bengong ngeliatnya kan.

Naila : “Yah, Terserah kamu aja.”

Bel istirahat pun berbunyi, Naila dan Naura segera menuju kantin.

Naura : “Naila, kamu duluan aja ke kantinnya, aku mau ke toilet dulu yah.”

Naila : “ya udah sana.”

Tidak lama kemudian Nauval menghampiri Naila.

Nauval : “Naila..” (memanggil Naila)

Naila : (hanya melihat Nauval dengan tatapan kecewa)

Nauval : “kau kenapa ? kau lupa denganku ?”

Naila : “tidak”

Nauval : “syukurlah, bagaimana keadaanmu?”

Naila : “Baik.”

Nauval : “aku kangen sama kamu Naila.”

Naila : “saya gak percaya, mendingan kamu pergi pergi dari hadapan saya. Dan kita udah gak
ada hubungan lagi.”

Naila pun pergi meniggalkan Nauval. Sesampainya di kantin, Naila memikirkan


kejadian tadi.

Naura yang sedang menuju ke kantin, terjatuh karena tabrakan dengan Nauval.

Naura : “aduh...”

Nauval : “ Ma’af yah saya gak sengaja, kamu gak apa-apa kan ?
Naura : (tersenyum menatap Nauval) “iyah gak apa-apa. Lagian ini salah saya karna terburu-
buru.”

Nauval : “iyah, sama-sama. Saya duluan yah.”

Naura : “tunggu, nama kamu siapa ?” (mengulurkan tangan)

Nauval : “Nama saya Nauval, nama kamu siapa ?” (menjabat tangan Naura)

Naura : “ nama saya Naura.”

Nauval : “oh...Naura, ya udah saya duluan yah.”

Naura : “iyah.”

Sesampainya di kantin, Naura langsung menceritakan kejadian tadi.

Naila : “lama banget sih kamu.”

Naura : “aku seneng banget Naila, soalnya tadi aku tabrakan dengan Nauval dan berkenalan.

Naila : “itu sih modus namanya.”

Naila : “aku gak bisa bohongin perasaanku sendiri, aku masih sangat sayang pada Nauval.
Tapi bagaimana dengan Naura jika tau tentang ini.” (berkata dalam hati sambil menangis)

Keesokan harinya. Naila ingin pergi ke sekolah, dan berpamitan pada orang tuanya.

Naila : “aku sekolah dulu yah” (Naila berpamitan)

Ibu : “tunggu dulu, kami mau bicara denganmu.”

Naila : “ada apa ?”

Ayah : “ayah sudah daftarkan kamu ke kompetisi bernyanyi yang diadakan pada hari minggu
itu, jadi kamu harus latihan untuk kompetisi besok.”

Naila : “kok, ayah gak izin dulu sama Naila ? aku juga belum tentu mau”

Ibu : “tapi kamu mau kan ?”

Naila : “aku gak mau.” (dengan lantang menolak)

Ayah : “apapun alasannya, kamu harus mau. Kalo tidak ayah kecewa sama kamu.”

Naila : “kenapa sih, ayah selalu memaksakan kehendak ayah saja tanpa memikirkan keadaan
dan perasaan Naila. Naila juga ingin menentukan jalan Naila sendiri, ini hidup Naila bukan
hidup ayah. Hidup ayah yah itu, dan ini hidup Naila.”

Ayah : “kamu berani bicara seperti itu pada ayah, lancang kamu. Terserahlah, ayah sangat
kecewa padamu.”
Naila : “aku gak mungkin mengikuti kompetisi itu, bagaimana kalau Naura tau tentang ini.”
(berbicara dalam hati sambil menangis)

Sesampai Naila di sekolah.

Naura : “aku sudah sepakat dengan orang tuaku tentang kompetisi bernyanyi itu.”

Naila : “sykurlah...semangat yah. Kamu harus menang.”

Naura : “apa kamu mau menemaniku latihan sepulang sekolah nanti ?”

Naila : “tidak, aku ada urusan. Ma’af yah.”

Naura : “iyah, gak apa-apa kok.”

Tiba saatnya hari dimana kompetisi itu dimulai. Naura yang ingin berkompetisi
tampak mencari Naila, hingga acara sudah mulai Naila tak kunjung datang. Karena Naila
yang seharusnya menemani Naura tapi malah bersaing dalam kompetisi dan Naura tidak
mengetahui hal itu.

Urutan tampil Naura pun sudah tiba, dan naura tampil ssangat tidak fokus karena
memikirkan Naila yang tidak hadir. Namun Naura sangat bagus menampilkannya. Setelah
Naura tampil ternyata urutan selanjutnya adalah Naila tampil. Naura pun sangat terkejut dan
kecewa, karena Naila yang seharusnya menemani Naura hari ini. Naila pun penampilannya
sangat bagus dari Naura.

Dan ternyata Naura meraih juara 2 dan juara pertamanya adalah Naila. Disituhlah
Naura sangat kecewa dengan Naila.

Naila : “Naura, tunggu.”

(Naura pun langsung lari sambil menangis ketika Naila memanggilnya). Keesokan
harinya di sekolah.

Naila : “ Naura, tunggu. Ini semua bukan kemauan saya. Kamu jangan berfikiran yang
macem-macem dulu” (sambil menangis)

Naura : “sepertinya gak usah, cukup dimengerti kok. Aku kecewa sama kamu.”

Naila : “tolonglah percaya Naura.”

Naura : “kalo kamu cerita semuanya dari awal, aku bakalan ngerti kok.”

Naila : “kemenangan semalem saya persembahkan untuk kamu, dan semuanya untuk kamu.
Ambilah”

Naura : “kamu itu kasian sama aku, apa ngerendahin aku.” (dengan nada emosi)

Naila : “jangan berfikiran kayak gitu Naura, saya gak bermaksud kaya gitu kok.”

Naura : “Alah,,, basi.” (langsung pergi meninggalkan Naila)


Pada saat Naila termenung sendiri, Nauval pun datang menghampiri Naila.

Nauval : “kamu kenapa Naila ?” (sambil memegang pundak Naila).

Naila : (terus menangis dan tidak menjawab apa-apa)

Nauval : “Bicaralah denganku Naila, jangan menangis seperti itu. Aku sungguh sayang
padamu Naila.” (mengusap air mata Naila)

Tiba-tiba Naura datang dan melihat kejadian semuanya. Dan Naila pun langsung
mengejarnya.

Naila : “tunggu Naura.”

Nauval : “kau kenapa Naila ?”

Naila : “diam, ini semua gara-gara kamu. Udahlah bukan urusan kamu juga kalo tau.”

(Naila pun meninggalkan Nauval dan langsung mengejar Naura)

Naila : “Naura tunggu.”

Naura : “aku kecewa sama kamu, kamu berkhianat denganku.”

Naila : “gak seperti yang kamu liat, Naura. Dia Cuma temen waktu di SMP saja udah gak
lebih.”

Naura:” hal kaya gini aja kamu gak cerita. Denger yah, kamu itu udah ambil semua mimpi
aku, dari mimpi aku yang ingin menjadi seorang penyanyi, dan sekarang kamu mengambil
orang yang aku suka dan itu mimpi aku ingin bersama dia.”

(Naura pun langsung pergi meninggalkan Naila)

Nauval pun mendengar pembicaraan Naura dan Naila tadi, dan nauval pun
mengetahui apa permasalahan yang membuat mereka begitu. Dan Nauval pun langsung
mencari dan menghampiri Naura.

Nauval : “Naura..”

Naura : “ ada apa ? pasti kamu mau salahin aku karena kamu sudah diceritain sama temen
kamu itu kan.”

Nauval : “gak begitu kok, lagian dia bukan temen aku.”

Naura : “kenapa ? Naila kan temen yang baik.”

Nauval : “ terus kamu sendiri kenapa sama Naila ? lagian Naila itu pacar aku pas sekolah
SMP dulu, dan semenjak aku pindah sekolah kelas 8 kita udah jarang berkomunikasi dan
hilang kabar. Tapi aku dan Naila belum putus hubungan, setelah aku kembali dan bertemu dia
tidak ingin melanjutkan hubungan kita, padahal kita masih saling menyayangi bahkan sangat
sayang.”
Naura : “apa ? kamu lagi gak ngarang cerita kan ? kok dia gak pernah cerita tentang ini sih.”

Nauval : “buat apa ngarang cerita.”

Naura : “terus kenapa dia gak mau melanjutkan hubungan kalian ?”

Nauval : “itu semua buat kamu, karna dia gak mau kalian terpisah.”

Mendengar semuanya, Naura langsung pergi meninggalkan Nauval dan mencari Naila
untuk meminta ma’af. Setelah beberapa lama mencari Naila, akhirnya Naura menemukannya.

Naura : “Naila tunggu..”

Naila : “Naura saya sangat senang kau manggil saya, ma’afkan saya yah. Semua yang kamu
pikirin itu salah. saya tidak menginginkan itu semua Naura.” (menangis dan meyakinkan
Naura)

Naura : “cukup Naila, semuanya udah jelas kok. Aku percaya sama kamu. Nauval telah cerita
banyak sama aku.”

Naila : “makasih kamu udah percaya sama saya.”

Keesokan harinya, Nauval dan Naura mendapatkan surat dari Naila. Dalam surat itu
bertuliskan bahwa Naila berpamitan, bahwa dia memutuskan untuk pindah sekolah.

Saya bahagia, kalian adalah orang yang paling saya sayang.


Tidak hanya itu, saya ingin berterima kasih pada kalian karena sudah
mau menjadi yang terbaik dalam hidup saya dan sudah percaya sama
saya. Dan juga karena kalian bisa mengenal satu sama lain, saya harap
kalian bisa lebih mengenal dalam-dalam satu sama lain seperti kalian
mengenal saya.

Ma’afkan saya, karena saya harus pamit pada kalian. Mulai


saat ini saya akan pindah tempat tinggal, saya akan tinggal bersama
nenek dan kakek saya di Jogjakarta dan berpindah sekolah. Dan maaf
saya hanya berpamitan lewat tulisan yang ada di dalam surat ini.

Kalau boleh aku meminta satu permintaan terakhir, saya ingin


kalian bersatu dan bahagia bersama yaitu seorang Nauval dan Naura.
Kalian sangat serasi. Saya disini tidak akan melupakan kalian dan
semua yang kenangan yang pernah terjdi dalam hubungan antara
Naila dan Nauval ataupun Naila dan Naura.

Dan saya akan selalu mendoakan kalian, agar kalian sukses


selalu. Saya harap kalian tidak akan melupakan melupakan saya.
Selamat tinggal, kalo kita masih dikasih kesehatan dan umur yang
panjang, insyaallah kita akan bertemu lagi.

NAILA
Setelah menerima surat itu mereka langsung membacanya, isi dalam surat itu
membuat mereka menangis dan tenang. Karena dia pergi dalam kedaan bahagia.

Dan akhirnya Naura diizinkan oleh orang tuanya menjadi penyanyi. Sedangkan
Nauval ingin menjadi penulis yang hebat. Dan Naila sendiri sudah mempunyai impiannya
sendiri karena orang tuanya sadar akan kemajuan anaknya, bukanlah mereka yang
menjalaninya. Naura dan Nauval akan selalu mengingat Naila dan dia tidak akan pernah
terganti dan terlupakan.
NAMA : IIS MUSLIHAT

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : JANJI HATI

Pada suatu hari tepatnya pada hari senin, salah satu sekolah dasar di perkampungan
mulai masuk sekolah. Dan siswa barupun mulai mengikuti pelajaran sekolah yang diberikan
oleh gurunya masing-masing.

Ada seorang anak kecil yang bernama kanza dia baru pindah ke perkampungan
tersebut. Lalu kanza sekolah di sekolah dasar sebagai siswi baru. Awal kanza sekolah dia
memperkenalkan dirinya di kelas, banyak teman-teman kelas yang ingin berkenalan
dengannya. Bel istirahat pun telah berbunyi. Kanza pergi ke kantin untuk makan, dan dia
membeli makanan di salah satu penjual di kantin.

Kanza :”ibu saya mau bakso yah satu mangkuk?”

Penjual :”iyah tunggu sebentar yah!”

Ibu penjual bakso pun membuatkan bakso pesanan kanza. Setelah ibu penjual bakso itu telah
selesai membuatkan bakso untuk kanza, ibu kantin tersebut memberikan bakso kepada kanza.
Lalu kanza duduk di tempat yang telah disediakan di kantin. Tiba-tiba ada seorang laki-laki
yang datang kepada kanza.

Alif :”Hay?”

Kanza :”Hay juga, kamu siapa?”

Alif :”Kenalin nama aku alif. Nama kamu?”

Kanza :”Nama aku kanza.”

Alif :”Oh, kamu anak baru yah disini?”

Kanza :”Iyah, kok kamu tau?”

Alif :”Iyah soalnya aku baru lihat kamu.”

Kanza :”Oh gituh.”

Alif :”Iyah. Kamu emang kelas berapa?”

Kanza :”Aku kelas 1B. Kamu?”

Alif :”Aku kelas 2B.”

Kanza :”Oh yaudah kalau begitu aku pergi ke kelas dulu yah?”

Alif :”yaudah aku juga mau ke kelas, kalau gituh kita bareng aja?”
Kanza :”Ayo!”

Kanza dan Alif pun pergi ke kelasnya masing-masing. Beberapa jam kemudian, bel pulang
pun berbunyi. Alif keluar dari kelasnya lalu di depan gerbang orang tuanya sudah
menjemputnya. Ketika Alif sampai ke rumah, Alif melihat Kanza turun dari mobil di sebrang
rumhnya. Dan ternyata Kanza itu adalah tetangga baruna Alif. Alif pun segera masuk
rumahnya lalu dia ganti baju dan segera dia lari pergi ke rumah Kanza untuk mengajaknya
pergi bermain.

Alif :”Permisi?”

Ibu Kanza :”Iyah, ada apa de?”

Alif :”Apa benar ini rumah Kanza?”

Ibu Kanza :”Iyah benar, saya ibunya. Ada perlu apa yah de?”

Alif :”Saya teman nya Kanza tante. Saya mau ngajak dia bermain sambil jalan-
jalan di kampung ini.”

Ibu Kanza :”Tunggu sebentar yah?”

Ibu Kanza pergi untuk memanggil Kanza di kamarnya.

Ibu Kanza :”(Tok..Tok..Tok..) Kanza? (panggil mamahnya).

Kanza :”Iyah bu.”

Ibu Kanza :”Ada teman kamu tuh di luar ngajak main.”

Kanza :”Siapa bu?”

Ibu Kanza :”Gak tau ibu juga. Samperin aja dulu?”

Kanza keluar dari kamar untuk menemui alif.

Kanza :”siapa? Oh Alif?”

Alif :”Iyah Kanza.”

Kanza :”Ada apa Alif datang kesini?”

Alif :”Kamu kan baru tinggal disini, aku mau ngajak kamu pergi bermain dan keliling
kampung ini. Kamu mau?”

Kanza :”Iyah aku mau. Tapi aku izin dulu yah ke ibu ku?”

Kanza pergi masuk ke dalam untuk izin kepada ibu nya.

Kanza :”Ibu aku izin yah? Aku mau pergi keliling kampung sama Alif. Boleh gak?”

Ibu Kanza :”Yaudah, tapi pulang nya jangan sore-sore yah?”


Kanza :”Iya bu.”

Akhirnya Kanza dan Alif pergi keliling kampung. Alif mengajak Kanza bermain di
perkebunan, sawah, dan pegunungan. Alif memperkenalkan tempat-tempat yang sering dian
kunjungi untuk bermain. Sore pun tiba, Alif dan Kanza pergi pulang. Alif mengantarkan
Kanza pulang ke rumahnya dan Alif pun pulang juga ke rumahnya.

Beberapa bulan kemudian, ibu Kanza di beri kabar oleh ayahnya bahwa ayahnya bakalan di
pindahkan pekerjaanya ke luar kota dan mereka harus pindah tempat tinggal. Lalu ibunya
Kanza memberi tahu Kanza, namun Kanza syok mendengarnya. Karena ia sudah betah
tinggal disana.

Keesokan harinya Kanza kembali bersekolah seperti biasa, namun ia terlihat sedih karena apa
yang di bicarakan ibunya tadi malam. Tiba-tiba Alif datang kepada Kanza.

Alif :”Kanza?”

Namun Kanza diam saja.

Alif :”Kanza?(Nada kencang).”

Kanza :”apa?(Kaget)”

Alif :”Kamu kenapa ngelamun aja?”

Kanza :”Gak, aku gak apa-apa.”

Alif :”Ayolah cerita!”

Kanza :”Sebenearnya aku lagi sedih.”

Alif :”Kamu sedih kenapa?”

Kanza :”Aku sedih ayah aku dipindahkan keluar kota.”

Alif :”Kenapa kamu sedih? Seharusnya kamu senang berarti ayah kamu sudah di percaya
oleh bos nya.”

Kanza :”Tapi kamu gak aku sedih kenapa kan?”

Alif :”Emangnya kenapa?”

Kanza :”Aku sedih karena aku harus pindah tempat tinggal dan aku akan pindah ke sekolah
yang baru lagi.(muka sedih)”

Alif :”kok bisa gituh?”

Kanza :”Yah bisalah. Makanya aku sedih karena aku sudah mulai betah tinggal disini.

Alif :”Udah ikutin saja! mereka kan orang tua kamu, toh kamu juga gak bakal bisa hidup
tanpa orang tua kamu?”
Kanza :”Tapi..?”

Alif :”Udah! Ikut aku yuk?”

Kanza :”Kemana?”

Alif :”sudah, ikut saja.”

Alif memaksa Kanza ikut dengan nya.

Kanza :”Mau kemana sih Alif?”

Alif :”Kesana, sudah ikut saja.”

Alif terus menarik Kanza untuk ikut dengannya. Ternyata Alif mengajak Kanza pergi ke
penjual kalung nama.

Kanza :”Alif kamu ngapain ngajak aku ke sini?”

Alif :”Aku mau memberikan kamu kalung untuk kenang-kenangan.”

Kanza :”Kamu baik banget sih, aku suka kalung seperti itu.”

Alif pun memesan dua kalung nama untuk di jadikan kenang-kenangan.

Alif :”Bang saya mau dua kalung.”

Penjual :”Namanya siapa?”

Alif :”Yang satu namanya KANZ dan yang satu lagi namanya AL.”

Penjual :”Baiklah, tunggu sebentar!”

Abang penjual kalung pun membuatkan kalung pesanan Alif dan Kanza dengan Alif pun
menunggunya sampai selesai.

Setelah selesai abang penjualnya memberikan kalung nya kepada Alif.

Penjual :”Ini de kalung nya?”

Alif :”Terima kasih bang, berapa?”

Penjual :”30.000 saja.”

Alif :”Ini uang nya bang.”

Penjual :”Iyah, terima kasih!”

Alif :”Sama-sama bang.”

Kanza :”Alif sini kalung aku, aku ingin memakainya?”

Alif :”Ini kalung nya?”


Kanza :”Kok yang AL bukan yang KANZ? Kan nama aku Kanza?”

Alif :”Namanya juga kenang-kenangan, jadi kita itu tukeran nama agar setelah kita
jauh nanti, tapi hati kita etap dekat.”

Kanza :”Oh gitu, yaudah deh.”

Alif :”Sini aku pakaikan?”

Akhirnya Alif memakaikan kalungnya kepada Kanza. Setelah itu mereka pulang ke
rumahnya masing-masing. Setelah sampai rumah, Kanza membereskan barang-barangnya
untuk di bawa pindahan.

Hari sok telah tiba, keluarga Kanza pergi pagi-pagi buta agar tidak macet di jalan. Setelah
sampai di rumahnya Kanza yang baru, Kanza terus menangis karena Kanza gak mau pindah
rumah.

Ibu Kanza :”Kanza, kamu kenapa?”

Kanza :”Aku gak apa-apa bu.”

Ibu Kanza :”Kalau kamu gak kenapa-kenapa? Kenapa kamu terus menangis sayang?”

Kanza :”Sebenernya aku gak mau pindah ke sini, aku sudah betah banget di sana.”

Ibu Kanza :”Yah, mau gimana lagi?Sudah ketentuan bosnya ayah kamu.”

Kanza :”Yaudahlah bu?”

Ibu Kanza :”Sudah makanya jangan menangis lagi, nanti ibunya ikut-ikutan sedih.”

Dan akhirnya Kanza tidur setelah di bacakan dongeng oleh ibunya.”

22 Tahun Kemudian…

Kanza bekerja di salah satu perusahaan terkenal sebagai sekretaris. Dia mempunyai atasan
yang super duper nyebelin.Dia bernama firman. Setiap hari mereka berantem tiada hari tanpa
keributan.

Firman :”Kanza?”(Teriak kencang).

Kanza :”Iya pak ada apa?”

Firman :”Buatkan saya kopi! Gak terlalu manis dan gak terlalu pahit.”

Kanza :”Maaf! Kan itu tugas OB?”

Firman :”Kamu kan bawahan saya, sudah ikutin saja. Gak usah ngebantah.”

Kanza :”Iya pak.”

Kanza akhirnya membuatkan kopi untuk pak firman. Ketika di DU (Dapur Umum).
Kanza :”Untung saja loh bos gua, coba kalau bukan? udah bejek-bejek sih!”

Karna kesombongan pak Firman, akhirnya Kanza bukan memberikan gula tapi Kanza
memberikan garam di dalam kopi tersebut.

Kanza :”Pak? Ini kopinya, di jamin gak bakal ke manisan dan gak bakal ke pahitan.”

Firman :”Terima kasih.”

Dan Kanza pun keluar dari ruangan nya pak Firman sambil tertawa terbahak-bahak. Tidak
lama kemudian pak Firman teriak sekencang-kencangnya memanggil nama Kanza. Dan
Kanza malah ketawa-ketawa. Akhirnya pak Firman pun ke luar ruangan nya langsung
membuang kopinya ke muka Kanza.

Firman :”Cewek macam apa kamu ini? Bikin kopi aja tidak bisa?”

Kanza :”Enak aja! Aku itu sengaja bukan ngasih gula tapi garam.
Hahahaha..!”(tertawa terbahak-bahak)

Firman :”Dasar cewek idiot!”

Kanza :”Elu tuh idiot, gak tau diri ngatain orang gak bisa buat kopi. Situ sendiri
emang bisa? Gak kan? Buktinya situ nyuruh orang terus.”

Beberapa bulan kemudian..

Karena capek setiap hari mereka ribut, akhirnya mereka damai dan gak pernah ribut lagi.
Setiap hari mereka malah becanda-becandaan. Dan setelah beberapa hari mereka damai,
mereka sering jalan bareng, dan makan bareng. Tiba-tiba Kanza melihat pak Firman memakai
kalung yang bernama KANZ. Lalu Kanza pun menanyakan kepada pak Firman.

Kanza :”Pak boleh nanya gak?”

Firman :”Nanya aja! Mau nanya apa emang?”

Kanza :”Kok bapak pake kalung yang namanya KANZ? Itu kalung siapa emang
nya?”

Firman :”Ini kalung saya. Cuma ini nama teman kecil saya dulu waktu di kampung.”

Kanza :”Kalau boleh tau namanya siapa?”

Firman :”Namanya Kanza sama kayak kamu.”

Kanza :”Apakah bapak kenal dengan kalung ini?”(sambil memberikan kalung yang
bernama AL).

Firman :”Kamu dapat itu dari mana?”

Kanza :”Ini punya ku, aku di beri oleh teman kecil ku.”
Firman :”JanganJangan?”

Kanza :”Jangan-jangan apa? Gak, gak! Teman kecil ku namanya Alif bukan
Firman?”

Firman :”Jadi benar kamu teman kecil ku? Ini aku Alif teman kecil mu. Nama aku kan
Alif Firmansyah.”

Kanza :”Benarkah?”

Firman :”Iyah!”

Kanza :”Akhirnya kita ketemu juga. bertahun-tahun aku mencari mu tapi gak pernah
ketemu. Sampai-sampai aku pulang ke kampung, tapi kamu nya udah gaada, rumah kamunya
kosong.

Firman :”Iyah aku pindah sejak 7 tahun yang lalu.”

Kanza :”Iyakah?”

Firman :”Iyah.:”

2 Tahun kemudian..

Mereka menikah dan memiliki satu orang anak. Meeka hidup bahagia,
NAMA : INDAH DAMAYANTI

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : AKU , KAU , DAN KENANGANKU

Matahari pagi menyinari bumi dengan hangatnya, karena untuk pertama kalinya aku kembali
kesekolah. Tidak sabar rasanya bertemu dengan teman-temanku kembali. Namaku Berliana
Surya Diningrat, temanku biasa memanggilku dengan sebutan Berlin. Kini aku sekolah di
Sekolah Impianku, kini aku duduk dikelas 11 ipa 2, aku mempunyai teman baik mereka
bernama Yenita Dan Revina. Hari-hari kujalani dengan kebahagian bersama mereka, sampai
datang saatnya aku bertemu dengan Aldy, siswa pindahan dari Kalimantan yang sekarang
duduk dikelas 11 ipa 3. Semenjak pertemuan itu aku dan aldy sering bertemu dan bercerita
sambil bercanda. Hingga pada suatu hari saat jam istirahat dia menghampiriku.

“hay lin” sapa aldy sambil tersenyum dan melambaikan tangan

“Hay juga dy” balasku sambil tersenyum malu

“Lin aku boleh minta nomor kamu ngga ?” Pinta Aldy

“Nomor ? buat apa dy ?” Tanyaku.

“ada, penting pokoknya, boleh ngga ?” jawab aldy sambil bertanya

“ hal penting apa dy?” aku kembali bertanya.

“ada lin, gimana boleh ngga ?” tanya aldy

“yaudah nih” aku menjawab sambil memberikan handphone nya kepada aldy

“ Tunggu yah lin nanti pulang sekolah aku sms kamu” Ucap Aldy

“iyah dy” jawabku sambil tersenyum manis

Setelah bel pulang sekolah berbunyi aku segera pulang dengan rasa lelahku setelah
aku sampai kerumah segera kubaringkan badanku diatas kasurku. Tidak lama kemudian,
handphone ku berbunyi bertanda ada sms masuk, segera kubuka sms itu dan ternyata itu dari
nomor asing yang entah siapa aku pun tidak tahu, lalu segera kubalas sms itu sambil bertanya
dengan siapa ? dan ternyata itu dari aldy

*dalam Sms*

“lin aku mau ngomong sama kamu” ucap aldy

“ ngomong aja dy kan ngga ada yang larang” balasku.


“tapi nanti, kalo sekarang belum saatnya” balas aldy

“oh gitu yaudah deh dy terserah kamu aja” balasku

*Luar Sms*

Setelah kejadian itu, setiap pulang sekolah bahkan sampai malam, hari-hariku penuh
dengan nama aldy, hingga pernah pada suatu hari saat aku hendak pulang sekolah aku
melihat aldy sedang bercanda dengan ketrin teman sekelasnya. Entah prasaan aneh apa yang
aku rasakan saat itu, apakah benar aku mulai mencintai aldy ? oh tuhan jangan biarkan prsaan
ini bertahan lama karna aku takut hatiku patah kembali. Malam harinya aldy meneleponku

“lin, aku mau ngomong” ucap aldy ditelepon

“iyah aldy ngomong aja” jawabku

“aku suka sama kamu lin, kamu mau nggak jadi pacar aku ?” ucap aldy mengungkapkan
perasaannya kepadaku

Hah, apa benar aldy menyukaiku, atau aldy hanya ingin mempermainkan perasaanku,
batinku.

“lin kok kamu diem, kenapa?” Tanya aldy

“gapapa dy, apa ucapan kamu tadi serius ?” jawabku sambil bertanya.

“ aku serius lin mana mungkin aku bercanda soal kayak gini” ucap aldy

“tapi bukannya kamu lagi deket yah dy sama ketrin ?”Tanyaku.

“ yaelah lin, aku sama ketrin itu temen satu kelas doang nggak lebih” jelas aldy

“oh gitu” ucapku dengan nada masih ragu

“ iyah lin, gimana kamu mau kan lin ?” tanya aldy

“ iyah dy aku mau” jawabku

“yes, berarti malam ini kita resmi jadian ?” Tanya aldy dengan nada bahagia

“iyah dy” jelasku kepada aldy

“yaudah lin kamu tidur gih kan udah malam, have a nice dream lin jangan lupa mimpiin aku
yah” suruh aldy karna waktu menunjukkan pukul 10 malam

“iyah dy kamu juga yah” pintaku

“iyah, yaudah sampai ketemu besok lin, see you” ucap aldy

“iyah see you too dy” jawabku dengan penuh bahagia


Kini hari-hari yang kulalui bersama aldy, kebahagiaan sering aku rasakan saat
disampingnya, ia pun sering menyanyikan lagu romantis dengan gitar kesayangannya. Oh
tuhan rasanya ingin aku berhentikan waktu saat aku bersamanya. Hingga suatu hari saat aku
buka media sosialku yaitu facebook, aku melihat ada seorang wanita bernama Denia
menandai status bersama aldy. Lalu segera ku kirim pesan kepada Denia

“assalamualaikum, maaf kamu siapanya aldy yah?” Tanyaku pada wanita itu

“wa’alaikumsalam aku teman dekatnya aldy, kamu siapanya yah?” Tanya denia

“kenalin, aku ceweknya aldy!” jelasku

“hah, ceweknya ? bukannya aldy udah putus yah sama ceweknya” ucap denia

“iyah aku ceweknya, kenapa nggak percaya? Kalo nggak percaya Tanya aja sama aldy nya!”
ketusku pada denia

Setelah kejadian itu aku segera menelepon aldy untuk bertanya siapa denia dihidup
aldy

“aldy, aku mau Tanya sama kamu serius!” ucapku

“iyah lin, mau nanya apa?” Tanya aldy

“Denia itu siapa kamu? Ada hubungan apa kamu sama denia? Jawab jujur dy!” pintaku

“denia? Aku sama denia itu teman doang lin ngga lebih” ucap aldy

“tapi sepertinya dia sangat dekat denganmu dy” ujarku

“aku dekat karna dia sudah ku anggap sahabatku lin” ucap aldy

“kamu ngga bohongkan dy?” tanyaku

“iyah lin aku nggak bohong buat apa aku bohong sama kamu, aku kan sayangnya sama kamu
doang nggak sama yang lain termasuk denia! Kamu percaya kan sama aku lin?” ujar aldy

“iyah dy aku percaya, kamu janji yah sama aku jangan tinggalin” ucapku pada aldy

“iyah lin, aku janji” jelas aldy

Setelah kejadian itu hari-hari yang ku lalui terasa bahagia bersama aldy, rintanganpun
sering aku lewati dengan rasa saling percaya bersama aldy. Mungkin ini adalah salah satu
ujian agar cinta aku dan aldy terasa lebih erat. Namun ke esokan harinya saat jam pulang
sekolah aldy menemuiku

“selamat hari anniversary yang ke 1 tahun sayang, semoga kita bisa saling percaya dan selalu
tambah sayang yah” ucap aldy
“iyah dy aamiin, doaku semoga hanya ada aku dan kamu tidak pernah ada lagi yang namanya
dia” ucapku kepada aldy dengan bahagia

“kamu jangan tinggalin aku yah lin, aku sayang kamu aku janji nggak bakal ngecewain kamu
lagi, kamu mau kan jaga hubungan kita lin?” Tanya aldy

“iyah dy, aku mau” jelasku

Setelah kejadian itu hatiku sangat bahagia mendengar aldy mengatakan hal yang
menurutku sangat berarti. Namun 1 minggu setelah aku dan aldy merayakan hari anniv aldy
memintaku agar sepulang sekolah aku menunggunya ditaman dekat sekolah karna ia akan
membicarakan hal yang menurut dia sangat penting. Bel pulang sekolah pun berbunyi aku
segera pergi ke taman untuk menunggu aldy. Setelah lama menunggu akhirnya aldy datang.

“hay lin” sapa aldy

“hay juga dy” jawabku

“lin aku mau ngomong sesuatu sama kamu, tapi aku takut kamu marah dan benci sama aku”
ucap aldy

“ngomong aja dy kalo menurut kamu itu yang terbaik buat kita” jelasku kepada aldy

“tapi aku takut kamu nggak mau kenal aku lagi lin” ucap aldy

“nggak aldy, emang kamu mau ngomong apa ?” Tanyaku

“aku pengen kita sampai disini aja lin, maaf kalo aku egois” ucap aldy

“tapi kenapa, apa salah aku dy ?” Tanyaku penasaran karna tiba-tiba aldy ingin mengakhiri
hubungannya

“kamu nggak salah lin, emang keadaan aja yang memaksa kita harus berpisah” jelas aldy

Akhirnya, aku menerima keinginan aldy untuk berpisah, mungkin ini yang terbaik
untuk aku dan aldy, kini hari-hari yang kujalani terasa sepi tanpa tawa aldy, oh tuhan
mengapa sesingkat ini kebahagiaanku bersama aldy. 2 minggu kemudian, aku mendengar
informasi dari teman-teman sekelasnya bahwa aldy mencintai Irene, adik kelasnya dulu yang
sekarang bersekolah ditempat yang sama denganku. Betapa hancur rasanya saat mendengar
semua itu, secepat itu aldy melupakanku. Kemudian segera kutemui yenita dan revina

“teman-teman kalian tau Irene nggak ?” Tanyaku kepada kedua temannya

“Irene anak kelas 10 yang cantik itu kan ?” Tanya revina

“iyah benar kayaknya yang itu” jelasku

“iyah kita tahu, emang kenapa lin ?” Tanya yenita

“dia lagi deket sama aldy” ucapku


“yaelah lin masih aja mikirin cowok kayak gitu, aldy itu gak pantes diperjuangin pantesnya
dilupain” jelas yenita

“tapi aku sayang sama aldy” ucapku

“sayang juga percuma lin, kalo yang disayangnya gak tau diri !!!” jelas revina

“yaudah iyah aku bakal coba buat lupain aldy” ucapku dengan berat hati

Hari demi hari aku mencoba menyibukkan diri agar aku tidak mengingat aldy lagi,
pada saat jam istirahat aku, revina dan yenita pergi ke kantin, ditengah perjalanan saat aku
hendak ke kantin aku berpapasan dengan aldy, kami diam sejenak sambil saling menatap
kemudian berjalan kembali, saat itu dalam hati aku berkata “kenapa dy ? kenapa kamu
sejahat ini!!” kemudian aku melihat aldy menghampiri Irene, lalu aldy menyanyikan sebuah
lagu yang pernah ia nyanyikan padaku, mereka saling tersenyum dan menatap jelas didepan
mataku. Semua ini lebih sakit dari yang aku bayangkan, semuanya akan lebih sakit lagi saat
semua kenangan bermunculan, kebersamaan itu, senyum itu, tawa itu, canda itu, semua
tentangmu kini semua hanyalah kenangan yang ingin segera aku lupakan, Walaupun aku
mencintainya, amat sangat mencintainya. Cinta ini, prasaan ini hanya akan aku simpan, akan
aku biarkan hilang dengan sendirinya, setiap hari aku bisa melihatnya, namun aku sudah
tidak bisa menyentuhnya. Aku begitu ingin membencinya, aku selalu berusaha membencinya,
namun aku tak pernah bisa melakukannya. Membiarkanmu pergi bukanlah semudah ucapan,
aku harus membalikkan badan sehingga aku tak akan pernah melihatmu meninggalkanku.
Mungkin ini saatnya aku harus melepaskan apa yang seharusnya aku lepaskan. Terimakasih
Aldy, terimakasih banyak. Akan ku simpan lembar cerita cinta antara aku, kau, dan
kenanganku.
NAMA : INTAN NUR AFIFAH

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : KU KIRA KAU MENCINTAIKU

“Aku kira kau mencintaiku, ternyata persepsi-ku salah selama ini menilaimu”

Pagi itu tampak mendung, tak ada cahaya dari matahari sama sekali. Rasanya aku tak
mau berangkat sekolah pagi ini. Hawa yang dingin membuat rasa males berlebihan. Tapi apa
boleh buat, namanya seorang pelajar harusnya pergi sekolah bukan tidur-tiduran di kasur. Ku
percepat langkahku untuk ke kamar mandi, lalu menyiapkan buku dan segera pergi.

Kulajukan motorku dengan kecepatan minim. Masih terlalu pagi jadi santai aja,
kendaraan pun belum terlalu banyak dan tidak terlalu memenuhi jalanan. Disamping aku
sibuk mengendarai motorku, aku juga menikmati segarnya angin pagi hari dan menghirup
bau yang khas sehabis hujan semalam.sampai di sekolah. Kuparkirkan motorku, kulihat baru
sedikit motor yang ada. Aku terlalu kepagian, kulangkahkan kaki ku ke dalam kelas. Kursi
masih berada di atas meja semua. Kubalikkan kursiku dan duduk di atasnya. Ku letakkan
tasku di atas meja dan kuraba kolong mejaku. Terasa ada sesuatu, lalu kuambil benda itu.
Ada sebuah kertas berwarna biru muda. Sebenarnya ingin kubuang, tapi aku penasaran ingin
mengetahui isi kertas itu.

Kubuka perlahan. Dan tertuliskan

“Ku tunggu kau di taman belakang pulang sekolah nanti -Kelvin.”

Aku masih bingung, apa perintah itu untukku atau untuk orang lain? Entahlah, aku tak
ingin banyak memikirkan hal itu nanti seketika ia berangkat akan kutanyakan padanya
mengenai isi kertas yang kubaca.Kelvin datang. Ia duduk di tempatnya. Ya, aku dan dia satu
kelas. Ketika aku ingin menghampirinya, dia sudah menghampiriku lebih dulu. Tanpa
menyapa ia langsung menanyakannya.

“Udah dibaca kan suratnya? Padahal aku kasihnya kemarin, malah gak kamu baca” lalu
duduk di kursi depanku

“Udah kok. Hehe maaf mungkin aku gak tau. Jadi udah gak berlaku nih perintahnya?”

“Eeh… masih dong. Nanti pulang sekolah aku tunggu. Udah dulu yaaa… bye” ia segera lari
keluar kelas.

Bel berbunyi. Tanda waktu pelajaran hari ini berakhir. Ku angkat kursiku di atas meja
dan keluar dari kelas. Sampai di parkiran, aku baru ingat jika ada janji untuk bertemu Kelvin
di taman belakang setelah pulang sekolah. Setelah sampai di taman. Kulihat tak ada satu pun
orang disana dan tiba tiba…

“Baaa…” Kelvin tiba-tiba muncul di hadapanku, refleks aku kaget.

“Ahh Kelvinnn..” kupukul manja lengannya.


“Hehe maaf yaa, abis kutunggu lama sih” sembari memegang tanganku.

Aku dan Kelvin duduk di kursi itu. Kursi yang dulu pertama kali ketika aku baru
mengenalnya.

“Oh ya kamu kenapa suruh aku kesini, Vin?” kupandang dirinya.

“Ini aku mau bilang, sebenernya aku seneng banget kalau ada di deket kamu. Gak tau kenapa,
nyaman aja gitu”

“Terus gimana?”

“Gak gimana-gimana, hehe. Kamu juga gemesin, baik, cantik lagi anaknya, gak gampang
marah juga. Pokoknya beda sama yang lain”

“Hehe makasih loh ya”

“Iya, eh aku boleh pulang bareng sama kamu gak?”

“Lah motor kamu?”

“Tadi aku dianter sekolahnya”

“Oh gitu, oke deh”

Kunaiki motorku. Kali ini dia yang mengendarai, bukan aku. Kunikmati dinginnya angin, yah
walau panas terik matahari pun sedikit menyengat. Sangat pelan sekali Kelvin mengendarai
motorku.

“Vin, kok pelan sih naik motornya?” kataku sedikit berteriak

“Iya sekalian nikmatin nih, lagi seger banget anginnya”

Ia lanjut memperhatikan jalanan. Kulihat awan semakin gelap, bau khas air hujan telah
tercium. Kurasa bentar lagi akan turun hujan. Yap!! Benar, hujan turun begitu deras. Rasa
sakit ketika air hujan mengenai kulit tanganku. Kelvin lalu meng-gas kencang, aku kaget dan
refleks memeluknya.

Diberhentikannya motorku di sebuah warung. Warung kecil mirip warteg di pinggiran


jalan. Diparkirkan motornya. Aku turun dan bersandar di tembok warung itu. Perlahan kuatur
nafasku. Aku terus saja tarik nafas ketika hujan muncul. Entah mengapa, ada keunikan
tersendiri bagiku. Aku suka hujan, senang menghirup udaranya dan melihat airnya yang
jatuh. Kulihat Kelvin sibuk dengan barang yang dibawanya. Dia menghampiriku.

“Kita tunggu disini dulu ya, hujannya mendadak banget”

“Iya Vin” jawabku singkat.

Hujan tambah begitu deras. Anginnya pun dingin, membuat bulu romaku berdiri. Seperti
menggigil rasanya.
“Duhh pake gak bawa jas hujan sama jaket lagi. Kan dingin jadinya” keluhku dalam hati
sambil mengusapkan kedua telapak tanganku. Kelvin melihat kejadian itu, ia langsung
mengambil jaket yang sedang dipakainya dan memakaikannya padaku.

“Pake dulu aja”

“Kamunya?” aku melihatnya

“Aku gak papa kok, kan dingin banget ini. Nanti daripada masuk angin”

“Makasih ya..” balasku dengan senyuman.

Esoknya aku telat berangkat sekolah. Mungkin karena semalam kesibukan


mengerjakan tugas yang diberikan guru fisika kemarin. Aku baru masuk ketika jam pelajaran
kosong. Untung saja, kalau tidak aku sudah disuruh lari mengelilingi lapangan 20 kali sebesar
istana merdeka itu sambil membawa kursi. Dan tahukah apa aku mampu melakukannya?
Yang ada baru dua atau tiga putaran aku sudah pingsan.

Kulihat dari tadi perasaan nggak ada sama sekali batang hidungnya Kelvin. Kemana
dia? Apa dia gak masuk gara-gara kemarin? Apa dia sakit? Atau dia telat. Banyak pertanyaan
muncul dalam benakku. Setelah kuteliti, kata temannya. Kelvin sedang di ruang musik,
latihan nyanyi dengan grup band-nya. Aku langsung saja menuju ruangan itu. Ketika ku
buka, kulihat dia sedang bernyanyi dan memainkan gitarnya. Alunan nada yang begitu
mellow dan suaranya yang lembut membuatku begitu memahami lirik demi liriknya.

Setelah selesai, ku tepukkan tanganku yang menandai bagus latihannya saat itu. Kelvin
mendekati dengan senyum yang melekat di bibirnya.

“Sejak kapan kamu disini, Put?”

“Dari awal kamu mulai latihannya”

“Kok aku baru tau ya..”

“Kamu fokus sama nyanyi dan main gitarnya kali. Jadi gak tau aku dateng. Oh ya keren
banget loh”

“Akunya atau…?”

“Yehh Ge-eR banget, lagu sama iringan musiknya dong..” kutepuk pelan lengan kirinya

“Hehe orangnya gak?”

“Gak lah..”

“Masa gak sih…” sembari mencolek daguku.

“Gak tau maksudnyaaa” aku meletkan lidahku.


Tiba-tiba tangannya meluncur di hidungku. Ditariknya hidungku sampai sakit. Ahh sakit
rasanya. Di ruang itu menjadi saksi bahwa semenjak hari itu aku mulai menyukainya.

Hari-hari berikutnya pun kujalani bersamanya. Mulai dari bercanda dan tertawa
bersama. Aku rasa, perasaan ini terus berkembang dan tak terkendalikan. Seringkali aku salah
tingkah jika berhadapan dengannya. Bukan hanya itu juga, gombalan gombalan yang
menjurus pun sering kulakukan untuknya. Bukan sekedar untuk merayu, tapi menyenangkan
hatiku maupun hatinya. Kata demi kata keluar begitu saja. Sampai akhirnya aku baru
mengetahui bahwa aku benar benar jatuh cinta kepadanya.

Malam minggu ini rencananya Kelvin mau dateng ke rumah. Katanya sih mau ngajak
jalan. Mumpung akunya juga lagi gak ada kegiatan, aku iyakan saja. Setelah beberapa menit
sehabis dandan. Suara klakson mobil mengundangku untuk cepat-cepat membukanya.
Kudapati Kelvin berdiri dan senyum indahnya sudah mengawali perkataannya malam ini.
Segera ku ambil tasku dan melaju ke sebuah restaurant langganannya.

Di dalam mobil aku tak banyak cakap dengannya. Begitu sampai dibukakan pintunya
untukku, Aku bagaikan ratu malam itu. Kita juga begitu lahap menyantap Steak dan segelas
coklat panasnya. Sampai saat ini tak ada pembicaraan yang menjurus untukku. Aku tak
mengerti, kita berdua jadi diam-diaman. Setelah selesai dia pamit untuk pergi ke toilet. Aku
hanya mengangguk. Ketika ia balik, dia baru mengajakku bicara.

“Put?”

“Apa Vin?”

“Kamu suka gak aku ajak makan disini? Sekali-kali juga kan, daripada di rumah doang”

“Suka kok, hehe iya bener tuh. Oh ya terima kasih loh sebelumnya udah diajak kesini”

“Iya sama-sama. Eh abis ini aku ada acara, dipanggil buat perform di Cafe Red. Kamu mau
ikut?”

“Ehm boleh deh”

Kelvin lalu menarik tanganku dalam genggamannya. Hatiku bergerak cepat, ada rasa
senang ketika hal itu terjadi. Rasa yang selama ini kupendam akhirnya bangkit dan berseri-
seri entah kejadian di malam itu tak akan pernah kulupakan seumur hidupku. Walaupun aku
belum mengetahui persis apakah kamu mencintaiku juga seperti aku mencintaimu.

Satu bulan berlalu, hubungan pertemanan kita semakin dekat. Tidak seperti layaknya
sahabat tetapi lebih dari itu. Kata kata indah terucap begitu saja dari bibirmu maupun bibirku.
Tahukah kamu? Rasaku yang selama ini kupendam terjawab sudah. Mungkin kamu juga
mempunyai rasa yang sama sepertiku. Kita bagaikan dua pasangan tapi tak ada status
hubungan, ada hanya hubungan persahabatan. Tetapi apakah sahabat seperti ini? Aku
bingung dan juga senang. Akankah hubungan ini akan berakhir indah? Terlalu banyak yang
kau berikan padaku selama ini. Dari hal kecil sampai yang besar. Mungkin ini kebahagiaan
sementara, atau mungkin abadi. Aku tak mengerti, yang jelas aku benar-benar jatuh cinta
padamu. Kuharap kau tahu ini.

Tepat hari ini 10 Januari. Hari ulang tahunku yang ke-17. Kuharap di ulang tahunku
ada hal yang istimewa dan membuatku tak melupakannya seumur hidupku. Dan dengan
adanya Kelvin di kehidupanku, kuharap dia bisa menggantikan Alm. Papah dan menjadi
masa depanku kelak nanti, Amin. Aku persiapkan segalanya, masak makanan-makanan untuk
perayaan nanti malam. Aku sungguh benar benar berharap, malam nanti begitu spesial walau
tak begitu mewah.

Jam 20.00 tepat. Perayaan dimulai. Tapi belum kulihat adanya Kelvin di acara ini.
Ingin aku mulai, namun Kelvin belum juga datang. Untuk mempersingkat waktu, aku buka
perayaan ini.

“Tiup lilinnya, tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga, sekarang juga… yeeayy”

Kulihat Kelvin belum juga muncul.

“Eh make a wishnya dulu, Put..” sambung Eta.

Aku mengadahkan tangan dan berkata dalam hati

“Tuhan, di ulang tahunku ini aku mau yang terbaik. Kuharap Kelvin segera mengetahui
perasaanku saat ini” kutiup lilinnya.

Teman-temanku bersorak gembira. Aku mulai mengambil pisau dan memotong kue pertama.

“Hayo, kuenya yang pertama buat siapa tuh? Dipastiin buat yang paling spesial yaa”

“Orangnya belum dateng…” kusingkirkan piringnya.

Tuhan sangat cepat mengabulkan doaku. Kelvin datang dan sekarang tepat di hadapanku.

“Selamat ulang tahun manis. Semoga dapet yang terbaik ya. Ini kadonya, maaf gak terlalu
mahal tapi semoga bermanfaat” sembari memberi senyum indahnya.

“Iya makasih ya, ini buat kamu” kuberikan potongan kue pertama tadi.

“Kembali kasih ya” lalu mengambil kuenya.

Malam itu tak begitu mewah tapi kurasa indah. Indah karena adanya ciptaan Tuhan
yang sangat memberikanku motivasi untuk menjadi lebih baik. Bisa mengembalikan ceriaku
seperti dulu lagi, iya dialah Kelvin. Hanya dia yang mampu membuatku seperti ini. Kelvin
datang menghampiriku. Apa dia tahu bahwa aku sedang memikirkannya. Tapi semua tidak
seperti yang aku fikirkan. Kelvin datang bersama seorang gadis cantik di genggaman
tangannya. Siapa gadis itu? Apa itu kakaknya? Atau pacarnya? Dadaku menyempit, sesak
kurasa. Aku harap yang ia bawa itu bukan kekasihnya.

Kelvin menepuk pundakku.


“Put.”

Aku berbalik badan “Apa Vin?”

“Aku mau bilang sesuatu ke kamu. Aku harap kamu seneng dengernya” tangannya masih ada
dalam genggaman gadis itu.

“Emang apa Vin?”

“Ini kenalin, dia Nadya pacar aku. Kenalin Nadya ini sahabatku yang paling cantik, yang
pernah aku ceritain ke kamu”

DAMN! Kelvin, Nadya? Kelvin udah pacaran? Ini beneran atau mimpi sih? Masa
cepet banget, kemarin baru Kelvin mesra-mesraan sama aku. Sekarang udah pacaran? Terus
selama ini kata kata yang dia tujukan ke aku cuma sebatas teman aja? Nggak lebih? Terus
kata kata manisnya buat aku cuma buat nyenengin hati aku doang? Aku segera meninggalkan
mereka berdua, Retak. Remuk. Hancur hatiku saat ini. Kelvin. Nadya. Pacaran. Ahh..
Kubanting pintu kamarku sekencang mungkin. Aku menangis begitu deras. Bagaimana tidak.
6 bulan lamanya aku telah bersama dengan Kelvin. Memang aku tak ada hubungan tapi
dengan adanya Kelvin di hidupku. Aku bahagia, aku sangat nyaman bila bersamanya. Kenapa
kau hancurkan kebahagianku, Tuhan? Kenapa kau izinkan Kelvin bersama Nadya.
Dibandingkan dengan aku yang sangat mencintainya. Kenapa kau tak sempatkan aku singgah
di hatinya? Kenapa kau hancurkan harapanku yang begitu kokoh dan lenyap begitu saja?
Sakit Tuhan, sakit rasanya. Aku mencintainya sungguh, aku tak ingin yang lain. Aku ingin
dia, Tuhan! Aku ingin Kelvin mewarnai kehidupanku lagi…

Semua itu. Hari ulang tahunku ke-17 hancur sudah. Kukira ada yang istimewa di
malam itu. Tapi Tuhan tak berkehendak. Mungkin bagi Tuhan keistimewaannya terletak pada
Kelvin dan Nadya. Iya, Tuhan begitu baik. Memberikan yang terbaik kepada Kelvin dan
Nadya, bukan aku. Mungkin Tuhan tidak ingin aku disakiti Kelvin suatu saat nanti, maka ia
berikan semua itu padaku. Walaupun sakit, susah kurasa untuk melupakan semuanya. Semua
kejadian begitu sangat singkat. Ini adalah cobaan, cobaan dalam sebuah percintaan. Kita pun
tak tahu, entah esok hari siapa yang akan pergi dan meninggalkan kita lebih dulu. Dan
mungkin selama ini aku telah salah terhadap kelakuan Kelvin. Aku telah salah menilai
persepsi Kelvin padaku. Apa aku terlalu berharap dan jadi seperti ini.

Kejadian itu membuatku sadar akan hal mencintai dan dicintai. Untuk itu berhati-
hatilah dalam masalah ini. Apalagi jika kita menyukai sahabat kita sendiri. Proses untuk
mencapai lebih awal dan tidak terjadi apa-apa tidak semudah yang kamu bayangkan. Banyak
sekali tanjakan dan tikungan yang akan menghadang.
NAMA : JULFIKAR

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : KALUNG PERAK

Jenis cerpen berikut adalah DRAMA

Tokoh beserta wataknya:

 Balok :protagonis
 Istri balok :protagonis
 Kaidir/anak balok:protagonis
 Koser :antagonis
 Joko :antagonis
 Udin :antagonis
 Nenek masawi :protagonis
Awal kisah berdiri sebuah kelompok perampok yang dipimpn oleh Koser dan
memiliki anak buah yaitu Balok,Joko,dan Udin. kelompok ini memiliki sebuah perjanjian
yang tidak boleh dilanggar oleh anggotanya itu sendiri, janji itu sendiri dibuat oleh Balok. Isi
perjanjian tersebut adalah “diantara kita semua dilarang yang namanya memiliki istri apalagi
sampai memiliki anak, jikala melangggar maka akan dibunuh anaknya beserta ibunya”.
Padasaat perjnjian itu di buat oleh Balok anggota yg lain setuju akan perjanjian tersebut.

Tetapi ternyata Balok sendiri melanggar janji itu semua, dia memiliki istri yang sudah
mengandung 9 bulan. Berita ini terdengar sampai ke Koser selaku ketua anggota tersebut.
Lalu Koser naik pitam. Pada saat itu juga Balok ingin keluar dari perguruan tersebut dan
memohon izin kepada sang istri.

Dirumah Balok dia sedang mengobrol bersama istrinya dan meminta izin untuk
bertemu Koser dan ingin keluar:

Istri: “abang kenapa ko kelihatanya pusing bener emng nya ada apa bang?” (Dengan muka
bertanya-tanya).

Balok: “ga ko neng abang gapapa abang Cuma mikirin masalah yang ada di kelompok abang
itu” (Dengan cemas) .

Istri: “Emng nya knp bang dengan kelompok abang itu?”

Balok: “Abang udah ngelanggar perjanjian di kelompok abang itu neng padahal abang sendiri
yang ngebuat janji itu semua.”

Istri: “Emang isi perjanjian iru apa bang?”

Balok: “Isi perjanjian tersebut adalah “diantara kita semua dilarang yang namanya memiliki
istri apalagi sampai memiliki anak, jikala melangggar maka akan dibunuh anaknya beserta
ibunya”.
Istri: “Terus kenapa abang melanggar janji itu semua?”

Balok: “Karena abang mau memiliki seorang pendamping hidup neng karena kita di dunia ini
tidak ditakdirkan sendiri, tapi memiliki pasangan untuk hidup.”

Istri: “Terus kalau bang Koser tau ini semua bagai mana bang?”

Balok: “Maka dari itu abang ingin izin sma eneng bahwa abang ingin ketemu dengan Kposer
untuk minta keluar dari kelompok tersebut, abang udah ga kuat neng.”

Istri: “Yaudah eneg mah disini Cuma bisa berdoa supaya abang selamet buat itu semua bang
yang penting itu yang terbaik buat enang dan calon anak kita nanti bang.”

Balok: “Yaudah neng sebelum abang berangkat bikini abang kopi dulu yah?”

Istri: “Iyah bang tunggu sebentar yah bang”

Ketika Balok sedang menunggu sang istri membuat kopi, tiba-tiba Joko dan Udin
datang dengan mengagetkat Balok. Lalu Balok merespon dengan memukul kedua temanya
tersebut sampai terjatuh dan langsung Balok mengeluarkan goloknya ingin di lemparkan ke
kedua temanya tersebut lalu:

Joko dan Udin: “bang ini kia Joko sma Udin jangan leper golok itu bang kita masih mau
hidup” (dengan wajah ketakutan)

Balok: “Oh ternyata kalian berdua, oh iyah ada apa? Maaf saya terlalu gegabah karna kaget”
(sekalugus memasukan golok nya kembali ke tempatnya)

Joko: “iyah bang maaf kita berdua udah ngagetin, ujuan kita dating kesini ingin nyampein
pesan buat abang dari bang Koser nih”

Balok: “apa pesenya Koser buat saya tuh?”

Joko: “bang Kopser bialng bahw abag di suruh kesana untuk ketemu denganya bang, kalau
bisa hari ini juga bang”

Balok: “iyah nanti saya bakalan kesana untuk ketemu sma Koser tunggu aj bilang sma dia”

Udin: “oh iyah bang saya dapet denger klo abang udah kawin yah sma kembang desa
sebrang?”

Balok: “iyah bener tuh din”

Udin: “ko abang bisa-bisanya si ngelanggar janji yang udah abang buat sendiri?”

Balok: “iyah din gimana saya gamau ngelanggar kan di dunia ini kita ga mungkin hidup
sendiri pasti memiliki pasangan buat hidup, di ibaratkan burung merpati dia aj memiliki
pasangan hidup masa kita manusia tidak memiliki pasangan kan sudah takdir kita memiliki
pasangan”
Udin: “iyah juga sih bang tapi kenapa abang segitunya?”

Balok: “yaudah kalian bilang aj sma bang Koser bahwa saya hari ini uga bakalan nemuin di
dan sekalian izin ingin keluar dari kelompok tersebut”

Joko: “iyah deh bang nanti kita sampein ke bang Koser yah bang”

Balok: “iyah salam aj buat bang Koser yah”

Joko: “iyah bang nanti kita bilangin. Yaudah yah ang kita mau balik dulu”

Balok: “iyah jok din”

Joko dan Udin: “Assalamualaikum bang”

Balok: “wa’alaikum salam waroh matullah”

Setelah Joko dan Udin kemali ke kelompok, lalu istri balok datang dan bertanya
kepada Balok;

Istri: “tadi ada tamu bang siapa?”

Balok: “itu si Joko sma Udin tadi ke sini untuk nyampein pesan dari bang Koser bahwa ang
disuruh kesana buat ketemu sma dia”

Istri: “oh, terus abang mau kesana buat ketemu bang Koser?”

Balok: “iyah neng nanti abang bakalan kesana untuk ketemu Koser sekalian abang mau izin
keluar dari kelompok abang itu”

Istri: “iyah bang eneng Cuma bisa doa buat anag supaya bisa dan lacar bang”

Balok: “iyah neng, abang berangkat dulu yah neng?”

Istri: “iyah bang hati-hati yah bang”

Balok: “iyah neng, Assalamualaikum”

Istri: “wa’alaikum salam bang”

Ketika Balok berangkat ke hutan tempat kelompoknya itu, Joko dan Udin sudah datan
duluan ke sana lalu di hutan tersebut Joiko dan Udin memanggil Koser:

Joko dan Udin: “bang……..bang Koser dimana bang?”(sambil berteriak)

Koser: “siapa itu manggil-manggil nama saya?”(dengan suara yg kasar)

Joko: “ini Joko sama Udin bang mau nyampein pesen yang abang tadi kasih buat si Balok”

Lalu Koser kuluat dari balik pohon besat yang ada di depan mereka…….

Koser: “apa pesen yang kalian bawa?”


Joko: “ini bang kata Balok dia bakalan ke sini nanti”

Koser: “mana dia itu orangnya belum datang?”

Udin: “atun belum lah bang kan dulluan kita ke sni nya tadi”

Koser: “oh iya lupa saya”

Udin: “bang tadi saya ngeliat Balok udah punya isrti bang dan istri nya lagi hamil bang”

Koser: “wah ternyata bener yang selama ini saya denger-denger si Balok udah nikah, berani-
berani nya tuh dia ngelanggar janji yang udah dia buat sendiri parah uh dia”

Udin: “iyah tuh bang parah banget dia”

Selang beberapa lama mereka berbincang-bincang datang lah Blok dengan wajah
yang sangat lesuh dan cape karena perjalanan yang amat jauh. Lalu koser menyambut
derngan gembira walupun ada sedikit kesal di dalam dirinya:

Balok: “assalamualaikium bang”

Koser: “wa’alaikum salam Balok kemana aj ente?”

Balok: “ada bang di rumah”

Koser: “kita daper denger-denger ente udah nikah ya?”

Balok: “iyah bang maaf saya udah ngelanggar janji saya sendir”

Koser: “maaf ente bilang, berani- berani nya ente ngelanggar janji yg udah ente buat sendiri”

Balok: “iyah bang tujutn saya kesini juga sekalian mau minta izin keluar dari kelompok ini,
bolehga bang?”

Koser: “kita ngediriin kelompok ini berdua tapi kenapa ente tiba-tiba keluar”

Balok: “iyah bang karena saya memiliki serang istri yang sedang mengandung 9 bulan bang”

Ternyata Koser memiliki rencana untuk mencelakakan Balok:

Koser: “iyah ane bakalan ngizinin ente keluar tapi dengan satu syarat ente merampok satu
rumah yang didalamnya memiliki banyak uang dan kita akn begi dua hasil yang ente dapat,
karena istri ente membutuhkan uang tersebut untuk biaya bersalin nanti”

Balok: “iyah bang saya akan ngelaksanain itu semua”

Koser: “iyah tuh ane suruh Joko dan Udin buat bantuin ente”

Balok: “iyah bang saying berangkat yah bang?”

Koser: “iyah berangkat ente sana”


Ternyata Koser menyuruh Balok merampok dan akan menerima hasil yang di bawa
oleh Balok,lalu setelah menerima hasi dia akan membunuh Balok dangan tujuan supaya dia
tidak bertemu lagi dengan istrinya.

Balok bersama Joko dan Udin menemuirumah yang akan di rampok oleh mereka:

Joko: “bang rumah yang itu aja punya sodagar kaya tuh”

Balok: “oke kita kesana”

Sesampaiknya Balok ke rumah tersebut, belok masuk kedalam sedangkan Joko dan
Udin menunggu Balok dari luar,setelah Blok mendapatkan duit yang di inginkan meraka
pergi dan kembali ke tempat koser:

Balok: “bang……bang koser”(sambil teriak)

Koser: “siapa itu?”

Balok: “ini saya bang Balok bawa hasil yang abang mau”

Koser: “mana hasilnya?”

Balok: “ini bang”(sambil memberi hasil curian)

Koser: “ane akan bagi dua nanti saya kebelakang dulu”

Lalu Balok menunggu Koser,dan koser datang kembali kepada Balok:

Koser: “katanya ente mau keluar bener?”

Balok: “iyah bang saya kasian sma istri saya sedang hamil”

Koser: “yaudah balikin baju yang ente pake yang dari abang”

Setelah Balok memberi baju yang di kenakan olehnya koser menaruhnya di belakang
pohon> lbalok menunggu Koser dengan membelakango pohon tersebut, tiba-tiba Koser
memukul bagian belakang Balok menggunakan kayu besar sampai dia jatuh.

Balok: “abang kenapa memukul saya bang?”

Koser: “masih nanya aja ente kan salah ente kenapa ente melanggar janji ente sendiri kaya
gitu”

Balok: “kan saya udah minta baik- baik bang ga kasar kaya gini”

Koser: “udah jngn banyak cakap ente”

Lalu Koser memukuli balok hingga balok tertusuk di bagian perutnya hingga
mengeluarkan banyak darah dari tubuhnya, dan Balok pergi meninggalkan Koser karena suda
tertusuk dan sudah tidak bisa melawanya lagi.
Dan sesampainya balok lari kerumahnya, istri balok terkejut dengan kedatangan
suaminya denga keadaan penuh darah di bangian perutnya. Laluistrinya bertanya:

Istri: “:abang kenapa ko perut abang banyak darahnya?”

Balok: “bang di tusuk neng sama si koser karena abang ga boleh keluar dari kelomnpok itu,
padahal abang tadi udah memenuhi syarat yg di kasih sma dia neng”

Istri: “ko malah gitu bang Koser kalau suadah memenuhu syarat mah udah ga usah di aniaya
begini suami saya. Tapi abang gapapa kan?”

Balok: “abang udah ga kuat neng anang ngerasa umur abang tinggal sebentar lagi neg”

Istri: “ko abang ngomongnya kya gtu sih”

Balok: “abang Cuma nitip in neng kalung perak abang buat anak abang nanti klo udah lahir
nanti yah tolong kasih kepadanya dan abang udah sampai sini aj”

Istri: “iyah bang nanti saya kasih, abng jangn ngomong kya gtu atuh eneng taku bang gam au
di tinggal sma abng”(cemas)

Balok: “ahhhhhhhhhhhhh selamt tinggal neng”

Istri: “abanggggggggg…….”

Ternayat sampai disitu balok meninggalkan istrinya dengan keadaan hamil.beberapa


bulan kemudian istri balok ingin melahirkan dan di bantu oleh seorang nenek yang
mendengar jeritan dari dalam rumah Balok, nenek tersebut bernama nenek masawi>

Lalu nenek tersebut membantu persalinan istri balok tersebut dan ternyata setelah
melahikan istri balok meninggal dan sempat menitip kan anak nya kepada nenek masawi dan
memberi nama dengan nama “kaidir”, dan istri balok menitipkan kalung perak yang di
berikan balok untuk anaknya naanti jikala lahir, lalu di terima oleh nenek masawi tidak
beberapa lama istri balok meninggal

7 tahun kemudian nenek masawi baru memberikan kalung perak itu kepada kaidir dab
memberi tahu semua cerita ibunya dan ayahnya, dan khaidir mengetahui semua itu lalu kaidir
menghampiri makam dari ayah dan ibunya dan memberi tahu bahwa anaknya itu sudah besar
dan sudah memakai kalung yang diberikan oleh ayahnya itu……

TAMAT…………..

TRIMAKASIH SUDAH MENYEMPATKAN WAKTUNYA UNTUK MEMBACA


CERPEN INI MAKASIH

PENCIPTA: JULFIKAR
NAMA : KARTINI

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : PENGAKUAN PERTAMA DAN TERAKHIR DARI AYAH

Keluarga adalah segalanya ibu dan ayah adalah wadah untuk mengadu, menangis,
bahkan adalah tempat untuk mendengarkan cerita anaknya, memiliki keluarga yang utuh
adalah impian setiap anak, beruntung bagi setiap anak yang dapat merasakan kehangatan
kasih sayang kedua orang tuanya, dan sebaliknya hancur perasaan seorang anak yang harus
kehilangan kasih sayang dari salah satu kedua orang tuanya. Bagaikan manusia yang harus
kehilangan sepatu kanannya, setiap perjalanannya terasa sakit sangat berbeda dan tidak
lengkap hidupnya. Namun takdir berkata lain ketika sepasang sepatu itu bersatu kembali
tuhanpun memisahkan manusia itu dari sepatunya yang telah kembali bersatu.

Aku ingin bertemu Ayah sebelum aku tiada nanti Kalimat itulah yang pantas
menggambarkan kisah ini.

Bunga adalah seorang gadis sederhana yang cerdas, tegar, dan ceria, ia dilahirkan dan
dibesarkan oleh seorang ibu tanpa kehadiran sang ayah disampingnya. Karena kedua orang
tuanya yang telah mengakhiri kisah cintanya yang membuatnya tidak mengenali siapa
ayahnya, tetapi ia tidak pernah merasakan kesepian karena selalu ada ibu yang setia
disampingnya.

Pagi itu dengan cuaca yang cerah bersama kicauan burung yang indah , bunga yang
bersemangat tuk pergi ke sekolah tiba tiba semangatnya terpatahkan, langkahnya berhenti
didepan gerbang sekolah. Matanya menatap pada satu sudut dan tak berkedip sedikitpun ,
hatinya hancur seperti kertas yang terbakar, dan matanya yang tak mampu lagi menahan
ribuan tetesan air mata, dirinya yang terdiam tetapi hati nya menjerit karena melihat
pemandangan menyakitkan menggores hati, ia melihat seorang gadis seumurnya bisa
merasakan kebahagiaan hangatnya kebersamaan bersama keluarga yang lengkap. Ayah,
kalimat itulah yang terucapkan oleh bunga walaupun berat mengucapkannya.

Dari kejadian pagi itulah hidupnya berubah sosok bunga yang awalnya terlihat ceria
menjadi pendiam, dunia terasa sepi dan tak ada lagi senyuman darinya.

Ibunya , yang sedang beristirahat terkagetkan oleh kedatangan putrinya, kejadian tadi
membuatnya bertanya kepada sang ibu.

“bu, apakah aku memiliki seorang ayah, lantas dimana ia bu?”

(tanya anaknya kepada sang ibu)

“kamu tidak pantas menanyakan hal ini!”(jawabnya dengan tegas)

“mengapa bu, bukankah aku telah dewasa, apakah 14 tahun belum cukup untuk aku
mengetahuinya, lantas kapan aku boleh mengetahuinya”
(tanyanya dengan penasaran)

“ mengapa kamu sangat bersih keras ingin mengetahuinya? Apa kamu menyesal mempunyai
ibu seperti ini “?

“bu, bunga sama sekali tidak pernah menyesal justru bunga bangga, tetapi bunga hanya ingin
tahu siapa ayah bunga, apa bunga tidak pantas bahagia? Bunga hanya ingin seperti anak
lainnya yang bisa merasakan pelukan sang ayah, dimanja, mendengarkan kisah bunga,
apakah ibu tahu saat bunga melihat teman teman bersama ayahnya bunga iri, sakit, apakah
ibu tidak sadar bunga telah kehilangan sosok ayah sejak kecil “ (sambil menangis)

“diam, lebih baik kamu masuk kamar!” (dengan wajah marahnya)

Semenjak kejadian itu bunga lebih banyak terdiam dan menghabiskan waktunya
didalam kamarnya, rasa rindunya kepada sang ayah sudah tidak dapat dibendung lagi, namun
apa yang bisa dia lakukan ia tidak mau menanyakan kepada ibunya lagi.

“ayah di manakah dirimu aku ingin bertemu, aku hanya ingin memelukmu, dan ingin
berada dipangkuan mu, ingin menatapmu walau beberapa detik saja, ayah aku ingin di
manjamu, aku ingin mempunyai keluarga lengkap, ayah andai dirimu tahu saat aku melihat
keluarga yang utuh aku hanya bisa membayangkan betapa sakit, sakit hati ini, tergores pisau
yang tersiram air garam, Tuhan pertemukanlah aku dengannya sebelum aku berhenti
bernafas, izinkanlah mataku untuk melihatnya satu pintaku hanya untuk berada
dipangkuannya”.

(Alunan Do’anya dalam shalat)

Hari itu SMP MERAH PUTIH tempat bunga sekolah sedang memperingati hari ayah
nasional, bunga dan ibunya turut menghadiri acara tersebut, satu persatu siswa dan siswi
diminta untuk bercerita tentang ayahnya dan setelah itu akhirnya nama bunga lah yang
berikutnya yang harus menceritakan kisah ayahnya.

“apakah arti ayah untukmu? ceritakanlah masa-masa yang paling menyenangkan (tanya
kepala sekolah kepadanya)’’

Bunga hanya bisa terdiam sambil meneteskan air mata, dia bingung apa yang harus ia
ceritakan karena dia tidak memiliki masa masa indah bersama ayahnya, ia bingung apa yang
harus diceritakan didepan orang banyak.

“ Ayahku adalah ibuku, ia sosok yang kuat dan tegar selama 14 tahun ia merawatku, ia sosok
ibu sekaligus ayah, dia selalu setia disampingku, mungkin kalian heran apa yang telah aku
ceritakan , yang aku ceritakan adalah sosok ibu bukanlah ayah, Mengapa? Karena aku tidak
tahu apa yang harus aku ceritakan tidak ada masa masa yang paling menyenangkan karena
aku berbeda dengan yang lain, aku hanya anak yang tidak pernah merasakan kasih sayang
seorang ayah wajahnya saja aku tidak dapat mengenalinya mungkin bagi kalian hari ayah
adalah hari yang menyenangkan tapi bagiku hari ayah adalah hari dimana tetesan air mataku
berjatuhan, harus kemanakah aku mencarimu apa aku harus mengelilingi dunia, aku rindu
ayah”

Semua tamu dibuat terkaget dan menangis dibuatnya termasuk ibunya karena
perkataannya itu, semua yang melihatnya memberi tepukan kesedihan yang tegar untuknya.

Dari perkataannya disekolah tadi saat hari ayah nasional itulah membuat sang ibu
terpikirkan dan berusaha memberanikan dirinya untuk menceritakan tentang ayah sang anak.

“inilah saatnya kamu mengetahui semua tentang ayahmu, 14 tahun yang lalu baik ketika
kamu masih berada didalam kandungan maupun kamu telah lahir, ayahmu selalu pergi
meninggalkan kita, padahal ayahmu berjanji akan segera kembali tapi semenjak itu ayahmu
sampai sekarang tidak terdengar kabarnya, itulah yang membuat ibu mengakhirinya. Maafkan
ibu nak hal ini terlalu perih itulah yang membuat ibu tidak mau mengungkitnya’’

(ucap sang ibu dengan berat dan sedih)

“ sejahat itukah ayah? , sampai sampai ketika aku sakit ayah tidak menjengukku apakah aku
anak yang tak diinginkan didalam hidupnya, sesibuk itukah dia bu, sampai dia tidak bisa
menyisihkan waktunya sedikit untukku, apa aku harus mati dulu untuk membeli waktunya
untukku”.

“kamu tidak boleh berbicara seperti itu nak, tetapi jika kamu ingin mencarinya inilah foto
ayahmu, sudah saatnya kau harus tau”

(memberikan selembar fotonya).

“inikah wajah ayahku betapa tampannya dia bu,bu restuilah aku untuk mencarinya. Dan
janganlah menangis jika aku tak kembali.”

“ibu merestuimu nak, kamu pasti kembali” ( dengan berat melepaskan)

Dengan panas terik metahari sampai hujan membasahi tubuhnya dengan keringat
bercucuran dan cacing-cacing diperutnya yang telah terdengar, dan kakinya yang lelah tidak
mampu melangkah walau untuk satu langkah tetapi ia terus mencarinya.

“Tuhan selama darah masih mengalir, selama napasku masih berhembus, kuatkan lah aku
untuk mencarinya sebelum aku tiada nanti.”

Tuhan ternyata menjawab doanya dari sebrang jalan lelaki yang mirip dengan fotonya
muncul dengan rasa bahagia dia berlari sambil memanggil Ayah tetapi takdir berkata lain.
Tuhan menjawab doanya tetapi tuhan memisahkannya, tiba-tiba truk menabrak gadis yang
baru merasakan kebahagiaan. melihat keramaian lelaki itu menghampiri walapun merasa
bingung ada seorang gadis remaja yang memanggilnya dengan sebutan ayah

Ibunya mendapat kabar kemudian segera mengahampiri ketempat kejadian.ditempat


yang sama mereka dipertemukan.
“bu apa kabar dirimu,aku sungguh merindukanmu dimana anak kita bu aku ingin
menemuinya “(tanya lelaki itu kepada ibu bunga)

“jahatnya dirimu, dari mana saja? mengapa selama 14 tahun kau baru mencari anakmu, yang
kau pikirkan adalah kesibukanmu saja, uang uang dan uang. Seorang ayah macam apa kau
ini. Selalu mementingkan kesenangan selalu meninggalkan kami. Tidak pernah memberi
waktu tuk kami hanya kesengsaraan yang kami dapat karena kau lebih memilih wanita lain..
inilah darah daging mu yang telah kau sia siakan”

(menunjuk anaknya yang tergeletak bercucuran darah)

“Ya tuhan, maafkan ayahmu ini nak 14 tahun sudah ayah meninggalkanmu, ayah menyesal
dan ayah ingin menghabiskan waktu bersamamu, bertahanlah nak ayah tau kamu kuat”

(memberikan pangkuan untuk anaknya)

“Ayah inilah engkau, akhirnya aku bisa menatapmu, didekapmu . terimakasih atas pangkuan
pertama dan terakhirmu untuk gadis keci mu yang telah dewasa ini. Aku bahagia sekarang
aku telah tenang untuk pergi tersenyum dari surga sanah. Darah yang bercucuran ini telah
mengukir akan menjadi bukti aku rela mati untuk bisa bertemu dengan mu”

“kamu harus kuat bertahanlah sayang, berilah ayah waktu untuk memperbaiki
semuanya”(menangis penuh penyesalan)

Dengan suasana mengharukan penuh penyesalan, tetesan darahnya yang menjadi


saksi kerinduan malaikat kecilnya. Dengan desahan nafas terakhir dan senyum kebahagiaan,
mata itu tertutup untuk yang terakhir, kesedihan penyesalan membaluti hati mereka
ditinggalkan oleh seorang wanita cantik dan kuat..

kehidupan pun tetap berjalan tanpa seorang anak. Kepergian nya yang telah tenang
karena orang tuanya yang memulai kehidupan dari awal yang bahagia seperti permintaan
putrinya dan bunga telah tersenyum bahagia disurganya..

Selesai
NAMA : KHAIDIR NIRONIL MUKHLIS

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : MEMINJAM TENDA

Tema : Meminjam Tenda Untuk Acara Pelantikan PMR

Jenis Cerpen : Fakta atau Kejadian Nyata

Tokoh :

- Khaidir Nironil Mukhlis (Saya / Ukis)


- Ma’ruf Edwin Putra (Edwin)
- Damanuri (Idam)
- Sumardika Ramadhani (Dika)
- Andi (Andi)
- Siti Rowiyah (Wiyah)
- Pa Husin (Pa Husin)

Alur : Maju Mundur

Latar : Sekolah, MTS Mathlaul Anwar, Rumah Khaidir, Rumah Pahusin, Sukadiri,

Musholah, UKS

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Hari hari telah berlalu, dimana anggota PMR khususnya divisi Peralatan dan humas
ditugaskan untuk meminjam tenda ke sekolah sekolah terdekat. Saya, Edwin, Wiyah dan
yang lainnya bertugas meminjam tenda kesekolah SMP Istafad Islamic School dan MTS MA
MAthlaul Anwar. Dan oleh kedua sekolah itu saya dan yang lainnya disuruh balik lagi besok
untuk mengambil tendanya.

Awal kisah , kejadiannya dimulai pada hari sabtu 4 Februari , ketika itu waktu menunjukkan
pukul 14:05 WIB saat itu anak anak MAN 3 Tangerang baru saja pualng sekolah. Saya
bersama teman saya yaitu Edwin kembali meminjam tenda perkemahan karena aka nada
acara disekolah yaitu Pelantikan PMR dan PASKO.

Saya :“Win, ayo kita minjam tenda yang kemarin itu di sekolah MTS MA lagi!”

Edwin :“Ayo kis, gua beresin buku dulu”

Saya :“Oke, Ukis tungguin ditangga”

Edwin :”Ok!”

Setelah bersiap siap untuk meminjam tenda, saya dan Edwin menuju ke parkiran motor.
Saya berjumpa dengan salah satu anggota peralatan pelantikan PMR yaitu Siti Rowiyah,
orangnya lumayan manis:v , tingginya hampir sama dengan saya, tapi sedikit lebih tinggian
saya. Lalu, saya dan Edwin mengajak Wiyah untuk ikut kembali meminjam tenda di MTS
MA.

Saya :”Wiyah, mau ikut minjem tenda lagi ngga ke MA? Wiyah bawa motor?”

Wiyah :”Iyah Ukis, Wiyah bawa motor”

Edwin :”Kis, lu sama gua aja, biar ngga terlalu banyak motor.Nanti kalo Wiyah berat bawa
tendanya, biar lu yang bonceng wiyah!”

Saya :”Yaudah atuh, ayu lah berangkat.”

Berangkatlah kami bertiga menuju sekolah Mathlaul Anwar. Sesampainya didepan kantor
MA, terlihat pintu kantornya dikunci dan digembok. Lalu, saya mendapatkan ide untuk
meminjam tenda itu langsung kerumah orang yang punya tenda itu, yang kebetulanorang
yang punya tenda itu adalah guru kakak saya yang bernama Pa Husin ketika kakak saya di
SMA dulu dan beliau sering silaturahmi kerumah saya dan saya lumayan akrab dengan
beliau. Kemudian saya dengan Edwin ingin menuju kerumah Pa Husin dan saya bertanya
kepada Wiyah.

Saya :”Wiyah mau ikut lagi ngga? ke rumah Pa Husin?”

Wiyah :”Ukis aja yah sama Edwin, Wiyah masih ada tugas dikelas”

Saya :”Yaudah atuh, hati-hati dijalan”

Wiyah :”Iyah Ukis Assalamu’alaikum”

Saya :”Wa’alaikum salam”

Edwin :”Wa’alaikum salam”

Setelah Wiyah pulang duluan, berangkatlah saya dan Edwin kerumah pa Husin.
Sesampainya dirumah pa Husin, kemudian saya mengetuk pintu rumahnya sambil
mengucapkan salam.

Saya :”Assalamu’alaikum…”

Beberapa menit kemudian, keluarlah seorang perempuan yang diketahui itu adalah anaknya
pa Husin :v

Anaknya Pa Husin :”Wa’alaikum salam, ada perlu apa yah?”

Saya :”Pa Husinnya ada?”

A P H :”Ngga ada, lagi di Sukadiri.”

Saya :”Owh, yaudah atuh” (saya tidak menanyakan langsung isi permasalahannya)

A P H :”Iyah.”
Kemudian saya berbincang-bincang dengan Edwin, dan telah diputuskan saya dan Edwin
akan pergi ke Sukadiri tepatnya dikantor kwartir ranting belakang lapangan bola Sukadir.
Setelah sampai, saya dan Edwin langsung menghampiri pa Husin yang sedang membetulkan
motornya.

Saya :”Assalamu’alaikum, pa”(sambil bersalaman)

PaHusin :”Wa’alaikum salam. Ada apa kis?”

Saya :”Gini pa, kan disekolah kami mau ada acara pelantikan PMR, jadi kami mau
meminjam

Tenda disekolah bapa. Tadi kata alumni MTS MA,bapa adalah Pembina pramuka
dan kata dia bapa punya tenda itu, apakah kami boleh meminjamnya?”

Singkat cerita, setelah lama berbincang bincang dan akhirnya saya dan Edwin disuruh
kerumahnya sehabis maghrib. Dan saya pulang dengan Edwin kerumah masing masing.

Beberapa jam kemudian, jam sudah menunjukan pukul 18:50 WIB, saya sedang menunggu
Edwin untuk pergi kerumah pa Husin barengan. Edwin telah sampai dirumah saya.

Edwin :”Assalamu’alaikum, Ukis…?”

Saya :”Wa’alaikum salam”

Edwin :”Ayu kis kerumah pa Husin.!”

Saya :”Ayu, tungguin, Ukis siap siap dulu.

Edwin :”Ok, gua tunggu diluar yah

Saya :”Yah.”

Setelah kami berdua sudah siap untuk pergi kerumah pa Husin, Edwin menyalakan
motornya, dan kamipun langsung berangkat menuju rumah pa Husin. Sesampainya dirumah
pa Husin, kami berdua mengetuk pintu dan mengucapkan salam.

Saya dan Edwin :”Assalamu’alaikum”

Dari dalam rumah dibukalah pintu itu dan yang membukanya adalah pa Husin:D

PaHusin :”Wa’alaikum salam”

Saya :”Pa…(sambil tersenyum)

Pahusin :”Masuk kis!”

Saya :”iyah pa, ayo masuk win!

Edwin :”Yah.”
Saya dan Edwinpun duduk didalam rumah pa Husin. Mengobrol-ngobrol masalah tenda.
Selang beberapa puluh menit mengobrol, saya dan Edwin akhirnya diberi izin untuk
meminjam tenda pa Husin. Tak lama kemudian, datanglah seorang teman pa Husin dan
temannya pa Husin mengajak pa Husin kesuatu acara.

Saya :”Umm, yaudah atuh pa, kami mau pulang dulu juga.”

paHusin :”Iyah, jaga baik baik tendanya, jangan sampai ada yang hilang yah!”

Saya :”Siap pa.!”

Edwin :”Tenang pa, setelah acara selesai, inysaAllah tendanya ngga bakal adayang hilang”

Saya dan Edwin :”Yaudah atuh pa, Assalamu’alaikum…”

PaHusin :”Wa’alaikum salam.”

Setelah itu, kami berdua langsung pergi ke Sekolah untuk menyimpan tenda itu di UKS.
Sesampainya di UKS, kami bertemu dengan tiga teman kami yang baru saja pulang lomba
Robotik. Disekolah ada Idam, Dika, dan Andi.

Saya :”Assalamu’alaikum” (sambil bersalaman)

Idam :”Wa’alaikum salam”

Dika :”Wa’alaikum salam”

Andi :”Wa’alaikum salam”

Saya :”Lagi pada ngapain Ndi?”

Edwin :”Woy Idam, ngapain lu disini?”

Andi :”Biasa kis, lagi istirahat abis ada job, hehehe. Lu abis dari mana emang?”

Edwin :”Kepo lu” (Edwin berguaru)

Saya :”Hahaha, abis minjem tenda Ndi dirumah guru, buat besok acara pelantikan”

Andi :”Owh, trus gua boleh masuk PMR lagi ngga?”

Saya :”Atuh boleh lah, nanti lu bilang aja ke ketua PMR nya!”

Andi :”Umm, iyah atuh nanti gua ngomong”

Saya :”Yah”

Setelah berbincang-bincang, saya dan Edwin langsung menuju UKS untuk menyimpan
tendanya. Setelah menyimpan tenda, kami langsung pulang menuju rumah masing-masing
untuk istirahat karena kecapean:D.
Umm, mungkin cukup sekian cerpen dari saya, karna waktunya sudah mepet kurang
lebihnya mohon di maafkan.

Wabillahitaufiq Wal Hidayah, tsummaSsalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

#Ini_Ceritaku_Mana_Ceritamu

Tangerang, Februari 2017.


NAMA : MA’RUF EDWIEN PUTRA

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : PENELITIAN TEMPAT BERSEJARAH

Pagi dini hari aku membuka mataku dengan perlahan. Haaaaah,” Aku kesiangan”. Maklum
musim penghujan, tidur ku begitu pulas mungkin karena hawa sejuk usai hujan deras
semalam. Aku ada janji jumpa di sekolah dengan beberapa teman sekelas ku, untuk
mengerjakan tugas yakni mengadakan Penelitian di Masjid Pintu Seribu, yang cukup jauh
lokasinya dari tempat tinggal ku.

Pikiran ku mulai gundah. Siapa yang mau peduli tentang kemacetan lalu lintas dan hal-hal
lainnya ketika seseorang kesiangan? Sekarang adalah masa depan. Kendaraan di mana-mana
sudah menutupi jalan. Aku langsung bergegas untuk pergi ke kamar mandi.

Dengan sekejap aku selesai mandi. Sekalipun tidak begitu yakin badanku bersih.Dan tidak
buang-buang waktu lagi, aku sudah rapi dan siap untuk pergi.

Dengan sedikit terburu-buru, aku mendorong keluar sepeda motor ku dari dalam rumah
setelah aku izin untuk pergi sama Ayah juga Ibu.

Kurang lebih 2 km. jarak dari rumah ke sekolah dan 10 menit adalah waktu yang dibutuhkan
untuk aku sampai di sana. Sementara tinggal 5 menit lagi dari waktu yang kami janjikan
untuk bertemu yakni pukul 0.9.00.

Tidak berfikir panjang lebar lagi, langsung aku kenakan Jaket dan helm ku. Starter Sepeda
motor, langsung meluncur pergi. Nah, belum beberapa menit aku melaju, hujan mulai turun.
Mau tidak mau aku harus terlebih dahulu menepi untuk kenakan jas hujan terlebih dahulu.
Suasana Pagi dini hari yang dingin, di tambah lagi guyuran hujan membuat tubuh menggigil
menusuk kedalam tubuh hingga tulang belulang ku.

Perjalanan terus aku lanjutkan, seraya aku bertanya-tanya dalam hati. Apakah teman-teman
ku masih menunggu sesampainya aku di sekolah ?. Ataukah mereka sudah berangkat tidak
mau menunggu saya?. Tidak perlu aku berfikir negatif lagi aku berjalan dan terus berjalan
hingga akhirnya aku sampai di sekolahku. Beruntung, aku belum terlambat. Karena, kosong
nilai adalah jawabannya jika saya terlambat.

Alhamdulilah. Betapa senangnya ketika aku sampai di sekolah, ternyata teman-teman ku


masih menunggu, karena ternyata mereka juga menunggu hujan mereda. Dan salah satu
teman di antara mereka ada yang teriak, hai. Kirain nggak jadi!. Sudah lama nungguin?, aku
bertanya. Dan di antara mereka pun ada yang menjawab, sangat!.
Tidak lama kemudian hujan pun reda, dengan empat sepeda motor yang berboncengan kami
segera berangkat menuju “, Masjid Pintu Seribu”, yang menjadi objek tujuan kami.

Setelah melalui kepadatan dan kemacetan jalan dari Sepatan, Paku Haji dan Periuk dimana
tempat yang menjadi tujuan kami, kini kami pun di hadapkan dengan sesuatu bangunan yang
megah dan asing. Dimana situasi bangunannya Sempit dan pengap. Sementara saya tidak
nyaman dengan suasana remang-remang di dalam bangunan ini.

Terdapat area tempat wudhunya lembab dan becek. Ada dua ruang serupa kamar, berfungsi
sebagai tempat salat. Tiap ruang salat itu mampu menampung sekitar 20 orang, dengan
dinding-dinding lorong dihias beragam motif. Ada kaligrafi arab dan motif serupa batik.
Lantai lorongnya tidak dikeramik. Lebih ke dalam ada ruang tasbih, ruang taklim, dapur, dan
tangga untuk menuju kamar-kamar di lantai atas.

Ketika waktu salat Dzuhur tiba, kami salat bersama pengunjung lainnya. Kok sepi? Ternyata
pengunjung lainnya shalat bersama di ruang taklim. Karena ruang taklim justru lebih cocok
digunakan untuk shalat? Oh ya, jamaahnya tidak ramai. Hanya beberapa pengunjung dan
petugas masjid. Kok tak nampak kehadiran warga sekitar? Saya celingak celinguk di sana.

Saya tidak betah berlama-lama di bangunan pertama. Usai shalat saya segera pergi menuju
bangunan kedua. Bangunan ke dua ini mirip benteng, pintu masuknya digembok. Menurut
seorang warga, hal itu dilakukan agar tak ada tamu sembarangan masuk. Untuk masuk sangat
disarankan bersama guide masjid.Jika tidak, bisa tersesat.

Sejak awal kami tanpa guide. Bukan tidak ingin, tapi guidenya hanya seorang. Itupun sudah
bersama pengunjung lainnya. Nah, untuk masuk bangunan kedua ini saya tidak berani
sendiri. Saya diskusi dengan pengunjung lain. Saya menawarkan untuk menjelajah bersama.
Mereka mau. Akhirnya saya masuk, teman saya juga ikut serta. Berbekal senter, saya pun
menguji nyali. Ingin tahu seberapa berani saya masuk masjid 'horor' ini.

Begitu masuk, kami disambut lorong sempit dan gelap. Langit-langitnya pendek. Lantainya
tidak di semen. Hanya berupa tanah lembab. Dindingnya hanya di plester. Tidak dicat sama
sekali. Ada banyak sekali pintu. Mungkin itu sebabnya dinamakan masjid seribu pintu.

Deretan pintu membuat bingung. Tidak tahu harus kemana. Bapak paling depan memimpin,
ia yakin saja berjalan. Ketemu pintu, masuk. Ketemu belokan, belok. Hingga kami tiba
disebuah ruangan agak lebar, kami kembali bingung karena ada banyak pintu yang tidak tahu
jika dimasuki akan membawa kami kemana. Senter benar-benar berguna. Meskipun begitu
nyali saya mulai ciut. Hening. Kami berpandangan dalam gelap.

Salah satu pintu dibuka. Cahaya senter diarahkan ke balik pintu. Si bapak berseru, "Wah, itu
makam!"Semua terkejut. Uuuuh...menegangkan sekali. Diantara kami ada yang nampak
gemetar, seraya berkata,"Pak, saya mohon kembali saja. Kita keluar sekarang juga, ya."

Akhirnya kami sepakat ingin terus melanjutkan penjelajahan. Meskipun diantara kami ada
ketakutan. Masjid ini benar-benar aneh, gelap, sempit. mirip masuk gua. Tapi gua tidak
semengerikan ini suasananya.
Masjid ini sangat horor, rasanya seperti memasuki labirin. Kenapa suasana dalam masjid
dibuat remang-remang, bahkan ada yang gelap gulita? Kenapa tasbih raksasa dan makam
diletakkan di dalam bangunan? Kenapa untuk melihat tasbih dan makam itu pengunjung
harus disuguhi lorong gelap dan penuh pintu?

Citra masjid adalah 'bercahaya', tapi di sini saya merasa cahaya itu tiada.
Banyak tanya yang tak terjawab. Kunjungan ke masjid ini menjelma misteri. Saya seperti
tertantang untuk kembali. Datang kembali dengan nyali besar, mengorek banyak keterangan,
dan menguak misteri tasbih raksasa yang ada di dalamnya. Semoga suatu hari kembali
menjejak Masjid Seribu Pintu. Pastinya hasil petualang kami disana ada beberapa kesan yang
mendalam yang dapat kami kutip :

 Masjid unik tapi agak menyeramkan. Perawatannya kurang maksimal. Lebih


cenderung seperti tidak terawat. Mungkin faktor biaya.
 Beberapa orang sulit dimintai keterangan. Sepertinya secara halus menyuruh tamu
harus menyewa guide. Saat ke sana hanya 1 guide saja yang bersedia
menemani berkeliling. Warga sekitar pun sulit dimintai keterangan. Selalu
menggeleng jika ditanya. Sepertinya kompak tidak memberikan info apapun.
 Melihat antusiasme pengunjung yang datang, menyiratkan masjid ini mengundang
banyak perhatian masyarakat luas. Sayangnya sebagai objek wisata (atau bukan?)
tempat ini tidak menyediakan fasilitas memadai. Mestinya mendapat perhatian dari
pemerintah daerah setempat. Kalau memang unik dan memiliki nilai jual pariwisata,
mestinya dikelola. Diperbaiki tapi tanpa mengubah bentuk aslinya. Tetapi
mungkinkah itu terjadi? Bukankah masjid ini milik perorangan?
 Terakhir, di ruang dalam terpampang pigura besar berisi gambar rencana pemugaran
bangunan. Tertera angka Rp 19 miliar untuk dananya, dan 9 tahun untuk rencana
jangka waktu pengerjaan. Hmmm....

Terlepas dari nuansa horor yang saya rasakan, saya berharap masjid ini dapat dimakmurkan.
Ruang taklimnya luas, pasti mampu menampung banyak jamaah untuk kegiatan salat dan
ibadah lainnya. Apapun bentuk dan suasana masjidnya, masjid adalah rumah ibadah. Salat
harus ditegakkan, kendati rasa takut menyelimuti diri.
NAMA : MARYATUL KIFTIYAH

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : AKHIR CERITA YANG KUSUKA

~Mungkin kah kau juga sama rasa..Rasakan yang ku rasa


Mampukah ku ungkap yang ku rasa.. Bahwa sesungguhnya ku cinta
Dan ku sayang..Oh malam.. Sampaikan sayangku untuk dia~

Suara Iqbaal dan cathlin menemaniku sore ini, aku baru saja selesai mandi dan
berganti baju
“Enak banget sih Cathlin main peran sama Iqbaal, buat lagu duet juga lagi. Kalo kamu?
Kasihan banget yaa cuma bisa liat peran mereka berdua, dan dengerin lagu mereka berdua.
Hahahaha” aku berbicara dan menertawakan diriku sendiri kepada kaca yang berada di
hadapan saat aku menata rambut. Jangan sebut aku orang gila!
Menata rambut selesai. Ku dengar suara handphone yang memperingati bahwa handphone
sudah lowbate, dengan sigap aku mematikan lagu yang terputar dan
menchargerhandphoneku sebelum mati total.Sekarang pukul 20:00,huft aku merasa bete,
kubuka saja sosial media mungkin saja disana akan membuatku sedikit terhibur.
Hah? Apa ini?
“Wow wow wow wow ! meet and great plus nobar bareng pemeran ACDS di Tangerang!
Ada bang Kiki sama Aldi nya dong! Ah aku mau datang ke acara ini pokoknya harus!” aku
merasa heboh sendiri melihat berita yang tertera di Instagram.
Ohya, aku lupa memberi tahu, ACDS itu ialah judul film ‘Ada Cinta Di SMA’ yang
dibintangi oleh CJR dan para artis lainnya.
Tunggu! Aku datang ke acara bareng siapa? Ah ya.. Alin! Aku harus menghubunginya!-
batinku
Sedari tadi aku menghubunginya, sms, telpon, namun tidak ada jawaban. Pilihan
terakhir adalah mengunjungi rumahnya. Oke, tidak masalah karena rumahnya memang tidak
jauh dari rumahku, hanya melewati beberapa rumah saja.
“Meet and great sama nobar ACDS yuk?” aku langsung mengatakan apa yang ingin aku
katakan.
“Apasi Lis?” sepertinya Alin belum mencerna ucapanku yang terlalu dadakan dan
bersemangat itu.
“Duh Lin. Ini liat ini” kutunjukan saja info yang sudah aku screenshoot sebelumnya, agar dia
memahaminya sendiri.
“Ohya, ini acaranya jam setengah 4 loh, kamu kan pulangnya jam 2” ucap Alin ketika mulai
memahami info tersebut. Namun seperti ada keraguan dalam diri Alin.
“Ya bagus dong, dari pada acaranya jam 12, aku kan belom oulang sekolah” ucapku dengan
enteng
“Mau sekalian nobar juga gak?” tanya Alin
“Kamunya mau gak?”aku malah nanya balik wkwk
“Emm.. boleh”
Setelah belasan menit kami berkompromi membuat strategis untuk hari esok, aku
memutuskan untuk meminta bantuan ka Raymon membeli tiket, karna aku ingin mendapati
kursi paling depan, dan jika aku membeli tiketnya besok pada pulang sekolah pasti sudah
kehabisan. Namun aku tidak berani untuk meminta bantuannya. Sayup-sayup terdengar
bisikan, mungkin dari hati nuraniku, bahwa aku harus berani meminta bantuannya.
“Alin bagaimana ini?” aku merasa gugup saat berada didepan rumahku sendiri.
“Coba ajah dulu Lis. Ayo.. duh udah malam nih” rasanya Alin mulai lelah.
Ya memang, waktu sudah berjalan 10 menit, tapi aku masihg saja mengatakn ‘bagaimana
ini’ kepada Alin yang sudah lelah. Kulihat ka Raymon dua kali keluar masuk rumah, namun
aku masih saja duduk mematung diteras, saat ka Raymon masuk kerumah untuk yang ketiga
kalinya barulah aku berani membuka mulut.
“Ka! Kaka!” ku panggil ka Raymon namun pandanganku tidak mengarah kepadanya “Em...”
ka Raymon hanya menggumam.
“Besok kaka ada acara gak?” mengingat ka Raymon yang minggu-minggu ini sibuk mendaki
gunung dengan teman-temannya.
“Gak ada” jawabnya singkat.
“Kaka mau gak beliin aku tiket nonton” ucapku dengan malu-malu, ya.. aku selalu seperti ini
jika meminta bantuannya. Malu-malu kucing.
“Tiket apaan?”
Melihat Alin yang sudah lelah menunggu, lebih baik ku jelaskan langsung saja. Oke begini..
“jadi gini ka, besok itu ada meet and great sama nobar film ACDS. CJR kan main peran film
itu ka, jadi besok aku mau kesana bareng Alin, iya kan Lin?”
“Iya..” jawab Alin singkat
“Jadi aku mau minta bantuan kaka beliin tiketnya ka, biar aku dapet kursi yang paling depan,
kalo aku belinya pulang sekolah khawatir kehabisan. Ya ka yaa..?!”
“Iya”
“Seriusan?” aku memastikan bahwa ka Raymon tidak sekedar ucap.
“Iya, nanti smsin ajah judul film sama jamnya aja oke?” jawab ka Raymon
Oke, mari bekerja sama ka Raymon
Paginya , aku bangun lebih pagi dari hari-hari sebelumnya, ini pasti karna aku sudah
tidak sabar untuk menjalankan hari ini. Pasti karna sudah tidak sabar untuk menjalankan hari
ini. Aku akan bertemu idolaku hari ini. Tadi malam aku sudah menceritakan ini kepada
bundaku. Aku juga sudah menceritakan strategi yang ku buat. Dan bunda menyetujui.
Sesampainya disekolah aku langsung menceritakan kabar ini kepada Billa yang sudah
jauh-jauh hari memang bilang, jika aku menonton ACDS dia ingin ikut. Dan benar saja dia
mengatakan bahwa dia ingin ikut, dan memintaku untuk mengatakan pada ka Raymon
membelikan satu tiket lagi untuknya.
“Tapi berangkatnya gimana Lis?” tanya Billa
“Udah aku atur semuanya”
Sekarang aku sudah berada dirumah, ku lihat Alin yuang sudah menunggu, tanpa
babibu aku langsung bersiap diri, mulai dari membuka sepatu hingga memakai sepatu
kembali. Namun aku kecewa, sangat kecewa karna ka Raymon bilang dia tidak dapat
membelikan tiket yang ku mau, karna sudah banyak yang memesan sebelum hari dimana film
akan di tayangka. Aku tidak suka seperti ini. Tapi bagaimana pun aku harus tetap menghargai
usaha ka Raymon.
Aku berangkat naik travel agar lebih cepat, namun sial aku harus menunggu sekitar 5 menit,
karna mobil travel akan berangkat tepat pukul 15:00. Oke aku akan sedikit bersabar.
Kita bertiga sudah sampai dengan selamat. Ku langkahkan kaki ku bersama kedua
temanku menuju stage. Saat terdengar teriakan penonton dari arah kiri, aku langsung
menambah kecepatan kakiku menuju suara. Ah sial, didepan dan samping panggung sudah
dipenuhi banyak penonton. Alhasil aku harus sedia untuk mendangak dan berjinjit selama
acara berlangsung. Ada rasa sedih dalam hati karna Iqbaal yang aku idolakan melebihi kedua
member yang lainnya tidak hadir, ya aku sudah tau itu karna iqbaal sedang berada diluar
negri, ia mendapatkan pertukaran pelajar ke USA. Tapi tak apa. Untuk kebaikannya.
Teruskan lah.
Eh apa aku tidak salah liat? Dari postur tubuhnya, cara ia berjalan, dan yang lebih
menyakinkan ialah seragam batik yang ia pakai. Aku kenal betul seragam yang dikenakan
oleh perempuan yang sekarang berada diatas panggung dan sedang bersiap untuk berpose
bersama pemeran ACDS. Aku sebal. Aku cemburu. Aku iri. Kenapa harus dia yang ditunjuk
untuk berfoto bersama? Kenapa harus ka Via? Kenapa harus kaka kelasku sendiri? Kenapa
tidak oarng asing saja? Jujur jika orang asing yang disana pasti aku tidak seiri ini.
Saat ini juga aku ingin pulang saja. Untuk apalagi aku berada disini. Berada paling
belakang. Tidak kebagian tiket. Dan yang paling ku irikan, `aku tidak seberuntung ka Via.
Aku ingin pulang.
“Lisa, makan yuk?” ajak Billa padaku saat acara meet and great sudah selesai. aku
mengiyakan. Kemudian aku dan Alin duduk menunggu Billa yang sedang memesan
makanan.
“Gak ada yang berkesan Lin” ucapku lirih kepada Alin.
“Tapi kamu senang kan bisa ketemu mereka?” ku jawab hanya dengan anggukan. Tiba-tiba
Billa datang dengan nampan yang berisi penuh.
“Jadi, yang tadi itu kaka kelas yang kamu ceritain Lis?”
“Iya Bill, dia beruntung banget ya” sambil meminum es yang hampir habis kita bertiga terus
berbicara, membicarakan ini dan itu.
Makan sudah selesai, aku, Billa dan Alin akan segera pulang, tapi aku mengajak Billa
dan Alin untuk mampir sebentar ke bioskop, siapa tau disana masih ada pemeran ACDS.
Bioskop berada di lantai 2.
“Lisa! Kita naik lift aja yuk?” ajak Billa.
“Em.. oke”
3 menit menunggu lift yang tak kunjung terbuka. Aku tidak suka membuang-buang waktu.
“Billa, naik eskalator aja deh. Lama nih” ucapku yang sudah tidak sabar menunggu
“Iya nih kok lama ya” kata Alin
“Ih.. Tunggu dulu bentar. Aku pengen nyobain lift ini” pinta Billa yang ingin memakai lift
ini. Kabarnya lift ini baru. Kalau tidak salah baru 1 tahun. Yang lebih menantang yaitu; lift
ini transparan.
1 menit aku masih berdiam diri didepan pintu lift. Tiba-tiba lift turun secara perlahan. Betapa
mengejutkannya saat aku mengetahui orang yang berada dalam lift tersebut. Cathlin! Ya aku
melihat Cathlin berada dipojok kanan lift.
“Cathlin!! Itu Cathlin!!” ucapku histeris sambil memukuli 2 temanku yang berada disamping
kanan dan kiri. Pintu lift membuka dan memperlihatkan isinya dengan jelas. Benar saja yang
ku lihat itu adalah pemeran ACDS. Kulihat Aldi yang keluar lebih awal, aku tidak bisa diam
saja. Ku kejar saja Aldi dan kuraih saja tangannya. Dia memakai kacamata hitam yang tidak
bisa kutembus. Aku tidak bisa melihat langsung matanya sang sipit.
Bang kiki! Ku lepaskan tangan Aldi dan menghampiri bang Kiki yang berada di belakangku.
Tangan bang Kiki hangat. Berbeda dengan tanganku yang sangat dingin ini. Bang Kiki
menatapku dan teresenyum ramah. Aku suka cara ia memperlakukan fansnya. Waktu
berhentilah sejenak! Namun tiba-tiba ada tangan yang merampas tanganku dari bang Kiki
dengan paksa.
“Eh sudah! Sudah! Jangan berisik nanti yang lain bisa mendengar” ucap satpam memarahi
aku dan yang lain karna terlalu histeris dan bising. Setelah mendapat bentakan tersebut aku
langsung mematung. Seketika aku ingat mereka pasti akan pulang. jika mereka pulang tidak
ada lagi yang bisa ku lihat. Jika tidak sekarang, kapan lagi aku akan bertemu dengannya.
Setelah itu aku langsung lari secepat yang ku bisa, mengejar mereka yang sudah jauh dari
penglihatanku karna terhalang oleh satpam.
Aku berlari menerobos pak satpam yang menyebalkan. Maaf karna aku tidak sopan
mendahului yang lebih tua. Eskalator berjalan kebawah menuju basement, aku berlari walau
eskalator tidak mati.
Hap~ ku raih lengan bang kiki
“Abang, mau minta tanda tangan bang Kiki, tapi pensilnya ada didalam tas” rengekku
layaknya anak kecil sambil menarik-narik lengan bang Kiki
“Iya.. iya ditungguin” ucapnya dengan ramah
Tunggu? Dia bilang apa? Di tungguin? Apa aku tidak salah dengar?
Aku langsung berjalan beriringan dengan bang Kiki. Tiba-tiba pak satpam mencoba
menghalangi lagi. Ah pak satpam tolong izinkan aku untuk berbahagia
Dengan tidak sopan aku langsung berjalan kedepan menuju mobil dan memasukan tasku
kedalam mobilnya. Maaf.
“Eh kamu itu, ini tas nya turunin dulu!” bentak pak satpam yang melihat tingkahku.
“Sebentar! Aku mau mengambil kotak pensilku dulu!” ucapku dengan nada tinggi. Kuraih
kotak pensil dan mengambil sepidol dengan asal. Spidol berwana biru yang beruntung ku
dapatkan. Ku berikan novel yang kubeli secara tidak sengaja setelah makan beserta spidol
kepada bang Kiki yang berada di dalam mobil.
“Ini pegang dulu tasnya!” ucap pak satpam kepadaku. Ku raih tasku yang entah kenapa
sudah berada di tangan pak satpam itu.
Tanda-tangan selesai, dan bang Kiki pamitan kepada semua orang, termasuk kepadaku,
mobilnya melintas dengan tujuan pulang. aku masih berdiri mematung menatap kepergian
mereka, seketika ku rasa ada tangan yang menyentuh pundakku. Alin dan Billa. Aku baru
menyadari ternyata mereka berada dibelakangku bersama orang-orang yang lain juga
menyaksikan aksi ku yang konyol tadi.
Tak terkira ternyata setetes air mata ku terjatuh karna haru melihat novel yang berisi oleh
coretan tanda berwarna biru di halaman awal.
“Lin? Aku juga beruntung Lin!” ucapku kepada Alin yang sudah memelukku. Sedangkan
Billa sedang sibuk mengabadikan coretan biru yang berada di halaman awal novelku.
“Bill, maaf yaa tadi ditinggal”mengingat aku yang meninggalkan Billa pada saat didepan lift
“Iya gapapa, tadi masa aku kayak orang ilang tau. Kok orang-orang pada lari-larin ternyata
ngejar-ngejar artisnnya hahaha” kata Billa.
“Eh tau gak masa tadi aku ngalangin pak satpamnya yah biar gak bisa dapetin kamu Lis,
sampe aku nabrak tong sampah yang di samping lift masa!” jelas Alin.
“Duh.. maaf yaa ngerepotin banget yaa aku.. tapi makasih banyak loh.. udah mau-“
“Iya gapapa yang penting kamu senang kan? Gak iri lagi kan?” ucap Alin yang memotong
perkataanku.
“Sekali lagin makasih yaa” ucapku lagi kepada mereka berdua.
Akhirnya aku pulang dengan rasa yang bahagia. Rasa iriku terhadap ka Via sudah
tergantikan. Terimakasih Alin. Terimakasih Billa. Ini akhir cerita yang bahagia. Akhir Cerita
Yang Kusuka
NAMA : M. BUKHORI MUSLIM

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : KEBERSAMAAN KU BERSAMA KALIAN

“Boy, kamu pulang gak minggu ini?” Teriak seseorang. Reflek aku langsung mencari sumber
suara itu. “Eh kamu Di, iya aku pulang. Kamu gak pulang?” Tanyaku balik. “Minggu ini aku
gak pulang, baru aja pulang kemarin aku. Terus balik kesini lagi hari apa?” “Selasa, kan aku
senin gak ada jam, jadi aku balik selasa pagi” “ Wih enak ya, berarti bisa buka pertama di
rumah dong.” “Insya Allah di rumah.”

Buka puasa di rumah, iya bener karena beberapa hari lagi sudah masuk bulan puasa. Puasa
tahun ketiga aku yang aku lewati tanpa keluarga. Jadi kalau ada waktu luang sedikit aku
langsung mengambil kesempatan tersebut. Ada yang tahu kenapa tiga kali puasa aku gak
bersama dengan keluargaku? Iya betul, aku sedang dalam masa pencarian ilmu agama di
Pondok Pesantren DARRUL AQREEM .

“Kamu balik lagi kapan Boy?” tanya seorang laki-laki paruh baya padaku. “Selasa, senin
soalnya kosong.” Jawabku singkat. “Berarti puasa pertama di rumah dong?” “ Iya puasa di
rumah, Alhamdulillah tahun ini bisa.” “Kakak gak kesini yah? Tumben dia gak dateng. Apa
gara-gara ayahnya pulang ya?” lanjutku. “Emang ayahnya pulang?” tanya ayah penasaran.
“Iya ayahnya pulang, kemarin pas aku mau pulang kan bilang sama beliau kalau aku pulang
sabtu, beliau katanya pulang jumat sore.” Penjelasanku. “Wah ya udah pasti dia gak kesini,
kan ayahnya pulang” kata ibu yang menguatkan perkiraanku.

Keesokan harinya aku ke rumah nenek untuk kangen-kangenan, maklum udah lama gak
pulang ke rumah jadi kangen. Tapi udah kebiasaan juga sih setiap aku pulang ke rumah pasti
aku nyempetin ke rumah beliau.
“Ngapa nek, masak?” tanyaku santai. Bukan berarti aku gak sopan sama beliau ya. Ini karena
udah kaya temen sendiri saking akrabnya aku sama beliau. “iya ini lagi masak. Lah kapan
kamu pulang?” dengan wajah gembira. “Kemarin siang nyampai rumah.” “Kenapa gak kesini
tadi malem.” “ Gak, capek aku, jadi langsung istirahat kemarin.” “Oh, tungguin ya sampai
matang masakannya nanti makan bareng.” Pintanya padaku. “Ok siap bos.” Jawabku dengan
hormat.

“Kayanya kakak tuh kesini ada suara mobil soalnya.” Kakek memberi tahu kami. “Coba deh
tak lihat.” Jalan ke depan rumah

“Hai Bang Boy, assalamualaikum.” Turun dari mobil langsung memelukku. “Hai kak,
waalaikumsallam. Sama siapa aja kak rame banget?” “Ini temen-temenku, ini Kiki yang ini
Kiko.” Menunjuk ke arah temen-temennya. “Lah adek mana kak?” “Tuh sama ayah.”
Menunjuk kearah ayah dan adiknya yang baru ke luar mobil.

Hari berikutnya kakak datang ke rumahku dengan adik dan mamahnya. Kami bermain
bersama, melepas rindu lama tak bertemu. Waktu tidak terasa sudah mulai gelap. Kakak tetep
saja gak mau pulang. Dia ingin menginap disini, dirumahku. Ini hari pertama kami puasa, dia
betah puasa hari ini. Saat adzan magrib berkumandang kami sangat senang dan mengambil
makanan untuk berbuka.

Di meja makan hanya ada 3 kursi yang biasa aku duduki bersama dengan kedua orang tuaku.
Karena kakak ada disini aku mengalah untuk makan sendirian di depan TV.

“Anak sendiri malah kaya anak tiri” kata ayah dengan nada bercanda. “Siapa pak dhe?” tanya
kakak sama ayahku. “Itu Bang Boy, kaya anak tiri makan sendirian di luar, heheeh.”
“Hahahaha Bang Boy jadi anak tiri, aku yang jadi anak kandung hore.” Celoteh kakak
dengan gembira. “Berarti adek jadi adekku dong, kakak gak punya adek, hore.” Sahutku
dengan bercanda. “Gak adek tetep adekku, Bang Boy sendiri.” Bercandaan kami saat berbuka
pun selesai. Kakak, ayah, ibu dan aku menuju mushola dekat rumah untuk sholat berjamaah.

Satu jam berlalu, kami menuju mushola lagi untuk tarawih bersama. Sepulang dari tarawih
kami melanjutkan mengobrol, canda tawa hingga lupa waktu. Jam sudah menunjukkan jam
10 malam waktunya kami untuk tidur. Di keluarga kami ada aturan, setiap jam sudah
menujukkan jam 10 maka itu artinya kami harus segera tidur.

Suara lagu jadilah legenda dari superman is dead berbunyi pertanda jam 3 pagi, ya benar itu
suara alarm dari hp ku. Aneh memang, tapi itulah kenyataannya. Aku, ayah dan ibu bangun
untuk menyiapkan makan sahur. Kakak masih terlelap dalam tidur. Aku mencoba
membangunkan tapi gagal. Giliran ayahku yang membangunkan. Beliau menggelitiki perut
kakak, dan mencoba menarik badannya untuk bangun. “Kak ayo bangun sahur, besok biar
kuat puasanya. Bang Boy dan bu dhe sudah bangun tuh udah dibuatin susu.” “Ya kakak cepet
bangun susunya tak habisin lo” lanjutku menggoda. Dengan digendong oleh ayah dia mulai
membuka mata dengan malas-malas. Ditaruhnya kakak diruang tv. “Ayo bangun, cepet
matanya dibuka susunya tak habisin lo.” “ Jangan” teriak kakak. “Ya udah makanya cepet
bangun kita makan, habis itu minum susu.” “siap boss.”
Selesai sahur aku siap-siap untuk berangkat balik ke Salatiga, tempat aku menuntut ilmu.
Ayah melanjutkan untuk membaca Al-Quran, dan ibu menemani kakak yang tertidur. Setelah
jam 6, aku mulai perjalanan ku untuk balik ke Salatiga. Tidak lupa untuk pamitan sama kakek
nenek. Ada yang tahu kenapa aku berangkat sepagi ini? Pasti kalian mikirnya biar cepet
sampai dan gak kejebak macet kan. Ya itu benar tapi itu alasan yang kesekian, alasan
utamanya adalah agar si kakak tidak melihat kepergianku. Kalau dia lihat bisa-bisa aku gak
jadi pergi. Jika ditanya alasannya sih gak mau pisah sama aku, heheheh berarti aku termasuk
ke dalam kategori kakak yang baik ya heheheh. Entah kenapa walaupun kami tidak kakak
adik kandung tapi kami sangat deket. Aku beruntung dengan adanya itu. Dia bisa menghibur
kedua orangtuaku yang hanya sendiri dirumah karena aku tinggalkan. Maklum aku kan hanya
anak tunggal jadi ketika aku sudah pisah dengan orangtuaku dengan alasan menuntut ilmu itu
mereka kesepian.

Entah kenapa aku gak punya adik. Katanya sih ibuku sudah gak bisa lagi untuk mengandung.
Tapi sebenarnya sih yang aku harapkan bukan pengen punya adik, tapi aku pengen punya
kakak laki-laki. Karena menurutku punya kakak laki-laki itu bisa melindungi adik-adiknya,
apalagi adik perempuannya pasti sangat-sangat dilindungi sangat disayang, diperhatikan,
kalau diajak curhat pasti nyambung apalagi soal cowok, dan satu lagi pasti kita punya
kenalan cowok banyak karena gak mungkin kan kakak kita gak punya temen cowok banyak.
Jadi yang punya kakak laki-laki bersyukur ya jangan diajak berantem mulu.

# Hadiah terindah yang diharapkan seorang ibu adalah keutuhan dan kebersamaan keluarga.”

“Keluarga adalah satu-satunya tempat kita belajar tentang arti sebuah kebersamaan.”#

*THE END*
NAMA : M. ARIF WIDHAYANTO

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : HAPPY ENDING

Gue tatap nanar sebuah album foto dengan sampul hijau muda di halaman depan dan
sampul hitam di belakangnya. Keliatan kotor kusam dan berdebu banget. Perlahan jari-jemari
yang lancip ini meraba tiap tiap bagian dari album ini. Membekas noda noda di balik tangan
gue. kemudian gue buka lembar per lembar . di setiap potretnya gue pandangin satu demi satu
yang bikin gue inget akan masa masa itu. Gue berpijak pada saat itu. Masa lalu paling gokil,
SMP.

Kring! Kring! Bel sekolah gue bunyi. Kenalin, nama gue AL, Inilah kita biar dikata
bandel tapi nggak pernah telat. kaya halnya di sekolah-sekolah lain, Gue, abud, uye dan rizal,
punya geng yang namanyaNinety Eight. Pentolanya dari beberapa skutu sekutu geng di
sekolah gue pada saat itu

“Ehm.. Pagi semuanya.” Sapa seorang perempuan yang memasuki ruang kelas kami, Bu Indri
guru kami yang mengajarkan pelajaran sejarah.

“Yah, BT banget gue sama pelajaran dia mah.” Katague berbisik sama abud, uye, rizal.

Awalnya sih gue semangat ikutin pelajaran initapi lama kelamaan kata kata yang di
ucapin bu indri malah bikin Susana hati gue ga mood. Akhirnya tanpa sadar, mata gue
tertutup dan gue tenggelam dalam alunan syahdu ocehan bu indri yang membuat gue pulas di
meja kelas, akibat pelajaran sejarah yang menurut gue nge bosenin bt gue jadinya, bikin
jenuh dan sejuta alasan lainnya yang bikin gue unytuk memutuskan untuk tidur. Gawatnya,
sebelum gue pulas tidur Bu Indri udah ngeliat gue dan menegur untuk menggagalkan rencana
tidur gue, sorakan teman-teman pun terngiang di telinga gue. Dan gue sebagai cowok paling
cool di kelas hanya memasang ekspresi stay cool saja seperti tidak ada kejadian apa-apa.

Galama setelah itu Bu Indri izin ke luar sebentar dari kelas bersamaan sama salah satu
teman sekelas gue yang sering kita jadiin bahan bully-an, yang mati gaya, nggak peduli gaya,
semua kancing baju dimasukin, pake kacamata gede, gak suka diganggu, suka diam tanpa
kata, pergi atau jalan-jalan sendiri, itulah dia teman culun kita, Rully.

“Eh eh kita kerjain tuh anak yuk?” kata gue mengajak kawan kawan lainya.

“Kerjain apa?” Jawab abud yang masih terus ngeliatin hp nya tanpa henti

Gue mikirin panjang dan lebar buat nemuin cara buat kerjain si culun dan akhirnya gue pun
mempertegas rencana gue. “Ayo udah ikutin gue aja.”

Akhirnya Abud, Uye, dan Rizalngikutin perintah gue dan mengikutin ke mana arah
Rully pergi dari belakang. Ternyata dia pergi ke toilet yang agak jauh dari ruang kelas gue.
“zal, gue punya ide bagus nih.” Kata Abud kepada kita bertiga sambil mengulurkan
kepalanya yang mendekati menandakan bahwa ia akan membisikkan ide tersebut.

“Ide bagus zal, ah kadang lo pinter juga.” Kata Uye sambil nyenggol badan Abud.

Gue, Uye dan si Rizalngikutin aturan permainan Abud bahwa ketika nanti si Rully ke luar
dari toilet itu Uye akan ngguyurkan air tersebut pas pada waktu bocah culun itu ke luar dari
toilet.

“Oke sekarang, satuuu, duaa, tii…gaaa!!”

Byuurrr!!!

“Mati gue..” Dengan spontan Uye langsung menjatuhkan ember yang berisi air tadi.
Ia terkejut dengan apa yang dia liat di depannya. Salah sasaran. Salah tujuan. Salah nembak.
Salah orang. Salah, salah, dan s-a-l-a-h. Ya, kita berempat salah mengguyukan air itu tepat
pada Rully, tapi yang kita siram pake seember air itu kepada guru sejarah kita, Bu Indri.

Gue, Abud, Uye, dan si Rizal langung lari abis kejadian ini. Gue cuekin teriakan Bu
Indri yang menggelegar itu sambil menyebutkan nama kami berempat. Rasanya aku ingin
menyebur ke sumur atau bungee jumping dari menara Eiffel tanpa tali pengaman.

Dari kejadian ini, kita berempat dipanggil ke ruang kepala sekolah dan berhadapan
langsung dengan kepala sekolah. kita berempat jalan ke ruangan itu dengan saling tatap.
Sampai di sana.

“Kalian ini gimana sih, kalian itu udah kelas 9. Seharusnya belajar yang bener, yang
rajin buat UN nanti. Gak kayak gini malah main-main. Balik lagi aja ke SD kalau masih mau
main-main lagi. Jangan cuma status “GENG” aja yang buat mengeksiskan nama kalian, tapi
yang harus kalian tonjolkan di sana itu adalah prestasi dari anak-anak “GENG” yang
baik.Pake waktu kalian ini sebaik mungkin, biar kedepannya nanti gak nyesel. Masih ada
beberapa bulan lagi waktu kalian belajar di sini, jangan kalian sia-siain. Saya gak mungkin
ngeluarin kalian dari sekolah ini, karena kalian ini udah kelas 9. Ubah sikap buruk kalian itu.
Kalau kalian nggak ngerubah sikap itu saya nggak akan meluluskan kalian. Buktikan pada
saya kalau kalian nanti bisa lulus dengan nilai UN yang memuaskan. Mengerti kalian?” Kata
kepala sekolah panjang lebar kepada kita berempat.

“Ngerti pak.” Balas kita menjawab dengan kompak sambil menundukan kepala diiringi
tangan yang berada di depan membentuk huruf V.

Sebagai hukuman dari kejadian ini, kita berempat akhirnya diberi hukuman
ngebersihin toilet sekolah. Dengan penuh emosi dan rasa kecewa, waktungejalanin hukuman
cuma keheningan yang ada di antara kita. Kerasa beku diantara kita berempat. Kebisuan yang
semakin mengiris keretakan di antara kita jadi semakin dalam. Dan akhirnya.

“Bud, semua ini gara-gara lo. Kalo aja kita gak ngikutin si culun itu ke toilet kita gak bakal
kayak gini.” Kata Rizal memulai perbincangan.

“Iya Bud, semua karena lo nih. Kalau kita gak dilulusin gimana? Emang lo bisa berbuat apa
sama kita-kita?” Tambah Uyecuman gue aja yang diam.

“Ini kan SMP, seneng-seneng aja dulu.” Balas Rizal seakan-akan dia cuma ngomong bahwa
harga semangkuk bakso itu lima ribu perak.

“SMP, SMP, mikir Bud mikir.” Ujar Uye dengan kesal.

Setelah kejadian itu akhirnya Mereka semua temen-temen gue ngejauihn gue gitu aja.
Ketika gue berusaha ngedeket, mereka malah ngejauhin gue. Sering gue usaha kaya begitu,
tapi hasilnya sama saja tetep nihil. Sekarang ini cuma satu yang ngeggambarin suasana
hatigue: sepi. gue sangat menyesal atas kejadian itu. Dengan males-malesan dan ga
bersemangat. gue mengaduk kembali es tehnya. Memandang butiran-butiran gula yang belum
larut, nyebar di antara es batu dalam gelas itu. Gue terhanyut dalam lamunan di meja kantin
sendirian. Tapi tiba-tiba seseorang menepuk pundak gue dari belakang.

“Hei Al, sendirian aja lo. Terus ngelamun lagi. Hati-hati kesambet loh.” Ucap Syifa
sama gue diiringi senyumnya yang manis seperti rasa dari es teh yang lagi di minum sama
gue tadi.

gue agak kaget, gue tatap Syifa sekilas, tapi gatau kenapa guengerasa degupan jantung
ini kenceng banget. Ditambah lagi ngeliat senyumnya Syifa yang menawan udah bikin gue
sampe gak karuan. Gue ngerasa sebentar lagi gue bakalan kejang-kejang. Maka gue
memutusin untuk nunduk aja. Daripada gue kena serangan jantung di sebelah Syifa? Malu
banget gue, mati muda di samping seorang permaisuri hati gue. Berbicara soal Syifa, Syifa
itu adalah orang yang gue suka dari pertama kali gue masuk kelas 7 dulu. Jadi selama dua
tahun lebih ini gue cuma bisa terpana dan mengagumi Syifa dari jauh. Tapi sekarang? Sejak
kita berdua sekelas, gue kenal dia lebih jauh dan begitupun dia ke gue.

“Hehehe, iya nih.” Balas gue dengan singkat.

“Biasanya lo ke sini bareng anak-anak GENG lo. Kok sekarang ini gue perhatiin lo jarang
banget main sama mereka. Ada apa? Cerita-cerita dong Al..” Tanyanya.

“Wah jadi selama ini lo merhatiin gue Syif?” ngedenger kata-kata kaya tadi ,malah bikin pipi
gue semakin berwarna dengan rona merah.

“Yee, geer banget lo. Udah cerita dong, penasaran nih…” Ujarnya.

Akhirnya gue ceritain semuanya dari awal sampai skrg. Dan dia Ngasih gue saran
untuk ngedeketin lagi dan minta maaf sama mereka. gue pun mengiyakan saran dari Syifa.
Setelah itu, gue mengakhiri perbincangan guesamaSyifa di kantin. Waktu itu gue langsung
tancap gas nemuin mereka bertiga. Waktu gua berhasil mencari mereka, awalnya mereka
terus ngejauhin guedang a mau dengerin omongan gue. gue berusaha ngedeketin mereka dan
minta maaf sama mereka, dan akhirnya mereka bertiga mau maafin gue. gue tersenyum lega
waktu mereka mau maafin gue. ga lupa waktu itu jugague sama sahabat gue ini, minta maaf
sama guru kita, Bu Indri yang kita guyur seember air. Juga sama si Rully yang kita sering
jadiiin bahan bully-an.

Sejak saat itu kita berempat janji untuk mengubah sikap buruk kita menjadi yang
lebih baik. Belajar, belajar, dan belajar serta fokus samaUN. Gak lupa kita iringi dengan doa
serta juga restu dari orangtua untuk mencapai tujuan dan cita-cita kita masing-masing. Dan
waktu nya tiba, hari dimana kita semua mengikuti ujian dengan penuh ketegangan dan
akhirnya perjuangan kita ga sia-sia, semua lulus UN dan berhasil dapetin nilai yang
memuaskan.

gue tutupkan album foto itu sambil tersenyum ngeliat kisah-kisah gokil gue di SMP
dulu yang pernah gue alami selama di SMP waktu itu. gue sangat kangen banget sama
mereka. Kini. Kini gueudahjadisuami dari Syifa, teman SMP gue dulu. Dia yang bikin gue
jatuh cinta padanya, yang dulu gue gila-gilakan, yang menurut gue adalah bintang yang selalu
menggantung di antara galaksi, selalu bersinar meskipun malam ga pernah menawarkan
kehangatan, yang entah sejak kapan perasaan sederhana itu tumbuh begitu aja seiring
berjalannya waktu.

Sampe akhirnya gue udah bersamanya sampai hari ini. Hari ini, adalah hari gue dan
Syifabaklan ngedatengin acara reuni SMPkita di sebuah tempat. Saat sampai di sanaGue,
Abud, Uye dan si Rizal saling berpelukkan. Pelukan yang ngewakilin perasaan rindu atas
kebersamaan kitaberempat. Perasaan itu meluap dengan saling berbagi cerita-cerita di masa
itu tentang kisah-kisah gokil kita di masa SMP.
NAMA : MYWIN NURLELA

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : JODOH DARI AYAH

Pertanyaan itu pun kembali lagi datang, bersama angin dimalam hari. Hati gundah dan
selalu bertanya-tanya. Mengapa ia ingin dijodohkan dengan ku? Sedangkan aku hanya
seorang tukang ojek online pekerjaan belum menentu, yaah.. walaupun setiap hari aku
mencari kerja di koran koran yang setiap harinya aku beli dipinggir jalan, kukirim biodata
biodataku! Dan sampai detik ini pun tak ada surat yang muncul untuk membalas biodata yang
aku kirimkan.

Lagi-lagi aku bingung dengannya dia sama sekali belum pernah melihatku dan
akupun sebaliknya, sering kali aku lihat foto wanita itu foto calon jodohku yang diberikan
ayah untukku. Dia cukup cantik mungkin sholeha untukku, mataku tak kuat untuk bertahan
untuk memikirkan calon jodohku itu yang belum pernah aku temui sebelumnya. Lalu ku
terlelap tidur.

Keesokan harinnya aku pulang kerumah orang tuaku, dan aku ingin mencari tau
tentang siapa ia, dan mengapaia ingin dijodohkan denganku,aku bertekad untuk mengujungi
tempat ia bekerja. Tapi aku bingung dengan siapaaku mengunjungi kantornya apa aku harus
sendiri untuk mencari tau calon jodohku itu. Apaaku harus dengan andi sahabatkecilku itu?
Tapi itu tak mungkin jika aku menceritakan ini pasti ia mentertawakan ku karena tak
mungkin aku langsung menikah, pacaransaja aku tak pernah, mengenal perempuan apalagi-
__- Sudahlah aku bertekad untuk mencari tau tentang siapa ia. Disalah satu kantor yang
cukupterkenal dan ditempat itu ia bekerja.

Aku berangkat dari rumah menuju kantor calon jodohku itu dengan motor yang tua
ini, akuparkirkan motorku dan ku duduk diatas motor tuaku itu, kulirik lirik ditempat itu
rasannya ingin ku bertanya tapi nanti aku ketahuan bahwa aku mencari tau tentang
ia.Yasudahlah aku menunggu saja eh bagaimanacara aku untuk menunggunya sedangkan aku
taktau cara aku untuk menunggunya,aku belum tau wajahya seperti apa ? bahkan
bentuktubuhnya akupun tak tau. Dalam hatiku berkata “Sudahikah penantianku untung
mencari tau dia dikantornya itu, tanpahasil apa apa?.

Disuatu ketika adasosok perempuan yang keluar dari pintu masukitu, perempuan yang
menggunakan kerudung merah cukup panjang sangatcantik dan benar benar cantik , dan
mulai mendekatiku lalu bertanya

“Apakah kamu Ali yang dijodohkan ayah untukku? Wajahmu sangat mirip dengan
foto yang berikan ayah untukku”

“yaah, aku ali!” Ali membalik tanya kepada wanita itu “Apakah kamu juga fatimah
yang calon istriku hehe”
“iya aku fatimah calon istrimu hehe, sudah yah aku tak enak berdua duaan di waktu
yang lama”

“Yasudah maafkan aku telah mengganggu kerja mu”

“yah takapa! Nanti malam kamu kerumah ku untuk makan malam bersama orang
tuaku”

“Hah, aku kerumah mu? Yasudah gimana nanti malam ya”

“iya aku tunggu! Assalamu’alaikum “

“Waalaikumsalam warokhmatullah wabarokatuh”

Dia mulai kembali bekerja, dan aku disini memikirkan soal perkataannya mengajaku
untuk makan malam dirumahnya dengan orang tuannya, aku kembali pulang kerumahku aku
langsung menuju ke kamarku untuk beristirahat.

Lagi-lagi aku memikirkan soal ajakan fatimah, dengan siapa aku kerumahnya? Apa
aku ajak saja orang tuaku. Ah tak mungkin nanti kalau aku ajak orang tuaku pasti ibuku
membicarakan kejelekanku tentang aku yang sering meminta uang,dengannya padahal aku
juga sering memberi uang gajianku walau tak telalu banyak.

Apa dengan Andi sahabat kecilku? Yasudah aku kerumah andi saja, aku berjalan dari
rumahku kerumah andi. Tidak terlalu jauh dan mungkin hanya beberapa meter dari rumah ku
setelah datang kerumah andi dan untungnya dia sedang memain gitar, memang dia sangat
hobby bermain musik.

“Assalamu’alaikum bro”

“Wa’alaikum sallam eh baru keliatan nih ali, gimana kabar nya?”

“Allhamdulillah, eh aku mau cerita nih.”

“Cerita apa? Jangan-jangan kamu sekarang punya cewek yah? Haha alhamdulillah
kalo gitu biar ada pengalaman pacaran wkwkws”

“eh bukan gitu, tapi aku dijodohin sama orang tuaku. padahal aku pacaran juga gak
pernah, tau-tau langsung dijodohin aja.”

“hah, sumpeh loh.kalah dong aku yang pernah pengalaman pacaran tapi gak nikah-
nikah bahkan sekarang aku gak punya pekerjaan. Ah sudahlah tak usah bahas diri aku.
Mending kamu cerita aja soal perjodohanmu”

“nih yah aku ceritain, bapak aku punya temen dan punya anak cewek mereka berdua
setuju untuk ngejodohin aku sama anaknya itu. Yang aku bingung kenapa cewek itu mau
dijodohin sama aku padahal dia belum kenal aku dan pekerjaan aku belum tentu. Asal kamu
tau dia itu direktur utama dikantornya dan dia lulusan universitas luar negri sebelum diluar
negri dia sekolah dipesantren cukup terkenal lah, dan sedangkan aku? Kamutau lah
kehidupanku sejak kecil gimana”

“hahahahahahhhah yang bener kamu, dia mau dijodohin sama kamu? Terus
sebelumnya kamu udah ketemu sama calon jodohmu itu?”

“Tadi siang sih aku cari tau dia dikantornya dan pas aku cari tau ada cewek keluar
dari pintu masuk itu, Cantik lah eh pas aku ngeliat foto yang dikasih bapak aku itu mirip
sama dia, dan itu ternyata emang dia. Terus dia ngajikin ngobrol, pas mau pulang dia suruh
aku kerumahnya nanti malem. yang aku bingungin, aku kerumah dia sama siapa.gak mungkin
kan langsung sama orang tuaku, kamu tau lah omongan ibu aku sekali ngomong kebongkar
semua rahasia-rahasiaku!”

“Oh gitu yaudah sama aku aja!”

“Yakin kamu? Yaudah okeh nanti malem kerumah dia, tapi kamu jangan cerita apa-
apa atau nanya macem-macem lah”

“Haahaha insya allah kalo itu”

“Yaudah terserah pokonya nanti malem aku jemput kamu”

“Okeh!”

“Yaudah aku pulang dulu Assalamu’alaikum”

“Waalaikum sallam warokhmatulloh”

Kemudian aku kembali lagi kerumah, untuk mempersiapkan diri bertemu dengan calon
mertuaku.

Setelah aku datang kerumah fatimah dengan Andi, Andi yang menguetuk pintu

“tok, tok, tok. Assalamualaikum”

Dan ada wanita separuh baya yang membuka pintu itu, mungkin umurnya sama dengan
ibuku atau tidak ia adalah ibu fatimah

“Waalaikum salam warokhmatullah eh kamu ali yah, silahkan masuk”

Dan memang itu adalah ibunya fatimah yang menyuruh kami masuk dan dipersilahkan duduk
oleh ayah fatimah

“Iya bu, saya ali saya datang dengan teman saya andi”

“Yasudah, ibu panggil fatmah dulu”

Eh tiba-tiba fatimah datang dengan membawakan air minum untuk kami.

“Nih mas diminum” sambil menaruhkan air minum bawaannya


Andi diam-diam membisikan

“itu fatimah li? Cantik huh kenapa tidak dijodohkan dengan diriku saja hehe, kalau
kamu tak ingin dengannya tak apa untukku saja li”

“Hustttt, berisik kamu!”

Ayah fatimah mengawali pembicaaraan

“Apa kabar ibu sama bapak kamu li?”

“Alhamdulillah baik semua pak”

Eh tiba tiba Andi menyeletuk untuk bertanya kepada ayah fatimah

“Pak, kenapa bapak mau anak bapak dijodhkan dengan ali? Bapak sudah tau tentang
Ali seperti apa?”

Itu pertanyaan Andi seperti menjatuhkan kan harga diriku huh-_- bikin malu aku saja.

“Tahun-tahun lalu kami berdua ayah Fatimah dengan ayahnya Ali bertemu, memang
kami sebelumya sahabatan dari kecil. Kami berdua mempunyai rencana untuk menjodohkan
anak anak kami. Aku tau sifat Ali dari ayahnya, Ali sebenarnya orang yang memiliki sifat
malu-malu bahkan dia tak pernah pacaran bukan? Aku tau pekerjaanya hanya ojek online,
pekerjaan yang belum pasti”

“Iya itu bapak tau, terus apa lagi yang bapak ketahui tentang Ali”

“Ali iitu walaupun pekerjaannya itu belum tentu tapi setiap bulannya ia juga tak lupa
memberikan gajinya kepada orang tuannya, walaupun ia juga sering meminta uang kepada
ibunnya! Dia anak yang tak lupa ibadah bukan. Itu yang aku banggakan dari Ali. Tak apa
pekerjaan kou tak tetap asalkan ibadah jangan engkou lupakan. Soal rezeki sudah ada yang
mengaturnya yang penting tugas kita sebagai seorang hamba yang terutama”

“Oh gitu yah pak, iya memang Ali tak pernah meninggalkan ibadahnya”

“iyah, ibadahnya saja tak pernah dia tinggal gimana Fatimah hehehe, Mangkanya
bapak minta Ali untuk dijodohkan dengan Fatimah semoga Ali bisa menjaga Fatimah yah”

”Ammin semoga yah pak, Noh Ali dengerin”

Aku tertunduk malu, apa yang bisa aku katakan lagi coba aku gerogi. Mungkin aku ingin
menyelesaikan pembicarakan ini saja.

Aku lihat jam sudah pukul 10.00 wib, apa aku sudahi saja pertemuan ini, Yasudah..

“Pak, Kami pulang yah sepertinya sudah malem, takut mengganggu keluarga bapak”

“Iyasudah, terimakasih yah sudah mau menepati ajakan Fatimah’

“Iya Pak, Assalamualaikum”


“Waalaikum salam Hati-hati nak”

Setelah pertemuan aku dengaan orang tuannya, aku mulai yakin dengan perjodohan ini yang
terpenting dia mau menerima aku apa adanya yah hehe.
NAMA : NOVI ANDRIYANI PUTRI BASHIRUN

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : MENYIMPAN PERASAAN DI UJUNG PENANTIAN

Cerpen Modifikasi

Awal jadi murid putih abu-abu, gua kira akan menyenangkan hah sama aja sama kaya
jamannya gua jadi putih biru dulu. Nggak ada kesan terindah yang gua dapetin pada masa
abu-abu ini, tapi setelah gua duduk dikelas X gua udah mulai merasakan cinta. Gua termasuk
tipe orang yang mudah jatuh cinta, tapi bisa dibilang sulit melupakan cinta yang memang
seharusnya gua lupakan.

Nah, gua mulai deh cerita pada masa gua jadi generasi putih abu-abu. Kenalin aja
nama gua MAYRA biasa teman-teman gua manggil mey gua bukan cewek idaman laki-laki
soalnya gua gendut, pendek, ah pokoknya ada aja kekurangan yang nempel di diri gua. Awal
jadi generasi ini gua ngerasa hamper semua anak-anaknya asik tapi gua salah, ternyata
semuanya bersaing demi mencapai nilai yang sempurna. Gak salah ada kecurangan terselip
diantara nilai-nilai sempurna tersebut bahkan gua hampir ngerasa nggak ada temen yang siap
ngebantu gua, ngehibur gua, pada akhirnya dikelas X, gua ketemu sama sahabat gua waktu
jamannya jadi generasi putih merah sebut aja namanya Muafifah, gua biasa manggil dia fifah.
Lumayan asik orangnya diajak ngobrol, sampe masalah cinta pun terkadang dia yang bantuin
gua.

Pertengahan tahun kelas X, gua sempet dibuat cemburu sama dia lantaran dia deket
sama kakak kelas yang gua suka, kakak kelas ini adalah teman masa kecil gua yang emang
udah lama banget ngga ketemu, sedih banget pas gua liat handphone nya ada pesan yang
terkadang isi pesannya semua dari kakak kelas itu. Gua nangis di depan kelas gua ditemenin
sama Neni, setelah gua certain panjang lebar tentang masalah gua, dia datang dengan muka
polosnya sambil nanya, “ mey lu kenapa?” sepontan gua hapus air mata gua sambil ngomong
“gapapa” sambil terus menetesnya air mata gua, dia terus maksa nanya “lu kenapa? Apa gara-
gara gua smsan sama si kakak?” jawab mey. Gua terus ngelak sampai-sampai Neni turun
tangan dan akhirnya dia yang jawab “dia sedih karena diomelin terus sama bokapnya”
bohong Neni. Setelah insiden itu gua lupa apa lagi yang terjadi soalnya gua nggak mau
nginget-nginget masa lalu itu karena betapa menyedihkannya.

Kenaikan kelas udah di umumin,ternyata gua sekelas lagi sama fifah,betapa


senengnya gua ga terpisah sama dia.nah mulai dikelas XI inilah gua merasakan cinta lagi
dengan seorang cowo yang berbeda sebut aja namanya SIGIT.SUGIARTO, dia emang udah
terkenal di sekolah gua,entah apa yang membuat dia terkenal sampai-sampai gua juga gak tau
kenapa gua bisa suka sama dia.Awal semester emang rasa itu belum terlalu besar,tapi setelah
lambat laun gua ngerasa perasaan gua ke dia makin lama makin besar.Masih belum berani
bilang kalau gua suka sama dia .Waktu senggang gak ada guru biasanya gua
main,ngobrol,atau buka netbook hanya untuk sekedar browser entah facebookan atau
tweeteran.Tapi hari itu beda,jam terakhir emang jarang ada guru yang masuk yaaah maklum
lah udah jam jamnya orang yang beraktifitas,gua main permainan yang entah apa namanya
gua lupa,hukumannya yang pertama ialahnembak lawan jenis,setelah lama bermain kita ganti
hukuman tentang kejujuran naah mulai saat itu perasaan gua terbongkar sama RIKI,dia
bukanlah orang yang pertama tau,sebab yang pertama tau itu sahabat gua Fifah,setelah fifah
ada indra yang tau masalah tentang gua.kejebaklah gua dengan permainan itu ‘yah pada
akhirnya dia pun akan tau perasaan ini’bisik gua dalam hati.

Hari berganti hari,waktu berganti waktu gua jalanin dengan kesengsaraan hati gua
memendam rasa ini, pada hari sabtu jarang banget guru masuk,gua duduk di teras kelas
sendirian karena pada saat itu semua teman gua pada asik dengan kesibukannya masing-
masing, tiba-tiba sigit dateng terus duduk di samping gua dan tanpa basa basi lagi dia
ngomong “may lo suka kan sama gua?” ya allah kesambet apa dia bisikku dalam hati lalu aku
menjawabnya dengan gugup “gu...gu...gua, suka sama lo? Yaa engga lah “ “haduuh mayra
udahlah juju raja” entah apalagi yang di ucapkan yang jelas gua kaget dan gua lupa apalagi
yang dia ucapkan setelah kalimat itu. Hari R.A kartini tiba banyak waktu yang gak gua punya
karna emang gua ikut berpartisipasi dalam acara tersebut sebagai pengurus OSIS, jadi banyak
hal yang gak bisa gua lihat apalagi liatin dia yaaah setelah acara itu ada lagi event
HARDIKNAS lumayan banyak waktu yang gua lewatkan bersama dia, meskipun ga
langsung. Seperti biasa hari demi hari gua lalui tanpa dia tau bahwa gua tetep suka dia
meskipun dia ga pernah tau. Pertandingan futsal(cewe) hampir dekat gua berjuang sebagai
kipper kelas. Banyak waktu juga yang gua alami bareng dia, dari mulai latihan di sekolah
sampai latihan di luar sekolah, saat sparing pun dia tetap ada meskipun ga sepenuhnya dia
ngelatih gua.

Saat pertandingan di mulai tim futsal (putra) di diskualifikasi di karnakan ada


kesalahan fatal yang membuat tim lawan harus dibawa ke klinik terdekat dan sigit yang
terluka parah pada tangannya, gua gak mau terlalu deket sama dia,soalnya gua takut dia tau
perasaan gua yang sebenarnya. Sedih rasanya pas gua tau kalau dia punya yang namanya
ANI karna memang nama itu ga begitu asing menurut gua,cewe itu adalah teman satu
angkatan gua waktu SMP dulu. Ada juga mantannya yang saat ini satu kelas sama dia
namanya NITA,duuuuh makin down aja nih.

Akhir kelas XI gua temen-temen dan walikelas XI IPA 2 pergi kedaerah bogor (kebun
raya bogor) disana kita semua mengadakan aneka permainan, salah satunya permainan
kejujuran disitu kita di suruh jujur mana yang orang kita suka mana juga orang yang kita
benci, setelah bergantian tibalah saatnya gua,sialnya gua di permainan itu di jebak sama riki,
gua “kalau gua mah suka sama semuanya,kalau masalah benci mah ada aja sih” Riki “alaaah
may, juju raja sih ada kali yang special mah?” aaaaaah gua di jebak lagi (bisik gua dalam
hati) gua “ga ada kok” pucat langsung muka gua,aaaah gua kena mulu nih!! Selesai acara itu
kita semua makan dan bergegas pulang

Daftar ulang pun tiba, gua dapat kelas XII IPA 1 aaaaaah bete setelah gua tau gua ga
sekelas sama sohib gua, lebih bête lagi gua malah sekelas sama sigit “aaaaah bête ga bisa
move on dech” teriak gua di depan kelas. Fifah berusaha nenangian gua ”udah pindah kelas
aja yuuuuk biar kita sekelas lagi”, kata fifah, gua jawab “aaah maunya sih gitu tapi ga bakal
bisa sih”. Hari demi hari gua jalanin di kelas XII ini,banyak hal yang ga bisa gua lupain
tentang kenangan kelas XI dulu terutama tentang sigit. Dikelas XII ini belajar gua ga focus
fikiran gua terus-terusan menuju ke sigit.”bête,,, kenapa sih Cuma dia yang bikin gua kaya
gini,nangis tiap hari bête,bête,bête,beteeeeeeee!!” ucap gua di kamar.”dasaaaaaar tuh cowo
udah bikin air mata gua kering kaya gini!!” amarah gua terus melonjak dengan di iringi lagu-
lagu galau.

Tiap pagi gua sekolah mata gua sembab,emang sih gada yang tau, Cuma sohib gua
doang yang tau. Waktu demi waktu dada gua mulai sesak,mata berat,bibirpun ga bisa
berucap,males ngomong sama siap- siapa,”duuuuuh dada gua sesak banget sih” bisik gua
pada saat pelajaran matematika. Udah seminggu gua ngerasain sesak di dada kata orang sih
tekanan bathin laah tekanan bathin cinta kali yaaa. Pada saat jam istirahat gua duduk sendiri
tiba-tiba sigit datang dan ngambil buku file gua,”aaah disitukan ada curhatan gua” bisik gua
dalam hati.”wiiiih keren juga nih puisi, “ ucap sigit.

Satu minggu sebelum puasa sekolah libur,setelah masuk seperti biasa gua jalanin hari
tanpa bisa mengungkapkan perasaan ini ke sigit. Pada hari sabtu akhir SANLAT gua
mengungkapkan perasaan gua, gua di bantu sohib gua, fifah,indra “ ya ampun harus ngomong
apa nih gua” Tanya gua dalam hati.”udah may ngomong aja” tegas sohib gua. Sigit pun di
paksa duduk sama fifah entah ngomong apa si fifah itu yang gua rasain pada saat itu gua
pengen banget keluar kelas dan nangis sekencang kencangnya. “mayra!!” bentak
fifah,indra.”duduk sini!!”kata fifah,”gua gamau fifah!!” gua ngelak dan akhirnya gua duduk
face to face sama sigit. Gua ngungkapin perasaan gua di bantu fifah dan indra, yang gua bisa
Cuma nangis tertahan di hati.”gua ga percaya sebelum dia yang ngomong sendiri!!” jawab
sigit. “okey gua suka sama lu tapi gua ga berharap banyak kok sama lo!!” gua ngomong dekat
mata gua yang berkaca-kaca,gua Cuma bisa menunduk menyembunyikan air mata gua.
Aaaaaah entah apalagi yang di ucapkan sigit yang pada saat itu gua gamau lagi ngedenger.
“terserah lo sih mau anggap ini becanda apa engga.” Kata gua. “aaaah lu pasti becanda niih”
ucap sigit dengan nada bercanda. “eh lu kira semua ini bercanda!!”bentak indra.”setelah dia
curhat sampe nangis ga henti-henti.”sambung indra.”yah mana gua tau”.jawab sigit dengan
singkat. “udahlah lo emang gabakal pernah tau.’bentak fifah.”STOP!! masalah ini masalah
gua.!!” Bentak gua dengan mata yang berkaca-kaca.”kalau emang dia anggap semua ini
bohong yaudah ga apa-apa.”sambung gua agak kesel.”iya dah, lo tau kan kalau gua punya
pacar?”jawab sigit dengan nada pelan,”yah gua juga udah tau kok,gua juga kenal sama pacar
lo!!”jawab gua agak lemes. “mayra,semoga aja perasaan lug a berubah ke gua”ucap sigit
agak serius.”lo percaya aja kalau jodoh mah gak kemana.”sambung sigit. Entah apa yang ada
di benak gua sampai-sampai air mata gua menetes lagi.

Malamnya gua termenug memikirkan jawaban cinta sigit,apakah dia menolak gua
atau terima gua,yaaah mungkin hanya dia yang tahu. Malam takbir tiba,dimana malam yang
galau terasa dihati gua, udah agak tengah malam handphonegua bergetar,ternyata ada pesan
masuk. Ya allah, ternyata sms dari sigit, sontak galaunyahati guaberubah menjadi berbunga-
bunga. Nah mulai dari situ kita smsan sampai jam 03.00 ada pesan yang masih tersimpan di
handphone gua, yang berkata “mey, lumasih suka gak sama gua (bisik gua dalam hati) gua
bales “ ya, emang kenapa ?” “ mau gak nungguin gua ?” “yaa tergantung hati gua, sampai
kapan gua kuat nahan perasaan ini” jawab gua. “emangnya kenapa ?” “gua mau mengejar
cita-cita dulu mey, gua mau sekolah lagi” jawab sigit. “nah, iyah terus kenapa ?” “jawab gua
agak judes, “emang lu mau hubungan jarak jauh ?” “bales sigit, “yaah kalau gua mah bisa
aja” lahlumayan lama dia bales sms gua, “terus apa yang mesti gua lakuin biar lu seneng ?”
“sigit dengan cara ini pun gua udh seneng kok” bales gua agak menyakitkan, “gak mahal tuh
pake kartu XL ?” bales sigit, “gak ah biasa aja” jawab gua, “emang kenapa ?” sambung gua,
“gak gua kan pake kartu AXIS, kalau bonus ke operator lain Cuma sedikit” jawab sigit,
“kalau bisa sih lo ganti kartu aja” sambung sigit, “yadah nanti gua ganti kartu dah” bales gua,
“jiiih, jangan nanti kalau bisa mah secepatnya” timpal sigit, “iyaaa, iyaaaa dah besok gua
ganti” jawab gua, “yaudah, gua mau takbiran dulu, udah malem gih sana tidur, besok
kesiangan loh !!” “iyah gua tidur duluan yah, selamat takbiran” bales gua agak caper. Setelah
itu dia engga bales lagi, sampe-sampe lebaran hari ke-2 sia sms gua, entah kesambet apa
siang-siang dia sms gua, malemnya pun dia sms gua lagi “malem”, “malem juga” bales gua,
“belum tidur neng ?” “belum”, kenapa belum bisa tidur neng ?”, “belum ngantuk”,” kenapa
belum ngantuk neng ?”,”atuh belum ngantuk ajaaaa’.

Setelah itu kita gak pernah smsan lagi, tiap ketemu di kelaspun udah kaya engga
nganggep gua, serasa gak kenal gitu sama gua. Suatu hari pada hari rabu karna emang gua ga
pernah pulang, pulang juga tanggung soalnya gua ada latihan PADUS buat pementasan hari
SUMPAH PEMUDA tanggal 28-10-2016, siang itu gua ngeliat fifah (sohib gua) sama sigit
udah kaya pacaran aja, gilaaa di depan gua dia bercanda bagaikan sepasang sejoli, enggak
bisa gua bayangin dah soalnya gua emang gak mau nginget kejadian itu, sumpah gua kecewa
banget sama fifah yang gak bisa ngejaga perasaan gua, yaah gua akuingua emang bukan
siapa-siapanya sigit, tapi heloooow !! gimana gak sakit gua ngeliat kejadian itu secara sohib
gua bahkan yang udah gua anggap udah kaya saudara sendiri becanda di depan mata gua
layaknya pasangan kekasih, sedangkan kan fifah itu tau gua suka sama sigit bahkan dia juga
yang ngebantu gua buat ngungkapin perasaan gua ke sigit ga nyangka yah ...!” bentak gua
dalam hati. Sepertinya sigit masih memendam perasaan kepada seseorang yang belum
terbalaskan.

Hari kelululusan pun tiba dimana sigit akan pergi meneruskan sekolahnya entah
dimana, tapi gua akan coba menjaga perasaan gua untuk dia sampai lo bisa buka hati lo untuk
gua dan bisa terima gua.

So far so good, satu kata yang sampai saat ini masih tersimpah rapih dalam benak gua
“TUNGGU GUA !” itu adalah kata-kata dari sigit yang mungkin engga akan gua lupain
sampai pada saat dimana sigit bisa membuka hatinya untuk gua. STILL WAITING FOR
YOU sigit. Sugiarto :D always !! dan akhirnya dengan berat hati gua antar sigit untuk
menempati sekolah tingginya di luar daerah haaah air mata pun tak bisa gua sembunyikan
lagi gua Cuma bisa berdo’a agar lo sukses dan bisa mencapai cita-cita yang lo mau, good
luck sigit.
NAMA : NOVITASARI

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : BERAWAL DARI PERSAHABATAN

Di suatu sekolah yang ku anggap tempat di mana aku bisa mengungkapkan segala ekspresi
kehidupan di dalamnya, ternyata sekolah menjadi tempat yang indah untuk menemukan cerita-
cerita indah yang bisa untuk dikenang. Selain sebagai tempat untuk menemukan segudang ilmu di
sekolah juga menjadi tempat untuk kita menemukan berbagai jenis dan sifat teman yang kita jumpai,
sesosok teman menjadi sebuah keindahan dalam menjalani kehidupan ini, selain itu di lingkungan
sekolah kita juga dapat menemui benih-benih cinta yang akan tumbuh menjadi indah. Di sini lah ku
mulai cerita itu.

Di suatu kelas yang amat seru dan mengasikan aku duduk bersama seorang sahabat yang
telah ku kenal kelas sejak kelas 1 SMA yang bernama Randy. Kini kami telah duduk di kelas 2 SMA
Negeri Jakarta. Aku telah berteman dengannya sejak kelas 1 SMA, entah mengapa di kelas 2 aku
sekelas lagi dengannya.

Pada saat pelajaran berlangsung tiba-tiba seorang guru piket telah datang ke kelas ku. Guru
piket itu datang tidak sendirian, tetapi bersama seorang cwe yang sebelumnya blum aku kenal dan
belum juga aku lihat di sekolah ini. Yah, bisa di anggap lumayan cantik lahh cwe itu.

“Wan, ada cwe tuuuhhhh” Randy memberi tahu padaku

“Ya gue juga tau itu cwe, gue masih normal masih bisa bedain cwe sama cwo kaleee” gurau ku

“yeee, biasa ajh kalee kan gue cuma ngasih tau”

Akhirnya guru piket itu menjelaskan kepada seluruh siswa di kelasku bahwa cwe yang telah datang
bersamanya itu adalah murid baru yang telah mendaftarkan diri untuk bersekolah di sini.

“Selamat pagi anak-anak” sapa guru piket itu

“PAGIIIII BUUUU” jawab seluruh siswa di kelas ku

“Oke, pagi ini kalian telah kedatangan siswa baru yang baru saja pindah dari Bandung, semoga kalian
semua bisa berteman dengan baik bersamanya”

“Selamat pagi teman-teman, nama ku Riska yang baru saja pindah dari Bandung. Semoga teman-
teman dapat menerima saya dengan baik di sekolah ini” sapa cwe itu memperkenalkan diri

Semua teman-teman kelas ku pun mendengarkan dengan baik sedikit cerita mengenai
sekolahnya di Bandung sebelum ia duduk untuk melanjutkan pelajaran.

“Baik lah anak-anak itu lah sedikit cerita dari Riska. Semoga Riska dapat membagi pengalaman
baiknya dengan teman-teman yang ada di sini”

“Baik Bu” jawab Riska singkat


“Wandi, bangku depan kamu ada yang kosong di situ ada yang menempatkan apa tidak ?” tiba-tiba
guru piket itu bertanya pada ku

“i..iiya bu, kosong ko bu” jawabku ragu-ragu karena dari tadi aku sedang memperhatikan wajah
Riska yang cantik.

“Yasudahhh Riska duduk di depan Wandi saja. Wandi, kamu jaga Riska baik-baik”

“Oke deeehhhhh Buuuuu” jawab ku semangat

Akhirnya Riska pun jalan menghampiri bangku tempat duduknya yang telah di tentukan tepatnya di
depan tempat duduk ku.

“Hai Wandiii” sapa Riska sambil menyodorkan tangannya pada ku

“Hai Riska, salam kenal yahh” aku pun menggapai tangannya

“oh iya kenalkan juga teman ku ini namanya Randy” aku sambil menoleh kepada Randy

“Hay” Jawab Riska singkat

“hay juga” jawab Randy

.............

Tak terasa bel istirahat pun berbunyi aku berniat untuk mememui Riska, karena aku yakin
Riska blum mempunyai teman semenjak dia pindah untuk bersekolah di sini semenjak pagi tadi. Aku
pun mengajaknya untuk pergi ke kantin.

“Riska, kamu ga ke kantin ??” tanya ku

“engga, aku lagi males ke kantin, boleh ga aku nemenin kamu istirahat”

“hmm, boleh ko”

Akhirnya aku pun bercerita panjang lebar bersamanya, menceritakan segala sesuatu mulai dari
sekolah ,teman, dan hal lainnya mengenai suasana dan kondisi di sini. Riska pun juga menceritakan
hal serupa kepada ku mengenai suasana dan kondisi yang ada di Bandung. Sungguh mengasikan bisa
dekat dengan Riska walaupun baru pertama kali aku dekat dengannya.

................

Tak terasa aku dekat dengan Riska sudah hampir satu bulan ini aku telah memendam rasa
dengannya. Aku pun berharap Riska juga memiliki rasa yang sama dengan ku, tapi aku belum bisa
mengungkapkannya.

“Wan,lo suka sama Riska yahh ??”

“Kok lo bisa tau ??”

“Udah deehh gak usah ngelak gue mah udah tau sikap temen gue sendiri hehehe”
“Oke,thanks bro. Tapi gue lagi bingung niihh gimana caranya gw nembak dia, lagian gw juga deket
sama dia baru sebulan”

“Yaelah sebulan itu ga sebentar bro, udah tembak ajh entar keburu di ambil orang lohh”

“Bener juga tuuhh”

Akhirnya setelah pulang sekolah hari itu sesampainya di rumah aku memikirkan kata-kata
sahabat ku si Randy kalau aku dekat dengan Riska tidak sebentar. Aku pun berniat untuk menembak
Riska. Hingga semalaman aku tidak bisa tidur karena aku sedang memikirkan Riska. Untuk
menghilangkan rasa memikirkan Riska sekitar pukul 21:00 aku berniat untuk telpon dia, oke aku tau
itu udah malam tapi aku ga bisa tidur kalo ga tau kabar dia, hahaha LEBAY yahhh hehehe.

“Hay Riska”

“Hay juga Wandi”

“Kamu blom tdur jam segini ? Emngnya lagi ngapain ?”

“Hmm blom nih, kamu juga blom tdur ? Aku lagi ada masalah niihh !”

“Loh masalah apa ? cerita ajh sama aku mungkin aku bisa bantu kamu”

“Oke deh aku bakalan cerita sama kamu, tapi besok yahh ga enak kalo cerita lewat telpon”

“Yaudah besok cerita ajh di sekolah ? Oke ?”

“Oke! Eh Wan, udah dulu yahh udah malem niihh aku mau tidur dulu”

“Hmm oke dehh, met tdur yah Riska GOOD NIGHT hehehehe :D”

“Hehe Night to WANDY J”

Akhirnya aku bisa juga mendengar suara Riska dan sedikit mengurangi rasa rindu ku ini, tapi kok aku
makin gak bisa tidur karena penasaran dengan masalah yang di alami oleh Riska tadi. Hingga
akhirnya aku baru bisa tidur pukul 03:00 dini hari.

...................

“KRIIIIIINGG KRIIIIIINNGGGG KRIIIIINNGGGG” Jam weker di kamar ku pun berbunyi sudah saatnya
aku bangun dan siap-siap untuk pergi ke sekolah. Memang cinta itu membuat ku tak terkontrol,
akibat aku tidak bisa tidur semalaman mata ku pun terasa berat untuk di buka, tapi mau gimana lagi
aku harus melakukan kewajibanku sebagai siswa untuk pergi bersekolah

Ternyata sesampainya di sekolah tepat di depan pintu kelas ku aku melihat seorang wanita yang
sedang berdiri di sana, aku tak sadar ternyata itu adalah Riska tak tau kenapa mata ku pun langsung
terbuka lebar walau pun mataku terlihat merah.

“Hai Wandy, kok mata kamu merah ?” Riska menyambutku

“E...eh Riska, engga ko gapapa” jawabku lemas


“Hayo knapa ngomong ajah sama aku”

“Hehe aku kurang tidur semalam Ris ..”

“Loh aku kira abis telpon-an sama aku semalam kamu langsung tidur, pasti mikirin cwe yahh hayo
ngaku hahaha”

“Hahaha, tau ajh kamu Ris ?!” aku pun tak sadar mengatakan itu

“Hah ? Siapa Wan ? kasih tau aku dong !”

“E..eehh engga, aku becanda ko” aku pun mengelak

Aku tak sadar mengatakan itu, hampir saja aku keceplosan mengatakan semuanya kepada
Riska tapi sebenarnya memang benar semalam aku tidak bisa tidur karena sedang memikirkan
seorang wanita yaitu Riska, tapi aku belum berani mengatakan yang sebenarnya.

Aku pun beranjak ke tempat duduk ku, dan di sana sudah terlihat Randy yang sedang duduk di
bangkunya

“Wan, knapa mato lo merah gitu ?? wahh abis ngintipin cwe yahhh ??” Randy meledek ku

“Huuusss, enak ajah lo semalem gue ga bisa tidur niihhh gara-gara mikirin Riska”

“Ciiieee, makin deket ajh lo sama dia kan udah gue bilang tembak ajah dia”

“Ya gue tau, tapi ga segampang itu juga kan itu semua perlu proses”

“Bener juga siiihh hehehe”

Bunyi bel tanda masuk di sekolah ku pun berbunyi sebentar lagi pelajaran di sekolah akan
segera berlangsung seperti biasa. Jam pertama di kelas ku adalah pelajaran Sejarah, dan pelajaran
itu terkenal sebagai pelajaran yang sangat membosankan mungkin itu sama juga yang aku rasakan
pada saat ini.

Hingga pelajaran itu berlangsung mata ku pun masih tetap terasa berat untuk terbuka,
suasana makin mendukung pada saat pelajaran Sejarah sedang berlangsung. Tak terasa aku pun
tertidur saat pelajaran hingga akhirnya guru Sejarah yang sedang mengajar mengetahui aku sedang
tertidur pulas di meja ku. Dengan logat Medan nya guru itu membangunkan ku.

“Hey Randy, bangunkan teman sebelah kau itu yang sedang tertidur”

“Ehhhh Wan bangun, di panggil Pak Tigor tuuhh” Randy pun membangunkan ku dan aku langsung
bangun sambil mengusap mata ku yang dari tadi pagi sangat mengantuk

“Hey Wandy, berapa skor pertandingan Chelsea vs MU semalam ?”

“3-2 Pak, eehhh” aku pun menjawab reflaek pertanyaan dari Pak Tigor

“HAHAHAHAHA” teman-teman di kelas ku pun tertawa semua tak luput Riska dan Randy pun juga
ikut menertawakan ku
“Sudah-sudah, cepat kau ke toilet dan kau cuci muka kau yang sangat lecek itu”

“Baik Pak ..”

“Jangan tertidur lagi kau di toilet”

“HAHHAHAHAHA” lagi-lagi teman-teman di kelasku tertawa akibat lelucon dari Pak Tigor

Dan aku pun pergi ke toilet dan langsung mencuci muka ku yang sangat mengantuk, setelah
mencuci muka aku langsung bercermin di kaca yang ada di toilet itu dan aku berfikir, sepertinya
wajah ku juga ga jelek-jelek banget dan gaya ku juga lumayan keren, kenapa aku juga belum berani
mengatakan dan mengungkapkan semua perasaan ku pada Riska tapi aku juga berfikir dengan kata-
kata yang aku ungkapkan sendiri kepada Randy kalau semua itu perlu proses. Tapi ada sebersit aku
berfikir apakah aku pantas untuk Riska ?? Kata-kata itu yang terus membayangi ku hingga aku
sampai di tempat dudukku di kelas. Semua yang aku pikirkan tadi hilang seketika saat aku mulai
konsentrasi ke pelajaran.

Sejak dari awal pelajaran di mulai aku sangat memikirkan apa yang sebenarnya akan di
ceritakan oleh Riska pada ku.

“Ris, sebenarnya kamu mau cerita apa sihh ??”

“Entar ajah ceritanya, masih belajar niihh !”

“Hmm, yaudah dehh entar pulang sekolah ikut aku ajh yahh ??”

“Mau ngapain ?”

“Udaaaahh, entar ikut aku ajh sekalian kamu ceritain masalah itu”

“Hmm, oke deeehh”

Tadinya aku mau mengajaknya untuk pergi ke suatu taman yang sangat idah di dekat
komplek, untuk mengungkapkan perasaan ku yang sebenarnya pada Riska, tetapi aku juga
penasaran apa yang akan di ceritakan pada ku.

Pada saat bell tanda pulang berbunyi aku langsung mengajak dan tak sengaja aku
menggandeng tangannya, setelah berapa detik aku batu menyadarinya. Saat aku melihat ke arah
Risaka dia pun terlihat tersenyum saat aku menggandengnya. Sungguh cantik wajah Risaka saat dia
sedang senyum yang membuat aku semakin yakin aku akan mengatakan isi hati ku hari itu juga.

Setelah sampai pada tempat tujuan, aku ko jadi gugup padahal sebelumnya aku udah yakin
banget untuk mengatakan ini semua. Seharusnya aku yakin ajh suasananya pun udah meyakinkan
banget. Yaudah deh aku buka pembicaraan ajah dulu.

“Ris, emm..mmm”

“Kenapa Wan ?? Ko kayanya gugup gtu ?”

“Ehh, ga jadi dehhh”


“Loh ko ga jadi ?”

“Kamu duluan ajah deeh, katanya kamu mau cerita”

“Ayo lah Wan ngomong ajh, aku ga mau cerita kalo kamu blom cerita”

“Mulai dari pertama kali aku bertatap muka sama kamu, aku ngerasain ada seseuatu yang beda.
Setelah kita udah berteman selama lebih dari satu bulan ini aku merasakan suka sama kamu. Aku ga
tau juga perasaan kamu ke aku sama ato engga, aku ga berharep kamu juga suka sama aku dan bisa
terima aku tapi yang aku pengen kamu tau perasaan aku yang sebenarnya. Aku sayang Ris.”

“Loh ko jadi aneh yahh ?”

“Aneh knapa Ris ? Aku salah yah suka sama kamu ?”

“Bukan itu Wandy sayang, sebenarnya aku mau cerita kalo aku juga sayang dan suka sama kamu
yang kamu ceritain tadi juga yang mau aku ceritain ke kamu, sebenarnya aku ga berani ngungkapin
duluan semuanya ke kamu karena aku cwe ga mungkin aku ngungkapin duluan ke kamu, ini ajh aku
di paksa sama Randy untuk mengungkapkan semuanya ke kamu, tapi kamu udah ngungkapin duluan
ke aku barusan. Aku tuh selalu curhat sama Randy tentang kamu. Tapi kamunya yang ga pernah
respon perasaan aku. Aku juga sayang kamu Wan.”

“Loh jadi selama ini kamu deket sama sahabat aku toohh. Hmm, yaudah ka kita udah tau perasaan
masing-masing, kamu mau ga jadi pacar aku ??”

“Iya aku mau jadi pacar kamu”

Betapa senangnya peraasan aku saat itu, ternyata selama ini Riska memiliki perasaan yang
sama dengan ku. Semua yang dia rasain juga sama yang aku rasaain selama ini. Pada akhirnya aku
bisa mendapatkan Risaka untuk jadi pacar ku. Semua ini tak terlepas dari sahabatku Randy yang bisa
meyakinkan aku dan Riska untuk mengungkapkan perasaannya masing-masing, memang dia sahabat
yang baik, sahabat yang bisa mengerti perasaan sahabatnya sendiri. Keesokan harinya aku berterima
kasih kepada Randy, dia pun merasa senang atas hubungan ku dengan Riska dan dia mengucapkan
selamat pada ku. Semoga hubungan persahabatanku pada Randy bisa berjalan lama dan baik. Selain
itu juga semoga hubungan ku dengan Riska dapat terjalin dengan baik juga, karena hubungan ku
dengan Riska berawal dari sebuah persahabatan yang tumbuh menjadi cinta.

THE END

Memang hidup itu ga terlepas dari hubungan persahaban dan masalah percintaan, emng
siihh kadang-kadang di dalam hubungan persahabatan dan percintaan itu pasti selalu ada masalah
atau konflik. Anggep ajah itu semua sesuatu hal yang dapat memberi pelajaran dalam manjalani
sebuah hubungan untuk menjadi lebih baik lagi. Jaga terus sahabat kita dengan adanya sahabat kita
bisa share se mua masalah yang kita alami atau dalam segala hal. Selain itu tumbuhkan rasa cinta
dalam diri kita, karena cinta yang membuat hidup kita menjadi indah. Cinta bukan hanya kepada
seorang kekasih, tetapi bisa kepada sahabat, keluarga atau siapa pun itu. CHEERS GUYS !!!!!
NAMA : NURINDAH MAYASARI

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : CINTA BEDA AGAMA

Aurelia Az-zahra, gadis cantik kelahiran Bandung tadi siang baru saja dapat berita
dari pamannya di Jakarta bahwa dia dan keluarganya yaitu ayah, ibu, dan sang kakak harus
pindah ke Jakarta karena neneknya disana sedang sakit, sedangkan pamannya yang seorang
diri saja menjaga neneknya itu, 3 hari lagi harus berangkat ke amerika untuk meneruskan
kuliahnya.
Pagi harinya aurelia dan ayahnya pak husein datang kesekolahan aurelia untuk
mengurus surat izin pindah sekolahnya. Aurelia pun berpamitan kepada teman-temannya
disekolah, khususnya kelas XI.MIPA.4 kelasnya dulu. Dengan berat hati teman-temannya
pun mengikhlaskan kepergiannya ke Jakarta itu.
“ Lia, kamu yakin bakal betah tinggal di Jakarta?” kata teman sekelasnya itu sambil menahan
tangis. Aurelia menjawabnya dengan mengangguk.
“jaga dirimu baik-baik disana ya, jangan lupain bandung, jangan lupain kita” kata temannya
yang lain sambil menangis.
“iya teman-teman terimakasih ya?” kata aurelia haru, lalu memeluk teman-temannya itu.
Setelah berpamitan aurelia dan ayahnya pun, pulang menggunakan mobil pamannya yang
dititipkan pada ayahnya itu.
“Urusan zahra disekolah sudah selesai sekarang tinggal urusan kantor ayah” seru pak husein
ayahnya. Memang dikeluarganya dia dipanggil zahra bukan aurelia atau lia, karena keluarga
lia itu cukup islami hampir semua keluarganya menggunakan nama yang islami walaupun lia
jarang memakai kerudung kalau keluar rumah.
“ iya yah” jawab aurelia agak sedih karena kejadian tadi
Keesokan harinya tepat jam 05:30 aurelia dan keluarganya berangkat dari bandung
menuju jakarta, berangkat lebih pagi untuk menghindari macet. Setelah kurang lebih 4 jam
perjalanan, akhirnya mereka tiba dirumah neneknya, tetapi ada yang aneh. Didepan rumah itu
ada banyak orang yang sedang duduk dengan wajah yang sedih dan terpasang bendera
kuning.
“apa maksud dari semua ini, siapa yang meninggal?” kata pak husein sambil menahan tangis
dan bergegas masuk kedalam rumah tersebut. Adik pak husein paman lia datang dan
mencoboba menenangkan sang kakak, pak husein
“ iya kak sabar, ibu yang meninggal” ayah lia menangis tetapi tetap mengontrol diri.
Aurelia,Aisyah (ibunya) dan zainab (kakaknya) mereka menangis karena seseorang yang
menjadi alasan mereka ke jakarta sudah tiada.
Seminggu setelah kepergian sang nenek, pamannya memutuskan untuk tetap pergi ke
amerika dan menitipkan rumah dan semua fasilitasnya kepada kakaknya. sementara itu
Aurelia didaftarkan oleh pamannya di salah satu sekolah yang berada di jakarta tepatnya di
SMAN Tunas Harapan Bangsa, Zainab kakaknya kuliah di UIN jakarta dan ayahnya
meneruskan perusahaan neneknya di jakarta.
Pagi harinya Aurelia diantarkan Zainab kesekolah barunya karena sekolahnya satu
arah dengan tempat kuliah kakaknya.
“Yaudah kak, aku masuk dulu yah, Assalamualaikum” kata Aurelia sambil mencium tangan
kakaknya
“Iya Wa’alaikum salam, kamu baik-baik ya disekolah” sahut Zainab.
“Iya kakakku sayang” balas Aurelia
Bel masuk sekolahpun berbunyi. Aurelia berlari menuju keruang guru, karena saking
tergesanya tiba-tiba Brugg, Aurelia menabrak sesorang didepannya
“Duh... kalau berdiri itu pilih-pilih tempat dong, jangan disini ngeribetin tau.. jadinya
ketabrak kan!!” kata Aurelia agak kesal. Padahal dia yang salah, dia yang tergesa-gesa
sehingga menabrak lelaki yang ada didepannya yang sedang berjalan biasa itu.
“Iya maaf, tapi...?” kata lelaki itu tetapi dipotong oleh Aurelia
“Tapi ap...” sergap Aurelia, tetapi tiba-tiba dia tercengang setelah melihat wajah lelaki itu.
“Ganteng bangett... matanya minimalis, kulit putih, pake kacamata tapi gak cupu dan
senyumannya masyaallah... manis banget, kok jantung ini tiba-tiba berdetak
kencangya?”ucap Aurelia dalam hatinya sambil tersenyum sendiri.
“Maaf saya harus ke kelas, permisi” ujar lelaki tampan itu dengan ramah.
Sementara lelaki tampan itu masuk ke kelas XI.IPA 3 lalu memperkenalkan diri di
depan siswa lain karena ternyata lelaki tampan itu juga anak baru pindahan. Aurelia malah
sedang sibuk mencari wali kelasnya untuk diantar ke kelas barunya, akhirnya dia bertemu dan
diantar ke kelas barunya itu.
“Hallo semua nama aku Brandon Kim, pindahan dari SMU Seoul di Korea.” Kata lelaki
tampan itu memperkenalkan diri di depan teman sekelasnya.
“Oke Brandon, silahkan duduk disebelah Yuga” perintah bu guru
Tak lama kemudian pintu kelas XI.IPA 3 diketuk oleh wali kelasnya yang mengantar Aurelia
ke kelas barunya, ternyata kelas Aurelia dan Brandon sama yaitu dikelas XI.IPA 3
-pintu diketuk- tok tok tok “permisi bu guru maaf mengganggu saya mengantarkan anak
murid saya yang baru” kata wali kelas XI.IPA 3.
“Iya pak tidak apa” kata bu guru. “Silahkan masuk, silahkan perkenalkan dirimu” kata bu
guru ke Aurelia
“Kalau begitu saya permisi bu, terima kasih” pamit pak wali kelas
“Iya pak sama-sama” jawab bu guru
Aurelia pun memperkenalkan diri didepan teman-teman sekelas.
“Hallo namaku Aurelia Az-zahra panggil saja Lia, pindahan dari SMAN 20 Bandung” kata
Lia memperkenalkan diri
“Dia kan cewek kasar tadi, ternyata dia juga anak baru sekelas pula” kata Brandon dalam
hatinya. Tapi Lia tidak memperhatikan bahwa dia sekelas dengan Brandon, lelaki yang dia
tabrak tadi pagi itu yang disukainya saat pandangan pertama.
“Iya Lia silahkan duduk disebelah Neta” kata bu guru mempersilahkan Lia duduk, dia pun
duduk dengan Neta (perempuan cantik dan baik), mereka pun berkenalan.
“Kenalin nama aku Nathalin Christia panggil aja Neta” kata teman sebangku Lia yang baru
itu sambil mengulurkan tangannya secara ramah.
“Namaku Aurelia Az-Zahra, panggil aja Lia” kata Lia sambil menjawab uluran tangan Neta
dan tersenyum.
“Aku udah tau kok” kata Neta
“Eh iya” jawab Lia
Teng teng teng bel istirahat pun berbunyi, seperti biasa kelas menjadi sepi karena
hampir semua murid dikelas pergi ke kantin.
“Kok kelas kalau istirahat sepi banget ya? Pada kemana sih” tanya Lia
“Pada kekantinlah, kantin yuk laper nih” ajak Neta ke Lia
“Gak ah, nitip minuman aja boleh gk?” Pinta Lia
“Ok” kata Neta keluar kelas untuk ke kantin
Kelas terasa sunyi, Lia kira dikelas hanya ada dia, ternyata ketika dia menengok ke belakang
ada seorang siswa dan setelah diperhatikan oleh Lia ternyata siswa itu adalah lelaki tampan
yang Lia tabrak tadi pagi.
“Cowo itu HAH... ?! ternyata sekelas sama aku” kata Lia kaget sambil bergumam pada
dirinya sendiri. Lia langsung membuang mukanya takut terlihat oleh lelaki itu”
“Siapa yah namanya? Ah lebih baik nanti aku tanya ke Neta” gumam Lia dalam hatinya.
“Neta pun datang dari kantin membawa sebotol minuman teh untuk Lia
“Nih Lia minumannya, 5000 ya!” goda Neta sambil memberi minuman ke Lia
“Ya nih!” kata Lia mengambil uang 5000 disakunya
“Gak, bercanda kali. Buat kamu kok” kata Neta
“Makasih ya. By the way kamu tau gak nama cowo itu siapa?” kata Lia mengisyaratkan
kepada lelaki tampan itu.
“Oh itu. Namanya Brandon Kim, anak baru pindahan dari SMU Seoul di Korea, pindahan
kaya kamu” kata Neta menjelaskan. “Emang kenapa kamu suka ya? Cie sama-sama anak
baru dihari yang sama” kata Neta menggoda
“Jodoh kali” kata Lia sedikit kepedean sambil senyum-senyum sendiri.
“Idih nih anak kepedean banget” kata Neta mengejek
“Rumahnya dimana ya? Udah punya pacar belum ya?” Lia bertanya-tanya sendiri
“Tanya saja sendiri sana” kata Neta
Tak terasa hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, ternyata sudah 7 bulan
berlalu dari hari perkenalan itu ternyata Lia dan Brandon bukan lagi anak baru, tetapi
selama7 bulan itu dia masih mempunyai rasa cinta ke Brandon tanpa tahu bagaimana
perasaan Brandon terhadapnya. Mungkin Brandon juga tidak tahu perasaan Lia kepadanya
karena Lia orangnya sedikit pemalu dan pendiam. Selama 7 bulan menyukai Brandon, Lia
banyak mencari tahu hal-hal tentangnya mulai dari nama ayah, ibu, alamat rumah, tempat
tanggal lahir, dan lainnya. Hanya beberapa hal yang belum dia tahu salah satunya adalah apa
agama yang dianut Brandon?
Senin pagi yang cerah, hari itu bu Maroh guru Bahasa Indonesia memberi tugas
membuat biografi diri sendiri dan harus dibacakan didepan anak-anak kelas. Ini kesempatan
Lia untuk mengetahui lebih banyak tentang Brandon. Bel masuk berbunyi bu Maroh pun
masuk ke kelas XI.IPA 3
“Pagi anak-anak” sapa bu Maroh “Bagaimana tugas kalian? Sudah selesai?” Tanya bu Maroh
“Pagi juga bu, sudah” jawab murid-murid
“Bagus, kalau begitu Aurelia Az-Zahra maju kedepan bacakan biografimu!” pinta bu Maroh
pada Lia
“Baik bu” kata Lia. Lia pun maju kedepan dan membacakan biografinya.
Waktu Lia membacakan biografinya diam-diam Brandon menulis biografi Lia itu dibukunya.
Apakah Brandon juga suka Lia?. Ada bagian dimana saat Lia bacakan biografinya itu
Brandon langsung terkejut, karena Lia berkata “Aku menganut agama islam” mata Brandon
yang sipit tiba-tiba menjadi belo saat lia membacakn kata-kata itu. Sebenarnya brandon
kenapa?
“Brandon Kim, giliran kamu!” kata bu Maroh
“Baik bu” kata Brandon. Diapun membacakan biografinya, sama seperti yang Brandon
lakukan tadi Lia juga menulis biografi Brandon yang dibacakan Brandon itu dibukunya. Juga
ada bagian yang membuat Lia terkejut saat Brandon bilang “Agamaku kristen protestan” Lia
langsung terkejut dan menunduk lemas. jika semisal nanti Lia dan Brandon berjodoh, Ayah
dan umi ia pasti tidak akan setujukarena perbedaan agama,keluarga Lia juga keluarga yang
islami.
Waktu pelajaran bahasa Indonesia selesai. Bel istirahat berbunyi, Lia masih terlihat
murung karena mendengar biografi Brandon tadi.
“Lia, kantin yuk! Laper nih” ajak Neta. Lia menjawab dengan menggelengkan kepalanya.
“Ada apa sih Lia? Ada masalah? Cerita sama aku, aku kan sahabatmu” Kata Neta sedikit
sedih melihat Lia murung.
“Agama dia beda sama aku Net, gimana ini? Apa aku harus gak suka sama dia lagi gitu” Lia
menjelaskan sambil termurung
“Emang kenapa aku juga bukan muslim, aku kristen tapi aku deket sama kamu, ayah umi
kamu, sama ka Zain juga” kata Neta
“Beda Neta. kamu sahabat aku, tapi dia...” kata Lia
“Dia apa? Pacar kamu, bukan kan?” kata Neta
“Ya bukan, tapi dia itu insyaallah calon masa depan aku Net, aku Cuma suka sama dia gak
ada yang lain” kata Lia sedih “kamu kan tau pertama kali kamu kenalin diri kamu ke keluarga
aku sebagai non muslim, ayah aku pernah ngelarang kita berteman kan?” perjelas Lia
“Ya...” kata Neta tersendat sambil mikir “Ya...udah lupain aja dia, mungkin jodoh kamu
bukan dia” perjelas Neta.
“Tapi aku Cuma suka sama dia Net, gak ada yang lain. Aku mau dia masuk agama aku Neta”
kata Lia.
“Yaudah terserah kamu deh, tapi aku mau kamu bahagia Lia, aku sayang sama kamu” kata
Neta. Merekpun berpelukan.
Keesokan harinya Neta mencoba berbicara kepada Brandon tentang Lia, karena Neta
merasa bahwa bukan hanya Lia yang suka pada Brandon tapi Brandon juga suka pada Lia.
Karena dia melihat waktu Lia membacakan biografinya Brandon menulis biografi Lia itu
dibukunya. Akhirnya pada jam istirahat, Neta mengajak Brandon untuk kekantin bersama
tanpa mengajak Lia. Lia penasaran tentang apa yang akan dibicarakan Neta dengan Brandon
dikantin sehingga tidak mengajaknya.
“Sebenernya kamu mau ngomongin apa sih sama Brandon?” tanya Lia pada Neta
“Masalah pelajaran, kamu gak perlu tau” kata Neta
Neta dan Brandon pun bergegas menuju kantin
“Masalah apa yang mau kamu omongin sama aku Neta?” tanya Brandon
“Ini soal Lia sahabatku. Kamu tau kan, cewe anak baru pindahan dihari yang sama kaya
kamu?” perjelas Neta
“Iyah tau, emangnya dia kenapa?” tanya Brandon
“Kamu tau dia suka sama kamu sejak pandangan pertama?” tanya Neta
“Heuh,,, cewe yang pendiem tapi kasar itu, dia suka sama aku?” tanya Brandon lagi
“Iyah, dia suka sama kamu. Kalau kamu?” tanya Neta kembali
“Oh, kalau aku apa maksud kamu?” tanya Bradon kembali
“Kamu juga suka kan sama dia?” tanya Neta lagi. “Gini nih! Kalau kamu juga suka sama dia
aku bakalan bantuin kamu buat jadian sama dia, Gimana?” tawar Neta
“Sejujurnya sih aku emang suka sama dia, pendiem, kayaknya sih baik, tapi kamu tau
sendirikan, agamanya sama aku beda. Gimana kita mau bersatu coba?” kata Brandon
“Itu masalahnya. Tapi sebenernya solusinya gampang sih, tinggal kamu masuk Islam aja,
semua masalah bereskan? Kamu sama dia bisa bersatu” kata Neta.
“Gak segampang itu Net. ini masalah agama, kalau aku sih fine fine aja masuk islam, tapi
orang tuaku Net, itu masalahnya” jelas Brandon
“Ternyata pemikiran kamu sam Lia sama ya? Yaudah masalah itu nanti ajah dipikirinnya,
yang penting sekarang aku udah tau kalu kamu juga sukasama Lia, aku akn bantu supaya
kalian bisa jadian oke!!” kata Neta
“Yaudah deh, makasih ya Net? Aku yakin pasti aku sama Lia berjodoh” kata Brandon
“Iya, amiiin. Aku kekelas dulu ya, nanti Lia nyariin lagi” kata Neta pamit
“Iya. salamin sama Lia, bilang bahwa nanti kita akan bersatu” kata Brandon
“Oke” kata Neta sambil mengacungkan jempolnya dan bergegas pergi kekelasnya
Dikelas Lia langsung bertanya pada Neta seperti polisi yang sedang mengintrogasi
buronan.
“Kamu ngomong apa ajah tadi sama Brandon?” tanya Lia penasaran
“Adaaa.. ajah!!” kata Neta sambil mencubit pipi Lia.
“Yaudah kalu gak mau ngasih tau gak apa-apa, aku cari tau sendiri nanti” kataLia sedikit
sinis. Neta hanya tersenyum mendengar perkataan sahabatnya itu.
Bel pulangpun berbunyi. Lia terkejut ketika melihat Brandon hendak
menghampirinya, rasa dag dig dug jantung Lia pun makin mengencang, Lia tak percaya
bahwa lelaki tampan yang disukainya itu tiba-tiba menghampirinya.
“Hai Lia” sapa Brandon. “Euum,,, rumah kita searah kan? Kita pulang bareng yuk” ajak
brandon pada lia sedikit grogi.
Dengan malu tapi mau Lia menjawab “ Emangnya gak apa-apa gitu kalau kita pulang
bareng? Gak ada yang marah?” tanya lia. Brandon menjawab dengan menggelengkan
kepalanya sambil tersenyu manis pada Lia. Jantung Lia tambah deg-degan, panas dingin
menyertai tubuh Lia.
“Yaudah, tapi aku bilang dulu ya ke Neta” kata Lia. Brandon mengangguk.
Seminngu setelah pendekatannya dengan Lia, akhirnya Brandon meminta Neta untuk
membantunya menembak Lia. Pada jam pulng sekolah, Neta mengajak Lia kehalaman
belakang sekolah untuk menemui Brandon dengan mata tertutup. Setelah penutup mata Lia
dibuka, dia melihat banyak bunga dan poster tulisan I Love U Aurelia Az-Zahra, lia langsung
tahu apa maksud semua itu.
-Brandon menggenggam tangan Lia- “Lia kamu mau nggak jadi pacar dunia akhirat aku”
kata Brandon menembak. Lia hanya mengangguk dan menangis antara haru dan bimbang
tentang perbedaan agama mereka.
“Tapi agama kita...”kata Lia
“Aku akan masuk agamamu bila papah mamahku mengizinkan” kata Brandon mengusap air
mata lia.
“Neta makasih ya, udah bantuin aku sama Lia jadian” kata Brandon. Neta menggangguk
“Jadi ini yang kamu sembunyiin dari aku Net” kata Lia. Neta hanya menggangguk dan
tersenyum.
Sebulan setelah mereka jadian, Brandon memperkenalkan Lia kepada keluarganya.
Seperti yng Brandon pikirkan sebelumnya bahwa keluarganya tidak mengizinkan dia pindah
agama apalagi berpacaran dengan beda agamanya, apalagi Brandon adalah anak tunggal
dikelurganya.
“Lia kenalin ini mamah Maria, ini papah joseph” kata Bradon mengenalkan keluarganya pada
Lia
“Hallo, Om tante namaku Lia” kata lia memperkenalkan diri. Tentu keluarga Brandon tidak
suka pada Lia, mereka menatap penuh kebencian pada Lia.
Setelah dari rumah Brandon, Lia diantar pulang kerumahnya. Lia pun memperkenalkan
Brandon kepada keluarganya, sama seperti Lia tadi Brandon pun tidak disukai keluarga Lia.
“Ayah, umi, kak Zain. Kenalin ini Bradon pacarku” kata Lia memperkenalkan Brandon
“Hallo om tante, kak Zain” sapa Brandon
“Zahra kesini, ayah mau ngomong” kata pak husein. “Kamu ngapain punya pacar, non
muslim pula” kata pak Husein berbisik
“Maaf yah, tapi Zahra cinta sam dia yah” kata Lia sambi menangis
“Ayah ngizinin kamu buat temenan sama orang non muslim, tapi gak buat pasanganmu nak,
gak” perjelas pak Husein
Pak Husein menyuruh Brandon pulang karena sudah malam. Brandonpun pulang, dan Lia
menangis dikamarnya dan bergumam sendiri
“Cinta beda agama itu emangnya salah? Apa yang harus aku lakuin?” gumam Lia. “Lebih
baik aku shalat tahajjud untuk menenaggkan hatiku” gumannya lagi’
Keesokan harinya, Lia dan Brandon tidak saling bicara. Neta aneh melihat itu,
akhirnya dia menanyakan pada Lia
“Lia, ada apa? Kamu sama Brandon lagi marahan ya?” tanya Neta penasaran
“Ini masalah agama Net, orang tua kita saling gak ngizinin kita bersama karena perbedaaan
agama kita” jawab Lia terlihat murung
“Yang sabar ya Lia, aku yakin kalau kalian berjodoh pasti kalian akan bersama” kata Neta
menenagkan Lia. Lia hanya mengangguk dan tersenyum terpaksa.
“Aku punya kbar gembira Lia, aku masuk islam..” kata Neta tersenyum. “Ibuku menyetujui
ku masuk islam, asal aku bahagia. Aku yakin kalau keluarga Brandon sayang sama dia,
keluarganya pasti nyetujuin keputusan Brandon buat masuk islam kaya aku” jelas Neta.
“Yang bener Net? Aku ikut seneng dengernya. iyah amiiin” kata Lia.
Bel pulang sekolah berbunyi, Brandon membujuk Lia agar mau pulang bersamanya.
“Pulang bareng yuk?” kata Brandon. Lia menggelengkan kepalanya.
“Kamu yang sabar ya? Akupasti bakal masuk islam. Aku duluan ya” kata Brandon. Lia
menganggukan kepalanya. Brandon pun mamacu motornya itu.
Tak lama kemudian Yuga (teman sebangku Brandon) memberitahu Lia bahwa Brandon
kecelakaan tak jauh dari sekolah, Lia langsung berlari untuk menghampiri Brandon. Lia
menyebrang tanpa melihat-lihat kendaraan yang melintas, Lia tertabrak oleh mobil angkot
yang melaju kencang dan Lia pun terpental.
Brandon dan Lia pun dilarikan kerumah sakit terdekat. Keluarga Lia dan Brandon pun berlari
menuju rumah sakit begitupun Neta dan Yuga, mereka mendapat kabar dari dokter bahwa
Brandon mengalami benturan yang keras dimatanya sehingga membuatnya buta, sedangkan
Lia sedang kritis tetapi masih bisa berbicara. Dokter memanggil keluarga Lia karena Lia
ingin Berbicara pada mereka.
“Ayah, umi, kak Zain, Neta maafin aku kalau selama ini aku banyak salah sama kalian” kata
Lia menahan rasa sakit.
“Gak Lia, kamu gak salah apa-apa. Justru kita yang minta maaf sama kamu karena udah
ngelarang kamu sam Brandon, terutama ayah.” Kata pak Husein
“Gak yah, ayah gak pernah salah sama aku.” Kata Lia. “Boleh aku minta tolong sama kalian,
tolong jangan benci Brandon, jangan benci keluarganya, ini bukan salah mereka. Sampaikan
salam dan maaf aku sama mereka. Kalau aku gak ada nanti, tolong berikan organ tubuhaku
yang masih berfungsi untuk mereka yang membutuhkan, berikan mataku pada orang yang
aku cintai yaitu Brandon. Kak Zain, Neta tolong jagain ayah umi yah. Aku pergi dulu, maaf.”
Kata Lia sambil menangis. “Laillahaillalah muhammadan rasulullah” kata-kata Lia yang
terakhir dan menghembuskan napas terakhirnya. Semua yang disitu menangis termasuk
Brandon yang tidak bisa melihat lagi yang datang bersama keluarganya pun menangis dan
meminta maaf kepada almarhumah Lia.
“Lia, detik ini juga aku ucapkan ashaduan laillaha illallah waashaduanna muhammadan
rasulullah. Aku islam Lia” kata Brandon sambil menangis. Papah dan mamahnya Brandon
pun membaca kalimat sahadat didepan almarhummah Lia dan meminta maaf kepada Lia dan
keluarganya.
“Lia maafkan kami belum sempat merestui hubunganmu dengan Brandon, kami menyesal”
kata pak joseph sambil menangis
“Tak apa pak, Lia pasti senang melihat kalian semua menjadi muslim” kata pak husein
sambil menangis.
Operasi mata Brandonpun berlangsung dan Brandon bisa melihat dunia lagi dengan
mata orang yang dia cintai yang sudah tiada.
“Lia, aku akan menyimpan semua kenangan yang telah kita jalani bersama, terima kasih
sayang atas segala cinta yang telah kau berikan selama hidupmu itu. Mata ini, mata yang
menjadi saksi pertemuan pertama kita akan aku jaga. I Love U Lia” gumam Brandon dalam
hatinya dan membayangkan kenangan diadengan Lia dari awal masuk sekolah sampai Lia
meningggal, tak terasa air mata mengalir dipipinya.

SELESAI
Terimakasi
NAMA : RANIKA NURAFNI
KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : CAHAYA SMA NURRA

NURRA Adalah sebuah Mutiara nama yang telah diberikan oleh kedua Orangtua ku,
sebuah nama yang indah mengandung pancaran cahaya.

Terlahir dari ribuan cahaya cinta kasih, kehangatan, kebersamaan dan kasih sayang
yang tercipta dari adik dan orangtua ku.Bahagia memiliki keutuhan keluarga yang lengkap
dan sempurna.Bahagia terlahir di tengah tengah cahaya cinta yang telah diberikan mutiara
sayangnya untukku .

Dari cahaya itu aku berharap kehidupanku akan seindah cahaya dipagi hari yang sinarnya
membuat orang lain terpukau akan keindahannya.

Namun sebenarnya inilah kenyataan yang aku rasakan....

Kini aku telah menginjak dan masuk dalam masa putih abu-abu yaitu masa SMA,
Abu-abu seperti hidupku. Masa ini adalah suara yang terdengarnya masa menyenangkan,
masa-masa memberikan warna-warni kehidupan, masa mengukir memori menjadi kenangan
dan dimana saat hormon remaja mengenal cinta.

Di dalam fase itu banyak yang menjadikannya sebagai sejarah hidup, karena terlalu
banyak kenangan manis yang sulit untuk dilupakan sekalipun ingatannya itu rapuh.

“ apakah masa SMA ku akan seindah namaku?”(pertanyaan dalam Do’anya)

Kebahagiaan dalam keluarga telah tercipta dan berhasil ku miliki, begitupun dengan
kemudahan fasilitas yang ku inginkan. Namun ada sesuatu dibalik ini semua, aku mempunyai
keinginan sederhana yang bagiku tak mudah untuk aku dapatkan.

Teman sejati....

Kebersamaan telah terajut dengannya, kebersamaan telah tercipta. Bahkan rasa


sayang telah terukir, banyak masa-masa indah yang telah dilewati dengannya.
Namun semua hanyalah sementara saja keindahan itu telah layu senyap entah ada dimana,
pertemanan yang indah harus berjarak entah untuk apa dan mengapa, mungkin untuk
menjadikan kedewasaan diri dan materi untuk belajar melepaskan.

Tetapi bukankah seorang sahabat tak akan pernah meninggalkan kapan dan dalam
kondisi apapun, bukannya harus menemani ketika sahabatnya melakukan kesalahan?

Seharusnya tak pantas pergi , hanya untuk membuat sahabatnya berpikir atas
kesalahannya. Pergi meninggalkan kenangan, dan perih ketika dirinya mencari wadah baru
yang membuat dirinya nyaman.
Dan sekarang entah semuanya berada dimana dan harus apa. Dimana teman sejati itu
berada?.

“dimanakah teman sejati yang bisa menemaniku, membagi waktunya untukku dan berjuang
dalam kerasnya kehidupan”(pertanyaan dalam setiap lamunannya)

Semua telah tenggelam , hanya waktu dan kesendirian yang menjadi saksi hilangnya cahaya
yang terkandung dalam namaku.

Hidup terasa tak berarti,,, untuk apa semua ini? Memiliki semua tetapi tak memiliki
kepompong hidup. Dimana keindahan cahaya itu.

Abu abu seperti kertas kenangan yang telah terbakar, kini dimana masa SMA yang
terdengar indah, kini yang kurasakan adalah sebaliknya seperti perahu yang terbalik oleh
kejamnya ombak, kosong seperti kertas putih.

Kini semuanya telah hilang bersama kepedihan, pedih akan melepaskan. Masa yang
pahit. Masa yang kosong, seperti ada yang hilang namun masih ada, seperti ada yang mati
namun masih hidup inilah yang aku rasakan dimasa ini.

Langkahku entah kemana , kegelapan yang kurasakan dan kehampaan . ingin menjerit
namun tak bersuara, ingin teriak takut dunia mendengar. terlintas dalam benakku ingin pergi
menghilang dari masa ini mencari jati diri dan keseriusan dalam mengejar cita-cita dan
mimpi. Namun tersadar semua cepat atau lambat akan berakhir bersama waktu dan air mata.

Kini aku paksakan langkahku berada di sini ..

Detik detik waktu berjalan aku mulai mengenal keindahan abu abu ini dan aku
paksakan diriku untuk mengenalnya. Cinta adalah hal manis yang membangunkan
kerapuhanku.

Melihatnya, mengenalnya, bersamanya...

Didalam tengah tengah kesepian ia hadir entah untuk apa dan untuk siapa?

Ingin menyakiti atau memberi cahaya cinta? Atau ingin meninggalkan seperti teman yang
telah ku anggap keluarga.

Kepingan luka mulai kembali bersatu, kehadirannya membuat kedamaian dan


mendatangkan kesejukan, kekosongan yang mulai terisi. Sinar nya yang mulai hadir memberi
kebahagiaan..

cinta yang datang atas ketidakdugaan, terasa kebahagiaan telah sempurna.

Melihat, mengenal, dan bersamanya telah cukup mengisi masa abu abu ini
setidakknya ada taburan manis dimasa ini.
Namun ketika berada dalam indahnya cahaya pikiran itu merusak , yang kupikirkan
untuk apa mengenal jika akhirnya mengenang, mengawali dan lalu mengakhiri, datang dan
pergi.

Ketika telah nyaman dengan kebahagiaan mengapa harus meninggalkan dengan


alasan untuk masa depan dan sebuah kebodohan jika diataskan ada ketidakpastian.

Mungkin dia bukanlah takdir yang membuat ku tetap bertahan seperti cahaya surga,
mungkin tuhan menghadirkannya hanya untuk mengisi kekosongan bukan untuk menjadi
keabadian.

apapun itu aku selalu menyukurinya. Karena diri ini telah diberikan kesempatan
untuk merasakan melodi cinta.

Ku sadari..

Ketika kepompong meninggalkan ku, disana lah dia berada.

Karin , iya dia..

Gadis jutek yang berbeda kepribadian denganku, berbeda segalanya..

Namun dibalik itu aku merasakan sinyal persahabatan bersamanya..

Merasakan aku yang dulu hidup kembali bersama kupu kupu, gadis sederhana yang
menemaniku, mendengarkan semua kisahku Mengarahkan ku kepada jalannya cahaya .

Sekarang, bukan hanya menyayangi dan memberikan keperduliannya untukku, tapi


juga untuk keluargaku..

Ketika didalam kesepian suasana sekolah dia berkata

“aku ingin bersama kamu, melindungi kamu bukan hanya menjadi teman untukmu
tapi berharap bisa menjadi kaka untukmu dan adik adikmu. Berharap kita akan terus bersama
apapun yang terjadi meskipun nanti akan banyak halangan dan rintangannya, berjuang
bersama setelah lulus ini menggapai cahaya kesuksesan . hingga nanti keluargamu akan
menjadi keluargaku”( pernyataan karin dengan nada sedih)

“iyah kita akan berjuang bersama, jangan tinggalkan aku, ingatkan jika aku salah
kar”( jawabnya dengan mengharukan)

Nurra dan karin tercipta dalam banyaknya perbedaan, aku yang terbiasa hidup cukup
dan dia yang terbiasa dengan kesederhaan. Aku yang memiliki keluarga utuh dia yang hanya
memiliki seorang ibu. Aku yang hanya membutuhkan teman sejati tetapi dia yang
membutuhkan fasilitas, diatas perbedaan itu kita saling melengkapinya.

“jangan sia siakan orang tua mu terutama ayah mu”


( nasehatnya karin kepada nurra)

Dan papahku yang pernah berkata kamu kebanggaan papah

Kata itulah yang masih menyangkut di pikiran ku , dia yang mengajarkan ku


kesederhanaan, berbagi,mengenal kehidupan dan bersyukur untuk melihat kebawah.

Hanya bisa berharap agar kupu kupu itu akan terus bersama walaupun akan terbang
jauh tetapi tidak akan meninggalkan temannya.

Masa SMA Nurra ini, telah banyak memberi materi kehidupan..

Masa yang singkat namun berarti dengan perputaran waktu yang begitu cepat
melukiskan banyak kenangan, mengajarkan untuk tidak selalu tersenyum karena terkadang
perlu merasakan kesedihan untuk mengartikannya, mengajarkan untuk tegar dengan segala
yang ada, cinta yang membangun kesepian walaupun bukan tuk keabadian tapi mengajarkan
melepaskan dan persahabatan yang mengajarkan kedewasaan.

Masa aliyah ini akan tersimpan dalam memori yang kuat dan terukir dalam kenangan..

Menyadari bahwa cahaya itu sebenarnya telah ada pada diri kita namun tergantung kita
menjaganya..

Cahaya adalah keindahan , tanpa kita sadari keluarga dan persahabatan yang didasari atas
nama cinta adalah cahaya tergantung kamu menjaganya..

Dan cahaya itu telah aku dapatkan didalam keluarga dan persahabatan........

SELESAI
NAMA : RATIH EFRIYANTI

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : PENYESALAN

Suatu hari ada seorang gadis belia yang akan menginjak usia 17 tahun dibulan juli
nanti. Aura Fatimah Rahsya itulah namanya. Dia anak tunggal jadi dia satu-satunya harapan
kedua orang tuanya untuk membahagiakan mereka. Aura sekarang sekolah di Madrasah
Aliyah Negeri yang sangat bagus dan terkenal. Dia kelas XII.IPA 1, Aura termasuk murid
yang pandai disekolah. Saat semester 1 dia harus mempersiapkan dirinya untuk menghadapi
Ujian Akhir Madrasah nanti agar lulus dengan nilai yang terbaik untuk membanggakan orang
tuanya.
Akhir-akhir ini Aura dekat dengan Seorang Pemuda tampan yang kuliahnya akan
memasuki semester akhir yang akan mendapatkan gelar S1. Mereka berhubungan lewat
social media karena Aura takut kalau Ibunya tahu bahwa dia sedang dekat dengan seorang
pemuda. Dan pada akhirnya Aura ketahuan saat Chatting lewat BBM oleh Ibunya.
“Rara itu siapa sayang?” Tanya ibunya penasaran..
“Oh, bukan siapa-siapa kok Bun” Seru Aura sontak kaget
“Masa sih.. Bunda engga percaya coba Bunda mau lihat” Kata Ibunya sambil
mengambil ponsel Aura dari tangannya
“Maksudnya apa ini? Coba jelaskan Rara kamu sedang dekat dengan laki-laki?”
Tanya Ibunya tidak percaya
“Hmm.. iya Bun. Ma'afin Rara engga cerita sama Bunda tapi Rara engga ada
hubungan apa-apa kok sama dia” Kata Aura meyakinkan Ibunya
“Iya Rara sayang. Bunda percaya sama Rara, Rara engga bakal bohongin Bunda.
Bunda engga melarang Rara dekat dengan laki-laki tapi Bunda ingatkan harus hati-hati dan
waspada karena kesucian perempuan itu sangat berharga lebih dari apapun” Jelas Ibunya
menasehati
“Iya Bunda. Rara bakal ingat apa kata Bunda tapi laki-laki itu baik banget Bunda”
“Itu kan baru lihat dari luar saja. Kamu emang udah tahu kepribadiannya?”
“Belum begitu tahu sih Bun”
“Iya udah kamu tidur sana, nanti besok sekolah jangan sampai kesiangan” Kata
Ibunya Aura sambil membaringkan Aura dan menyelimutinya
“Iya Bunda selamat malam” Kata Aura sambil mencium pipi Ibunya
Keesokan harinya..
Aura bangun tepat adzan subuh dia langsung pergi ke Kamar Mandi untuk mengambil
air wudhu. Tiba-tiba saja ponselnya berbunyi tanda BBM masuk dan ternyata dari laki-laki
itu. Laki-laki itu bernama Anwar Dalvin Firdaus.
Ting ting ting (BBM masuk)
“Assalamua'alaikum. Perempuan sholehah selamat Pagi. Jangan lupa shalat
subuhnya yah” Di read dengan Aura dan membalasnya setelah ambil wudhu
10 menit kemudian
“Wa'alaikumsalam. Selamat Pagi juga Kak. Ma'af yah balesnya lama aku baru
selesai ambil wudhu” Delive seketika lalu read
“Iya engga apa-apa kok. Ya udah kamu shalat dulu aja sana” Diread dan Aura
langsung shalat.
Jam menunjukkan pukul 06.00 WIB. Aura langsung keluar kamar dan menuju Ruang
Makan untuk sarapan. 5 menit kemudian Aura langsung pamitan untuk berangkat sekolah
bareng Ayahnya. Aura sudah masuk kedalam Mobil tapi Ayahnya masih didalam Rumah dan
tiba-tiba Kak Dalvin menelpon.
Drr Drrr Drr (panggilan masuk Dalvin)
“Assalamua'alaikum, Hallo.. Ada apa Kak Dalvin?”
“Wa'alaikumsalam. Engga ada apa-apa kok. Kamu udah berangkat sekolah?”
“Ini baru mau berangkat lagi nungguin Ayah di mobil”
“Oh yaudah hati-hati dijalan yah. Wassalamua'alaikum”
“Wa'alaikumsalam”
Ayah tiba-tiba masuk dan menanyakan tadi yang menelpon siapa..
“Tadi siapa yang nelpon Rara?” Tanya Ayah curiga
“Teman Yah..” Ucap Aura dengan nada meyakinkan Ayahnya
“Oh. Teman. Ya udah kita berangkat sekarang” Jawab Ayah sedikit percaya.
Ayahnya langsung menyetir mobilnya dan tancap gas dengan kecepatan sedang. Lalu
tibalah Aura di Sekolah dan berpamitan dengan Ayahnya. Tiba-tiba ada seseorang gadis yang
meneriaki namanya, sudah pasti Aura tahu bahwa dia itu sahabat dekatnya.
“Auraaa...” Teriak gadis itu
“Meyfiaaa..” Sahut Aura kencang sambil berlari mendekati gadis yang bernama
Meyfia itu dan berpelukan
“Eh, Ra engga kerasa yah bentar lagi kita lulus dari Sekolah ini” Ucap Meyfia sedih
“Iyaa, benar banget. Kamu mau lanjut kemana nanti?” Tanya Aura
“Aku sih maunya ke UIN Syarif Hidayatullah. Kalau kamu?” Tanya Meyfia
“Akuu... masih bingung nih, maunya sih di UI atau UGM tapi kayaknya UGM engga
jadi deh soalnya kejauhan” Jelas Aura
“Lho kenapa engga di UIN aja bareng aku? dan kalau kejauhan kan biar membuat kita
mandiri juga” Seru Meyfia
“Engga mau ke UIN lah. Yang kamu bilang emang benar sih. Tapi kata Bunda dan
Ayah sebaiknya di UI aja” Ucap Aura
“Oh. Di UI juga bagus kok Ra” Jawab Meyfia
Bel sekolah pun berbunyi tanda masuk
“Iyaa, ayo masuk udah bel tuh” Ajak Aura
Mereka berdua menuju kelas XII.IPA 1 dan tidak sengaja Meyfia menabrak seorang
laki-laki yang sedang tergesa-gesa.
“Aduuhh’ Ucap Meyfia spontan jatuh
“Ma'af yah saya buru-buru” Ucap laki-laki itu sambil berdiri dan langsung
meninggalkan kita berdua.
“Fia kamu engga apa-apa kan?” Tanya Aura khawatir sambil membantu Meyfia
berdiri
“Iya, engga kok. Ayo kita lanjut ke Kelas” Ajak Meyfia
6 jam kemudian waktu menunjukkan pukul 12.30 WIB dan bel pulang pun berbunyi.
Ayah Aura telah menunggu cukup lama karena hari ini beliau tidak sibuk di Kantornya.
“Aura kamu dijemput engga?” Tanya Meyfia
“Iya, aku dijemput Fi. Kamu mau ikut?” Ajak Aura
“Engga terima kasih. Aku mau ada urusan dulu pulang nanti” Tolak Meyfia
“Oh yaudah kalau begitu. Aku pulang duluan yah Fia” Pamit Aura
Di depan Gerbang sekolah mobil Ayah Aura telah terlihat dan Ayah Aura membuka
kaca mobil depan untuk memanggil anaknya agar cepat masuk kedalam mobil.
Sampai di Rumah Aura langsung masuk ke Kamarnya dan mengganti pakaiannya.
Saat mengecek Ponsel Aura melihat ada sebuah pesan dari Dalvin, mungkin laki-laki itu telah
terpikat olehnya padahal Aura hanya menganggapnya seorang Kakak tidak lebih. Tapi lama
kelamaan perasaan yang tidak diinginkan itu muncul tiba-tiba hingga pada suatu hari tidak
ada kabar dari Dalvin sampai 2 minggu kemudian. Aura terlihat sangat gelisah dan Ibunya
yang melihatnya sangat merasa aneh dengan anaknya.
“Rara kamu kenapa sih dari tadi Bunda perhatikan kamu sangat gelisah” Tanya
Ibunya heran
“Engga apa-apa kok Bun. Rara hanya pusing aja” Elak Aura
“Kamu pasti lagi memikirkan Dalvin ya?” Tanya Ibunya menggoda
“Iya Rara lagi memikirkan Dalvin” seru Aura lesu
“Emang Dalvin engga ada kabar?” Tanya Ibunya
“Engga” Ucap Aura “Bun Rara ijin ke Rumah Meyfia yah mau buat tugas. Boleh
engga?” Tanya Aura setelah melihat pesan di Ponselnya
“Iya boleh. Tapi ingat jangan pulang malam” Ucap Ibunya
“Oke Bun” Ucap Aura sambil keluar Rumah dan meminta supir mengantarkannya.
Aura pun sampai dirumah Meyfia dan langsung masuk ke Kamarnya karena hanya
ada pembantunya sedangkan Ayah dan Ibunya berada di Singapura karena pekerjaannya.
“Assalamu'alaikum. Fia..” Ucap Aura sambil membuka pintu
“Wa'alaikumsalam. Aura..” Jawab Meyfia bahagia
“Kamu kenapa sih Fi bahagia banget kelihatannya?” Tanya Aura penasaran
“Kamu tahu yang tadi aku tabrak siapa?” Tanya Meyfia balik
“Engga tahu. Emang siapa?” Tanya Aura heran
“Engga sengaja aku lihat tentang Ekstrakulikuler Basket di Sekolah kita. Dan aku
lihat siapa kaptennya ternyata kapten Basket itu dia laki-laki yang tadi pagi tabrakan sama
aku” Jelas Meyfia dengan bergairah
“Oh terus?” Jawab Aura singkat
“Lho kok kamu responnya gitu aja. Ya terus aku sepertinya suka sama dia..” Jawab
Meyfia sambil menghayal
“Iya udah bicara langsung aja ke dia”
“Apa? Masa iya perempuan bicara suka duluan. Aku engga mau” Ucap Meyfia kaget
sambil mengerenyitkan alisnya
“Oh yaudah kalau gitu diam aja” Ucap Aura singkat
“Aduh Aura kamu kok gitu sih bukannya kasih saran apa kek biar aku bisa dekat
dengan dia” Ucap Meyfia kesal
“Oh ma'af yah Fi.. aku engga tahu harus kasih saran apa sama kamu. Sedangkan aku
juga belum pernah menjalin hubungan dengan laki-laki” Jelas Aura merasa bersalah
“Iya deh aku tahu kok kamu itu kan Jones” Jawab Meyfia dengan tertawa keras
“Terserah kamu. Iya udah kita kerjain tugas aja nanti keburu malam. Soalnya aku
engga boleh pulang habis maghrib”
“Aduh ya deh anak mami” Gurau Meyfia pada Aura
“Fiaa sekali lagi kamu mengejek aku. Aku bakal pulang aja” Ucap Aura kesal
“Iya ma’af deh anak mami” Ucap Meyfia lagi dan lagi mengejek Aura
Aura pun berdiri dan pergi keluar dari Kamar Meyfia yang sudah membuat sangat
kesal, Meyfia pun mengejarnya dan akhirnya Aura pun luluh dengan rayuan Meyfia. Mereka
mulai mengerjakan tugasnya. Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB Aura
segera membereskan barang-barangnya yang tergeletak di Kamar Meyfia. Aura pun
menunggu supir jemputannya dan akhirnya supir itu pun tiba. Sampai di Rumah Aura
dikejutkan dengan curhatan Bundanya tentang kedatangan Dalvin ke Rumah, Aura pun heran
mengapa Dalvin bisa tahu alamat Rumahnya?
“Rara.. kamu harus tahu ini. Dalvin barusan datang ke Rumah” Seru Ibunya heboh
“Masa sih Bun? Kak Dalvin tahu darimana alamat Rumah aku? Terus dia mau apa
kesini?” Tanya Aura penasaran
“Atuh mana Bunda tahu kali aja dia cari tahu alamat Rumah kita. Dan kamu mau tahu
apa yang dia bicarakan tadi..” Ucap Ibunya penuh misteri
“Iya Bun dia bicara apa?” Tanya Aura semakin penasaran pada jawaban Ibunya
“Dia mau minta restu sama Bunda untuk berhubungan dengan kamu” Jawab Ibunya
“Apa?” Seru Aura kaget “Udah lah Bun abaikan aja apa yang Kak Dalvin bicarakan
lagian aku mau fokus ke Kuliah dulu nantinya. Di amah enak sebentar lagi lulus jadi S1”
Lanjutnya
“Iya benar banget. Rara harus fokus meraih cita-cita Rara dulu” Lanjut Ibunya
“Iya udah Rara mau masuk Kamar dulu Bun capek” Jawab Aura
1 Tahun kemudian..
Aura telah lulus SMA dan kini dia sedang sibuk mengurusi kuliahnya. Akhirnya dia
masuk UIN Syarif Hidayatullah karena di UI sudah tidak menerima mahasiswa lagi bisa
dibilang sudah penuh. Dan Aura pun terpaksa bertemu dengan Dalvin karena Dalvin
melanjutkan S2 nya di UIN lagi. Aura dan Meyfia bersama lagi mungkin udah takdir mereka
selalu berdua dimana pun dan kapan pun. Aura mengambil Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan jurusan Pendidikan Dokter sedangkan Meyfia mengambil Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan jurusan Pendidikan Biologi.
2 minggu kemudian. OSPEK pun telah selesai, Aura dan Meyfia pun telah sah
menjadi mahasiswi UIN Jakarta. Hingga suatu hari Aura bertemu dengan Dalvin di Kantin.
“Aura?” Tanya seorang laki-laki
“Iya..” Jawab Aura sambil menengok ke arah suara itu dan ternyata itu Kak Dalvin
yang selama ini dia khawatirkan bila bertemu langsung
“Kamu kuliah disini juga yah?” Tanya Dalvin terlihat bahagia
“Hmm.. Iya Kak” Jawab Aura terbata-bata karena canggung
“Kakak boleh gabung?” Tanya Dalvin sambil melihat Meyfia
“Ra ini siapa?” Bisik Meyfia heran karena Meyfia belum tahu cerita Dalvin dengan
Aura
“Ini Kak Dalvin senior disini” Jawab Aura berbisik
“Wah hebat yah kamu baru jadi mahasiswi disini langsung dideketin sama senior aja
ganteng lagi” Ledek Meyfia yang tidak kenal dengan Dalvin
“Fia, diam deh kalau engga tahu” Ketus Aura
“Kakak silahkan duduk” Kata Meyfia sambil memberi tempat duduk pada Dalvin
“Kamu sahabatnya Aura?” Tanya Dalvin pada Meyfia
“Oh iya Kak. Kenalin aku Meyfia Haradisya” Kata Meyfia sambil mengulurkan
tangannya
“Iya aku Anwar Dalvin Firdaus” Jawab Dalvin bersalaman dengan Meyfia
“Kakak udah kenal lama sama Aura?” Tanya Meyfia mulai kepo
“Lumayan lama, setahun lebih yah kan Ra?” Kata Dalvin
Aura hanya mengangguk tanda mengiyakan perkataan Dalvin. Tiba-tiba lebaynya
Meyfia kambuh dan dia teriak seketika hingga semua orang mengarah padanya.
“Fiaa, kamu berisik banget sih malu-maluin aja tahu” Ketus Aura sambil memarahi
Meyfia
“Iya ma'af deh Ra, aku kan kelepasan. Habisnya sih kamu sama Dalvin bikin aku
jantungan” Kata Meyfia tertawa
“Siapa yang bikin kamu jantungan malahan kita yang dibikin jantungan sama kamu
dan dibuat jadi pusat perhatian!!!” Ketus Aura sambil marah
“Udah jangan ribut. Engga ada yang salah kok Fia cuma kaget Aura” Kata Dalvin
mendamaikan
“Bener tuh kata Kak Dalvin” Kata Meyfia Besar kepala
Di Taman Kampus, Aura dan Meyfia sedang duduk sambil membuka tugas mereka
masing-masing dan tiba-tiba Dalvin datang lagi.
“Hai Ra” Sapanya pada Aura
“Aura aku masuk duluan yah soalnya ada Kelas nih” Kata Meyfia langsung pergi dan
menghiraukan perkataan Aura
“Fia tungguin aku” Teriak Aura tapi Meyfia tetap saja berlari
“Kamu kenapa kok menghindar dari Kakak?” Tanya Dalvin sedih “Nih Es krim buat
kamu”
“Aduh itu es krim enak banget rasa coklat lagi” dalam batinnya “Aku engga
menghindar kok, Terima Kasih Kak” Jawab Aura
“Kalau kamu engga menghindar apa buktinya. Buktinya es krim ini aja kamu tolak”
Jelas Dalvin
“Aku engga ngehindarin Kakak, dan engga ada hubungannya dengan es krim itu”
Jawab Aura
“Kalau gitu kamu ambil es krim ini” Kata Dalvin sedikit memaksa
“Iya udah ini aku ambil” Kata Aura sambil mengambil es krim itu dari tangan Dalvin
“Jalan yuk pulang ini?” Ajak Dalvin
“Engga deh Kak soalnya aku lagi sibuk banget nih” Tolak Aura
“Iya udah kita ke Rumah Kakak aja yah please” Kata Dalvin
“Iya udah deh tapi jangan lama yah” Kata Aura setuju
“Siap bos” Layaknya Polisi
Pukul 16.00 WIB pulang. Saat Aura keluar langsung ada Dalvin di pintu yang sudah
lama menunggunya.
“Lho Kak Dalvin cepat banget kesininya” Kata Aura aneh
“Demi kamu aku harus cepat” Jawab Dalvin semangat
“Oh yaudah. Katanya kita mau ke Rumah Kakak” Tanya Aura
“Iya udah ayo. Kita naik motor Kakak yah” Kata Dalvin sambil menarik tangan Aura
“Iya. Kakak lepasin sakit tahu” Keluh Aura
“Aduh yah ma'af. Kakak terlalu bersemangat” Kata Dalvin tersenyum
Tak lama akhirnya sampai di Rumah Dalvin dan Dalvin langsung mengajak Aura
untuk bertemu dengan Ibunya.
“Assalamu'alaikum. Ibu, Dalvin pulang” Kata Dalvin
“Wa'alaikumsalam. Dadal kamu udah pulang. Lho ini siapa Dal?” Tanya Ibu Dalvin
“Ibu jangan panggil Dalvin dengan sebutan itu” Bisik Dalvin pada Ibunya
“Emang kenapa Dal. Ibu salah, oh kamu malu yah. Pasti ini pacar kamu kan?” Tanya
Ibu Dalvin kepo
“Sore Tante” Sapa Aura sambil bersalaman
“Iya cantik sore. Kamu siapanya Dalvin?” Tanya Ibu Dalvin
“Aku Aura teman Kak Dalvin Tan” Jawab Aura
“Oh teman. Kamu kuliah di UIN juga?” Tanya Ibu Dalvin
“Iya Tante. Aku baru masuk tahun ini” Kata Aura
“Iya udah kamu duduk disana aja yah Ra” Kata Dalvin sambil menunjuk Sofa “Iya”
Jawab Aura
Dalvin menarik Ibunya ke Kamarnya. Dan memberitahu Ibunya bahwa itulah
perempuan yang selama ini Dalvin suka. Dalvin langsung turun kembali menemui Aura dan
mengajak bicara.
“Kamu di Rumah dipanggil Dadal?” Tanya Aura sambil menahan tawa
“Emangnya kenapa?” Kata Dalvin
“Engga apa-apa lucu aja. Kok bisa?” Kata Aura tertawa
“Iya bisalah cantik. Panggilan Dadal itu berawal dari Dalvin yang suka sama Dodol
jadi panggilan Dadal” Jelas Ibu Dalvin yang mengantarkan minuman
“Oh begitu Tante pantesan” Kata Aura
“Pantesan apa Ra”
“Aku sering lihat bekas bungkusan dodol di tas Kakak”
“Jadi kamu lihat itu” Kata Dalvin tersipu
“Iya ma'af ya Kak”
“Engga apa-apa”
Tak terasa sudah pukul 17.30 WIB Aura langsung pamit pulang dengan Ibu Dalvin.
Dan Dalvin disuruh Ibunya untuk mengantarkan Aura sampai Rumah. Sampai lah di Rumah
Aura dan Ibu Aura dengan Ayahnya keluar mendengar ada suara motor di depan Rumahnya.
“Rara..” Panggil Ibunya Aura
“Iya Bunda” Kata Aura langsung pergi meninggalkan Dalvin
“Itu Dalvin ya. Suruh dia kesini dulu Ra” Kata Ibu Aura
“Kak Dalvin sini” Sahut Aura
“Hai Tante, Om” Kata Dalvin bersalaman
“Kamu Dalvin kan yang waktu itu meminta restu kesini untuk berhubungan dengan
anak Tante” Kata Ibu Aura
“Iya Tante” Kata Dalvin menunduk karena takut tidak direstui
“Kamu boleh berhubungan dengan anak Tante asalkan kamu lindungi anak Tante
baik-baik” Kata Ibu Aura
“Benar Tante?” Tanya Dalvin tak percaya
“Iya benar” Jawab Ibu Aura “Kamu akan Tante jodohkan dengan anak Tante”
Sambungnya
Aura hanya tercengang tidak percaya dan Dalvin sangat bahagia.
“Bunda engga bercanda kan?” Tanya Aura heran
“Engga. Jadi kalian engga mau yaudah Bunda tidak akan merestui” Kata Ibu Aura
“Mau Kok” Jawab Aura dan Dalvin bersamaan
“Kalau gitu aku pulang dulu yah Tante Om” Pamit Dalvin bersalaman
Sudah 2 minggu mereka menjalankan hubungannya, tiba-tiba Dalvin meminta untuk
LDR atau mengakhiri hubungannya pada Aura. Aura tidak tahan mendengar Dalvin
mengatakan itu padanya. Mereka bertemu di Kampus.
“Aura” Panggil Dalvin
“Iya ada apa Kak?” Tanya Aura santai
“Aku mau bicarakan hal ini sama kamu tapi kamu jangan salah paham dulu yah dan
dengarkan baik-baik” Kata Dalvin membuat Aura penasaran “Iya Kak” Kata Aura
“Aku mau kita LDR kamu mau?” Tanya Dalvin kaku
“Apa, kenapa kita harus LDR Kak?” Tanya Aura
“Soalnya aku mau pindah ke Amerika untuk menemani Ayah aku yang sedang
bekerja disana” Jelas Dalvin pelan
“Terus Kuliah Kakak gimana?” Tanya Aura
“Iya pindah juga. Maka nya Kakak nanya hal ini sama kamu. Kamu mau kita akhiri
hubungan ini atau LDR aja. Kalau Kakak sih maunya LDR” Kata Dalvin
“Aku terserah Kakak aja. Mungkin LDR yang terbaik untuk kita. Tapi Kakak bakal ke
Indonesia lagi kan?” Tanya Aura
“Iyalah Ra. Kakak disana hanya 1 tahun” Kata Dalvin
“Iya udah. Kakak berangkat kapan?” Tanya Aura
“Besok Kakak berangkat pagi” Kata Dalvin
“Iya udah. Aku hanya bisa mendoakan Kakak dan keluarga semoga selamat sampai
tujuan. Dan salam juga yah buat Keluarga Kakak ma'af aku engga bisa antar” Kata Aura
menahan kesedihan
“Iya engga apa-apa” Kata Dalvin “Aku tahu Ra kamu pasti sedih banget dan ingin
menangis tapi kamu tahan karena kamu engga mau aku kepikiran sama kamu” Batinku
“Aku masuk kelas dulu yah Kak” Kata Aura pergi
Dalvin hanya bisa bicara dalam hatinya dan dia sungguh sedih melihat Aura seperti
ini. Sore harinya Meyfia datang kerumah Aura. Dan Aura langsung meluapkan kesedihannya
pada sahabatnya itu.
“Fia.. kamu harus tahu kalau aku sama Kak Dalvin besok mulai LDR” Ujar Aura
menangis dan memeluk Meyfia
“Apa beneran? Emangnya Kak Dalvin mau kemana?” Tanya Meyfia sambil memeluk
sahabatnya itu
“Dia mau ke Amerika ikut orang tua karena bapaknya bakalan kerja disana selama 1
tahun” Jawab Aura semakin sedih
“Iya udah kan nanti ke sini Kak Dalvinnya. Sahabat aku engga boleh nangis gini ah.
Sahabat aku yang cantik ini harus kuat kan masih ada aku yang menemani kamu” Rayu
Meyfia sambil mengelus kepala Aura
“Iya, aku engga bakal nangis lagi. Terima Kasih yah Fia kamu mau jadi sahabat
terbaik aku” Kata Aura semangat
“Iya sama-sama Ra”
“Ma'af yah datang-datang kamu dikagetin hal yang seperti ini sama aku. Oh ya kamu
ada kesini?” Tanya Aura
“Aku mau pinjam Flashdisk soalnya punya aku rusak banyak virusnya aku mau beli
tapi engga keburu. Besok dipake buat kasih tugas ke dosen” Jelas Meyfia
“Oh yaudah ini” Kata Aura sambil menyodorkan Flashdisk
“Iya udah aku pulang yah. Soalnya lagi sibuk, besok deh aku dengar curhatan kamu
lagi” Kata Meyfia
“Iya hati-hati Fia. Aku engga antarin keluar yah” Kata Aura
“Iya engga apa-apa. Udah kamu istirahat ya. Bye” Kata Meyfia
Keesokan harinya, Aura sudah bangun dari tidurnya dan mendapat sebuah pesan dari
Dalvin di Messenger.
“Assalamu'alaikum. Aura aku dan keluarga pamit yah sama kamu dan keluarga. Aku
sebentar lagi berangkat” Kata Dalvin dalam pesan
“Wa'alaikumsalam. Iya Kak hati-hati ya ma'af aku engga bisa kesana. Kakak ada di
bandara?” Tanya Aura
“Iya ada di bandara. Jam 06.00 aku udah terbang” Jawab Dalvin
“Oh. Udah dulu yah Kak aku mau siap-siap berangkat ke Kampus.
Wassalamu'alaikum” Kata Aura mengakhiri pembicaraan
“Wa'alikumsalam” Balas Dalvin
Aura sebenarnya ikhlas Dalvin pergi tapi dia tidak mengijinkan Dalvin pergi hari ini
dan pada saat berangkat ke Kampus Aura membawa mobil sendiri tanpa supir karena saat itu
Supirnya ijin sakit. Aura membawa mobil dengan dirinya yang tidak terkontrol karena dia
sedang sakit dan tiba-tiba mobil yang dikendarai Aura hampir menabrak anak kecil dan Aura
mencoba me-rem mobilnya tapi tidak bisa. Akhirnya baru disadari bahwa rem mobilnya
blong dan Aura pun langsung menyetir dengan pikiran kacau mobilnya pun masuk ke dalam
jurang.
Saat itu ada kabar dari polisi yang menemukan mobil Aura dengan keadaan yang
sudah sangat hancur, telepon rumah pun berbunyi. Ibunya Aura mengangkat telepon itu dan
dia langsung syok karena mendengar Aura kecelakaan dan tidak selamat saat dibawa ke
Rumah Sakit. Keluarganya Aura langsung menuju Rumah Sakit dan menangis melihat
keadaan Aura. Lalu Dalvin pun menunda ke berangkatannya dia mendengar kabar dari
Meyfia yang sangat mengacaukan pikirannya bahwa Aura sudah tiada. Dalvin datang dan
menyesal dia tidak mendengarkan keinginan terakhir Aura dan Aura pun yang lebih dulu
meninggalkan Dalvin selamanya.

TAMAT
NAMA : RILLA RIFATUL HIKMAH

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : WONDER LAND DALAM MIMPI

Hari ini akan diadakan pesta di Istana, aku dan teman-temanku datang ke pesta. Gaun
yang ku pakai berbeda dari teman-temanku.Bahkan ketika aku tiba di Istana, aku jadi pusat
perhatian, aku layaknya gadis dengan pakaian sirkus. Prinsipku, apa yang kusuka itulah yang
aku pakai. Lagipula aku nyaman memakainya.

Ketika semua orang berpesta dan menari-nari, disudut lain aku melihat ada pancaran
yang berkilau di cermin. Seperti menarikku untuk menghampirinya.Diam-diam aku
menghampiri cermin itu.Tapi nyatanya itu bukan cermin.Itu adalah pintu tersembunyi, dan
saat aku masuk kedalam ternyata itu adalah ruangan rahasia.

Ada yang menjadi pusat perhatianku, aku melihat cermin yang begitu besar.Aku
mencoba untuk berkaca.Saat aku lihat wajahku dikaca tiba-tiba ada seekor kupu-kupu yang
menghampiriku dan menyuruhku untuk mengikutinya, tak kusangka ternyata kupu-kupu itu
masuk kedalam cermin.Akupun penasaran dengan itu, akhirnya aku memberanikan diri
masuk kedalam cermin itu.Ternyata aku melihat seperti cahaya putih, aku terus berjalan
perlahan.Tiba-tiba aku disambut oleh peri aguela, tweedles si kembar yang sangat
menggemaskan dan mally si tikus putih yang pemberani.Mereka teman-temanku di
wonderland.

“mana petter?” tanyaku.

“petter sedang bermasalah” Jawabnya.

“masalah apa? Apa aku datang disaat yang tidak tepat?”

“justru kau datang disaat yang tepat, kami cemas jika kau tidak datang anna.” Ujar peri
dengan.

“kenapa petter?”

“dia gila” jawab tweedles.

“ya aku tahu, itulah kelebihannya, itu yang membuat dia menjadi dirinya sendiri.”

“dia kurang waras, dia tidak mau tertawa, dia menggelap dan tidak mau keluar rumah.” Ujar
tweedles.

“kami harap kaulah yang bisa menyelamatannya anna.” Ujar peri aguela.

“dimana dia?” tanyaku.


Tweedles menunjuk kearah rumah petter, aku pun berlari dan langsung mengetuk pintu
rumahnya.

“petter? Petter?Ini aku anna.” panggilku dengan rasa cemas.

“kamu? Anna? Senang bisa melihat kamu lagi, ayo masuk.” jawabnya.

Aku heran, petter berbeda dari biasanya.Ia seperti orang yang kehilangan akal fikiran, apa
benar yang dikatakan teman-temannya.

“anna, lihat foto itu! Ibu ku anna.Ia sangat cantik, sayangnya kemana ibuku pergi? Aku
berharap dia bisa kembali. Anna, jika kau teman baikku, aku harap kau bisa membawa ibuku
kembali dengan cara apapun, hanya kau anna yang bisa menolongnya.”

“Aku ingin menolongmu, tapi itu mustahil.Ibumu sudah tidak ada petter, maafkan aku.”

Saat aku mengatakan itu, petter berubah.Rambutnya memudar, matanya memerah


seperti orang marah. Petter mengusirku dari rumahnya, ia pasti kecewa dengan perkataanku.
Aku harus cari cara agar petter berubah seperti semula lagi. Aku sayang padanya, dia teman
terbaikku.

Aku menghampiri peri aguela dan yang lainnya. Aku bertanya padanya apakah ada
cara lain agar bisa membawa petter seperti semula. Peri aguela tau segala hal tentang dunia
wonderland.Ya, aku memang berbeda dunia dengan petter, oleh karena itu kami sangat sulit
bertemu.Baru kali inilah kami bertemu kembali setelah sekian lama, tapi petter sungguh
berbeda.

“ada cara untuk menyelamatkan ibu petter, tapi ini sungguh mustahil jika kami yang
melakukannya.”

“maksud peri?” tanyaku.

“kau harus meminjam timesphere pada sang waktu. Kembali ke hari vandush dan
menyelamatkan ibu petter dari serangan peri anabella yang jahat.Karena kau bukan dari dunia
kami, maka hanya kau yang bisa melakukannya. Jika dari dunia kami yang melakukannya
dan kembali ke hari itu, melihat diri kita dimasa itu, maka hancurlah wonderland dan tinggal
lah sejarah .”

“meminjam kepada sang waktu? Berarti waktu itu adalah seorang laki-laki?.Petter teman
sejatiku, aku harus membantunya.Baiklah aku akan kembali ke hari vandush, demi
menyelamatkan ibu petter dan membawanya kembali.”

“kau sungguh berani anna.” Ujar peri, tweedles dan mally bertepuk tangan.

Aku tiba ditempat jam besar. Inilah jalan menuju istana waktu dimana aku akan
meminjam timesphere pada sang waktu. Suasana sungguh gelap dan berkabut namun masih
ada cahaya terang dari dalam istana. Akhirnya aku tiba di istana dan langsung masuk
kedalam menemui sang waktu. Saat aku tiba didalam, aku mendengar suara seseorang,
akupun bersembunyi dibalik dinding.

Bel berbunyi…

“apa hari seperti ini tidak akan berakhir?” ucap sang waktu.

Aku melihat sang waktu membuka gerbang yang bertuliskan “RAKYAT


WONDERLAND YANG MASIH HIDUP” ia mengambil jam yang banyak bergantungan
diatas langit-langit dan ia mencari tahu siapakah yang waktunya habis, artinya siapa yang
sudah mendekati akhir hidupnya. Lalu ia keluar dari ruangan itu dan ia membuka gerbang di
sebrangnya yang bertuliskan “RAKYAT WONDERLAND YANG SUDAH MATI” ia
menggantungkan kembali jam yang diambilnya. Tidak sengaja aku mendorong gerbang
hingga gerbang bergeser dan sang waktu melihatku.

“siapa itu? Aku melihatmu, bagaimana kau bisa masuk? Itu mustahil, keluar kau penyusup
kerdil!” ucap sang waktu.

“oh ternyata hanya seorang gadis” sautnya saat aku memberanikan diri menemuinya.

“tolong! Maaf mengganggu. Jika boleh meminta waktumu sebentar.”Ucapku.

“waktu? Akulah waktu…kekal, abadi, tak terhingga.Jadi kau ingin meminta waktu padaku?”

“ya…” jawabku.

“Bisakah kamu meringkas perkataanmu dengan singkat, karena ku tidak suka orang yang
tidak bisa meringkas perkatannya.”

“temanku dalam masalah besar…”ucapku.

“cukup sudah perkataan tak berakhirmu!...aku ada tugas penting” ujarnya dengan nada keras.

“tolong! Kau belum menjawab pertanyaanku.”

“sebentar…kenapa kau membawa prajurit mati disakumu?”Tanya sang waktu.

Aku membawa jam mati. Itu adalah jam pemberian dari almarhum ayahku. Hanya itu
kenangan darinya untukku.Sang waktu menunjukan padaku jam besar yang indah sepanjang
masa.jam itu ada juga pada tubuh sang waktu, apabila jam besar rusak maka sang waktu pun
akan rusak bahkan mati. Ia juga mengenalkan padaku para prajuritnya, detik menit jam…ya
itulah prajuritnya seperti robot yang bergerak bekerja tidak pernah henti.

Sang waktu mengajakku masuk keruangannya…

“jadi pertanyaanmu apa tadi? Kau hanya punya waktu satu menit.”Ujarnya.

“ini tentang petter, dia teman baikku. Baru-baru ini dia yakin ibunya yang lama hilang masih
hidup.Tentu saja ibunya tidak mungkin hidup sungguhan karena ratu jahat membunuh ibunya
di hari vandush.Jadi aku meminta izin padamu meminjam timesphere untuk menyelamatkan
ibu petter…”jawabku dengan cepat, karena waktu yang diberika begitu sedikit.

“timesphere?...kau ingin meminjamnya? Mencurinya?” Tanya sang waktu.

“ya..” jawabku

“kamu meminta menghancurkan sejarah. timesphere adalah daya dari jam besar.”

“tapi aku membutuhkannya. Tanpa itu petter tidak mungkin sembuh. Dan aku harus…”

Belum selesai aku mengucapkan perkataanku, sang waktu memotongnya. Ia


memanggil prajuritnya dan meminta agar aku keluar dari istananya. Akupun berjalan keluar
ruangan sediri dan dengan diam diam aku mencoba menghampiri jam besar. Saat aku masuk
kedalamnya aku melihat timesphere.Akupun langsung menghampiri dan
mengambilnya.Seketika para prajurit detik menjadi menit, menit menjadi detik dan berubah
menjadi jam, mereka menjadi para robot yang besar yang mencoba menangkapku.Aku
berlari, aku tersandung dan terjatuh, timesphere yang ku genggam terjatuh ke lantai, seketika
timesphere berubah menjadi bola besar yang didalamnya seperti kendaraan kapal. Aku pun
lari dan masuk kedalam timesphere, aku cukup berpengalaman dengan kapal jadi aku tahu
cara menemudikannya.

“prajurit hentikan dia! tahan dia jangan sampai pergi.” Teriak sang waktu berlari lalu terjatuh
sambil memegang dadanya yang kesakitan karena daya dari jam besar tidak ada.

Usaha para prajurit menahanku gagal. Aku berhasil membawa timesphere dan aku
harus menelusuri lautan waktu untuk menemui hari vandush. Saat di perjalanan tiba-tiba sang
waktu mengejarku, ia menyenggol timesphere hingga aku terpental dan aku masuk kedalam
hari yang ntah apa namanya. Aku ada pada hari itu, dan ternyata di hari itu adalah peristiwa
penobatan peri di wonderland.Aku melihat peri aguela dan kakaknya peri anabella sedang
duduk diatas kursi kerajaan yang disaksikan oleh rakyat wonderland. Petter ada pada saat itu,
aku melihat ia bersama ibunya, petter yang memegang box yang berisikan mahkota, ibu
petter mendampinginya.

Petter pernah bercerita saat penobatan yang merancang mahkota untuk peri adalah
ibunya.Saat aku saksikan penobatan itu terjadi musibah pada peri anabella, dimana mahkta
yang dirancangnya hancur berserakan karena rambut peri anabella yang keras dan kaku,
sehingga mahkota sulit dipasang dipaksapun akhirnya hancur.Semua yang menyaksikan
tertawa terutama petter.

Dan dari situlah awal mula peri anabella benci dan dendam kepada petter dan ibunya
karena dengan rancangan mahota yang tidak kuat mempermalukannya didepan banyak orang
akibat insiden itu.peri anabella memang keras kepala oleh karena itu ia tidak dinobtankan
sebagai peri wonderland, ia semakin murka dan ia langsung meninggalkan semua orang lalu
pergi ntah kemana.
“aku benci kalian, aku benci kalian semuaaa…aku tidak akan pernah lupa kepada kalian. Aku
akan balas dendam, dan ingat petter lihat nanti apa yang akan terjadi kepada ibumu.”Ucap
peri anabella dengan nada marah.

Setelah aku menyaksikan penobatan peri aguela aku langsung mengemudikan timesphere
untuk menelusuri luatan waktu dan datang di hari vandush.

“itu dia hari vandush, aku harus selamatkan ibu petter secepatnya.”

Aku sampai di hari vandush, dimana saat itu terjadi kekacauan, rumah-rumah
penduduk dibakar oleh para naga yang jahat milik sang peri, disudut lain aku melihat ibu
petter memangis meminta bantuan. Namun saat aku akan membantu aku melihat peri
anabella menghampiri ibu petter dan menangkapnya, ntah akan dibawa kemana ibu petter.

Aku langsung kembali ke waktu pertamaku, menjumpai petter. Saat aku tiba dirumah petter
ia hanya terbaring ditempat tidur, terdiam dengan mata tertutup, wajah pucat .

“dia hampir tidak berdetak” ujar tweedles.

“aku takut kau terlambat anna…” ujar peri aguela.

“petter…” panggilku memeluknya saat terbaring kaku.

“ia semakin memudar, aku tidak tega melihatnya seperti ini” ucap mally, si tikus kecil
temaku.

“berpamitlah anna…” ucap peri aguela.

“ayo…” ujar tweedles sambil pergi meninggalkan aku dan petter.

“bangun petter…aku mohon, bangun, kumohon bangunlah. Ibumu sangat membutuhkan


bantuanmu…aku sangat minta maaf petter, ku kira itu mustahil.Harusnya aku percaya
padamu.”

“kau percaya padaku?” jawab petter sambil membuka matanya.

“aku akan selalu percaya kepadamu.” Jawabku.

“anna…” tersenyum kepadaku.

“aku merindukanmu petter.” Ucapku dan ku peluk dia.

“aku juga sangat merindukanmu anna. Tapi jika ibuku masih hidup kenapa mereka tidak
pulang?”

“karena ibumu ditahan oleh satu-satunya peri terkejam yang sanggup mengurungnya
bertahun-tahun.” Jawabku.

Saat itu petter berubah kembali menjadi dirinya, dengan rambut yang kembali berwarna dan
wajah yang kembali ceria.
“si peri anabella itu…aku akan mencari peri anabella dan membawa pulang ibuku kerumah.”
Ucap petter bangkit dari tidurnya dengan semangat.

Aku, petter dan kawan lainnya termasuk peri aguela pergi mencari peri anabella ke
istana miliknya, saat tiba di istana kami berpencar menelusuri tiap ruangan diistana. Aku dan
petter menghampiri kamar paling atas, yaitu kamar sang peri, saat kami buka pintu ternyata
tidak ada siapapun.

“ibu...ada orang? Ibu tidak ada disini.Tapi aku yakin ibuku ada disini, aku bisa
merasakannya.”Ucap petter.

“aku turut bersedih.” Ujarku memegang pundak petter.

Disudut lain petter melihat ada kotak kaca yang berisikan pasir untuk para semut yang
berubah menjadi bentuk mahkota, ia pun menghampiri dan melihatnya. Ternyata benar itu
adalah ibunya, peri sudah merubah ibunya menjadi kecil seperti semut dan mengurungnya
didalam kotak kaca itu.

“sangat kecil, tapi ibu tetaplah ibu.” Ucap petter sambil memegang kotak dan menciumnya.

Saat kami sudah menemukan ibu petter kami ditangkap oleh peri anabella.Peri
annabella mengambil timesphere dan membawa peri aguela untuk kembali ke hari penobatan,
untuk mengulang penobatan agar peri anabella lah yang dipilih bukan peri aguela.

Namun, setibanya dihari penobatan, peri anabella dan peri aguela melihat diri mereka
dimasa itu, tiba-tiba semua membeku seperti keristal kecuali peri aguela, karena aku dan
petter langsung menghampirinya. Dan kami sama-sama menuju istana waktu untuk segera
meletakan timesphere di tempatnya, agar negeri wonderland tidak tinggal sejarah, kukebut
timesphere ku sebelum keristal beku itu menyebar sampai istana waktu.

Tiba diistana waktu aku langsung berlari sebelum waktu ku habis, sang waktu
menungguku di tempat timesphere diletakan, tergeletak lemah tanpa daya. Ku kencangkan
lariku, namun sayang saat tanganku hampir menaruh timesphere ditempatnya semua
terlambat aku, petter, dan seisi wonderland mengkristal.Sesaat semuanya menjadi sejarah,
bahkan aku yang bukan dari wonderland pun mengkristal.

Keajaiban datang…pancaran dari Kristal menyebabkan timesphere menyala dan


timesphere pun kembali aktif, semua keristal menghilang dan kembali seperti semula, rakyat
wonderland hidup kembali.

“lepaskan aku…” ucap peri anabella saat mengkristal dalam genggaman peri aguela.

Peri aguela ditahan oleh para prajurit sang waktu. Ia dikurung diwaktu abadi, dimana ia kekal
ditahan disana.

Aku dan petter menghampiri peri aguela…


“yang mulia, maaf mengganggu. Ibuku berada dalam keadaan buruk sekali.”Ucap petter pada
peri aguela.

“tentu…ambil gula ini, biarkan ibumu memakannya” jawab peri aguela.

“terimakasih peri…aku akan bukakan kotak ini bu, jangan terlalu banyak memakannya, hati-
hati…” ucap petter.

aku pergi menghampiri sang waktu, aku harap dia tidak marah padaku, karena aku sudah
nekat mengambil timesphere miliknya.

“tuan…”ucapku.

“ya?” jawab sang waktu.

“aku tahu kau coba memperingatkanku tapi aku tidak mendengarkan, aku minta maaf. Dulu
aku selalu berfikir waktu adalah pencuri.Mencuri semua yang aku sayangi.Tapi aku paham
sekarang, kalau kau memberi sebelum mengambil.Dan tiap hari adalah anugrah, tiap jam, tiap
menit, tiap detik.Ini…”jelasku.

“ah prajurit yang mati. Ku tebak, kau ingin aku memperbaikinya?” Tanya sang waktu.

“tidak, aku ingin kau menyimpannya. Dulu dia sering bilang. Satu-satunya yang layak
dilakukan adalah apa yang kita lakukan untuk orang lain. Aku rasa ayah akan
menyukaimu.”Ucapku.

“katanya waktu tidak berteman dengan siapapun. Tapi aku akan selalu mengingatmu dan
tolong jangan kembali.” Pinta sang waktu.

Aku pun berpamitan dengan sang waktu, ku harap apa yang dia katakan benar. Dia tidak akan
melupakanku. Aku berlari menghampiri petter…

“anna…kau harus ikut denganku dan bertemu ibuku. Maksudku kau yang menyelamatkannya
kan, kita akan sering senang-senang bersama…tapi tentu kau punya keluarga sendiri bukan?
Hal yang sangat penting adalah keluarga.Kita hanya punya satu keluarga” ucap petter
memeluku.

“petter, aku takut tidak akan pernah bertemu denganmu lagi..” jawabku.

“anna sayang…di kebun memori, di istana mimpi, disanalah kita akan bertemu.” Ucap petter
tersenyum kepadaku.

“tapi mimpi bukan kenyataan…” jawabku dengan mata berkaca-kaca.

“siapa yang bisa menentukan mana mimpi dan mana bukan mimpi?” jawab petter.

---

“ini bukan mimpi, ini bukan mimpi, ini bukan mimpiiiiii…..” ucapku dalam tidur dan
terbangun.
“petter aku membantumu dalam mimpi.”

Aku tersadar ternyata itu hanya mimpi, tapi aku yakin itu nyata.Saat terbangun aku
melihat ada mahkota disamping tempat tidurku. Dan selembar kertas yang bertuliskan “ ini
mahkota yang ibuku buat waktu itu, aku harap kau akan menyimpannya dan memakainya ke
pesta. Terimakasih anna telah membawa ibuku kembali  - petter.”

Aku sangat senang bisa menolong petter dan aku bisa menjalani hari-hari ku seperti
biasa, sebagai seorang kapten kapal dan berlanjut berlayar menelusuri lautan dengan kapal
peninggalan ayahku.

SELESAI
NAMA : RISKA PUTRI UTAMI

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : CINTA DATANG TERLAMBAT

Sebelumnya perkenalkan nama gua Riska Putri Utami, disekolah gua dipanggil Riska
tapi kalo udah dirumah gua dipanggil puput. Ok langsung aja yah gua bakal certain cerpen
dengan tema percintaan, karya gua sendri loh. Hahaaa…. Ok langsung diliat aja yah.

Riska adalah seorang siswi yang saat itu duduk dibangku SMA kelas x. Riska adalah
gadis yang belum terlalu mengerti apa itu cinta, bahkan nmerasakan jatuh cinta pun tidak
pernah. Bukan karena riska tidak laku, tapi memang sejak dulu orang tua riska tak
mengizinkan dia untuk berpacaran dan riska menuruti apa yang dilarang orang tuanya itu.
Biasanya anak remaja jaman sekarang senang hang out kemall, ketoko buku atau kemana pun
itu dengan teman-temannya, tapi tidak dengan riska. Sebenarnya riska suka dengan hang out
atau apapun itu dengan teman-temannya, tapi orang tuanya selalu tidak memberikan izin
kepada riska. Kalau hari libur riska lebih banyak menghabiskan waktunya didalam rumah dan
hanya ditemani oleh handphone nya saja, seolah-olah dia hidup didalam dunia maya karena
disitu dia lebih banyak mempunyai teman. riska lebih suka berinteraksi didunia maya dari
pada dunia nyata. Keesokan harinya didalam kelas saat pelajaran dimulai riska mendapat
pesan dari seseorang karena pada saat itu riska baru saja mengganti gambar tambilan bbm
nya berdua dengan kaka seniornya.

“Selamat siang… kaya kenal sama yang pake kerudung hitam itu”, isi pesan tersebut, karna
digambar tampilannya riska memakai kerudung hitam.

“Iyah siang, Ehmm… emangnya kapan kita kenalnya?”, tanya riska, karna pada saat itu
nama kontak yg mengirim pesan kemira hanya memakai tanda titik (.).

“Iyah.. lu juga kalo liat muka gua pasti langsung inget gua”, jawab orang tersebut.

“Emangnya lu siapa?”, Tanya riska dengan penasaran.

“Gua Hendry ris”, balas cowo tersebut

“Ehmm… Hendry yang rumahnya deket rumah sela itu?’, Tanya riska sambil mengingat-
ingat wajahnya.

“Hehe… iyah, kenal kian sekarang lu sama gua?”, balas Hendry.

“yah kenal dong… heheee dari mana lu dapet pin gua?’, Tanya riska
“Heheee… nggak tau, pas gua lagi liat-liat konta eh ada nama lu”, jawab Hendry.

“Oh begitu toh, hahaa… tumben lu nge-chat gua?”, Tanya riska

“gada apa-apa si, Cuma pingin silahturahmi aja sama lu, gapapa kan ris?”,balas Hendry

“ohh… gapapa ko, tapi maaf Hendry kita lanjutin nanti aja yah ngobrolnya soalnya udah
masuk jam pelajaran nih”, jelas riska dengan meminta pengertian kepada Hendry.

“Oh ok siap… maaf yah kalau gua udah ganggu”, balas Hendry, percakapan singkat mereka
pun harus berakhir sementara.

Perasaan riska campur aduk antara bingung, heran, dan kaget mengapa tiba-tiba
Hendry mengirim pesan pedanaya. Padahal mereka tidak begitu akrab bahkan mereka jarang
berkomunikasi secara langsung. Maklum saja, karena selama ini riska jarang mempunya
teman dekat cowok, apalagi dengan hendry yang selama ini hanya kenal Cuma sekedar tau
muka dan nama saja. Oleh karena itu riska merasa canggung bercampur rasa senang ketika
dichat oleh Hendry. Riska yang tadinya tidak berani dekat dengan seorang cowok, tapi
sekarang semuanya berubah semenjak datang Hendry ke kehidupannya. Riska mulai
membuka dirinya untuk mulai mencoba berkomunikasi tau berinteraksi dengan cowok dan
Hendry adalah orang yang mampu merubah pemikiran riska. Ternyata komunikasi antara
riska dan Hendry masih terus berlanjut lewat via bbm. Keduanya mulai merasa nyaman dan
ntidak canggung lagi.

“Eh risk ok cuacanya mendung yah?”, Tanya Hendry

“oh iyah nih tiba-tiba mendung gini hen”, jawab riska sambil melihat kearah luar jendela.

“Yah jelas aja sih kalo mendung, soalnya mataharinya bersembunyi dibalik mata lu ris”,
balas Hendry yang mencoba menggombali riska.

“Hihiii… dasar yah nih anak kerjaanya gombal terus”, riska tersipu malu membaca pesan itu.

“Hehe… gombal dikit gapapa lah biar nggak serius-serius amat”, balas Hendry

Semakin hari hubungan riska dan Hendry semakin akrab,hingga mereka memutuskan
untuk mengikat tali pertemanan, mereka saling melengkapi satu sama lain. Hari-hari mereka
berasa begitu indah dan berwarna dengan canda tawa yang tercipta. Riska mulai berubah. Dia
bukan riska yang tertutup pada cowok, sekarang teman cowoknya mulai banyak. Dan dia
yang sebelumnya tidak pernah hang out bersama teman-temannya, sekarang berbalik 180
derajat. Akhirnya riska menjadi remaja layak pada umumnya. Pertemanan riska dengan
Hendry masih terjalin hingga saat ini, saat dimana mereka enginjak kelas XI. Suatu ketika
riska dan Hendry sedang duduk ditempat yang biasa Hendry kumpul dan ngobrol bersama
temannya.

“eh ris gua mau curhat nih”, kata Hendry.


“Lu lagi ada masalah? Masalah apa? Ayo cerita aja gua siap kok dengerin cerita lu hen”, jawa
riska jelas dengan rasa penasaran.

“Ehmm… bukan masalah kok ris< gua lagi naksir sama seorang cewek. Dia temen sekelas
gua ris disekolah. Anaknya cantik, asik buat diajak ngobrol, pokoknya gua suka deh sama
tuh cewek”, jawab Hendry sambil membayangkan wajah gadis yang ditaksirnya tersebut.

Seketika itu riska langsung terdiam melamun dan entah mengapa dia merasa sedih
setelah mendengar jika Hendry jatuh cinta dengan teman sekelasnya itu.

“riss…riskaaa… halloo… lu ko diam sih? orang gua lagi ngomong sama lu juga. Gua minta
pendapat nih sama lu gua bingung harus gimana, dia itu tipe gua banget deh ris gua suka
banget sama dia”, Hendry menepuk pundak riska dan mengacaukan lamunannya itu.

“eh iyah iyah maaf Hendry, lu tadi bilang apa? Lu suka sama cewek? Hahaaa… gua nggak
percaya kalo lu bisa jatuh cinta sama cewek”, kata riska yang mencoba menggoda Hendry.

“Eh eh… jangan salah yah riska, gini-gini gua juga punya hati dan perasaan dong, emangnya
kaya lu, hahahaa… eh peace! Hehee…”, cela Hendry pada riska.

“eh kurang ajar (dengan muka cemberut), dasar anak onta, oh iyah terus lu udah nyatain
perasaan lu sama cewek yang lu taksir itu?”, nada bicara riska yang mulai serius.

“Ehmmm…. Belum sih gua bingung nih ris, eh tapi secepatnya gua bakal nyatain kedia kok
ris. Do’ain gua yah semoga dia nerima gua jadi pacarnya”. Jelas Hendry dengan kata
antusias.

“ohh… pasti dong Hendry… kalo temen gua bahagia gua juga iku bahagia, gua doa’ain kok
biar sukses yah biar cewek yang lu taksir itu juga mau nerima lu apa adanya hen”, jawab
riska dengan senyum yang afgak terpaksa.

“Oh iyah ris… maksih yahh riska do’anya semoga aja si iyah dia nerima gua apa adanya kaya
yang lu bilang itu”, jawab Hendry dengan muka penuh harap

“Amin deh amin Hendry, good luck yah hen” jawab riska dengan senyum terpaksa.

Aura wajah risk pun mulai berubah, riska yang tadinya terlihat ceria karena bias
ngobrol bring Hendry tapi setelah Hendry cerita bahwa Hendry jatuh cinta pada cewe selain
dirinya dan dia pun mulai terlihat sedih. Dia hnya bias senyum terpaksa ketika Hendry
bercerita soal cewek itu, seolah-olah riska terlihat happy dan menanggapi apa yang
dibicarakan Hendry kepadanya. Kali ini hatinya benar-benar kacau,dan riska pun muli
melanjutkan obrolannya bersama Hendry.

“Ehmmm… eh kayaknya udah mulai sore deh hen “, ucap riska dengan mengalihkan
pembicaraan Hendry yg sedang bercerita soal cewek itu.

“Baru juga jam 4 ris, nanti aja pulangnya, gua kan masih mau cerita sama lu ris?”, jawab
Hendry yg mencoba menahan riska untuk pulang.
“Tapi gua harus beres-beres rumah Hendry, nanti kalo ibu gua pulang terus liat rumah masih
berantakan, kan gua juga yang kena marah nanti”, jawab riska yg mencari-cari alasan agar
bias segera pulang”.

“yah lu ris… padahal kan gua masih belum selesai ceritanya sama lu”, jawab Hendry yg
mencoba menahan riska.

“Ehmmm… lain kali aja yah hen, kan bias lanjutin dibbm atau ditelphone nanti hen”, jawab
riska.

“ya udah deh gua anter lu pulang sekarang”, jawab Hendry

“nah gitu dong…selaaww nanti lu bias telephone gua kok kalo mau cerita lagi mah”, jawab
riska yg seolah-olah dia siap untuk mendengar cerita Hendry kembali.

“ya udah deh iyah iyah riska putri utami”, jawab Hendry dengan nada tinggi sambil
mengehela napas.

Hendry pun mengntarkan riska pulang, selama diperjalan pulang riska hanya bias
diam dia tidak tahu harus berbicara apa lagi, dia udah terlanjur sakit hati.

“Ris…Riska… lu kenapa tumben lu diem aj?’, ucap Hendry yang mencoba mengjak ngobrol
riska.

“Eh… nggak kok gua gapapa, Cuma gua lagi sedikit mikirin tugas, gua lupa kayanya tugas
sekolah gua banyak yang deh dirumah”, jawab riska yang mencari-cari alas an kepada
Hendry.

“ohh gitu… emang banyak banget yah tugasnya?”,jawab Hendry.

“Ehmmm…. Iyah kayanya banyak banget deh”, jawab riska membohongi Hendry.

“ohh… sinih biar gua bantu lu ngerjain tugas nya ris”, jawab Hendry yang menawarkan
bantuan kepada riska.

“eh nggak usah… gua bias ngerjinnya dengan sendiri kok”, jawab riska.

“Yakin ngga mau dibantu nih?”, jawab Hendry.

“iyah yakin”, jawab riska.

“Ohh ok baiklah”, jawab Hendry.

Sesampainya dirumah riska, lagi-lagi riska terdiam,dan untuk kedua kalinya Hendry
menwarkan bantuannya lagi kepada riska dan riska tetap menolaknya.

“Eh udah sampe yah?”, jawab riska dengan basa-basi.

“iyah nyampe tuan putri ”, jawab hendry yang mencoba menggoda riska.

“hehe…makasih yah udah dianter sampe rumah”, ucap riska.


“iyah iyah… sama-sama, eh tapi makasih juga loh udah mau dengerin curahan hati gua,
hahaaa…”, jawab Hendry dengan wajah yang terlihat gembira,

“iyah iyah sama-sma… eh kayaknya untuk beberapa hari ini lu nggak usah hubungi gua dulu
yah?’, jawab riska

“loh kenapa emangnya? Kok tiba-tiba lu ngomong gini sama gua?”, jawab Hendry yang
penasaran dengan sikap riska.

“gua untuk beberapa hari ini lagi sibuk banget sama tugas sekolah gua, gua mau focus
ngerjain tugas sekolah gua dulu”, jawabg riska yang lagi-lagi membohongi Hendry.

“Emangnya seberapa banyak si tugas lu ris? Sampe ngga mau terima pesan dari gua dulu
gitu”, jawab Hendry yang penasaran.

“banyak banget kayaknya deh hn”, jawab riska

“ah ya udah deh gapapa kalo emang itu mau lu”, jawab Hendry dengan nada agak sedikit
kecewa.

“gapapa kan Hendry?”, jawab riska

“iyah… gapapa kok, itu kan buat kebaikan lu juga”, jawab Hendry yang member pengertian
kepada riska.

“baguslah kalo gapapa.”, jawab riska.

“semangat yah ngerjain tugas nya?”, jawab Hendry yang member semnagat kepada riska.

“Iyah makasih ayaaahh…”, jawab riska.

“iyah sama-sama bawel”, jawab Hendry

Hendry pun pulang dengan wajah yng agak sedikit kecewa dan riska pun masuk kedalam
rumah dengan wajah yang benar-benar sedang menahan sedih. Sesampainya riska didalam
kamar dia pun menumpahkan semua air matanya Karen dia sudah tidak kuat lagi untuk
menahan air matanya itu. Dia merasa benar-benar sangat kecewa dia sudah tidak tau lagi
harus bagaimana ketika Hendry berbicara soal cewek yang sedang dia taksir tersebut.
Diamerasa dirinya paling bodoh karena telah mencintai orang yang jelas-jelas tidak mencinta
dia.

Dan kini hari-hari riska pun kembali seperti awal. Wal dimana riska belum mengenal
apa itu cinta, dan awal dimana dia belum pernah merasa bagaimana mempunyai teman dekat
cowok. Riska benar-benar ingin melupakan masa-masa dia bersama Hendry kemarin, karena
itu benar-benar terasa sakit.

Dan riska pun selalu mengabaikan telephone ataupun pesan dari Hendry, dia tidak
mau rasa sakit itu berlanjut, sudah cukup dia merasa dikecewakan oleh seorang pria. Dia
tidak mau halm itu terulang kembali.
Cukup seorang Hendry aja yang buat dia kecewa dan sakit hati, tapi bagaimana dia
mau melupakan Hendry sementara Hendry sendiri tidak ada hbis-habisnya menghubungi
riska. Tapi riska selalu mengabaikan. Dia benar-benar ingin melipakan itu semua. Dia tidak
mau lagi mengingatnya, dia benar-benar ingin mengubur semua kenanganya bersama
Hendry.

THE END :)
NAMA : RIYAN SETIAWAN

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL :
NAMA : RIZKA AZKAL AZKIYA

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : INI RINDU

Namaku Yusuf Hadadi, ini adalah kisah cintaku pada perempuan yang bernama
Ashwa. Pertama kali aku mengenalnya saat kami duduk dibangku sekolah SMA,awalnya
kami berdua sempat malu-malunamun rasa malu itu akan menghilang dengan sendirinya dan
kami bisa dekat walaupun saat itu kami hanya berhubungan sebagai teman. Jika seorang pria
melihat orang yang dicintainya apapun seakan terlihat indah apa yang selalu ia kenakannya,
artinya apapun yang dia lakukan atau yang dikenakan terlihat indah juga dimataku.

Setelah kami sudah cukup mengenal, Ashwa sering menceritakan tentang hubungan ia
dengan pacarnya,hubungan mereka nampak tidak cukup baik karna Ashwasering mengeluh
soal kekasihnya dan jujur aku menjawab tidak paham seutuhnya apa itu arti dari sebuah
hubungan percintaan.

Seiring berjalannya waktu aku dan Ashwa semakin dekat, kami jadi sering menasehati
satu sama lain dan saling bertukar pikiran. Suatu ketika kami berdua dipisahkan saat sedang
ingin menghadapi ujian semester, lalu apa masalahnya? Masalahnya bagiku kami dipisahkan
dengan waktu selama satu minggu lebih dan menurutku itu adalah waktu yang sangat panjang
untuk merindukan seseorang yang dicintai. Setelah ujian pun selesai aku segera menemuinya
kembali.

“Aku rindu padamu” itu yang kukatakan saat pertama kali kami mengobrol lagi
setelah ujian selesai.

“Jujur sejujurnya orang jujur aku juga merindukan dirimu dan perasaan ini gak bisa
dibohongi”jawabnya kepadaku.

Aku berbicara pada diriku sendiri bahwa “Aku tak pandai dalam memahami cinta,
hingga aku sadar kami terjebak dalam alunan rindu yang dahsyat”.

Diakhir atau puncak acara perpisahan para murid dengan guruakumenyatakan cintaku
padanya lalu siapa yang tau ternyata Ashwa sebenarnya juga mencintaiku sejak lama tetapi ia
hanya bisa menungguku dan kini tiba waktuyang ia tunggu menjadi kenyataan.

“Setidaknya dalam hidupku telah menemukan seseorang yang nanti akanku jadikan
sebagai tujuan dan Tuhan telah membuat kita saling jatuh cinta. Akan kah ini bertahan dan
saya rasa cintamu hanyalah untukku”kalimat ini adalah yang ku ucapkan sebagai wujud rasa
cintaku padanya.

Dan tidak ada suatu hubungan yang mempunyai sebuah masalah, sampai pada
akhirnya kami terpaksa untuk berpisah dengan rentan waktu yang sangat lama atau bisa jadi
kami tak bisa saling bertemu lagi. Perpisahan antara aku dengan Ashwa ini bertujuaan
baikkarena bertujuan untuk melanjutkanbelajar keperguruan yang lebih tinggi dan memilih
universitas yang diinginkan, walaupun rasanya sangat berat untuk suatu hubungan bisa
bersatu kembali lagi nantinya. Dibalik semua kesedihan itu ada merupakan perasaan gembira,
aku sangat berterima kasih kepada guru-guruku dan teman-temanku yang telah mendukungku
sampai aku berhasil mendapatkan beasiswa untuk belajar disalah satu universitas terkenal
yang berada diInggris. Pertama kali tiba disana bak sebuah mimpi berada dinegera yang
terkenal dengan kerajaan Pangeran Charles dan Ratu Elizabeth dan ternyata orang-orang
disana pun sangatlah ramah.

James adalah teman pertamaku saat berada dan kurasa iaadalah orang yang pandai
bergaul dengan siapa saja terutama berteman denganku. James pernah menceritakan seorang
ayah yang tega membunuh istrinya demi kesanangan pribadinya. Suami ini adalah pekerja
kantoran tapi sangatlah buruk perilakunya dan kebiasaanya adalah setelah sepulang kerja ia
akan pergi kedapur untuk mengambil botol alkohol yang tersimpan penuh di lemari
esnya,kemudian meminumnya dan mengakibatkan dia mabuk, tak sampai disitu setelah ia
selesai dengan mabuknya ia malahkeluar rumahuntuk berjudi dan bagaimana ia bisa
memenangkan perjudian itu dengan kondisi tubuh yang mabuk justru ia hanya menelan
kekalahan terus menerus serta menghasilkan banyak hutang pada bandar perjudian tersebut.

Setelah kalah dalam pertarungan perjudian ia pulang untuk kerumah dan mengambil
tabungan yang dimiliki istrinya dan kembali pergi ketempat perjudian yang diderita
kekalahannya.

“Padahal ia mempunyai dua anak lelaki dan apa itu yang sepatutnya dilakukan oleh
seorang ayah untuk mencontohkan kepada anak-anaknya” James berbicara dengan nada
penuh amarah.

“Sangatlah tidak pantas untuk seorang ayah yang seperti dia” jawabku.

Dan wanita mana yang tidak kesal dengan suaminya apabila kerjaannya hanya
minum-minuman dan berjudi. Hingga pada akhirnya ia terjadi pertengkaran dengan istrinya
hingga keduanya tak dapat menahan emosinya sampai sang suami sangat kesal dan
mengambil pisau yang ada diatas meja kemudian pisau itu diarahkan ketubuh istrinya hingga
terdapat 5 luka tusuk. Ia tidak menyadari bahwa didepan anaknya yang paling bungsu melihat
perlakuan ayahnya tersebut kemudian sang kaka menuju kedapur dan melihat darah sang ibu
mengalir dari luka tusuknya, ia menanyakan pada ayahnya apakah ini adalah perbuatannya?
Ayahnya mengakuinya dan anaknya segera menelpon polisi untuk menuntaskan
permasalahan ini.

Yang aku lihat dari James sepanjang cerita ia tampak begitu kesal dengan perilaku
seorang ayah disini.

“Kenapa kau begitu sangat kesal saat menceritakan hal ini?” tanyaku kepadanya.

“Karena yang aku ceritakan adalah kelakuan ayahku sendiri” James menjawabnya.

“Berarti.... aku minta maaf james” (dengan nada penuh penyesalan).

“Tak apa lagi pula aku yang memulai lebih dulu” James menjawab.
Aku kuliah diInggris mengambil mata kuliah jurusan Astronomi, sebuah karunia
yang tela Allah SWT beriikan kepada kita bisa mempelajari tentang suatu sistem tata surya
dan mempelajari planet-planet, bintang-bintang dan yang lainnya yang berada di jauh
angkasa. Saat sedang mencari sebuah buku untuk materi selanjutnya tanpa sengaja entah
benar atau tidak itu sepertiAshwa, tapi mana mungkin dia tak pernah memberitahu
sebelumnya akan kuliah disini juga dan jika memang itu benar entah apa yang telah Tuhan
rencanakan kepada kami. Aku mengikutinya sampai menuju kelasnya dan ternyata ia
mengambil mata kuliah kedokteran.

“Hai” aku menyapa dan sambil menepuk pundaknya.

“Hai juga” balasnya serta dengan raut wajah terkejut apa ini sebuah kebetulan.

“Kau Ashwa kan?” aku menanyakannya.

“Tentu dan kau Azkal” jawabnya padaku.

Kami berdua masih bingung karena sudah hampir 3 tahun kami berpisah, lalu kami
lanjutkan dengan saling mengobrol, setelah kami berbincang Ashwa ingin mengajakku nanti
malam untuk makan bersama dia memberitahukan tempat restoran favoritnya. Dan setelah
kami selesai makan malam bersama, dan aku mengajaknya ke sudut jalanan kota karena itu
adalah tempat favoritku saat menyendiri, sebenarnya tempatnya sanngat ramai dengan paraa
pejalan kaki serta kendaraan yang berlalu lalang setiap harinya. Memang rasanya sangat
bosan karena disana hanya ada terdapat satu bangku panjang dan tidak banyak yang sering
mengunjungi tempat itu, tetapi menurutku rasa bosan itulah yang akan selalu teringat.

“Kau tau Ashwa bahwa hal yang paling romantis dari jarak adalah Allah berikan rasa
indah yang kita sebut rindu” aku berkata demikian kepadanya.

“Dan terimakasih karena kau telah mencuri semua rinduku” jawabnya kepadaku.

Seakan malam itu menjadi obat rindu kami setelah lama sudah tak berjumpa. Singkat
cerita hubungan kami jadi semakin lebih dalam mungkin tak hanya lagi sebatas hubungan
pacar, aku menjadikan ia sebagai masa depanku nanti walau ia tak tau aku sedang
memperjuangkannya.

Saat universitas kami mengadakan wisuda kelulusan untuk memperoleh hasil setelah
apa yang telah dipelajari dan gelar atau predikat sesuai mata kuliahnya, ditengah-tengah
kerumunan banyak orang aku membicarakan kepadanya tentang aku sungguh-sungguh
dengannya dan ingin menemui orang tuanya. Awalnya ia hanya melihatnya itu sebagi lelucon
karna mungkin dia tak percaya dengan ucapanku dan menganggapnya aku pasti belum berani
untuk menemui orang tuanya.

Mungkin ia tak percaya akan hal itu namun sebaliknya aku justru jujur dengan
perasaan ini setelah wisuda selesai aku bergegas menemuinya namun saat kucari dia tidak
ada dikampus, diasramanya bahkan aku mencari ketempat favoritnya disini. Aku tak tau
kemana ia pergi aku hubungi semua kontak yang ada dihandphone ku namun tak ada balasan
sama sekali apa mungkin ia menjauh dariku karna suatu hal, setelah kejadian itu aku kembali
memanjang massa waktu pasport ku untuk masih menetap diLondon dan kuharap ia masih
kembali lagi pada diriku.

Jika ia ada disini aku akan menanyakan suatu hal bahwa, apa kau pernah rasakan
sesaknya rindu? Apa kau pernah rasa resahnya tanpa kabar? Tidak, mungkin kau tidak pernah
merasakan itu semua.

Aku bingung entah apa yang ada dipikirannya pergi tanpa memberi alasan terlebih
dahulu kepada ku, memang aku tidak mempunyai hak untuk mengatur hidupnya. Aku pergi
ke sudut jalanan kota itu, aku mengingatnya tentang kita berdua saat bersama-sama
menghitung para pejalan kaki, aku menghitung pejalan kaki yang memakai sepatu pantople
dan dia menghitung pejalan kaki yang memakai sepatu highheels dan menurut ku itu hal yang
akan selalu ku ingat mungkin bagi semua orang terlihat sangat membosankan.

Aku membawa kertas karton dan berdiri disana yang, kutempel kan foto Ashwa pada
karton nya dan dibawahnya kutuliskan, “Jika anda melihat gadis ini bisakah kau katakan
padanya dimana diriku”.

Lalu beberapa orang lewat melintasiku dengan mencoba memberikanku uang, mereka
semua tak mengerti aku bukanlah orang bangkrut aku hanyalah pria yang sedang patah
hati.Keesokan harinya aku kembali ketempat yang sama sambil membawa kartonya kembali
tiba-tiba polisi Inggrismenghampiriku dan ia berkata “Nak kau takboleh disini”.

Lalu aku menjawabnya “Akusedang menunggu seseorang entah sehari, sebulan


atausetahun.Bahkan tak akan pergi meskipun hujan atausalju turun”.

Kemudian orang-orang disekitar membicarakanku yang sedang menunggu seorang


gadis, sepatunya tak robek tapi hatinya terluka.Aku mengatakan pada hatiku sendiri,
“Mungkinakuakanterkenalsebagaipria yang tak mau disuruh pergi dan mungkin tanpa sengaja
engkau melihatku diberita dan kau kan datang kesudut ini karena kau tau semua ini untukmu.

Setelah beberapa bulan aku tak kunjung bertemu lagi dengannya, aku mengirimkan surat ke
Indonesia dan mengirimkan suratnya ke alamat Ashwa. Surat itu berisi “Karna jika kau
terbangun dan merasa rindu padaku, dan hatimu mulai bertanya-tanya dimanakah diriku
kupikir mungkin kau kan kembali kesini ketempat dulu biasa kita bertemu dan kau melihatku
sedang menunggumu disudut jalanan ini”.Semoga ia membaca surat ini entah kapan itu….

SELESAI
NAMA : RIZKIYAH PUTRI RAHAYU

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : BENCI BERUBAH MENJADI CINTA

Ada seorang gadis bernama Risty Ayuthry Agustin Cahya Maghfirah. Ia duduk di
bangku SMA kelas XI IPA 3. Risty sering berjumpa dengan seorang pria yang terkesan cuek,
keren, tampan, angkuh, namun istimewa.. Jujur saja Risty memang sempat mengagumi pria
tersebut.
Ketika itu Risty merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya. Tetapi, ia tidak
menyadari perasaan yang aneh itu. Sering kali ia berjumpa dengan pria itu. Dan pria itu selalu
memberikan senyuman pada Risty. Namun, Risty selalu cuek dan jual mahal. Risty tak begitu
mengenal pria tersebut, kerena pria tersebut tidak sekelas dengannya. Dia mencari tahu siapa
nama pria tersebut pada temannya yang sekelas dengan pria tersebut.
Pria itu bernama Amin Rizki Andestray. Dia duduk di bangku kelas XI IPA 1.
Tadinya, Risty memang sempat mengagumi Amin. Namun, seiring berjalannya waktu semua
malah terbalik. Rasa kagumnya terhadap Amin pudar. Risty pun malah membenci Amin
karena Amin selalu membuatnya kesal.
Awalnya, Amin sering sekali mencueki Risty. Setiap bertemu, Amin pasti selalu
meledek Risty. Hati Risty sering kesal dengan kelakuan Amin yang selalu membuatnya
marah. Ketika suatu hari, Risty terkejut melihat Amin berjalan menuruni tangga seperti
mendekati Risty yang sedang berdiri dibawah tangga. Risty melihat sesuatu ditangan Amin.
Ternyata benar, ada sesuatu ditangan Amin. Sebuah buku tulis dan dilemparnya ke arah Risty
dan melayang serta jatuh mengenai kaki Risty. Risty sangat kaget dan marah. Ia pun menatap
Amin dengan penuh benci. Dan Risty pun berkata “Nyebelin banget sih kamu jadi cowok!
Dasar tidak punya sopan santun sama sekali!” Ucap Risty dengan penuh kesal. Amin pun
menatap Risty sambil tersenyum beku dan dia terus berjalan seperti seseorang yang tidak
mempunyai rasa bersalah.
Risty mengambil buku yang berada di kakinya. Pas ia lihat ternyata buku tersebut
adalah buku fisika yang dipinjam oleh temannya, lalu temannya meminta tolong kepada
Amin untuk mengembalikannya kepada Risty karena temannya itu sedang sakit dan tidak
masuk sekolah. Setengah berlari, Risty mengayun langkah menaiki tangga menuju ruang
kelas sambil memendam rasa kesal dan sedih yang ada di benaknya. Ia duduk di kursi kosong
mengingat kejadian tadi, sambil berfikir “Kenapa dia begitu tega?” dalam hatinya bertanya-
tanya. Ia kaget ketika ada seseorang yang memukul pundaknya. Seorang perempuan yang
berdiri dibelakangnya dan menepuk pundaknya adalah Maya, sahabatnya. “Kenapa kamu
Ris? Apa kamu ada masalah?” Ucap Maya sambil menatap Risty dengan penuh tanya. Risty
pun mengarah kepada Maya dan ia menceritakan semua kejadian yang dialaminya tadi sambil
menangis.
Air matanya yang menetes yang membasahi pipinya, “Apa ya salah aku sama dia?
Padahal aku sama Amin itu tidak saling kenal, meskipun kenal juga hanya sebatas tahu nama
saja. Tapi mengapa, setiap bertemu denganku kelakuannya seperti itu? Ucap Risty sambil
tersedu-sedu dan mengusap air mata yang membasahi pipinya. Maya menemani dan
menenangkan hati Risty, agar dia tidak bersedih lagi. “Sudahlah Ris, tidak usah difikirkan.”
Kata Maya menatap Risty sambil tersenyum. “Mungkin dia itu ingin mengenal kamu lebih
dekat, namun caranya itu salah jadinya dia bersikap seperti itu.” Jawab Maya sambil
merangkul dan mengusap-usap bahu Risty.
Hari berganti hari, dan bulan pun berganti bulan. Pada pagi hari yang cerah setelah
sholat dhuha Risty pun berdoa “Semoga di kelas XI semester 2 ini aku bisa meraih nilai yang
lebih baik dari nilai-nilai sebelumnya, amin.” Kata Risty. Setelah ia mengucapkan kata amin,
entah kenapa ia langsung teringat dengan pria itu. Pria yang bernama Amin Rizki Andestray
yang selalu membuatnya kesal. “Apa mungkin setelah lama tidak berjumpa dengannya aku
jadi teringat dia?” kata batinnya. “Tapi tidak mungkin, aku benci sekali sama dia!” kata
batinnya dan menyangkal fikiran itu sambil membantah. Tetapi Risty teringat ucapan orang,
“Jangan terlalu membenci seorang pria, sebab benci itu bisa menjadi cinta.” namun, tak ia
hiraukan ucapan itu.
Saat Risty berjalan menuju ke arah kantin sekolah bersama sahabatnya Maya, ia
melihat Amin disitu. Amin ada di samping kantin. Ternyata Amin juga melihat Risty, Amin
memanggil Risty dan seakan-akan menyuruh Risty untuk mendekatinya. “Ris, sini!” Amin
memanggil Risty sambil melambaikan tangannya. Entah mengapa kaki Risty tergerak
melangkah menuju ke arah Amin yang berdiri tegak di samping kantin sekolah. Risty dan
Maya pun menghampirinya, “Ada apa, kenapa kamu memanggil aku?” tanya Risty sambil
menatapnya sekilas, lalu melempar tatapannya ke arah teman-teman Amin. Satu persatu Risty
melihat mereka. “Tidak ada apa-apa, lagian siapa yang memanggil kamu!” Jawab Amin
sambil tertawa. Perkataan Amin begitu membuat Risty terkejut. Risty kaget dan marah saat
Amin menjawab seperti itu, Amin seperti mempermalukan Risty di depan teman-temannya.
Tanpa bicara Risty dan Maya membalikkan badan dan tangannya menyeret tangan
Maya agar secepatnya meninggalkan tempat itu. Risty melanjutkan langkahnya menuju
kantin bersama Maya sambil mengelus dada dan menipiskan nafas. “Lihat kan May, Amin
sama sekali tidak punya niat baik ke aku, dia hanya ngerjain aku saja!” ucapnya dengan
penuh rasa kesal. Maya mengambilkan satu gelas air putih dan menyuruh Risty untuk
meminumnya. “Sabar Ris, jangan berfikir negatif dulu.” Ujar Maya yang berusaha
meredakan amarah Risty. “Bagaimana mungkin hati ini bisa lebih bersabar setelah
dipermalukan seperti tadi! Bukan sekali dua kali tapi sudah berkali-kali dia membuatku kesal.
Ini sudah yang kesekian kalinya dia berperilaku seperti itu dan sengaja membuatku marah.”
Jawab Risty dengan penuh kesal dan menggelengkan kepala. Setelah itu Risty pun terdiam
sejenak. “Astaghfirullahal’adzim, salah apa aku sama dia?” Kata Risty dalam hatinya yang
penuh tanya.
Esoknya, Risty berjalan menuju ruang kelas XI IPA 3, yaitu sebuah ruang kelas
dimana ia ditempatkan untuk bisa belajar menimba ilmu. Tidak jauh letak kelasnya dengan
kelas Amin. Letaknya, hanya melewati satu ruang kelas saja. Tidak sengaja Risty bertatap
muka dengan Amin, tetapi Risty mengalihkan arah tatapannya ke arah lapangan futsal, karena
ia tak ingin melihat Amin. Amin mendekati Risty, tatapannya seperti orang yang meyesali
kesalahannya. Dia tersenyum tipis, dan seperti tegang saat berdiri di hadapan Risty. Tetapi
Risty menampakkan wajah yang penuh rasa kesal, benci dan kecewa. Saat itu Risty yakin,
Amin mendekati Risty pasti dia ingin meminta maaf atas semua kesalahan-kesalahannya
yang dia perbuat ke Risty. “Ris, ada waktu tidak?” tanya amin dengan wajah yang begitu
serius, “Tolong ya, nanti kita ketemuan di kantin?” Ucap Amin dengan sikap yang tegang dan
penuh keringat dan mengajak Risty untuk ketemuan. Tapi Risty diam saja dan tanpa sepatah
kata pun ia berucap saat Amin bicara begitu. Risty pun pura-pura tak mendengar Amin. “Aku
kira dia mau minta maaf!” kata batinnya. Risty meninggalkan Amin dan melanjutkan
langkahnya untuk masuk ke ruang kelas dengan wajah penuh kejutekan dan cuek.
Saat jam istirahat, Risty iseng berjalan menuju kantin sekolah. Tiba-tiba Amin
memanggil Risty, tetapi Risty tak memperdulikannya karena ia takut Amin ngerjain ia lagi.
Amin berlari mendekati Risty, dan Risty menghindar dari Amin. Namun Amin tetap
menghampiri Risty dan menghentikan langkah Risty. Mata Amin menatap Risty seakan-akan
untuk meyakinkan Risty. “Ris, aku minta maaf jika selama ini telah membuatmu kesal.”
Ucapnya sambil menatap Risty dengan tajam. “Sumpah Ris, aku tak bermaksud membuatmu
kesal dan sampai membenci aku.” Kata Amin seperti dihantui rasa bersalah.
Tetapi Risty tidak yakin Amin benar-benar serius minta maaf atau tidak. Ia berfikir
jangan-jangan Amin cuma pura-pura. Soalnya, yang ia tahu selama ini Amin tidak pernah
serius dan Risty pun tidak bisa menebak saat Amin bercanda atau pun serius. “Ya sudahlah,
yang sudah ya sudah. Kalau memang kamu serius meminta maaf, ya tidak usah diulangi
lagi!” Ucap Risty dengan senyum beku. “Aku serius minta maaf ke kamu Ris.” Jawab Amin
dengan kata-kata yang berusaha selalu meyakinkan Risty agar memaafkannya.
“Ris, nanti pulang sekolah aku tunggu digerbang ya..?” kata Amin dengan wajah yang
menatap Risty dengan penuh senyum. Tapi Risty masih jutek dan tak membalas senyuman
Amin itu. “Ya, lihat saja nanti!” Jawab Risty sambil menghindar. Risty pun langsung
melangkah menuju kelas, namun fikirannya jadi teringat oleh kata-kata Amin. Amin akan
menunggu Risty di depan gerbang sekolah saat jam pelajaran telah usai. Jantung Risty pun
sedikit berdebar dan hatinya bertanya-tanya kembali “Ada apa ya dengan Amin? Kenapa ko
dia ingin menugguku setelah jam pelajaran usai? Mau bicara apalagi dia? Atau apa dia ingin
ngerjain aku lagi ya?” dalam benaknya bertanya-tanya dan seakan-akan pertanyaan yang ada
dalam hatinya tak henti-henti.
Akhirnya, bel pulang sekolah berbunyi, menandakan jam waktu pelajaran telah usai.
Risty bergegas pulang dan berjalan mengayunkan langkahnya setengah berlari. Tetap berlari,
hingga ia dapatkan sosok yang ia cari, seseorang yang menunggunya di depan gerbang
sekolah. “Kuyakin kamu pasti datang!” tutur Amin saat berdiri dihadapannya. Risty menatap
mata Amin dengan penuh rasa curiga dan gemetar. Ia merasa hatinya merasakan ada sesuatu
yang aneh. Detak jantungnya mulai tak terkendali, berdetak begitu kencang. Itu tidak pernah
ia rasakan sebelumnya. Risty merasa aneh, semuanya berubah dalam sekejap. Yang tadinya
penuh dengan rasa kebencian dan curiga, tapi saat lama ia bercakap-cakap dan berdiri
dihadapan Amin ia merasakan ketenangan. Rasa kebenciannya telah pudar. Amin menatap
Risty teduh seakan-akan dia ingin mengutarakan sesuatu kepada Risty.
Tiba-tiba tubuh Risty terasa gemetar. Ia pun tak berani menatap bola mata Amin.
Anehnya, Risty jadi setia mendengarkan Amin berbicara. Karena, biasanya kalau Amin
berbicara Risty selalu cuek, jutek dan tak pernah menanggapinya dengan serius. Tetapi entah
mengapa, semua rasa itu jadi pudar. Dan entah mengapa perasaan benci Risty kepada Amin
bisa hilang seketika. Risty pun merasa tidak mengerti! Dan anehnya juga, dengan waktu
sekejab saja, Risty jadi murah senyum pada Amin, Risty pun setia saat Amin berkata. Ia
merasa seperti ada yang menyulap hatinya, agar ia tidak jutek dan benci lagi dengan Amin.
Risty mendengar perkataan Amin, “Maaf jika aku sudah menyita waktumu, Ris.” Kata Amin
dengan nada yang penuh gemetar.
“Ris, sebenarnya aku ini suka sama kamu. Pertama aku melihat kamu, namun sulit
bagiku untuk mengutarakannya.” Ucap Amin sambil menatap Risty dengan penuh
keseriusan. Risty berusaha mengalihkan pembicaraannya itu, pura-pura ia tak mengerti. Tapi
bagaimana mungkin sosok pria yang hanya ia kenal sekilas, selalu membuatnya kesal dan
selalu meledeknya, Amin sebenarnya memendam rasa sukanya pada Risty. Apa yang Risty
dengar tadi sangat membuatnya terkejut. Amin sadar sepenuhnya akan ucapannya yang telah
dilontarkannya barusan. Amin pun terus memandangi Risty. Risty menunduk dan sulit
baginya untuk berkata sesuatu. Jantungnya terus berdetak dengan kencang tak terkendali. Ia
paksakan untuk menjawab yang sejujurnya, namun ia tak bisa. Karena jantungnya semakin
berdebar kencang dan ia pun semakin tegang. Amin terus meyakinkan perasaan Risty. Risty
berusaha untuk menjawab “Iya, aku juga sebenarnya...,” dengan penuh gemetar, namun
kalimatnya terhenti, karena ia malu untuk mengutarakannya. Risty tidak bisa langsung
menjawab yang sesungguhnya. Kalau sebenarnya ia juga sudah lama mengaguminya. Dan
mungkin, ia pun memiliki perasaan yang sama dengan Amin.
Tidak terasa satu jam telah terlewati, waktu pun terus berputar. Dan Risty pun
mengalihkan semua pembicaraannya tadi. “Min, maaf ini sudah jam 2. Saya mau pulang
takut orang tua saya nyariin! Pembicaraan kita dilanjut besok lagi aja deh.” Ucap Risty pada
Amin. Risty pun langsung mengayunkan kaki untuk mencari angkot. Amin mengejar Risty,
ia berusaha ingin meyakinkan perasaan Risty. “Ris gimana?” kata Amin dengan penuh
penasaran dan berjalan mengejar Risty. “Gimana apanya?” Jawab Risty sambil terus berjalan
untuk mencari angkot yang berwarna biru kuning.
Amin terus berjalan mengejar Risty. Dan bertanya lagi “Jawabannya gimana?”
Gimana dengan perasaanmu, Ris?” tanya Amin memaksa Risty untuk menjawab secepatnya.
Risty berhenti dan membalas perkataan Amin “Besok saja deh!” Tapi in sya Allah ya!”. Risty
melanjutkan langkahnya, dan akhirnya ia melihat sebuah angkot yang berwarna biru kuning.
Risty menyegat angkot itu, dan angkot itu pun berhenti dihadapannya, lalu Risty pun
bergegas untuk naik ke dalam angkot tersebut. Setelah ia duduk di dalam angkot, bola
matanya terarah ke jendela untuk melihat Amin. Risty tersenyum ke arah Amin. Dan Amin
pun membalas senyuman Risty.
Keesokan harinya, seperti biasa Risty aktif untuk berangkat ke sekolah. Pagi-pagi ia
tak melihat wajah Amin. Biasanya setiap pagi ia sering bertemu dengan Amin. Namun, pagi
ini Risty tak bertemu dengan Amin. “Mungkin dia terlambat gara-gara bangun kesiangan.”
Pikir Risty. Ia langsung bergegas masuk kelas.
Bel istirahat telah berbunyi kembali, Risty dan sahabatnya menuju ke kantin sekolah.
Karena seperti biasa setiap jam istirahat mereka ke kantin untuk mengisi perut. Risty bertemu
Amin. Amin berjalan ke arah Risty. “Aduh, mati aku!” kata Risty dalam hatinya. Jantung
Risty pun berdebar lagi. Amin langsung mendekati Risty. “Hei...” sapa Amin pada Risty.
“Gimana?” tanya Amin. Dia menagih jawaban Risty. Risty pun merasa kebingungan dan
salah tingkah. “Hmm, nanti pulang sekolah aja ya?” Jawab Risty. “Ya sudah deh. Nanti saya
tunggu di tempat kamu nunggu angkot dekat orang jualan siomay ya?” kata Amin dengan
nada yang lancar. Amin langsung berbalik arah dan berjalan meninggalkan Risty. Jam
istirahat telah usai, mereka langsung bergegas masuk ke dalam kelas. Pikiran Risty kembali
lagi memikirkan ucapan Amin yang menunggunya usai pelajaran sekolah.
Jam pelajaran pun telah usai, Risty memiliki janji dengan Amin. Ia berjalan
mengayunkan kakinya kembali untuk bertemu dengan Amin. Seperti kemarin, Amin sudah
menunggu Risty. Tetapi bedanya, kemarin Amin menunggu Risty di luar gerbang sekolah,
namun sekarang Amin menunggu Risty di tempat Risty menunggu angkot dekat orang jualan
siomay. Risty pun segera menemui Amin. Kakinya terus melangkah sampai ia menemui
sosok yang ia cari. Risty melihat Amin dan ia segera mendekati Amin. Risty tak tega
membiarkan Amin akan penasaran yang menunggu jawabannya. Dalam hatinya ia ingin
berucap seribu kata. Meski ia yakin, Amin sebenarnya tahu apa yang Risty rasakan. Tak
lama, mereka pun bercakap-cakap. Dan pada akhirnya Risty pun memberi jawaban yang
kemarin “Amin, aku juga sebenarnya suka sama kamu. Entah mengapa akhir-akhir ini
perasaanku berbeda. Apa mungkin perasaanku sama seperti perasaanmu ya? Sepertinya
memang benar, aku memiliki rasa suka ke kamu.” Ucap Risty melepaskan kata-kata nya
dengan lega, sambil tersenyum malu. Rasa dag dig dug der dalam jantungnya sedikit demi
sedikit semakin berkurang. Ia merasa sangat lega sekali saat melepaskan jawabannya tadi.
Amin membuat keputusan dan dia pun tidak akan membuat Risty kesal lagi, dan dia tidak
akan mengecewakan Risty. Apa yang Risty dengar sangat menyentuh perasaannya. Ia
meluluhkan hatinya dan melunturkan kebenciannya. Ia menyambut cinta Amin dengan hati
yang terbuka lebar.
Amin menyesali semua kesalahannya yang selalu membuat Risty kesal dan sampai
membencinya. Memang tak mungkin memutar waktu yang telah berlalu. Jadi, tak perlu
disesali karena semuanya sudah berlalu. Hidup ini bagaikan roda berputar, anggap saja
semuanya sudah menjadi sebuah cerita. Kisah yang tak pernah bisa terlupakan. Risty
berharap semoga Amin bisa membangkitkan semangatnya. Dan ia pun begitu, tak kan
mengecawakan Amin. Risty menarik nafas panjang. Ia mengerutkan kening, masih tak
percaya. Ia merasa semua bagaikan mimpi dan semua di luar dugaannya. Ia tak ingin
berlarut-larut dalam kebencian dan keraguan. Risty akui rasa yang terpendam itu. Dan ia
termenung menatap Amin. Bahagia di mata Amin membuatnya semakin yakin. Bahwa, Amin
serius dengan ucapannya. Risty pun termangguk tanda setuju untuk menjadi separuh hatinya.
Dan akhirnya, benci itu memang berubah menjadi sebuah cinta.
NAMA : SAFIRA MAKHLADAL MA’WA

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : DUKA YANG MENDALAM

Saat senja berbagi kisah dengan malam, aku terdiam memandang kuasa tuan yang
indah nan menakjubkan.Tiba tiba terdengar suara bunda yang seketika menyadarkan lamunan
ku.

“Zulfa kamu dimana nak?”

“Dikamar bun,ada apa?”

“Cepat ambil air wudhu nak, lalu pergi kemasjid!!!”

Dengan segera aku menjawab perkataan bunda..

“baik bun..”

Sepulang dari masjid,akupun langsung belajar sembari membenahi kamarku yang


cukup berantakan. saat aku tengah belajar,tidak sengaja aku mendengar percakapan antara
ayah dan ibu diruang tamu.

“Yah Hanafi semakin parah sakitnya”tutur bunda kepada ayah.

“Sebaiknya kita bawa adik ke rumah sakit saja bun.”jawab ayah.

Setelah mendengar percakapan itu aku langsung keluar kamar dan bertanya pada
bunda.

“Bun,memang adik sakit apa? Kok zulfa tidak tau apa-apa sii?”tanyaku dengan
cemas.

“Adikmu sakit nak,panasnya tidak turun-turun sedari pagi,bunda dan ayah berniat
membawa adik kerumah sakit malam ini”. Ujar bunda padaku

“Kalau begitu aku ikut ya bun?”. Tanyaku pada bunda.

“Tak usah nak,lebih baik kamu dirumah saja,lagi pula kamu kan besok sekolah .
Doakan saja supaya hanafi diberi kesembuhan oleh Allah.”Ujar Bunda seraya membereskan
barang barang yang perlu dibawa kerumah sakit. Sembari menunggu bunda yang sedang
menyiapkan segalanya,ayah menggendong adikku yang terlihat lemah tak berdaya.

“Hmm baiklah bun”. Ujarku lemas, ketika melihat adikku yang begitu lemah tertidur
dipangkuan ayah. Aku tau, bunda berkata demikian hanya karena tidak ingin aku merasa
sedih dan khawatir akan kondisi adikku itu. Tetapi aku tetap saja merasa khawatir tentang
kondisi adikku yang tengah sakit itu.
“Bunda dan ayah pergi dulu ya nak.Assalamualaikum”.Pamit ayah dan bunda.

“Waalaikumsalam”. Jawab ku

Tidak lama setelah ayah dan bunda pergi terdengar suara adzan isya yang
berkumandang dengan indahnya, aku pun bergegas mengambil air wudhu dan pergi sholat, di
penghujung sholatku aku berdoa kepada Sang Maha Mendengar.

“Ya Allah berikan kekuatan pada ayah dan bunda dalam menghadapi cobaan darimu
ini ya rabb.Aku mohon padamu angkat penyakit yang ada di dalam diri adikku, berikan dia
kesembuhan yaallah.Dia masih sangat kecil.Aku tak tega melihatnya sakit seperti itu”.

Setelah itu aku melanjutkan belajarku yang sempat tertunda. Dalam belajar ku tak
henti hentinya aku memikirkan keadaan adikku, apakah dia baik baik aja ? apa dia sudah
dalam berada pada kondisi baik ? apa yang dialami nya? Dan segala bentuk pertanyaan yang
ada di pikiran ku malam itu. Tapi dibalik pikiran ku aku tetap berdoa , agar adikku selalu
pada kondisi yang baik baik saja.

Pagi harinya orangtuaku juga belum pulang kerumah.Kupikir mereka pulang tengah
malam.Tapi nyatanya tidak.Apa yang terjadi pada adikku?Apa penyakitnya begitu parah?
Kekhawatiranku pun semakin menjadi. Aku yang masih memikirkan hal itu pun tersadar
akan matahri yang mulai menampakan wajahnya dilangit, aku segera bergegas pergi ke
sekolah karena hari sudah mulai terang.

Sepulang dari sekolah, yang kulihat tetaplah sama, keadaan rumah masih sama, ayah
dan bunda belum juga kembali, dengan rasa khawatir yang semakin menjadi jadi akupun
segera mengambil handphone dan mengirim pesan singkat kepada bunda.

”bun kok belum pulang juga sii,bagaimana keadaan adik?aku khawatir sekali
padanya”.

Tak lama setelah ku kirim pesan itu, HP ku berdering tanda ada balasan dari bunda.

”oh iya nak,maaf ya bunda lupa mengabarimu,maaf juga membuatmu khawatir


begitu. Hanafi harus dirawat beberapa hari dirumah sakit.Dia sudah mulai membaik,tidak
seperti kemarin malam. Kamu tak usah khawatir ya sayang.Pesan bunda jaga diri baik-baik
ya zulfa,jangan lupa makan dan doakan adikmu supaya cepat sembuh dan bisa pulang
kerumah”. Melihat pesan yang ibu kirimkan, akupun mulai merasa lega dan kekhawatiran ku
pun mulai berkurang.

Beberapan hari kemudian adikku sudah sembuh.Aku sangatt senang sekali dia sudah
kembali dan aku begitu merindukannya.Sesampainya dirumah aku langsung
menggendongnya dan mengajaknya bermain.

Berbulan-bulan berlalu.Hari itu datang.Tepat tanggal 14 Januari 2016 adikku berumur


1 tahun. Yeyyy,cepat sekali ya kamu besar dik.Bunda berniat mengadakan syukuran kecil-
kecilan untuk adik bungsu ku hehee. Acaranya sederhana,tak mengundang siapa-siapa hanya
keluargaku saja. Bunda hanya memesan nasi kuning untuk dibagikan kepada tetangga
disekitar rumahku.Jadii aku dan adikku yang pertama yaitu wildan ditugaskan bunda untuk
membagikan nasi yang telah dipesan bunda untuk tetangga kami.Setelah selesai
membagikannya aku dan wildan kembali kerumah.Sesampainya dirumah ayah,bunda dan
hanafi sudah menunggu aku dan wildan.

Kami semua berkumpul di ruang tamu dan adikku duduk di dudukan bayi. Bunda
meletakkan meja kecil di depan adikku. Diletakkannya nasi tumpeng dimeja tersebut. Dan
setelah semuanya siap ayah memimpin doa. Lalu aku mengatakan

”bun,coba sini aku foto bunda,ayah,wildan dan hanafi,untuk kenang-kenangan”


ucapku sembari tersenyum. bundapun mengiyakan perkataanku.

“Gayanya mana nih, coba semuanya cisss” kataku dengan sedikit tertawa.

Hari-hari berlalu. Musim juga telah berganti.Tepatya tanggal 20 April adikku kembali
dilarikan kerumah sakit.Dan untuk kedua kalinya aku tidak ikut mengantarnya ke rumah
sakit.Kali ini bukan karena bund melarangku,tetapi karena aku sedng tertidur lelap, ayah dan
bunda berangkat tengah malam pada saat itu. mereka pergi tanpa memberitahukan ku karena
tak ingin mengganggu tidurku.

Pagi-pagi aku terbangun,lalu ku lihat sekeliling rumah sangat sepi,kucari ayah,bunda


dan adikku diseluruh sudut rumah tapi tak kutemukan juga mereka. Mereka semua pergi
kemana?kenapa aku tidak diajak? Kenapa aku ditinggal sendirian dirumah seperti ini?Apa
yang sedang terjadi. Pikiranku meluap kemana-mana. Saat aku membuka handphone, ada
satu pesan masuk.

“Zulfa,bunda minta maaf karena tadi malam tak membangunkanmu,bunda tidak tega
membangunkanmu, melihatmu tidur lelap seperti itu, Maka dari itu bunda membiarkanmu
tidur. Bunda,ayah dan adik kerumah sakit sayang. Hanafi sakit nak,tadi malam bunda dan
ayah buru-buru membawa adik kerumah sakit.Keadaannya sangatt tidak baik.Kamu baik-baik
dirumah ya nak,bunda tadi malam meninggalkanmu uang ada di meja makan.Kalau kamu
ingin makan bisa masak sendiri,kalau tak mau memasak kamu bisa beli makan di luar.
Maafkan bunda ya nak tidak bisa mengurusimu akhir-akhir ini.”setelah membaca pesan itu
akupun menjawab pesan dari bunda.

“Gapapa kok bun. Oh iya memang nya hanafi sakit apa si bun?” kujawab dengan
singkat. Setelah kujawab pesan itu aku langsung berangkat sekolah.

Sepulang sekolah, aku melihat hanphone ada satu pesan masuk dari bunda

“Dokter berkata pernapasannya adik terganggu nak dan ada banyak komplikasi di
tubuhnya adik, Bunda tidak bisa menjelaskannya.Jadi adik harus dirawat dirumah sakit
sampai keadaanya mulai membaik.Besok bunda akan pulang. Kamu jangan khawatir ya”
.Walaupun bunda berkata begitu, Aku tau bunda sangat cemas sekali dengan keadaan hanafi
yang seperti itu. Aku tau betul bunda seperti apa, Aku tau bunda sedang menutupi
kesedihannya didepanku.
Esoknya, Bunda pulang membawa tas yang berisi baju kotor milik adikku dan ayah.
Wajahnya tampak lelah,lesu, Tidak seperti biasanya.Aku faham mengapa bunda begitu.
Walau bunda didepanku menutupi kesedihannya, Tapi aku sebagai anak mengerti apa yang
sedang dirasakan orangtuaku saat ini.Bagaimana tidak,aku saja yang hanya sebagai kaka nya
hanafi saja merasa sedih,bagaimana dengan bunda yang sebagai ibu nya, tak bisa
kubayangkan betapa pedihnya hati seorang ibu melihat anaknya sakit parah seperti itu.Setelah
bunda tak ada urusan lagi dirumah,bunda berangkat kembali menuju rumah sakit. Sebenarnya
aku ingin sekali ikut dengan bunda kerumah sakit,tapi besok aku harus sekolah. Jadi
kuurungkan niatku untuk menjenguk adikku.

Hari-hari berlalu dan ketika hari minggu aku ada waktu menengok adikku.Aku benar-
benar rindu sekali dengannya.Berhari-hari tak jumpa dengannya.Sore hari nya aku berangkat
dan sesampainya dirumah sakit aku tak sabar ingin melihat keadaan adikku bagaimana.Tapi
ternyata aku baru tau kalau adikku dirawat di ICU.Kalau ada yang ingin menengok harus
seorang-seorang dan tempatnya sangat steril.Karena banyak yang menengok adikku dari
tetangga dan keluargaku maka aku harus menunggu giliran. Tiba-tiba aku melihat ada
tetangga ku yang baru saja keluar dari ICU,kemudian dia menangis,dan berkata

“Aku tak tega melihatnya begitu,kasian sekali. Masih sangat kecil”ucapnya dengan
menangis.

Saat tetanggaku berkata begitu,aku memikirkan hal yang terlalu jauh.Memangnya


adikku kenapa?Mengapa tetanggaku menangis sampai tersedu-sedu seperti itu? Sebenarnya
apa yang telah terjadi?. Rasanya aku ingin melihat adikku,bagaimana keadaannya saat ini?
Begitulah yang terlintas dibenakku.

Tanpa berfikir panjang, aku pun mengenakan baju berwana hijau panjang disertai
penutup kepala bagaikan seorang dokter yang siap membedah pasiennya. Di dalam ruangan
tersebut, kulihat adikku yang sungguh lemas tak berdaya,badannya dibaluti oleh selang
infusan,bernapasnya saja dibantu oleh alat bantu pernapasan.Pantas saja tetanggaku menangis
sampai begitu. Melihat adikku begitu aku merasa sedih,rasanya ingin menangis. Aku hanya
bisa melihat badannya yang terbaring lemas,hanya bisa melihat mata nya yang terbuka tetapi
dia hanya bisa diam. Kondisinya tidak sesuai yang kubayangkan. Aku mengajaknya
berbicara,tapi dia hanya diam melihatku. Sebelum aku keluar dari ruangan tersebut aku
berkata padanya “Adikku sayang,cepat sembuh ya semoga Allah mengangkat penyakitmu
ya,semoga Allah mengabulkan doa kakamu ini dik. Kaka pulang dulu ya sayang,kaka tunggu
kamu dirumah” Ucapku dengan tersenyum sembari meninggalkan ruang ICU.

Setelah menengok adikku aku langsung pulang.Sesampainya dirumah,aku masih


terbayang dengan keadaan adikku yang kulihat tadi dirumah sakit. Rasanya aku ingin
menemaninya disana,tapi tidak mungkin. Karena besok aku harus sekolah seperti biasa.

Hari-hari berlalu,sudah hampir seminggu adikku dirawat dirumah sakit,tapi dia juga
belum pulang. Lalu,bundaku berkata adikku akan pulang. Kata dokter kondisinya sudah
membaik. Mendengar bunda berkata begitu aku senang,sangat sangatt senangg.
Tapii ketika aku menunggu,ayah,bunda,adikku tak kunjung pulang. Lalu aku menulis
pesan ke bunda

“Bunda, katanya adik akan pulang. Lalu kenapa bunda,ayah,dan adik tak kunjung
pulang?” Ucapku

Beberapa jam kemudian, Ada pesan masuk dari hanphone ku,ya dari bundaku.
Kemudian aku langsung membuka pesan itu dengan penasaran.

“Begini loh zul,tadi itu bunda,ayah,dan adikmu sudah bersiap-siap untuk pulang.
Tapi, tiba-tiba kondisi adikmu mulai menurun.Lalu dokter menyarankan bunda agar adikmu
tetap dirawat dirumah sakit. Jadi untuk saat ini adikmu tidak bisa pulang sayang” Kata bunda

“Oh begitu,yasudah lah bunda kalau begitu. Semoga adik cepat sembuh ya. Amin”
Balasku

Kemudian,bunda tak menjawab pesanku.

Setelah hari itu,aku mulai sekolah seperti biasanya. Awalnya aku belajar biasa,tapi
saat jam istirahat. Tiba-tiba ada yang memanggilku dari lar kelas.

“Zulfa zulfa..”.

“Ada apa sih?” Balasku dengan cemberut

“Tadi kan aku ke kantor guru lalu ada yang mencarimu zul, sepertinya dia ibumu
deh”. Ucap temanku.

“Hah ibuku?”. Balasku dengan kaget

Tiba-tiba wali kelasku yaitu pak Noval datang bersama seorang wanita.

“Zulfa, yang tabah ya”.Tutur guruku sembari mengelus kepalaku.

“Zul ayo pulang, bundamu sudah menunggumu dirumah”. Ucap seorang wanita
kepadaku dengan terburu-buru.

Saat ku melihat wanita itu, ternyata dia adalah tetanggaku.

“Aku kaget sekali mengapa dia datang kesekolah tiba-tiba begini?Apa yang sudah
terjadi? Mengapa dia menyuruhku pulang dengan terburu-buru begitu”. Gumamku dalam hati

“Memangnya ada apa sih bu?, kok pulang sih?”. Kataku dengan penasaran.

“Udah kamu pulang saja ya sekarang bersama pak RT, tadi ibu sudah meminta izin
pada wali kelasmu”.Balas tetanggaku.

Ketika tetanggaku berbicara begitu tiba-tiba ada seorang laki-laki ternyata dia adalah
pak RT

“Zul ayo pulang bunda dan ayahmu sudah menunggu dirumah”. Kata pak RT
“Emang ada apaan sih?”.Gumamku dalam hati sambil mengiyakan perkataan mereka.

Mau tidak mau ya aku turuti saja perkataan mereka.Dengan cepat aku langsung
mengemasi barang-barang yang berada dikelas.Dan berpamitan dengan wali kelasku sembari
aku menangis.Entah kenapa aku menangis pada saat itu.

Ketika dalam perjalanan pulang,aku masih bingung kenapa aku tiba-tiba dijemput
disekolah. Karena penasaran,aku bertanya pada pak RT sembari pak RT menyetir motor.

“Pak RT kenapa aku dijemput sama bapak? Memang nya apa yang sudah terjadi?”.
Kata ku dengan penasaran

“Gaada apa-apa kok, kamu cuma disuruh pulang sama ayah dan bunda” jawab pak RT

Dengan jawaban pak RT yang seperti itu,aku merasa ada yang janggal,seperti ada
yang sedang disembunyikan oleh pak RT.

“Masa sii?Sepertinya ada disembunyikan sama bapak.”

Tapi dia tidak menjawab perkataanku.Pak RT hanya diam saja. Ketika aku hampir
sampai rumah,tiba-tiba aku melihat banyak orang dekat rumahku. Ada tenda pula,seperti ada
yang sudah terjadi tapi aku tidak tau itu apa. Dan dengan terkejutnya aku melihat ada bendera
kuning dekat rumahku. Sontak saja aku langsung kaget dan dengan refleks air mataku
terjatuh dengan sendirinya. Tanpa berfikir panjang aku berlari secepat kilat untuk
mempertanyakan apa yang terjadi didalam rumah sana.

“Bun ada apa ini?”. Kataku sambil menahan air mata .

“Maafkan bunda sayang,bunda tidak memberitahumu terlebih dahulu, adikmu telah


tiada,dan ayah berniat untuk memakamkan adik ke jawa. Kamu sekarang bersiap-siap yah
dengan wildan,siapkan bajumu dan adikmu. Bunda ingin menyiapkan perlengkapan untuk
dibawa ke jawa.

Tengah malam aku tiba di rumah nenekku. Dan kata bunda,adik sudah dimakamkan.
Ada rasa sedikit kecewa,karena tidak bisa melihat adikku untuk terakhir kalinya. Rasanya aku
ingin menangis tapi aku berfikir,jika aku menangisinya itu akan menyakitinya. Jadi aku harus
tabah menerima semua ini.

Pagi hari nya aku bersiap-siap untuk pulang,karena esok aku harus sekolah seperti
biasa. Dan sebelum aku kembali ke rumahku,aku berkunjung ke makam adikku terlebih
dahulu karena aku belum sempat ke makamnya.

“Nah itu makamnya adik zul”. Ucap ayahku sembari menunjuk makam adikku.

“Itu makamnya yah?”. Tanyaku dengan wildan

“Iya zul,dan itu makamnya adik”. Jawab ayah


Aku pun berjalan dan mendekati makam itu. Tanpa aku sadari aku menteskan air mata
selagi aku,ayah,bunda,dan wildan mendoakan adikku.

“Aku mendoakannya semoga tuhan memberikannya tempat terindah disisinya dan


kelak ia dapat menjadi penolong untuk kedua orang tuaku. Amiiin”. Gumamku dalam hati

Yang tenang ya dik disana,semoga kaka bisa bertemu denganmu disana. Amiin.

~ SELESAI ~
NAMA : SEPTA YUNDARI

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : PENANTIAN BERHARGA

Di pagi hari yang sejuk, tibalah seorang gadis yang cantik di depan gerbang sekolah
barunya yaitu SMA Pandaraya yang akan menjalani Masa Orintasi Siswa (MOS). Anirtha
menatap datar sekolah barunya dari gerak-geriknya ia sepertinya tidak menyukai situasi ini.
Ia akan menjalankan MOS. Dan dia tidak pernah menyukai MOS dari dulu. Pernah sekali
waktu SMP Ia mengikuti MOS dengan semangat. Tapi serius , Anirtha tidak menyukai
keadaan ini, Bahkan melihat name tagnya saja sudah tidak bersemangat. Isinya? Sama saja
seperti sekolah lain, hanya foto, nama, tanggal lahir, dan cita- cita. Tidak ada spesial-
spesialnya. Belum lagi seragamnya hari ini baju putih dengan rok biru berlemper satu, di
tambah dengan sepatu hitam, kaos kaki sepanjang betis, dan beberapa pita di sekitar anggota
kepalanya.

Ia menghirup nafas dengan pelan, lalu menghebuskannya secara pelahan. Tidak, hari
ini hari pertama ia masuk SMA. Setidaknya ia harus bersemangat walau sebenarnya ia sama
sekali tidak ada niatan untuk semangat, sedikit pun.

Lantas, Anitra menjalankan kakinya masuk ke dalam sekolah bernama SMA


Pandaraya. Salah satu sekolah terfavorit. Ia mengeluh dalam hati ketika melihat banyak lelaki
memandanginya dengan serius. Inilah yang tidak ia suka.

Dengan wajah di tekuk-tekuknya , ia berjalan dengan cepat melewatinya.

‘BUGH!’

Tubuh Anitra terjatuh dengan bokong mendarat terlebih dahulu di lantai. Ia meringis perih
menahan rasa sakit di bokongnya.

“Duh.. si eneng cantik. Pagi-pagi udah kena sial aja.” Seorang lelaki mengejek Anitra yang
terjatuh Karena tali sepatunya.

Anitra tidak menghiraukannya. Saat ini fokusnya hanya satu, ia ingin berdiri. Maka ia
mencoba berdiri.

Anitra menatap lelaki berambut pendek itu dengan tajam. “punya mulut bisa di jaga gak
sih?” cerewet banget kayak cewe.” Ujar Anirta degan nada kesal.

Kali ini Anitra bertambah melotot.Ia jengkel kalau situasi sudah seperti ini . lalu
Anirtha kembali berjalan melewati lelaki yag menyebalkan itu.

Anirtha terus berjalan, sampai tangannya terasa di cekal.

Lelaki itu menyeretnya ke salah satu tempat, masih di sekolah, tapi karena Anirtha
hanya anak baru, ia tahu apa soal sekolah ini? Tidak ada bukan? Hingga 5 menit berlalu,
cowo itu baru berhenti dan menatap Anirtha degan tajam.
“Nama kamu siapa?”tanya lelaki tak di kenal itu dengan wajah datar. Tapi tidak untuk
mataya.

Anirtha tidak berkutik. Ia hanya menunduhkan kepala.

“saya Tanya nama kamu siapa?!” tanyanya lagi sambil nada membentak.

Anirtha bertambah diam tak berkutik, matanya sudah mulai berkaca-kaca.

Lelaki tersebut mengangkat dagu Anirtha dengan lembut, tatapan mata mereka bertemu.
Lelaki itu tampan, dengan bibir berwara merah muda, wajah tirus, putih, dan memiliki mata
setajam elang. Sayangnya, ia kejam.

“saya Tanya sekali lagi. Nama kamu siapa?” tanayanya lagi dengan nada rendah. lebih
tepatnya seperti geraman.

Anirtha mengangkat dagunya tinggi-tinggi dan menatap cowo itu dengan tatapan tajam yang
ia miliki.

“Anirtha Leviana.” Jawabnya.

Cowo berambut pendek bermodel baru itu tersenyum licik. “bagus saya tau nama kamu.”

Anirtha diam. Tetap memandang cowo itu.

Lalu cowo berambut pendek itupun berdiri, dan berjalan santai meninggalkan Anirtha sendiri.
lalu, Anirtha menahan dan mencekal tangan cowo itu.

“kamu yang bawa saya kesini, berarti kamu juga yang harus anter saya balik. Saya mau ikut
MOS!”

“Cari tahu saja sendiri kelasmu” ujar lelaki itu.

Dengan wajah yang kesal Anirtha pergi dan meninggalkan lelaki itu, Ia berhenti dan
mengahampiri ayunan yang ada di taman sekolahnya, dan Anirtha pun memikirkan soal tadi
yang membuatnya kesal.ia pun bertanya-tanya.

“siapa nama lelaki itu?” Raut muka yang penasaran.

Anirtha tidak mengikuti masa orintasi siswa pertamanya Karena kejadian tadi, di
benaknya “percuma saja aku masuk sekolah kalau ujungnya gini” ujarnya sambil menyesali.
Anirthapun pulang ke rumahnya untuk berisirahat dan menyiapkan barang-barang yang akan
di bawanya besok ke sekolah.

Malampun tiba, Anirtha terlelap dalam tidurnya..

Pagi tiba, saatnya Anirtha memulai aktivitas kembali. Ini hari ke dua MOSnya ia
harus memulainya, dengan muka yang begitu lesu Anirthapun berjalan ke kamar mandi. Ia
harus bersiap-siap dan bersemangat untuk hari ini, semoga hari ini tidak sama seperti hari
kemarin.

“oh Tuhan.. aku harus menghadapi MOS ini semoga tidak sama halnya dengan kemarin”
ucap Anirtha di dalam hatiya.

Sesampainya di sekolah Anirthapun menuju ruang kelas, seperti orang asing di kelas
itu. Anirtha hanya terdiam di kursi barisan ke dua ia duduk. Tidak lama kemudian ada
seorang gadis seumuranya dia menyapanya dan Anirthapun langsung meresponnya.

“hai.. apakah aku boleh duduk di sampingmu di kursi yang kosong ini” ujar seorang gadis
seumurannya.

“oh boleh silakan duduk, aku senang jika kamu duduk di sampingku.” Anirtha menjawab
dengan raut muka yang ramah.

“Namaku Anggun, kemarin aku duduk di sini tapi tidak melihatmu di kelas ini. Namamu
siapa?” Anggun bertanya.

“aku Anirtha, iya aku baru masuk ke kelas ini kemarin ada kejadian yang membuatku tidak
masuk ke kelas ini, padahal aku sudah sampai sekolah.” Anirtha menjawab dengan raut muka
yang jengkel.

“ko bisa tidak masuk, kenapa? Ada kejadian apakah? Salam kenal ya Anirtha aku senang bisa
berkenalan dengan kamu.” Anggun dengan muka senangnya.

“iya, aku sedikit cerita ke kamu soal kejadian kemarin. Jadi kemarin ada seorang lelaki yang
menggangguku untuk masuk ke kelas ini, dia menanyakan namaku dan akupun di bawa ke
suatu tempat, dan aku tidak tau ruang kelasku dimana, itupun jika aku masuk kelas, aku akan
terlambat, yasudah aku pulang saja.” Dengan muka sedikit kesal Anirtha menceritakannya.

“oh jadi gitu. Terus kamu tahu dia siapa?” Anggun bertanya.

“aku tidak tahu dia siapa, dia langsung meninggalkanku begitu saja.” Anirtha menjawabnya.

Belpun berbunyi dan saatnya masuk kelas, seperti layaknya sekolah lainnya setiap
kelas pasti ada kakak kelas pembimbingnya yaitu OSIS sekolah itu. Tibalah OSIS
pembimbing kelas, dan Anirtapun sangat terkejut ternyata pembimbingnya adalah cowo yang
kemarin mengganggunya. Entah harus senang atau sedih Anirta menerima jika kakak
pembimbingnya adalah dia seorang laki-laki yang membuat darahnya naik. Tetapi Anirta
terpesona saat melihat cowo itu karena dia terlihat tampan dan sulit jika Anirtha harus marah-
marah begitu saja. Anirthapun memendam rasa dendamnya di dalam hatinya. Dan
Anirthapun memberi tahu kepada Anggun bahwa dialah kakak OSIS itu yang membuat kesal
kemarin.

“itu dia yang tadi aku ceritakan gun” Anirtha yang berbisik-bisik kepada Anggun.

“oh jadi dia, dia kakak pebimbing OSIS kita ta” jawab Anggunpun yang berbisik-bisik.
“iyah lumyan tampan juga ternyata, kamu tahu siapa dia?” Anirtha dengan raut muka
penasaran.

“namanya kak Alfar, dia terkenal karena ketampanannya dan jago main basket. Banyak cewe
yang menyukainnya.” Anggun menjelaskannya.

“oh jadi namanya Alfar.” Dengan raut muka yang lega.

Setelah itu kakak pembimbing menjelaskan tugas kelompok yang akan di buat untuk
edukasi alam, belajarpun di luar tidak di dalam kelas. Anirtha masuk ke kelompok tanaman
pinus yang anggotanya Anggun, Nilam, Nabil, Fajri, Nikon dan Anirtha. Dan ternyata kakak
pembimbingnya adalah Alfar. Anirtha harus menerimanya walau berat. pembimbing
kelompokpun menjelaskan dan berkenalan kepada anggotanya, dan salah satunya adalah
Anirtha.

“nama saya Alfar, saya pembimbing kelompok pinus, jadi kalian harus menuruti perintah
saya. Saya mau absen angota saya, tolong dengarkan. Anggun, nilam ,Fajri,Nabil, Nikon dan
satu lagi Anirtha” Perkenalan Alfar yang begitu santai.

“hadir.” Serentak angota pinus yaitu Anggun, Nilam, Nabil, Nikon, dan Anirtha.

“oh jadi kamu Alfar, eh maksud saya kak Alfar.”raut muka Anirtha yang begiu kesal.

“iya saya Alfar dan kamu Anirtha” Alfar masih dengan muka santainnya.

Tibalah tugas kelompok di mulai, begitupun kelompok pinus dengan tugas masing-masing
yang telah di bagikan, semuanya berkerja dan tidak halnya dengan Anirtha, ternyata sama
dengan kemarin Anirtha di bawa ke suatu tempat yang tidak begitu jauh dari taman itu,
tangan Alfar menarik tangan anirtha begitu kencang dan membawanya.

“ada apa lagi sih kamu menarik tangan saya lagi, kamu mau macam-macam saya teriak.”
Anirtha dengan raut muka yang kesal.

“tidak, saya mau meminta maaf sama kamu soal kejadian kemarin.” Ujar Alfar yang santai.

“gampang sekali kamu meminta maaf kepada saya. Jika memang kamu mau mendapatkan
maaf saya kamu harus mengikuti apa kata saya.” Anirtha menantang.

“kamu adik kelas saya, kamu anggota saya, jadi kamu harus memaafkan saya, jika tidak lihat
saja nanti.” Tegas Alfar.

Merekapun kembali ke taman tersebut, dan mengerjakan apa yang ditugaskannya,


Anirtha tidak bisa membohongi perasaan, padahal ia ingin sekali memaafkan salah lelaki
tersebut dan ternyata Anirta menyukai Alfar, dia bingung memikirkan ia harus bagaimana
terhadap Alfar. Apakah dia memaafkan dan langsung mengugkapkan perasaaannya kepada
Alfar? Ah mana mungkin itu terjadi, Anirtha pemalu.

Tak halnya dengan Alfar ternyata Alfarpun menyukai Anirtha dari awal mereka
bertemu, dengan gerak-geriknya ternyata itu adalah tingkah laku sorang jatuh cinta pandang
pertama. Alfarpun ingin sekali mengungkapkan perasaannya, tetapi ia takut jika ia
mengungkapkan perasaannya mereka bersetatus pacaran, dan Alfarpun tidak ingin pacaran
karena mengganggu belajarnya. Alfar adalah seorang lelaki yang begitu cerdas dan baik
idaman para wanita di kelasnya. Alfarpun tidak ingin berpacaran terlebih dahulu jika masih
sekolah, tapi Alfar berfikir jika ia idak mengungkapkan perasannya kepada Anirtha ini tidak
baik, yasudah Alfar akan mengungkapkan perasaanya tetapi tidak untuk berpacaran.

Alfarpun menghampiri Anirta yang sedang duduk di taman sekolahnya itu dengan di temani
oleh teman barunya yaitu Anggun.

“Anirtha saya mau bicara sesuatu dengan kamu.” Alfar megajak Anirtha.

“bicarakan saja di sini, apa salahnya.” Anirtha menjawab dengan santai.

“tidak, saya ingin kita bicara empat mata saja.” Alfar mempertegas ucapannya.

“yasudah, aku mau mengikuti apa kata kamu untuk sekarang.” Ucap Anirtha.

“yasudah ayuk ikut saya. Anggun saya pinjam dulu Anirthanya ya janji tidak akan di apa-
apakan.” Canda Alfar kepada Anggun.

“oke kak, jangan sampe lecet ya Anirthanya hehe.” Anggun tersenyum

“eh Anggun apa sih kamu..” Anirtha yang begitu malu.

“iya Anggun siap laksanakan.” Ujar Alfar.

Anirtha dan Alfar pun meninggalkan Anggun yang berada di taman itu.
Sesampainnya ternyata Anirtha di bawa ke suatu tempat yang begitu indah di halaman
belakang sekolah SMA pandaraya tersebut.

“ini indah sekali kak. Aku tidak nyangka ternyata SMA ini mempunyai halaman belakang
yang begitu indah.” Anirtha tekagum-kagum.

“iya, ini tempat favorit saya berada di SMA ini.” Alfar tersenyum.

Merekapun menikmati permadangan di halaman belakang sekolah itu, dan selanjutnya Alfar
mulai berbicara kepada Anirtha tentang perasaan yang dia rasakan saat ini.

“Anirtha sebelumya saya mau minta maaf soal kemarin itu, apakah kamu mau
memaafkannya?” Alfar dengan raut muka yang bersalah.

“sekarang aku tahu kenapa aku di bawa ke sini, Cuma mau meminta maaf saja. Tenang kak,
aku suda memaafkannya kok dari kemarin.” Anirtha tersenyum.

“serius kamu, terima kasih ya sudah memaafkan saya.” Muka senang Alfar.

“iya sama- sama kak, sesama manusiakan harus saling memafkan.” Tersenyum kembali
Anirtha.
“satu hal lagi yang akan saya bicarakan disini, tapi kamu jangan marah ya?” dengan nada
cemas Alfar berkata.

“apa ya itu kak? Iya aku gak akan marah kok, tenang aja .” dengan santainya Anirtha
menjawabnya.

“jadi gini, saya mau bicara tentang perasaan saya, apakah kamu mau mendengarkannya?”
Alfar bertanya.

“tentu saja aku mau mendengarkannya tapi dengan satu syarat, kak Alfar tidak lagi
memanggil kak Alfar dengan saya tetapi pakai aku saja kak, kan enak terdengarnya dan
semakin tidak canggung.” Anirtha mejelaskannya.

“oke aku terima syarat itu hehe” Alfar tersenyum.

Alfarpun mulai mengungkapkan rasanya kepada Anirtha.

“Anirtha sebenarnya aku suka kamu dari awal kita bertemu, iya itu kemarin terjadinya
mungkin kamu kesal sekali terhadapku, tapi itu adalah cara aku untuk dekat denganmu dan
tahu namamu.” Dengan raut muka yang gerogi Alfar mengungkapkannya.

“kamu serius ka?” Tanya anirtha, padahal di hatinya ga nyangka dan kesenangan.

“iya aku serius, aku mempunyai rasa lebih terhadapmu.” Alfar menjawabnya.

“sebenarnya akupun begitu kak, akupun mempunyai rasa lebih saat aku menatap mata kamu
yang setajam elang.” Raut muka Anirtha yang tersipu malu.

“ternyata kita mempunyai rasa yang sama ya ta. Tapi ta kita tidak bisa berpacaran karena aku
tidak mau mengganggu waktu belajar kita, biarkan rasa ini terpendam saja sampai akhirnya
nanti bersatu. Aku dan kamu harus fokus sama sekolah dulu ya ta” Alfar tersenyum kepada
Anirtha.

Anirtha pun tersanjung dengan keputusan Alfar yang begitu baik.

“baik kak, aku mengikuti baik untuk kedepannya saja, jika memang ini keputusan yang
terbaik aku mau menjalaninnya. Sampai nanti kita di persatukan aku akan menanti cinta
kamu kak, karena cinta tidak harus bersatu dengan pacaran tapi akan ada saatnya cinta di
pertemukan, aku akan menanati kamu sampai pendidikan kita berakhir dan mencapai
kesuksesan bersama, ini akan jadi PENANTIAN BERHARGA ”jawab Anirtha yang sangatm
enerima keputusan Alfar.

“iya, aku akan mencapai kesuksesan bersama kamu, kita harus fokus besekolah dulu, aku
janji hatiku ini milikmu dan hatimupun milikku sampai nanti kita di persatukan. Terima kasih
ya ta kamu sudah mau kasih pengertian untuk aku, aku sayang kamu Anirtha Leviana.”
Dengan raut muka yang begitu bergairah.

“ amin.. aku juga sayang kamu kak Alfar.”


Merekapun mengejar pendidikan dengan fokus dan saling meng support satu sama
lain untuk mencapai kesuksesannya kelak, Anirthapun menanti cinta Alfar dengan sabar dan
sebaliknya Alfarpun sama halnya. Samapi nanti di persatukan. Penantian Anirtha selama ini
menjadi Penantian Berharga untuk cintanya kepada Alfar.

SELESAI…
NAMA : SITI NURKHOFIFAH

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : ANTARA CINTA DAN PERSAHABATAN

Namaku Adinda Nayla Putri, panggil saja namaku nayla. Hari ini adalah hari pertama

aku masuk sekolah baruku, membuka lebaran baru pada saat itulah aku bertatapan diri

dengan sekolah baruku. Aku belum mengenal siapapun saat itu aku berkenalan dengan

seorang siswi yang bernama adilla aku masuk ke kelas X.2 bersama adilla, akupun duduk

berdua dengannya. Saat aku masuk ke X.2 kami semuapun berkenalan di depan kelas. Mulai

saat itu aku mengetahui nama – nama teman kelasku, di belakang tempat dudukku aku

berkenalan dengan meta dan novi. Kami mengobrol dengan asik padahal kami baru saling

mengenal. Saat bel isirahat berbunyi adilla mengajak aku, meta dan novi untuk pergi ke

kantin bersama. Kamipun langsung pergi ke kantin bersama-sama, pada saat kami berada di

kantin.

“Ehh liat cowoitu” ucap meta.

“ yang mana?” Tanya novi

“ yang itu,mereka yang sedang duduk dikantin nomor 17” jelas meta

“ Ehh udah kalian ini memperhatikan cowo aja” ucap adila

Waktu istirahat pun sudah berlalu bel pun berbunyi, saat itu kami segera ke kelas

untuk mengikuti pelajaran.hari demi hari yang ku lewati aku mulai nyaman dengan meta,novi

dan adila hubungan persahabatan kami pun semakin erat apapun yang kami lakukan selalu

bersama saat kami berada dikantin,main bareng,ngerjain tugas dan apapun yang lainnya kami

lakukan selalu bersama. Mereka itu layaknya sahabat yang sudah aku anggap seperti

saudaraku sendiri.apalagi kedekatanku dengan adila sangat dekat sekali,aku adilla selalu
menceritakan rasa suka dan duka. Dan akupun mulai nyaman degan teman-teman sekelasku ,

di kelasku ada cowo yang mungkin agak terkenal yang bernama dimas, adit, diki dan fauzan.

Saat aku berada di taman sekolah bersama novi metta dan adilla sedang mengobrol

dengan penuh canda tawa dengan rasa bahagia.

“ Ehh pulang sekolah kita pergi ke toko buku untuk mencari novel yang kemarin pak guru

berikan tugas” ucap novi.

“oh iyah aku lupa” jawab metta

“ yaudah pulang sekolah aja” Tanya adila

“ boleh juga” jawab aku

Ternyata bel pulang sekolah lebih cepat, karena hari ini guru-guru akan mendakan rapat.

“yes, pulang lebih cepat jadi nanti kita pulangnya engga terlalu sore” ucap novi

“iya benar.” Jawab metta

“yuk siap-siap.” Ucap adilla

Kamipun segera ke kelas untuk membereskan buku dan mengambil tas, langsung ke

parkiran untuk mengambil motor untuk segera berangkat ke tokoh buku.

Saat kami berada di tokoh buku kami bertemu dengan dimas, adit, fauzan, dan diky. Saat

kami duduk di toko buku pandangan merekapun tertuju kepada kami, lalu mereka

menghampiri kami.

“kalian lagi nyari buku novel.” Tanya dimas

“iyah..” jawab aku


“udah ketemu bukunya” Tanya diky

“belum” jawab meta

“kayaknya di toko ini novelnya gak ada” ujar novi

“yaudah kita cari toko buku lain aja” ucap fauzan

“dimana toko buku yang dekat dan gak terlalu jauh” Tanya adilla

“kalau di sini gak ada bukunya” ucap diky

“ke perpustakaan abadi saja” ucap dimas

”jauh banget” ujar aku

“iyah jauh kita gak berani bawa motor kesana” ujar metta

“yaudah yang cewe sama cowo saja” ujar fauzan

“ah gak mau, kita cari yang lain aja metta, nov, dil” ujar aku

“gak ada yang dekat nay” ujar novi

“jadi gak nih?” ujar fauzan

“gimana nay” ucap novi

“yaudah, gimana nih” ujar adilla

“ayoklah nay”ujar novi

“yaudah deh” ujar dimas

“nayla sama aku, dicky sama adilla, ffauzan sama novi dan adit sama metta”.jelas dimas

“ayolah berangkat”ucap adilla


Saat itu kami berangkat ke tempat toko buku tujuan kami, saat aku bersama dimas

rasanya canggung ntah apa yang ku rasakan aku berharap perasaan itu biasa saja.ketika kami

datang ke toko buku, ternyata toko bukunya tutup. Rasanya bête aku sudah capek-capek

datang jauh-jauh tapi toko bukunya tutup.

Lalu adilaa menghampiriku

“nay udah gak usah kesel gitu, besok kan ada waktu lagi” ucap adila

“ kita kan udah jauh-jauh datang masa tokonya tutup” ucap aku dengan muka jutek

“ maaf ya gara-gara aku “ ucap dimas

“udah nay ga usah jutek dan kesel gitu nanti cantiknya tambah lho tapi apalagi kalau kamu

kaya gini tambah manis.” Ucap dimas.

“apaan sih.” Jawab aku

Lalu teman temanku berkata cie-cie dan tertawa dengan lepas, tetapi Cuma adilla

yang hanya tersenyum saja. Entah apa yang membuat adilla begit Aku tak tahu . kamipun

segera pulang, saat kami di perjalan tiba-tiba hujan deras kamipun kehujanan lalu kami

berhenti di warung jalanan hinggga hujan reda. Saar hujan reda kami melanjutkan perjalanan

pulang dan sesampainya aku di rumah aku segera mandi dan istirahat. Terasa hangat tubuhku

di atas kasur setelah tadi kehujanan. Lalu ponselku berbunyi ternya itu BBM dari adilla.

“tadi dimas ngomong apa aja ke kamu nay?” Tanya adilla.

“engga kok, memang kenapa? Jawab aku.

“ah tidak aku hanya menanyakan saja” jelas adilla

“oh yasudahlah” jawab aku.


Keesokan harinya saat aku berangkat ke sekolah ponselku berbunyi sms entah dari

siapa nomor asing yang tidak aku kenali mengucapkan “selamat pagi”. Lalu kenapa aku tidak

tahu pengirimnya aku abaikan saja. Setibanya aku di kelas sedang mengobrol dengan meta,

novi, dan adilla tiba =tiba dimas menghampiriku.

“tadi pagi aku yang sms kamu.” Ujar dimas

“oh.” Jawab aku

“dimas dapat nomor nay dariman?” Tanya adilla

“dari metta.” Jawab dimas

Lalu adilla terdiam aku tidak tahu dengan sifat adilla yang hanya diam saja ketika

dimas memperhatikanku, apa adilla mencintai dimas hal itu yang kupikirkan.

Setiap hari perhatian kecil yang dimas berikan kepadaku,aku anggap hanya perhatian

layaknya seorang teman.karena hari-hariku di penuhi oleh kebahagaian yang dimas lakuin

buat aku.

Suatu hari aku diceritakan oleh meta kalau sebenarnya adila sangat mencitai dimas.

Saat aku tahu kalau adila mencintai dimas hati ini rasanya tak karuan .oh tuhan apakah aku

pun mencintai dimas,tapi mana mungkin aku menghianati sahabatku sendiri karena aku

mencintai adila sabagai sahabatku sendiri.

Saat aku dikantin dimas bbm aku bahwa nanti pulang sekolah aku tidak boleh pulang

terlebih dahulu. Saat aku bersama meta,novi, fauzan, dicky, adit, adilla, lalu dimas

menghampiri kami. Saat itu dimas berada di hadapanku

“aku memberanikan diri untuk mengungkapkan rasa ini, sebenarnya aku suka sama kamu,

apakah kamu mau jadi pacar aku nay?” Tanya dimas


“hati ini bingung entah apa yang aku rasakan.” Ucap aku dalam hati

Saat itu aku melihat adilla dengan muka rasa kecewa lalu dia pergi, aku bingung lalu

aku pergi untuk mengikut adilla kemana dia pergi tanpa menjawab pertanyaan dimas tadi.

Ternyata adilla pergi ketaman sekolah, aku langsung mememluk adilla.

“maafkan aku dil” jelas aku

“maaf untuk apa” Tanya adilla dengan tersenyum.

“maaf aku sudah mengecewakan kamu dan membuatmu sedih, aku janji bakal jauh dari

dimas. Aku baru tahu kalau kamu suka dimaskan dil, karena kau tidak mau melihat sahabatku

sedih Cuma karena aku lebih memilih dimas daripadakamu. Aku sayng kamu dil aku tidak

mau persahabatan kita rusak begitu saja karena cinta.” Jelas aku

Saat itu dimas dan lainnya menghampiriku dan adilla di taman sekolah.

“maafkan aku adilla,aku tidak tahu bahwa kamu mencintai aku.tapi rasa cinta yang aku miliki

hanya untuk nayla” jelas dimas

“iya dims gapapa kok, aku ngerti itu Karena cinta tak bisa kamu paksakan” ucap adilla

“makasih kamu sudah mencintai aku dimas, tapi maaf aku tidak bisa membalas cinta kamu.

Selama ini aku hanya menganggap kamu tidak lebih dari sorang sahabat.” Jelas aku

“iya nay aku paham dengan kodisi ini” ucap dimas

“lebih baik kita semua menjadi sahabat tidak ada rasa cinta di antara kita yang lebih kecuali

rasa cinta dan sayang terhadap sahabat” ucap aku

“setuju kalau kita semua bersahabat” ujar mereka dengan tersenyum bahagia.
Hingga akhirnya aku menyimpulkan bahwa semua itu “sahabt iu lebih penting daripada cinta,

dan juga sahabat sejati itu sangat sulit di cari. Jangan pernah menyia-nyiakan sahabat sejati”

SELESAI….
NAMA : SITI ROBIAH

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : DINANTA,KAKAK KELASKU

Aku hanya bisa melihatnya dari jauh, melihatnya bercanda dengan teman-temannya atau menikmati
kesendiriannya dengan buku-buku yang ada di perpustakaan. Dia adalah laki-laki yang membuat hari-
hari di sekolahku menjadi lebih baik, dan bersemangat ke sekolah meski ada pelajaran yang aku benci
atau ulangan di hari itu. Mungkin aku bukan seorang perempuan dengan kepintaran yang sama
dengan dirinya, sehingga aku selalu menghabiskan waktu untuk belajar agar dapat sederajat dengan
dia. Walau terasa sulit tapi aku senang melakukannya.

***

Tahun ajaran baru dimulai, seperti biasa dia pasti akan menempati posisi 5 besar sedangkan
aku hanya dapat masuk 10 besar saja.

“Apa yang salah denganku? aku sudah belajar dengan sangat keras. Kenapa aku tidak bisa masuk 5
besar!!” aku berteriak di atap sekolah dengan sahabatku yang hanya tertawa melihatku seperti ini.

“Kenapa kau belajar mati-matian? Kurasa orang tua mu tidak memaksa dirimu?” tanya sahabatku
dengan enteng.

“Aku hanya ingin membuat mereka bangga.” jawabku

“Cih” jawabnya dengan memalingkan mukanya dariku.

Kriiiiinggg……

“Bel sudah berbunyi, ayo segera ke kantin lalu kembali ke kelas” ucapku sambil menarik lengannya.

“Ya!! Aku bisa jatuh apa yang kau lakukan” teriaknya marah-marah.

Aku berlari dengan sekuat tenaga untuk mendapatkan 1 roti , karena baru teringat aku
membawa bekal. Setelah berebut makanan aku meninggalkan sahabatku sendirian di kantin.

***

Saat istirahat biasanya aku memakan bekal ku di taman sambil melihat dia sedang bermain
bersama teman-temannya, setelah aku makan aku akan mengikutinya di perpustakaan dan melihatnya
dari jauh.Dia terlalu tampan dengan mata yang teduh suara halus dan kepribadian yang ramah. Tentu
saja yang datang untuk melihatnya tidak hanya aku ada beberapa sekolompok siswi sampai membuat
fansclub untuknya. Hadeh -__- aneh-aneh sekali.

Dering suara ponselku mengagetkan seisi perpustakaan, begitu juga dia yang menoleh padaku
dan berkata.

“Stt, jangan berisik ini perpustakaan” ucapnya dengan senyum andalannya.

Sekelompok siswi itu kini bagaikan kerang yang kepanasan karena senyuman dia.
Aku memutuskan keluar ruangan dengan hati berbunga mendapat senyuman darinya, tapi
tetap memasang muka poker face agar mereka tidak tahu aku menyukainya, bisa gawat jika fans
clubnya tahu. Akan ada pembullyan besar menimpaku nantinya.

“Hai,, Lisa maaf” aku memulai dengan suara pelan agar Lisa yang notabene adalah sahabatku itu
tidak berteriak di telingaku.

“Ya!!!! Kau di mana? bisa-bisanya kau menghilang dari kantin” teriakan Lisa seakan merusak
gendang telingaku. Aku menjauhkan telepon sebisa mungkin agar tidak terlalu mendengar teriakan
lisa.

“Ah, aku dari taman, aku akan segera ke kelas kita bertemu di sana ya” ucapku pelan lalu mematikan
ponsel dan berlari sekencang mungkin menuju kelasku.

***

Aku melihat Lisa sudah berada di kelas dengan gayanya yang akan menendangku jauh. Aku
masuk dengan perlahan-lahan lalu meminta maaf kepadanya.

“Lisa maaf,” ucapku dengan sedikit menundukan kepala.

Lisa hanya menghela nafas dengan berat, lalu dia melingkarkan tangannya ke tangganku. Aku
melihat senyumnya

“Baiklah aku akan memafkanmu” balasnya dengan sangat pelan.

Aku begitu senang hingga memukulnya dan membuat semua orang yang ada di kelas
menoleh pada kami. Lisa juga adalah siswipopular di sekolah, banyak laki – laki yang mendekatinya
untuk di jadikan seorang pacar.Kadang aku iri dengannya, dia memiliki wajah cantik, badan bagus,
dan juga kepintaran. Tanpa bekerja keras sepertiku dia dapat meraih sepuluh besar bahkan lima besar
dengan mudah. Aku dan Lisa sudah saling kenal sejak SMP.Namun saat SMP hubungan kami kurang
baik, aku dan dia bermusuhan sampai akhirnya kami di kurung di gudang karena tidak mau berbaikan.
Sejak saat itu aku dan dia sangat dekat. Banyak siswi yang iri dengan kedekatan kami bahkan tak
jarang aku sering di bully, tapi Lisa selalu membantuku.

***

Aku menghempaskan tubuhku di sofa. Ibu memarahiku untuk segera berganti baju. Dengan
malas aku menaiki tangga menuju kamarku, bukanya berganti baju aku malah menggulung diriku di
kamar dengan selimut.

“Jennie,, cepat ganti bajumu jangan malas-malasan” teriak ibu dari bawah.

“Iya,, bu.” balasku.

Aku melirik jam yang ada di meja sudah pukul 08.00 pm, lebih baik aku segera mandi dari
pada ibu akan memarahiku lagi.Setelah mandi aku merapikan buku-bukuku dan membacanya
sebentar sambil menunggu makan malam, biasanya aku yang akan membantu ibu memasak tapi
karena kakak perempuanku, kak Dira akan kuliah lagi jadi dia berusaha menjadi anak yang baik di
depan ibu, ya agar uang sakunya di tambah.

“Jenn,, cepat turun makan malam” panggil ibu dari bawah.


“Iya,, bu.” Sahutku.

Aku segera turun, dan duduk di meja makan bersama ibu, ayah dan kak Dira. Kami mulai
membicarakan kak Dira yang baru saja lulus dari Universitas Indonesia. Ayah menyuruhnya untuk
mencari kerja dulu dari pada kuliah lagi.Tapi bukan kak Dira namanya kalau tidak membantah, dia
bilang akan kerja dan kuliah bersama-sama hingga membuat ibu dan ayah jadi pusing.

“Aku hanya bilang akan kuliah, tapi aku belum bilang akan kuliah dimana” ucap kak Dira, kami
semua hanya diam menunggu kelanjutannya.

“Aku mendapat Beasiswa untuk kuliah di Tokyo dan mendapat kerja disana” semua orang termasuk
aku kaget dengan apa yang di katakan kak Dira. Kak Dira memang dikenal jenius dia hanya
menyelesaikan kuliah S1nya 2 tahun setengah dan sekarang mendapat beasiswa. Seaindanya aku bisa
sepintar kak Dira aku tidak perlu belajar terlalu keras.

“Apa kamu sudah pikirkan keputusanmu?” tanya ayah pada kak Dira.

“Iya yah aku sudah memikirkannya dengan matang” jawab kak Dira.

Kedua orang tuaku pun tersenyum seperti berkata bahwa kak Dira sudah dewasa sekarang.

“Hey, bagaimana ini, aku akan ke negeri yang ingin kau datangi” ucapnya sambil menyenggol ku.
Aku hanya menahan amarahku.

“Kau harus banyak belajar agar bisa kuliah di Jepang sama denganku” ucap kak Dira meledek ku.

“Sudahlah biarkan adikmu itu. Dia sudah bekerja keras untuk berada di posisi 10 besar” ucap ayah
membelaku.

“Ah tapi dia tidak bisa masuk 5 besar” kali ini kak Dira mengeluh.

“Diakan masuk kelas A pasti sangat susah untuk bersaing biarkan saja dia” ucap ibu yang juga
membelaku.

Makan malam di akhiri dengan tawaan, seperti ini lah keluargaku hanya saja akan berkurang
satu orang dalam meja makan ini.Setelah makan malam aku menuju kamar kak Dira untuk
memintanya mengajari pelajaran fisika yang tidak aku mengerti.

“Mintalah bantuan Lisa bukankah dia pintar” ucap kak Dira.

“Kakak kan tahu aku tidak pernah paham kalau di ajari Lisa” balasku kesal.

“Minta teman sekelasmu atau kakak kelasmu saja”

Aku diam tidak menjawab perkataan kak Dira.Seolah aku mendapat hantaman hebat di
hatiku. Kak Dira tersadar apa yang dia katakan, aku memang orang yang pendiam dan hanya bisa
berteman dengan Lisa itu sebabnya aku tidak berani mendekati laki – laki itu.

“Maaf, baiklah mana yang tidak kamu mengerti?” tanya kak Dira mengalah.

***
Besok adalah keberangkatan kak Dira ke Jepang. Aku benar-benar merasa kehilangnya. Aku
menghabiskan waktuku menggambar manga di ruang club manga sambil menunggu Lisa selesai
latihan akido atau apalah aku kurang mengerti.Tanpa sadar aku mengambar laki – laki itu. Sudah lama
sekali aku tidak bertemu dengannya. Aku seperti merindukannya.Terdengar suara berisik di depan
tapi aku tidak terlalu memperdulikannya. Hingga seorang laki - laki itu masuk ke dalam ruangan yang
sama denganku.

“Apa yang kau lakukan disini?” tanyaku kaget kepada laki - laki itu.

“Ah, aku hanya numpang bersembunyi dari kejaran perempuan gila” jawab laki – laki itu.

Aku memperhatikan laki - laki itu dengan seksama, sepertinya aku pernah melihat laki – laki
ini.Dia mendekatkan kepalanya lalu beralih dengan melihat manga yang sedang aku gambar.
Nampaknya dia mengetahui siapa yang aku gambar.

“Ini Dwiki kan?” tanyanya dengan nada pelan.

Aku yang tergagap langsung berkata tidak dengan sangat kencangnya tiba-tiba dia
mendekapku dan menutup mulutku dengan tangannya lalu membisikanku dengan sangat pelan.

“Bisahkah kau membantuku untuk tidak berisik” bisiknya.

Aku hanya mengangguk dengan sedikit ketakutan dengan kelakuannya tadi. Dia segera
melepaskannya.Yang ada di pikiranku sekarang adalah rahasia terbesarku terbonggkar. Laki - laki ini
mengetahui bahwa aku menyukai kak Dwiki. Bagaiman ini?

“Tenang aku tidak akan membocorkan rahasiamu” ucapnya seperrti dapat membaca pikiranku.

Aku teringat bahwa laki – laki ini adalah teman dekat kak Dwiki namun berbeda kelas. Laki -
laki yang popular karena permainan sepak bolanya yang membosankan.

“Siapa namamu?” tanyanya.

“Anggap saja kejadian ini tidak pernah terjadi! Jadi kakak tidak perlu tahu namaku” jawabku ketus,
seraya merapikan kertasku untuk segera keluar dari ruanganku dan pergi meninggalkan laki - laki itu.

Dengan kerasnya laki - laki itu berteriak.

“Baiklah, tapi biarkan dirimu mengetahui namaku. Namaku Dinanta Romhus.”

Siapa yang akan suka dengan laki – laki so gagah dan so cool seperti dia. Aku sangat
membenci laki - laki yang so cool dan tidak seperti kak Dwiki.

***

Aku menceritakan kejadian tadi dengan Lisa. Awalnya Lisa hanya cuek tapi setelah aku
menyebutkan namanya dia sontak kaget. Tentu saja sama halnya denganku, Lisajuga tidak menyukai
laki – laki yang terlalu so cool.Lisa hanya berkata agar aku tetap menghormatinya karena dia tetaplah
kakak kelas kita. Lisa menganti topik dengan berkata bahwa dia baru saja mendapat surat cinta dari
ketua kelas kami. Ketua kelas kami adalah siswa yang pintar dan menduduki posisi nomor 1 di ujian.
Sayang sekali Lisa menolak Rey.
“Ngomong-ngomong siapa kakak kelas yang kamu sukai? Jangan bilang kau menyukai si playboy
kak Rama?” tanya Lisa mengagetkanku.

Aku mengelaknya dan berkatabahwa aku menyukai kak Dwi dan Lisa hanya mengangguk mengerti.

“Maafkan aku Lisa, aku harus berbohong padamu” batinku.

***

Hari ini adalah keberangkatan kak Dira ke Jepang, entah mengapa aku merasa sangat sedih
saat mengetahui kak Dira akan segera berangkat. Sama halnya denganku ibu sepertinya juga merasa
sedih.

“Kau harus segera menjemputku di Jepang oke? Lisa tolong jaga dia untukku” ucap kak Dira saat
akan menaiki pesawat. Ibu dan ayah hanya diam menahan kesedihan mereka.

Saat kak Dira masuk kedalam tanpa apa yang aku pikirkan aku berlari dan memelukanya sambil
berkata.

“Jangan pergi kak Dira jangan pergi.” ucapku menangis tersedu-sedu.

Kak Dira hanya mengelus rambutku dan tersenyum melepaskan pelukanku.Lisa lalu berganti
memeluku dengan hangat seperti mengerti kesedihanku. Dari jauh kak Dira melambaikan tangannya.
Aku melihat air matanya juga jatuh, sepertinya perasaan kak Dira sama dengan apa yang kurasakan.

***

9 bulan berlalu sejak kak Dira pergi ke Jepang. Lisa juga sering main kerumahku untuk
menghibur aku dan kedua orang tuaku. Sebentar lagi ujian semester 2 akan di adakan. Karena
kepergian kak Dira aku jadi tidak bisa masuk 10 besar di ujian semester 1. Itu sebabnya kini kak Dira
selalu menyempatkan untuk mengirim email kepadaku.Jika ujian semester sudah dekat kelulusan anak
kelas 3 juga sudah akan dekat. Itu berarti aku tidak akanlagi bertemu dengan kak Dwiki. Dan aku juga
harus berjuang untuk kelas 3 kedepan. Mengingat tentang kakak kelas. Setiap kali aku bertemu kak
Dinanta aku salalu berjalan melewatinya begitu juga dia.

“Apa kau mengenal Arka dari kelas 2-B?” tanya Lisa yang berada di samping tempat dudukku.

Lisa kau tidak pernah berubah selalu mengajakku bicara saat guru menjelaskan pelajaran.
Terang saja aku tidak menghiraukannya.

“Lisa Manoban! Perhatikan ketika saya mengajar!” sentak bu guru.

“Iya,, bu.” balas Lisa patuh.

Kringg…..

Bel istirahat akhirnya berbunyi juga. Lisa duduk di depan bangkuku dengan menghadap ke
padaku dan menompang dagunya dengan kedua tangganya dan bertampang serius.

“Apa kau mengenal Arka dari kelas 2-B?” tanya Lisa penasaran.

“Aku tidak mengenalnya kenapa?” jawabku enteng sambil membaca beberapa buku yang harus aku
salin.
“Dia menyukaimu” ucap Lisa.

“Oh…” balasku, aku tidak menyadari apa yang baru saja Lisa katakan dan ketika aku tersadar.

“Apa???? Apa yang kau katakan?” teriakku kencang membuat seisi kelas menoleh padaku dan Lisa.

“Diamlah jangan berisik. Oke akan aku ulangi. Arka MENYUKAIMU!!” Lisa menekan kata-kata
‘menyukaimu’ membuat tubuhku seketika membeku.

“Aku tidak menyukainya bagaimana bisa dia menyukaiku?” tanyaku bingung.

“Apa kau tahu, Arka termasuk dalam genk B&P” sontak aku lebih shock lagi.

Siapa di sekolah ini yang tidak mengenal genk B&P? aku bisa mati. Genk B&P terdiri dari 7
laki – laki tertampan di sekolah. Batinku.

1. Dwiki Putra adalah siswa dengan otak paling encer dan laki - laki yang aku sukai

2. Dwi Siswadi blesteran Kanada dan Jakarta

3. Dinanta Romhus yak kau pasti tahu

4. Murey ketua kelas kami

5. Ramadhan playboy cap kakap di sekolah ini

6. Arka si dance machine

7. Raka Anggara dengan suara cempreng yang menggelegar

Dan begitulah cara lisa menjelaskan para anggota gank B&P. Dan jika kau di sukai salah satu
anggotanya bisa jadi mimpi buruk akan datang. Para fansnya akan membully semua perempuan yang
di sukai mereka. Mendengarnya saja aku ngeri.

“Kau pasti bercanda Lisa.” ucapku memastikan.

Dari tampang seriusnya aku tidak yakin itu hanya candaan. Oh tidak ini pasti mimpi
burukku.Tidak lama kemudian kak Dinanta berada di kelasku dan sedang mencariku. Ya Tuhan apa
lagi ini tolong jangan bawa aku ke mimpi buruk. Lisa yang melihatku ketakukan bertanya pada kak
Dinanta. Dan dia hanya berkata ingin berbicara denganku sambil menarikku keluar. Lisa tidak mau
aku mendapat pembullyan hanya karena anggota B&P, kak Dinanta menarikku, kembali terjadi
pertarungan tatapan mata yang sangat menakutkan.

“Sudahlah kau membuat ini jadi perhatian orang” ucapku melerai kak Dinanta.

“Aku hanya ingin mengajakmu untuk menjadi pasanganku di upacara perpisahan” ucap kak Dinanta.

Sontak semua yang ada di kelas kaget mendengar itu termasuk Lisa yang tidak menyangka
hal ini akan terjadi. Dinata mendekatkan kepalanya dan membisikanku beberapa kata.

“Aku hanya membantumu untuk menyatakan perasaanmu kepada Dwiki” bisiknya.

Raut wajahku berubah seoalah mendapat serangan pedang dari belakang.Dinanta pergi
meninggalkan kelas yang sedang gaduh. Aku tidak dapat menompang badanku,seluruh tubuh ku
terasa lemah. Hingga aku terjatuh, Lisa berjongkok dan memelukku, aku mendengar teman-teman
mulai berbisik.

“Apa-apan ini? sekarang dia pergi dengan kak Dinanta. Bukankah dia itu Lesbi?” ucap salah satu
siswi dikelasku.

Aku kaget dengan apa yang aku dengar, dan berlari meninggalkan Lisa dan ruang kelas. Aku
berlari ke taman dan menangis sejadi-jadinya.

“Jangan menngis.” ucap seorang laki – laki dengan memberikan sapu tanggannya kepadaku.

Aku menghapus air mataku dan melihat saputangan miliknya. Betapa kagetnya aku melihat
sapu tangan itu dengan inisial DP. Ah DP, benar dia adalah Kak dwiki. Ini mengingatkan ku dengan 1
tahun lalu saat bertemu dengannya. Aku sedang menangis di taman karena ada sekelompok fansclub
B&P membullyku. Kak Dwiki memberiku sapu tangan dan menghiburku.Aku sadar aku harus
mengungkapkan perasaanku padanya. Aku tidak bisa menunggu lagi. Saat lamunanku buyar aku
berdiri dan menundukan kepala mengucapkan terimakasih. Namun aku tersadar dia sudah tidak ada di
sana.

***

Aku pikir aku sudah gila karena datang ke lapangan sepak bola yang aku benci. Aku mencari
sosok laki – laki cool. Aku melihatnya sedang bermain sepak bola, menggiringnya lalu
mempasingnya dan menerima bola itu lagi dan menendangnya.

Gol !!, aku tidak tahu bahwa dia bisa setampan itu saat bermain sepak bola. Dia Seperti
menyadari kehadiranku, dia berlari dan menghampiriku dan bertanya apa yang terjadi? aku menjawab
bahwa aku menerima permintaanya dan berlari pergi meninggalkannya.Apa yang terjadi denganku
kenapa jantungku berdetak sangat kencang?

***

Lisa membantuku merias dan merapikan gaunku. Aku sendiri tidak berani melihat ke kaca
karena takut penampilanku akan jelek. Seperti itik yang berubah menjadi angsa itu yang aku rasakan
sekarang. Kak Dinanta sudah menungguku di depan rumah dia tidak berani masuk karena dia merasa
tidak pantas karena bukan siapa-siapaku.Aku melihatnya dengan setelan rapi dia tampak gagah dan
tampan. Di pesta sangat besar genk B&P datang semua dengan perempuannya, aku melihat Arka dan
kak Rama berdiri sambil menatapku tajam. Ada apa ini?

Tiba-tiba kak Dwiki naik ke panggung dan mengucapkan salam perpisahan, dia bilang akan
melanjutkan sekolahnya dengan kuliah di luar negeri. Ada seorang perempuan datang dan membuat
semua orang berbisik karena kecantikan dia.

“Dia adalah tunangan Dwiki” bisik kak Dinanta.

Aku gemetar melihat dia, bagaimana mungkin aku dapat menang melawan seorang wanita
secantik dia bahkan tampak seperti seorang putri.

“Dia memang seorang putri, ya bisa di bilang gitu” ucap kak Dinanta.

Aku menoleh padanya dan memandangnya bagaimana bisa dia membaca pikiranku?.
“Aku tidak membacanya, tapi pikiranmu saja yang transparan” ucapnya so cool.

Aku memalingkan wajahku dengan kesal.

“Temanmu Lisa sudah lama mengetahui bahwa kau menyukai Dwiki, karena pikiran mu yang
transparan”ucapnya menebak.

Aku tersentak dengan pernyataan kak Dinanta.

“Aku akan membantumu menyatakan perasaanmu kepadanya” kak Dinanta menarik tanganku menuju
belakang panggung dia memintaku untuk tetap di sini. Tidak berapa lama kak Dwiki datang,aku
bingung apa yang harus aku lakukan,pikiran ku mulai kacau.

“Apa yang ingin kau bicarakan?” sapanya halus, aku hanya diam tidak mampu berkata.

“Ehm jika tidak ada aku akan pergi” katanya dengan nada canggung, saat di akan melangkah pergi
aku melaju dan menarik tangannya.

“Kak Dwiki, aku menyukaimu sejak 1 tahun yang lalu” ucapku mencoba kuat.

Aku terkejut dengan perkataan yang keluar dari mulutku, aku melepaskan genggamanku dan
berlari keluar gedung itu, tanpa sadarku teteskan air mata ini,tentang perasaan yang ku pendam. Kak
Dinanta mengejarku dia bilang tidak bermaksud berbuat seperti itu.

“Aku melakukan ini karena aku bahagia bisa mengatakan perasaanku” tanpa sadar kak Dinanta
memelukku aku merasakan detak jantungnya yang berdebar-debar, aroma tubuhnya yang begitu
hangat.

***

Hari ini aku sudah resmi menjadi anak kelas 3. Aku dan Lisa sedikit berbicara sejak upacara
perpisahan itu. Aku merasa tidak enak hati karena telah berbohong kepada Lisa.

“Lisa, apa kau mau berbicara denganku sebentar?” tanyaku.

Lisa hanya menganggukkan kepalanya dan mengikuti aku menuju atap sekolah. Aku
mengutarakan semuanya pada Lisa tentang kejadian itu.

“Aku tahu semuanya, aku sudah lama tahu kau menyukai kak Dwiki,tapi aku menunggumu untuk
mengungkapkannya padaku. Aku juga tahu bahwa kak Dinanta menyukaimu. Aku juga tahu seberapa
besar dia menyukaimu sama seperti kau menyukainya.” jelas Lisa

Aku hanya tercengang mendengar penjelasannya. Lisa mengetahuinya tapi bagaimana bisa?

“Karana pikiranmu terlalu transparan. Sebenarnya Arkamenyukaimu karena menurutnya kau anak
pendiam dan baik, tapi aku tidak mengizinkan dia mendekatimu karena aku tahu terlalu banyak
fansnya yang tergila-gila padanya. Apa kau tahu bahwa kak Dinanta sudah menyukaimu selama 4
tahun?”

Aku masih bingung dengan apa yang di katakan Lisa tapi aku lebih memilih mengangguk

“Kau tahu alasan kita bermusuhan? karena dulu aku menyukai kak Dinanta namun dia menyukaimu
aku berusaha menjadi perempuan yang di inginkannya namun aku putus asa dan melihat ada hal lain
dari dirimu yang membuatku nyaman sejak saat itu aku berusaha melupakan dia dan dekat denganmu.
Dan semua itu berhasil. Aku menyuruhnya untuk membantu menyatakan perasaanmu. Maafkan aku
yang selama ini merahasiakannya”

Aku seolah melihat tali merah yang kusut itu menjadi terurai. Aku memeluk Lisa dan berkata
bahwa aku menyayanginya dan selamanya akan begitu. Persahabatan kami di mulai kembali.

***

2 tahun kemudian di Tokyo Jepang

Aku menikmati keindahan Tokyo dengan kak Dira di sampingku setalah belajar dengan keras
akhirnya aku mendapatkan beasiswa juga ke Jepang. Ke tempat impianku, aku merasa sedih
meninggalkan kedua orang tuaku sendirian di Jakarta.Aku juga merindukan sahabatku yang sekarang
sedang kuliah di Belanda karena dia lebih pintar dariku. Tentang kak Dinanta aku pikir dengan begitu
aku dapat melupakannya ternyata aku mashi mengingatnya.

“Aku akan ke kantor kamu bisa pulang sendiri kan?” tanya kak Dira.

“Tentu saja” jawabku.

Hari sedang musim gugur, aku berjalan menuju Rikugien Garden aku dengar dari Lisa saat
musim gugur pemandanganya sangat bagus. Dapat di jadikan sebagai bayground manga.Aku duduk
di tengah rerumputan sambil memendang daun-daun yang berguguran. Seoarang pria sedang duduk di
sebelahku sambil melihatku mengambar.

“Tidak terlalu berbeda kau tetap saja mengambar manga?” suara pria itu mengagetkanku

“Kak Dinanta?” ucapku begitu melihat pria itu adalah kak Dinanta

“Apa yang kau lakukan disini?” tanyaku padanya

“Kenapa? aku tidak boleh di sini?” bukannya menjawab kak Dinanta malah balik tanya.

“Ah tentu saja boleh” jawabku kebingungan.

“Aku ingin mengungkapkan perasaanku pada mu. Aku menyukaimu Jenni Kim. Dan aku tidak
menerima penolakan darimu!” ucapnya dengan tegas.

“Kak,, kak Dinanta? Apa kamu serius?” tanyaku memastikan.

“Hem,, menikahlah denganku!” ucap kak Dinanta.

Kak Dinanta kau berhasil membuatku ternganga.

“Ye,,, aku mau.” balasku tersenyum malu.

Kak Dinanta terimakasih sudah mau bertahan demiku.

THE END
NAMA : SITI RUKOYAH

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : RINDU

Mengisahkan sebuah keluarga yang terdiri dari seorang ayah, seorang gadis
perempuan, dan seorang pembantu, gadis tersebut bernama Nabila.Nabila adalah gadis
remaja yang tumbuh tak jauh berbeda dengan gadis-gadis remaja lainnya.Ia anak yang
sholehah, baik, rajin dan berbakti kepada orang tuanya. Nabila sudah ditinggal ibunya sejak
usia 2 tahun. Nabila sangat ingin sekali bertemu ibunya karena ia sangat merindukannya.
Namun setiap kali Nabila bertanya tentang ibunya kepada ayah, ayah selalu saja
mengalihkan pembicaraan.

Suatu ketika Nabila bertanya kepada ayahnya tentang ibu, ayah selalu saja tidak
menjawab. Nabila merasa kesal karena ayah selalu merahasiakan hal ini.Sampai pada
akhirnya Nabila merasa kesal dan mencari tahu sendiri tentang ibunya. Ia bertanya-tanya
kepada tetangga-tetangga, saudara bahkan teman-teman ayahnya. Namun Nabila tidak
mendapat jawaban apa-apa dari mereka.

Setiap orang pasti tidak bakal tau apa yang akan terjadi besok atau sedetik kemudian.
Itulah yang dialami oleh gadis remaja yang sangat merindukan ibunya ini. Nabila menjadi
susah diatur, bandel dan tidak nurut lagi kepada ayahnya. Itu semua terjadi karena Nabila
merasa kesal terhadap ayahnya yang tidak memberitahukan tentang keberadaan ibunya.

Sudah malam, tetapi Nabila belum pulang juga. Ayah menjadi cemas dan khawatir
dengan Nabila. Ayah mondar-mandir didepan pintu layaknya orang bingung, dan akhirnya
Nabila datang, ayah langsung bertanya kepada Nabila

“Dari mana kamu?” ayah menayai Nabila, ia tampak kesal dan kelihatan marah, tetapi
Nabila lebih memilih berpura-pura tidak mendengar dan terus saja berjalan menuju kamar.

“Ayah lagi bicara sama kamu!”

“Aku pergi kemana aja itu bukan urusan ayah kan ?”Nabila langsung bergegas pergi.

“Nabila ….” Panggilnya lagi dan langsung menyusuri Nabila.

Rumah ini sangat luas lengkap dengan fasilitiasnya. Letaknya di pinggiran kota.
Hampir semua perabotan yang ada berkualitas. Barangbarangnya serba mewah namun aku
tidak menemukan cinta di rumah ini. Karena ayah terlalu sibuk dengan pekerjaannya sampai
ia lupa akan anaknya yang sangat membutuhkan kasih sayang darinya. Nabila memandang
keluar jendela, menatap butiran air hujan yang turun deras.Nabila sangat kangen dengan
ibunya, bahkan wajahnya pun Nabila tidak mengetahuinya. Nabila menghukum dirinya
sendiri.Ia selalu berharap segera dipertemukan dengan ibunya.

Tiba-tiba terdengar suara pintu kamar Nabila dibuka. Nabila tahu itu pasti ayahnya.
Dan benar saja itu ayah, ayah kemudian duduk disamping Nabila dan memulai pembicaraan.

“Ayah minta maaf”

“untuk apa ?”

“ayaolah gaids kecilku, jangan marah”

“aku ga marah, hanya kesal”

“kesal pada ayah?”

“ya”

“maaf, ayah ngak tau kalau kamu punya kejutan. Papa menemukan ini di kamar tidur.
Ayah sampai lupa kalau kemarin hari ulang tahun ayah.”

“ayah gak marah kan?”

“siapa yang bisa marah.” Ayah tersenyum lalu mengenakan dasi pemberianku.

“soal warga yang semalam, ayah gak perlu khawatir, mereka itu Cuma salah tangkap
saja, mereka mengira kalau aku ini cewek gak beres.”

“iyah abisnya malam-malam keluyuran dijalanan” Kata ayah sambil menjewer telinga
Nabila.

“makanya jangan suka keluyuran bikin ayah khawatir saja.”

“ayah mau ga bacain dongen untukku?”

“apa ??ngak salah tuh ?? kamu ini kaya anak kecil saja.”

“ayolah yah …”
Mata ku mulai sayu, rasaya seperti mimpi kembali ke waktu kecil. Mendengarkan
dongeng yang ayah ceritakan. Jadi ingat masa lalu dimana ayah belum punya apa-apa tetapi
aku suka merasa lebih nyaman dan bahagia pada waktu itu.

“ ibu itu seperti apa yah ? apa dia sayang sama Nabila ?”

“ibumu ? dia wanita terburuk yang pernah ku nikahi. “ ayah terlihat bingung.

“jangan tanya kan soal ibumu.”

“ yasudah. Lanjutkan lagiceritanya.”

Tanpa sadar Nabila tertidur lelap.

“Nabila, gimana ceritanya ?apa kamu sudah lelah ?” ia membelai rambut putrinya.

Ayah menarik selimut dan mematikan lampu lalu ia mencium keningku. Lalu ia
melangkah meninggalkan aku dan menutup pintu. Pada saat ia menutup pintu, Nabila
mengatakan suatu kalimat yang selalu ingin diucapkannya

“aku sayang sama ayah.”

“ayah juga sayang nabila” balasnya.

Baru pertama kali Nabila melihat ayahnya seperti itu.

Suara kicauan burung sudah terdengar jelas, tetapi Nabila belum pingin terbangun,
seseorang mengetuk pintu kamar Nabila.

Bi Minah memasuki kamar dengan membawa nampan berisikan sarapan.Bi minah


sudah seperti keluarga sendiri di keluarga ini. Nabila sudah menganggap bi minah sebagai
neneknya sendiri. Karena sejak kecil Nabila sudahtidak tinggal bersamai bunya.Bi minahlah
yang merawat nya hingga kini.Bahkan ia sangat menyayangi Nabila.

Pada suatu hari ketika hendak solat, bi minah terpeleset ketika mengambil air wudhu
dan akhirnya bi minah dibawa kerumah sakit.Karena usia bi minah juga sudah renta, akhirnya
bi minah meninggal dunia di rumah sakit. Ayah dan Nabila sangat sedih. Sebelum bi minah
meninggal dunia, bi minah berpesan kepada Nabila agar menjadi anak yang sholehah dan jika
Nabila kangen dengan ibunya, bi minah menyuruhnya untuk mengambil album foto ibunya
dilemari bi minah.
Semenjak kepergian bi minah, ayah merasa kerepotan dan kesepian mengrus putrinya.
Akhirnya ayah pun berniat untuk melamar bu siska.Ibu siska adalah sekretaris ayah
dikantor.Tetapi Nabila belum bisa menerimanya. Dan pada suatu hari ayah menceritakan
semua tentang ibunya kepada Nabila. Menurutnya ibu adalah seorang ibu yang tidak baik
untuk putrinya, karena pada waktu itu ibu sempat menjual Nabila saat kondisi keluarga nya
sedang krisis ekonomik. Saat mendengaritu, Nabila kaget dan membenci ibunya.Tiba-tiba
Nabila sakitdanharus dirawat di rumah sakit.Tiba-tiba ayah mendapat tugas untuk ke luar
kota, Nabila sangat sedih tetapi ayah menyuruhi bu siska untuk menjaga Nabila. Dan
akhirnya Nabila bisa menerima ibu siska dengan senang hati.

Dan pada waktu ayah keluar kota, ada seorang ibu-ibu bercadar yang mengatakan
teman lama ayahnya, lalu ibu siska menerimanya. Hari-hari pun berlalu seperti biasanya
samapa pada saat itu Nabila curiga kepada pembantu itu, lalu pembantu itu pun memberitahu
putrinya bahwa ia adalah ibunya.

Dan semuanya mengetahui kalau ibunya masih hidup termasuk ayah.Awalnya ayah
mengusir ibu, karena telah tega menjual Nabila. Namun Nabila mencegah nyakarena Nabila
ingin hidup bersama keluarganya secara utuh .Dan akhirnyamereka hidup menjadi keluarga
yang bahagia dan utuh.
NAMA : SUMARDHIKA RAMADHANI

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : ROTI BAKAR

Alarm berdering menunjukkan pukul 05:30, saat itu matahari enggan menunjukan
paras cahayanya karena tepat pada pagi ini awan abu-abu melekat pada polosnya langit
biru. Mata pun dengan sendirinya terbuka sehingga memaksakan diri ini untuk menatap
lembaran kerja yang belum kuselesaikan.

Seketika mulutpun bergumam“ahhhhh kenapa bisa ketiduran gini sih padahal hari ini
tugasnya harus dikumpulin!”. Entah apa yang harus aku lakukan,saat ini yang kupikirkan
adalah bagaimana cara agar tugas itu selesai, pada saat guru killer itu masuk ke kelas. Tanpa
berpikir panjang, aku langsung melanjutkan rutinitasku sebagai pelajar untuk mandi, dan
pergi kesekolah. Dalam perjalan menuju sekolah, aku menemukan beberapa hal aneh pada
pagi ini, kulihat ban sepedaku tiba-tiba saja kempis, entah mengapa bisa terjadi seperti ini,
aku tidak mengerti, padahal, tadi malam aku menggunakannya dengan normal tanpa ada
kendala sedikit pun. Aku pun segera bergegas untuk mencari tukang tambal ban terdekat.
Setelah 15 menit berjalan dengan menenteng sepedah, akhirnya, aku menemukan apa yang
ku cari selama 15 menit yang lalu.

“Bang tolong tambah angin bannya” ucapku dengan nada terburu-buru.

“Oke siap dek” jawab abang tukang tambal ban.

Dengan cekatan dia mengambil selang dari si kompresor dan membuka tutup pentil yang
menempel pada ban. Entah kenapa perasaanku pagi ini tidak seperti biasanya, benar
saja,ketika aku melihat jam tanganku, seakan waktu menebas segalanya, pukul menunjukan
06:23 sedangkan aku harus mengerjakan PR yang diberikan guru Killer itu. “prok”. Tepukan
tangan mendarat di pundaku seketikamembuyarkan lamunanku.

“udah selesai nih mas.” Ucap tukang tambal ban.

“ohh jadi berapa bang?.” Tanyaku kepadanya.

“cukup 2000,- aja mas.” Balasnya.

“ohh ini bang uangnya.” Ucapku, dan memberikan uang pecahan 2000,-.

Tanpa berpikir panjang aku pun meraih sepedah untuk segera bergegas menuju sekolah
dengan cepatnya bagaikan Valentino Rossi yang menunggangi motor sportnya.

Setibanya disekolah aku pun langsung bergegas menuju kelas, padahal aku ingin
sekali rasanya untuk mencicipi masakan ibu kantin pagi ini, tapi apa boleh buat, aku harus
menyelesaikan tugas sebelum pelajaran pertama dimulai. Didalam kelas, aku melihat Pepen
sedang mengerjakan sesuatu, ketika itu aku langsung saja mendekatinya dan berkata.

“Pen, lagi ngerjain apa lu!?.” Tanyaku dengan nada tegas

“lagi ngerjain tugas yang dikasih guru killer itu looooohh!.” Balas Pepen

“waaaahhh sama dong gue juga belum selesai nih!.” Jawabku dengan nada terkejut.

“yaudah disini aja ngerjainnya bareng gue!.” Ajak Pepen.

Tak lama kemudian “bledeeerrrrrrr” suara petir menyambar seakan tidak menyetujui kalau
akan ada mentari pagi ini, suara petirtadi langsung dibarengi dengan hujan. Tiba-tiba suara
bel sekolah memecahkan suasana ketika aku sedang mengerjakan tugas.

“mampus gue bel udah bunyi tapi tugas belum selesai”. Kataku dengan nada terkejut
sedikit marah.

Namun Pepen sama sekali tidak menggubris perkataanku tadi, dia dengan sibuknya
mengerjakan tugasnya. Disamping aku memperhatikan Pepen, aku melihat diluar kelas dari
tempat duduk tadi, ada seorang perempuan menggunakan baju dinas dan menenteng tas
dengan matanya tertatap tajam pada kelas kami, menandakan guru itu adalah guru yang
dimaksud selama ini. Aku pun langsung bergegas meninggalkan Pepen dan menuju tempat
dudukku.

Awalnya aku berfikir kalau guru killer ini enggan masuk ke kelas dikarenakan
derasnya hujan dan sambaran petir, tapi ekspektasiku ternyata berbanding terbalik dengan
apa yang kurasakan sekarang, aku menyesal karena semalam terlalu larut dalam menonton
televisi sehingga aku melupakan tugasku. Entah apa yang harus aku katakan nanti kepada
guru ini.

“breeek.” Suara bangku bergeser menandakan dia siap untuk duduk.

“Selamat pagi murid-murid.” Ucap guru.

“Selamat pagi bu!.” Jawab murid.

“oke anak-anak, ibu akan menilai tugas yang ibu berikan pada minggu lalu nanti
kalian maju kedepan membawa tugasnya sesuai dengan absen!.” Kembali guru itu berucap.

Satu persatu nama dipanggil sesuai absen tibalah saatnya dimana namaku dipanggil
untuk mempertanggung jawabkan semua tugas-tugasku.

“Sumarna Aditia Maulana!.” Ucap guru itu dengan nada tinggi.

“Saya bu.” Jawabku.


Entah apa yang nanti akan dia lakukan kepadaku setelah dia mengetahui bahwa tugasku
belum sepenuhnya selesai. Ketika itu aku memberanikan untuk menghadap ke guru
tersebut dan mengatakan dengan sejujurnya apa yang terjadi.

“Mana tugasmu!.” Nada itu lagi-lagi kudengar untuk kesekian kalinya.

“Maaf bu tugas saya belum selesai.” Jawabku lagi, penuh pengharapan agar
dimaafkan.

“Kamu satu minggu ini ngapain aja kok belum selesai!?.”Tanya guru itu dengan
matanya yang bulat melihat kepadaku bagaikan elang yang siap menikam mangsanya.

“hmmmm anu bu saya lupa untuk mengerjakannya.” Balasku dengan terbata-bata.

“Kamu itu niat belajar gak sih? Tugas seperti ini saja kamu lupa? Sebagai
hukumannya kamu ibu keluarkan selama pelajaran ini berlangsung! Mengerti!!?.” Ucapan
guru itu dengan suara yang agak melengking.

“i iya bu.” Balasku.

Ketika itu aku langsung memalingkan wajahku dan segera menuju keluar. Entah apa yang
harus aku lakukan sekarang perasaanku saat ini campur aduk antara, marah, sedih, kecewa.

Tidak biasanya aku lemas sampai terpuruk seperti ini mungkin ini sebuah pelajaran bagiku
untuk tidak mengulanginya kembali. Mulai saat ini dan seterusnya aku berjanji tidak akan
menyianyiakan waktuku lagi.

Bel kembali berbunyi menandakan waktu pelajaran telah selesai dengan gerakan secepat
kilat aku masuk kedalam kelas dan bersalaman dengan guru tersebut seraya berkata.

“Bu maafkan saya.” Dengan nada sendu

“Lain kali jangan diulangi kembali.” Balasnya dengan sedikit memotong ucapanku.

“i iyah bu.” Ucapku lagi dengan gugup.

Waktu terus berjalan hingga akhirnya bel pulang pun berbunyi, yang saat ini
kurasakan adalah malu kepada teman-teman sekelasku sebab kejadian tadi dikelas. Aku pun
memutuskan untuk langsung pulang dan bercerita semuanya kepada ibuku.

Setelah 17 menit aku mengayuh sepedah sampailah dirumah yang sederhana namun
mewah akan kasih dan sayang, karena yang membuat seseorang merasa betah tinggal
dirumah bukan karena harta yang berada didalamnya melainkan sebuah kasih dan sayang.

“Ibu Adit pulang!.” kataku sambil membuka sepatu.

“loh!! Tumben pulang cepet.” Teriak ibuku dari dalam sepertinya sedang didapur.
Aku pun masuk dan mencari ibuku, benar saja, ibuku sedang berada di dapur, sepertinya ia
hendak membuat sebuah kue kesukaanku.

“mau bikin apa nih bu?.” Tanyaku sambil meraih tangannya untuk bersalaman.

“aahhhh kamu pura-pura tidak tau saja.” Balas ibuku sambil menarik pipiku.

“Ibu aku ingin mengatakan kalau tadi aku dikeluarkan selama jam pelajaran Bahasa
Indonesia karena tugasku belum selesai, lalu aku malu pada teman-temanku sehingga
mamaksaku untuk pulang cepat!.” Ucapku dengan nada sendu.

Tiba-tiba saja ibuku menjawab dengan pernyataan yang sama sekali tidak aku mengerti.

“apakah kau ingin mencicipi mentega ini?.” Balas ibuku.

“Tidak bu, itu sangat tidak enak!.” Jawabku.

“Mau coba tepung terigu atau baking soda?.” Balas ibuku lagi.

“Bu, semua yang ibu tawarin itu semuanya tidak enak dimakan!.” Jawabku dengan
nada agak tinggi.

“ya, semua yang ibu tawarkan itu tidak enak jika dimakan satu persatu, tapi jika
dicampur jadi satu melalui satu proses akan menjadi kue yang enak.” Balas ibuku sambil
meraih tanganku.

Sejenak aku mulai paham apa yang ibu katakan, inti dari perbincangan tadi adalah
Tuhan bekerja dengan cara yang sama seperti penuturan ibuku. Seringkali kita bertanya
kenapa Dia membiarkan kita melalui masa-masa yang sulit dan tidak menyenangkan. Tapi
Tuhan Mengetahui jika Dia membiarkan semuanya terjadi satu persatu sesuai dengan
rancangannya.

Aku memutuskan untuk megakhiri percakapan dengan ibuku, dan segera menuju
kamar, dengan langkah perlahan aku memasukinya, sungguh terheran-heran mengapa aku
melihat kasur di kamarku ini seperti melihat marshmallow yang empuk nan kenyal bagaikan
ada tarikan gravitasi didalamnya sehingga memaksaku untuk segera bermesraan
dengannya. Mataku belum sepenuhnya terpejam tiba-tiba aku teringat kalau sore ini aku
ada janji dengan temanku yaitu Ern. Dia adalah temanku sejak kecil. Namun, pertemanan
kami sempat renggang ketika dia pindah keluar negeri bersama Ayah dan Bundanya. Kini dia
kembali ke Indonesia dan melanjutkan sekolah menengah atas disini, kebetulan sekali dia
satu sekolah denganku. Awal aku mengetahui kedatangan Ern ke Indonesia pada saat
upacara hari senin selesai, ketika itu Pembina upacara mengucapkan selamat datang kepada
Ern.
Teringat janjiku kepada Ern,aku bergegas untuk mengenakan baju terbaikku karena
Ern adalah yang spesial dalam hidupku. Jujur sewaktuku kecil, ketika itu kami duduk dikelas
6 sekolah dasar, aku sempat menyukainya. Rasa itu sempat hilang ketika dia pindah keluar
negeri. Tapi semenjak kepergian Ern hidupku terasa hampa, dan sampai sekarang pun aku
belum menemukan sesosok yang dianggapku sebagai yang spesialselain Ern.Setelah
menemukan baju yang dimaksud, aku langsung saja berangkat dan berpamitan dengan
ibuku. Diperjalanan aku selalu memikirkan topik apa saja yang akan dibicarakan nanti
kepada Ern, karena selama ini aku selalu gugup dalam menghadapi wanita. Saat itu aku jalan
kaki saja karena rumah kami berdekatan dan lokasi kami bertemu pun tidak jauh dari rumah
Ern.

Setibanya dirumah Ern ternyata ia sudah menunggu kedatanganku. Kulihat dari


kejauhan ia menengokan kepala ke kanan dan kiri menandakan kalau ia sedang mencari
orang.

“Hai dit!.” Sapa Ern dengan senyumannya yang tidak berubah sejak ku mengenalnya.

“Hai Ern, sudah lama menunggu?.” Balasku dengan senyuman pula.

“Ohh enggak kok dit santai aja.” Jawabnya sambil cengengesan.

Kami berdua bergegas menuju taman yang berada tidak jauh dari rumah Ern. Kulihat Ern
membawa tas besar tingginya melewati kepala, menandakan bahwa Ern membawa tas yang
berisi gitar. Memang tidak bisa kupungkiri bahwa Ern sangat pandai bermain gitar, sehingga
membuatnya terlihat semakin cantik ketika memainkan gitar.

Setelahmenemukan spot yang pas untuk menikmati sunset pada sore ini kami duduk
bersebelahan bagaikan remaja yang sedang kasmaran dimabuk oleh cinta. Jujur aku nyaman
bila berada di dekat Ern. aku menyukainya namun aku tidak berani untuk mengungkapkan
perasaanku padanya karena aku ingat bahwa sahabatku pun demikian mempunyai rasa
yang sama denganku, dia adalah Jovi. Jovi sahabatku sejak kecil, yah memang walaupun dia
memiliki sifat yang egois, selalu berbuat sesuka hati, tapi aku bisa makluminya.

Setelah berbincang-bincang dan bernyanyi bersama, aku melihat Ern sangat cantik
hari ini dan aku suka, ingin sekali rasanya aku ungkapkan rasa ini kepadanya namun apalah
daya, aku selalu mengedepankan persahabatanku dengan Jovi. Lama kami berbincang dan
bernyanyi bersama sehingga melupakanku untuk makan malam bersama ibu dirumah,
akhirnya aku berkata pada Ern untuk mengakhiri pertemuannya pada malam hari ini, dan
Ern pun mengiyakan keinginanku.

“Ern aku lupa bahwa malam ini aku ada janji dengan ibuku untuk makan malam.”
Ucapku memohon kepada Ern.
“Ohh iyah dit enggak apa-apa kok lagian ini juga sudah larut malam kita pulang
bareng aja dit.” Jawab Ern dengan suara lembutnya.

“Kamu tidak marah kan?.” Tanyaku kepada Ern.

“Yah enggak lah dit punya hak apa aku marah padamu.” Balas Ern.

Mendengar perkataan Ern aku tau kalau dia pun punya rasa yang sama terhadapku namun
kami berdua masih menunggu timing yang pas untuk meresmikan hubungan kami berdua.

Setelah 5 menit kami berjalan sampai lah dirumah Ern.

“Ern aku pulang dulu ya!.” Ucapku sambil tersenyum manja.

“ohh iyah dit hati-hati ya.” Balasnya dengan tersenyum pula.

Belum sepenuhnya aku berbalik badan dari Ern,tiba-tiba ia memanggilku.

“Dit!.” Teriak Ern.

“iyah Ern, ada apa?.”

“Sebenarnya aku masih ingin melihatmu.” Ujar Ern dengan suara sendunya.

Seketika badanku lemas mendengar perkataan itu seakan tidak percaya Ern telah
mengatakan itu. Baru kali ini aku merasakan debaran jantung sampai secepat ini.

“Terus gimana dong aku kan ada janji dengan ibuku.” Balasku sambil menahan malu.

“Ohh oke deh tidak apa-apa Dit, kan masih ada hari esok, lekaslah pulang ibumu
pasti sudah menunggumu dimeja makan!.”Kata Ern dengan memberikan senyuman
terakhirnya.

Aku jadi merasa bersalah kepada Ern, belum genap kakiku melangkah, aku berubah fikiran
untuk meninggalkan Ern aku pun berbalik badan dan berlari secepatnya untuk menemui Ern
kembali. Aku tau ini adalah kesekian kalinya aku mengingkari janji kepada Ibuku, namun
rasa cintaku kepada Ern melupakan janjiku kepada ibuku.

“Ern, Ern, Ern!.” Teriakku berulang-ulang didepan rumah Ern.

Suara pintu terbuka menandakan akan ada seseorang yang keluar dari balik rumah tersebut.
Ternyata ekspektasiku salah yang keluar dari balik pintu tersebut adalah ayah Ern.

“Ada apa kau memanggil nama anakku?.” Tanya lelaki tua itu.

“Bisa bertemu dengan Ern pak?.” Balasku sambil terbata-bata karena ketakutan.

“Ohh Ern sudah tidur, kau tau tidak ini sudah larut malam, orang-orang sudah pada
tidur dan kau malah teriak-teriak!.” Ucap ayah Ern lagi.
“Ma maaf pak.” Jawabku dengan memalingkan pandangan kebawah.

“Lain kali kalau mau bertemu dengan orang kamu harus tau waktu yang tepat!.”
Balas lelaki tua itu.

“baik pak.” Jawabku dengan nada sendu.

Aku menyesal telah meninggalkan makan malam dengan ibuku demi bertemu dengan Ern,
alhasil aku pulang dengan rasa bersalah kepada ibuku ditambah malu terhadap ayah Ern.
Aku pulang dengan rasa penyesalan semoga ketika ku sampai rumah nanti ibuku tidak
marah kepadaku.

“Ibu aku pulang!.” Teriak ku dari luar.

“Dari mana saja kau sudah jam berapa ini? Lebih baik kau tak usah pulang!.” Balas
ibuku dengan nada marah.

Mendengar perkataan itu aku segera meniggalkan rumah tanpa membawa apapun. Saat
berjalan perutku terasa perih sekali, aku baru menyadari bahwa uangku tertinggal di dalam
tas yang berada dikamarku. Aku tidak tau harus pergi kemana, saat menyusuri jalan, aku
melewati sebuah kedai roti bakar dan aku mencium harumnya aroma mentega pada roti
bakar tersebut. Ingin sekali aku memesannya namun apalah daya aku tidak membawa uang
sepeser pun. Sepertinya pemilik kedai mengetahui keberdaanku karena aku berdiri cukup
lama didepan kedainya.

“Dek mau pesen rotinya?.” Ucap pemilik kedai itu.

“Ya, tapi aku tidak membawa uang.” Jawabku dengan malu-malu.

“Tidak apa-apa aku akan mentraktirmu, silahkan duduk aku akan membuatkan roti
bakar untukmu.” Balas si pemilik kedai

Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan roti bakar kehadapanku. Aku pun
langsung memakan roti tersebut beberapa potong, kemudian air mataku mulai berlinang.

“Ada apa dek, kok sedih kan udah dikasih roti?.” Tanya si pemilik kedai

“Engga ada apa-apa, aku hanya terharu.” Jawabku sambil berlinang air mataku.

“Bahkan seorang yang baru saja kukenal memberikan roti bakar untukku, tetapi,
ibuku sendiri, dia malah menginginkan diriku untuk tidak pulang kerumahnya, kau, seorang
yang baru saja kukenal begitu peduli denganku dibandingkan ibu kandungku sendiri.” Lanjut
ucapanku lagi.

Tiba-tiba pemilik kedai itu menghela nafas panjang dan sepertinya ingin mengatakan
sesuatu kepadaku.
“Dek mengapa kau berfikir seperti itu? Aku hanya memberimu beberapa potong roti
bakar dan kau begitu terharu?, ibumu telah memasak untukmu sejak kecil sampai sekarang,
kenapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan kini kau malah bertengar dengannya!.”
Aku pun langsung terhenyak dengan kata-kata si pemilik kedai tersebut.

“kenapa aku tidak berfikir tentang hal tersebut? Untuk roti bakar dari orang yang
baru saja kukenal saja, aku begitu berterima kasih, tetapi kepada ibuku yang memasak
untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku
kepadanya.” Kataku sambil merenungkan dosa-dosa kepada ibuku.

Aku segera menghabiskan roti tersebut, dan menguatkan diri untuk pergi dan pulang
kerumah. Saat berjalan kerumah, aku memikirkan kata-kata yang harus diucapkan kapada
ibuku. Begitu sampai diambang pintu rumah, aku melihat ibu dengan wajah letih dan cemas.

Ketika bertemu denganku kalimat pertama yangg diucapkannya adalah

“Dit, kau sudah pulang?, cepat masuklah ibu sudah menyiapkan masakan favoritmu
dan makanlah sebelum dingin jika kau tidak memakannya sekarang,”

Saat ini aku tidak bisa menahan air mataku lagi, aku pun menangis dihadapan ibuku sambil
meminta maaf kepadanya. Dengan lahapnya aku menghabiskan makanan, sebenarnya
perutku telah terisi oleh roti bakar tadi. Tapi ini adalah sebuah bentuk terima kasihku
terhadap ibuku yang mau menyisihkan tenaganya untuk memasakan makanan kesukaanku.

THE END
NAMA : SUSILAWATI

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : PENGAGUM RAHASIA

Perempuan cantik rambut panjang berwarna hitam itu sedang duduk manis di meja
belajar sambil terus menatap layar laptopya, matanya terlihat sangat fokus membaca tulisan
yang tertera dilayar, sambil sesekali ia memainkan mousenya kebawah.

Ya, nama perempuan itu bernama Marsya Adelia Prasetya. Ia berusia lima belas tahun
dan baru saja lulus dari sekolah menengah pertamanya.

Bola matanya membesar ketika memperhatikan setiap kata yang dibacanya, dengan
perasaan berharap dan cemas, Marsya kini sedang membuka situs website untuk mengecek
apakah namanya tercantum dalam daftar siswi yang diterima di SMA Taruna, sekolah yang
diharap-harapkan dan diidam-idamkan karena sulit sekali untuk bisa menjadi murid di SMA
Taruna yang merupakan sekolah unggulan di Padang.

Dengan sangat serius dan hati-hati, mata Marsya menjelajahi setiap nama yang
tercantum disitu, pelan tapi pasti. Dan mata dia semakin terbelakak setelah ia mendapati
namanya tercantum dalam daftar siswa yang diterima, dia berada dalam urutan 174 dari 200
siswa yang diterima.

Namun dibalik keinginannya menjadi salah satu murid di SMA Taruna, ada hal lain
yang membuat Marsya berambisi untuk bersekolah di situ. Dan itu karna seseorang bernama
Dihya Fakri yang merupakan kaka kelasnya saat SMP dan sekarang Dihya bersekolah di
SMA Taruna. Ya, sekolah yang Marsya harapkan.

Siapa yang tidak kenal Dihya Fakri? Tak hanya tampan dan cool, dia juga merupakan
anak yang terkenal dan pandai di SMP dulu, banyak olimpiade yang Dihya ikuti untuk
mewakili sekolahnya dan selalu menjadi juara.

Jam dinding dikamar Marsya sudah menunjukkan pukul 04:30 pagi waktunya untuk
bersiap-siap karna Marsya hari ini adalah hari pertama Masa Orientasi Siswa di SMA Taruna.
Sambil merapikan penampilannya di depan cermin, apa Dihya masih inget sama gw?
Batinnya.

Marsya menggunakan seragam SMP lengkap dengan rambut kuncir 2 dan diberi pita
warna merah sesuai arahan kakak osis, semua calon siswa baru diperintahkan memakai name
tag yang berbentuk seperti gambar onta dan diberi tulisan nama, sekolah asal, dan alamat, dan
yang tidak biasa adalah mereka disuruh untuk memakai tas yang terbuat dari tempat sampah.

Berkali-kali Marsya melihat jam tangannya, karena menunggu kakak laki-lakinya untuk
mengantarkannya kesekolah. Karena saking lamanya menunggu, akhirnya Marya
menghampiri kamar abangnya. “Abang!!! cepetan woy.. lama banget sih ntar gw telat nie!!!”
Teriak Marsya di depan kamar fajar sambil menggedor-gedor. tak lama dari itu akhirnya
pintu keluar dan fajar keluar. Marsya dan Fajar pamit kepada kedua orang tua mereka, dan
berpesan hati-hati dijalan.

Marsya sampai dan menginjakan kakinya didepan gerbang SMA Taruna, sekolah
yang diimpi-impikannya dan sekarang dia menjadi salah satu murid disini. Yess... rasanya
ingin sekali berteriak, namun ia menahannya.

“Heiii!! Kamu yang didepan gerbang!! Cepat masuk kedalam bukannya malah berdiri
disitu!” Teriak salah seorang kakak kelas songong, membuat Marsya kaget dan buru-brur
masuk kedalam.

“Rese banget!” gerutunya dalam hati.

“Marsya menelusuri koridor sambil melihat-lihat keadaan sekitar sekolah yang cukup besar,
dengan mata yang sangat fokus pada tulisan nama murid ditiap kelas, dan akhirnya dia
menemukan namanya dikelas X-5.

Marsya masuk kedalam kelas dan melihat seisi kelas yang sudah penuh dengan murid-murid.
Berjalan mencari kursi yang kosong sambil celingak celinguk, “heii Marsya..” panggil
seseorang cewek, marsya melirik arah suara itu, dan ternyata itu adalah Nina temen
sekelasnya dulu ketika di SMP.

Ketika sedang berbincang-bincang bruuk!! Pintu kelas digebrak oleh sekumpulan kaka kelas
yang bertampang songong dan sangar. “berdiri kalian semua!!” teriak salah satu dari mereka.
“jangan ada yang berasi sama kita ya!!” tambah cewek satunya. Seisi kelas menunduk tanpa
ada yang berani menatap kaka kelas itu.

Setelah melewati masa orientasi siswa di SMA, akhirnya hari terakhir MOS tiba. Dan seluruh
anak-anak diperintahkan untuk menginap disekolahan karena nanti malam seluruh
ekstrakulikuler akan menampilkan pertunjukan sesuai ekstrakulikuler masing-masing. Sudah
beberapa ekstrakulikuler yang menampilkan penampilannya, namun hanya satu yang aku
nantikan yaitu ekstrakulikuler basket. Sang kapten yang bernomor punggung 5 yang selalu
membuatku deg-degan ketika melihatnya, dan saat itu pula anggota basket masuk kedalam
lapangan.

“Ya Allah sungguh indah ciptaan-Mu ” ucapku dalam hati dan berharap Dihya melihat ku.
Semua anak-anak bersorak melihat permainan basket kaka kelas.

Aku duduk dibarisan kedua dikelas X-5, kelas yang bisa dibilang tidak bisa diam itu.Marsya
sering melihat Dihya melewati kelasnya ketika pulang sekolah, sehingga ia mengetahui
kebiasaan Dihya di sekolah.

Sesampainya Marsya dikantin, mata Marsya langsung menelusuri setiap sudut kantin,
mencari keberadaan Dihya yang biasanya duduk dibangku pojok kantin. Dan benar saja
Dihya sedang mengobrol dengan teman-temannya.

“Hai Marsya” sapa Rey dan duduk didepan Marsya.


Marsya memandang Rey sinis, “jangan duduk disitu dong.. ngalangin pemandangan gue aja”
Marsya menggeser Rey dengan tangannya.

Rey memutar kepalanya, “etdah, ada pemandangan apa sih?” Rey mencoba mencari apa yang
disebut pemandangan indah oleh Marsya. “gak ada pemandangan indah kok?” dan berbalik
kearah Marsya lagi yang ternyata sudah tidak ada didepannya. “Sue! Marsya! Tungguin!”
Teriak Rey mengejar Marsya.

Aku berdiri didepan gerbang sekolah, menunggu abang menjemputku. Dari kejauhan aku
melihat Dihya keluar dari parkiran motor sekolah sambil menaiki motor ninjanya.

tidit..

Dihya membunyikan klaksonnya tepat didepanku berdiri saat ini dan itu membuat jantungku
berpacu tidak karuan.

“Woyy broo!” Teriak seorang cowok dibelakangku sambil melambaikan tangan.

“sue! Ternyata dia klaksonin temennya, gue kira klaksonin gue, udah geer duluan aja”
gerutuknya dalam hati.

Akhirnya abangku yang super ngaret itu datang juga. “Lama banget sih bang?” tanya Marsya,
“Sorry tadi macet adeku sayang” jawab Fajar sambil menggoda Marsya. “ayo pir.. jalan!”
ucapku menepuk pundak abangku.

Fajar mengerutkan kening, mencerna ucapan yang tadi keluar dari mulutku, “sialan dikata gw
supir” celetuk Fajar.

Akhirnya hari minggu pun tiba, jadi hari ini aku tidak perlu bangun pagi-pagi. Pintu kamar
Marsya diketuk beberapa kali dari luar, membuat tidur Marsya terusik.

Tok.. tok.. tok...

“Marsya bangun!! Tolong belikan mamah bahan makanan di supermarket!!” perintah


mamah kepada Marsya.

“Aduuh mamah Marsya masih ngantuk, lagian juga ini masih pagi” keluh Marsya kepada
mamahnya.

“Pagi dari mana? Ini itu udah siang Marsya sayang. Pokoknya mamah gak mau tau, kamu
harus beliin barang itu sekarang” jawab mamah dengan nada agak memaksa.

Mau tidak mau aku harus meninggalkan tempat tidur kesayanganku yang embuk itu, lalu
bersiap-siap. Aku menggunakan baju biru dan celana jeans, karena hari ini bang Fajar ada
urusan jadinya aku pergi sendirian.

Setelah aku membeli barang yang diperintahkan oleh mamah, tiba-tiba jalanku terhenti
karena aku melihat seekor anak kecil ditepi jalan. Ketika aku sedang menggendong anak
kucing itu, dari kejauhan ada sebuah motor yang berjalan kearahku “aku seperti mengenal
motor itu” tanya Marsya pada dirinya sendiri karena orang itu memakai helm sehingga
menutupi wajahnya.

“ohmaygat.. itu kan Dihya” ucapnya dalam hati.

“Haii.. lagi ngapain disitu?” sapa Dihya dan bertanya kepada Marsya.

“Hai juga.. ini gue abis dari supermarket terus nemuin nih kucing” jawab Marsya dengan
jantung yang berdetak lebih kencang.

“Ohh.. lu mau balik bareng gak sama gue? Kebetulan gue sekalian lewat sih” tawar Dihya
kepada Marsya.

“Demi apa dia ngajak pulang bareng? Ini bukan mimpi kan? Perasaan gue kemaren gak salah
makan deh” tanyanya dalam hati yang tak percaya dengan apa yang dikatakan Dihya.

“Woyy.. kok malah bengong sih?” tanya Dihya yang melihat ekspresi Marsya.

“Eh gak kok, gue mau” jawab Marsya kala itu yang tidak harus berfikir panjang.

“Ayo naik!” ajak Dihya.

“Iya” Marsya mengiyakannya.

Sepanjang diperjalan tidak ada percakapan diantara kita berdua, yang ada hanya suara semilir
angin. Aku berharap waktu dapat berhenti, dan bisa berlama-lama dengan Dihya. Inilah saat
yang bahagia dalam hidupku, dapat mencintai dan mengagumi seseorang walaupun dalam
diam.

Akhirnya sampai juga dirumahku, “Lo mau mampir dulu gak?” tanya Marsya

“Engga deh, kapan-kapan aja” jawab Dihya.

“Ok deh, hati-hati ya dijalan” ucap Marsya.

“Gue duluan ya sya” pamit Dihya.

“Iya” sambil melambaikan tangannya.

Hari ini aku bersemangat sekali untuk bersekolah, karena nanti aku akan bertemu dengan
Dihya. Aku masih membayangkan kejadian kemarin yang tidak pernah luput dari pikiranku
saat ini.

“Heii.. kenapa lo senyum-senyum sendiri? Jangan-jangan lo kesambet ya?” sapa Nina yang
datang dengan tiba-tiba dengan nada menggoda.

“Enak aja, gue itu lagi mikirin kejadian yang kemeren tau” jawab Marsya yang langsung
cemberut.

“Kejadian apaan?” tanya Nina penasaran.


“Gue kemaren dianterin pulang sama Dihya Nin” jawab Marsya.

“Ciee.. boleeh” ucap Nina dengan nada menggoda.

Kami berbincang lumayan lama tak terasa bel masuk pun sudah berbunyi, tak lama dari itu
guru Bahasa Indonesia datang dan kami membenarkan posisi kami.

Teng... teng... teng...

Bel istirahat berbunyi karena sekarang sudah waktunya istirahat. Aku ingin melihat sosok
orang selama ini aku kagumi dari aku SMP, yang aku harapkan bisa menjadi milik ku. Aku
tidak tau dengan perasaanku sendiri, kenapa bisa mengaguminya.

Sesampainya dikantin “Marsya lo mau mesen apa? Biar sekalian” tanya Nina.

“Gue mau baso aja deh” jawabku dengan senyum tipis.

“Ok” ucap Nina.

Sementara Nina sedang memesan makanan, aku mencari sosok Dihya. Itu yang selalu aku
lakukan dikantin, mencari seseorang yang ku suka. Aku menemukannya, tapi dia sedang
duduk dengan seorang wanita, dan jujur itu membuat ku sedikit kecewa.

“Sya nih pesenan lo” ucap Nina yang datang dan membawa pesenan Marsya.

“Thanks” jawab Marsya.

Inilah kebiasaanku ketika pulang sekolah, yaitu menunggu bang Fajar menjemputku.
Terkadang aku kesal harus menunggu, tapi apa boleh buat.

Beberapa hari lagi adalah ulang tahunnya Dihya, aku ingin menyiapkan sebuah kado yang
spesial, tapi aku bingung untuk membelikannya apa. Dan aku berniat untuk bertanya kepada
temannya Dihya yang kukenal, ka Reza adalah salah satu sahabat dan teman team
basketnyadan untungnya kita saling mengenal.

“Ka Reza” panggilku ketika bertemu diparkiran

“Iya Marsya, ada apa?” Tanya ka Reza

“Ka tau gak kesukaannya ka Dihya itu apa?” tanyaku tanpa ragu-ragu

“Ohh.. dia itu suka sama sesuatu yang berbau barca sya” jawab ka Reza.

“Oke makasih ka” ucapku.

Aku meminta Nina mangantarkanku ke mall untuk membeli kado, dan kebetulan ini adalah
hari minggu sehingga aku mempunyai waktu untuk membeli kado.

“Nin toko barang-barang bola dimana ya?” tanyaku kepada Nina.

“Kayaknya kalo gak salah, gue pernah liat dilantai 2 deh” jawab Nina
“Oke deh kita ke lantai 2” ucapku

Setelah mendapatkan barang yang kuinginkan, akhirnya aku pulang. Aku membeli kaos
barca sesuai apa yang dikatakan ka Reza kemarin. Sesampainya dirumah, aku langsung
membungkusnya dengan rapih, aku tidak berani memberikannya nama karena aku tidak ingin
ka Dihya mengetahui seseorang yang memberikan kado itu.

Hari ini aku dan Nina sengaja berangkat pagi-pagi sekali karena aku ingin menyimpan kado
itu dikelasnya, Nina akan mengontrol kondisi jika ada seseorang yang datang ataupun curiga.
Akhirnya aku bisa menaruh kado itu dikolong mejanya.

Aku melihat ka Dihya sedang dikerjai oleh teman-temannya, sampai baju yang dikenakannya
menjadi kotor karena terigu dan telur. Aku hanya bisa memerhatikannya dari jauh, aku
merasa bahagia melihatnya tersenyum seperti itu.

Sepulang sekolah saat diparkiran aku melihat Dihya memakai baju yang aku belikan
untuknya, “Lho itu kan baju yang gue kasih ke Dihya” gumamku dalam hati. Ya memang aku
tau baju dia kotor karena tadi, Ketika Dihya ingin keluar gerbang dia membunyikan klakson
entah untuk siapa klakson itu, aku merasa hanya ada aku disitu.

“Hai Marsya, nanti malem lo mau gak dateng ke pesta ulang tahun gue?” tanya Dihya.

Marsya mengeryitkan dahi “Lo ngundang gue?” tanya ku

“Iya” jawabnya

“Iya gue pasti dateng kok” ucapku

“Oke gue tunggu ya nanti malem, gue duluan ya” kata Dihya

“Iya hati-hati” jawabku dan dia pun pergi

“Demi apapun gue seneng banget bisa diundang sama Dihya” ucapku dalam hati.

Aku bingung memakai baju apa, untungnya ada mamah yang selalu sedia membantuku.
Malam ini aku diubah dengan mamah.

Pesta malam ini terkesan sederhana tapi mewah, banyak orang yang diundang.

“Terima kasih telah memberikan waktunya untuk hadir pada malam ini, aku bahagia karena
ulang tahun kali ini lebih spesial dari sebelumnya, karena malam ini seseorang yang selama
ini aku sukai dan kagumi bisa hadir disini” ucap Dihya

“Siapa orang itu ya?” tanyaku dalam hati.

Aku merasa sedih ketika Dihya mengatakan itu, itu berarti Dihya sudah memiliki seorang
pacar.
Tiba-tiba ada seorang wanita yang menghampiri Dihya dan mencium pipinya, sontak itu
membuat para undangan terkejut. Aku tidak kuat melihat ini, aku langsung berlari keluar
gedung.

“Siapa sih cewe itu? Tiba-tiba nyium Dihya. Gue itu suka sama lo dari dulu, tapi gue gak
berani ngungkapinnya. Apa ini tandanya gue harus mundur dan mengubur dalam-dalam
perasaan ini” aku berbicara sendiri tanpa menghiruakan bagaimana orang yang melihatku
dengan aneh.

“Lo beneran suka sama gue” ucap seseorang dari belakang

“Yaiyalah” jawabku tanpa menyadari orang itu. “Eh” suaranya kayak kenal gumam hatiku.

Ketika aku membalikan badan, tenyata benar itu adalah Dihya orang yang selama ini gue
suka.

“Gue juga suka sama lo sya dari dulu, tapi gue terlalu pengecut buat ngungkapin perasaan
gue ke lo. Maaf selama ini gue gak berani bilang kalau sebenernya gue juga cinta dan sayang
sama lo.” Ungkap Dihya.

“Lo suka sama gue? Gue gak lagi mimpi kan? Tanyaku tidak percaya

“Ini bukan mimpi Marsya, ini tuh nyata” jawab Dihya seolah meyakinkan. “Lo mau gak jadi
pacar gue?” tanya Dihya

“Gue mau” jawabku.

Setelah pacaran aku dan Dihya sering menghabiskan waktu bersama, entah itu disekolah
maupun dirumah. Aku dan Dihya saling mengenali ke kedua orang tuanya, dan orang tua kita
menyetujuinya.

Mungkin inilah yang dinamakan takdir, kita gak pernah tau kedepannya bagaimana. Tapi
selaku makhluk tuhan yang maha Esa kita harus mempercayainya. Disetiap sedih pasti akan
ada bahagia, disetiap air mata pasti akan ada juga tawa.

Terima kasih
NAMA : SYAHRUL ARYADI

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : KATA UNTUK HUJAN

Entah sejak kapan pandanganku ini hanya melihat ke salah satu sudut ruangan.
Sesosok laki-laki yang sejak tadi asyik mengobrol dengan teman-temannya. Ya… Laki-laki
itulah yang selama 2 tahun ini mengisi hatiku. Laki-laki yang pernah membagi bahagia dan
sedihnya bersamaku. Laki-laki yang pernah membuatku bahagia berada di sekolah ini. Laki-
laki yang demi untuk membahagiakanku akhirnya melepasku.

“Apa sih yang dari tadi kamu lamunin Al? Dipanggil-panggil gak denger-denger.” Teriak
Rini sahabatku yang sejak tadi duduk di sebelahku memanggil-manggil namaku dengan suara
cemprengnya.
“Ehhh… apa? Kamu manggil toh?” Jawabku dengan senyum polos. Padahal aku tau ia dari
tadi meneriaki namaku, suaranya saja sudah berbalapan dengan suara speaker yang ada di
sekolah kami, jadi mana mungkin aku tidak mendengarnya.
“Rencana kita hari ini jadi kan?” Tanyanya lagi.
“Rencana apa?”
“Kamu gak usah berlagak sok gak tau gitu deh.. kita kan setelah ini harus rapat untuk
membahas acara perpisahan kelas kita. Kamu kan sekretaris kelas, jadi harusnya kamu kan
yang nyiapin semuanya. Tempat, acara, biaya pokoknya banyak banget deh, biar nanti kita
rapatnya gak kelamaan. Kamu tau sendiri kan kalo mereka itu tergantung ma kita, jadi kita
harus buat acara ini seperfect mungkin. Dan Tadi aku sudah tanya ama Ari, katanya kita rapat
setelah acara perpisahan ini selesai.” celotehannya sudah seperti jalan tol yang tidak
berujung.

Kembali aku memandang sosok laki-laki itu, Agera. Hari ini adalah hari terakhir kami
berada di sekolah ini yang juga berarti hari terakhir aku bisa betemu dengannya. Setelah
memutuskan untuk berpisah, kami sama sekali tidak pernah bicara, menyapa pun tidak. Entah
kenapa aku pun tak tau kami menjadi canggung satu sama lain. Padahal sebenarnya aku ingin
sekali… aku ingin sekali mengatakan kepadanya. Mengatakan kepadanya tentang …
perasaanku…

“Hello? Al? ALEIKA? ALEIKA RAESHA? Kamu dari tadi dengerin aku gak sih?”
Teriaknya sambil melambai-lambaikan tangannya diwajahku.
“Iya-iyaa.. beres deh semuanya, tenang aja.”
“Hehee… nah gitu donk?” Jawabnya dengan melontarkan senyum khasnya dengan kedua
lesung pipitnya.
Setelah serentetan rangkaian acara perpisahan selesai, para siswa pun kemudian berjabat
tangan dengan semua dewan guru dan juga seluruh siswa kelas XII.
“Kali ini kesempatanku, aku harus bisa mengajaknya bicara. Aku harus bisa. Ini adalah
pertemuan terakhir dengannya. Setelah ini, kemanapun aku mencari sosoknya, kemanapun
aku mencari wajah itu sudah tidak akan lagi. Aku tidak akan pernah bisa lagi menemukan
bayangan itu.” Gumamku dalam hati.

Pandanganku mencari sosok bayangan itu ke segala arah di dalam ruangan, tetapi aku
tak bisa menemukannya. Aku tak bisa menemukan sosok Agera. Kemana dia? Apakah ia
sudah pergi? Mana mungkin ia pergi di tengah acara seperti ini?
Dengan langkah lemas akhirnya aku memutuskan untuk pergi dari ruangan itu. Bola mataku
dengan sigap melihat sosok yang sejak tadi sedang aku cari. Ia sedang duduk termenung di
bangku itu, ya aku mengenal bangku itu. Agera, laki-laki itu, karena keegoisanku, kami tidak
bisa mempertahankan Hubungan kami. Sosok laki-laki yang Tanpa berpikir panjang selalu
menghampiriku ketika aku memanggilnya… dan kali ini aku harus berhasil mengatakan
kepadanya tentang perasaanku. Selama ini aku tidak pernah bisa memberitahukan dengan
benar perasaanku terhadapnya.

“Agee… agee..”
“AGERA!!!” Teriak seseorang dari arah yang berlawanan. Aku pun sontak langsung
menghentikan arahku dan berbalik. Aku terdiam. Beku seperti es. Seluruh kakiku kaku. Aku
hanya bisa terdiam seperti itu.
“Duh.. apa yang harus aku lakukan? Aku malu sekali… kalau dia menemukanku di sini
bagaimana? Aku harus bereaksi seperti apa? Apa yang harus aku lakukan?”
Di tengah kebingunganku, dua sosok laki-laki berlalu ke arahku dan berjalan melewatiku.
Aku hanya bisa memandangi punggungnya. Ia sama sekali tidak menengok ke arahku. Dia..
sama sekali tidak melihat ke arahku. Apakah ia tidak melihatku? Apa aku harus
memanggilnya sekali lagi? Tiba-tiba keraguan menghampiriku dan akhirnya aku pun
mengurungkan niatku.
“Dimanakah keberanianku? Kenapa hanya memanggilnya saja aku tidak bisa? Dasar
pengecut, kau sangat pengecut sekali, AL..” gerutuku dalam hati sambil menghentak-
hentakkan sepatuku.

“Apa yang kamu lakukan disini, Al,”


Tiba-tiba sesosok laki- laki sudah berdiri tepat di hadapanku. Perlahan kuberanikan diri
melihat ke arah suara itu. Aku sangat mengenali sosok itu. Suaranya, aroma parfumnya. Ya..
aku sangat mengenali aroma parfum ini. Kulihat senyum manis dari wajahnya yang lama
tidak kulihat.
“Ehhhh… akuuu… akuuu…” jawabku terbata-bata. Aku tidak mengerti diriku. Kenapa aku
jadi gugup seperti ini? Aku hanya bisa terdiam tanpa berkata apa-apa.
“Apakah ada yang ingin kamu sampaikan padaku? Dihari dan di tempat ini?” Tambahnya
lagi.
Apaa? Kenapa ia malah berkata seperti itu? Apa mungkin ia sedang menungguku untuk
mengatakan sesuatu? Kesempatan yang aku tunggu-tunggu selama ini untuk berbicara
dengannya akhirnya datang, tetapi apa yang terjadi padaku? Aku malah gugup seperti ini.
Kenapa aku jadi pengecut begini? Ketika tidak ada respon dari cewek di hadapannya, ia pun
akhirnya pamit untuk pergi.
“Hemmm… sepertinya tidak ada ya?. Baiklah kalau begitu aku pergi dulu.” Pamitnya sambil
membalikkan tubuh. Ia pun berjalan pergi menjauhiku. Perlahan-lahan hilang dari
pandanganku.

“Kau adalah cewek paling bodoh di dunia ini… bodoh.. bodohh… kau baru saja
menghilangkan kesempatanmu… susah-susah kau mencarinya, ketika ia ada di hadapanmu,
kenapa kau malah tidak melakukan apa-apa?” gerutuku. Sambil mengacak-ngacak rambut
kudaku.
Aku tak tau kenapa aku malah menyia-nyiakan kesempatan yang sudah ada di depan mata.
Padahal ada banyak sekali hal yang ingin aku sampaikan padanya, tetapi kenapa mulut ini
terkunci dan tubuhku tidak berhenti bergetar… aleika.. kau memang benar-benar bodoh…

“Al, apa yang kau lakukan disini? Teman-teman mencarimu. Rapat akan segera dimulai.”
Ujar seseorang menghampiriku.
Aku pun langsung melihat ke arah laki-laki itu sambil menutupi kekacauan diriku.
“oh… ari… maaf aku tadi keluar sebentar.” jawabku sambil mengusap bekas butiran-butiran
halus dari mataku. “Ayo.. kita rapat”.

Kami pun pergi ke ruang rapat dan pikiranku sama sekali tidak berada di sini. Aku
tidak bisa begini. Bagaimana mungkin aku berada di sini sedangkan ini adalah kesempatan
terakhirku bisa bertemu agera. Tadi aku sudah melewatkan kesempatanku di depannya. Kali
ini aku harus bisa. Hari ini dan harus sekarang aku harus bisa menyampaikan perasaanku
selama 2 tahun ini kepadanya. Perasaan yang aku rasakan ketika kita berpisah. kali ini Aku
tidak bisa menundanya. Aku tidak mau kehilangan kesempatan lagi. Tiba-tiba kepercayaan
diri dan keberanianku timbul kembali. Kali ini aku harus berani menghadapinya.

“Al, kamu mau kemana? Rapat belum selesai?” Tanya rini.


“Maaf rin, ari, dan teman-teman semua, aku keluar sebentar. Kalian bisa melanjutkan rapat
tanpa aku. Oke.” pamitku dan kemudian berlalu meninggalkan ruangan kelas.
“Al… al… aleika?.” teriak rini yang suaranya hampir memenuhi ruangan. “Tuh anak emang
ya?” Gerutunya.
Semua orang hanya dapat melihat kepergianmu tanpa banyak berkata-kata.
Aku tak mempedulikan terikan Rini. Sekarang yang ada di pikiranku adalah mencari agera
dan memberitahukan perasaanku kepadanya. Apa yang aku rasakan ketika kita putus dan
bagaimana perasaanku yang sekarang terhadapnya. Aku tidak butuh jawabannya. Aku hanya
ingin mengungkapkan semuanya… aku ingin minta maaf, aku ingin berterima kasih dan aku
ingin mengatakan padanya kalau aku… kalau aku…
Tiba-tiba langkahku terhenti. Kulihat kristal-kristal halus jatuh membasahi bumi. Kristal-
kristal yang dulu juga pernah menjadi saksi bisu perpisahan kami. Makin lama makin
bertambah banyak.
Kulihat sosok lelaki yang sedari tadi aku cari. Aku melihatnya di balik bayangan kristal-
kristal lembut. Ia berlari bersama teman-temannya dan langsung memacu motor mereka di
bawah derasnya hujan, sampai akhirnya bayangannya pun hilang bersama dengan hujan yang
membasahi pipiku. Hujan kali ini sepertinya memang dikirimkan hanya untukku… hujan kali
ini sangat menyakitkan… dan benar-benar menyakitkan…
“Mungkin aku tidak akan pernah bisa untuk mengatakannya… kata-kata yang selama ini aku
pendam untuk sekian lama. Kata-kata itu… hanya bisa kusimpan …kata- kata itu… hanya
bisa kumiliki sendiri… kata-kata itu… hanya untukmu…
I’m still loving you, Agera…”

THE END
NAMA : WIDIYA NINGSIH

KELAS : XI MIPA 2

JUDUL : AKHIRNYA

Tik..tik.. tik..

cuma suara denting jarum jam yang memenuhi ruangan bercat hijau dimana disitu ada dua
orang yang sedang pandangansatu sama lain. Diantara mereka tidak ada yang ingin
menyudahi keheningan di ruangan itu.

Laki -laki bertubuh jangkung, berkulit putih, dan berwajah pucat sedang menatap keluar
melihat langit mendung yang mendukung suasana di ruangan itu. hanya duduk menatap
kedua kakinya yang berbalut converse merah.

sudah setengah jam mereka terdiam diri setelah percakapan mereka berakhir.

“Kamu tidak mau ikut bersamaku?” kata perempuan mungil ber pipi tembem itu sambil
menatap laki-laki yang lugu itu.

Pria itu cuma menggeleng enggan.

“yang bener?” gadis itu mencoba menatap mata pria itu.

“tidak. Kau pergi saja sendiri. Teman mu pasti akan marah” ucap pria itu dingin.

“huft... emang apa alesan meraka marah terhadapmu?...

“yaudah tapi Cuma kali ini aja. Abis itu kamu jangan ganggu aku lagi. Ayo” pria itu segera
beranjak dari duduknya dan meninggalkan gadis manis tadi yang sedang tersenyum
mendengar jawaban laki-laki itu.

Gadis itu bernama nadia, dan pria itu bernama rendi.

Mereka sedang menuju toko buku. Sedari tadi nadia meminta rendi untuk menemaninya
karena teman-temannya sedang sibuk jadi nadia mengajak rendi untuk menemaninya.

Saat keluar dari toko buku,nadiatidak berhenti mengoceh tentang suatu hal yang tidakdi
pedulikan oleh rendi. rendi memang begitu, kaku, ga jelas, dan agak somong.

Gadis itu tiba-tiba berhenti jalanya, dia melihat cowok itu dengan tatapan yang tajam, setajam
silet, begitulah kira-kira, laki laki itu dari belakang. Tiba-tiba rendi merasa ada yang janggal,
ia pun menengok kearah nadia.

“Ada apa?” kata dia dengan datar.


“kamu tuh bikin aku jadi ngobrol sama kaya tembok tau ga? Dasar ngeselin! Huh!” gadis itu
mencoba meninggalkan rendi, tapi rendi mencoba menahan tangan gadis itu dan menariknya
untuk menghadap kearahnya.

“Y..Yaaa! Apa yang k..kamu lakukan?” kata nadia dengan terbata.

“Dengerin aku sebentar..”

“A..apa?”

“Kamu itu cerewet banget tau ga. Capek kuping aku denger ocehan kamu yang sama sekali
ga penting itu. Kamu mau gantiin kuping aku kalo rusak gara-gara dengerin ocehan kamu
terus? Udah diem sih bisa kan, Dasar!” rendi ngomong tepat di depan muka nadia. Dengan
perkataan rendi, nadia pun diam sejenak.

“A..apa kamu bilang? Aku cerewet?”

“Iya, kamu cerewet. Kenapa?”

“Yaaaaa! Rendiiiiii ih!!! Nyebelin banget sih kamu!!”

“EMANG.” rendi pun meninggalkan nadia di tepi jalan.

Dari kejauhan rendi berbicara kepada nadia yang masih berdiam diri di tempatnya semula
sambil ngoceh di dalam pikirannya.

“hey.. Kamu!!! Pulang aja sono sendiri, telfon temen kamu buat jemput! Aku ada urusan!”

“Gimana bisa? Rendi, tunggu akuuuuu sihhhhh!”

Teriakan nadia pun sia-sia, karna rendi sudah meninggalkannya. Sekarang tinggal nadia yang
lagi kesel kepada rendi.

“Dasar Ngeselin, Bikin BTaja! Huh!”

Akhirnya nadia mencoba menelepon Temenya.

“-Di Telepon-“

“Halo…fin?”

“Iya. Ada apa nad?”

“lkamu sibuk tidak?”

“ emang ada apa?”

“kamu bisa menjemputku di took buku tidak? Tak ada taxi yang lewat dari tadi”

“Oh yaudah. Tunggu aku sebentar, sekitar 15 menit aku sampai disana.”
“Oke.. aku tunggu yah?”

“iya..”

Nadia pun menutup telfon nya dan menyudahi pembicaraan. Sambil menunggu temannya,
nadia pun membaca buku yg dibeli nya tadi.

25 menit kemudian….

“nad”

Temannya mengeluarkan kepalanya di kaca mobil dan memanggil nadia, nadia pun segera
berlari kecil menuju mobil tersebut…

“kamu lama sekali…” nadia pun segera masuk kedalam mobil tersebut.

“Maaf nad, tadi aku ada urusan mendadak yang harus aku selesaikan.Kamu tadi beli buku
apa?”

“oh yauda tidak apa-apa. Tadi aku membeli buku pelajaran untuk mengerjakan tugas
sekolahku. Tapi tapi tidak semua yang aku cari”

“oh gitu, kamu sendirian?”

“tidak, tadi aku bersama rendi.”

“rendi, sekarang dia kemana?”

“Iya, tidak tahu, tadi dia marah kepadaku dan pergi meninggalkanku di tepi jalan. Maka nya
aku minta kamu untuk menjemputku.”

“Marah kenapa?”

“Dia bilang klo aku ini cerewet. Padahal aku hanya bercerita tentang tugas ku

yang numpuk, gitu aja”

fina pun tertawa terbahak-bahak. nadia kesel melihat tingkah temannya yang seperti itu.

“Kenapa kamu tertawa? Apa ada yang lucu?”

“Hahahaha… kamu tau kan sifat rendi kaya gimana? Dia emang tidak suka mendengar cerita
yang tidak penting seperti itu. Kamu sih ada-ada aja.”

“Hufft. Yaudah ini emang salah aku” nadia menekuk wajahnya karna kesal.

“ya sudahlah biarkan saja..”

“Yasudah”

Tiba-tiba rendi batuk, sambil keluar darah dari mulutnya.tapi sebelum nadia sadar,
finamenghapus darahnya dengan sapu tangan yg di genggamnya.
Suatu hari, nadia berkunjung kerumah rendi.Saat itu rumah terlihat sepi , tidak ada satu
orangpun disana, di halaman rumah hanya terdapat motor rendi yang terparkir disana.. nadia
memutuskan untuk tetep masuk. Dan dia menekan bel rumah itu. Sampai penghuni nya
keluar, nadia terkejut saat melihat rendi sudah berdiri di depan pintu rumahnya, karna
sebelumnya nadia membelakangi pintu itu.

“Mau apa?Tidak ada siapa-siapa dirumah ini. Ada perluapa?” kata rendi datar.

“engga ko.. tapi boleh kan aku nunggu disini? Aku Cuma mau main aja ko. Aku tau kamu
sibuk, makanya aku main aja kesini

“yaudah masuk aja” rendi buka pintu dan meninggalkan nadia di ruang tamu sendirian

“kamu tunggu aja disini dulu, kalo haus mau minum ambil sendiri aja di dapur. Jangan
ganggu aku dulu” ujar rendi kepada nadia sebelum ia menuju ke kamar kecil.

“Haish..dasar tuh anak. Aku kan calon pacarnya. Kenapa dia memperlakuin aku kaya gitu.
Hufft..”nadia mengeluh.

nadia mencoba berkeliling ruang tamu itu dan melihat-lihat bingkai foto yang bergantung di
dinding. nadia berhenti pada suatu foto yang menarik perhatiannya, ada seorang anak kecil
sekitar umur 10 tahun sedang memakai topi ulang tahun dan dia apit oleh kedua orang
tuanya, itu rendi. Tapi yang menjadi perhatian nadia adalah, anak kecil yang sedikit lebih
kecil daripada rendi berdiriga jauh dari tempat rendi dan sedang melihat rendi meniup lilin
ulang tahun. Nadia berdiam sejenak dan berfikir, apakah itu adiknya, tapi kenapa dia seperti
itu. nadia terus memperhatikan foto itu sampai tiba tiba ririp datang..

“itu adikmu..” ucapnya tiba-tiba

“Ah..dari kapan kamu disitu?” nadia terkejut melihat rendi sudah bersandar pada dinding
disebelahnya.

“Ssejak tadi ko. Apakah aku begitu tampan sampe kamu melihat fotonya sambil melamun?”

“bukan kaya gitu ih.. aku Cuma bingung aja, siapa yang dibelakang itu?”

“itu adik aku..”

“tapi kenapa dia ga ikutan foto?

“dia ga mau”

“Kenapa?”

“dia pemalu?”

Lalu…..

Tiba-tiba rendi mendekatinadia dan memojokkannya ke dinding, membuat nadia tidak bisa
berkutik sama sekali. nadia gugup.
“A..apa i..itu?”

Rendi semakin mendekat. Nadia mencoba mendorong rendi agar dia menjauh, tapi
tangannya di tahan oleh rendi.

“rendiii…” nadia minta supaya riprip menjauhi nadia.

“dengerin aku dulu..” kata rendi.

“K..kenapa?”

“Aku….”

“suka sama kamu…..”

“nad…..”

DEG! nadia terpaku, dia mencoba mencerna kata-kata rendi yang tadi. Apa dia salah dengar?
Semoga aja begitu.

“ren…”

“Ya?”

“apa aku ga salah denger?”

Rendi gelengkan kepalanya sambil menagap penuh ke nadia,

“gausah di jawab, aku ga butuh jawaban kamu..”

rendi langsung pergi meninggalkan nadia yang masih membeku di tempat semula.
Jantungnya masih berdegup ga karuan. Kakinya lemes. Wajahnya pucat.

Akhirnya nadia memutuskan untuk pulang.

Setelah 3 minggu tiada kabar diantara mereka, akhirnya mereka bertemu kembali di toko
buku yang dahulu tempat nadia bersamanya.

“aku mau ngomong sama kamu nad” ujar rendi kepada nadia.

Mereka memang jarang sekali berbicara semenjakriprip mengungkapkan perasaanya

“Ada apa?” nadia cuma duduk siap mendengarkan apa yang akan dibicarakan oleh rendi.

“aku mau nanya sama kamu..” rendi menghela nafasnya panjang

“apa kamu masih inget sama kata-kata ku yang lalu?”

nadia terkejut dengan pertanyaan rendi, dia tidak me ngerti kenapa rendi nanya kaya gitu ke
rendi. Apa maksudnya.
nadia hanya diam saja. Dia ga buat berani jawab pertanyaan rendi.

“nad.. jawab aku”

“Tapi ren..”

“udahlahnad, gapapa ko, aku Cuma mau tau apa tanggapan kamu tentang perasaan aku
kemarin yang udah aku ungkapin ke kamu, gitu aja ko

nadia mengangguk pasrah siap menjawab pertanyaan rendi tersebut..

“Sebenarnya aku juga udah suka sama kamu dari dulu, dan itu sudah sangat lama. Hidupku
gelisah terus memikirkan masalah ini, tentang hati ini. Maafin aku, aku ga kasih tau ke kamu
sebelumnyaaku gam au bikin kamu cemas walaupun kamu cuek sama aku, kamu ga pernah
negor aku.”

“nad….”

“dengerin aku, aku sayang sama kamu nad. Aku selalu ingin menjaga mu. Aku gam au
ngebiarin kamu sendirian, aku mau tetep bersama kamu,maafin aku, aku selalu cuek ke
kamu, aaku ga pernah menyapa kamu, aku ga pernah ajakin kamu ngobrol dulu, aku ga
berani untuk deket sama kamu dulu, itu semua aku lakuin karna aku punya rasa yang besar
banget ke kamu, makanya aku bersikap kaya gitu ke kamu, maafin aku ya nad.

Jadi gimana? Tentang perasaan aku ke kamu? Gimana tanggapan kamu? Apa kamu mau
menyimpan hatiku, menjalani hidup bersama ku, susah senang kita bareng, kita jalan bareng,
main bareng, apa kamu mau itu,? Sebagai kekasih hati ku, gimana wid…..?

“dan.. satu lagi. Aku pengen kamu menjaga hati aku selamanya. Aku mohon..”rendi berkata
memandang mata nadia dengan penuh harapan

“ren.. tapi..” iya aku mau jadi pasangan kamu, aku mau jalanin ini sama kamu, aku mau main
bareng, jalan bareng, susah seneng bareng, aku mau itu, aku mau,

“Dan akhirnya mereka menjadi sebuah pasangan yang berawal dari sebagai teman yang tidak
pernah saling sapa, selaalu jutek-jutekan, saling cemberut-cemberutan, dan tanpa disangka,
mereka timbul rasa cinta kasih diantara mereka, dan mereka menjalaninya dengan bahagia,
hingga maut yang memisahkan,

TAMAT…

Anda mungkin juga menyukai