Anda di halaman 1dari 6

“ Rumah Sementara ”

Di suatu pagi, tepatnya pada ruangan bernuansa putih dengan banyak jenis obat-obatan dan
terdapat beberapa brankar. Seorang gadis sedang merapikan kotak P3K yang tampak berantakan,
tangannya bergerak menyusun obat-obat itu dengan rapih. Gadis itu bernama Ailyn Daviena
Maizey. Gadis cantik ketua PMR di sekolahnya.
Setelah kotak P3K itu rapih, ia berjalan menuju tirai yang ada di samping brankar lalu Ailyn
membuka tirai itu satu-persatu. Ketika sedang membuka tirai ke tiga, tiba-tiba matanya terpaku
dengan apa yang ada di hadapannya. Seorang remaja laki-laki yang sedang berbaring dengan
tangan kanan bertengger menutup kedua matanya. Ailyn tetap terpaku dengan apa yang ia lihat,
tapi setelahnya ia sadar saat ini jam kbm sedang berlangsung. Akhirnya Ailyn memutuskan
untuk membangunkan laki-laki itu.
Ailyn beberapa kali menepuk pelan pundak remaja itu, berharap ia bangun. Namun nyatanya,
laki-laki itu tidak terbangun dari tidurnya. Sampai akhirnya Ailyn menepuk pundak itu sedikit
kencang, setelah itu barulah si pemuda terbangun.
“Eumm maaf ya gue ganggu,” kata Ailyn sedikit kikuk karena pemuda itu menatapnya
dengan datar.
“Ada apa?” Tanya laki-laki itu singkat.
“Btw lo ngapain di sini? Sakit?” Tanya Ailyn ke pada pemuda itu.
“Lo ga liat kalo tadi gue lagi tidur?” kata laki-laki itu dengan jutek.
Ailyn mengedipkan matanya beberapa kali, ia merasa bingung sekaligus aneh. Ia kan hanya
bertanya, kenapa pemuda yang ada di hadapannya ini menjawab dengan jutek.
“Duh maksud gue, ini kan lagi jam kbm, kenapa lo ada di sini?” tanya ailyn dengan sopan
“Ya terserah gue dong!” jawab laki-laki itu seraya bangkit dari brankar dan berjalan keluar
melewati Ailyn dengan rambutnya yang acak-acakan.
Ailyn menahan napas saat itu juga. Aroma parfum yang dipakai oleh laki-laki itu menyeruak
pada hidungnya. Lalu setelahnya, Ailyn berbalik badan melihat remaja laki-laki itu melangkah
keluar. Pemuda itu bernama Sekala. Sekala Edgar Wiratama.
Sekala adalah seorang remaja laki-laki yang Ailyn suka selama satu tahun belakangan ini.
Bermula dari beberapa kali ia mengobati luka seorang Sekala, karena remaja itu suka sekali
berkelahi di sekolah. Bukan tanpa alasan Ailyn menyukai Sekala, ia suka Sekala karena ada
banyak sisi pemuda itu yang dapat membuatnya kagum.
Bunyi bel istirahat terdengar ke segala penjuru sekolah. Ailyn melangkah menuju kelasnya,
setelah ia berjaga di UKS selama kbm pagi berlangsung. Ia masuk ke dalam kelas dan langsung
menghampiri sahabatnya.
“KARINA .…..” teriak Ailyn tertuju pada sahabatnya.
“Apa sih Lyn? Jangan teriak-teriak kenapa, berisik tau.” ucap Karina sembari meniup-niup
kedua telingannya secara bergantian.
“Hehe...maaf-maaf." kata Ailyn seraya terkekeh sambil menggaruk kepalanya.
“Apaan?” tanya Karina yang melihat sahabatnya ini tersenyum.
“Tadi ada Sekala di UKS!” ucap Ailyn bersemangat juga dengan senyumnya yang tidak
luntur.
“Hadeh.. Lo nih Sekala lagi Sekala lagi, bosen deh gue dengernya.” ucap Karina setelah
menghela napas.
Memang benar, Ailyn sering sekali menceritakan atau membahas tentang laki-laki yang
disukainya, tentu saja itu Sekala. Ailyn tidak pernah bosan untuk membahas tentang Sekala,
bahkan hampir setiap hari yang ia bahas adalah Sekala, Sekala dan Sekala.
" Ihh Karina! Kali ini tuh epik banget!” ucap Ailyn berusaha membuat Karina tetap ingin
mendengarkan ceritanya.
“Iya deh iya, apa?” kata Karina.
“Tadi kan gue jaga ya,” Ailyn mulai bercerita tentangnya yang bertemu Sekala di UKS.
“Iya terus,” jawab Karina seraya merapikan buku-bukunya untuk dimasukkan ke dalam tas.
“Terus pas gue buka tirai, ada Sekala lagi tidur! Terus ya, awalnya gue ngga mau bangunin
sih tapi karena masih kbm jadi ya, gue bangunin deh Sekalanya.… nah terus pas dia lewat karena
mau keluar UKS, dia kan lewat depan gue ya, sumpah itu wangi banget kar!” cerita Ailyn seraya
mengingat kejadian tadi di UKS.
“Ya bagus,! Lo bangunin daripada dia ngga ikut kbm kan?" jawab Karina dan Ailyn
mengangguk.
“Oh iya Lyn, tadi Bu Vira minta lo jadi perwakilan angkatan di Classmeet nanti,” ucap Karina.
“Terus?” tanya Ailyn seraya membuka bekal makanannya.
“Lo nyanyi, secara suara lo bagus dan lo ngga sendiri nanti,” jawab Karina seraya tangannya
mengambil bekal di dalam tas.
“Terus gue sama siapa?” tanya Ailyn penasaran.
“Lo nanti sama Sekala, kalian berdua jadi perwakilan angkatan,” lanjut Karina seraya melirik
ke arah temannya itu.
Ailyn dan Karina merapikan buku dan peralatan tulis mereka, karena bel pulang sudah
berbunyi. Lalu mereka keluar kelas dan Karina melangkah menuju gerbang, sedangkan Ailyn
melangkah menuju ruang guru karena Bu Vira memintanya untuk membahas perwakilan
angkatan di Classmeet nanti. Ailyn mengetuk pintu yang ada di hadapannya lalu setelah
mendengar jawaban di dalam, ia segera masuk.
Di dalam sudah ada Bu Vira dan Sekala, lalu ia duduk di kursi kosong yang ada di dekat
Sekala. Setelah itu mereka membahas tentang penampilan yang akan ditampilkan. Hanya perlu
waktu sebentar untuk mereka berdiskusi.
Ailyn melangkah keluar menuju gerbang dengan Sekala yang berada di depannya, seraya
tangannya mengambil ponsel untuk menghubungi supirnya. Namun, di tengah itu tiba tiba
Sekala berhenti berjalan dan berujar padanya.
“Lyn, ngomong-ngomong lo pulang sama siapa?” tanya Sekala dengan wajah datarnya.
“Eh...Hah?” kata Ailyn bingung sekaligus merasa jantungnya berdegup karena Sekala
mengajaknya berbincang duluan.
“Lo pulang sama siapa?” Sekala mengulang pertanyaannya setelah menghela napas.
“Ohh..sama supir gue si, kenapa?” tanya Ailyn kepada Sekala.
“Udah dijemput?” tanya Sekala.
“Belum si..” jawab Ailyn seraya menggelengkan kepalanya.
“Pulang bareng gue aja” ujar Sekala sambil melanjutkan langkahnya.
“Loh...Hah..Seriusan?” ucap Ailyn yang tidak percaya pada ucapan Sekala barusan.
“Hm” jawab Sekala.
Mereka melangkah menuju parkiran, tepatnya ke motor Sekala. Ailyn yang berjalan di
belakang Sekala berusaha untuk menahan perasaan senang yang berlebihan. Setelah itu mereka
menaiki motor Sekala dan tentu sang pengendara mulai menjalankan motornya, melewati
gerbang sekolah.
Selama perjalanan yang terdengar hanya suara kendaraan, hembusan angin dan suara Ailyn
yang diminta Sekala untuk menunjukkan dimana arah jalan rumah Ailyn dengan menahan rasa
gugup dan jantungnya yang sudah berdegup kencang. "Oh gini ya rasanya di bonceng seorang
Sekala.." ucap Ailyn di dalam hatinya. Tak terasa, ternyata mereka berdua sudah sampai di
depan rumah sang Ailyn.
"Ini kan rumah lo?" tanya Sekala
"Iya bener ini, btw makasih ya udah mau nganterin gue pulang" ucap Ailyn kepada Sekala
sambil menunjukkan senyumnya yang terbilang manis. Satu sekolah pun sepertinya tau, kalau
seorang Ailyn memiliki senyuman yang begitu manis.
"Iya sama sama lyn, gue balik dulu ya" ucap Sekala seraya menyembunyikan mukanya yang
sedikit terlihat memerah karena senyum Ailyn.
Keesokan harinya setelah pulang sekolah, Ailyn dan Sekala mulai latihan untuk Classmeet
nanti. Saat ini mereka sedang berada di ruang musik sekolah dengan Sekala yang memangku
gitar dan Ailyn yang sibuk mencari lirik lagu di ponselnya. Setelah Ailyn mendapatkan apa yang
di cari, mereka mulai berlatih. Bait pertama dinyanyikan oleh Ailyn, Sekala yang mendengar
suara Ailyn pun mulai terpaku. Ia suka suara Ailyn, merdu dan indah, itu adalah dua kata yang
ada dibenaknya sekarang.
Sekarang bagian Sekala bernyanyi, pada bait kedua. Sebelumnya Ailyn sudah pernah
mendengar Sekala bernyanyi, namun bedanya sekarang ia mendengar suara itu dengan dekat.
"Suaranya bagus banget.., gue jadi kepingin dengerin setiap hari deh" ucap Ailyn sedikit berbisik
agar Sekala tidak mendengarnya. Ailyn sangat suka suara Sekala. Selama tiga hari berturut-turut
itu yang dilakukan mereka setelah pulang sekolah.
Mentari terbit di ufuk timur dengan kicauan burung yang terdengar bagai iringan lagu. Ailyn
bangun dari tidurnya, segera mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.
Lapangan sekolah pagi ini, tampak ramai. Banyak hiasan yang terpajang di sisi-sisinya, siswa-
siswi pun ikut berjalan kesana-kemari seraya membawa properti yang akan digunakan. Ailyn
berjalan menuju kelasnya, sampainya di sana ternyata sudah banyak sekali yang datang. Ia
menaruh tas di atas meja samping Karina.
“Cie-cie… yang mau tampil,” ledek Karina pada Ailyn.
"Apa sih lo, gue lagi deg deg an nih.." ucap Ailyn kesal.
“Hahaha, udah siap kan?” tanya Karina.
“Siap..” jawab Ailyn ragu
“Kenapa lo ragu-ragu gitu jawabnya? Harus yakin dongg!!” ucap Karina yang memberikan
semangat kepada temannya itu
"Hehe, gue siapp dongg!" jawab Ailyn semangat.
Tak lama dari itu, pengumuman untuk berkumpul di lapangan terdengar. Baik siswa-siswi
atau para guru pun berbondong-bondong keluar menuju lapangan. Di sana tampak kepala
sekolah yang menaiki podium untuk membuka acara Classmeet ini. Setelah itu acara pun dimulai
dengan diawali penampilan perwakilan angkatan.
“Lyn, gih sana ke belakang panggung.” Titah karina yang melihat perwakilan-perwakilan
angkatan berjalan menuju belakang panggung.
“Eh bentar deh Kar, ini Sekala kemana ya? Lo liat dia ngga?” tanya Ailyn seraya matanya
melihat ke setiap sisi lapangan guna mencari Sekala.
“Loh iya juga ya, dari tadi gue juga ngga liat dia,” jawab Karina ikut mencari Sekala.
Di tengah keramaian, mereka mencari Sekala hingga beberapa kali menubruk murid lain.
Mereka juga sudah bertanya pada teman Sekala, namun tidak ada yang tahu remaja laki-laki itu
di mana. Waktu penampilan perwakilan angkatan sebentar lagi akan dimulai. Ailyn merasa
cemas, tidak menemukan Sekala.
“Duh lyn, mending lo ke belakang panggung duluan deh.” Karina memberikan saran.
“Karinaa, terus Sekala gimana?” tanya Ailyn dengan cemas.
“Nanti kalo gue udah ketemu Sekala, gue langsung suruh dia langsung ke belakang
panggung.” Jawab Karina sambil meyakinkan Ailyn.
“Huh, ya udah deh, gue ke sana ya,” walau dengan berat hati, Ailyn tetap mengikuti saran
Karina.
Sepanjang jalan menuju belakang panggung, Ailyn merasa tak tenang dan cemas. Ia takut
terjadi apa-apa pada Sekala. Tiga hari mereka berlatih bersama, membuatnya merasa cukup
dekat dengan Sekala apalagi sikap remaja itu yang tidak lagi dingin padanya.
Sesampainnya Ailyn di belakang panggung, sudah banyak perwakilan angkatan yang siap
untuk tampil. Ailyn berjalan menuju tempat properti, ia mengambil gitar. Setelah itu ia duduk di
kursi, menunggu giliran tampil sekaligus menunggu kedatangan Sekala. Tangan kanannya
memilin baju dengan matanya yang seraya melihat ke arah lapangan, berharap menemukan
Sekala.
Sekarang sudah waktunya Ailyn tampil, namun Sekala belum juga datang. Itu membuatnya
bertambah cemas, ia benar-benar takut terjadi sesuatu pada Sekala. Ailyn menaiki panggung
dengan tangannya membawa gitar. Seharusnya ini tugas Sekala, bukan Ailyn. Namun karena
remaja itu belum datang akhirnya Ailyn yang akan bermain gitar sekaligus bernyanyi.
Tangan Ailyn mulai memetik senar gitar, pandangannya ke arah depan. Di antara banyaknya
orang di bawah panggung, atensi Ailyn tetap pada pikirannya yaitu Sekala. Ia belum menemukan
Sekala.
Suara Ailyn terdengar, menyanyikan bait pertama lagu yang dibawakannya. Tepuk tangan
murid-murid mengiringi Ailyn bernyanyi.
Di sisi lain, banyak orang yang mengerubungi satu pusat. Di sana juga terdapat ambulans.
Terlihat seorang remaja laki-laki yang ada di atas brankar dengan di dorong oleh beberapa suster
memasuki kendaraan yang dilengkapi peralatan medis. Bunyi sirene mengalun di sepanjang
jalan, orang-orang yang ada di tempat kejadian mulai bubar. Sedangkan beberapa polisi tetap di
tempat itu, menertibkan lalu lintas yang macet karena kejadian ini.
Ailyn menuruni panggung, setelah menyelesaikan satu lagu. Ia menaruh gitar di tempat
properti, lalu segera menemui Karina.
“Kar, gimana? Sekala udah dateng?” tanya Ailyn tidak sabar.
“Lyn…” panggil Karina seraya memeluk Ailyn.
“Loh, lo kenapa Kar?’ tanya Ailyn bingung.
“Sekala..., Sekala kecelakan dan meninggal di tempat,” Karina mengeratkan pelukannya.
“Dia kecelakaan pas waktu perjalanan ke sini lyn..” lanjut karina
“Lo bercanda kan kar? ga mungkin Sekala kecelakaan kan?” ucap Ailyn yang terjatuh karena
merasakan dengkul nya yang lemas.
Ailyn menangis sejadi jadinya, dia telah kehilangan seorang yang sangat dia kagumi. Tidak
percaya, itulah yang dirasakan seorang Ailyn ketika mendengar kabar dari temannya, Karina.
Ailyn berharap bahwa Sekala hanya mengalami luka biasa, bukan meninggalkan dia selama-
lamanya. Karina yang melihat temannya sangat terpuruk, berusaha menenangkan dengan
memberikan pelukan serta beberapa kata penenang.
Pagi ini, awan tampak menggelap serta hawa dingin pun menusuk kulit seolah mereka pun
ikut berduka atas berpulangnya seseorang. Banyak orang yang memakai pakaian gelap di sini,
termasuk Ailyn juga Karina. Mata gadis cantik ini tampak merah dan terdapat jejak air mata di
sekitarnya, ia memusatkan pandangannya pada tumpukan tanah dengan batu nisan yang
bertuliskan “Sekala Edgar Wiratama bin Arya Wiratama”. Remaja laki-laki yang ia suka dan
kagumkan sejak satu tahun belakangan ini, telah berpulang pada yang Maha Kuasa. Sekala
mengalami kecelakan yang diakibatkan oleh oknum yang mengendarai kendaraan dengan tidak
bijak.
Setelah semuanya selesai, Ailyn melangkah keluar dari tempat pemakaman dengan dituntun
oleh Karina, mereka memasuki mobil yang siap melaju menuju rumah Ailyn.
Selama perjalanan hanya keheningan yang menemani mereka. Ailyn yang tampak melamun
seraya melihat jalanan saja, sedangkan Karina? Karina menggenggam tangan Ailyn, berusaha
menguatkan sahabatnya itu. Lama sibuk dengan pikirannya, akhirnya Ailyn membulatkan
tekadnya untuk berusaha mengikhlaskan Sekala.
“Sekala, makasih buat perhatian yang lo kasih ke gue selama kita latihan kemarin. Gue
bakalan ingat itu terus, gue harap..” potong Ailyn "Gue harap, kita bisa bertemu di dunia
selanjutnya, terus juga bisa saling menjaga di dunia selanjutnya, gue sayang lo Sekala.." lanjut
Ailyn dengan suara yang lirih. Karina yang mendengar ucapan temannya itu, ikut merasakan
kesedihan yang amat mendalam.
“Sekala, makasih udah mau jadi rumah untuk Ailyn, walaupun cuma sebentar. Gue ga
nyangka kalau akhirnya lo bakalan ninggalin kita semua, terutama lo ninggalin Ailyn..” ucap
Karina di dalam hati seraya menetes kan air matanya.
Tidak ada manusia yang baik-baik saja perihal kehilangan seseorang yang ia sayangi. Semua
akan ada masanya untuk meninggalkan kita semua. Tidak ada yang tahu ke depannya akan
seperti apa dan bagaimana. Jadi, berhati-hatilah dalam melakukan tindakan dan menjaga ucapan
ketika di bumi, dan tak lupa untuk belajar mengikhlaskan.

Anda mungkin juga menyukai