Anda di halaman 1dari 12

Tangisanku Untuk Tuhan

Alina memandangi langit gelap penuh bintang dari jendela kamarnya, terdengar
raja kodok dan rakyatnya seakan berpesta, bernyanyi riang yang terdengar saling
berirama, Alina menatap langit dengan penuh perasaan dalam hatinya. “Betapa
bahagia diriku, memiliki teman yang menyenangkan, ibu yang sangat
menyayangiku, juga kakakku yang perhatian dan adikku yang super lucu.
Walaupun ayah tidak serumah denganku.” Bisiknya dalam hati dengan melamum
menatap kegelapan awan.

Hari semakin larut, Alina beranjak menuju tempat tidur karena besok dirinya
harus berangkat sekolah, kebetulan guru jam pertamanya besok sangat disiplin.
Terlambat satu menit pun, tidak akan pernah boleh masuk kelas sebelum jam
pertama berakhir.

“Ah sudahlah, aku ngantuk. Jangan sampai besok telat.” Sambil mensetting alarm
di samping tempat tidurnya.

Fajar telah terbit menyiratkan cahaya kekuningan, ayam berkokok dengan


kerasnya, begitupun alarm di kamar Alina yang sangat berisik, hingga membuat
Alina terbangun. Bergegas dirinya mandi dan sarapan bersama keluarga.

“Ibu, Adik kemana ? belum bangun ?” Tanya Alina saat di meja makan.

“Adik sedang sakit, kamu berangkat sama kakak ya? ” Kata ibu.

Jam telah menunujukan pukul 06.00, perjalanan ke sekolah Alina membutuhkan


waktu 15 menit. Dirinya bergegas menyelesaikan sarapan dan segera pergi ke
sekolah dengan menaiki sepeda motor bersama Riko kakaknya. Kebetulan mereka
satu sekolah, hanya saja Riko duduk di kelas 3 SMA dan Alina kelas 2 SMA.

Sesampai di sekolah, bel pun berbunyi.“Untung saja aku pas masuk kelas.
Hfffffff” Kata Alina berlari dengan nafas tersengal sengal .
Bel sekolah pertanda jam terakhir telah usai. Jam 2 sore, Alina langsung pulang
bersama Riko kakaknya.

Sesampainya dirumah, Alina melihat sebuah mobil berwarna putih yang terparkir
di halaman rumahnya, “Asalamualikum , aku pulang??” Dengan tergesa- gesa,
Alina segera masuk kedalam rumah karena rasa penasaranya akan siapa tamu
yang membawa mobil putih mulus itu kerumahnya.

Saat tiba diruang tamu, tiba - tiba Alina melihat seorang laki-laki yang tidak
asing baginya. Raut muka Alina yang riang menjadi pudar seketika, hatinya yang
gembira berubah menjadi amarah yang seakan akan ingin meledak. Dengan raut
wajah merah dan mata yang penuh dengan tatapan amarah Alina bertanya,

“mau apa datang kesini?”

Laki laki itu pun menjawab dengan nada halus tanpa emosi “Alina sayang, Ayah
ingin bicara, ini ayah membawa boneka dan buku buku cerpen kesukaanmu.”

Mata Alina semakin memancarkan kemarahan, hatinya terasa enggan untuk


berbicara pada laki-laki itu, yang tak lain adalah ayahnya.

“aku gak suka boneka juga gak suka buku, ayah bawa pulang semuanya!” sahut
Alina.

Sang ayah tetap berusaha membujuk sambil memegang tangan Alina “Ayah ingin
bicara sebentar nak?” Namun Alina tidak menghiraukan dan berlari menuju kamar
tanpa mau mendengarkan perkataan ayahnya .

Riko, kakak Alina mengetahui hal itu menemui Alina di kamarnya,

Riko : “Alina, gak boleh gitu dong sama ayah? Kan kasian ayah”

Alina : “Aku gak mau ketemu ayah lagi! ayah jahat! ayah mukul ibu!aku gak mau
lagi ketemu ayah !”

Memang ayah dan ibu Alina sedang ada masalah hingga membuat keduanya
berpisah. Namun, Riko sang kakak yang sudah dewasa mengerti bahwa itu adalah
masalah orang tua, kita sebagai anak harus mampu menerima apapun yang terjadi
jika memang itu terbaik.

Riko : ” Alina sudah besar kan? Udah ngerti cowok ganteng lagi, mungkin waktu
itu ayah kelewat marah, dia tetap ayah kita, Alina gak boleh bicara begitu”

Dengan nada kesal Alina mengatakan pada kakaknya : “ Kok kakak belain ayah
sih! Kakak gak sayang sama ibu? Pokoknya Alina gak mau ketemu ayah! Titik!!”

Alina memang anak yang keras kepala, namun disisi lain dia adalah anak yang
periang,lucu, dan juga cerdas. Bahkan dia selalu mendapat 3 besar di setiap
kenaikan kelas.

Riko sang kakak lelah menasihati adiknya yang keras kepala, hingga dirinya
meninggalkan Alina sendiri di kamarnya “Mungkin Alina perlu waktu untuk
sendiri” bisiknya dalam hati.

Jam kamar Alina menunjukan pukul 07.00. Ini adalah waktunya makan malam.
Alina berencana untuk mogok makan demi menunjukan rasa kecewanya pada
kakaknya. Namun dirinya tak mampu menahan rasa lapar yang begitu melilit
hingga tak tertahan. Akhirnya Alina pun ikut makan bersama sama.

Ibu mencoba mengawali pembicaraan di meja makan

Ibu : “ Alina, tadi sudah ketemu ayah nak ?”

Alina terdiam tanpa meu menjawab pertanyaan ibu. Sang ibu seakan mengerti
akan hal itu langsung mengalihkan pembicaraan

Ibu : “ besok ingin masak apa nih? Kayaknya masak kare ayam enak ya ?”
mencoba mencairkan suasana

Farel adik Alina menjawab dengan semangat “ jangan ibu, Farel ingin makan
ayam goreng,”

Riko sang kakak tak mau kalah “ jangan bu, kare ayam aja? Yang agak pedes .
wah pasti enak?
Alina tetap terdiam, sehingga ibu bertanya “Kalo Alina ingin makan apa ?” Alina
terdiam sejenak, seakan tak mau bicara namun akhirnya dirinya mengatakan “
Masak kare kepiting aja bu, pasti enak, kita kan udah lama gak pernah makan
itu?” sahut Alina.

Ibu pun tersenyum dan mengabulkan semua keinginan anak anaknya “iya iya,
besok ibu masak 3 menu spesial buat anak anak ibu tersayang ya ?”

Alina, Farel dan kakak Riko pun langsung tersenyum dan dengan kompak berkata
“Kami sayang ibu!” Ibu tersenyum dan suasana di meja makan yang awalnya
menegangkan menjadi menyenangkan.

Waktu semakin larut, setelah makan malam usai, Alina bersama kakak dan
adiknya masuk ke dalam kamarnya masing-masing. Alina yang kekenyangan
karena terlalu banyak porsi yang dimakan, langsung tertidur dengan pulas hingga
pagi hari.

Seperti biasa, pagi hari Alina dan kakak nya pergi ke sekolah bersama sama .
Namun hari ini terasa berbeda. Alina terkejut saat dirinya masuk kedalam kelas,
ternyata kelas masih kosong. “Ah mungkin aku terlalu pagi datangnya” bisiknya
dengan suara perlahan. Tiba-tiba Alina kembali terkejut dengan suara petikan
gitar dan melihat kelopak bunga mawar yang berserakan di dalam kelasnya.

“Ada apa sih ini?” Alina kebingungan.

Saat dia menoleh dirinya melihat seorang laki laki tampan, yang dekat dengan
dirinya memetik gitar dan membawakan lagu cinta. Dia adalah Riky, vokalis band
dari salah satu band terkenal disekolahnya. Dia juga lelaki yang baik, pintar dan
juga anak basket di sekolahnya.

“Eh kamu ternyata Riky? Ada apa ? Temen - temen kemana ?” dengan hati
berbunga bunga , wajah memerah dan bibir bergetar Alina bertanya pada Riky.
Riky : “ Aku sengaja mempersiapkan kejutan ini untukmu, temen - teman ada kok
tuh disana ?” sambil tersenyum dan menunjuk kearah teman teman di luar jendela
kelas.

Aiina : “ Emmm kejutan untuk apa? Aku belum ulang tahun kali?” Dengan nada
yang sedikit malu malu Alina menjawab.

Riky : “ Alina aku ingin bicara serius dengan mu?”

Alina : “ Serius ? Serius bagaimana ?” sambil menatap mata Riky dengan penuh
penasaran.

Riky : “Kita sudah lama saling mengenal, kita berteman sudah lama, kamu wanita
yang cantik, baik, pintar, dan kamu gak pernah sombong dengan kelebihan
kelebihan yang kamu punya.” Riky berhenti berbicara sejenak dengan keringat
yang mengucur di tubuhnya, dan dirinya merasa gugup ingin melanjutkanya.

Alina : “ Terus ?” Alina terus menatap mata Riky dan membuat Riky semakin
grogi.

Riky yang semakin grogi memberanikan diri untuk mengatakan “Will you be my
girlfriend?” terhentak seketika Alina mendengarkan perkataan Riky. Dia sangat
terkejut!

Alina tertunduk sejenak, wajahnya semakin memerah, raut muka yang tersenyum
senyum layaknya ABG yang sedang kasmaran . Alina pun menjawab “Yes, I
will.”

Mendengar jawaban Alina, Riky tersenyum bahagia, teman-teman di jendela


langsung bertepuk tangan dan menyorakinya “cie cieeee asik nih ada yang
kasmaran” sambil tertawa dan ikut merasakan kebahagiaan.

Bel masuk berbunyi, dengan segera Alina, Riky dan teman-teman masuk kelas .

Setelah jam sekolah usai, Alina pulang dan masuk rumah dengan wajah bahagia

“Assalamualaikum, Alina pulaang ??”


Seperti mengetahui bahwa anaknya sedang sangat bahagia, sang ibu bertanya.

“Wah, bahagianya.. ada apa nih?”

Sang kakak yang mengetahui kejadian tadi pagi di kelas Alina menyahut.

“Itu bu, ada yang lagi kasmaran, baru ada yang menyatakan cinta sih katanya?”
sambil menggoda Alina .

Alina : “ Ah, apasih kak. Sok tau deh? Udah ah Alina mau ke kamar, bye ibu? bye
kakak?” sambil malu malu berlari menuju kamar .

Alina yang masih membayangkan kejadian tadi pagi terus tersenyum senyum
sendiri di bilik kamarnya. Dia atas meja belajar dirinya menulis semua hal pada
buku diary kesayanganya.

Langit luas berwarna hitam, terlihat gelap penuh bintang, nampak bersinar cahaya
rembulan ,terasa sejuk dalam renungan. Alina melamun di jendela kamarnya,
melamunkan kejutan pagi tadi. Belum bisa move on dari kebahagiaan yang
dirasakanya hari ini.

Fajar mulai terbit, matahari semakin terlihat pertanda pagi telah datang. Alina
bergegas mandi,setelah itu dia menghabiskan waktu lama di depan meja rias. Hari
ini dia dijemput oleh Riky, begitu sibuk Alina membenarkan rambutnya agar
terlihat menarik, dan memakai bedak serta sedikit lip balm agar terlihat makin
cantik.

“Sepertinya aku sudah cantik?” gumam Alina dalam hati sambil berputar putar
melihat cermin di depanya.

Tiiin tiiiin tiiiin, suara klakson sepeda motor berbunyi, “Sepertinya itu Riky” kata
Alina. Dengan segera dirinya bergegas keluar kamar dan pergi berangkat ke
sekolah bersama Riky.
Setelah pulang sekolah, Alina dan Riky berencana untuk makan siang di salah
satu cafe di dekat sekolahnya. Setelah bel jam terakhir berbunyi, mereka pergi
menuju cafe tersebut.

Alina dan Riky memilih duduk di bagian dalam cafe karena diluar cafe terik
matahari masih terasa panas.

“Alina, mau makan apa ?”tanya Riky.

Sambil membolak balik menu di meja, “Mmmmm, terserah kamu deh ?” kata
Alina.

“Yah kamu, kok terserah aku sih ? Nanti kalau aku yang memesan kamu gak suka
gimana?” jawab Riky.

“Sudahlah aku pasti suka, sama aja kayak kamu deh ya ?” Alina menjawab.

“Yaudah deh, chicken teriyaki sama jus alpukat ya mbak ?” sambil memberikan
menu ke pegawai caffe.

Sambil menunggu pesanan datang mereka berbincang-bincang. Ditengah tengah


perbincangan, ada seseorang yang tiba-tiba memanggil Alina. Saat Alina melihat
kearah orang tersebut, tak disangka, ayahnya ada di belakang tempat dia makan
bersama Riky, sungguh terkejut hati Alina, ingin sekali dirinya pergi dari cafe itu,
namun disisi lain dia tidak mau menyakiti hati Riky.

“Alina? Itu siapa? Ayah kamu ya ?” tanya Riky pada Alina

“Iya, saya ayah Alina.” Jawab Ayah Alina

Riky pun langsung berdiri dan mencium tangan laki laki yang tak lain adalah ayah
Alina. Alina hanya terdiam tanpa mau menoleh maupun menatap wajah ayahnhya,
seakan akan kebencian yang teramat dalam, kepedihan yang menyayat hatinya
yang sukar untuk disembuhkan.

Tanpa banyak bicara, Alina langsung menarik tangan Riky untuk pergi keluar
cafe.
“Eh,eh kamu kenapa sih?” tanya Riky kebingungan melihat sikap Alina .

“Ayo kita pulang!” Dengan nada sedikit membentak Alina menjawab.

Seakan Riky mengetahui ada sesuatu yang terjadi antara kekasihnya dengan sang
ayah. Riky tidak banyak bertanya, namun Riky membawa Alina ke sebuah tempa
yang luas, sepi, sunyi, harum bunga yang semerbak. Ya! ke pemakaman lah Riky
membawa Alina.

“Loh, ini kan pemakaman?” dengan raut muka yang terkejut “Kok ke sini? Kamu
mau ngapain sih? Tanya Alina berkali kali pada Riky.

“Udah, ikut aja. Cuma sebentar kok” jawaban Riky semakin membuat Alina
kebingungan.

Setelah memparkir sepedanya, Riky menarik tangan Alina menuju satu makam
yang terlihat sudah lama.

“Ini ayahku, ayahku meninggal saat aku masih kelas 1 smp. Ayah meninggal
kecelakaan saat pulang dinas dari tangerang. “ Dengan memegang batu nisan sang
ayah, dengan menahan kesedihan mengingat ayahnya yang telah tiada, namun
Riky mencoba untuk tetap tegar.

“Riky, kamu yang sabar ya.. ayah kamu sudah tenang disana. Ayahmu hanya
butuh doa darimu” dengan mengelus pundak Riky , Alina mencoba menenagkan
kekasihnya.

“Alina, aku menyesal karena aku belum sempat membanggakan ayah, aku tidak
pernah mengikuti perintahnya. Apapun yang dia katakan, aku hanya menganggap
hanyalah angin lewat. Setelah kepergian ayah, aku merasakan ada separuh
hidupku yang hilang, kasih sayang yang terasa kurang dan kebahagiaan yang
kurang utuh.” Riky sudah tak mampu menahan tangisanya. Walaupun dia seorang
laki-laki. Hatinya juga mampu merasakan pilu yang begitu dalam.

Alina terdiam. Tiba-tiba Alina teringat dengan sang Ayah yang begitu ia benci.
“Alina, kenapa kamu bersikap seperti itu dengan ayahmu?” tanya Riky, dengan
memandang wajah Alina.

“Riky, ayahku pernah memukul ibu didepanku, aku rasa dia tidak menyayangi
ibuku. Ayahku jahat, ibu sering sekali menangis. Aku merasa keluargaku tak utuh
karena ayahku yang sering membuat ibuku menangis.” Air mata Alina menetes
seakan teringat dengan kejadian saat itu.

“Ayahku adalah sosok yang keras, bahkan aku sendiri pernah dipukul
menggunakan sapu karena kenakalanku. Mungkin ayah kamu melakukan hal itu
karena lepas emosi. Kamu harus tau, bagaimanapun orang tua kita, dia yang
mendidik kita, membesarkan kita. Apakah kesalahan ayahmu tidak dapat kamu
maafkan ? Tuhan, selalu memaafkan apapun kesalahan yang diperbuat umatnya,
bahkan kesalahan besar sekalipun. Apakah kamu seorang manusia, yang hanya
umat tuhan ingin memiliki kehendak lain?” jawab Riky dengan memegang
pundak Alina.

Alina tertunduk, dirinya membenarkan apa yang dikatakan oleh pacarnya. Dia
menangis, menyesali apa yang telah diperbuatnya.

“Meminta maaf lah pada ayahmu sayang, kamu adalah wanita yang baik, aku
adalah salah seorang yang mengagumi akan kebaikan hatimu.” dengan tersenyum
Riky memandang Alina.

Bergegas dirinya pergi dan meminta Riky untuk mengantarkanya menuju rumah
sang ayah.

Setibanya di rumah ayahnya.

“Assalamualaikum, ayah .. ini Alina ?”

Tidak ada jawaban sekalipun dari dalam rumah. Sekali lagi Alina mencoba.

“Ayah... Assalamualaikum???”

Tiba-tiba terdengar dari dalam rumah


“Waalaikumsalam nak, iya sebentar.” Terdengar suara Ayah Alina membukakan
pintu untuk sang anak

Tanpa basa basi Alina langsung memeluk tubuh ayahnya.

“Ayah, Alina minta maaf. Seharusnya, Alina tidak begitu pada ayah.” Dengan
menangis tersedu sedu Alina meminta maaf pada sang ayah.

“Sudah nak, ayah memaafkanmu, Ini semua salah ayah. Tak seharusnya ayah
memukul ibumu. Kesalahan ayah cukup besar, maafkan ayahmu ini nak .“
Dengan memeluk Alina erat-erat, ayah menangis dan meminta maaf pada Alina.

Alina meminta ayah untuk kembali tinggal bersamanya dan kembali menjadi satu
keluarga yang utuh. Ayah tersenyum dan akan mengusahakan permintaan sang
anak. Dan mencoba membicarakanya dengan Ibu Alina.

Melihat semua itu, Riky merasa bahagia. Bidadari yang dia kagumi, memiliki hati
yang baik dan wajah yang cantik itu telah melakukan hal yang tepat.

Karena hari semakin sore, Alina dan Riky pulang kerumah masing-masing.
Setelah mengantarkan kekasihnya, Riky pulang menuju rumahnya yang lumayan
jauh dari rumah Alina.

Namun saat berada di pertigaan, gubraaak!!!! Suara sepeda motor Riky tertabrak
dengan mobil yang melaju kencang. Tubuh Riky terguling dan kepalanya
terbentur trotoar. Semua warga yang melihat langsung menyelamatkan Riky, dan
membawanya ke rumah sakit terdekat.

Alina mendapat telfon dari kakak Riky yang memberitahu keadaan Riky yang
sedang kritis bergegas menuju kerumah sakit.

Sepanjang perjalanan Alina tak kuasa menahan tangis, dan kecemasan yang
dirasakanya akan musibah yang dialami kekasihnya.

Sesampainya didepan ruangan Riky dirawat. Alina semakin tak kuasa menahan
tangis melihat pacarnya yang tergeletak lemah dengan menggunakan alat bantu
oksigen dan kepala yang dibalut dengan perban putih yang masih terlihat bekas
darah yang mengucur dari lukanya, hatinya terasa diiris sebilah pisau tajam.

“Tuhan, jangan kau biarkan Riky merasakan kesakitan ini. Lindungilah dia, aku
sangat menyayanginya.” Sambil memejamkan mata Alina berdoa pada tuhan.

Berhari hari Alina menemani Riky, menunggu keajaiban akan datang. Menunggu
Riky membuka mata, menunggu Riky dapat kembali tersenyum.

Satu malam penuh Alina berada disamping Riky tanpa mau meninggalkanya. Saat
dirinya hendak pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, tiba-tiba tangan
Riky bergerak, mata Riky membuka. Sungguh ! inilah! harapan Alina telah
terwujud.

“Dokterr!!!” Alina berteriak , terdengar bagaimana suara kebahagiaan yang luar


biasa muncul darinya.

“Terimakasih Tuhan.” dengan memejamkan mata mengucap syukur.

Sejak saat itu, Riky berangsur angsur membaik, Ayah Alina juga telah rujuk
dengan Ibu dan tinggal serumah dengan Alina.

Tuhan...

Terimakasih atas kebahagiaan ini...

Cinta kasihmu selalu abadi ..

Tangisan kesedihan membawaku padamu ...

Tangisan penyesalah mendekatkanku denganmu...

Terimakasih Tuhan akan segala karuniamu..

Tulis Alina dalam buku diary kesayanganya tempat dirinya selalu mencurahkan
isi hati .

TAMAT.
By:Sofia May.

(saya berharap kritik dan saran untuk memperbaiki cerpen yang saya buat ini )

Anda mungkin juga menyukai