Anda di halaman 1dari 22

Sahabat sejat

“Sahabat adalah teman yang selalu ada kapanpun, apapun, dan dimana pun.”

Kalimat itu sering terngiang ditelingaku. Itu adalah kalimat yang selalu diucapkan oleh sahabatku. Kami
jarang bertemu karena sekolah kami berbeda. Walaupun kami jarang bertemu, tetapi persahabatan kami
tetap utuh.

“Tut..tut..tut..”Handphone ku berdering. Setelah aku lihat ternyata mika yg menelepon ku. Dialah
sahabatku.

“Hei sahabatku ! Apa kabarmu ?” Ucapnya semangat.

“Hei juga sahabatku ! Kabarku baik. Bagaimana dengan mu ?” Jawabku tak kalah semangat.

“Kabarku juga baik. Aku merindukanmu reta !” Ujarnya.

“Aku juga merindukanmu mika !” Balasku.

“Oo. Sudah dulu ya, aku mau pergi dulu.: Ucapnya sembari mematkan telephone nya.

Ya ! Aku dan mika memang sering telphonan. Tiap weekend kami selalu telephonan. Biasanya kalau
weekend aku selalu ke rumahnya yang jauh dari rumahku untuk mengunjungi grandma dan grandfa. Tapi
untuk kali ini tdak,, karena ayah dan ibuku sedang bertugas keluar kota. Jadi aku tdak Bisa pergi. Oh ya !
Rumah mika bersebelahan dengan rumah grandma.

“Enaknya ngapain ya ? Oh iya, jumat depan kan mika ulang tahun. Jadi hari ini aku ingin mencari sesuatu
yang spesial ah !” Gumamku dalam hat.

Aku pun pergi ke Mall untuk mencari kain flanel, dll. Setelah sampai ke rumah, aku langsung membuka
Internet. Lalu meg-klik search dan mengetk “Karya dari kain flanel.”

“WOW ! Bagus sekali !” Pujiku saat melihat beribu karya dari kain tsb. Semuanya kelihatan indah. Lalu
aku memilih beberapa bentuk yang akan kubuat.

“Selesai.” pikirku senang. Lalu barang-barang tsb aku letakkan disebelah laptop ku. Aku akan ke Mall lagi
untuk mencari hadiah tambahan.

Setelah sampai kerumah, Aku membungkus kado tsb dengan rapi dan tak lupa aku memasukkan kartu
kedalamnya.

“Jadi deh !” Ucapku senang.


Keesokan harinya. . .

“Krinngggg!!!”

Alarm sekolah berbunyi. Ini saatnya untuk belajar.

Hari senin, selasa, rabu, berlalu dengan normal. Dan malam ini adalah malam jumat. Berart ??? OMG !!!
Mika besok ulang tahun!

“Aku akan begadang malam ini ! Aku ingin menjadi orang yang paaalllliiiing pertama mengucapkan
selamat ulang tahun kepada mikaa.” Gumamku semangat.

Saat malam hari . . .

Jam 21.00 . .

“Hmm, baru jam 9 nih. Enaknya ngapain ya ? Nonton aja deh. Kan ibu dan ayah gak ada di rumah. Jadi
gak ada yg ngelarang aku buat nonton malam malam. Hahaha.” Ujarku sambil tertawa.

Film malam ini juga lumayan seru. Apalagi ditemani dengan susu dan cookies.

Jam 22.00 . . .

Aku mulai mengantuk, tapi aku harus bisa menahan rasa ngantukku jika aku benar benar ingin menjadi
orang yang pertama kali mengucapkan selamat ulang tahun kepada mikaa.

Aku memandangi TV. Kini hanya ada film acton. Lumayanlah untuk menemaniku malam ini.

Jam 22.30 . . .

“Kresek..Kresek..” Tiba-tba sebuah suara mengagetkan ku. Aku terdiam.

“Hi..hi..hi..hi” Ada seseorang yang tertawa.

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!!” Aku teriak sekencang mungkin. Tapi mana mungkin dapat


terdengar oleh orang. Rumahku cukup besar dan aku hanya sendirian.

Aku mengambil HP ku dan aku pun menelephone ibuku. Handphone nya tdak aktf.Dengan sigap aku
segera menelephone ayahku. Handphone nya juga gak aktf.Buyar semua apa yg ada di otakku.

“Haduhhh, gimana ya ??? Aku takut banget nihh .” Ucapku merinding.

“Tapi demi sahabat aku harus berani !” Gumamku sambil menggunakan sisa keberanian yang ada.

Jam 11 malam . . .

Masih menonton TV. Tapi dengan acara yang berbeda, yaitu acara dimana seorang peserta di bawa ke
suatu tempat menyeramkan. Dan juga peserta tersebut harus menggunakan keberanian yg ada pada
dirinya. Lalu orang orang tersebut dibiarkan sendirian.
Yap ! Itu adalah acara uji nyali !

Hiiiii, seremm .

Jamm 11.30 Malam . . .

Semuanya terjadi lagi.

Untuk kedua kalinya aku mendengar suara jejak kaki, suara seseorang tertawa, dll. Aku masih merinding.
Tapi apalah dayaku. Jadi aku pun melawan rasa takut yang ada pada diriku. Aku pun mengingat tujuan ku
begadang. Akhirnya rasa keberanianku muncul kembali.

Jam 00.00 . .

Aku segera menelephone mika

“Tit..ttt..ttt..”

“Asalamualaikum

“Tit..ttt..ttt..”

“Asalamualaikum wr.wb . ” Ucapku.

“Wa’alaikum salam wr.wb. Oh ternyata reta yg menelephone ku. Senang sekali rasanya !” Jawabnya
senang.

“Hahaha.” Aku tertawa.

“Aku menelephone mu karena aku ingin mengucapkan…… Happy Birthday Sahabat ! Semoga panjang
umur dan sehat selalu. Semoga kamu dapat menjadi anak yg berbakt kepada orang tuamu. Dan semoga
semua harapanmu bisa terkabul !”

“Aminn.” Jawabku dan mikaa serempak.

“Terimakasih reta. Kamu telah memberikan kejutan yg paling spesial di hari ulang tahunku ini. Dan
terimakasih karena kamu rela tdak tdur demi mengucapkan selamat ulang tahun kepada ku. I miss you
reta. ” Ujar mika di sela sela tangisannya.

“I miss you too mika.” Balasku.

Akhirnya kami mengakhiri percakapan malam ini. Aku pun tertdur…

Keesokan harinya . . .

“Kriiinnnnggggg.” Bel sekolah tanda pulang berbunyi.

Berart besok aku ke bandung.Aku sangat merindukan mika. (^_^)/


Keesokan harinya . . .

“Horeeeeee!!! Weekend !!!” Teriakku gembira.

“mika ? Kamu sudah bangun ? ” Panggil ibu.

“Sudah bu.” Jawabku sambil berlari kearah ibu dan ayah.

"Yah, bu, hari ini ke Bandung ya ?” Ucapku dengan semangat.

“Maaf ya reta, ayah dan ibu akan pergi keluar negeri.”

“Huuhh.” Aku menghembuskan napas kecewa.

"Tapi, kalo kamu memaksa, nant kamu bisa diantar Pak Triyo.” Ujar ayah.

Aku kembali bersemangat.

“Makasih ya yah, bu.” Balasku sambil mengecup kedua pipi ibu dan dan ayah.

“Iya sayang. Ibu dan ayah pergi ya !” Teriak ayah dan ibu bersamaan sembari keluar.

Setelah aku bersiap siap . . .

“Horeee !!!!!” Pekikku senang.

Aku pun di jemput oleh pak Triyo, supir ayah.

Beberapa jam kemudian . . .

Aku sampai di Bandung. Saat aku akan menyebrang menuju rumah grandma. Sebuah truk melintas tepat
dibadanku. Aku sudah tak sadar lagi..

Beberapa saat kemudian…

Aku terbangun. Aku mendengar sebuah tangisan. Ternyata yg menangis adalah mikaa.

“Ha..p…p..py..bir…birth…day..ss…aaa…ha…bba..sahabat…” Ucapku terbata bata.

“In…ini…kk….kka…kado….unn…unnn…untuk….mu.” Ucapku lagi.

“Terima kasih sahabatku.” Jawabnya sambil menangis.

Setelah 3 hari dirawat, aku diperbolehkan keluar dari Rumah Sakit. Tapi aku belum diperbolehkan untuk
bersekolah. Karena ibu dan ayahku masih di luar negeri, aku pun sementara tnggal di rumah grandma.

Tiba-tba ada yg menghampiriku. Ternyata dia adalah mika.

“Sahabat selamanya apapun yg terjadi, kapanpun, dan dimanapun.” Ucap kami serempak.
[2/12 17.45] +62 831-3582-3816: Fanehi Margareta Z.F

Kelas : XI ipa 3

Judul karya : Sahabat sejat

[2/12 19.37] +62 831-3582-3816: Kriiinggg... Jam pulang sekolah sudah terdengar dan mulai banyak
siswa berhamburan keluar kelas,tampak hana yang sedang berdiri di depan kelas sedang menunggu
seseorang "hey nungguin siapa? " tanya seorang laki laki dari belakang hana. Ya laki laki itu bernama
adriyan, Ia sosok laki laki yang cukup baik menurut hana, mungkin adriyan meyimpan rasa pada hana,
dan apakah mungkin hana juga menyimpan rasa pada adriyan? Mereka mungkin terlihat dekat sepert
seseorang yang saling mencintai. Cukup lama mereka berbincang bincang ternyata tampak Dwi salah
seorang teman perempuan mereka berdua yang dari tadi memperhatkan mereka berbincang. "han aku
pulang dulu ya, kamu mau aku anterin?" tawar adriyan, "apaansih gausah" jawab hana dengan
tersenyum lebar "yaudah sih kalau gak mau, jadi aku pulang sendiri nih goceng angin, kamu tega" sahut
adriyan dengan tawa yang mengiri. "bodo amat".tawa hana pun pecah mendengar kata kata yang keluar
dari mulut adriyan. Setelah adriyan pulang tampak Dwi yang berjalan ke arah hana."eh dwi kamu belum
pulang nungguin siapa?" tanya hana dengan tersenyum dwi tdak menjawab tapi tatapan sinis di
tunjukkan dwi pada hana, hana yang tdak mengert sikap dwi padanya pun bingung dan ia bertanya
tanya pada dirinya sendiri apakah ia punya salah pada dwi? Atau hana pernah membuat sakit hat dwi
dengan ucapannya? Entahlah pertanyaan itu terua terus terngiang di pikiran hana. "em hana ke kantn
yuk" ajak adriyan. Belum sempat hana menjawab pertanyaan adriyan mereka semua dibuat kaget
dengan gerakan bangku dwi, dwi yang terlihat begitu kesal lantas meninggalkan ruang kelas. Ya mereka
bertga sekelas,sekarang mereka menduduki bangku kelas 12 masa puth abu abu. Tatapan sinis dari
seluruh isi kelas tertuju pada hana, ia pun semakin bingung dengan tngkah teman temanya yang semula
baik mendadak jadi sepert itu. Jam pulang sekolah terdengar hana sengaja tdak pulang duluan sepert
biasanya karna ia ingin berbicara dengan apa yang sebenarnya terjadi padanya "dwi tunggu" panggil
hana, dwi menghentkan langkah kakinya dan berbalik menatap hana, " kamu itu sebenarnya kenapa ada
masalah sama aku? " tanya hana. "kamu itu munafik han sok alim kamu itu cuma perempuan murahan,
perempuan yang gak ada bedanya dengan batu sungai sok polos padahal kamu itu busuk.kamu taukan
kalau aku sebenarnya suka adriyan tapi kenapa kamu malah ngedeketn dia dasar munafik murahan!!!!!.
" tanpa sadar air mata mulai keluar dan membasahi pipi hana. Hatnya hancur mendengar penghinaan
dari dwi "kalau kamu suka itu ngomong siapa sih yang tau kalau kamu cuma diam aja" sahut hana
dengan nada terbata bata. "halah jangan sok suci deh han ngakunya orang beragama tapi suka ngrebut
milik orang lain dasar!" tak hent hentnya menghina hana. Hana hanya terdiam dan menangis tanpa
sengaja adriyan mengetahui perbincangan mereka dan langsung memegang tangan hana kemudian
mengusap air mata hana. "eh dwi kalau mau ngomong di pikir duku ya jangan seenaknya sendiri kalau
cara kamu gini malah bikin orang kain ilvil tau gak dasar sampah untung kamu perempuan kalau
nggak...!!". " kalah nggak apa yan apa emang hananya aja yang kecentlan sok sok lemah nangis
perempuan apaan!! " tegas dwi "cukup ya cukup" ucap hana dengan nada gemetar "aku bakal jauhin
adriyan kok kalau emang itu bikin kamu bahagia". " han nggak bisa gitu dong kalau begitu kamu terima
semua hinaan dia han". Sahut adriyan. "adriyan kenapa kamu belain dia sih perempuan kayak gitu aja
murahan" ucap dwi dengan nada kasar.
Hari demi hari berlalu setelah kejadian itu hana terus memikirkan perkataan dwi dan sesekali air
matanya jatu mulai tmbul perasaan benci pada dwi ia berfikir apa yang di katakan oleh dwi hinaan-
hinaan yang di lontarkan padanya itu sungguh keterlaluan dan sekarang hubungannya dengan adriyan
menjadi renggang.mulai saat itu hana tdak mau lagi dengan segala urusan yang berkaitan dengan dwi
dan adriyan dan ia membenci dwi bahkan dalam situasi gentng pun ia tak segan berbicara dengan dwi.
ternyata ucapan dwi menimbulkan luka mendalam bagi hana.

[2/12 22.40] +62 831-3582-3816: Pagi yang cerah. Sinar matahari mulai

masuk lewat ventlasi. Sinar matahari

mulai mengusik tdur seorang gadis

cantk. Risa Admaja namanya. Gadis

manis, berarmbut Panjarng sebahu dan

berkulit kuning langsat

"Risaaa.

"Masih pagi bu"

"Apa?l Masih pagi katamu ini sudah

jarn tujuh risa."

"Apa?1

Risa pun melihat jam disamping tempat

tdurnya. Jarurn jam menunjukkan

pukul ujuh.

"Astaga, bisa telat gue."

Sepert kesetanan Risa bergegas untuk

mandi. Setelah lima menit mandi dan

bersiap siap. Risa langsung berpamitan

dengan ayah dan ibu.

"Risa kamu tdak sarapan dulu?"

"Enggak bu, Risa udah telat nant Risa


biasa sarapan di kantn,"

"Assalamualaikum."

"Waalalkumsalam."

Sesarmpainya di sekolah, ternyata

gerbang sekolah sudah tertutup. Dan

terdapat satpam sekolah yang sedang

ngopi dan mengawasi agar tdak ada

murid yang masuk.

"Pak satparm tolongin saya pak. Kali ini

aja, tolong bukain gerbangnya."

"Salah siapa telat."

"Masak bapak gak kasihan sama saya.

Anak baru udah telat."

Tiba tba ada seorang laki laki tnggi,

tampan dan berseragam osis lengkap.

Dan sejak detk itu Risa mulai tertarik

padanya. Sepertnya Risa jatuh cinta

dipandangan pertama.

"Pak tolong buka gerbangnya. Biar

nant anak ini saya beri hukuman."

"Alhamdulilah akhirnya dibuka. Gue

kayaknya harus berterima kasih sama

nih cowok."gumam Risa dalam hat

"Dan lo ikut gue."

Dengan wajah yang berbunga bunga


sekaligus bingung gue mengikui

langkahnya. Tiba tba ia berhent dan

otomats Risa menabrak punggungnya

Dukk

"LO gapapa?"

"Gapapa kok. Oh iya kita mau kemana?

"Untuk kali ini lo gue bebasin dari

hukuman karena gue ada urusan lain.

Tapi kalo besok lo telat lagi gue gak

segan segan kasih hukuman berat buat

lo."

"Makasih banget ya. Janji deh gue gak

bakal ngulangin lagi."

"Gue pegang janji lo."

Setelah itu cowok tersebut pergl

meninggalkan Risa sendiri di lorong

sekolah.

"Kok sepi banget ya. Mending gue

masuk kelas aja deh daripada disini.

Takut.."

Kelas X IPS 3 itu adalah kelasku. Kelas

yang terkenal rusuh dan sering bikin

onar. Saat aku memasukki kelas

ternyata belum ada guru. Aku pun

menghampiri kedua sahabatku Sasa


dan Mela.

"Eh kalian berdua, lagi gibahin gue ya?"

"Geer banget lo. Jam segini baru masuk

tumben."

"Telat gue tadi bangunnya kesiangan."

"Untung dari tadi belum ada guru,

rumor rumornya guru pada rapat."

"Tadi gue ketemu kakel cogan. Ganteng

banget sih sumpah."

"Anak osis?"

"Iya kayaknya. Kalian tau namanya?"

"Siapa sih yang gak tau dia, mungkin

Cuma lo yang gak tau dia. Dia itu kak

Raka anak kelas XI IPA 1."

"Lo kudet banget sih , Ri." Timpal Mela.

"Ya kan gue gak tau sayº."

Tiba tba guru datang dan pelajaran

pun dimulai.

Bel istrahat berbunyi semua siswa

langsung menuju kantn untuk mengisi

perut mereka dengan jajanan di kantn.

Sama halnya dengan Risa, Sasa dan

Mela mereka langsung ke kantn. Hari

ini bagian tugas Sasa yang memesan

makananan sedangkan Risa dan Mela


mencari tempat duduk.

"Ri kita duduk disana aja yok."

Bentar bentar gue mau benerin tali

sepatu gue dulu, kalo lo mau duduk

dulu gapapa daripada nant dipake

orang lain.

"Okey deh duluan ya."

Setelah kepergian Mela, Risa

melanjutkan kegiatan menali sepatu.

"Beres deh."

Tiba tba ada kegaduhan yang berasal

dari pintu masuk kantn. Ternyata kak

Raka datang dan banyak cewek cewek

yang histeris. Risa speechless di tempat,

mungkin ini efek karena kagum

dengan ketampanan kak Raka dan

bukan karena itu saja ternyata

gerombolan Kak Raka duduk disebelah

meja Mela. Tanpa berlama lama

akhirnya Risa menghampiri Mela dan

Sasa yang sudah duduk disebelah Mela.

"Ri, lo darimana aja?" tanya Sasa

"Gue tadi benerin tali sepatu gue dulu."

"Makanan kita sudah datang."Kata

Mela dengan nada gembira


Akhirnya mereka pun makan bersama

dan sambil bercerita tentang apapun.

Saat Risa melihat kearah sebelah tak

sengaja mata Risa bertatapaan dengan

Kak Raka.

"Ya Tuhan tolongin jantung gue. Gue

rasa jantung gue udah gak sehat."

Gumam Risa dalam hat.

"Ri lo kenapa wajah lo kok jadi merah?"

tanya Sasa

"Gapapa sa, cuman kepedesan aja.

Kayaknya bakso gue kebanyakan

sambel hehe."

Setelah selesai makan mereka pun

segera kembali ke kelas. Dalam

perjalanan menuju kelas ada beberapa

orang yang menyapa mereka.

Jam demi jam pun berlalu. Bel pulang

sekolah berbunyi.

Kringggg

"Baik anak anak materi ini akan kita

lanjutkan besok dan ada pr buat kalian

halaman 40. Sampai bertemu besok."

"Sa lo dijemput siapa?"

"Gue dijemput abang gue. Gimana lo


mau nebeng?"

"Enggak gue Cuma tanya aja. Kalo lo

la?"

"Gue mau pesen ojol mumpung ada

promo."

Mereka bertga berjalan bersama

menuju depan gerbang sekolah.

"Risa Mela, gue duluannya udah jemput

tuh." Sambil menunjuk seorang laki laki

yang menaiki motor.

"Hat hat ya."

"Risa ojol gue sebentar lagi sampe nih.

Lo gimana?"

"Gapapa mel gue bisa sendiri kok."

"Oke deh, hat hat ya."

Gue menunggu jemputannya datang.

Detk demi detk, menit demi menit,

jam demi jam. Bahkan yang ekskul pun

sudah pulang. Sepertnya tnggal Risa

yang masih di sekolah. Tiba tba

seseorang menepuk bahu Risa.

"Lo belum pulang?" kata Kak Raka.

"Belum kak ini masih nunggu

jemputan. Kayaknya kejebak macet

deh."
"Oh gitu. Gue temenin ya."

"Boleh kak."

Sepert terbang di langit ke tujuh itu

yang Risa rasakan saat ini. Bisa duduk

berdua dengan Kak Raka

membayangkannya saja sudah

mustahil. Tapi ini benar benar terjadi.

Akhirnya pun jemputan Risa datang,

Risa segera berpamitan kepada Kak

Raka.

"Itu jemputan gue udah dateng kak.

Makasih ya udah nemenin."

"Iya sama sama. Ini udah jadi tugas gue

sebagai seorang osis."

Sore hari bergant menjadi malam hari.

Bulan mulai menampakkan diri

bersama beberapa bintang. Sejak

kejadian tadi sore, Risa masih senyum

senyum sendiri mengingat kejadian

tadi. Ini sepert sebuah mimpi yang jadi

nyata atau yang disebut dengan dejavu.

Risa memikirkan kejadian tersebut

sampai ia terlelap.

Pagi ini Risa bangun lebih awal karena

dia malas kena hukuman dari Kak


Raka. Tapi bukan hanya itu saja dia

juga ingin mencontek pr Mela, karna

dari mereka bertga yang paling rajin

adalah Mela.

Sesempainya di sekolah Risa langsung

duduk dan mengeluarkan buku lalu

menghampiri Mela.

"Melaa... gue mau dong nyontek pr lo."

"Udah gue tebak. Nih nat masukkin

lagi di tas ya."

"Oke deh."

Risa mulai menyalin pr Mela.

Sebenarnya dia bukan tpikal cewek

yang pemalas tapi jika ada masalah

atau sedang banyak pikiran past dia

akan begitu, lupa dengan pr pr nya.

(sombong sekali bambank)

"Eh lo rambutnya panjang."

"Gimana kak?"

"Gue belum kenal lo. Boleh kenalan gak,

nama lo siapa?"

"Risa kak."

"Kelas X apa?"

"X IPS 3 kak"

"Nant pulang sekolah bareng gue."


"Tapi kak..."

"Gak ada tapi tapian. Nant pulang

sekolah lo gue anter pulang."

Bel pulang sekolah berbunyi. Kak Raka

menepat janjinya untuk mengajak Risa

pulang bersama bahkan sampai dia

menunggu Risa di depan pintu kelas

Risa.

"Loh kok ada kak Raka didepan?" tanya

Sasa

"Iya nih ada apa ya?" tmpal Mela

"Sebenernya tadi gue diajak pulang

bareng kak Raka. Mau gue tolak tapi dia

kekeh mau anterin gue pulang."

"Kok bisa ya kak Raka begitu, padahal

setauku dia gak pernah deket cewek di

sekolah ini sebelumnya." Kata Sasa

"Yaudah ya gue duluan, gak enak

ditunggu. Bye."

"Bye.... "ucap Sasa dan Mela secara

bersama.

Akhirnya mereka pun pulang bersama.

Sesampainya di depan rumah Risa.

"Risa gue mau bicara sebentar."

"Tentang apa kak?"


"Tentang kita."

"Tentang kita?"

"Iya sebenernya gue suka sama lo dari

pandangan pertama."

"Maksud kakak?

"Will you be my girlfriend?"

"RISA...."

Risa pun tersadar dari tdur

panjangnya. Ternyata tadi hanyalah

sebuah mimpi semata.

"Risa dari tadi saya jelaskan kenapa

kamu tdur. Sekarang kamu keluar dari

kelas saya."

Risa keluar dari kelas dengan wajah

lesu, ia berjalan melewat lorong. Tiba

tba dia bertemu dengan Kak Raka dan

Kak Bina. Mereka berdua sedang

berbincang bincang dan Kak Raka

menggengam tangan Kak Bina dan

mengatakan

"Will you be my girlfriend?"

"Yes I will."

Seketka impian Risa hancur sehancur

hancurnya sepert kaca yang jatuh dan

pecah. Semua mimpi yang tadi


hanyalah sebuah halusinani yang

berkelanjutan dan ini jawabannya

kenyataan pahit yang harus diterima

Risa. Bahwa kak Raka mencintai Kak

Bina yang jauh lebih baik dari dia.

Ternyata kebaikan dan perhatan Kak

Raka selama ini hanyalah sebatas adik

kelas dan kakak kelas. Mungkin Risa

yang terlalu berharap.

~THE END ~

[2/12 22.42] +62 831-3582-3816: "Berawal Dari Sebuah Kopi"

Prudence berjalan di koridor sekolah menuju kantn. Hari ini rasanya ia ingin menikmat secangkir kopi
yang akan menjernihkan pikirannya.

“Bi, kopi” Ucap Prudence dan seorang pria di sebelahnya berbarengan.

“Yah, kopinya cuma ada satu. Abi lupa beli semalem” Kata Abi menunjukan satu saset kopi.

“Yaudah buat dia aja, Bi” Kata si pria lalu pergi dan duduk di salah satu meja yang kosong. Prudence
memperhatkan pria itu. Pria itu terlihat mengantuk.

“Kopinya jadi nggak?” Kata Abi membuyarkan lamunan Prudence. Prudence mengangguk. Abi
membuatkan kopi untuk Prudence dan kopi siap untuk diminum.

“Bi, pinjem gelas satu, Bi. Saya mau bagi dua kopinya, buat dia” Kata Prudence sambil menunjuk pria tadi
yang sedang duduk sambil menyembunyikan wajahnya di balik kedua telapak tangannya. Abi
memberikan gelas dan Prudence membaginya. Prudence menghampiri pria itu, tapi pria itu tdak
menyadari kedatangannya. Prudence menarik kursi yang ada di depan pria itu dan mendudukinnya.

“Hey” Sapa Prudence yang membuat pria itu mengeluarkan wajahnya dari tempat persembunyiannya.
Pria itu tersenyum, Prudence memberikan gelas berisi setengah kopi kepadanya.
“Apa ini? Kopi?” Tanya pria tersebut.

“Ya, gue membaginya, gue rasa lu ngantuk, benar?” Kata Prudence.

“Yaa, semalem gue terlalu asik nonton film sampe gue lupa kalo hari ini gue harus sekolah”

“Good, maniac film” Ucap Prudence setengah tertawa.

“Thanks ya. Oh iya, gue Oliver, kelas 11” Kata pria yang telah diketahui Prudence namanya Oliver.

“Prudence, kelas 11”

“Lu kelas juga kelas 11 kog gak pernah lihat” Kata Oliver, Prudence tertawa kecil.

“Btw, ini yakin buat gue?” Tanya Oliver sambil mengangkat gelas berisi kopi yang diberikan Prudence,
Prudence hanya mengangguk.

“Kok lu bisa di luar?” Tanya Prudence. Ini bukan jam istrahat atau jam pulang sekolah.

“Pertanyaan yang sama” Bukannya menjawab, Oliver malah memberi pertanyaan lagi. Prudence
tersenyum menunjukan deretan giginya. “Ok. Karena lu yang nanya duluan, jadi gue jawab duluan. Gue
dikeluarin gara-gara tdur di kelas, sekarang gue lagi pelajaran bahasa Inggris, Miss Ajeng” Jawab Oliver.

“Ok, kalo gue lagi pelajaran Pak Budi, matematka, Pak Budinya nggak dateng” Jawab Prudence.

“Free class?” Tanya Oliver.

“Maybe” Jawab Prudence. Mereka mengobrol hingga terdengar bel pergantan jam mata pelajaran.
Oliver merasa sudah tdak terlalu mengantuk dan Prudence juga merasa lebih baik dari sebelumnya.

“Sampai ketemu lagi” Kata Prudence sambil bangkit dari kursinya dan pergi setelah Olivee memberi
anggukan.

“Nice girl. Peudence” Ucap Oliver. Oliver mengeluarkan hpnya dan mencaritahu lebih banyak tentang
Prudence. Ada rasa yang aneh saat dirinya berbincang dengan Prudence tadi.

“Prudence Elnora Clarita, nama yang cantk, sesuai ama orangnya, biasanya yang cantk cocoknya ama
yang ganteng kayak gue gini sih. Oliver Gideon Putra dan Prudene Elnora Clarita. Beh, cocok abis” Oliver
bicara sendiri dengan suara pelan sambil senyum-senyum.

Pulang sekolah, Oliver melihat Prudence di halte tempat orang-orang menunggu angkutan umum.
Segera Oliver menghampiri Prudence dengan motor CBR-nya.

“Den, nunggu angkot? Gue anter aja, yuk”


“Nggak usah, Liv, gue udah biasa pulang naik angkot” Prudence menolak ajakan Oliver. Oliver tetap
memaksa Prudence hingga Prudence mengiyakan ajakannya.

“Good. Rumah lu di mana?” Tanya Oliver sesaat setelah Prudence menaiki motor Oliver.

“Apart Sudirman Park” Jawab Prudence.

“Lu tnggal di apart?” Tanya Oliver. Prudence hanya bergumam. Oliver menjalankan motornya menuju
tempat tnggal Prudence. Setelah sampai ke tujuan, Prudence turun dari motor Oliver dan mengobrol
sebentar lalu berpamitan. Oliver memanggil Prudence yang menyebabkan Prudence menghampiri Oliver
kembali.

“Minta nomor telpon lu boleh nggak?” Tanya Oliver. Tanpa basa-basi, Prudence mengeluarkan hp-nya
dan memberikan nomor telponnya.

Di sekolah, Oliver sudah menunggu Prudence di depan kelasnya. Dari kejauhan, Oliver melihat sosok
yang dicarinya, segera ia berlari menghampriri Prudence. Mereka jalan berdua sampai ke kelas
Prudence. Beberapa pasang mata memperhatkan mereka dan berbisik dengan temannya. Tapi Oliver
dan Prudence don’t care dengan hal itu.

Jam istrahat, Prudence menghampiri Oliver yang sedang duduk bersama kawannya sambil bercanda.
Saat mata Oliver menangkap sosok Prudence, ia berhent bercanda dan bangkit dari duduknya lalu
menghampiri Prudence. Mereka sudah berjanji untuk istrahat bersama. Semakin banyak mata yang
memperhatkan mereka. Mereka mengira kalau Oliver dan Prudence adalah sepasang kekasih baru.

“Mau makan apa?” Tanya Oliver setelah mereka duduk berdua di salah satu meja di kantn.

“Apa aja” Jawab Prudence sambil memperlihatkan senyumnya.

“Bakso mau?”

“Boleh”

[2/12 22.43] +62 831-3582-3816: Oliver pergi membeli bakso dan kembali dengan membawa nampan
berisi dua mangkuk bakso dan dua gelas es teh. Mereka makan sambil berbincang dan sedikit bercanda.
Prudence bersikokoh untuk membayar apa yang sudah mereka makan, tapi Oliver juga bersikokoh
menolak ucapan Prudence.
“Kan lu udah antre dan hidangin ini buat gue, jadi biarin gue yang bayar” Kata Prudence dangan nada
memohon kepada Oliver.

“Kagak. Kan kemarin lu udah bagi kopi lu ke gue, jadi biar kali ini gue yang traktr lu” Kata Oliver
membantah perkataan Prudence.

“Tapi kemarin gue nggak traktr lu, gue cuma ngebagi apa yang gue punya ke lu” Kata Prudence memelas.

“Bodo, pokoknya kalo lu bayar, jangan harap gue mau kenal lagi sama lu” Kata Oliver.

“Dih gitu, mainnya anceman, ya udahlah” Akhirnya Prudence menyerah karena merasa dapat ancaman
dari sang kakak kelas, Oliver.

“Nah gitu dong, itu baru adik kelas yang baik” Kata Oliver “sekaligus calon pacar yang baik” Lanjutnya
berbisik hingga Prudence tdak bisa mendengarnya.

Bel masuk pun berbunyi, Oliver mengantar Prudence ke kelasnya. Banyak siswa-siswi kelas 11 yang
memperhatkan mereka. Kayla, teman sebangku Prudence menghampiri Prudence.

“Jahat lu, jadian ama Kak Oliver nggak bilang-bilang”

“Jadian? Siapa yang jadian?” Kata Prudence setengah tertawa.

“Bodo, pokoknya lu harus traktr gue” Kata Kayla pura-pura marah. Prudence hanya mengiyakan ucapan
Kayla supaya temannya itu tdak terus mengganggunya.

Pulang sekolah, Prudence membelikan Kayla mi ayam dan jus jeruk sesuai permintaan Kayla. Kayla terus
menggodanya, lelah rasanya Prudence menjelaskan kapada Kayla kalau mereka tdak berpacaran. Bagi
Prudence, Kayla memang masih sepert anak-anak, tapi biar bagaimanapun, Kayla tetaplah temannya
yang terbaik.

“Kok lu nggak makan, Den?” Tanya Kayla sambil mengunyah baksonya dan dijawab gelengan kepala oleh
Prudence.

“Kenapa? Duit lu kurang ya?” Kata Kayla.

“Lu mau makan apa lagi? Duit gue masih banyak nih, maaf maaf aja nih” Kata Prudence sambil
mengeluarkan uangnya dari kantong dan juga tasnya lalu menaruhnya di meja.

“Wih, boleh minta lagi dong gue” Ucap Kayla sambil mencondongkan tubuhnya ke Prudence.
“Silakan, Babe” Jawab Prudence sambil mencubit pipi gembul Kayla. Kayla yang doyan makan pun
memesan satu mangkuk bakso lagi untuk dirinya. Prudence hanya tersenyum melihat kelakuan
kawannya itu. Selama Kayla makan, Prudence memainkan ponselnya dan sesekali membalas pesan dari
Oliver.

“Cie, lagi chat-tan sama senpai, ya?” Kata Kayla meledek Prudence sembari mencolek dagu Prudence.
Prudence menyangkalnya dengan menunjukan ponselnya yang sedang menampilkan aplikasi permainan.

Selesai Prudence meneraktr Kayla, mereka berdua pulang naik angkot. Kayla mampir sebentar ke rumah
Prudence untuk menonton film. Setelah itu, Prudence mengantar Kayla pulang sekalian mampir ke toko
kaset. Di toko kaset, secara kebetulan Prudence berpapasan dengan Oliver.

“Prudence?”

“Hay, lu ngapain di sini?” Tanya Prudence, tersenyum.

“Kan lu sendiri yang bilang gue maniak film, nah di sini gue lagi nyari film” Jawab Oliver sambil menunjuk
deretan kaset yang tersusun rapi pada tempatnya. Prudence mengangguk. Oliver mengajak Prudence
untuk berburu kaset bersama dan Prudence setuju. Berhubung Prudence tadi naik taksi, jadi Oliver bisa
mengantar Prudence dan berlama-lama dengan Prudence.

Di sekolah, kelas Prudence sedang olahraga, sedangkan kelas Oliver sedang tdak ada guru. Oliver
menghampiri Prudence yang sedang beristrahat dan memberinya air mineral. Teman kelas Oliver dan
Prudence bersorak sorai meledek mereka.

“Gimana kemarin filmnya?” Tanya Oliver tdak memperdulikan gurauan teman-temannya.

“Bagus, keren” Jawab Prudence.

“Oliver, lu udah kerjain PR IPS dari Pak Tarso belom?” Tanya teman sekelas Oliver sambil berteriak. Oliver
menggeleng sambil nyengir kuda.

“Yaudah, Den, gue balik dulu ya. Mumpung jam kosong, ngerjain PR dulu” Kata Oliver bamgkit dari
duduknya. Prudence memberikan acungan jari jempol dan berterima kasih untuk airnya.

Tinggal beberapa jam lagi adalah malam Minggu. Oliver mengirim pesan singkat kepada Prudence yang
berisi.
Oliver: Den, ntar malem lu kemana?

Prudence: Di rumah aja, kenapa?

Oliver: Nggak jalan ama pacar?

Prudence: JOMBLO

Oliver: masa sih?

Prudence: Serius

Oliver: Kalo gitu ntar malem jalan, yuk?

Prudence: Ntar cewek lu marah

Oliver: JOMBLO

Prudence: Ok

Malam Minggu pukul 19.15, Oliver menjemput Prudence. Mereka pergi ke kafe kopi. Prudence memesan
Latte Art bergambar wajah beruang dan Oliver memesan Latte Art bergambar love. Mereka duduk
berhadapan dan dibatasi oleh meja.

“Prudence?” Kata Oliver sambil mendekatkan Latte Art-nya kepada Prudence.

“Ya?” Jawab Prudence memperhatkan Latte Art Oliver dan Oliver bergantan.

“Jadi cewek gue ya?”

Anda mungkin juga menyukai