“Sahabat adalah teman yang selalu ada kapanpun, apapun, dan dimana pun.”
Kalimat itu sering terngiang ditelingaku. Itu adalah kalimat yang selalu diucapkan oleh sahabatku. Kami
jarang bertemu karena sekolah kami berbeda. Walaupun kami jarang bertemu, tetapi persahabatan kami
tetap utuh.
“Tut..tut..tut..”Handphone ku berdering. Setelah aku lihat ternyata mika yg menelepon ku. Dialah
sahabatku.
“Hei juga sahabatku ! Kabarku baik. Bagaimana dengan mu ?” Jawabku tak kalah semangat.
“Oo. Sudah dulu ya, aku mau pergi dulu.: Ucapnya sembari mematkan telephone nya.
Ya ! Aku dan mika memang sering telphonan. Tiap weekend kami selalu telephonan. Biasanya kalau
weekend aku selalu ke rumahnya yang jauh dari rumahku untuk mengunjungi grandma dan grandfa. Tapi
untuk kali ini tdak,, karena ayah dan ibuku sedang bertugas keluar kota. Jadi aku tdak Bisa pergi. Oh ya !
Rumah mika bersebelahan dengan rumah grandma.
“Enaknya ngapain ya ? Oh iya, jumat depan kan mika ulang tahun. Jadi hari ini aku ingin mencari sesuatu
yang spesial ah !” Gumamku dalam hat.
Aku pun pergi ke Mall untuk mencari kain flanel, dll. Setelah sampai ke rumah, aku langsung membuka
Internet. Lalu meg-klik search dan mengetk “Karya dari kain flanel.”
“WOW ! Bagus sekali !” Pujiku saat melihat beribu karya dari kain tsb. Semuanya kelihatan indah. Lalu
aku memilih beberapa bentuk yang akan kubuat.
“Selesai.” pikirku senang. Lalu barang-barang tsb aku letakkan disebelah laptop ku. Aku akan ke Mall lagi
untuk mencari hadiah tambahan.
Setelah sampai kerumah, Aku membungkus kado tsb dengan rapi dan tak lupa aku memasukkan kartu
kedalamnya.
“Krinngggg!!!”
Hari senin, selasa, rabu, berlalu dengan normal. Dan malam ini adalah malam jumat. Berart ??? OMG !!!
Mika besok ulang tahun!
“Aku akan begadang malam ini ! Aku ingin menjadi orang yang paaalllliiiing pertama mengucapkan
selamat ulang tahun kepada mikaa.” Gumamku semangat.
Jam 21.00 . .
“Hmm, baru jam 9 nih. Enaknya ngapain ya ? Nonton aja deh. Kan ibu dan ayah gak ada di rumah. Jadi
gak ada yg ngelarang aku buat nonton malam malam. Hahaha.” Ujarku sambil tertawa.
Film malam ini juga lumayan seru. Apalagi ditemani dengan susu dan cookies.
Jam 22.00 . . .
Aku mulai mengantuk, tapi aku harus bisa menahan rasa ngantukku jika aku benar benar ingin menjadi
orang yang pertama kali mengucapkan selamat ulang tahun kepada mikaa.
Aku memandangi TV. Kini hanya ada film acton. Lumayanlah untuk menemaniku malam ini.
Jam 22.30 . . .
Aku mengambil HP ku dan aku pun menelephone ibuku. Handphone nya tdak aktf.Dengan sigap aku
segera menelephone ayahku. Handphone nya juga gak aktf.Buyar semua apa yg ada di otakku.
“Tapi demi sahabat aku harus berani !” Gumamku sambil menggunakan sisa keberanian yang ada.
Jam 11 malam . . .
Masih menonton TV. Tapi dengan acara yang berbeda, yaitu acara dimana seorang peserta di bawa ke
suatu tempat menyeramkan. Dan juga peserta tersebut harus menggunakan keberanian yg ada pada
dirinya. Lalu orang orang tersebut dibiarkan sendirian.
Yap ! Itu adalah acara uji nyali !
Hiiiii, seremm .
Untuk kedua kalinya aku mendengar suara jejak kaki, suara seseorang tertawa, dll. Aku masih merinding.
Tapi apalah dayaku. Jadi aku pun melawan rasa takut yang ada pada diriku. Aku pun mengingat tujuan ku
begadang. Akhirnya rasa keberanianku muncul kembali.
Jam 00.00 . .
“Tit..ttt..ttt..”
“Asalamualaikum
“Tit..ttt..ttt..”
“Wa’alaikum salam wr.wb. Oh ternyata reta yg menelephone ku. Senang sekali rasanya !” Jawabnya
senang.
“Aku menelephone mu karena aku ingin mengucapkan…… Happy Birthday Sahabat ! Semoga panjang
umur dan sehat selalu. Semoga kamu dapat menjadi anak yg berbakt kepada orang tuamu. Dan semoga
semua harapanmu bisa terkabul !”
“Terimakasih reta. Kamu telah memberikan kejutan yg paling spesial di hari ulang tahunku ini. Dan
terimakasih karena kamu rela tdak tdur demi mengucapkan selamat ulang tahun kepada ku. I miss you
reta. ” Ujar mika di sela sela tangisannya.
Keesokan harinya . . .
"Tapi, kalo kamu memaksa, nant kamu bisa diantar Pak Triyo.” Ujar ayah.
“Makasih ya yah, bu.” Balasku sambil mengecup kedua pipi ibu dan dan ayah.
“Iya sayang. Ibu dan ayah pergi ya !” Teriak ayah dan ibu bersamaan sembari keluar.
Aku sampai di Bandung. Saat aku akan menyebrang menuju rumah grandma. Sebuah truk melintas tepat
dibadanku. Aku sudah tak sadar lagi..
Aku terbangun. Aku mendengar sebuah tangisan. Ternyata yg menangis adalah mikaa.
Setelah 3 hari dirawat, aku diperbolehkan keluar dari Rumah Sakit. Tapi aku belum diperbolehkan untuk
bersekolah. Karena ibu dan ayahku masih di luar negeri, aku pun sementara tnggal di rumah grandma.
“Sahabat selamanya apapun yg terjadi, kapanpun, dan dimanapun.” Ucap kami serempak.
[2/12 17.45] +62 831-3582-3816: Fanehi Margareta Z.F
Kelas : XI ipa 3
[2/12 19.37] +62 831-3582-3816: Kriiinggg... Jam pulang sekolah sudah terdengar dan mulai banyak
siswa berhamburan keluar kelas,tampak hana yang sedang berdiri di depan kelas sedang menunggu
seseorang "hey nungguin siapa? " tanya seorang laki laki dari belakang hana. Ya laki laki itu bernama
adriyan, Ia sosok laki laki yang cukup baik menurut hana, mungkin adriyan meyimpan rasa pada hana,
dan apakah mungkin hana juga menyimpan rasa pada adriyan? Mereka mungkin terlihat dekat sepert
seseorang yang saling mencintai. Cukup lama mereka berbincang bincang ternyata tampak Dwi salah
seorang teman perempuan mereka berdua yang dari tadi memperhatkan mereka berbincang. "han aku
pulang dulu ya, kamu mau aku anterin?" tawar adriyan, "apaansih gausah" jawab hana dengan
tersenyum lebar "yaudah sih kalau gak mau, jadi aku pulang sendiri nih goceng angin, kamu tega" sahut
adriyan dengan tawa yang mengiri. "bodo amat".tawa hana pun pecah mendengar kata kata yang keluar
dari mulut adriyan. Setelah adriyan pulang tampak Dwi yang berjalan ke arah hana."eh dwi kamu belum
pulang nungguin siapa?" tanya hana dengan tersenyum dwi tdak menjawab tapi tatapan sinis di
tunjukkan dwi pada hana, hana yang tdak mengert sikap dwi padanya pun bingung dan ia bertanya
tanya pada dirinya sendiri apakah ia punya salah pada dwi? Atau hana pernah membuat sakit hat dwi
dengan ucapannya? Entahlah pertanyaan itu terua terus terngiang di pikiran hana. "em hana ke kantn
yuk" ajak adriyan. Belum sempat hana menjawab pertanyaan adriyan mereka semua dibuat kaget
dengan gerakan bangku dwi, dwi yang terlihat begitu kesal lantas meninggalkan ruang kelas. Ya mereka
bertga sekelas,sekarang mereka menduduki bangku kelas 12 masa puth abu abu. Tatapan sinis dari
seluruh isi kelas tertuju pada hana, ia pun semakin bingung dengan tngkah teman temanya yang semula
baik mendadak jadi sepert itu. Jam pulang sekolah terdengar hana sengaja tdak pulang duluan sepert
biasanya karna ia ingin berbicara dengan apa yang sebenarnya terjadi padanya "dwi tunggu" panggil
hana, dwi menghentkan langkah kakinya dan berbalik menatap hana, " kamu itu sebenarnya kenapa ada
masalah sama aku? " tanya hana. "kamu itu munafik han sok alim kamu itu cuma perempuan murahan,
perempuan yang gak ada bedanya dengan batu sungai sok polos padahal kamu itu busuk.kamu taukan
kalau aku sebenarnya suka adriyan tapi kenapa kamu malah ngedeketn dia dasar munafik murahan!!!!!.
" tanpa sadar air mata mulai keluar dan membasahi pipi hana. Hatnya hancur mendengar penghinaan
dari dwi "kalau kamu suka itu ngomong siapa sih yang tau kalau kamu cuma diam aja" sahut hana
dengan nada terbata bata. "halah jangan sok suci deh han ngakunya orang beragama tapi suka ngrebut
milik orang lain dasar!" tak hent hentnya menghina hana. Hana hanya terdiam dan menangis tanpa
sengaja adriyan mengetahui perbincangan mereka dan langsung memegang tangan hana kemudian
mengusap air mata hana. "eh dwi kalau mau ngomong di pikir duku ya jangan seenaknya sendiri kalau
cara kamu gini malah bikin orang kain ilvil tau gak dasar sampah untung kamu perempuan kalau
nggak...!!". " kalah nggak apa yan apa emang hananya aja yang kecentlan sok sok lemah nangis
perempuan apaan!! " tegas dwi "cukup ya cukup" ucap hana dengan nada gemetar "aku bakal jauhin
adriyan kok kalau emang itu bikin kamu bahagia". " han nggak bisa gitu dong kalau begitu kamu terima
semua hinaan dia han". Sahut adriyan. "adriyan kenapa kamu belain dia sih perempuan kayak gitu aja
murahan" ucap dwi dengan nada kasar.
Hari demi hari berlalu setelah kejadian itu hana terus memikirkan perkataan dwi dan sesekali air
matanya jatu mulai tmbul perasaan benci pada dwi ia berfikir apa yang di katakan oleh dwi hinaan-
hinaan yang di lontarkan padanya itu sungguh keterlaluan dan sekarang hubungannya dengan adriyan
menjadi renggang.mulai saat itu hana tdak mau lagi dengan segala urusan yang berkaitan dengan dwi
dan adriyan dan ia membenci dwi bahkan dalam situasi gentng pun ia tak segan berbicara dengan dwi.
ternyata ucapan dwi menimbulkan luka mendalam bagi hana.
[2/12 22.40] +62 831-3582-3816: Pagi yang cerah. Sinar matahari mulai
"Risaaa.
"Apa?1
pukul ujuh.
"Assalamualaikum."
"Waalalkumsalam."
dipandangan pertama.
Dukk
"LO gapapa?"
lo."
sekolah.
Takut.."
tumben."
"Anak osis?"
pun dimulai.
orang lain.
"Beres deh."
Kak Raka.
tanya Sasa
sambel hehe."
sekolah berbunyi.
Kringggg
la?"
promo."
Lo gimana?"
deh."
"Oh gitu. Gue temenin ya."
"Boleh kak."
Raka.
sampai ia terlelap.
adalah Mela.
menghampiri Mela.
"Oke deh."
"Gimana kak?"
nama lo siapa?"
"Risa kak."
"Kelas X apa?"
Risa.
Sasa
ditunggu. Bye."
bersama.
"Tentang kita?"
pandangan pertama."
"Maksud kakak?
"RISA...."
kelas saya."
mengatakan
"Yes I will."
~THE END ~
Prudence berjalan di koridor sekolah menuju kantn. Hari ini rasanya ia ingin menikmat secangkir kopi
yang akan menjernihkan pikirannya.
“Yah, kopinya cuma ada satu. Abi lupa beli semalem” Kata Abi menunjukan satu saset kopi.
“Yaudah buat dia aja, Bi” Kata si pria lalu pergi dan duduk di salah satu meja yang kosong. Prudence
memperhatkan pria itu. Pria itu terlihat mengantuk.
“Kopinya jadi nggak?” Kata Abi membuyarkan lamunan Prudence. Prudence mengangguk. Abi
membuatkan kopi untuk Prudence dan kopi siap untuk diminum.
“Bi, pinjem gelas satu, Bi. Saya mau bagi dua kopinya, buat dia” Kata Prudence sambil menunjuk pria tadi
yang sedang duduk sambil menyembunyikan wajahnya di balik kedua telapak tangannya. Abi
memberikan gelas dan Prudence membaginya. Prudence menghampiri pria itu, tapi pria itu tdak
menyadari kedatangannya. Prudence menarik kursi yang ada di depan pria itu dan mendudukinnya.
“Hey” Sapa Prudence yang membuat pria itu mengeluarkan wajahnya dari tempat persembunyiannya.
Pria itu tersenyum, Prudence memberikan gelas berisi setengah kopi kepadanya.
“Apa ini? Kopi?” Tanya pria tersebut.
“Yaa, semalem gue terlalu asik nonton film sampe gue lupa kalo hari ini gue harus sekolah”
“Thanks ya. Oh iya, gue Oliver, kelas 11” Kata pria yang telah diketahui Prudence namanya Oliver.
“Lu kelas juga kelas 11 kog gak pernah lihat” Kata Oliver, Prudence tertawa kecil.
“Btw, ini yakin buat gue?” Tanya Oliver sambil mengangkat gelas berisi kopi yang diberikan Prudence,
Prudence hanya mengangguk.
“Kok lu bisa di luar?” Tanya Prudence. Ini bukan jam istrahat atau jam pulang sekolah.
“Pertanyaan yang sama” Bukannya menjawab, Oliver malah memberi pertanyaan lagi. Prudence
tersenyum menunjukan deretan giginya. “Ok. Karena lu yang nanya duluan, jadi gue jawab duluan. Gue
dikeluarin gara-gara tdur di kelas, sekarang gue lagi pelajaran bahasa Inggris, Miss Ajeng” Jawab Oliver.
“Ok, kalo gue lagi pelajaran Pak Budi, matematka, Pak Budinya nggak dateng” Jawab Prudence.
“Maybe” Jawab Prudence. Mereka mengobrol hingga terdengar bel pergantan jam mata pelajaran.
Oliver merasa sudah tdak terlalu mengantuk dan Prudence juga merasa lebih baik dari sebelumnya.
“Sampai ketemu lagi” Kata Prudence sambil bangkit dari kursinya dan pergi setelah Olivee memberi
anggukan.
“Nice girl. Peudence” Ucap Oliver. Oliver mengeluarkan hpnya dan mencaritahu lebih banyak tentang
Prudence. Ada rasa yang aneh saat dirinya berbincang dengan Prudence tadi.
“Prudence Elnora Clarita, nama yang cantk, sesuai ama orangnya, biasanya yang cantk cocoknya ama
yang ganteng kayak gue gini sih. Oliver Gideon Putra dan Prudene Elnora Clarita. Beh, cocok abis” Oliver
bicara sendiri dengan suara pelan sambil senyum-senyum.
Pulang sekolah, Oliver melihat Prudence di halte tempat orang-orang menunggu angkutan umum.
Segera Oliver menghampiri Prudence dengan motor CBR-nya.
“Good. Rumah lu di mana?” Tanya Oliver sesaat setelah Prudence menaiki motor Oliver.
“Lu tnggal di apart?” Tanya Oliver. Prudence hanya bergumam. Oliver menjalankan motornya menuju
tempat tnggal Prudence. Setelah sampai ke tujuan, Prudence turun dari motor Oliver dan mengobrol
sebentar lalu berpamitan. Oliver memanggil Prudence yang menyebabkan Prudence menghampiri Oliver
kembali.
“Minta nomor telpon lu boleh nggak?” Tanya Oliver. Tanpa basa-basi, Prudence mengeluarkan hp-nya
dan memberikan nomor telponnya.
Di sekolah, Oliver sudah menunggu Prudence di depan kelasnya. Dari kejauhan, Oliver melihat sosok
yang dicarinya, segera ia berlari menghampriri Prudence. Mereka jalan berdua sampai ke kelas
Prudence. Beberapa pasang mata memperhatkan mereka dan berbisik dengan temannya. Tapi Oliver
dan Prudence don’t care dengan hal itu.
Jam istrahat, Prudence menghampiri Oliver yang sedang duduk bersama kawannya sambil bercanda.
Saat mata Oliver menangkap sosok Prudence, ia berhent bercanda dan bangkit dari duduknya lalu
menghampiri Prudence. Mereka sudah berjanji untuk istrahat bersama. Semakin banyak mata yang
memperhatkan mereka. Mereka mengira kalau Oliver dan Prudence adalah sepasang kekasih baru.
“Mau makan apa?” Tanya Oliver setelah mereka duduk berdua di salah satu meja di kantn.
“Bakso mau?”
“Boleh”
[2/12 22.43] +62 831-3582-3816: Oliver pergi membeli bakso dan kembali dengan membawa nampan
berisi dua mangkuk bakso dan dua gelas es teh. Mereka makan sambil berbincang dan sedikit bercanda.
Prudence bersikokoh untuk membayar apa yang sudah mereka makan, tapi Oliver juga bersikokoh
menolak ucapan Prudence.
“Kan lu udah antre dan hidangin ini buat gue, jadi biarin gue yang bayar” Kata Prudence dangan nada
memohon kepada Oliver.
“Kagak. Kan kemarin lu udah bagi kopi lu ke gue, jadi biar kali ini gue yang traktr lu” Kata Oliver
membantah perkataan Prudence.
“Tapi kemarin gue nggak traktr lu, gue cuma ngebagi apa yang gue punya ke lu” Kata Prudence memelas.
“Bodo, pokoknya kalo lu bayar, jangan harap gue mau kenal lagi sama lu” Kata Oliver.
“Dih gitu, mainnya anceman, ya udahlah” Akhirnya Prudence menyerah karena merasa dapat ancaman
dari sang kakak kelas, Oliver.
“Nah gitu dong, itu baru adik kelas yang baik” Kata Oliver “sekaligus calon pacar yang baik” Lanjutnya
berbisik hingga Prudence tdak bisa mendengarnya.
Bel masuk pun berbunyi, Oliver mengantar Prudence ke kelasnya. Banyak siswa-siswi kelas 11 yang
memperhatkan mereka. Kayla, teman sebangku Prudence menghampiri Prudence.
“Bodo, pokoknya lu harus traktr gue” Kata Kayla pura-pura marah. Prudence hanya mengiyakan ucapan
Kayla supaya temannya itu tdak terus mengganggunya.
Pulang sekolah, Prudence membelikan Kayla mi ayam dan jus jeruk sesuai permintaan Kayla. Kayla terus
menggodanya, lelah rasanya Prudence menjelaskan kapada Kayla kalau mereka tdak berpacaran. Bagi
Prudence, Kayla memang masih sepert anak-anak, tapi biar bagaimanapun, Kayla tetaplah temannya
yang terbaik.
“Kok lu nggak makan, Den?” Tanya Kayla sambil mengunyah baksonya dan dijawab gelengan kepala oleh
Prudence.
“Lu mau makan apa lagi? Duit gue masih banyak nih, maaf maaf aja nih” Kata Prudence sambil
mengeluarkan uangnya dari kantong dan juga tasnya lalu menaruhnya di meja.
“Wih, boleh minta lagi dong gue” Ucap Kayla sambil mencondongkan tubuhnya ke Prudence.
“Silakan, Babe” Jawab Prudence sambil mencubit pipi gembul Kayla. Kayla yang doyan makan pun
memesan satu mangkuk bakso lagi untuk dirinya. Prudence hanya tersenyum melihat kelakuan
kawannya itu. Selama Kayla makan, Prudence memainkan ponselnya dan sesekali membalas pesan dari
Oliver.
“Cie, lagi chat-tan sama senpai, ya?” Kata Kayla meledek Prudence sembari mencolek dagu Prudence.
Prudence menyangkalnya dengan menunjukan ponselnya yang sedang menampilkan aplikasi permainan.
Selesai Prudence meneraktr Kayla, mereka berdua pulang naik angkot. Kayla mampir sebentar ke rumah
Prudence untuk menonton film. Setelah itu, Prudence mengantar Kayla pulang sekalian mampir ke toko
kaset. Di toko kaset, secara kebetulan Prudence berpapasan dengan Oliver.
“Prudence?”
“Kan lu sendiri yang bilang gue maniak film, nah di sini gue lagi nyari film” Jawab Oliver sambil menunjuk
deretan kaset yang tersusun rapi pada tempatnya. Prudence mengangguk. Oliver mengajak Prudence
untuk berburu kaset bersama dan Prudence setuju. Berhubung Prudence tadi naik taksi, jadi Oliver bisa
mengantar Prudence dan berlama-lama dengan Prudence.
Di sekolah, kelas Prudence sedang olahraga, sedangkan kelas Oliver sedang tdak ada guru. Oliver
menghampiri Prudence yang sedang beristrahat dan memberinya air mineral. Teman kelas Oliver dan
Prudence bersorak sorai meledek mereka.
“Oliver, lu udah kerjain PR IPS dari Pak Tarso belom?” Tanya teman sekelas Oliver sambil berteriak. Oliver
menggeleng sambil nyengir kuda.
“Yaudah, Den, gue balik dulu ya. Mumpung jam kosong, ngerjain PR dulu” Kata Oliver bamgkit dari
duduknya. Prudence memberikan acungan jari jempol dan berterima kasih untuk airnya.
Tinggal beberapa jam lagi adalah malam Minggu. Oliver mengirim pesan singkat kepada Prudence yang
berisi.
Oliver: Den, ntar malem lu kemana?
Prudence: JOMBLO
Prudence: Serius
Oliver: JOMBLO
Prudence: Ok
Malam Minggu pukul 19.15, Oliver menjemput Prudence. Mereka pergi ke kafe kopi. Prudence memesan
Latte Art bergambar wajah beruang dan Oliver memesan Latte Art bergambar love. Mereka duduk
berhadapan dan dibatasi oleh meja.
“Ya?” Jawab Prudence memperhatkan Latte Art Oliver dan Oliver bergantan.