Pagi ini adalah Pagi yang cerah, langit biru dengan awan tebal. Di bawah mentari yang
bersinar terang tepatnya di pantai, warga berkumpul untuk menyaksikan pertandingan balap
ketinting. Penonton merasa gembira dan terhibur, tetapi tidak untuk remaja yang sedang duduk
termenung di tepi pantai. Anak itu menunduk, butiran air mata mulai menetes membasahi pipi
yang kini terlihat merah menyala dibawah pantulan sinar matahari.
Nampaknya anak itu sedih karena dua hari yang lalu dia telah kehilangan sosok ayah
yang sangat dia sayangi. Panggil saja anak itu samsir .
Dia lahir dari keluarga yang bisa dikatakan sederhana. Samsir mempunyai dua adik yang
bernama Tari dan Sari. Tari saat ini baru memasuki kelas 2 SD dan Sari baru memasuki TK. Saat
itu Samsir bingung, bagaimana cara dia untuk melewati beban itu, tetapi Samsir masih tetap
sabar dalam menghadapi itu.
Samsir memang anak yang sabar, saat samsir akan berdiri untuk menyaksikan Balap
ketinting, dia dipanggil oleh seseorang. Ternyata itu adalah Pak Arfan, dia terlihat sangat
terburu-buru.
Lalu Samsir berlari menuju rumahnya. Samsir sangat syok dengan perkataan Pak Arfan
tadi, dia takut ibunya kenapa-napa, di sepanjang jalan Samsir hanya memikirkan ibunya. Setelah
berjalan cukup jauh akhirnya Samsir sampai di rumahnya dan disusul oleh Pak Arfan.
Samsir bergegas pergi ke kamar untuk melihat keadaan ibunya. Samsir membelai rambut
ibunya. Di kamar ibu ternyata telah ada ibu Nita istrinya pak Arfan. Sambil melihat keadaan
ibunya yang terbaring lemah, sambil menangis .
“Sudah Samsir, jangan menangis lagi!” hibur bu Nita.
“Baiklah, Bu!”
Samsir langsung bergegas untuk ke kamar, lalu dia merebahkan tubuhnya di ranjang
kusut miliknya. Di saat dia akan menutup matanya dia teringat pada ibunya lagi. Samsir
terbangun, lalu duduk di samping ibunya.
Samsir sangat ingin membawa ibunya ke dokter tapi di desanya tidak ada rumah sakit?
Saat Jono melihat jam ternyata waktu telah menunjukkan pukul 12.00. Samsir bergegas tidur
menghilangkan lelah. Tak terasa hari beranjak sore dan waktu telah menunjukkan pukul 06.15.
Samsir bergegas mandi lalu segera berangkat ke mesjid. Tetapi sebelum berangkat, Samsir
berpamitan kepada ibunya. “Buu, Samsir pergi Sholat dulu yah!” kata Samsir sambil
memberikan secangkir Air hangat untuk ibunya
“Baik bu!”
Samsir bergegas berangkat ke mesjid bersama kedua sahabatnya Dandi dan Ari. Mereka adalah
sahabat dari kecil yang tidak terpisahkan. sesampainya mereka di mesjid, mereka langsung
menuju ke tempat pengambilan wudhu. Tak terasa Adzan pun dikumandangkan. Pada akhirnya
sholat maghrib pun selesai, dan orang-orang menuju rumah masing masing begitu juga dengan
Samsir, Dandi, dan Ari.
Saat mereka sampai di tengah perjalanan, Pak Arfan tetangga Samsir menghampiri mereka
bertiga .
“Ayo sini, kalian duduk sebentar saja bapak traktir minum es cendol buatan ibu Nita,” kata Pak
Arfan sambal menyodorkan es cendol untuk mereka. Usai minum es cendol, mereka pun
mengucapkan terima kasih untuk pak Arfan. Dan Kembali ke rumah masing-masing.
Kamu harus kuat yah mengahadapi cobaan ini. walaupun bapak tidak ada lagi, tapi ibu akan
tetap menemani kalian bertiga! Kata ibu Samsir
“ iya ibu, Samsir akan menjaga Tari dan Sari sebagai pengganti bapak. Jawab Samsir.
Namaku Fandi, aku tinggal di Ternate seorang diri sebagai seorang perantau. Ibu dan
ayahku berada di kampung. Aku tak mempunyai satu pun saudara di kota ini.
Pagi ini hujan deras membasahi kota Ternate. Aku berteduh di warung dekat pinggiran
jalan dan memesan segelas kopi untuk menghangatkan tubuhku.
Baju yang dikenakan dia sudah tak layak pakai lagi. Wajahnya sungguh kusam. Tiba-tiba
ibu pemilik warung itu datang membawakan kopi pesananku. Membuat khayalanku hilang
sekejap.
Segera kuminum kopi yang aku pesan, dan kuambil gorengan yang berada di depanku,
sembari aku melihat anak itu. Sesekali anak itu Kembali melihatku. Anak itu terlihat sangat lesu
dan kelaparan. Kuminum habis kopi ku lalu kubayar. Aku mencoba menghampiri anak itu. Anak
itu menawarkan hal yang sama padaku.
Hujan semakin deras tiada henti dibarengi angin yang bertiup kencang. Kilat dan suara
gemuruh guntur pun tak mau kalah. Kuajak anak itu berteduh di warung tadi. Anak itu
mengiyakan ajakanku. Sesampainya di warung aku memesan minum dan nasi ayam. Aku
bertanya pada anak itu.
“Siapa namamu?”
Ibu pemilik warung itu kembali datang membawa pesanan keduaku. Aku menyuruh anak
itu untuk makan.
Anak itu tidak memakannya. Tetapi ia meminta pada Ibu penjual nasi itu untuk
membungkusnya.“Bu, aku dirumah mempunyai adik dan ibu,” kata Rehan sambil menatapku
sejenak, lalu melihat pada Si Penjual.
Si Penjual itu tersenyum lebar sambil menetesan air mata dan melakukan apa yang
diinginkan Rehan.
Aku tak sepenuhnya paham dengan apa yang dilakukan Rehan. Aku menatapnya sambil
menyuruhnya:“Kau bisa memakan itu dan membawanya satu lagi untuk adik dan ibumu
dirumah. Nanti aku yang membayarnya.”
Rehan menatapku dengan mata yang berbinar. “Tapi saya sudah sangat berterima kasih
dengan traktiran sebungkus saja. Saya tidak berharap terlalu banyak dari belas kasihan orang.
Kata rehan”
Aku terdiam saat mendengar jawaban Rehan. Akan tetapi mau tak mau aku tak bisa
berhenti menatapnya begitu saja. Malahan aku menolak keinginannya tersebut. Tak lama
kemudian kami bertatapan lagi sangat lama, lalu Rehan pamit kepadaku dengan sangat sopan
sembari mencium tanganku.
handphoneku menunjukkan jam 3 sore. Aku segera pulang ke kosan. Seperti biasa aku di
kosan hanya seorang diri. Kuambil handuk dan segera mandi. Jam berlalu sangat cepat. Aku
menuju kamar untuk tidur. Aku merebahkan tubuhku ke kasur dan terus memikirkan apa yang di
maksud Rehan. Apa hari ini aku hanya bermimpi.
GADIS MANIS DARI BOGOR
Anisa, itu namanya gadis bogor yang kutemukan di aplikasi Litcmacth. Senyum manis
berlapisi ginsul penuh ceria. Orangnya perhatian juga humoris hingga banyak disukai semua
orang. Dia Anisa Aku menyukainya tapi malu untuk mengungkapkannya.”
“Apa yang kamu tulis Fandi?” tiba-tiba gugun menepuk pundakku. Membuatku tersipu malu
“Tak ada, sudah sana jangan ganggu konsentrasiku untuk menulis.” Ucapku sambil
menyuruhnya pergi.
“Dasar bangke, aku memang tak bisa menyembunyikan apapun dari sepupuku ini.” gugup
hatiku.
Semua tengah asik bermain Game. Termasuk opan dan gilang. Tapi Gugun sedari tadi
melihat ke arahku dengan tatapan yang yang penuh curiga.
Aku tak perduli. Anisa memang gadis yang manis dan pintar, hampir semua orang ingin
memilikinya, termasuk opan dan gilang. bibirnya yang manis selalu membuat mereka mati gaya
tanpa berkutik. Sedang aku, aku hanya menganguminya dari layar handphone.
Aku selalu bertanya sendiri dalam hati, kapan yah aku bisa menyatakan rasa suka di hati
ini padanya. “Anisa! Sini.” Panggil ibunya.
Suatu malam Tanpa sengaja kami saling bertatapan. Pikiranku seperti melayang jauh
menuju impian. Kata-kata yang ku ucap mengalir bagai air di taman surga. Ya Allah, kami
saling bertatap mesra.
Tapi itu nanti, aku akan membuatmu lebih nyaman lagi Anisa, setelah aku sukses dalam
pendidikanku, dan akan kupastikan. Engkau akan jadi milikku. Kita berdoa dulu aja ya Anisa.
“Ah, nggak apa-apa kok, aku hanya melihat seorang bidadari dibalik layar handponeku.”
gombalku.
ia lalu tersenyum dan wajahnya memerah, malu. Tapi aku menyukainya gadis berginsul dari
bogor.
Namaku Fandi, remaja dari desa pas-ipa yang merantau di negeri orang untuk untuk
selembar kertas Ijazah. Keseharianku aku habiskan dengan bermain game online, bahkan aku
selalu cuek dengan keadaan sekitarku. Sampai-sampai aku dimarahi oleh dosenku, sebut saja
kaka ula, sapaan akrab aku pada dosen muda itu.
“Kamu ini kerjanya hanya main game online terus, mau jadi apa kamu nanti. Marah dosen itu
padaku”
“ dengan suara yang lantang aku pun menjawab!, mau jadi gamers pak. Ujarku pada kaka ula”
“Emang jadi mahasiswa itu seperti apa. Kembali aku bertanya pada kaka ula”
“Mahasiswa itu orang selalu berpikir kritis dan tidak diam Ketika orang lain ditindas. Jawab
kaka ula padaku”
Seketika aku pun terdiam seribu kata tanpa makna sembari memikirkan apa yang di
sampaikan kaka ula untukku.
Hari pun berlalu, kini aku sudah mendekati UAS (Ujian Akhir Semester) untuk mata
kuliah pembelajaran puisi yang di ampuh oleh kaka ula. Untuk memenuhi tugas UAS, aku dan
teman-teman disuruh menulis 20 puisi dalam waktu 5 hari.
Bagiku 5 hari tidak cukup untuk menuliskan 20 puisi, sedangkan aku tidak pernah
membaca, tidak mungkin aku bisa menulis 20 puisi itu. Karena kaka ula juga pernah katakan
padaku dan teman-teman sekelasku, bahwa dengan membaca kita memiliki banyak
perbendaharaan kata, dan itu mempermudah kita untuk membuat puisi. Sedangkan aku
sebaliknya.
Tapi karena UAS adalah penentu bagiku untuk lulus mata kuliah itu, aku pun berpikir
untuk membuat satu puisi dengan judul MAHASISWA. Dengan susah payah berpikir dan
mengguras tenaga aku pun berhasil menyelesaikan puisi pertamaku.
“Mahasiswa….
Harapannya selangit tapi tak mampu bersuara.! Kutipan bait pertama dari puisiku”
kutipan bait pertama dari puisiku membuat aku ragu dan berpikir untuk menghapusnya,
karena puisi yang aku tulis tidak sesuai dengan realitas kehidupan yang aku jalani sebagai
mahasiswa. Dari puisiku aku belajar, ternyata jadi mahasiswa itu tidak sekedar kampus, Kasur,
dan kampung.
Hari-hari berikutnya aku pun mulai belajar dan tidak bermain game online lagi, agar
sukses dan berguna untuk orang lain. Karena aku teringat motivasi yang di sampaikan kaka ula
untukku.
ORANG YANG SUKSES, BUKANLAH ORANG YANG MEMILIKI BANYAK UANG, TAPI
BAGAIMANA DIA BISA BERGUNA UNTUK ORANG LAIN. ITULAH YANG DIKATAKAN
SUKSES.
“ipul tau gak cewek aku itu cantik banget” kata dani
“kalau aku biar pun kurang cantik tapi kaya lho”sahut ipul
“hello jadi kita gak dianggap nih?”tanya iki
aku hanya diam saja
“emang kenapa sih iki?, coment aja, bilang aja kamu sirik”kata ipul
“oh ya?, dani!, pacar kamu itu yang keberapa?”
Setelah kejadian itu hubungan kami semakin renggang, biasanya kami menyantap makan
siang bersama kini hanya kita aku dan iki, sedangkan ipul dan dani makan siang dengan cewek
mereka
Hingga pada suatu hari ipul diduakan oleh ceweknya, dan dia minta tolong kami
iki hanya diam dan meninggalkan kami begitu saja
Akupun menjelaskan alasan kenapa iki tidak menjawabnya
“ipul asal kamu tau kenapa iki tidak menjawab permintaan kamu, kamu telah menyakiti aku dan
iki, aku saranin kamu harus minta maaf dengan iki.
Setelah kejadian itu kami semakin dekat, kami pun mulai akrab lagi dan bercanda seperti
biasanya.
“iki maafkan aku yah!, aku salah telah mengingkari janji kita untuk menjadi sahabat
selamanya”kata dani
“iya dani!, aku udah maafin kok”kata iki
kamipun berpegang tangan dan saling bersumpah untuk menjadi sahabat selamanya
“Kami berjanji untuk menjadi sahabat untuk selama-lamanya”kata kami bersamaan, tiba-tiba
tawa kami meledak bersamaan.