Malam itu aku melihat ibu menangis dikamar. Air mata membuat
kecantikannya sedikit memudar. Meski keriput merayapi beberapa
bagian kulitnya, tapi bagiku ibu tetap perempuan tercantik di dunia.
“Ada apa ini?” gumamku. Pemandangan yang sangat jarang kulihat
karena ibu adalah sosok wanita kuat dan ceria bahkan tiada hari
tanpa canda tawanya. Aku memberanikan diri untuk menghampiri
ibu. “Ibu.. kenapa menangis? Baru kali ini aku melihat tangisanmu”.
Ibu menoleh dan langsung memelukku. Tidak lama, adik kecilku
yang berumur 2 tahun pun ikut menangis. Beberapa hari ini ibu
hanya tidur bersama adik karena ayah sedang keluar kota. Tidak
biasanya ayah pergi keluar kota lebih dari satu bulan. Apa mungkin
ibu membohongiku? Sambil terus memeluk ibu, aku bertanya lagi
“Ada apa sebenarnya bu?” Lalu ibu menjawab, “Ayahmu menikah
lagi, nak..” Sontak aku pun terkejut mengetahui kabar itu. Rasanya
bagai disambar petir dan tanpa sadar air mataku pun ikut menetes.
Ibu adalah perempuan yang sempurna dan baik hatinya, apa
kekurangan ibu sampai ayah harus menikah lagi? Pertanyaan-
pertanyaan itu terus memenuhi pikiranku. “Tidurlah nak.. ini sudah
malam. Tidak baik tidur terlalu larut.” Aku pun mengangguk
mengiyakan perintah ibu.
Hari ini adalah hari ulang tahun adik kecilku yang ke-3 pada
tanggal 10 September, kami merayakannya hanya bertiga di rumah.
Kulihat ibu sudah membelikan kue berbentuk Love yang dilapisi
dengan cokelat dengan banyak buah Strawberry dan angka 3 di
atasnya. Tapi hari ini terasa ada yang kurang tanpa kehadiran ayah.
Ibu terlihat ceria di depan kami tapi aku tahu hatinya pasti sakit
ketika adik bertanya dimana ayah. Keadaan ini membuatku sangat
marah.
Aku tidak tenang akhir-akhir ini, tidur pun sulit. Besok pagi aku
akan pergi ke kantor polisi. Pagi pun tiba, hari ini tanggal 15
September. Aku bergegas ke Polsek mengendarai sepeda dan
sesampainya disana langsung kutemui bapak berseragam cokelat.
“Pak.. saya lah pelaku pembunuhan ibu tiri saya dan saya siap
mempertanggung jawabkannya.” Itulah kata-kata yang kusampaikan
kepada polisi atas perbuatanku 4 hari silam. Ya.. aku mengakuinya
karena telah melakukan perbuatan keji tanpa kusadari. Entah apa
yang merasuki jiwaku waktu itu, aku benar-benar tidak ingat. Mata ini
seperti buta karena naik pitam. “Ya Tuhan.. ampuni perbuatan
hamba, berikanlah hamba kesempatan kedua” doaku dalam hati.
Tak henti-hentinya aku memohon ampun kepada Tuhan.