Matahari belum menampakkan kilauan cahayanya. Padahal sekarang sudah menunjukkan pukul
setengah lima, subuh. Banyak warga yang banyak melakukan aktivitas subuh ini. Dari yang
berjualan sayur di pasar dekat kampung juga pembeli yang semakin kemeruyup karena mereka
percaya bahwa jika membeli sayur di pasar pada subuh-subuh akan mendapatkan harga murah.
Tak begitu dengan pria tambun berpakaian kombor-kombor itu, ia hanya berdiam diri di sudut
pasar sambil cegukan. Wajahnya musam dan aroma alkohol tercium dari badannya. Pria itu
tengah mabuk. Orang-orang acuh pada pria itu, tak berani mengusirnya. Haha! Enak ya punya
uang banyak? apa-apa semuanya serba bisa! Celotehnya dengan membawa botol di tangan
kirinya. Ia menumpahkan isi botol pada mulutnya, tak ada air setetes pun menandakan botol itu
kosong.
Hingga ada seorang berpakaian baju koko berpeci menghampiri pria mabuk itu. Mas, pulang
gih. Hari sudah mulai pagi, Pria berpeci itu menepuk pundak pria mabuk. Tak salah lagi, pria
berpeci itu Haji Asrafi. Sedangkan pria mabuk tadi tetangga Pak Haji Asrafi, namanya Pak
Wadli.
Ahh!! ganggu saja!! uang saya banyak pak! saya paling kaya di dunia!!! Wadli semakin
meracau lalu ia meludah, Haji Asrafi menggeleng pelan. Mas, sadar. Seharusnya anda tau jika
anda sudah bangkrut karena ulah anda sendiri. Assalamualaikum.. Haji Asrafi pun
meninggalkannya, menuju rumahnya.
Tiba-tiba seorang nenek tua menghampiri dari arah barat, pakaiannya lusuh dan sambil
menangis.
Assalamualaikum.. apa ibu hiks tau di mana keberadaan hiks Wadli? Di mana rumahnya?
Nenek itu bertanya ke Bu Terim sambil sesegukan. Eh, waalaikum salam. Maaf, ibu ini siapa?
Jawab Bu Terim sambil membuatkan jahe hangat untuk nenek tersebut. S-saya ibunya! tolong
beritahu saya di mana Wadli anak saya? Mulut nenek itu sedikit bergetar, wajahnya terlihat
sangat khawatir. Ibu-ibu yang sedari tadi bergosip terdiam melihat nenek itu. Dan kembali
berbisik-bisik sambil melirik nenek tersebut. Bu, ini diminum jahe hangatnya, nanti saya akan
beri tau ibu.. Bu Terim menenangkan nenek itu, Apa benar yang dikatakan ibu-ibu ini tentang
Wadli?? Nenek itu semakin menangis. Ibu-ibu bergosip tadi terdiam, dan pulang satu persatu.
Tidak bu, nanti ibu akan tau sendiri.. Senyum Bu Terim untuk menghibur hati nenek itu.
Tepat pukul delapan pagi, Bu Terim mengantarkan nenek itu ke pasar, utamanya di sudut pasar.
Wadli masih di sana, memejamkan kedua matanya sambil terus meracau. Nenek itu tersenyum
lebar.
Wadli menceritakan semuanya, semua tentang apa yang terjadi pada dirinya. Ia benar-benar
menyesal detik ini, ia mengaku ini semua adalah salahnya. Semua berawal dari Wadli yang
meninggalkan ibunya sendirian di rumah butut dan tak merawat ibunya. Wadli yang korupsi,
menggunakan nark*ba, dan berzina. Wadli yang penuh dengan dosa, Wadli yang benar-benar
dibenci Allah. Pelukan dan kasih sayang ibunya menjadikannya seorang hamba Allah yang akan
kembali ke jalan yang benar. Mulai saat itu Wadli berubah. Ia kembali ke rumah ibunya, ia
bertaubat nasuha. Hingga suatu hari ia mendapatkan pekerjaan yang layak dan mendapat
pendamping hidup.
Memang, Ibu itu takkan pernah berhenti mencintai anaknya. Kasih sayangnya masih akan tetap
ada kapanpun.
Aku Dan Manusia
Siapa yang tak mengenal aku? Tak ada!. Siapa yang tak pernah bermain denganku? Tak
ada!. Aku diciptakan berdampingan dengan manusia. Kadang aku iri dengan mereka yang
terbiasa berjalan tanpa tempat. Mungkin, Aku juga seperti mereka. Kadang berjalan dengan
tenang, kadang pula berjalan dengan sedikit kencang bahkan hingga menghanyutkan.
Aku diciptakan untuk mereka. Aku benci pada mereka yang mempermainkanku. Membuang aku
begitu tak dibutuhkan. Jika aku telah tiada, mereka mencariku. Berharap aku datang membantu.
Saat aku berbaik hati, mereka meracuniku dengan sampah-sampah, dengan limbah yang
membuat tubuhku berubah warna hingga mengeluarkan bau busuk. Mereka makhluk keji yang
merugikan dirinya sendiri. Mereka adalah Manusia.
Aku tak pernah menyesal mengapa kita diciptakan untuk saling membutuhkan. Tak adakah yang
berterimakasih padaku? Dalam keheningan langkahku. Suara-suara manusia mulai terdengar.
Mereka mendekatiku seraya berkata Wah airnya jernih ya. Kita mandi saja di sungai ini. Ah
aku tak mau, kamu lihat saja di sana pasti banyak warga kampung yang membuang sampahnya
ke sungai. Ah iya yah sayang sekali, padahal air di sungai ini jernih. Hei kamu, jangan
membuang sampah di sana. Ah tidak apa, mereka juga sering mengotori sungai ini. Air pun
pasti takkan marah, lihat saja! Mereka tetap mengalir dengan tenang. Seketika aku mulai
berpikir. Aku terlalu baik terhadap mereka. Seakan mempunyai kekuatan yang dahsyat. Aku
mulai melangkah lebih cepat. Mengalir dengan deras. Menghanyutkan manusia-manusia itu.
Manusia yang tak menghargai keberadaanku.
Saatku lihat manusia-manusia itu mulai menyerah. Menerima takdir yang membawanya. Aku
mulai merasakan kesakitan mereka, aku sedikit berpikir. Apa aku pantas menghukum mereka
dengan cara seperti ini? maka aku sama saja dengan mereka. Aku mulai melangkah perlahan.
Menggotong mereka ke tepian. Alangkah indahnya jika aku berjalan dengan tenang. Tanpa ada
gejolak kebencian. Mereka bilang aku adalah penyejuk raga. Aku tak pernah berpikir ingin hidup
di antara mereka, membagi keuntungan dan menyia-nyiakan hidupku. Aku tak boleh terus
mengeluh, tuhan menjanjikan surga untukku. Aku akan berada di sana beserta manusia-manusia
yang baik. Mereka akan memperlakukanku dengan bijaksana. Tak akan ada lagi manusia yang
seperti mereka yang tak pernah mendengar jeritanku, kesakitanku dan semua yang mereka
ketahui hanya kesenangan. Mereka tak pernah memikirkan dampak dari perbuatan mereka, saat
aku marah. Mereka baru menyerah. Meminta ampun pada tuhan dan berjanji takkan mengulang.
Tetap saja! aku yang merasakan dampaknya, berharap mati dan tak melihat mereka lagi.
Guru..
Diam-diam aku memperhatikanmu
Ku lihat serius dalam anganmu
Memberi ajaran benarmu
Guru..
Aku belajar darimu
Yang belum pernah kau ajarkan padaku
Yaitu satu semangat darimu
Bahwa benar ilmu cerahkan kegelapanku
Guru..
Aku mengidolakanmu
Dari jasa tanpa pamrihmu..
Terima kasih Guru..
BUKU
Oleh Erni Ristyanti
Buku ...
Kau adalah sumber ilmu
Dimana aku belajar dan membaca
Dari aku tak tahu sampai tahu
Buku ...
Kau adalah jendela ilmu
Jendela menuju kehidupan yang lebih sukses
Menuju kehidupan yang lebih indah
Terimakasih buku
Engkau temaniku
Dari kecil hingga besar
Tuk menggapai cita-citaku
GURUKU PAHLAWANKU
Oleh Cindy Agustin