menghiasi malam, sementara kedua orang tuaku tersenyum senang. Aku mengajak
kekasihku menaiki tangga untuk mengenalkan pada orang yang mengajarkanku
banyak hal. Khususnya arti bersyukur.Kami menapaki jalan tangga dan melirik
sekeliling dan mencari namun sosok itu hilang tak berbekas? Kami turun dan kami
pergi ke mall bersama orang tua dan adik ku untuk merayakan ulang tahunku.
Walaupun tetap aku tak dapat sepeda motor karena tak lulus tapi bukan berarti
kehangatan ini harus berakhir
Tamat
Senyum Terakhir
Baiklah bawa dia pulang, kamu mau mengantarnya? tanya pak guru.
Iya pak aku bisa kok, katanya.
Berhubung sudah hampir pulang Tamara memasukkan barang-barangku ke dalam tas
lalu dia juga membereskan barang-barangnya.
Ayo aku antar kamu pulang, katanya.
Tamara meminta izin mengantar aku pulang. Sambil memegang jemari-jemariku dan sesekali memegang
keningku. Tamara selalu bertanya tentang keadaanku. Tapi, aku hanya bisa menjawabnya dengan kalimat, Aku
baik-baik saja kok, gak usah khawatir.
Sesampai di rumah aku langsung di bawa Tamara ke kamarku sembari ibu mengomel-ngomeliku.
Ini sebabnya kalau makan gak teratur, katanya.
Sudah tante, Zhaky kan lagi sakit, pinta Tamara ke Ibuku.
Biarlah nak, biar dia tahu rasa, kata Ibuku.
Kalau begitu aku pulang dulu tante.
Nak nama kamu siapa?.
Nama aku Tamara, tante.
Terima kasih yah nak Tamara, udah bawa pulang anak tante ini.
Iya, sama-sama tante, katanya.
Aku melihat senyuman indah dari Tamara saat akan keluar dari kamarku.
***
Keesokan paginya, rasanya badanku udah sehat. Aku bergegas menyiapkan barang yang akan ku bawa. Aku
mandi dan sesudah itu berpakaian rapi dan langsung menuju rumah Tamara. Tapi, Tamara sudah berangkat
duluan. Aku langsung ke sekolah. Sampai di sekolah aku melihat Tamara dan langsung menghampirinya.
Zhaky, kamu udah sembuh?, katanya.
Iya.. aku udah sembuh kok.
Betul aku udah sembuh, kataku sambil meraih tangannya dan meletakkannya di keningku.
Tak berapa lama kemudian, bus yang akan mengantar kami ke Pantai Bira pun datang. Aku duduk di belakang
bersama anak lelaki lainnya. Tamara berada di depan bersama teman wanitanya. Di perjalanan rasa gelisahku
semakin tak menentu. Aku memiliki firasat buruk dan naas tak berselang beberapa lama mobil yang aku
tumpangi kecelakaan.
Aku merasa kepalaku sakit, saat ku pegang kepalaku mengeluarkan darah yang banyak. Tapi, yang ada di
pikiranku sekarang adalah Tamara. Aku langsung berteriak dengan nada yang lemah. Tamara.. kamu gak apaapa, kan?. Aku tak mendengar suaranya. Aku melihat teman-temanku terluka dan mengeluarkan banyak darah.
Saat aku ke tempat duduk Tamara, aku melihat kepala Tamara mengeluarkan banyak darah. Rasa sakit yang aku
rasa membuat aku pingsan.
Zhaky, Zhaky, bangun nak, ibu di sini, kata ibuku sambil menangis.
Mendengar suara itu, aku terbangun. Aku sekarang berada di rumah sakit, aku kaget dan berteriak.
Dimana Tamara Bu? Tamara baik-baik sajakan Bu?.
Ibu hanya terdiam sambil menatap ayah.
Ibu apa yang terjadi?, aku mulai meneteskan air mata.
Maaf nak, kini Tamara sudah berada di tempat lain, dengan nada yang pelan ibu memberitahuku.
Jadi maksud ibu?.
Iya Nak, Tamara telah meninggal akibat kecelakaan itu, kata ibu sembari memelukku.
Aku terduduk di ranjang dan dipeluk ibu sambil menangis dengan keras dan berkata Kenapa dia terlalu cepat
meninggalkan aku Bu?. Aku terdiam dan mengingat saat aku sakit, dia memberiku senyuman yang kuanggap
indah itu dan menjadi senyuman terakhir darinya.
(SELESAI)