Nama Kelompok:
1. Maria Yuliyanti S.
2. Anatasya Clara S.
3. Veronica Hertensia L.
4. Putri Sondang N.
5. Angel Wita
6. Grace Turnip
Bangkit
Cahaya bulan malam ini begitu terang, bintang pun berkelap kelip
memamerkan keindahannya. Aku berjalan menyusuri sebuah lorong nan sepi, tak
ada satu orang pun disana. Hatiku terasa sepi dan gundah dengan segala kekacauan
yang terjadi hari ini. Sebuah hari dimana seharusnya kebahagiaan ku dapati.
Namun apa yang terjadi? Hal buruk justru menimpaku bertubi-tubi, konflik
dengan orang tua karena ketidak lulusanku, perayaan ulang tahun yang terpaksa
gagal, hadiah sepeda motor yang gagal ku dapat, adik yang menyebalkan dan sorak
sorai teman-teman merayakan kelulusannya.
Hari-hari yang keras karena kisah cinta pahitku. Hingga indahnya malam ini
seakan tak mampu membuatku tersenyum lagi. Tetesan air mata mulai mengalir di
pipiku dan perlahan ku usap.
Ya, sakit memang putus cinta. Rasanya beberapa menit lalu kata-kata
terakhirnya masih bisa kurasakan merobek-robek hatiku “sudah sana… pergilah jika
itu yang kamu inginkan! Kamu kira aku tak bisa menemukan yang lebih baik darimu.
Semoga kamu tak menyesali keputusanmu yang telah menyia-nyiakan cinta
suciku!” kutipan pesan yang masuk ke ponselku. Beberapa telephone masuk pun
sengaja ku tolak karena sudah begitu muaknya. Air mata terus mengalir di pipiku
diikuti dengan sakit kepala yang mulai terasa. Seakan tak mampu bangkit, aku terus
duduk termenung di pinggir jalan.
“Halo mba.. lagi sedih banget nih kayanya, bisa bagi uangnya dong” ucap
seorang pemuda yang sedang mabuk menghampiriku. Karena tak meresponnya,
pemuda itupun mengancamku dengan sebilah pisau lipat yang dikeluarkan dari saku
celana jeansnya. Tanpa berfikir panjang, ku ambil tas di sebelahku dan kuserahkan
semua uang yang ku miliki.
“Ambil semua ini dan pergilah menjauh!” Kembali ku susuri jalan hingga
sampailah ke sebuah jembatan tua dengan jurang tinggi di bawahnya. Kakiku mulai
melangkah maju dan ku angkat kaki kananku.
Selangkah lagi tubuhku akan jatuh ke dalam jurang, semua kekacauan di
hatiku seakan menghilangkan rasa takutku terhadap ketinggian. Namun tiba-tiba
seseorang menarik bajuku. Ternyata pria pemabuk tadilah yang menarikku menjauh
dari pinggir jembatan.
“Kenapa kamu lakukan ini, kenapa kamu menolongku?!” Tanpa berkata apa-
apa ia pergi meninggalkanku lalu ku kejar dia. Setelah beberapa saat ia baru mulai
berbicara.“Aku sangat membenci orang-orang lemah sepertimu. Maaf jika aku
menarikmu” ucapnya sembari menatapku tajam dan menjulurkan tangannya. Kaget
bukan main ku lihat tangannya yang ternyata sisa 2 jari saja.
“Kaget ya, ini adalah bukti kerasnya kehidupan di jalan. Jariku yang lain hilang
dipotong preman karena persaingan.” Karena tak ku sabut jabatan tangannya, ia pun
meletakkan kembali tangannya dan melanjutkan ceritanya.
“Maaf ku ambil tasmu, sudah 3 hari aku tak makan. Biasanya aku makan dari
sisa makanan di tong sampah. Namun karena hujan deras kemarin, semua makanan
yang ku anggap masih layak sudah berubah membusuk.”
Memang jika dilihat dari tubuhnya, ia sangat kurus. Sembari menahan aroma
alkohol yang begitu menyengat dari mulutnya, ku berikan kembali tasku padanya.
“Ambilah ini, mungkin kamu lebih membutuhkannya.”
Dari percakapan singkat dengannya, hatiku mulai kembali kuat. Tak bisa
kubayangkan jika aku yang berada di posisinya. Ya meskipun hidupku selalu
kecukupan, namun tak pernah ada rasa syukur di hati. Pria yang selama ini ku
perjuangkan namun ternyata selalu membuatku kecewa pun seakan tak lagi
membebaniku.
“Pulanglah, masih banyak yang menanti kepulanganmu!” ucapnya sembari
beranjak menjauh dariku. Malam semakin sunyi, ku susuri jalan ke arah rumah. Ketika
sampai di persimpangan jalan, ku dapati kekasihku berdiri dengan segenggam bunga
di tangannya.
4 orang yang ku kenal juga berdiri menantiku, ya kedua orang tua, adikku dan
kekasihku pun ikut mencariku. “Maaf sayang, aku telah banyak mengecewakanmu dan
salah menilaimu” pelukan erat mendarat di badanku. Tak kuasa menahan tangis haru,
ku peluk balik kekasihku. Beberapa saat berlalu ia kemudian menyerahkan bunga di
tangannya dan sebuah buku kecil yang ternyata diary ku.
Di buku kecil itulah aku menuliskan keluh kesah dan rasa banggaku pada
sosok pria yang sedang menggenggam erat tanganku ini. Di balik sana, keluargaku
tersenyum melihatku kembali. Kami pun masuk ke mobil dan pergi ke mall untuk
merayakan ulang tahunku. Ya meskipun hadiah motor tetap tak kudapat karena aku
gagal lulus ujian.
Analisis Unsur Intrinsik Cerpen
Analisis Tema
No. Bukti Kalimat Tema
1 Hatiku terasa sepi dan gundah dengan Kesedihan yang
segala kekacauan yang terjadi hari ini. dialami si gadis
Sebuah hari dimana seharusnya
kebahagiaan ku dapati.
Struktur Kutipan Penjelasan
cerpen
1. Pengenalan Cahaya bulan malam ini begitu terang, bintang pun Memperkenalkan para tokoh-tokoh
cerita berkelap kelip memamerkan keindahannya. Aku berjalan dalam cerpen tersebut, dimana
menyusuri sebuah lorong nan sepi, tak ada satu orang gadis sedang merasa kesepian,
pun disana. Hatiku terasa sepi dan gundah dengan gundah, hatinya kacau karena ia
segala kekacauan yang terjadi hari ini. Sebuah hari mengalami banyak sekali konflik
dimana seharusnya kebahagiaan ku dapati. dengan keluarga, sekolah maupun
Namun apa yang terjadi? Hal buruk justru pacarnya.
menimpaku bertubi-tubi, konflik dengan orang tua karena
ketidak lulusanku, perayaan ulang tahun yang terpaksa
gagal, hadiah sepeda motor yang gagal ku dapat, adik
yang menyebalkan dan sorak sorai teman-teman
merayakan kelulusannya.
Hari-hari yang keras karena kisah cinta pahitku.
Hingga indahnya malam ini seakan tak mampu
membuatku tersenyum lagi. Tetesan air mata mulai
mengalir di pipiku dan perlahan ku usap.
2. Pengungkapan peristiwa Namun apa yang terjadi? Hal Mulainya peristiwa dimana si
buruk justru menimpaku Gadis mengungkapkan bahwa
bertubi-tubi, konflik dengan ia mengalami konfllik dengan
orang tua karena ketidak orang tua, sekolah, pacarnya
lulusanku, perayaan ulang yang meninggalkannya serta
tahun yang terpaksa gagal, teman-temanya yang dapat
hadiah sepeda motor yang merayakan kelulusan
gagal ku dapat, adik yang
menyebalkan dan sorak sorai
teman-teman merayakan
kelulusannya.
Hari-hari yang keras
karena kisah cinta pahitku.
Hingga indahnya malam ini
seakan tak mampu membuatku
tersenyum lagi. Tetesan air
mata mulai mengalir di pipiku
dan perlahan ku usap.
Ya, sakit memang
putus cinta.
3. Menuju pada Rasanya beberapa menit lalu kata-kata terakhirnya Saat si gadis bertemu
adanya konflik masih bisa kurasakan merobek-robek hatiku “sudah dengan seorang pemuda
sana… pergilah jika itu yang kamu inginkan! Kamu kira mabuk yang
aku tak bisa menemukan yang lebih baik darimu. menhampirinya dan
Semoga kamu tak menyesali keputusanmu yang telah mengancamnya
menyia-nyiakan cinta suciku!” kutipan pesan yang menggunakan pisau dan ia
masuk ke ponselku. Beberapa telephone masuk pun menyerahkan semua
sengaja ku tolak karena sudah begitu muaknya. Air mata barangnya.
terus mengalir di pipiku diikuti dengan sakit kepala yang
mulai terasa. Seakan tak mampu bangkit, aku terus
duduk termenung di pinggir jalan.
“Halo mba.. lagi sedih banget nih kayanya, bisa
bagi uangnya dong” ucap seorang pemuda yang sedang
mabuk menghampiriku. Karena tak meresponnya,
pemuda itupun mengancamku dengan sebilah pisau
lipat yang dikeluarkan dari saku celana jeansnya. Tanpa
berfikir panjang, ku ambil tas di sebelahku dan
kuserahkan semua uang yang ku miliki.
“Ambil semua ini dan pergilah menjauh!”
Kembali ku susuri jalan hingga sampailah ke sebuah
jembatan tua dengan jurang tinggi di bawahnya. Kakiku
mulai melangkah maju dan ku angkat kaki kananku.
4. Puncak konflik Selangkah lagi tubuhku akan jatuh ke dalam Saat dimana si Gadis lompat
jurang, semua kekacauan di hatiku seakan dari jembatan dan pemuda
menghilangkan rasa takutku terhadap mabuk tadi ternyata
ketinggian. Namun tiba-tiba seseorang menolongnya dan
menarik bajuku. Ternyata pria pemabuk tadilah menasehatinya serta
yang menarikku menjauh dari pinggir mendengarkan ceritanya.
jembatan.
“Kenapa kamu lakukan ini, kenapa
kamu menolongku?!” Tanpa berkata apa-apa ia
pergi meninggalkanku lalu ku kejar dia.
Setelah beberapa saat ia baru mulai
berbicara.“Aku sangat membenci orang-orang
lemah sepertimu. Maaf jika aku menarikmu”
ucapnya sembari menatapku tajam dan
menjulurkan tangannya. Kaget bukan main ku
lihat tangannya yang ternyata sisa 2 jari saja.
“Kaget ya, ini adalah bukti kerasnya
kehidupan di jalan. Jariku yang lain hilang
dipotong preman karena persaingan.” Karena
tak ku sabut jabatan tangannya, ia pun
meletakkan kembali tangannya dan
melanjutkan ceritanya.
5. Penyelesaian Dari percakapan singkat dengannya, hatiku mulai kembali kuat. Tak Akhirnya si
bisa kubayangkan jika aku yang berada di posisinya. Ya meskipun gadis
hidupku selalu kecukupan, namun tak pernah ada rasa syukur di hati. menemui
Pria yang selama ini ku perjuangkan namun ternyata selalu
keluarganya,
membuatku kecewa pun seakan tak lagi membebaniku.
“Pulanglah, masih banyak yang menanti kepulanganmu!” ia bertemu
ucapnya sembari beranjak menjauh dariku. Malam semakin sunyi, ku kekasihnya
susuri jalan ke arah rumah. Ketika sampai di persimpangan jalan, ku dan semua
dapati kekasihku berdiri dengan segenggam bunga di tangannya. 4 orang yang
orang yang ku kenal juga berdiri menantiku, ya kedua orang tua, dicintainya
adikku dan kekasihku pun ikut mencariku. “Maaf sayang, aku telah ternyata
banyak mengecewakanmu dan salah menilaimu” pelukan erat menyayangi si
mendarat di badanku. Tak kuasa menahan tangis haru, ku peluk balik
gadis.
kekasihku. Beberapa saat berlalu ia kemudian menyerahkan bunga di
tangannya dan sebuah buku kecil yang ternyata diary ku.
Di buku kecil itulah aku menuliskan keluh kesah dan rasa
banggaku pada sosok pria yang sedang menggenggam erat tanganku
ini. Di balik sana, keluargaku tersenyum melihatku kembali. Kami pun
masuk ke mobil dan pergi ke mall untuk merayakan ulang tahunku. Ya
meskipun hadiah motor tetap tak kudapat karena aku gagal lulus ujian.
Analisis Kaidah Kebahasaan
Kata Ganti Orang
Paragraf KGO Bukti kalimat
1 1.Nya Cahaya bulan malam ini begitu terang, bintang pun berkelap kelip
orang ke-3 (tunggal) memamerkan keindahannya. Aku berjalan menyusuri sebuah lorong nan
2. Aku sepi, tak ada satu orang pun disana. Hatiku terasa sepi dan gundah
Orang ke-1 dengan segala kekacauan yang terjadi hari ini. Sebuah hari dimana
(tunggal) seharusnya kebahagiaan ku dapati.
3. Ku (2)
Orang ke-1
(tunggal)
2 4. Ku (3) Namun apa yang terjadi? Hal buruk justru menimpaku bertubi-tubi, konflik
Orang ke-1 dengan orang tua karena ketidak lulusanku, perayaan ulang tahun yang
(tunggal) terpaksa gagal, hadiah sepeda motor yang gagal ku dapat, adik yang
5. Nya menyebalkan dan sorak sorai teman-teman merayakan kelulusannya.
Orang ke-3
(tunggal)
3 6. Ku Hari-hari yang keras karena kisah cinta pahitku. Hingga indahnya malam ini seakan
Orang ke-1(tunggal) tak mampu membuatku tersenyum lagi. Tetesan air mata mulai mengalir di pipiku
7. Nya dan perlahan ku usap.
Orang ke-3 (tunggal)
4 8. Nya (2) Rasanya beberapa menit lalu kata-kata terakhirnya masih bisa kurasakan merobek-
Orang ke-3 (tunggal) robek hatiku “sudah sana… pergilah jika itu yang kamu inginkan! Kamu kira aku tak
9. Ku bisa menemukan yang lebih baik darimu.
10. Aku
Orang ke-1 (tunggal)
11. Kamu
12. mu
Orang ke-2 (tunggal)
5 13. Kamu Semoga kamu tak menyesali keputusanmu yang telah menyia-nyiakan cinta suciku!”
14. Mu kutipan pesan yang masuk ke ponselku. Beberapa telephone masuk pun sengaja ku
Orang ke-2 (tunggal) tolak karena sudah begitu muaknya. Air mata terus mengalir di pipiku diikuti dengan
15. Aku sakit kepala yang mulai terasa. Seakan tak mampu bangkit, aku terus duduk
Orang ke-1 (tunggal) termenung di pinggir jalan.
6 16. Nya “Halo mba.. lagi sedih banget nih kayanya, bisa bagi uangnya dong” ucap seorang
Orang ke-3 pemuda yang sedang mabuk menghampiriku. Karena tak meresponnya, pemuda
(tunggal) itupun mengancamku dengan sebilah pisau lipat yang dikeluarkan dari saku celana
17. Ku jeansnya. Tanpa berfikir panjang, ku ambil tas di sebelahku dan kuserahkan semua
Orang ke-1 uang yang ku miliki.
(tunggal)
7 18. Nya “Ambil semua ini dan pergilah menjauh!” Kembali ku susuri jalan hingga sampailah ke
Orang ke-3 sebuah jembatan tua dengan jurang tinggi di bawahnya. Kakiku mulai melangkah
(tunggal) maju dan ku angkat kaki kananku.
19. Ku
Orang ke-1
(tunggal)
8 20. Ku Selangkah lagi tubuhku akan jatuh ke dalam jurang, semua kekacauan di hatiku
Orang ke-1 seakan menghilangkan rasa takutku terhadap ketinggian. Namun tiba-tiba seseorang
(tunggal) menarik bajuku. Ternyata pria pemabuk tadilah yang menarikku menjauh dari pinggir
jembatan.
9 21. Kamu “Kenapa kamu lakukan ini, kenapa kamu menolongku?!” Tanpa berkata apa-
22. Mu apa ia pergi meninggalkanku lalu ku kejar dia. Setelah beberapa saat ia baru
Orang ke-2 (tunggal) mulai berbicara.“Aku sangat membenci orang-orang lemah sepertimu. Maaf
23. Ku jika aku menarikmu” ucapnya sembari menatapku tajam dan menjulurkan
aku tangannya. Kaget bukan main ku lihat tangannya yang ternyata sisa 2 jari
Orang ke-1 (tunggal) saja.
24. Nya
25. Ia
26. Dia
Orang ke-3 (tunggal)
10 27. Nya “Kaget ya, ini adalah bukti kerasnya kehidupan di jalan. Jariku yang lain
Orang ke-3 (tunggal) hilang dipotong preman karena persaingan.” Karena tak ku sabut jabatan
28. Ku tangannya, ia pun meletakkan kembali tangannya dan melanjutkan ceritanya.
Orang ke-1 (tunggal)
11 29. Ku “Maaf ku ambil tasmu, sudah 3 hari aku tak makan. Biasanya aku makan dari
30. Aku sisa makanan di tong sampah. Namun karena hujan deras kemarin, semua
Orang ke-1 (tunggal) makanan yang ku anggap masih layak sudah berubah membusuk.
31. Nya
Orang ke-3 (tunggal)
12 32. Ia ”Memang jika dilihat dari tubuhnya, ia sangat kurus. Sembari menahan aroma
33. Nya alkohol yang begitu menyengat dari mulutnya, ku berikan kembali tasku
Orang ke-3 padanya. “Ambilah ini, mungkin kamu lebih membutuhkannya.”
(tunggal)
34. Kamu
Orang ke-2
(tunggal)
13 35. Nya Dari percakapan singkat dengannya, hatiku mulai kembali kuat. Tak bisa
Orang ke-3 kubayangkan jika aku yang berada di posisinya. Ya meskipun hidupku selalu
(tunggal) kecukupan, namun tak pernah ada rasa syukur di hati. Pria yang selama ini ku
36. Ku perjuangkan namun ternyata selalu membuatku kecewa pun seakan tak lagi
37. Aku membebaniku.
orang ke-1(tunggal)
14 38. Ku “Pulanglah, masih banyak yang menanti kepulanganmu!” ucapnya sembari
Orang ke-1 beranjak menjauh dariku. Malam semakin sunyi, ku susuri jalan ke arah rumah.
(tunggal) Ketika sampai di persimpangan jalan, ku dapati kekasihku berdiri dengan
39. Mu segenggam bunga di tangannya.
Orang ke-2
(tunggal)
40. Nya
Orang ke-3
(tunggal)
15 41. Ku 4 orang yang ku kenal juga berdiri menantiku, ya kedua orang tua, adikku dan
42. Aku kekasihku pun ikut mencariku. “Maaf sayang, aku telah banyak mengecewakanmu
Orang ke-1 dan salah menilaimu” pelukan erat mendarat di badanku. Tak kuasa menahan tangis
(tunggal) haru, ku peluk balik kekasihku. Beberapa saat berlalu ia kemudian menyerahkan
43. Mu bunga di tangannya dan sebuah buku kecil yang ternyata diary ku.
Orang ke-2
(tunggal)
44. Ia
Orang ke-3
(tunggal)
16 45. Aku Di buku kecil itulah aku menuliskan keluh kesah dan rasa banggaku pada sosok pria
46.Ku yang sedang menggenggam erat tanganku ini. Di balik sana, keluargaku tersenyum
Orang ke-1 melihatku kembali. Kami pun masuk ke mobil dan pergi ke mall untuk merayakan
(tunggal) ulang tahunku. Ya meskipun hadiah motor tetap tak kudapat karena aku gagal lulus
47. Kami ujian.
Orang ke-1
(jamak)
Analisis Kata Kerja Waktu
No. Bukti kalimat KK Waktu
1 Cahaya bulan malam ini begitu terang, bintang pun berkelap kelip Malam ini
memamerkan keindahannya.
2 Hari-hari yang keras karena kisah cinta pahitku. Hari-hari
3 Rasanya beberapa menit lalu kata-kata terakhirnya masih bisa Beberapa
kurasakan merobek-robek hatiku “sudah sana… pergilah jika itu yang menit lalu
kamu inginkan! Kamu kira aku tak bisa menemukan yang lebih baik
darimu.
4 “Maaf ku ambil tasmu, sudah 3 hari aku tak makan. Biasanya aku makan 3 hari
dari sisa makanan di tong sampah. Namun karena hujan deras kemarin,
semua makanan yang ku anggap masih layak sudah berubah
membusuk.”
2 Hatiku terasa sepi dan gundah dengan segala Jangan mudah putus asa
kekacauan yang terjadi hari ini. dalam menjalani kerasnya
hidup.
4 Tak bisa kubayangkan jika aku yang berada di Hidup tidaklah sempurna,
posisinya.Ya meskipun hidupku selalu kecukupan, kadang manusia bisa di atas
namun tak pernah ada rasa syukur di hati. dan kadang bisa di bawah
5 Pria yang selama ini ku perjuangkan namun ternyata Kegagalan adalah awal dari
selalu membuatku kecewa pun seakan tak lagi keberhasilan.
membebaniku.
Analisis Penokohan / Tokoh
Tokoh Pertama : Gadis
No. Bukti Kalimat Penokohan Sifat Tokoh
1 “Tanpa berfikir panjang, ku ambil Tidak langsung Protagonis
tas di sebelahku dan kuserahkan - Putus asa
semua uang yang ku miliki.”
5 Nilai Ya meskipun hidupku selalu kecukupan, Kita harus mensyukuri apa yang telah tuhan
Sosiologis namun tak pernah ada rasa syukur di berikan kepada kita.
hati.