AA
Oleh
Kelompok. 7
Rindiani Juanita: 021701034
Indah sari: 0217010 35
Mulyati: 021701081
Haswita: 021701037
Jenni: 021701060
“selamat malam..? Sorii mba kayanya lagi sedih banget boleh aku minta duitnya..”
seorang pemabuk dengan botol bir di tangan kiri dengan jalan yang tak beraturan,
Ia mengeluarkan sebilah pisau lipat dan mengancamku. Aku hanya terdiam tak berkata,
membuatnya sedikit binggung. Aku meraih tas di sampingku dan menyerahkan padanya.
“ini ambil semua.. Aku tak butuh semua ini. Aku hanya ingin mati…!”
Aku melemparkan tas ke hadapannya yang di sambut dengan senyum picik dan iapun
menghilang di gelapnya malam.
Aku bangkit berdiri dan berjalan menyusuri malam, berdiri menatap air suangai yang
mengalir airnya deras. Sini di atas jembatan tua ini.
Angin sepoi-sepoi menyerang tubuh ku. Aku berdiri menatap langit yang bertabur
bintang, rasanya tak ada yang penting bagiku sekarang. Perlahan-lahan aku berjalan
menaiki jembatan dan berdiri bebas. Menutup mata dan tinggal beberpa senti lagi aku
akan terjatuh.
Tiba-tiba sosok pemabuk yang menodong pisau padaku ku tadi, menarik baju ku dan
menampar pipiku kuat, keras sekali tamparannya
“ini uang dan tas mu…!! Aku tak butuh..! Aku lebih baik mati kelaparan dari pada
melihat wanita lemah sepertimu” ia menarik ku turun dan melemparkan tasku di atas
tanah
Dan ia berlalu pergi.
“boleh aku berdiri disini bersamamu? Aku menyapanya tapi ia hanya terdiam membisu”.
Aku berdiri di sampingnya menunggu sampai kapan ia akan berdiri pergi dari sini.
“kenapa kamu menamparku..?
Kenapa kamu menolongku?
Aku sudah tak berarti lagi.. Pria yang aku cintai bertahun-tahun mencapakanku dengan
tuduhan yang tak jelas, aku memulai pembicaraan”.
Dengan sesekali menghapus air mata akibat dari gejolak di hatiku.
“apa kamu akan terdiam atau aku telah mengusikmu?”.
Aku melihatnya dan ia balik menatapku tajam.
Aku hanya terdiam terpaku dengan mulut terbuka, betapa aku tak percaya setengah mati.
Bagaimna mungkin seandainya sekarang aku berada di posisis ini?
Aku yang terlahir dari keluar sederhana namun penuh kehangatan, uang bukan masalah,
aku hanya meminta tanpa pernah tahu bagaimana orang tuaku mendapatkannya,
semuanya cukup, tapi ternyata itu bukan kebahagian, itu nafsu sesaat,
Aku memang memiliki segalanya tapi tidak dengan cinta, selalu ada yang kurang setiap
hari. Tanpa kebersaman kita mati. Terutama pentingnya mensyukuri apa yang ada.
Aku menarik tangan dan menjabat tangannya kuat-kuat yang tinggal dua jari meski
sedikit risih karena aneh menurutku. Aku memberinya sedikit pelukan hangat.
Ia tersenyum memamerkan mulutnya yang bau alkohol dan bau wc umum. Aku
menyerahkan tas ku padanya. “ambil lah.. Aku tak mengenalmu tapi kamu memberi ku
banyak alasan hari ini, kenapa aku harus kuat menghadapi hidupku sekarang dan nanti,
bukankah hidup harus tetap di jalani
Aku sadar masih punya segalanya, bodoh sekali cuma karena cinta semangatku hilang,
belum tentu ia jodohku, belum tentu ia juga memikirkan hal yang sama, rasa sakitku”.
Aku berlari menuruni tangga meninggalkan ia sendiri yang masih terdiam menatap
kembali langit yang menampakan bintang-bintang kecil yang berkelip dengan jenaka,
seakan hari ini tak akan berlalu.
Ketika aku akan menapaki jalan. Kekasihku sedang berdiri di depanku dengan bunga
mawar banyak sekali di tangannya, sementara di belakangnya orang tua dan adikku yang
berdiri di samping mobil, kami saling terdiam untuk beberapa saat ia memulai
“maafkan aku sayang, ternyata aku yang salah menilaimu, makasih ya?, sudah membuat
hidupku lebih berharga karena ini. Ia menyerahkan bunga dengan sebuah diary usang
punyaku, yang entah dari mana ia mendapatkannya. Tapi disinilah aku bisa menulis
menitikan setiap masalah, rasa banggaku atas kekasihku ini.
Aku memeluk erat tubuhnya lama kami terdiam di iringi tangis dan canda menghiasi
malam, sementara kedua orang tuaku tersenyum senang.
Aku mengajak kekasihku menaiki tangga untuk mengenalkan pada orang yang
mengajarkanku banyak hal. Khususnya arti bersyukur
Kami menapaki jalan tangga dan melirik sekeliling dan mencari namun sosok itu hilang
tak berbekas?
Kami turun dan kami pergi ke mall bersama orang tua dan adik ku untuk merayakan
ulang tahunku.
Walaupun tetap aku tak dapat sepeda motor karena tak lulus tapi bukan berarti
kehangatan ini harus berakhir
Cerpen “Bangkit” karya Alfreed Pandie ini memang sebuah cerpen yang
menarik dan baik. Selain itu, Cerpen ini memiliki unsur instrinsik dan makna
yang ditampilkan jelas dan sesuai dengan kehidupan sehari hari. Akan tetapi,
dalam cerpen bangkit tersirat pula kata kata yang sedikit menyinggung dan
memiliki pesan yang tidak tersampaikan.