Hingga pada suatu hari, Pak Pos datang mengirimkan surat yang berisi bahwa Indra Budiman
sudah meninggal. Ompi tidak sanggup membaca dan mendengar isi surat itu karena ia tidak
mau mati lemas karena bahagia mendapat surat dari anaknya. Didekap dan diciumnya surat
dari Indra Budiman itu.
Unsur Intrinsik
1. Tema
2. Alur
3. Sudut Pandang
Latar Waktu
-
Siang hari
Kulihat Pak Pos memasuki halaman rumah Ompi. Hari waktu itu jam sebelas
siang.
Latar Suasana
-
Menyenangkan
Ketika Ompi membaca surat anaknya yang memberitakan kemajuannya itu, air
mata Ompi berlinang kegembiraan.
Tak usah dibacakan. Takkan sanggup aku mendengarnya. Aku akan mati lemas
oleh kebahagiaan yang datang bergulung ini
Dan telegram itu dibawa ke bibirnya. Diciumnya dengan mesra. Lama diciumnya
Aku sobek sampul yang kuning muda itu dengan tangan yang menggigil. Sekilas
saja tahulah aku, bahwa saat yang paling kritis sudah sampai di puncaknya. Indra
Budiman dikabarkan sudah meninggal
Kehadiran dokter itu menimbulkan risau hatinya karena ingat pada Indra
-
Budiman yang bakal jadi dokter, tapi tak pernah lagi mengiriminya surat.
Mengharukan / mengenaskan
Semenjak itu segalanya jadi tak baik. Ia jatuh sakit, bahkan sampai mengigau.
Dan oleh seleranya yang patah, Ompi bertambah menderita juga. Lahir dan batin.
Namun kemalangan itu bertambah lagi. Yaitu ketika Ompi jatuh terduduk. Lama
orang baru tahu dan memapahnya ke ranjangnya di kamar. Ompi jadi lumpuh dan
5. Tokoh
- Ompi
- Indra Budiman
- Aku
6. Perwatakan
1.
a.
Ompi
Penyayang
Aku bangga, Anakku. Baik engkau jadi dokter. Karena orang lebih banyak
memerlukanmu. Dengan begitu kau disegani orang. Oooo, perkara uang? Mengapa tiga ribu,
lima ribu akan ku kirim, Anakku. Mengapa tidak?
Tapi karena sayang sama anak, ia terima juga nama itu, asal di tambah dibelakangnya
Sombong
Ah, aku merasa lebih berduka cita lagi, karena belum sanggup menghindarkan
kemalangan ini. Cpba kalau anakku, Indra Budiman, sudah jadi dokter, si mati ini akan pasti
dapat tertolong, katanya bila ada orang meninggal setelah lama menderita sakit.
Dan kalau Ompi melihat ada orang membuat rumah, lalu ia berkata, Ah, sayang.
Rumah-rumah orang kita masih kuno arsitekturnya. Coba kalau anakku, Indra Budiman,
sudah menjadi insinyur, pastilah ia akan membantu mereka membuat rumah yang lebih
indah.
c.
Suka berbohong
Dikatakannya, banyak sudah orang yang punya gadis cantik datang meminang. Tapi semua
telah ditolak.
kebetulan ada padanya. Tidak peduli ia, apa foto itu gambar dari gadis yang sudah kawin atau
bertunangan. Bahkan juga tidak peduli ia apa gadis itu sudah meninggal.
d.
Suka bermimpi
Pada suatu hari yang gilang gemilang, angan-angannya pasti menjadi kenyataan. Dia
yakin itu, bahwa Indra Budimannya akan mendapat nama tambahan dokter di muka namanya
sekarang.
2.
Indra Budiman
a.
Suka berbohong
Tak teringat olehnya, bahwa bohongnya kepada ayahnya selama ini sudah diketahui
Aku
a.
Baik hati
Semenjak itu, berganti-ganti orang aku menyediakan diriku selalu di dekat Ompi.
berlangsung. Karena aku takut berita itu akan menambah dalam penderitaannya.
Konflik
1.
Batin
Tetapi alangkah remuknya hati orang tua itu, karena ternyata pengantar surat itu cuma
Kini dalam hidupnya hanya satu hal yang dinantikannya. Yaitu surat. Surat dari Indra
Budimannya.
Kehadiran dokter itu menimbulkan risau hatinya karena ingat pada Indra Budiman
yang bakal jadi dokter, tapi tak pernah lagi mengiriminya surat.
2.
Fisik
Yaitu ketika Ompi jatuh terduduk. Lama orang baru tahu dan memapahnya ke
ranjangnya di kamar. Ompi jadi lumpuh dan habislah sejarah Ompi menanti di ambang pintu
setiap sore.
Amanat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jangan menggunakan sesuatu yang baik untuk melakukan hal-hal yang tidak baik.
7.
8.
Jangan mensia-siakan pengorbanan orang tua untuk hal yang tidak baik.
9.
2.
Budaya
Karena di kampung kami pihak perempuanlah yang datang meminang.
Pendidikan
Semenjak Indra Budiman berangkat ke Jakarta, Ompi bertambah yakin, bahwa setahun
demi setahun segala cita-citanya pasti tercapai. Dan benarlah. Ternyata setiap semester Indra
Budiman mengirim rapor sekolahnya dengan angka-angka yang baik sekali. Dan setiap tahun
ia naik kelas. Hanya dalam tempo dua tahun, Indra Budiman menamatkan pelajarannya di
SMA seraya mengantungi ijazah yang berangka baik.
3.
Moral
Tapi Ompi tak mau mengerti. Sikap keangkuhannya mudah tersinggung. Dan bencinya
bukan kepalang kepada orang-orang tua yang mempunyai anak gadis cantik.
Unsur Ekstrinsik
Haji Ali Akbar Navis lahir di Kampung Jawa, Padang, Sumatra Barat, 17 November1924.
Beliau adalah seorang sastrawan dan budayawan terkemuka di Indonesia yang lebih dikenal
dengan nama A.A. Navis. Ia menjadikan menulis sebagai alat dalam kehidupannya. Karyanya
yang terkenal adalah cerita pendek Robohnya Surau Kami. Navis 'Sang Pencemooh' adalah
sosok yang ceplas-ceplos, apa adanya. Kritik-kritik sosialnya mengalir apa adanya untuk
membangunkan kesadaran setiap pribadi, agar hidup lebih bermakna. Ia selalu mengatakan
yang hitam itu hitam dan yang putih itu putih. Ia amat gelisah melihat negeri ini digerogoti
para koruptor. Pada suatu kesempatan ia mengatakan kendati menulis adalah alat utamanya
dalam kehidupan tapi jika dikasih memilih ia akan pilih jadi penguasa untuk menangkapi
para koruptor. Walaupun ia tahu resikonya, mungkin dalam tiga bulan, ia justru akan duluan
ditembak mati oleh para koruptor itu. A.A. Navis meninggal pada 22 Maret 2003 karena
mengidap komplikasi jantung, asma dan diabetes.
Beliau mengaku mulai menulis sejak tahun 1950, namun hasil karyanya baru mendapat
perhatian dari media cetak sekitar 1955, itu telah menghasilkan sebanyak 65 karya sastra
dalam berbagai bentuk. Ia telah menulis 22 buku, ditambah lima antologibersama sastrawan
lainnya, dan delapan antologi luar negeri, serta 106 makalah yang ditulisnya untuk berbagai
kegiatan akademis di dalam maupun di luar negeri dan dihimpun dalam buku Yang Berjalan
Sepanjang Jalan. Novel terbarunya, Saraswati, diterbitkan olehGramedia Pustaka Utama pada
2002.
Taman di depan rumah kami kecil, penuh bunga. Aku tidak pernah tau nama-nama bunga
itu. Aku tau semua bunga itu indah. Aku duduk di teras rumah, merasakan hangat matahari
yang menerpaku. Aku sedang berpikir bagaimana bisa bunga ciptaan manusia lebih mahal
dari ciptaan Tuhan.
Aku sedang berpikir tentang keberadaan bunga dan kulihat kupu-kupu itu datang,
pergi dan datang lagi.
Wah, akan ada tamu kata istriku
Pasti?
Iya. Pasti
Kok bisa pasti ?
Bukankah kalau ada kupu-kupu tandanya pasti ada tamu
Aku melihat kupu-kupu itu dan berpikir tentang tamu.
Jangan-jangan tamu itu mau meminjam uang kataku
Tidak mungkin. Lihat kupu-kupu itu warnanya bagus, pasti membawa
keberuntungan
Keberuntungan dan bencana menjadi hal penting dalam hidup kita. Kuamati kupukupu itu terbang kesana-kemari. Tidak salah kalau kupu-kupu itu dibilang bagus. Apakah hal
bagus selalu membawa keberuntungan ?
Hidup ini di penuhi teka-teki. Apa arti hidup seekor kupu-kupu ? mengapa kita harus
sibuk dengan tanda-tanda. Tamu macam apa yang akan datang nanti.
Bagaimana kalau tamu itu bukan pembawa keberuntungan ?
Tidak. Tamu itu pasti pembawa keberuntungan. Lihat kupu-kupu itu bagus
Tidak ada kupu-kupu yang tidak bagus
Ada. Sering sekali kupu-kupu jelek terbang sampai masuk rumah. Setelah itu rumah
kita kemalingan, setelah itu kamu kehilangan pekerjaan, setelah itu kehormatan kita diinjakinjak orang. Kali ini kupu-kupunya bagus, pasti tamu yang akan datang membawa
keberuntungan. Aku yakin sekali
Itu tidak ilmiah
Siapa bilang hidup ini ilmiah ?
Istriku pergi ke dapur. Dimasaknya apa saja yang ada di dapur, karena ia merasa yakin
tamu itu akan datang.
Bagaimana kalau tamu itu tidak jadi datang? Siapa yang mau menghabiskan semua
makanan ini ?
Pasti datang. Tamu itu pasti datang.
Aku sungguh tidak mengerti, bagaimana seseorang bisa yakin akan sesuatu tanpa
dasar-dasar yang jelas. Aku merasa pemikiran tentang tamu benar-benar menggangguku.
Jangan-jangan tamu yang akan datang benar-benar membawa bencana.
Siap-siap barangkali tamu itu akan datang sesaat lagi
Jadi, kubuka pintu pagar. Membersihkan segala perabotan, mengepel dan tanaman.
Aku menengok ke tikungan jalan barangkali tamu itu telah memasuki gerbang kompleks
perumahan. Semuanya segera di cek dan makanan pun sudah tertata rapi di meja.
Kami berdua duduk di tepi sungai menunggu kedatangan tamu itu. Lalu ada kupukupu lain dari seberang sungai. Kami berdua melompat memperhatikannya.
Wah kupu-kupu ini jelek. Bulukan lagi !
Sial kata istriku
Diusirnya kupu-kupu itu dengan penggepuk kasur.
Jadi, ada dua tamu? kataku.
Ya. Yang satu membawa keberuntungan, yang satu membawa sial
Apa perlu kita masak lagi?
Tidak usah, yang membawa sial tidak perlu di jamu apa-apa
Loh ?
Kalau perlu kita usir saja
Wah !!
Ketika tiba saat makan siang, kami memakan sebagian dari masakan itu, sekadar
untuk mengatasi lapar.
Kami pun berargumen tentang siapa tamu yang akan datang ini, sampai suasana
begitu terasa asing saat argumen kami memiliki pendapat yang sama. Bagaimana kalau tamu
itu bukan manusia. Kemudian mendadak muncul puluhan, ratusan, bahkan mungkin ribuan
kupu-kupu aneka warna berterbangan dan memenuhi pandanganku. Istriku berteriak dan
memegang tanganku, kurasakan pegangannya terlepas dan tak kudengar lagi suaraku sendiri.
A. Unsur instrinsik
- Tema : Misteri
- Tokoh/penokohan :
Aku : waspada,
Istri : percaya tahayul, sering menduga-duga
- Alur
: Maju
- Latar :
Latar tempat : teras rumah, dalam rumah, dapur, tepi sungai,
Latar suasana : damai, menegangkan
Latar waktu
- Bahasa
- Amanat
b. Unsur ekstrinsik
-Latar Belakang Pengarang:
SENO GUMIRA AJIDARMA
Lahir: Boston, 19 Juni 1958
Pendidikan Formal: