Anda di halaman 1dari 10

"Anak Kebanggan

karya A.A. Navis"


Semua orang memanggilnya Ompi. Ompi adalah orang kaya, ia punya seorang anak
laki-laki bernama Edward. Karena suatu hal, Ompi mengganti nama anaknya menjadi Ismail.
Ompi mengganti nama anaknya lagi menjadi Indra Budiman, tapi anaknya memilih nama
Eddy. Ompi jengkel, tetapi karena sayang kepada anak satu-satunya itu, Ompi menyetujui
nama Eddy tetapi nama belakangnya Indra Budiman. Ompi menginginkan nama depan untuk
anaknya, yaitu dokter. Ompi berangan-angan anaknya menjadi seorang dokter.
Indra Budiman pergi ke Jakarta. Semenjak itu, Ompi yakin bahwa anaknya akan
menjadi seorang dokter. Dan benarlah. Setiap semester Indra Budiman mengirim rapor
dengan nilai-nilai yang baik. Ketika Ompi membaca surat anaknya yang memberitahukan
kemajuannya, Ompi berlinang air mata. Ompi akan melakukan dan membayar sebanyak apa
pun agar sang anak menjadi dokter.
Semenjak itu, Ompi tidak sabar menunggu anaknya menjadi dokter. Semua orang
tahu itu adalah cita-cita Ompi yang hanya akan menjadi mimpi. Indra Budiman selama ini
berbohong kepada Ompi. Ompi tidak percaya dengan omongan orang-orang tentang anaknya.
Ia terus mengirim banyak uang tanpa memikirkan akibatnya hanya untuk menentang
omongan orang tentang anaknya. Ompi terus mengirimi anaknya surat. Orang-orang menjadi
kasihan kepada Ompi. Mereka tidak lagi membicarakan hal buruk tentang Indra Budiman di
depan Ompi.
Ompi berfikir ini adalah saat yang tepat untuk anaknya bertunangan. Tetapi banyak gadis
yang menikah tanpa mempedulikan Indra Budiman. Ompi menjadi benci kepada orang-orang
yang mempunyai anak gadis itu. Ompi berbohong kepada Indra Budiman dengan mengirimi
surat bahwa banyak gadis yang melamar Indra Budiman tetapi ditolak oleh Ompi. Indra
Budiman percaya kepada Ompi dan menyuruh Ompi untuk mengirimkan foto gadis-gadis itu.
Ompi menjadi cemas karena takut kalau ketahuan oleh Indra Budiman.
Kecemasan Ompi mereda karena Indra Budiman tidak mengirim surat, tetapi Ompi juga
gelisah karena suratnya tidak dibalas. Sudah beberapa bulan Ompi menunggu surat balasan
dari Indra budiman tapi tak datang juga. Ompi putus asa. Saat itu juga Pak Pos datang
membawa tumpukan surat Ompi yang dikembalikan. Ompi jatuh sakit. Kini dalam hidupnya,
Ompi hanya menunggu satu hal, yaitu surat dari anaknya, Indra Budiman. Setiap hari Ompi
menengok jendela menunggu Pak Pos mengantar surat dari Indra Budiman, tapi hal itu tidak
pernah terjadi.

Hingga pada suatu hari, Pak Pos datang mengirimkan surat yang berisi bahwa Indra Budiman
sudah meninggal. Ompi tidak sanggup membaca dan mendengar isi surat itu karena ia tidak
mau mati lemas karena bahagia mendapat surat dari anaknya. Didekap dan diciumnya surat
dari Indra Budiman itu.

Unsur Intrinsik
1. Tema
2. Alur
3. Sudut Pandang

: Harapan orang tua kepada anak


: Maju
: Orang pertama pelaku sampingan

Ompi terduduk di kursi. Matanya cemerlang memandang. tangannya diulurkannya


kepadaku meminta telegram itu. Aku merasa ngeri memberikannya. Tapi aku tak bisa
berbuat lain. Telegram itu kusodorkan ke tangannya. Telegram itu digenggamnya erat.
Lalu didekapnya di dadanya. Datang juga apa yang ku nantikan, katanya.
4. Latar Tempat
- Di teras rumah Ompi
Kulihat Pak Pos memasuki halaman rumah Ompi. Tergesa-gesa aku
-

menyongsong Pak Pos itu ke ambang pintu


Di kamar Ompi
Dan ia telentang di ranjangnya, enggan bergerak.
Ia kini menanti dengan telentang di ranjangnya. Sebuah kaca disuruhnya supaya
di pasang pada dinding yang dapat memberi pantulan ke ambang pintu depan.

Latar Waktu
-

Siang hari
Kulihat Pak Pos memasuki halaman rumah Ompi. Hari waktu itu jam sebelas
siang.

Latar Suasana
-

Menyenangkan
Ketika Ompi membaca surat anaknya yang memberitakan kemajuannya itu, air
mata Ompi berlinang kegembiraan.
Tak usah dibacakan. Takkan sanggup aku mendengarnya. Aku akan mati lemas
oleh kebahagiaan yang datang bergulung ini
Dan telegram itu dibawa ke bibirnya. Diciumnya dengan mesra. Lama diciumnya

seraya matanya memincing.


Menyedihkan

Aku sobek sampul yang kuning muda itu dengan tangan yang menggigil. Sekilas
saja tahulah aku, bahwa saat yang paling kritis sudah sampai di puncaknya. Indra
Budiman dikabarkan sudah meninggal
Kehadiran dokter itu menimbulkan risau hatinya karena ingat pada Indra
-

Budiman yang bakal jadi dokter, tapi tak pernah lagi mengiriminya surat.
Mengharukan / mengenaskan
Semenjak itu segalanya jadi tak baik. Ia jatuh sakit, bahkan sampai mengigau.
Dan oleh seleranya yang patah, Ompi bertambah menderita juga. Lahir dan batin.
Namun kemalangan itu bertambah lagi. Yaitu ketika Ompi jatuh terduduk. Lama
orang baru tahu dan memapahnya ke ranjangnya di kamar. Ompi jadi lumpuh dan

habislah sejarah Ompi menanti di ambang pintu setiap sore.


Mengesankan / menakjubkan
Gemetar kaki Ompi mendukung tubuhnya yang kisut. Tangannya berpegang pada
sandaran kursi. Dan aku kehilangan kepercayaan pada pandangan mataku sendiri.
Kekuatan apakah yang menyebabkan Ompi bisa berdiri dan bahkan berjalan itu.

Aku tak tahu.


Menegangkan
Dan pada telegram itu pastilah bertengger saat-saat kritis sekali. Tergesa-gesa aku
menyongsong Pak Pos itu ke ambang pintu. Maksudku hendak membuka
telegram itu untuk mengetahui isinya lebih dulu.
Aku sobek sampul yang kuning muda itu dengan tangan yang menggigil. Sekilas
saja tahulah aku, bahwa saat yang paling kritis sudah sampai di puncaknya. Indra
Budiman dikabarkan sudah meninggal.

5. Tokoh
- Ompi
- Indra Budiman
- Aku
6. Perwatakan
1.
a.

Ompi
Penyayang
Aku bangga, Anakku. Baik engkau jadi dokter. Karena orang lebih banyak

memerlukanmu. Dengan begitu kau disegani orang. Oooo, perkara uang? Mengapa tiga ribu,
lima ribu akan ku kirim, Anakku. Mengapa tidak?

Tapi karena sayang sama anak, ia terima juga nama itu, asal di tambah dibelakangnya

dengan Indra Budiman.


b.

Sombong

Ah, aku merasa lebih berduka cita lagi, karena belum sanggup menghindarkan

kemalangan ini. Cpba kalau anakku, Indra Budiman, sudah jadi dokter, si mati ini akan pasti
dapat tertolong, katanya bila ada orang meninggal setelah lama menderita sakit.

Dan kalau Ompi melihat ada orang membuat rumah, lalu ia berkata, Ah, sayang.

Rumah-rumah orang kita masih kuno arsitekturnya. Coba kalau anakku, Indra Budiman,
sudah menjadi insinyur, pastilah ia akan membantu mereka membuat rumah yang lebih
indah.
c.

Suka berbohong

Kepada Indra Budiman tak dikatakannya kemarahannya itu. Malah sebaliknya.

Dikatakannya, banyak sudah orang yang punya gadis cantik datang meminang. Tapi semua
telah ditolak.

Untuk membuktikan kebenaran suratnya, Ompi mengirimkan foto gadis yang

kebetulan ada padanya. Tidak peduli ia, apa foto itu gambar dari gadis yang sudah kawin atau
bertunangan. Bahkan juga tidak peduli ia apa gadis itu sudah meninggal.
d.

Suka bermimpi
Pada suatu hari yang gilang gemilang, angan-angannya pasti menjadi kenyataan. Dia

yakin itu, bahwa Indra Budimannya akan mendapat nama tambahan dokter di muka namanya
sekarang.
2.

Indra Budiman

a.

Suka berbohong

Tak teringat olehnya, bahwa bohongnya kepada ayahnya selama ini sudah diketahui

oleh orang kampungnya.


3.

Aku

a.

Baik hati

Semenjak itu, berganti-ganti orang aku menyediakan diriku selalu di dekat Ompi.

Itulah sebabnya tak kusampaikan kepadanya bahwa hari perkawinanku sudah

berlangsung. Karena aku takut berita itu akan menambah dalam penderitaannya.
Konflik
1.

Batin
Tetapi alangkah remuknya hati orang tua itu, karena ternyata pengantar surat itu cuma

mengantarkan semua surat-suratnya yang dikembalikan.

Kini dalam hidupnya hanya satu hal yang dinantikannya. Yaitu surat. Surat dari Indra

Budimannya.

Kehadiran dokter itu menimbulkan risau hatinya karena ingat pada Indra Budiman

yang bakal jadi dokter, tapi tak pernah lagi mengiriminya surat.
2.

Fisik

Yaitu ketika Ompi jatuh terduduk. Lama orang baru tahu dan memapahnya ke

ranjangnya di kamar. Ompi jadi lumpuh dan habislah sejarah Ompi menanti di ambang pintu
setiap sore.
Amanat

1.

Janganlah menjadi orang yang sombong.

2.

Jangan menjadi orang yang suka berbohong.

3.

Jadilah orang yang baik dan suka menolong.

4.

Jangan suka membuat orang tua kita khawatir.

5.

Jadilah orang yang bisa membuat bangga orang tua.

6.

Jangan menggunakan sesuatu yang baik untuk melakukan hal-hal yang tidak baik.

7.

Berbaktilah kepada orang tua.

8.

Jangan mensia-siakan pengorbanan orang tua untuk hal yang tidak baik.

9.

Gapailah cita-citamu setinggi langit.

10. Belajarlah dengan giat untuk mencapai cita-cita.


Nilai Sastra
1.

2.

Budaya
Karena di kampung kami pihak perempuanlah yang datang meminang.
Pendidikan
Semenjak Indra Budiman berangkat ke Jakarta, Ompi bertambah yakin, bahwa setahun

demi setahun segala cita-citanya pasti tercapai. Dan benarlah. Ternyata setiap semester Indra
Budiman mengirim rapor sekolahnya dengan angka-angka yang baik sekali. Dan setiap tahun
ia naik kelas. Hanya dalam tempo dua tahun, Indra Budiman menamatkan pelajarannya di
SMA seraya mengantungi ijazah yang berangka baik.
3.

Moral
Tapi Ompi tak mau mengerti. Sikap keangkuhannya mudah tersinggung. Dan bencinya

bukan kepalang kepada orang-orang tua yang mempunyai anak gadis cantik.

Unsur Ekstrinsik
Haji Ali Akbar Navis lahir di Kampung Jawa, Padang, Sumatra Barat, 17 November1924.
Beliau adalah seorang sastrawan dan budayawan terkemuka di Indonesia yang lebih dikenal
dengan nama A.A. Navis. Ia menjadikan menulis sebagai alat dalam kehidupannya. Karyanya
yang terkenal adalah cerita pendek Robohnya Surau Kami. Navis 'Sang Pencemooh' adalah
sosok yang ceplas-ceplos, apa adanya. Kritik-kritik sosialnya mengalir apa adanya untuk
membangunkan kesadaran setiap pribadi, agar hidup lebih bermakna. Ia selalu mengatakan
yang hitam itu hitam dan yang putih itu putih. Ia amat gelisah melihat negeri ini digerogoti
para koruptor. Pada suatu kesempatan ia mengatakan kendati menulis adalah alat utamanya
dalam kehidupan tapi jika dikasih memilih ia akan pilih jadi penguasa untuk menangkapi
para koruptor. Walaupun ia tahu resikonya, mungkin dalam tiga bulan, ia justru akan duluan
ditembak mati oleh para koruptor itu. A.A. Navis meninggal pada 22 Maret 2003 karena
mengidap komplikasi jantung, asma dan diabetes.
Beliau mengaku mulai menulis sejak tahun 1950, namun hasil karyanya baru mendapat
perhatian dari media cetak sekitar 1955, itu telah menghasilkan sebanyak 65 karya sastra
dalam berbagai bentuk. Ia telah menulis 22 buku, ditambah lima antologibersama sastrawan
lainnya, dan delapan antologi luar negeri, serta 106 makalah yang ditulisnya untuk berbagai
kegiatan akademis di dalam maupun di luar negeri dan dihimpun dalam buku Yang Berjalan
Sepanjang Jalan. Novel terbarunya, Saraswati, diterbitkan olehGramedia Pustaka Utama pada
2002.

Ada Kupu-Kupu, Ada Tamu


karya : Seno Gumira Adjidarma

Taman di depan rumah kami kecil, penuh bunga. Aku tidak pernah tau nama-nama bunga
itu. Aku tau semua bunga itu indah. Aku duduk di teras rumah, merasakan hangat matahari

yang menerpaku. Aku sedang berpikir bagaimana bisa bunga ciptaan manusia lebih mahal
dari ciptaan Tuhan.
Aku sedang berpikir tentang keberadaan bunga dan kulihat kupu-kupu itu datang,
pergi dan datang lagi.
Wah, akan ada tamu kata istriku
Pasti?
Iya. Pasti
Kok bisa pasti ?
Bukankah kalau ada kupu-kupu tandanya pasti ada tamu
Aku melihat kupu-kupu itu dan berpikir tentang tamu.
Jangan-jangan tamu itu mau meminjam uang kataku
Tidak mungkin. Lihat kupu-kupu itu warnanya bagus, pasti membawa
keberuntungan

Keberuntungan dan bencana menjadi hal penting dalam hidup kita. Kuamati kupukupu itu terbang kesana-kemari. Tidak salah kalau kupu-kupu itu dibilang bagus. Apakah hal
bagus selalu membawa keberuntungan ?
Hidup ini di penuhi teka-teki. Apa arti hidup seekor kupu-kupu ? mengapa kita harus
sibuk dengan tanda-tanda. Tamu macam apa yang akan datang nanti.
Bagaimana kalau tamu itu bukan pembawa keberuntungan ?
Tidak. Tamu itu pasti pembawa keberuntungan. Lihat kupu-kupu itu bagus
Tidak ada kupu-kupu yang tidak bagus
Ada. Sering sekali kupu-kupu jelek terbang sampai masuk rumah. Setelah itu rumah
kita kemalingan, setelah itu kamu kehilangan pekerjaan, setelah itu kehormatan kita diinjakinjak orang. Kali ini kupu-kupunya bagus, pasti tamu yang akan datang membawa
keberuntungan. Aku yakin sekali
Itu tidak ilmiah
Siapa bilang hidup ini ilmiah ?
Istriku pergi ke dapur. Dimasaknya apa saja yang ada di dapur, karena ia merasa yakin
tamu itu akan datang.
Bagaimana kalau tamu itu tidak jadi datang? Siapa yang mau menghabiskan semua
makanan ini ?
Pasti datang. Tamu itu pasti datang.

Aku sungguh tidak mengerti, bagaimana seseorang bisa yakin akan sesuatu tanpa
dasar-dasar yang jelas. Aku merasa pemikiran tentang tamu benar-benar menggangguku.
Jangan-jangan tamu yang akan datang benar-benar membawa bencana.
Siap-siap barangkali tamu itu akan datang sesaat lagi
Jadi, kubuka pintu pagar. Membersihkan segala perabotan, mengepel dan tanaman.
Aku menengok ke tikungan jalan barangkali tamu itu telah memasuki gerbang kompleks
perumahan. Semuanya segera di cek dan makanan pun sudah tertata rapi di meja.
Kami berdua duduk di tepi sungai menunggu kedatangan tamu itu. Lalu ada kupukupu lain dari seberang sungai. Kami berdua melompat memperhatikannya.
Wah kupu-kupu ini jelek. Bulukan lagi !
Sial kata istriku
Diusirnya kupu-kupu itu dengan penggepuk kasur.
Jadi, ada dua tamu? kataku.
Ya. Yang satu membawa keberuntungan, yang satu membawa sial
Apa perlu kita masak lagi?
Tidak usah, yang membawa sial tidak perlu di jamu apa-apa
Loh ?
Kalau perlu kita usir saja
Wah !!
Ketika tiba saat makan siang, kami memakan sebagian dari masakan itu, sekadar
untuk mengatasi lapar.
Kami pun berargumen tentang siapa tamu yang akan datang ini, sampai suasana
begitu terasa asing saat argumen kami memiliki pendapat yang sama. Bagaimana kalau tamu
itu bukan manusia. Kemudian mendadak muncul puluhan, ratusan, bahkan mungkin ribuan
kupu-kupu aneka warna berterbangan dan memenuhi pandanganku. Istriku berteriak dan
memegang tanganku, kurasakan pegangannya terlepas dan tak kudengar lagi suaraku sendiri.

A. Unsur instrinsik
- Tema : Misteri
- Tokoh/penokohan :
Aku : waspada,
Istri : percaya tahayul, sering menduga-duga

- Alur

: Maju

- Latar :
Latar tempat : teras rumah, dalam rumah, dapur, tepi sungai,
Latar suasana : damai, menegangkan
Latar waktu

:pagi hari, siang hari,

- Bahasa

: mudah dimengerti, komunikatif

- Amanat

Jika ada tamu, hendaklah dijamu dengan sebaik-baiknya.


Harus waspada disetiap saat.
Tidak boleh membeda-bedakan tamu.
Jangan suka berperasangka buruk.

b. Unsur ekstrinsik
-Latar Belakang Pengarang:
SENO GUMIRA AJIDARMA
Lahir: Boston, 19 Juni 1958
Pendidikan Formal:

1994 Sarjana, Fakultas Film & Televisi, Institut Kesenian Jakarta


2000 Magister Ilmu Filsafat, Universitas Indonesia
2005 Doktor Ilmu Sastra, Universitas Indonesia
Penghargaan yang pernah di peroleh, antara lain:
1987 SEA Write Award
1997 Dinny OHearn Prize for Literary
2005 Khatulistiwa Literary Award
Seno Gumira Adjidarma lahir di Boston, 19 juni 1958.Menempuh pendidikan
Pada Tahun 1994 di fakultas Film & Televisi di Institut Kesenian Jakarta kemudian
melanjutkan pendidikannya di Universitas Indonesia bidang magister Ilmu Filsafat dan
pada Tahun 2005 mengambil pendidikan doktor ilmu sastra di Universitas Indonesia.
- Nilai moral

Menjamu tamu dengan baik


Jika ada tamu yang baik dijamu dengan baik, jika ada tamu yang buruk
tidak perlu dijamu kalau perlu diusir
- Nilai budaya/Tradisi : percaya tahayul
- Nilai agama

: belum ingin mati sebelum naik haji

Anda mungkin juga menyukai