Anda di halaman 1dari 32

[Type text]

Cerpen 1 Tuan radang paru-paru bukanlah orang tua yang ksatria.


Johnsy dipukulnya sehingga gadis itu terpaksa berbaring hampir-
DAUN TERAKHIR hampir tidak bergerak di pembaringannya menatap jauh melalui
O. Henry (Terjemahan Sori Siregar)
jendela yang kecil pada dinding rumah di sebelahnya.
Suatu pagi dokter beralis mata putih yang sibuk itu
memanggil Sue ke gang di luar kamarnya.
Di sebuah kawasan kecil di bagian barat Washington
Pelungnya satu dalam katakanlah sepuluh, ujarnya
Square, jalan-jalan raya demikian kacauanya dan jalan-jalan itu
sambil mengoyang termometer agar air raksa di dalamnya turun.
terpecah pula menjadi jalur-jalur kecil yang disebut jalan
Dan peluang itu ada kalau ia ingin hidup. Temanmu telah
tembus. Jalan-jalan tembus tersebut memiliki berbagai sudut dan
memutuskan bahwa ia tidak akan sembuh, ada yang mengganggu
kelokan yang aneh. Sebuah jalan bisa saja tiba-tiba memotong
pikirannya?
dirinya di satu atau dua tempat. Sekali, seorang pelukis
Ia ingin melukis Teluk Napoli suatu saat nanti, sahut Sue.
menemukan kemungkinan yang sangat berharga di jalan ini. Jika
Melukis? Wah. Apakah dalam pikirannya tidak ada
seorang penagih yang membawa rekening tagihan cat, kertas dan
sesuatu yang lebih berharga untuk dilakukan, - berpikir dua kali
kanvas masuk ke kawasan itu pastilah ia akan berputar-putar di
tentang laki-laki, misalnya?
tempat tanpa berhasil mengumpulkan uang satu sen pun.
Ya, kalau begitu ini kelemahan, ujar dokter itu. Saya
Karena itu, ke Greenwich Village yang tua dan aneh para
akan melakukan apa yang dapat dilakukan ilmu pengetahuan,
seniman pun bermunculan mencari ujung atap rumah yang
melalui upaya saya. Tapi kalau pasien saya mulai menghitung
menonjol dari abad ke-18 dan jendela yang menghadap ke utara
kendaraan dalam prosesi pemakamannya, saya akan megurangi
pada loteng rumah yang sewanya murah. Kemudian mereka
50 persen kekuatan penyembuh obat. Kalau Anda dapat
membawa mangkuk-mangkuk yang terbuat dari campuran timah
membuatnya bertanya tentang model lengan mantel musim dingin
hitam dan putih serta satu atau dua kompor Sixth Avenue dan
yang baru, saya menjanjikan kepada Anda bahwa peluangnya satu
jadilah kawasan itu sebuah koloni.
dalam lima, bukan satu dalam sepuluh.
Studio milik Sue dan Johnsy terdapat di puncak gedung
Setelah dokter itu meninggalkannya, Sue masuk ke kamar
bertingkat tiga dan berdinding bata merah. Johnsy adalah nama
kerjanya. Kemudian ia berjalan ke kamar Johnsy dengan
panggilan akrab Joanna. Sue berasal dari negara bagian Maine
membawa papan lukisannya sambil bersiul.
dan Johnsy dari California. Mereka bertemu di tabled hote
Johnsy berbaring dan jarang sekali mengeluarkan suara apa
restoran Delmonicos di Eight Street dan karena cita rasa mereka
pun ketika menatap jendela. Sue menghentikan siulnya karena
terhadap seni lukis dan selada chicory kebetulan sama, mereka
menduga Johnsy sedang lelap.
pun bersama-sama menyewa kamar yang mereka gunakan juga
Ia membetulkan letak papan lukisannya dan mulai melukis
sebagai studio. Itu pada bulan Mei. Pada bulan November,
dengan menggunakan pena untuk membuat ilustrasi tulisan
makhluk asing yang dingin dan tak terlihat, yang menurut para
sebuah majalah. Para pelukis muda harus melicinkan jalan
dokter namanya Radang Paru-paru seperti es. Di kawasan sebelah
mereka untuk mencapai jenjang seni dengan membuat gambar
timur makhluk perusak ini beroperasi dengan berani dengan
untuk berbagai tulisan di majalah seperti halnya para penulis
menghantam tidak sedikit korban, tetapi kaki makhluk ini
muda menulis untuk memuluskan jalan mereka menuju
melangkah pelan di jalan tembus yang berliku dan sempit ini.
kesusasteraan.
DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012
[Type text]

Ketika Sue sedang membuat sketsa celana yang bagus benar peluang yang hampir sama dengan yang pernah kita
untuk penunggang kuda pertunjukan dan sebuah kaca mata untuk nikmati di New York ketika kita naik bus atau berjalan kaki
sebelah mata bagi sang tokoh, seorang koboi dari Idaho, ia melewati sebuah gedung baru. Cobalah minum air daging dan
mendengar suara yang sangat pelan berkali-kali. Ia segera izinkan aku kembali menggambar agar aku dapat menjual gambar
menghampiri ranjang. itu kepada redaktur majalah lalu membeli anggur port untukmu
Mata Johnsy terbuka lebar. Ia menatap keluar jendela dan dan irisan daging babi untuk diriku yang rakus.
menghitung-menghitung mundur. Kau tak perlu membeli anggur lagi, kata Johnsy, sambil
Dua belas, katanya dan tak lama kemudian, sebelas, terus menatap ke luar jendela. Selembar lagi telah gugur. Tidak,
lalu sepuluh, dan sembilan, dilanjutkan dengan delapan dan aku tidak membutuhkan air kaldu. Daun itu tinggal empat lembar
tujuh hampir bersamaan. lagi. Saya ingin menyaksikan lembar daun terakhir rontok
Sue menatap dengan cemas ke jendela. Apa yang sebelum hari gelap. Kemudian saya juga akan pergi.
dihitungnya? Yang kelihatan hanyalah halaman kosong yang Johnsy, sabahatku, ujar Sue sambil membungkuk ke arah
suram dan dinding rumah berbata merah enam meter jauhnya. Johnsy. Maukah kau berjanji kepadaku, kau akan terus menutup
Sebuah tanaman anggur tua yang berkenjal-kenjal dan akarnya matamu dan tidak melihat ke luar jendela hingga saya selesai
membusuk merambat menutup setengah dinding berbata merah menggambar? Saya harus menyerahkan gambar ini besok. Saya
itu. Napas dingin musim gugur telah merontokkan daun-daun membutuhkan cahaya terang atau saya akan menurunkan kerai.
tanaman anggur itu sehingga kerangka cabang-cabangnya, hampir Kau tidak dapat menggambar di kamar lain? tanya Johnsy
tanpa daun, kelihatan menjalar di dinding bata merah yang hampir dingin.
ambruk itu. Saya lebih suka di sini di sampingmu, sahut Sue. Selain
Ada apa, sayang? tanya Sue. itu, saya tidak ingin kau terus-menerus memandang daun-daun
Enam, kata Johnsy dengan suara pelan hampir berbisik. anggur itu.
Saat ini daun-daun itu gugur lebih cepat. Tiga hari lalu Tolong katakan begitu kau selesai bekerja, kata Johnsy
jumlahnya hampir seratus. Kepala saya pusing menghitungnya, sambil menutup matanya dan berbaring tenang dengan selimut
tetapi sekarang mudah. Selembar daun lagi rontok. Yang tinggal putih, diam tak bergerak bagaikan patung yang runtuh, karena
hanya lima lembar lagi. saya ingin menyaksikan gugurnya daun terakhir. Saya sudah
Lima apa, sahabatku? Katakan kepadaku. bosan menunggu. Saya sudah capek berpikir. Saya ingin
Daun-daun. Di pohon anggur itu. Kalau lembar daun melepaskan segalanya dan pergi berlayar, seperti salah satu
terakhir rontok, saya juga harus pergi. Sudah tiga hari saya lembar daun yang lelah dan malang itu.
mengetahui itu. Dokter itu tidak mengatakannya kepadamu? Cobalah tidur, kata Sue. Saya harus memanggil
Oh, saya tidak pernah mendengar omong kosong seperti Behrman untuk naik ke sini untuk menjadi model sebagai pekerja
itu, ujar Sue dengan mencemooh. Apa hubungannya daun tua tambang tua itu. Saya tidak akan pergi lama. Jangan bergerak
tanaman anggur itu dengan kondisi kesehatanmu? Dan, selama ini sebelum saya kembali.
kau suka pada anggur itu, gadis nakal. Jangan mengada-adalah. Behrman tua adalah pelukis yang tinggal di lantai dasar di
Mengapa, dokter pagi ini mengatakan kepadaku bahwa bawah mereka. Usianya telah mencapai 60 tahun dan janggutnya
peluangmu untuk sembuh dalam waktu dekat dengarkan apa yang mirip janggut Nabi Musa dalam karya Michael Angelo itu
yang dikatakannya adalah sepuluh berbanding satu. Ini benar- menggantung dengan subur. Behrman adalah pelukis yang gagal.
DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012
[Type text]

Empat puluh tahun ia telah menggunakan kuas tanpa pernah dapat mau berpose untuk saya, tidak apa-apa. Tapi saya pikir Anda
menghasilkan yang dikehendakinya. Ia senantiasa berupaya adalah orang tua yang membosankan dan tidak karuan.
melahirkan mahakarya tetapi tetap saja tak pernah dimulainya. Kamu ini benar-benar seperti wanita, Behrman berteriak.
Selama beberapa tahun ia tidak melukis apa pun kecuali sesekali Siapa yang mengatakan saya tidak mau berpose untukmu.
dengan beberapa polesan untuk komersial atau iklan. Ia mencari Silakan. Saya akan datang. Selama setengah jam saya akan
nafkah dengan berfungsi sebagai model bagi para pelukis muda di berpose. Tempat ini tidak seperti di tempat lain karena di sini
koloni itu karena mereka tidak mampu membayar model orang sebaik Miss Johnsy kini terbaring dalam keadaan sakit.
profesional. Ia menenggak minuman keras secara berlebihan dan Suatu saat nanti saya akan membuat sebuah mahakarya dan kita
setelah itu masih saja ia bicara tentang mahakaryanya yang akan semua akan pergi dari sini.
datang. Seain itu, ia hanya seorang tua bertubuh kecil yang galak Johnsy sedang tidur ketika mereka naik ke lantai atas. Sue
yang sangat mengejek kelembutan siapa saja dan menganggap menurunkan kerai dan menarik Behrman ke kamar lain. Di sana
dirinya sebagai pengawal khusus untuk melindungi kedua pelukis mereka menatap dari jendela dengan rasa takut ke arah tanaman
muda yang berdiam di lantai atas. anggur itu. Kemudian mereka saling memandang beberapa saat
Sue menemui Behrman yang menyebarkan aroma minuman tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
keras di kamarnya yang diterangi cahaya remang-remang di lantai Hujan turun tak henti-hentinya dibarengi salju. Behrman,
bawah. dengan kemeja tuanya mengambil tempat dan duduk sebagai
Di salah satu sudut kamarnya terdapat sebuah kanvas buruh tambang pertapa pada sebuah cerek yang berfungsi sebagai
kosong pada kuda-kuda, kanvas yang telah menunggu selama 25 sebuah batu.
tahun untuk mendapatkan goresan pertama dari sebuah Ketika Sue terbangun dari tidurnya selama satu jam pada
mahakarya. Sue mengutarakan kepadanya tentang khayalan pagi hari berikutnya, ia menemukan Johnsy dengan mata kuyu
Johnsy dan bagaimana Johnsy khawatir ia benar-benar ringan dan yang terbuka lebar menatap kerai yang belum ditarik.
rapuh sebagai daun yang ditatapnya, terombang-ambing ketika Tariklah, saya ingin melihat, perintahnya dengan suara
pegangannya terhadap dunia semakin lemah. berbisik. Dengan malas Sue mematuhi perintahnya. Aneh, setelah
Behrman yang bermata merah berteriak mengungkapkan hujan yang tak henti-hentinya mencurah dan angin kencang yang
kemuakan dan ejekannya terhadap khayalan bodoh seperti itu. memukul-mukul sepanjang malam, selembar daun anggur masih
Vass! ia berteriak. Apakah ada orang di dunia ini tetap bertengger di ranting yang melekat di dinding berbata merah
menjadi begitu tolol dan ingin mati hanya karena daun-daun itu. Itulah daun terakhir. Dengan masih tetap berwarna hijau tua
gugur dari batang anggur terkutuk itu? Saya tidak pernah di dekat tangkainya, dan pinggirnya yang mulai kekuningan
mendengar kejadian seperti itu. Tidak, saya tidak akan mau karena akan membusuk, daun itu tergantung dengan kokoh pada
berpose lagi untukmu sebagai model pertapa tua yang dungu itu. cabang pohon kira-kira enam meter di atas tanah.
Kau membiarkan saja pikiran tolol itu masuk ke dalam kepalanya. Itulah daun terakhir, ujar Johnsy. Saya pikir daun itu
Akh, Miss Johnsy kecil yang malang. akan gugur malam tadi. Saya mendengar suara angin. Daun itu
Ia sakit keras dan sangat lemah, kata Sue, dan demam akan gugur malam ini dan pada waktu yang sama saya akan
panas itu telah membuat pikirannya abnormal dan penuh dengan menutup mata untuk selamanya.
khayalan aneh. Baiklah, Tuan Behrman, kalau Anda tidak lagi

DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012


[Type text]

Sahabatku, sahabatku, ujar Sue, sambil mendekatkan Hari berikutnya dokter berkata kepada Sue, Ia terlepas dari
wajahnya ke bantal. Pikirkanlah saya kalau kau tidak mau bahaya. Anda menang. Yang diperlukan sekarang hanyalah gizi
memikirkan dirimu sendiri. Apa yang saya lakukan? dan perhatian itu saja.
Johnsy tidak menyahut. Sesuatu yang paling merasakan arti Dan petang itu Sue menghampiri ranjang tempat Johnsy
sunyi di dunia ini adalah jiwa ketika jiwa itu telah bersiap untuk berbaring sambil merajut syal wol berwarna biru tua.
menempuh perjalanan yang misterius dan jauh. Khayalan Saya ingin mengatakan sesuatu kepadamu, tikus putih,
tampaknya merangkulnya dengan erat ketika satu persatu katanya. Tuan Behrman hari ini meninggal di rumah sakit karena
hubungan yang mengikatnya dengan persahabatan dan dunia radang paru-paru. Ia hanya dua hari sakit. Portir menemukannya
melonggar. pada pagi hari di kamarnya di lantai bawah tak berdaya karena
Hari berangkat tua, walaupun demikian di ambang senja sakit. Pakaian dan sepatunya basah dan sangat dingin. Orang-
mereka masih dapat menyaksikan daun anggur yang selembar itu orang di rumah sakit tidak dapat membayangkan ke mana ia pergi
melekat di rantingnya yang menjalar di tembok. Dan kemudian, pada malam yang menakutkan itu. Dan kemudian mereka
dengan datangnya malam, angin dari utara kembali berhembus, menemukan lentera masih menyala dan tangga yang dibawanya
sementara hujan terus-menerus memukul jendela. dari kamarnya, sejumlah kuas yang berserak di sana-sini dan
Ketika angin dan hujan reda, Johnsy memeberi perintah sebuah palet yang penuh dengan campuran warna hijau dan
agar kerai ditarik. Daun anggur itu masih tetap di sana. Johnsy kuning, dan tataplah ke luar jendela, sahabatku. Lembar teakhir
lama berbaring sambil menatap daun itu. Kemudian ia memanggil daun anggur di dinding tembok itu. Tidakkah kau heran mengapa
Sue yang sedang mengaduk-aduk air kaldu ayam di atas kompor. daun itu tidak pernah bergoyang atau bergerak ketika angin
Saya telah menjadi gadis nakal, Sue, ujar Johnsy. berhembus. Ah, sayangku, itulah mahakarya Behrman ia
sesuatu telah membuat agar daun terakhir itu tetap melekat di melukis daun itu di sana pada malam daun terakhir gugur ke
sana untuk memperlihatkan kepada saya betapa jahatnya saya. bumi.
Menginginkan kematian adalah dosa. Sekarang berilah saya ( Horison, Tahun XXXI, No.5, Mei 1997 hal. 41-44)
sedikit air kaldu dan susu, oh tidak, ambilkan lebih dulu cermin
tangan dan susunlah bantal di sekitarnya agar saya dapat duduk
dan melihatmu memasak.
Satu jam kemudian ia berkata, Sue, suatu ketika nanti saya
berharap akan dapat melukis Teluk Napoli.
Dokter datang sore harinya, dan Sue punya alasan untuk
pergi ke gang ketika dokter itu meninggalkan pasiennya.
Peluang seimbang, ujar dokter itu sambil memegang
tangan Sue yang kurus dan gemetar. Dengan perawatan yang
baik Anda akan menang. Sekarang saya harus memeriksa kasus
lain di lantai bawah. Behrman, begitu namanya saya kira dia
seorang seniman. Juga kena pneumonia. Ia seorang tua yang
lemah dan serangannya akut. Baginya tidak ada harapan; tetapi ia
masuk ke rumah sakit hari ini agar tidak terlalu menderita.
DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012
[Type text]

Cerpen 2 orang tua dia bilang, Sehat. Semua sehat. Dan mereka kirim
salam rindu kepadamu.
JAKARTA Ketika pintu berderit ia tersentak dari lamunannya, dan di
Totilawati Tjitrawasita
saat berdiri hendak menyambut adik misannya, ternyata yang
keluar bukan dia tapi si penjaga.
Bagaimana? tanyanya tak sabar.
Ketika penjaga menyodorkan buku tamu, hatinya tersentil. Duduklah Tuan, duduk saja. Pak Jenderal sedang ada
Alangkah anehnya, mengunjungi adik sendiri harus mendaftar, tamu. Tapi saya lihat Pak Jenderal heran melihat nama Bapak di
padahal seingatnya, dia bukan dokter. Sambil memegang buku itu situ.
dipandangnya penjaga itu dengan hati-hati, kemudian pelan dia Mendengar itu dia tersenyum, lalu duduk kembali di kursi.
bertanya, Semua harus mengisi buku ini? Sekalipun saudara atau Ditepuk-tepuknya debu yang melekat di celananya, lantas
ayahnya, umpamanya? diambilnya slepi dari sakunya.
Yang ditanya hanya mengangguk, menyodorkan bolpoin. Boleh merokok tanyanya minta izin.
Silakan tulis: nama, alamat, dan keperluan, katanya. Silakan, silakan, kata si penjaga dengan ramah. Sikap
Tiba-tiba timbul keinginannya untuk berolok-olok. Sambil tamu itu memang merapatkan rasa persaudaraan. Ditawarkannya
menahan ketawa ditulisnya di situ: nama: Soeharto (bukan rokok ke ujung hidung si penjaga,
Presiden). Keperluan: urusan keluarga. Mau? Silakan lho! yang dijawab dengan gelengan
Cukup? katanya sambil menunjukkan apa yang kepala dan goyangan tangan oleh si penjaga.
ditulisnya kepada penjaga. Lelucon, lelucon, katanya berulang- Baiklah, tapi jangan panggil saya Tuan, ah. Saya bukan
ulang sambil menepuk-nepuk punggung penjaga yang terlongok- Tuan. Orang awam, sama seperti Saudara. Nama saya Waluyo.
longok heran. Orang-orang memanggilku Pak Pong. Lihat saja nanti, Pak
Dia tahu, siapa saya, ujarnya menjelaskan. Jenderalmu pasti memanggil aku dengan Pak Pong, Pak Pong
Tanda tangannya belum, Tuan. Dan alamatnya? terlalu banyak makan singkong, kalau rakus dikasih telethong.
Betul juga, ada gunanya juga menjelaskan identitasnya Ooh, sejak kecil kami memang suka berolok-olok. Dia tertawa
agar tuan rumah tahu dan memberikan sambutan yang hangat atas lebar, terkenang masa kecilnya, bercanda di atas punggung
kedatangannya. Maka ditulisnya di bawah tanda tangannya, kerbau. Si penjaga sempat mencatat: gigi tamunya ompong
lengkap: Waluyo ANOTOBOTO. Nama keluarganya sengaja semua.
dibikin kapital semua, diberi garis tebal di bawahnya. Sekali lagi Tuan, Eh Pak Pong, petani? ujarnya ragu-ragu, takut
dia tersenyum, rasa bangga terukir di wajahnya. kalau menyinggung perasaan.
Begini? tanyanya seperti meminta pertimbangan penja- Petani? Apa potongan saya petani? Bukan! Tapi waktu
ga. remaja memang kami suka pencak silat. Rupanya meninggalkan
Terbayang adik misannya tergopoh-gopoh membuka bekas juga, pada potongan tubuhku. Atau karena baju model cina
pintu, lalu menyerbunya dengan segala rasa rindu, sambil melem- ini ya? Saya, guru SD di Desa Nggesi. Sekolah ini telah
par macam-macam pertanyaan kepadanya, Bagaimana Embok, menghasilkan orang-orang besar. Murid saya yang pertama
Bapak? Tinah, anaknya sudah berapa? Kemudian dilihatnya diri sekolah sudah Kapten, ada juga yang insinyur. Dan Pak
sendiri menepuki punggung adiknya dan dengan suara dan gaya Jenderalmu, murid yang paling jempolan. Otaknya tajam sekali,
DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012
[Type text]

katanya sambil mengacungkan ibu jari ke atas, memuji biayanya, sebab di desa kami kan bisa makan apa saja . Ooh,
kepandaian adik misannya. apa itu Pak Menteri? tiba-tiba dia menghentikan ceritanya,
Bel yang mendadak menjerit tiga kali menghentikan menunjuk ke jalan.
dongengnya. Tampak olehnya penjaga itu berdiri dengan tergesa- Seperti disengat lebah, penjaga yang di dekatnya meloncat
gesa sambil berkata, Tunggu sebentar, mungkin Bapak sudah bangun, setengah berlari menyambut tamu yang baru datang dan
diperlukan. bergemetaran ketika membukakan pintu mobilnya.
Dia melongo, Diperlukan? Diperlukan? ujarnya di Langsung saja, Pak, kata si penjaga sambil mengantar
dalam hati, tidak mengerti. Disedotnya rokoknya dalam-dalam, Pak Menteri ke ruang tamu di dalam.
asapnya ditiupkan ke atas. Terbayang kembali di depan matanya Dia duduk saja di situ, tercenung-cenung. Dicatatnya
Paijo yang kurus kering, makan satu meja, tidur sepembaringan, kejadian itu dalam hati: tamunya Paijo, Menteri; langsung
adik misannya sendiri. Pernah ada bisul di pantatnya, lantas bertemu tanpa menunggu. Lantas dihitung-hitung sudah berapa
ditumbukkan daun kecubung untuk obat. Waktu tubuh yang tahun mereka tidak saling ketemu. Apa Paijo juga gemuk seperti
kering itu disergap kudis, dia bersepeda sepanjang lima puluh Menteri itu? Tiba-tiba semacam kerinduan mencekam naik ke
kilometer untuk beli obat ke kota buat adiknya itu. Pagi dan sore dadanya. Dia ingin melihat adiknya! Serasa hendak diterjangnya
menggerus belerang, merebus air dan merendam Paijo pada tembok yang ada di hadapannya. Karena gelisah dia berdiri,
kemaron yang besar. Tiga puluh lima tahun yang lalu, itu, ketika berjalan ke arah pintu.
semua masih anak-anak. Ketika tangannya menyentuh grendel, pintu terdorong dari
Pak Pong mau minum apa? Seperti tadi, si penjaga dalam. Dan seseorang muncul di depannya: si penjaga! Dengan
nyelonong duduk dan menegurnya, membubarkan angan-angan tertawa terkekeh-kekeh ditepuk-tepuknya bahu Pak Pong yang
masa silamnya. Pak Jenderal bilang saya harus menemani Bapak, tua.
sebab Pak Jenderal lagi sibuk. Sebentar lagi ada tamu istimewa, Kabar baik, Pak, kabar baik. Mereka berdua wajahnya
Pak Menteri. Minumnya apa, Pak? Juice? Coca Cola? cerah-cerah. Menteri itu banyak duit, alamat saya kebagian rejeki.
Apa saja, boleh. Kopi kalau ada, ujarnya merendah. Oo, jadi Pak Pong ini kakak misan Pak Jenderal, ya? Betul mirip
Aih, Jakarta panas, kenapa kopi? Tapi apa Bapak Sauda- memang, dan Pak Jenderal selalu bangga pada keluarganya.
ranya Pak Jenderal? ujar penjaga sambil menyorongkan cangkir Dalam pidato-pidatonya selalu disebut-sebutnya: anak desa,
ke depan tamunya. penderitaan rakyat, dan perjuangan melawan Belanda, kata
Ya, kakak sepupu. Sejak kecil dia yatim piatu. Ibu penjaga itu mencoba mengingat-ingat kembali apa yang pernah
bapaknya meninggal kena wabah kolera. Dia dua saudara, adik diucapkan oleh Jenderalnya, kepada tamunya.
perempuannya bernama Tinah. Lantas keduanya diambil oleh Ya, betul. Rumah kami pernah dijadikan markas, waktu
orangtua kami, dibesarkan dalam kandang yang sama, di Nggesi. zaman gerilya. Masih lama ya, Pak Menteri itu? katanya tak
Kami memang keluarga petani, tapi dia agak lain, otaknya luar sabar lagi.
biasa. Sejak kecil dia sudah menunjukkan bakatnya, selalu saja Tidak! asal Bapak Jenderal mau teken, biasanya urusan
dibuatnya hal-hal yang mengagumkan. Karenanya kami semua selesai. Minumnya ditambah lagi ya, Pak?
bersepakat untuk mengirimnya ke kota, sekolah. Waktu itu kami Dia menggeleng lesu, dalam hati diumpatnya Menteri dan
menjual sapi dan padi untuk ongkos-ongkosnya. Lantas saya tamu-tamu yang antri di situ, merebut waktu adiknya.
waktu sudah jadi guru, saya kirimkan seluruh gaji untuk
DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012
[Type text]

Karena badan dan pikirannya terlalu capek, dia mengantuk yang bernama Pak Pong menangkap sesuatu yang lain dari wajah
di situ. Si penjaga tidak mengganggunya, dibiarkan saja tamunya adiknya: ketidakwajaran.
tersandar lemas di kursinya. Entah berapa lama dia dalam Maka hilanglah kegembiraannya. Kerinduan yang hendak
keadaan semacam itu, dia sendiri tak menyadarinya; tiba-tiba dia tuangkan dalam banyak cerita, berhenti sampai di
didengarnya kembali bel tiga kali. Si penjaga menggoncang- tenggorokannya. Dia tenggelam dalam keasingan. Terentang
goncang bahunya. batas di depannya. Sekalipun tidak diketahuinya bagaimana
Giliran untuk Pak Pong. Mari, saya antarkan . Ada wujudnya, tapi dia dapat merasakannya. Pada setiap tarikan napas
keramahan yang tulus terlempar dari mulut si penjaga. Bibirnya adiknya terbayang ungkapan kegelisahan adik misannya itu, akan
menyunggingkan senyum, ikut merasa bahagia. Waktu pintu kehadirannya.
ternganga lebar, dia tercenung di depannya. Matanya bergerak ke Kakak nginap di mana? tanya laki-laki yang sejak kecil
sana ke mari menatapi apa saja yang dilihatnya. Ruangan itu dia timang-timang itu, mengiris hatinya.
bagus sekali. Hawa dingin menyentuh kulitnya. Ada kesegaran di Gambir. Engkau sibuk, Dik? Ada titipan dari Ibu, kata-
dalamnya. Di tengah-tengah barang-barang yang serba megah, katanya menggeletar, ada rasa penasaran yang ditekannya sendiri
duduk laki-laki jangkung, memakai kecamata hitam. Betulkah itu di dalamnya. Didengarnya sendiri, betapa lucunya kata ibu
Paijo? terluncur dari mulutnya. Lebih dari setengah abad dunia ini
Ya, dia tidak salah: ada tahi lalat di pipinya. Maka dia pun dihuninya, baru satu kali itu dalam hidupnya ia menyebut ibu buat
menyerbu ke dalam, lalu dihamburkan kerinduannya, Jo , emboknya.
teriaknya nyaring. Ketika hendak dirangkulnya laki-laki yang Dari Ibu? Baiklah, nanti saja; sebentar lagi saya harus
duduk di belakang meja, dia mendadak menghentikan rapat di Bina Graha. Kakak nginap di Gambir? Kalau begitu,
langkahnya, sebab laki-laki itu bukannya berdiri tetapi tetap saja biarlah penjaga mengantarkan kakak ke sana. Nanti malam Kakak
duduk di kursi. Laki-laki jangkung itu melepaskan kecamatanya saya tunggu, makan malam di rumah bersama keluarga.
pelan-pelan, lalu mengulurkan tangannya. Laki-laki itu berdiri, mengantarkan kakaknya sampai di
Hallo, Pak Pong, apa kabar? Saya senang bertemu kakak pintu, memanggil serta memberikan aba-aba pada sopir dan si
di sini? Bagaimana Ibu, Bapak dan Dik Tinah? ujarnya, datar penjaga. Sesudah itu mobil merah punya Pak Jenderal meluncur
tanpa emosi. melintasi kota, cepat seperti kilat.
Laki-laki yang bernama Pak Pong itu hanya melompong. Gambir sebelah mana, Pak? ujar sopir di perjalanan.
Kakak, Ibu, Dik Tinah? dia sempat mencatat kata-kata Stasiun! jawabnya tenang.
baru. Bukankah kata-kata itu dulu berbunyi, Kakang, simbok, Stasiun? Kiri apa kanannya, Pak? tanya si penjaga, ingin
dan gendukku Tinah? lebih jelas.
Baik, baik, Dik, semuanya kirim salam rindu padamu, Tidak, di stasiunnya itulah. Jam berapa kereta mening-
katanya dengan latah, diknya terasa kaku di lidah. Dulu, orang galkan Jakarta? Saya tidak punya famili di sini, kecuali dia.
yang ada di depannya itu dipanggilnya dengan le saja, ketika Kasihan adikku, repot sekali kelihatannya. Tentu di rumahnya
masih sama-sama memandikan kerbau di sungai, tiap sore. banyak tamu, sehingga saya tidak kebagian ruang dan waktu.
Kakak tetap saja: penggembira, awet muda, bajunya Kasihan adikku, seharusnya saya tidak mengganggunya, ujarnya
potongan cina. Mereka tertawa berderai-derai. Tapi laki-laki tulus, tanpa prasangka, pelan seperti bicara kepada dirinya
sendiri.
DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012
[Type text]

Pak Pong , sapa penjaga itu dengan lirih. Kalau Pak Berdansa. Bercumbu. Biasa, Pak, Jakarta! jawab si
Pong mau, biarlah kita bersempit-sempit di gubuk saya. Kereta penjaga dengan ringan.
meninggalkan Jakarta baru besok pagi, jam lima. Ada yang jalan Astaga Gusti Pangeran, nyuwun pangapura. Dan
sore, tapi karcisnya sepuluh ribu. adikku apa sering ke situ? ujarnya lirih, mengandung sedu.
Laki-laki yang dipanggil Pak Pong mengulurkan kedua Tidak ke situ, ke Paprika. Tapi sama saja. Malah
belah tangannya. Mereka bersalaman dengan hangat, ditempelkan karcisnya mahal di sana, enam ribu!
di dada, bersilaturahmi. Enam ribu? Sama dengan dua bulan gajiku, keluhnya
Alhamdulillah. Kamu tidak keberatan, menerima aku pelahan.
satu malam saja? Penjaga itu menggeleng lemah, tanpa Lampu-lampu yang berkilauan terasa menusuk-nusuk
berbicara. Hanya saja mata yang menatap sedih pada orang yang matanya, sedangkan kebisingan kota menyayat-nyayat hatinya.
duduk di dekatnya itu. Samar-samar dia sadari bahwa dia telah kehilangan adiknya: Paijo
Malam itu, Pak Pong berjalan kaki, keliling kota Jakarta, tercinta!
di temani si penjaga. Kejadian siang tadi sama sekali tidak Pak Pong yang malang menatap kota dengan dendam di
membekas pada wajahnya, mukanya tetap berseri-seri. dalam hati. Jakarta, kesibukannya, Bina Graha, gedung-gedung
Diterimanya kenyataan itu sebagai hal wajar: adiknya orang itu, Istana Merdeka, night club, mobil merah telah memisahkan
besar, sibuk dan banyak acara, mengurus negara. Setiap kali dia dari adiknya.
melihat mobil merah lewat di dekatnya, tanyanya, Bukankah itu Ditatapnya bungkusan kecil titipan emboknya, lalu
mobil Paijo? Jangan-jangan dia menjemput aku? Kami memang diberikannya kepada si penjaga, Untukmu. Kain yang dibatik
sudah berjanji, jam tujuh, makan malam. oleh tangan orang tuaku. Di dalamnya terukir cinta ibu kepada
Si penjaga menepuk-nepuk bahunya, Mobil merah anaknya. Coretan tanah kelahiran yang dikirim untuk mengikat
ratusan, Pak, jumlahnya di sini. Dan malam ini Pak Jenderal ada tali persaudaraan!
di istana, menyambut tamu dari luar negeri. Dua tetes air mata membasahi pipi yang tua, menandai
Istana? Rumahnya Presiden, maksudmu? matanya kejadian waktu itu.***
terbeliak lebar, mengungkapkan keheranan yang besar.
Ya, rumah Presiden. Nah itu, lampu-lampu yang
gemerlapan itu night club. Tahu night club? tiba-tiba saja si
penjaga merasa berarti, lebih pandai daripada tamunya, kakak
sepupu Jenderalnya.
Night club, Pak, pusat kehidupan malam di kota ini.
Tempat orang-orang kaya membuang duit mereka. Lampunya
lima watt, remang-remang; perempuan-perempuan cantik,
minuman keras, tari telanjang, dan musik yang gila-gilaan.
Pendeknya, yahut! ujar penjaga sambil mengacungkan
jempolnya.
Lantas, apa yang mereka bikin, di situ? suaranya
tercekik membayangkan ketakutan yang besar.
DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012
[Type text]

Cerpen 3 Tapi bagaimanapun, meski Bu Kus merasa selalu dekat


dengan Pak Gi, ternyata setelah tiga puluh tahun lebih tak
KADO ISTIMEWA berjumpa, timbul juga kerinduan untuk bernostalgia dan bertatap
Jujur Prananto
muka secara langsung dengan beliau. Maka itulah ketika ia
mendengar kabar bahwa Pak Gi akan menikahkan anaknya, Bu
Bu Kustiyah bertekad bulat menghadiri resepsi pernikahan Kus merasa inilah kesempatan yang sangat tepat untuk berjumpa.
putra Pak Hargi. Tidak bisa tidak. Apa pun hambatannya. Berapa ***
pun biayanya. Ini sudah menjadi niatannya sejak lama, bahwa Lewat tengah hari, selesai makan siang, Bu Kus sudah tak
suatu saat nanti, kalau Pak Gi mantu ataupun ngunduh mantu, Bu betah lagi tinggal di rumah. Tas kulit berisi pakaian yang siap
Kustiyah akan datang untuk mengucapkan selamat. Menyatakan sejak kemarin diambilnya, juga sebuah tas plastik besar berisi
kegembiraan. Menunjukkan bahwa Bu Kus tetap menghormati segala macam oleh-oleh untuk para cucu di Jakarta. Merasa beres
Pak Gi, biarpun zaman sudah berubah. dengan segala tetek-bengek itu ini, Bu Kus pun menyuruh
Pak Hargi adalah atasan saya yang saya hormati, begitu pembantu perempuannya memanggilkan dokar untuk
Bu Kus sering bercerita pada tetangganya. Beliau adalah seorang membawanya ke stasiun.
pejuang sejati. Termasuk di antara yang berjuang di dapur umum, Belum ada pukul tiga Bu Kus sudah duduk di peron
saya merasa bahagia dan berbangga bisa ikut berjuang bersama stasiun, padahal kereta ekonomi jurusan Jakarta baru berangkat
Pak Gi. pukul enam sore nanti. Ketergesa-gesaannya meninggalkan
Namun begitulah menurut Bu Kus setelah ibukota rumah akhirnya malah membuatnya bertambah gelisah. Rasanya
kembali ke Jakarta, keadaan sudah banyak berubah. Pak Hargi ia ingin secepatnya sampai di Jakarta dan bersalam-salaman
ditugaskan di pusat dan Bu Kus hanya sesekali mendengar kabar dengan Pak Gi. Berbincang-bincang tentang masa lalu. Tentang
tentang beliau. Waktu terus berlalu tanpa ada komunikasi. kenang-kenangan manis di dapur umum. Tentang nasi yang
Kekacauan menjelang dan sesudah Gestapu serasa makin terpaksa dihidangkan setengah matang, tentang kurir Ngatimin
merenggangkan jarak Kalasan-Jakarta. Lalu tumbangnya rezim yang pintar menyamar, tentang Nyai Kemuning penghuni tangsi
Orla dan bangkitnya Orde Baru mengukuhkan peran Pak Gi di pengisi mimpi-mimpi para bujangan. Ah, begitu banyaknya
lingkungan pemerintahan pusat. Dan ini berarti makin tertutupnya cerita-cerita lucu yang rasanya takkan terlupakan biarpun terlibas
kemungkinan komunikasi langsung antara Bu Kustiyah dengan oleh berputarnya roda zaman.
Pak Gi. Tetapi bukan berarti Bu Kus merasa jauh dengan Pak Gi. Peluit kereta api mengagetkan Bu Kus. Ia langsung berdiri
Sebab dalam istilah Bu Kus kesamaan cita-cita merupakan tergopoh-gopoh naik ke atas gerbong.
pengikat hubungan yang tak terputuskan. Nanti saja, Bu! Baru mau dilangsir!
Soal cita-cita ini dulu kami sering mengobrolkannya Tapi Bu Kus sudah terlanjur berdiri di bordes. Pokoknya
bersama para gerilyawan lain, demikian kenang Bu Kus. Dan sampai Jakarta!
pada kesempatan seperti itu, pada saat orang-orang lain Nomor tempat duduknya belum diatur, Bu!
memimpikan betapa indahnya kalau kemenangan berhasil Pokoknya punya karcis!
tercapai, Pak Gi sering menekankan bahwa yang tak kalah Dan memang setelah melalui kegelisahan yang teramat
penting dari perjuangan menentang kembalinya Belanda adalah panjang, akhirnya Bu Kus sampai juga di Jakarta. Wawuk, anak
perjuangan melawan kemiskinan dan kebodohan. perempuannya, kaget setengah mati melihat pagi-pagi ibunya
DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012
[Type text]

muncul di muka rumahnya setelah turun dari taksi sendirian. Ibu ***
ini nekad! Kenapa tidak kasih kabar dulu?
Di telegram kan saya bilang mau datang? Mencari informasi tentang tempat dan waktu
Tapi tanggal pastinya ibu tidak menyebut. penyelenggaraan resepsi tersebut ternyata sama sekali bukan
Yang penting sudah sampai sini. pekerjaan sulit bagi suami Wawuk. Pak Hargi adalah seorang
Bukan begitu, Bu. Kalau kita tahu persis kan bisa jemput pejabat eselon satu pada pos yang sangat penting. Sedemikian
Ibu di stasiun. penting jabatan itu hingga ibarat kata beliau terkena gejala flu saja
Saya tidak mau merepotkan. Lagi pula saya sudah keburu baru gejalanya saja rasa-rasanya seluruh departemen bakal
takut bakal ketinggalan resepsi mantunya Pak Gi. Salahmu juga, tahu. Itulah maka dengan gampang suami Wawuk bisa
tanggal persisnya tidak kamu sebut di surat. memperoleh keterangan lengkap, termasuk copy undangan
Ya, Tuhan! Ibu mau datang ke resepsi itu? resepsi pernikahan tersebut.
Kamu sendiri yang bercerita Pak Gi mau mantu. Acaranya besok jam tujuh malam, di Puri Agung Hotel
Kenapa ibu tidak mengatakannya di surat? Sahid Jaya.
Apa-apa kok mesti laporan. Astaghfirullah. Di hotel?
Bukan begitu, Bu. Wawuk sedikit ragu melanjutkan Ya, Bu.
ucapannya. Ibu kan ... tidak diundang? Bukan di gedung?
Lho, kalau tidak pakai undangan apa ya lalu ditolak? Di hotel itu ada fasilitas ruang resepsi, Bu.
Ya, tidak. Tapi siapa tahu nanti ada pembagian tempat, Ooo....
mana yang VIP, mana yang biasa. Barangkali, lho. Soalnya saya sendiri belum pernah
Ah, kayak nonton wayang orang saja, pakai vip-vipan masuk.
segala. Tapi Nak Totok tahu hotel itu di mana?
Tapi yang jelas, saya sendiri juga tidak tahu resepsinya Tahu, Bu.
itu persisnya diadakan di mana, hari apa, jam berapa. Saya tahu Tengah malam giliran Wawuk yang tak bisa tidur. Dalam
rencana perkawinan itu cuma dengar dari Mas Totok saja, Bu. dirinya berkecamuk berbagai perasaan yang tidak keruan. Ingin
Mas Totok juga cuma dengar omongan kiri-kanan. sekali ia melarang ibunya datang, tapi sungguh tidak ada alasan
Suamimu itu kan sekantor sama Pak Gi. Masak tidak untuk itu. Tidak mungkin ia mengatakan, Kenapa harus
diundang? mendatangi pestanya orang yang bisa jadi telah melupakan kita,
Bukan satu kantor, Bu. Satu departemen. Lagi pula Mas atau Mereka toh tidak mengharapkan kita datang, atau alasan-
Totok itu karyawan biasa, jauh di bawah Pak Gi. Itu pun bukan alasan lain yang salah-salah justru akan berbalik melipatkan
bawahan langsung. Jadi ya nggak bakal tahu menahu soal semangat ibunya untuk datang hanya demi membuktikan,
beginian. Apalagi kecipratan undangan. Pendapat kamu itu salah, Wuk!
Kan bisa tanya? Di sisi lain, Wawuk sendiri juga merasa sangat berdosa,
Wawuk menghembuskan nafasnya agak keras. kenapa dalam dirinya timbul rasa malu terhadap ibunya sendiri.
Ingat, Wuk, Bu Kus bicara dengan nada dalam. Aku Ya, darimana munculnya perasaan jahat itu? Padahal
jauh-jauh datang ke Jakarta ini yang penting adalah datang pada sesungguhnya ia sangat menghormati ibunya. Sangat
resepsi pernikahan putra Pak Hargi. Lain tidak. menghormati kesederhanaannya. Idealismenya. Sikap moralnya.
DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012
[Type text]

Kenapa rasa hormatnya terhadap nilai-nilai itu begitu gampang ***


gentar hanya karena ibunya akan hadir di sebuah pesta di hotel Penjagaan ketat mewarnai ruang resepsi hotel Sahid Jaya.
berbintang lima? Di halaman bertebaran petugas security, lengkap mengenakan
Wawuk bangkit dari pembaringan, pelan masuk ke kamr setelan jas hitam dan handy-talky di tangan. Pintu masuk hanya
ibunya. Kosong. Pandangan Wawuk lalu bertumpu pada tas kulit separuh terbuka kurang lebih Cuma semeter, dilengkapi dengan
ibunya di pembaringan. Tas itu dibukanya. Kain kebaya di bingkai detektor beralarm.
dalamnya ia kenal betul sebagai pakaian ibunya lima atau enam Bu Kus melihat semua itu dengan pandangan kagum.
tahun yang lalu. Wawuk ingat ketika ia pernah ingin membelikan Tangannya memegang erat kotak kado berbungkus kertas coklat
pakaian yang sedikit lebih bagus, ibunya menolak dengan alasan yang telah dipersiapkannya begitu lama.
yang tak jelas. Juga selop hitam itu, yang bahan solnya sudah Pasangan-pasangan tamu bergiliran masuk ke ruang
ditambal entah untuk keberapa kalinya. resepsi. Masing-masing membawa amplop undangan berukuran
Mendadak terdengar panci jatuh. Wawuk bergegas ke dua puluh kali dua puluh senti, dengan pemukaan berelief ukiran
dapur. Perasaan Wawuk makin bergolak melihat ibunya sibuk warna keemasan. Dengan langkah yang digagah-gagahkan Totok
memasak. Di meja terletak nampan anyaman bambu yang sudah dan Wawuk mengikuti arus para tamu ini, mengawal Bu Kus
dilapisi kain putih berhias bordiran. Bakul-bakul kecil masuk lebih dulu lewat pintu detektor.
ditempatkan di atasnya secara rapi. Di atas kompor yang menyala Selamat malam, Bu.
terletak dandang yang mengepulkan uap tebal. Selamat malam, selamat malam.
Masak apa, Bu? Bu Kus menyerahkan kadonya kepada petugas yang
Thiwul. cantik-cantik itu.
Thiwul gaplek? Buat apa? Tolong simpan baik-baik kado saya ini, Nak.
Berhari-hari saya mencari kado yang tepat untuk Menaruhnya jangan sampai terbalik, nanti tumpah semua. Isinya
putranya Pak Gi. Sesuatu yang khusus, yang istimewa, dan makanan sitimewa.
terpenting yang bermakna. Baru kemarin saya menemukan Terima kasih, Bu. Silakan terus ke dalam. Tapi mohon
pilihan yang tepat. Kenapa bukan makanan zaman perjuangan? jangan mendahului ke pelaminan sebelum rombongan Presiden
Melihat kado yang isinya lain dari pada yang lain ini nanti datang.
tentulah putra Pak Gi akan bertanya pada bapaknya. Pak Gi pasti Waduh yung! Pak Presiden hadir juga?
akan terkesan sekali dan menerangkan panjang-lebar makna Bu Kus makin lincah saja memasuki ruang resepsi.
makanan ini dalam masa perjuangan. Paling tidak dengan begitu Decaknya berkali-kali terdengar menyertai kekagumannya
putra Pak Gi secara nyata bisa melihat kenyataan masa lalu yang melihat ruangan yang teramat indah, besar, dan megah ini. Di
dijalani oleh ayahnya. Ah! Kado ini nantinya tentu akan menjadi sana-sini bertebaran meja panjang berisi hidangan makanan dan
yang paling penting di antara kado-kado lain. Istimewa sekaligus minuman, berhiaskan susunan lilin warna-warni dan ukiran-
bermakna.... ukiran dari balok es raksasa. Dan nun jauh di dalam sana, di
Tapi .... bisa basi kan, Bu? tempat yang agak ketinggin, di pelaminan berwarna keemasan,
Kalau aku yang bikin, sampai tiga hari juga tahan. duduklah sepasang pengantin dan para orang tua masing-masing.
Wawuk sendiri mematung. Ada sederetan ucapan yang Sepanjang jalan menuju ke sana tergelar permadani merah
tersekat di mulutnya. bertabur kembang melati, yang di kiri-kanannya berdiri belasan
DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012
[Type text]

pemuda-pemudi cantik pager bagus dan pager ayu, berseragam Terima kasih kembali, Pak. Sekali lagi saya ucapkan
sutera kuning berhiaskan juntai-juntai renda merah tua. selamat.
Namun Bu Kus belum merasa lega sebelum bertemu Ya, ya. Terimakasih.
langsung dengan Pak Gi, dan ini masih diperlukan sejumlah Wah, ini putranya Pak Gi, ya? Persis bapak waktu muda
kesabaran lagi. Semua tamu harus menunggu setengah jam dulu....
sampai hadirnya rombongan presiden. Begitu rombongan Selesai menyalami semuanya Bu Kus akhirnya
presiden datang, bersalam-salaman, berfoto bersama dan meninggalkan pelaminan. Antrean berjalan lagi setelah beberapa
meninggalkan gedung, kurang lebih dua ribu tamu berebutan antri saat mengalami kemacetan. Semua lega. Tapi tak ada yang bisa
menuju pelaminan. Di urutan yang keseribu sekian Bu Kus tetap menandingi kelegaan Bu Kus. Ruang resepsi yang maha indah
bertahan untuk berdiri tegar, dengan perasaan yang kian berdebar. dan luas itu dirasakannya hangat menyambut kedatangannya. Ia
Setelah kurang lebih sejam berdesak-desakan, sampai mengajak Totok dan Wawuk menjelajahi seluruh ruangan,
jugalah Bu Kus di tempat pelaminan. Perasaannya berbinar dan ia mencicipi semua jenis makanan.
pun berbisik dalam hati mengucap syukur pada Yang Maha Pak Gi ini benar-benar seorang pejuang yang tak pernah
Kuasa. melupakan cita-citanya.
Dengan tangan gemetar Bu Kus menghaturkan salam pada Cita-cita yang mana, Bu?
Pak Gi. Bahwa yang tak kalah penting dengan perang melawan
Awet muda, Pak Gi. Benar-benar awet muda. Selamat, penjajahan adalah perjuangan melawan kemiskinan dan
Pak Gi. kebodohan. Lah ini semua kan bukti keberhasilan beliau melawan
Terimakasih ...terimakasih.... kemiskinan?
Rupanya Bu Kus tidak bisa menahan diri, menubruk Ibu sendiri kenapa tidak mengikuti jejak Pak Gi?
tangan Pak Gi, mencium tangan itu dan mennagis terisak-isak. Sebagai mantan bagian dapur umum saya tetap berjuang
Kustiyah, Pak Gi. Saya Kustiyah. Dapur umum. terus, lho! Melawan kelaparan ....
Pak Gi sempat mengerutkan keningnya, tapi kemudian ***
cepat mengusai keadaan, mengesankan ia sudah terbiasa Seminggu kemudian, di rumah pengantin baru, di kamar
menghadapi situasi seperti ini. Ooo...ya ya. Terima kasih, lho. penyimpanan kado. Pengantin pria duduk kelelahan berselonjor di
Pos Klasan, Pak. Mas Aris, Mas Dal, Ngatimin cebol. kursi panjang sementara istrinya yang masih gres itu sibuk
Sekarang pada ngumpul di Semarang. menginventarisasi kado, yang bahkan belum pernah dibuka sejak
Ooo... ya, ya.... resepsi tempo hari.
Semua di sana tetap kompak, Pak. Tapi jangan tanya soal Halo pengantin baru!
Nyai Kemuning, lho, isak tangis Bu Kus berbaur dengan tawa. Rombongan saudara-saudara kandung dan sepupu pada
Yayaya... terima kasih banyak, lho. Terimakasih. datang. Pengantin pria bangkit dari duduknya. Pengantin wanita
Kapan kita bisa berbincang lebih banyak, Pak Gi? tampak lega.
Sesaat Pak Gi kehilangan kata-kata. Bu Gi sedikit tegang. Naa..., dari kemarin-kemarin kek kemari. Pusing, nih,
Para tamu mulai bergumam karena macetnya antrean ngatur kado sebegini banyak. Udah, pilih sendiri-sendiri mana
Emm... kapan saja. Terima aksih atas kedatangannya. yang suka! Yang paling banyak jam dinding, setrikaan ada enam
belas biji, seprei dua puluh lima, lemari es lima biji tapi sudah ada
DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012
[Type text]

yang pesan semua, dua kita pakai sendiri, tea-set banyak yang Cerpen 4
bagus tuh, lampu meja, lampu dinding, termos, handuk, kondom.
Ambil! Ambil! Lima Belas Tahun Tidak Lama
Kunci mobil ada nggak?
Motinggo Busye
Bi-em double-yu, lho!
Ai, gilaaa!! Kunci rumah? Kota kami telah hampir berusia setengah abad, dan hampir
Ada deh.... saja hanyut karena kecelakaan gunung berapi. Beberapa tahun
Amplop? Amplop? belakangan ini orang-orang sudah tidak lagi memikirkan apakah
Langsung masuk rekening.... bahaya itu akan datang lagi, sehingga orang-orang sudah tidak
Yang masih pada di karung apaan, nih? memikirkan soal waktu. Kota itu terbentang di pinggir pantai,
Bongkar aja, bongkar! dengan sebuah jalan panjang sembilan kilometer ke arah barat
Busyet! Bau busuk! laut, dan tepat di pintu kota ada sebuah kantor bank.
Semua perhatian berpusat di sebuah kado berbungkus
kertas coklat. Di bagian sudutnya tampak basah. Kado itu pun Orang-orang pegawai bank tidak memikirkan waktu,
dibuka. Mereka tak tahu apa nama makanan dalam nampan mereka banyak berhubungan dengan angka-angka. Di sebelah
anyaman bambu yang ditutup kain putih berbordir itu, sebab bank itu ada sebuah restoran Cina dan orang-orang Cina itu juga
rupanya sudah tak keruan dan berjamur di sana-sini. Ada tidak memikirkan waktu. Belakangan mereka malah kesusahan,
selembar kertas bertuliskan tangan yang sulit terbaca karena karena pemeliharaan babi kurang memuaskan, sebab banyak
tintanya sudah menyebar kena lelehan gula merah. orang-orang Islam yang jadi tukang gembala babi-babi itu
Ibu ... Kus...Kustijak...Kustijah. Siapa sih dia? diganggu keamanannya oleh penduduk sekitarnya.
Pengantin pria mengamati kado ini. Mana gua tahu.
Imaaah!!! Di sebelah restoran Cina itu ada sebuah toko kecil, toko
Pembantu perempauan muncul. sepatu, di mana banyak sepatu-sepatu. Sepatu-sepatu itu
Bawa keluar, nih! dikerjakan oleh tukang-tukang sepatu dan mereka berjumlah
Mau disimpan di mana, Mas? enam orang. yang termuda dari tukang-tukang sepatu ini berumur
Disimpan? Buang!!! dua belas tahun, tidak perlu disebutkan namanya, karena lebih
penting apa yang menyebabkan ia menjadi tukang sepatu. Ia
Jakarta, Oktober 1991 menjadi tukang sepatu karena hendak memberi makan lima orang
(Kompas, 20 Oktober 1991 dalam Materi Pokok Cerita Rekaan adik-adiknya, hendak membantu penghasilan ibunya yang bekerja
dan Drama, B. Rahmanto.) sebagai tukang cuci.
Ia adalah yang paling pendiam. Yang tertua dari tukang-
tukang sepatu itu adalah seorang lelaki, yang mengabdikan
pikirannya dan anggota-anggota badannya untuk membuat
sepatu-sepatu yang baik. Dari keenam pekerja itu, dia inilah yang
paling banyak ditegur oleh majikannya, karena ia tidak cepat

DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012


[Type text]

bekerja, karena ia membuat sepatu-sepatu itu sebaik-baiknya. dikelabang. Antara anak perempuan itu dan ibunya agaknya
Pemilik toko sepatu itu tidak memikirkan membikin sepatu yang terjadi percakapan. Kelihatan anak perempuan itu merengek-
kuat dan baik lebih menguntungkan. Ia lebih banyak memikirkan rengek menunjuk-nunjuk ke sebuah sepatu kecil.
bagaimana bisa menghasilkan sepatu sebanyak-banyaknya, tidak Bu, belikan yang itu, Bu.
peduli jahitan atau lim-lim sepatu itu akan berumur tiga bulan Sssh, sshh.
saja. Bu, belikan, Bu. Semua anak-anak di kelas pakai sepatu.
Biarkan mereka semua pakai sepatu.
Tukang sepatu yang tertua ini, yang tertua karena dialah Tapi aku ingin juga seperti mereka.
yang telah berumur dua puluh lima di antara kelima orang yang Aku ingin seperti mereka, barangkali itulah yang dikatakan
lain, juga sangat pendiam, dan sangat tidak penting untuk anak perempuan kecil itu. Tukang sepatu itu sebenarnya tidak
menyebutkan namanya. Dia memikirkan sepatu dan waktu. Yang mendengar percakapan ibu dan anak itu. Perdebatan mereka
juga banyak dipikirkannya adalah wajahnya yang buruk itu, berdua antara ibu dan anak itu tidak ada. Tukang sepatu itu hanya
bekas-bekas cacar waktu zaman Jepang. Dia juga merupakan melihat mata anak perempuan kecil itu menatapi sepatu kecil, dan
seorang pendiam. Dia pendiam karena panggilan keadaan. sebelah tangannya menarik-narik baju ibunya. Mereka: ibu dan
Suatu kali ia berkata, Kapan kau akan kawin? anak, tidak berkata-kata. Kedua mereka tenggelam oleh lautan
Kawin? Aku tidak memikirkan hal itu. kata-kata, sehingga keduanya tidak bisa berkata lagi sebab sudah
Apakah selamanya kau tidak akan kawin? lama tenggelam.
Barangkali begitu. Aku tidak punya alis mata. Tapi dia itu, seorang anak perempuan kecil berumur lima
Gila kau! tahun, tampak sekali dalam matanya yang hitam bilam itu,
Jangan ganggu aku. Aku sedang melihat sepasang suami- menginginkan sepatu. Memang, sepatu yang satu itu kecil dan
istri yang sedang berbelanja itu. bagus, dibuat oleh tangan yang mengabdikan dirinya untuk
Dia sedang melihat sepasang suami-istri yang sedang kebagusan.
berbelanja, jauh di seberang jalan. Saat itu dia tak mau berkata Sepatu itu dibikin oleh tukang sepatu itu. Anak itu ingin
pada dirinya sendiri lagi. Tapi hatinya mengusik-usiknya lagi dan seperti anak-anak yang lain, punya sepatu. Dan tukang sepatu itu
bertanya, ingin seperti orang-orang muda yang lain, punya wajah yang tidak
Kau tidak ingin kawin seperti mereka? buruk karena cacar, punya keinginan yang besar untuk kawin.
Jangan ganggu aku. Aku sedang memperhatikan sepasang Tukang sepatu itu melihat anak kecil itu meneguk air
suami istri yang sedang berbelanja itu. Mereka sedang berbantah liurnya. Air liur itu lewat di lehernya yang kecil, masuk di usus-
agaknya. Mereka sedang berembuk barangkali. Mereka ususnya yang kecil. Tukang sepatu itu tidak bisa melupakan
mempunyai apa yang aku sendiri tidak punya. wajah anak kecil itu, karena ia melihatnya dengan teliti. Ia tidak
Itu bukanlah yang pertama kali tukang sepatu itu berbantah- akan lupa dengan mata hitam bilam itu. Lalu tukang sepatu itu
bantahan dan bersoal-jawab. Dia berbantah-bantah dan bersoal berjanji, suatu waktu ia akan memberikan sepasang sepatu untuk
jawab dengan dirinya. anak itu.
Pandangannya, melewati kaca pajangan toko ke arah sana Pikirannya segera berkacau. Tukang sepatu itu tiba-tiba
terganggu karena ada seorang perempuan sedang menggendong ingin menjadi pencuri. Ia ingin menjadi pencuri dari sepatu yang
anaknya dan seorang anak perempuan kecil dengan rambutnya dibuatnya sendiri.
DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012
[Type text]

Kini dipandangnya sepatu kecil itu. Sepatu itu memang membikin contoh, bagaimana membuat sepatu yang sebaik-
kecil. Dan tangannya menjamah. Alangkah bagus, alangkah bagus baiknya.
sepatu yang kubuat. Alangkah cantik, alangkah cantik bila anak Kalau sore hari, toko-toko itu terang oleh lampu-lampu
perempuan kecil itu memakai sepatu kecil ini. Tangan tukang neon. Banyak orang berbelanja dan banyak juga yang tidak
sepatu itu memegang sepatu itu. Ketika matanya berpaling berbelanja.
sekeliling, anak perempuan itu, juga ibunya, juga bayi yang Bagi tukang sepatu yang mukanya capuk-capuk cacar itu,
sedang digendong ibunya, tidak ada lagi dibalik kaca pajangan tidak menjadi soal apakah orang berbelanja atau tidak berbelanja.
itu. Memang, kebanyakan pemilik-pemilik toko agak kurang
Apa kerjamu? bahunya ditepuk oleh majikan tokonya. senang hati terhadap orang-orang yang ke luar-masuk toko
Ketika matanya bersua dengan mata majikannya, ia merasa dengan tidak ada kepentingan berbelanja kecuali melihat-lihat
malu. Tapi ia diam saja, sambil menaruh kembali sepatu saja.
dipajangannya. Pemilik toko itu, yang masih juga bekerja sebagai buruh
Sejak itu, tukang sepatu itu merasa ada seorang yang dirinya sendiri, sebenarnya belum berapa tua, biarpun ia merasa
senasib dengan dia. Tiap ia pulang dari kerja jam enam sore, ia dirinya sudah tua. Orang yang belum kawin pada umumnya suka
bertemu dengan anak perempuan itu, sedang berdiri di depan toko mengira dirinya semakin tua dari umurnya yang sebenarnya.
lain, berdiri melihat sepatu-sepatu. Tentu yang dilihatnya sepatu- Mereka seakan-akan bermusuh dengan waktu.
sepatu kecil. Ia melihat gadis-gadis yang masuk. Ada banyak gadis-gadis
Tapi ia melihat kejadian itu bukan tahun itu saja. Tiap yang masuk, dan ia mendengar dan melihat bagaimana cara
tahun, menjelang lebaran, ia melihat anak itu sering-sering kebanyakan gadis-gadis itu memilih. Gadis-gadis umumnya suka
berdiri-diri di depan toko-toko sepatu. Tukang sepatu itu makin memilih dan meniru. Ia ingin memiliki yang pernah dimiliki
kenal baik-baik dengan wajah anak perempuan itu, terutama pada orang lain, kalau tidak persis benar, bahkan kepingin melebihi.
bentuk mata-nya yang hitam bilam itu. Gadis-gadis suka bertanding memang.
Kota kami adalah kota yang subur dengan angan-angan. Berapa harga sepatu itu? tanya seorang gadis.
Ketika kota itu sepertiga tubuhnya hancur dibom oleh Belanda, Dua ratus lima puluh, jawab tukang sepatu pemilik toko
penduduknya berangan-angan akan membangunnya kembali itu.
menjadi sebuah kota yang baik. Walikota kami adalah walikota Oh, kata gadis itu. Sebenarnya ia akan mengucapkan
yang dicintai rakyatnya, karena ia telah merubah kota itu kata-kata, Oh mahal sekali, tidak terbeli olehku.
sedemikian rupa, sehingga dalam tempo lima belas tahun kota itu Ucapan oh itu menarik perhatian gadis-gadis di
seakan-akan bertukar rupa. Cuma sebuah tugu kemerdekaan yang sebelahnya, sehingga mata gadis-gadis itu sama menunduk,
tidak ditukar oleh arsitek-arsitek itu. melihat ke kaki gadis-gadis itu. Mulanya maksud mereka
Tukang sepatu itu masih menjadi tukang sepatu. Tapi ia memang tidak melihat ke arah sepatu gadis yang dilihatnya,
bukan saja menjadi tukang sepatunya, juga pemilik toko sepatu. mereka sebenarnya mau melihat betis gadis itu. Jadi, tidak
Ia menyuruh anak buahnya, tukang-tukang sepatu yang lain, benarlah juga anggapan umum, hanya anak-anak bujanglah yang
membikin sepatu-sepatu yang terbaik. Anak-anak buahnya, suka memperhatikan betis gadis. Gadis-gadis juga menyukainya,
membikin sepatu-sepatu terbaik, sebab pemilik toko mereka telah untuk ditandingi dengan betisnya sendiri.

DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012


[Type text]

Pemilik toko sepatu itu kini terbawa. Ia melihat ke kaki Pada waktu itu ia tidak pernah berpikir, bahwa ia telah
gadis itu. Tidak ada sepatu melekat di kakinya. Pemilik toko itu berusia empat puluh tahun.Yang dipikirnya ketika itu ialah,
mengangkat kepalanya. Ia melihat wajahnya. Ia melihat matanya. akhirnya ia suatu waktu bisa juga menjadi seorang suami.
Mata itu seakan-akan kekal dalam ingatannya. Waktu lima belas Di simpang jalan, ia hampir saja ditabrak mobil.
tahun seakan-akan tidak menjadi soal buatnya untuk mengenang. Terima kasih! katanya pada sopir yang tidak jadi
Anak itu masih tidak bersepatu. menabraknya itu.***
Anak itu telah menjadi seorang gadis berusia dua puluh
tahun. TAMAT
Ketika gadis itu cepat-cepat ke luar dari toko, pemilik toko
mengikutinya. Ia mengikuti terus seperti orang tidak waras,
sampai ke rumahnya. Di rumah itu ia bertemu dengan ibunya.
Adiknya yang dulu digendong kini sudah besar.
Lalu ia melamar anak gadis itu kepada ibunya. Ibunya
mentertawakan, sebab anak gadisnya separuh dari usianya. Lalu
ia merasa sedih. Sedih sekali dan kembali ke tokonya.
Ia telah berada di toko.
Memang ia berada di toko sejak tadi. Ia tidak pergi. Angan-
angannyalah yang pergi mengikuti gadis itu, dan angan-
angannyalah yang menemui ibunya dan angan-angannyalah yang
menolak dirinya sendiri dengan lamarannya.
Tapi, demi malunya yang besar terhadap dirinya sendiri itu,
ia berjanji pada dirinya sendiri untuk benar-benar melaksanakan
angan-angannya itu. Di saat malu yang paling hebat, terutama
malu pada diri sendiri, seorang manusia menjadi sangat berani.
Tukang sepatu itu, yang kini telah memiliki toko sepatu itu,
suatu ketika didatangi keberanian yang hebat, dan dia pergi ke
rumah perawan itu dan benar-benar melamarnya pada ibu anak
perawan itu.
Saya telah mengenal anak ibu selama lima belas tahun,
katanya untuk pertama kali.
Ada dua jam ia di rumah itu. Dan pada saat akan pulang, ia
berkata, Terima kasih Bu. Besok saya datang lagi.
Dan ketika ia berdiri di pekarangan, ia berkata lagi dengan
sangat terharu sebab gembira, Terima kasih, Bu.

DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012


[Type text]

Cerpen 5 Alaaa, Bung! kata Pak Zulkifli, pastinya, jika sekiranya


Hendra tadi mengemukakannya. Apa manusia bisa makan hanya
MANGGA ARUMANIS dengan iman dan moral?
Muh. Rustandi Kartakusumah
Ya, apa dengan moral atau iman aku bisa membeli mangga
arumanis itu? pikir Hendra sambil berulang-ulang meraba
Mangga itu sedap benar baunya. Arumanis sih! Kata dompetnya dalam kantong. Ia ada uang untuk membeli mangga
Hendra dalam hati. Enak benar dipakai cuci mulut sesudah buka arumanis itu, hanya sebanyak ... dua buah. Tidak lebih! Tapi itu
nanti. Tapi harganya jangan tanya! pun jika ia mau hidup sehari tanpa rokok. Ia belum bisa sama
Dari tempat ia berdiri Hendra memandang kepada orang sekali menghilangkan rokok. Yang ia bisa hanyalah mengganti
yang sedang membeli mangga arumanis itu; seorang nyonya merek yang murah.
pakai oto. Ah, baginya membeli mangga arumanis barang dua Hendra melangkah, hendak pergi. Tapi ia berpaling dulu ke
puluh buah tidak merupakan persoalan yang sulit. Sedangkan bagi arah pedagang mangga. Tiba-tiba ia berbalik, kemudian
dia, Hendra, membeli dua buah saja ...! melangkah ke arahnya. Aku akan membeli mangga arumanis itu!
Padahal paling sedikit ia bisa setaraf dengan nyonya itu katanya dalam hati dengan ketetapan yang timbul begitu saja,
dalam hal kekayaan, asal saja ... ya asal saja ia mau menerima tanpa pertimbangan terlebih dahulu.
ajakan majikannya di kantor. Soalnya sederhana saja: Ia sudah tahu harga mangga itu. Harga matinya. Tapi ia
membubuhkan tanda tangan pada kertas yang disodorkan Pak masih menawar juga. Barangkali saja bisa di bawah harga mati
Zulkifli itu. Sekali setahun. Maka setiap bulan ia akan menerima itu, pikirnya. Tapi sayang, ternyata tidak.
uang, yang akan memungkinkan ia tanpa pikir panjang, tanpa Dipilihnya mangga yang paling harum, paling sedap
rebut tawar dulu membeli mangga arumanis barang dua-tiga baunya. Biar agak kecil sedikit asal betul-betul matang, betul-
puluh buah pada saat ini. betul harum.
Hendra melihat nyonya itu sudah selesai membeli. Ia Dua saja, Pak?
naikkan barangnya ke oto. Hendra pun, kata Pak Zulkifli, bisa Ya, dua saja. Buat satu orang kan cukup!
membeli oto, lama-lama. Dalam jangka waktu setahun-dua tahun. Hendra berdusta. Tidak apa, untuk menutup malu. Nyonya
Pokonya beres deh! kata Pak Zulkifli. Nasibmu tidak tadi membeli dua puluh buah, dia hanya dua buah.
akan semelarat ini. Apa kelebihan si Anu, si Anu (Pak Zulkifli Hendra tidak seorang diri. Mangga arumanis itu bukan
menyebut serentetan nama) daripada kau? Tapi mereka semuanya untuk dia seorang saja. Ada Yanti, istrinya. Ada keempat orang
hidup senang. Punya rumah, punya oto. Malah kalau mau, bisa anak-anaknya; Jaja, Umay, Tati, dan Ella. Dua buah mangga ini
juga ambil istri muda, seperti si Anu. untuk enam orang; dua dewasa, empat orang anak-anak. Masing-
Apa kelebihan mereka dari aku? Hanya keberanian, kata masing akan mendapat sekerat-dua kerat. Lebih baik keratannya
Pak Zulkifli. Tapi Hendra tidak mau memiliki keberanian yang kecil-kecil tapi banyak daripada keratan yang besar tapi
semacam itu. Mereka yang disebut-sebut Pak Zulkifli itu, yang sedikit. Memakannya juga mesti sedikit-sedikit, supaya lebih
hidupnya senang, malah mewah, bukannya punya kelebihan dari lama rasa sedapnya melekat dalam mulut.
dia. Sebaliknya malah punya kekurangan. Yaitu kekurangan Hendra mempercepat jalannya. Ingin lekas-lekas sampai di
moral. Kyai akan bilang: kekurangan iman. rumah. Mangga ini akan disembunyikannya kepada Jaja dan adik-

DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012


[Type text]

adiknya. Supaya merupakan surprise nanti, sesudah buka. Yanti istrinya itu lalu berkata, Aku cinta padamu, Sayang! Tapi ini
juga akan heran, dan girang tentunya. bukan film. Hendra hanya membelai lengan Yanti dengan
Tiba-tiba Hendra menunduk. Ah, Yanti! Katanya dalam punggung telunjuk. Yanti menyambutnya dengan sesaat
hati. Aku hanya bisa memberi surprise kepadamu dalam bentuk meletakkan pipinya pada jari Hendra itu.
dua biji mangga, kamu yang dahulu hidup serba cukup. Kemudian Yanti seperti biasa memberi laporan tentang
Rumah kelihatannya kosong saja dari muka. Anak-anak anak-anak. Tati berbuka jam 12 sekarang. Jaja dan Umay
tentunya sedang bermain-main di halaman tetangga dan Yanti di bertengkar memperebutkan potlot berwarna. Ella terjatuh tapi
dapur. Mudah saja Hendra masuk tanpa dilihat mereka. Juga tidak apa-apa. Cuma tangisnya ... astaga, setinggi langit. Karena
Yanti tidak tahu ia membawa mangga. Biar bagi dia pun terkejut benar, barangkali.
merupakan surprise, kata Hendra dalam hati. Mangga ditrauhnya Lalu kau sendiri bagaimana? tanya Hendra.
di tempat yang tersembuyi, di balik kas kamar sepen, ditimbuni Aku?
serbet supaya baunya pun tidak tembus. Ya, kau. Apaan saja sehari ini kerjamu?
Lembur, Kang? tanya Yanti, ketika Hendra masuk ke Kerjaku sehari ini? Biasa, bergumul dengan harga. Yanti
dapur. menunjuk dengan cutik ke arah sup. Katanya, Hasilnya itu, sup
Hh-hh! jawab Hendra. Anak-anak di mana? tulang-belulang. Sup daging tidak terbeli.
Di sebelah. Tapi Yanti cepat mengalihkan pembicaraan, Mau air panas
Meskipun hanya sup tulang yang sedang dimasak Yanti, air buat mandi?
liur Hendra terbit juga mencium baunya. Ah, kalau sedang Hendra tidak mau air panas. Memang, jika ia capek sekali
berpuasa mudah sekali ngiler, pikir Hendra. Tadi ngiler juga, bekerja seharian mandi dengan air hangat-hangat kuku, enak
membaui mangga arumanis. sekali. Tapi kali ini ia tidak mau mandi dengan air hangat.
Besok lembur juga? tanya Yanti. Sambil memandang Yanti yang sedang mengacau sup,
Ya, dong! Buat tambah-tambah nafkah. Hendra berpikir: bulan ini bulan puasa dan besok Hari Pahlawan.
Kan Hari Pahlawan. Makan buka puasa sudah selesai. Kalau Yanti tidak
Ah, betul juga. Besok Hari Pahlawan 10 November. mengambil kebijaksanaan menyisakan sup di dapur, niscaya
Soalnya, kata Yanti menyambung, kita besok ... makan sahur nanti tanpa apa-apa; niscaya sup habis.
ngabuburit, yuk! Cuci mulutnya dengan teh manis saja, ya? kata Yanti
Tiap hari ia mengurusi rumah tangga, mengurusi anak-anak. sambil berdiri, hendak mengambil wadah gula.
Padahal ia berasal dari keluarga lebih dari kecukupan, keluarga Sekarang! Kata Hendra dalam hati. Sekarang saat untuk
yang tidak jauh berbeda dengan keluarga wanita yang membeli muncul dengan surprise: mangga arumanis.
mangga arumanis dua puluh biji tadi, keluarga yang punya Bagaimana kalau cuci mulut dengan mangga? katanya.
pelayan barang tiga orang. Yanti tertegun. Mulutnya membuka, Dengan mangga?
Iya, Kang, ya? Yanti mendesak. Tapi Hendra merasa tanyanya.
tidak perlu didesak. Dengan mangga? tanya Jaja dan Umay. Dengan mangga,
Iya, katanya. Hendra mengulurkan tangan dan dengan Pa?
punggung telunjuk dibelai-belainya pangkal lengan Yanti. Hendra Di mana ada mangga? tanya Yanti menyambung. Di
berpikir, jika adegan ini adegan dalam film, ia akan mendekap mana kita ada uang untuk membeli mangga?
DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012
[Type text]

Di sebelah mereka membeli mangga, tadi, kata Jaja. Eh, jangan ngintip di balik bulu mata. Pejam, ya! Awas!
Mangga arumanis. Memang harum-harum baunya, sedaaap! Jangan nyalangkan kembali, sebelum ada perintah dari Bapak.
Jaja mau mangga arumanis? tanya Hendra. Hendra mendekat, duduk. Dibukanya bungkusan.
Itu kan mahal, Pa? Cengkir saja, kalau ada. Ditaruhnya di atas meja, di tengah-tengah.
Ya, cengkir juga enak, kata Umay nimbrung. Sekarang, buka semua! Nyalang semua!
Jangan menimbulkan angan-angan atau keinginan mereka Yanti dan anak-anak nyalang kembali mata masing-masing.
makan mangga segala macam, kata Yanti, sambil duduk Mereka sekilas memandang kepada Hendra. Kemudian mengikuti
kembali. Siapa yang mau gula? pandangan Hendra kepada mangga. Mereka menampak mangga.
Ternyata tidak ada yang menggubris dia. Hendra terus Hening sesaat.
berbicara: Mangga, bisik Jaja.
Cengkir enak. Apalagi arumanis! katanya. Mangga! teriak Umay. Lalu semua bersorak: Mangga.
Mangga gedong juga enak, Pa. Cuma kecil-kecil, kata Mangga! Mangga arumanis!
Jaja. Dari mana dapat, Pa?
Buat Umay, amangga apa saja enak. Kuweni juga. Beli, Pa? Di mana belinya, Pa?
Kuweni gatal! kata Hendra. Buat kita ya Pa, ya?
Mangga golek enak juga, ya Pa, ya? Habis, buat siapa lagi? jawab Hendra. Minta Emak
Kapan kamu makan semua itu: golek kuweni, dan mengupasnya. Ma, kupas dong, Ma!
seterusnya? tanya Yanti. Hendra menoleh kepada Yanti. Yanti tetap hening. Tidak
Pernah, dulu. Di rumah Aki dan Nini, jawab Jaja. masih pula dibalasnya pandangan Hendra. Hendra tahu, apa sebabnya.
ingat kamu, May? Yanti tidak mau memperlihatkan matanya, yang pasti basah itu.
Ya, di rumah mertua Hendra, makanan macam mangga Tetapi tanpa memandang kepada Hendra, Yanti berdiri,
golek dan arumanis bukan makanan yang mewah, hanyalah mengambil pisau dari lemari, kemudian mengupas mangga.
makanan sehari-hari. Sementara itu anak-anak beleter, memberi komentar masing-
Hendra berdiri. masing mengenai mangga.
Mau ke mana, Pa? tanya Yanti dan anak-anak serempak. Kecil-kecil saja, Mak! kata Hendra. Kemudian ia
Ke kamar mandi ... sebentar. bertanya kepada anak-anak, Jaja mau mangga?
Hendra tidak ke kamar mandi. Ia pergi ke sepen. Mau, Pa.
Diambilnya bungkusan mangga. Diciumnya. Harum. Benar, Umay?
harum. Dan pasti manis pula! Mau, Pa!
Sekarang semua pejamkan mata! kata Hendra, ketika Tati?
masuk kembali ke ruang makan dengan menyembunyikan Mau, Pa!
bungkusan di belakang punggungnya. Pejamkan! Ella?
Pejamkan semua! Kalau tidak, bapak pergi ke luar. Ayo Mau, Pa!
pejamkan! Emak juga! Tati dan Ella, kalau mau mangga, sun Bapa dulu. Tati pada
Yanti dan anak-anaknya mula-mula agak ragu-ragu. Tapi pipi kiri, Ella pada pipi kanan.
akhirnya pejam juga mata masing-masing.
DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012
[Type text]

Tati dan Ella naik ke pangkuan Hendra. Tati ke sebelah kiri, Sesaat Hendra dan Yanti berpandangan. Kok kebetulan
Ella sebelah kanan, kemudian menciumi pipi Hendra. benar! Dijawabnya pertanyaan itu dengan bahasa mata pula.
Lagi, Pa? Lagi, yah? Yanti tahu siapa Pak Zulkifli dan apa yang dimintanya dari dia:
Hh-hh. Hendra membubuhkan tanda tangan pada secarik surat. Hendra
Sementara dicium kedua anaknya, Hendra melihat kepada pernah menceritakan semua itu kepadanya.
Yanti. Kini Yanti membalas pandangannya. Ia mau sekarang, Beberapa lamanya Pak Zulkifli dan Pak Bakhrum
karena matanya sudah tidak basah lagi. Tapi Hendra tahu pasti, mengobrol ngalor-ngidul dengan Hendra. Tapi akhirnya ia
tadi mata Yanti basah. Di antaranya kelihatan dari warna muncul kembali dengan permintaannya itu, yang sudah diduga
merahnya. Hendra sebelumnya. Tetapi Hendra tetap menolak, meskipun Pak
Keratan mangga dibagi-bagi. Jaja dan Umay, karena sudah Zulkifli bercerita bahwa si Anu sedang membangun bungalow di
besar, lebih sekerat dari Tati dan Ella. Tati turun dari pangkuan Lembang, hasil perbuatan serupa. Si Anu membeli oto, oto kedua.
Hendra, Ella tetap. Selama makan mangga tidak ada yang Yang pertama buat istrinya.
berbicara. Seakan-akan mereka takut, jangan-jangan enaknya Dengan muka kecewa Pak Zulkifli berpamit. Katanya,
mangga akan berkurang, jika dimakan sambil berbicara. Masing- sudah malam. Ia dan Pak Bakhrum berpamit juga kepada Yanti.
masing merasakan benar rasa mangga, dengan perhatian. Sekali lagi Yanti menyatakan terima kasihnya atas pemberian
Hendra dan Yanti membagi porsi masing-masing dengan mangga arumanis itu. Hendra mengantarnya sampai pintu pagar
Jaja dan Umay. Jaja dan Umay jelas masih kekurangan. halaman.
Setelah mangga habis, anak-anak mencari kesibukan Ketika ia masuk kembali, ia diikuti oleh Bi Emeh dari
sendiri-sendiri. Hendra dan Yanti tetap duduk-duduk. rumah sebelah.
Dari mana dapat uang? Bi Emeh, akan menjaga anak-anak dan rumah, sebentar,
Dengan keterusterangan yang sudah terbiasa, Hendra kata Hendra kepada Yanti. Kita jalan-jalan sebentar, yuk, cari
menjawab: Uang rokok. hawa.
Orang mengetuk pintu. Biasanya Jaja yang membukakan Yanti tidak bertanya apa-apa. Juga tidak, ketika dilihatnya
pintu. Tapi ia dan adik-adiknya sudah tidur dengan nyenyaknya. Hendra membawa keranjang mangga, setelah diambilnya sebuah
Hendra tadinya hendak mencegah Yanti menjalankan tugas Jaja dan diberikannya kepada Bi Emeh.
itu. Menurut firasatnya, tamu itu bukan orang yang ia senangi Dengan berbicara hanya seperlunya saja, Hendra
benar. menggandeng tangan Yanti dan Yanti pun tidak pula bertanya ke
Firasatnya tidak seberapa jauh meleset: Pak Zulkifli yang mana hendak pergi.
datang. Bersama Pak Bakhrum dari Bagian Personalia di Setelah hujan rintik-rintik tadi siang, langit malam ini cerah.
kantornya. Mereka dipersilakan Yanti masuk. Terpaksa Hendra Bintang berkedip-kedip. Sampai di jembatan Kali Cikakak,
menerima mereka juga. Hendra berhenti sebentar. Dilepasnya tangannya dari
Ini dari ibu anak-anak untuk anak-anak di sini! kata Pak menggandeng Yanti, kemudian pergi ke tepi kali. Air yang biru
Zulkifli, sambil memberikan keranjang kepada Yanti. Keranjang hitam ditatapnya beberapa saat. Kemudian ia kembali kepada
itu berisi ... mangga arumanis. Hendra mengira-ira mangga itu Yanti, menggandengnya lagi lalu terus berjalan.
jumlahnya ada sepuluh. Di muka sebuah toko ada beberapa orang sedang berbenah-
benah hendak tidur. Gelandangan atau hanya orang yang tidak
DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012
[Type text]

punya rumah saja? Yanti tidak tahu. Hendra menuju mereka, Cerpen 6
setelah kembali tangan Yanti dilepasnya. Kemudian keranjang
berisi mangga pemberian Pak Zulkifli itu diberikan Hendra Pelajaran Mengarang
kepada orang-orang yang tunawisma atau gelandangan itu. Oleh Seno Gumira Ajidarma
Terima kasih, Gaaan, terima kasih. Orang-orang itu
tampak setengah percaya setengah tidak, kepada siapa dan apa
yang mereka terima. Pelajaran mengarang sudah dimulai.
Yanti Pak Zulkifli itu diberikan Hendra kepada orang-orang
yang tunawisma atau gelandangan itu. Kalian punya waktu 60 menit, ujar Ibu Guru Tati. Anak-
Terima kasih, Gaaan, terima kasih. Orang-orang itu anak kelas V menulis dengan kepala hampir menyentuh meja. Ibu
tampak setengah percaya setengah tidak, kepada siapa dan apa Guru Tati menawarkan tiga judul yang ditulisnya di papan putih.
yang mereka terima. Judul pertama Keluarga Kami yang Berbahagia. Judul kedua
Yanti tetaap tidak bertanya apa-apa kepada Hendra, yang Liburan ke Rumah Nenek. Judul ketiga Ibu.
kembali kepadanya dan menggandengnya lagi. Mereka pulang. Ibu Guru Tati memandang anak-anak manis yang menulis
Setiba di rumah, Bi Emeh disuruhnya pulang. dengan kening berkerut. Terdengar gesekan halus pena pada
Antara Hendra dan Yanti telah berkuasa keheningan. Hanya kertas. Anak-anak itu sedang tenggelam ke dalam dunianya, pikir
di atas ranjang Yanti merasa kemesraan yang hangat, lebih Ibu Guru Tati. Dari balik kacamatanya yang tebal, Ibu Guru Tati
daripada biasa, dalam pelukan Hendra. memandang 40 anak yang manis, yang masa depannya masih
panjang, yang belum tahu kelak akan mengalami nasib macam
(Hoerip, 1979: 78-85) apa.
Sepuluh menit segera berlalu. Tapi Sandra, 10 tahun, belum
menulis sepatah kata pun di kertasnya. Ia memandang ke luar
jendela. Ada dahan bergetar ditiup angin yang kencang. Ingin
rasanya ia lari keluar kelas, meninggalkan kenyataan yang sedang
bermain di kepalanya. Kenyataan yang terpaksa diingatnya,
karena Ibu Guru Tati menyuruhnya berpikir tentang Keluarga
Kami yang Berbahagia, Liburan ke Rumah Nenek, dan Ibu.
Sandra memandang Ibu Guru Tati dengan benci.
Setiap kali tiba saatnya pelajaran mengarang, Sandra selalu
merasa mendapat kesulitan yang besar, karena ia harus betul-betul
mengarang. Ia tidak bisa bercerita apa adanya seperti anak-anak
yang lain. Untuk judul apa pun yang ditawarkan Ibu Guru Tati,
anak-anak sekelasnya tinggal menuliskan kenyataan yang mereka

DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012


[Type text]

alami. Tapi Sandra tidak, Sandra harus mengarang. Dan kini Wanita itu sudah tua dan menyebalkan. Sandra tak pernah
Sandra mendapat pilihan yang semuanya tidak menyenangkan. tahu siapa dia. Ibunya memang memanggilnya Mami. Tapi semua
orang didengarnya memanggil dia Mami juga. Apakah anaknya
Ketika berpikir tentang Keluarga Kami yang Berbahagia, begitu banyak? Ibunya sering menitipkan Sandra pada Mami itu
Sandra hanya mendapatkan gambaran sebuah rumah yang kalau ke luar kota berhari-hari entah ke mana.
berantakan. Botol-botol dan kaleng-kaleng minuman yang kosong
berserakan di meja, lantai, bahkan sampai ke atas tempat tidur. Di tempat kerja wanita itu, meskipun gelap, Sandra melihat
Tumpahan bir berceceran di atas kasur yang sepreinya terseret banyak orang dewasa berpeluk-pelukan sampai lengket. Sandra
entah ke mana. Bantal-bantal tak bersarung. Pintu yang tak juga mendengar musik yang keras, tapi Mami itu melarangnya
pernah tertutup dan sejumlah manusia yang terus-menerus nonton.
mendengkur bahkan ketika Sandra pulang dari sekolah. Anak siapa itu?
Lewat belakang anak jadah, jangan ganggu Mama, ujar Marti.
sebuah suara dalam ingatannya, yang ingin selalu dilupakannya. Bapaknya?
*** Mana aku tahu!
Lima belas menit telah berlalu. Sandra tak mengerti apa Sandra sampai sekarang tidak mengerti. Mengapa ada
yang harus dibayangkannya tentang sebuah keluarga yang sejumlah wanita duduk di ruangan kaca ditonton sejumlah lelaki
bahagia. yang menunjuk-nunjuk mereka.
Mama, apakah Sandra punya Papa? Anak kecil kok dibawa ke sini sih?
Tentu saja punya, anak setan! Tapi tidak jelas siapa! Dan Ini titipan Si Marti. Aku tidak mungkin meninggalkannya
kalau pun jelas siapa, belum tentu ia mau jadi Papa kamu! Jelas? sendirian di rumah. Diperkosa orang malah repot nanti.
Belajarlah untuk hidup tanpa seorang Papa! Taik kucing dengan Sandra masih memandang ke luar jendela. Ada langit yang
Papa! biru di luar sana. Seekor burung terbang dengan kepakan sayap
Apakah Sandra harus berterus terang? Tidak, ia harus yang anggun.
mengarang. Namun ia tidak punya gambaran tentang sesuatu ***
yang pantas ditulisnya. Tiga puluh menit lewat tanpa permisi. Sandra mencoba
Dua puluh menit telah berlalu. Ibu Guru Tati mondar- berpikir tentang Ibu. Apakah ia akan menulis tentang ibunya?
mandir di depan kelas. Sandra mencoba berpikir sesuatu yang Sandra melihat seorang wanita yang selalu merokok, selalu
mirip dengan Liburan ke Rumah Nenek dan yang masuk dalam bangun siang, yang kalau makan selalu pakai tangan dan kaki
benaknya adalah gambar seorang wanita yang sedang berdandan kanannya selalu naik ke atas kursi.
di muka cermin. Seorang wanita dengan wajah penuh kerut yang Apakah wanita itu ibuku? Ia pernah terbangun malam-
merias dirinya dengan sapuan warna yang serba tebal. Merah itu malam dan melihat wanita itu menangis sendirian.
sangat tebal pada pipinya. Hitam itu sangat tebal pada alisnya. Mama, Mama, kenapa menangis Mama?
Dan wangi itu sangat memabukkan Sandra. Wanita itu tidak menjawab, ia hanya menangis, sambil
Jangan rewel anak setan! Nanti kamu kuajak ke tampatku memeluk Sandra. Sampai sekarang Sandra masih teringat
kerja, tapi awas ya? Kamu tidak usah ceritakan apa yang kamu kejadian itu, namun ia tak pernah bertanya-tanya lagi. Sandra
lihat pada siapa-siapa, ngerti? Awas! tahu, setiap pertanyaan hanya akan dijawab dengan, Diam anak
DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012
[Type text]

setan! atau Bukan urusanmu anak jadah! atau Sudah untung Tentu saja Sandra selalu ingat apa yang tertulis dalam pager
kamu kukasih makan dan kusekolahkan baik-baik, jangan cerewet ibunya. Setiap kali pager itu berbunyi, kalau sedang merias diri di
kamu anak sialan! muka cermin, wanita itu selalu meminta Sandra memencet tombol
Suatu malam wanita itu pulang merangkak-rangkak karena dan membacakannya.
mabuk. Di ruang depan ia muntah-muntah dan tergeletak tidak DITUNGGU DI MANDARIN, KAMAR 505, PKL 20.00.
bisa bangun lagi. Sandra mengepel muntahan-muntahan itu tanpa Sandra tahu, setiap kali pager itu menyebut nama hotel,
bertanya-tanya. Wanita yang dikenalnya sebagai ibunya itu sudah nomor kamar, dan sebuah jam pertemuan, ibunya akan pulang
biasa pulang dalam keadaan mabuk. terlambat. Kadang-kadang malah tidak pulang sampai dua atau
Mama kerja apa sih? tiga hari. Kalau sudah begitu, Sandra akan merasa sangat
Sandra tak pernah lupa, betapa banyaknya kata-kata makian merindukan wanita itu, tapi, begitulah, ia sudah belajar untuk
dalam sebuah bahasa, yang bisa dilontarkan padanya karena tidak pernah mengungkapkannya.
pertanyaan seperti itu. ***
Tentu, tentu Sandra tahu wanita itu mencintainya. Setiap Empat puluh menit lewat sudah.
hari Minggu wanita itu mengajaknya jalan-jalan ke plaza ini dan Yang sudah selesai boleh dikumpulkan, kata Ibu Guru
ke plaza itu. Di sana Sandra bisa mendapatkan boneka, baju, es Tati.
krim, kentang goreng, dan ayam goreng. Dan setiap kali Sandra Belum ada secoret kata pun di kertas Sandra. Masih putih,
makan, wanita itu selalu menatapnya dengan penuh cinta dan bersih, tanpa setitik pun noda. Beberapa anak yang sampai hari itu
seperti tidak puas-puasnya. Wanita itu selalu melap mulut Sandra belum mempunyai persoalan yang terlalu berarti dalam hidupnya
yang belepotan dengan es krim sambil berbisik, Sandra, menulis dengan lancar. Beberapa di antaranya sudah selesai dan
Sandra. setelah menyerahkannya segera berlari ke luar kelas.
Kadang-kadang, sebelum tidur wanita itu membacakan Sandra belum tahu judul apa yang harus ditulisnya.
sebuah cerita, dari sebuah buku berbahasa Inggris dengan Kertasmu masih kosong, Sandra? Ibu Guru Tati tiba-tiba
gambar-gambar berwarna. Selesai membacakan cerita wanita itu bertanya.
akan mencium Sandra dan selalu memintanya berjanji menjadi Sandra tidak menjawab. Ia mulai menulis judulnya: Ibu.
anak baik-baik. Tapi begitu Ibu Guru Tati pergi, ia melamun lagi. Mama,
Berjanjilah pada Mama, kamu akan jadi wanita baik-baik, Mama, bisiknya dalam hati. Bahkan dalam hati pun Sandra telah
Sandra. terbiasa hanya berbisik.
Seperti Mama? Ia juga hanya berbisik malam itu, ketika terbangun karena
Bukan, bukan seperti Mama. Jangan seperti Mama. dipindahkan ke kolong ranjang. Wanita itu barangkali mengira,
Sandra selalu belajar untuk menepati janjinya dan ia karena masih tidur maka Sandra tak akan pernah mendengar suara
memang menjadi anak yang patuh. Namun wanita itu tak selalu lenguhannya yang panjang maupun pendek di atas ranjang.
berperilaku manis begitu. Sandra lebih sering melihatnya dalam Wanita itu juga tak mengira bahwa Sandra masih terbangun
tingkah laku yang lain. Maka berkelebatan di benak Sandra bibir ketika dirinya terkapar tanpa daya dan lelaki yang memeluknya
merah yang terus-menerus mengeluarkan asap, mulut yang selalu sudah mendengkur keras sekali. Wanita itu tak mendengar lagi
berbau minuman keras, mata yang kuyu, wajah yang pucat, dan ketika di kolong ranjang Sandra berbisik tertahan-tahan. Mama,
pager . Mama, dan pipinya basah oleh air mata.
DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012
[Type text]

Waktu habis, kumpulkan semua ke depan, ujar Ibu Guru Cerpen 7


Tati.
Semua anak berdiri dan menumpuk karangannya di meja
SERIBU KUNANG-KUNANG DI MANHATTAN
guru. Sandra menyelipkan kertasnya di tengah.
Cerpen Umar Kayam
***
Di rumahnya, sambil nonton RCTI, Ibu Guru Tati yang
Mereka duduk bermalas-malasan di sofa. Marno dengan
belum berkeluarga memeriksa pekerjaan murid-muridnya. Setelah
segelas scotch dan Jane dengan segelas martini. Mereka sama-
membaca separo dari tumpukan karangan itu, Ibu Guru Tati
sama memandang ke luar jendela.
berkesimpulan, murid-muridnya mengalami masa kanak-kanak
Bulan itu ungu, Marno.
yang indah.
Kau tetap hendak memaksaku untuk percaya itu ?
Ia memang belum sampai pada karangan Sandra, yang
Ya, tentu saja, Kekasihku. Ayolah akui. Itu ungu,
hanya berisi kalimat sepotong:
bukan?
Ibuku seorang pelacur.
Kalau bulan itu ungu, apa pula warna langit dan
Palmerah, 30 November 1991
mendungnya itu?
Kompas, 5-1-1992
Oh, aku tidak ambil pusing tentang langit dan mendung.
Bulan itu u-ng-u! U-ng-u! Ayolah, bilang, ungu!
Kuning keemasan!
Setan! Besok aku bawa kau ke dokter mata.
Marno berdiri, pergi ke dapur untuk menambah air serta es
ke dalam gelasnya, lalu dia duduk kembali di sofa di samping
Jane. Kepalanya sudah terasa tidak betapa enak.
Marno, Sayang.
Ya, Jane.
Bagaimana Alaska sekarang?
Alaska? Bagaimana aku tahu. Aku belum pernah ke
sana.
Maksudku hawanya pada saat ini.
Oh, aku kira tidak sedingin seperti biasanya. Bukankah di
sana ada summer juga seperti di sini?
Mungkin juga. Aku tidak pernah berapa kuat dalam ilmu
bumi. Gambaranku tentang Alaska adalah satu padang yang amat
l-u-a-s dengan salju, salju dan salju. Lalu di sana-sini rumah-
rumah orang Eskimo bergunduk-gunduk seperti es krim panili.

DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012


[Type text]

Aku kira sebaiknya kau jadi penyair, Jane. Baru sekarang Aku harap itu betul. Sungguh, Darling, aku serius. Aku
aku mendengar perumpamaan yang begitu puitis. Rumah Eskimo harap itu betul.
sepeti es krim panili. Kenapa?
Tommy, suamiku, bekas suamiku, suamiku, kautahu . Sebab, seee-bab aku tidak mau Tommy kesepian dan
Eh, maukah kau membikinkan aku segelas .. ah, kau tidak kedinginan di Alaska. Aku tidak maaau.
pernah bisa bikin martini. Bukankah kau selalu bingung, martini Tetapi bukankah belum tentu Tommy berada di Alaska
itu campuran gin dan vermouth atau gin dan bourbon? Oooooh, dan belum tentu pula sekarang Alaska dingin.
aku harus bikin sendiri lagi ini . Uuuuuup . Jane memegang kepala Marno dan dihadapkannya muka
Dengan susah payah Jane berdiri dan dengan berhati-hati Marno ke mukanya. Mata Jane memandang Marno tajam-tajam.
berjalan ke dapur. Suara gelas dan botol beradu, terdengar Tetapi aku tidak mau Tommy kesepian dan kedinginan!
berdentang-dentang. Maukah kau?
Dari dapur, bekas suamiku, kautahu .. Marno, Marno diam sebentar. Kemudian ditepuk-tepuknya tangan Jane.
Darling. Sudah tentu tidak, Jane, sudah tentu tidak.
Ya, ada apa dengan dia? Kau anak yang manis, Marno.
Aku merasa dia ada di Alaska sekarang. Marno mulai memasang rokok lalu pergi berdiri di dekat
Pelan-pelan Jane berjalan kembali ke sofa, kali ini jendela. Langit bersih malam itu, kecuali di sekitar bulan.
duduknya mepet Marno. Beberapa awan menggerombol di sekeliling bulan hingga cahaya
Di Alaska. Coba bayangkan, di Alaska. bulan jadi suram karenanya. Dilongokkannya kepalanya ke bawah
Tapi Minggu yang lalu kaubilang dia ada di Texas atau di dan satu belantara pencakar langit tertidur di bawahnya. Sinar
Kansas. atau mungkin di Arkansas. bulan yang lembut itu membuat seakan-akan bangunan-bangunan
Aku bilang, aku me-ra-sa Tommy berada di Alaska. itu tertidur dalam kedinginan. Rasa senyap dan kosong tiba-tiba
Oh. terasa merangkak ke dalam tubuhnya.
Mungkin juga dia tidak di mana-mana. Marno.
Marno berdiri, berjalan menuju ke radio lalu memutar Ya, Jane.
knopnya. Diputar-putarnya beberapa kali knop itu hingga Aku ingat Tommy pernah mengirimi aku sebuah boneka
mengeluarkan campuran suara-suara yang aneh. Potongan- Indian yang cantik dari Oklahoma City beberapa tahun yang lalu.
potongan lagu yang tidak tentu serta suara orang yang tercekik- Sudahkah aku ceritakan hal ini kepadamu?
cekik. Kemudian dimatikannya radio itu dan dia duduk kembali di Aku kira sudah, Jane. Sudah beberapa kali.
sofa. Oh.
Marno, Manisku. Jane menghirup martini-nya empat hingga lima kali
Ya, Jane. dengan pelan-pelan. Dia sendiri tidak tahu sudah gelas yang
Bukankah di Alaska, ya, ada adat menyuguhkan istri keberapa martini dipegangnya itu.
kepada tamu? Lagi pula tidak seorang pun yang memedulikan.
Ya, aku pernah mendengar orang Eskimo dahulu punya Eh, kau tahu, Marno?
adat-istiadat begitu. Tapi aku tidak tahu pasti apakah itu betul Apa?
atau karangan guru antropologi saja. Empire State Building sudah dijual.
DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012
[Type text]

Ya, aku membaca hal itu di New York Times. Jane merebahkan badannya di sofa, matanya dipejamkan,
Bisakah kau membayangkan punya gedung yang tapi kakinya disepak-sepakkannya ke atas. Lirih-lirih dia mulai
tertinggi di dunia? menyanyi : deep blue sea, baby, deep blue sea, deep blue sea,
Tidak. Bisakah kau? baby, deep blue sea
Bisa, bisa. Pernahkah kau punya keinginan, lebih-lebih dalam
Bagaimana? musim panas begini, untuk telanjang lalu membiarkan badanmu
Oh, tak tahulah. Tadi aku kira bisa menemukan pikiran- tenggelam dalaaammm sekali di dasar laut yang teduh itu, tetapi
pikiran yang cabul dan lucu. Tapi sekarang tahulah . tidak mati dan kau bisa memandang badanmu yang tergeletak itu
Lampu-lampu yang berkelipan di belantara pencakar dari dalam sebuah sampan?
langit yang kelihatan dari jendela mengingatkan Marno pada He? Oh, maafkan aku kurang menangkap kalimatmu
ratusan kunang-kunang yang suka bertabur malam-malam di yang panjang itu. Bagaimana lagi, Jane?
sawah embahnya di desa. Oh, lupakan saja. Aku Cuma ngomong saja. Deep blue
Oh, kalau saja .. sea, baby, deep blue, deep blue sea, baby, deep blue sea .
Kalau saja apa, Kekasihku? Marno.
Kalau saja ada suara jangkrik mengerik dan beberapa Ya.
katak menyanyi dari luar sana. Kita belum pernah jalan-jalan ke Central Park Zoo, ya?
Lantas? Belum, tapi kita sudah sering jalan-jalan ke Park-nya.
Tidak apa-apa. Itu kan membuat aku lebih senang Dalam perkawinan kami yang satu tahun delapan bulan
sedikit. tambah sebelas hari itu, Tommy pernah mengajakku sekali ke
Kau anak desa yang sentimental! Central Park Zoo. Ha, aku ingat kami berdebat di muka kandang
Biar! kera. Tommy bilang chimpansee adalah kera yang paling dekat
Marno terkejut karena kata biar itu terdengar keras kepada manusia, aku bilang gorilla. Tommy mengatakan bahwa
sekali keluarnya. sarjana-sarjana sudah membuat penyelidikan yang mendalam
Maaf, Jane. Aku kira scotch yang membuat itu. tentang hal itu, tetapi aku tetap menyangkalnya karena gorilla
Tidak, Sayang. Kau merasa tersinggung. Maaf. yang ada di muka kami mengingatkan aku pada penjaga lift
Marno mengangkat bahunya karena dia tidak tahu apa lagi kantor Tommy. Pernahkah aku ceritakan hal ini kepadamu?
yang mesti diperbuat dengan maaf yang berbalas maaf itu. Oh, aku kira sudah, Jane. Sudah beberapa kali.
Sebuah pesawat jet terdengar mendesau keras lewat di atas Oh, Marno, semua ceritaku sudah kau dengar semua.
bangunan apartemen Jane. Aku membosankan, ya, Marno? Mem-bo-san-kan.
Jet keparat! Marno tidak menjawab karena tiba-tiba saja dia merasa
Jane mengutuk sambil berjalan terhuyung ke dapur. Dari seakan-akan istrinya ada di dekat-dekat dia di Manhattan malam
kamar itu Marno mendengar Jane keras-keras membuka kran air. itu. Adakah penjelasannya bagaimana satu bayang-bayang yang
Kemudian dilihatnya Jane kembali, mukanya basah, di tangannya terpisah beribu-ribu kilometer bisa muncul begitu pendek?
segelas air es. Ayolah, Marno. Kalau kau jujur tentulah kau akan
Aku merasa segar sedikit. mengatakan bahwa aku sudah membosankan. Cerita yang itu-itu

DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012


[Type text]

saja yang kau dengar tiap kita ketemu. Membosankan, ya? Mem- Marno diam lalu memasang rokok sebatang lagi. Mukanya
bo-san-kan! terus menghadap ke luar jendela lagi, menatap ke satu arah yang
Tapi tidak semua ceritamu pernah aku dengar. Memang jauh entah ke mana.
beberapa ceritamu sudah beberapa kali aku dengar. Marno, waktu kau masih kecil .. Marno, kau
Bukan beberapa, Sayang. Sebagian besar. mendengarkan aku, kan?
Baiklah, taruhlah sebagian terbesar sudah aku dengar. Ya.
Aku membosankan jadinya. Waktu kau masih kecil, pernahkah kau punya mainan
Marno diam tidak mencoba meneruskan. Disedotnya kekasih?
rokoknya dalam-dalam, lalu dihembuskannya lagi asapnya lewat Mainan kekasih?
mulut dan hidungnya. Mainan yang begitu kau kasihi hingga ke mana pun kau
Tapi Marno, bukankah aku harus berbicara? Apa lagi pergi selalu harus ikut?
yang bisa kukerjakan kalau aku berhenti bicara? Aku kira Aku tidak ingat lagi, Jane. Aku ingat sesudah aku agak
Manhattan tinggal tinggal lagi kau dan aku yang punya. Apalah besar, aku suka main-main dengan kerbau kakekku, si
jadinya kalau salah seorang pemilik pulau ini jadi capek Jilamprang.
berbicara? Kalau dua orang terdampar di satu pulau, mereka akan Itu bukan mainan, itu piaraan.
terus berbicara sampai kapal tiba, bukan? Piaraan bukankah untuk mainan juga?
Jane memejamkan matanya dengan dadanya lurus-lurus Tidak selalu. Mainan yang paling aku kasihi dahulu
telentang di sofa. Sebuah bantal terletak di dadanya. Kemudian adalah Uncle Tom.
dengan tiba-tiba dia bangun, berdiri sebentar, lalu duduk kembali Siapa dia?
di sofa. Dia boneka hitam yang jelek sekali rupanya. Tetapi aku
Marno, kemarilah, duduk. tidak akan pernah bisa tidur bila Uncle Tom tidak ada di
Kenapa? Bukankah sejak sore aku duduk terus di situ. sampingku.
Kemarilah, duduk. Oh, itu hal yang normal saja, aku kira. Anakku juga
Aku sedang enak di jendela sini, Jane. Ada beribu begitu. Punya anakku anjing-anjingan bernama Fifie.
kunang-kunang di sana. Tetapi aku baru berpisah dengan Uncle Tom sesudah aku
Kunang-kunang? ketemu Tommy di High School. Aku kira, aku ingin Uncle Tom
Ya. ada di dekat-dekatku lagi sekarang.
Bagaimana rupa kunang-kunang itu? Aku belum pernah Diraihnya bantal yang ada di sampingnya, kemudian
lihat. digosok-gosokkannya pipinya pada bantal itu. Lalu tiba-tiba
Mereka adalah lampu suar kecil-kecil sebesar noktah. dilemparkannya lagi bantal itu ke sofa dan dia memandang kepala
Begitu kecil? Marno yang masih bersandar di jendela.
Ya. Tetapi kalau ada beribu kunang-kunang hinggap di Marno, Sayang.
pohon pinggir jalan, itu bagaimana? Ya.
Pohon itu akan jadi pohon-hari-natal. Aku kira cerita itu belum pernah kaudengar, bukan ?
Ya, pohon-hari-natal. Belum, Jane.

DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012


[Type text]

Bukankah itu ajaib? Bagaimana aku sampai lupa Aku harap aku mengerti, Sayang. Aku tak akan bertanya
menceritakan itu sebelumnya. lagi.
Marno tersenyum Terima kasih, Jane.
Aku tidak tahu, Jane. Terserahlah. Cuma aku kira, aku tak akan membawanya
Tahukah kau? Sejak sore tadi baru sekarang kau pulang.
tersenyum. Mengapa? Oh.
Marno tersenyum Pelan-pelan dibungkusnya kembali piyama itu lalu
Aku tidak tahu, Jane. Sungguh. dibawanya masuk ke dalam kamarnya. Pelan-pelan Jane keluar
Sekarang Jane ikut tersenyum. kembali dari kamarnya.
Oh, ya, Marno, manisku. Kau harus berterima kasih Aku kira, aku pergi saja sekarang, Jane.
kepadaku. Aku telah menepati janjiku. Kau akan menelpon aku hari-hari ini, kan?
Apakah itu, Jane? Tentu, Jane.
Piyama. Aku telah belikan kau piyama, tadi. Ukuranmu Kapan, aku bisa mengharapkan itu?
medium-large, kan? Tunggu, ya . Eh, aku belum tahu lagi, Jane. Segera aku kira.
Dan Jane, seperti seekor kijang yang mendapatkan Kautahu nomorku kan? Eldorado
kembali kekuatannya sesudah terlalu lama berteduh, melompat- Aku tahu, Jane.
lompat masuk ke dalam kamarnya. Beberapa menit kemudian Kemudian pelan-pelan diciumnya dahi Jane, seperti dahi
dengan wajah berseri dia keluar kembali dengan sebuah itu terbuat dari porselin. Lalu menghilanglah Marno di balik
bungkusan di tangan. pintu, langkahnya terdengar sebentar dari dalam kamar turun
Aku harap kausuka pilihanku. tangga.
Dibukanya bungkusan itu dan dibeberkannya piyama itu Di kamarnya, di tempat tidur sesudah minum beberapa
di dadanya. butir obat tidur, Jane merasa bantalnya basah.***
Kausuka dengan pilihanku ini?
Ini piyama yang cantik, Jane.
Akan kau pakai saja malam ini. Aku kira sekarang sudah
cukup malam untuk berganti dengan piyama.
Marno memandang piyama yang ada di tangannya dengan
keraguan.
Jane.
Ya, Sayang.
Eh, aku belum tahu apakah aku akan tidur di sini malam
ini.
Oh? Kau banyak kerja?
Eh, tidak seberapa sesungguhnya. Cuma tak tahulah .
Kaumerasa tidak enak badan?
Aku baik-baik saja. Aku . eh, tak tahulah, Jane.
DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012
[Type text]

Cerpen 8 Kau malu?


KADO PERKAWINAN Aku malu, Ibu. Kata mereka aku anak si tukang sayat kulit
Hamsad Rangkuti dagu para pejenggot. Hati-hati kalau kau bercukur kepada
ayahnya, kata mereka mengejekku, dia tidak bisa membedakan
Sejak bisa mengingat sampai Rabiah tamat SMP, dia tetap rambut dan alis mata.
merasakan ejekan yang sama, yang selalu dilontarkan orang Kau malu, anakku?
kepadanya. Ia selalu ingat bahwa orang senantiasa berbisik di Telingaku tebal menahan malu, Ibu. Mengapa ayah
belakangnya kalau mereka lagi tidak senang terhadap dirinya. memilih pekerjaan tukang cukur? Apa tidak ada pekerjaan lain
Bisikan itu selalu dapat didengarnya walaupun dari jarak jauh. yang bisa dikerjakan ayah?
Terkadang orang mungkin mengatakan yang lain, tetapi ia seperti Semua pekerjaan itu mulia, anakku. Begitulah si Ibu
mendengar ejekan yang sama dilontarkan kepadanya. Dia akan menasihati anaknya tentang makna sebuah pekerjaan bagi
tersinggung mendengar kata-kata itu diucapkan di depannya. manusia. Kecuali barangkali ibu dari istri seorang maling.
Kata-kata yang menyakitkan itu seperti sembilu yang ditusukkan Rabiah selalu ingat bagaimana berat hatinya bila sesekali ia
ke ulu hatinya di dalam dada. Kata-kata gunting, pisau cukur, disuruh ibunya untuk mengantar nasi di dalam rantang ke tempat
sisir, pengetam rambut, adalah semcam cuka yang ayahnya mencukur rambut. Ia keluar bersembunyi-sembunyi dari
dicurahkan ke atas luka yang menggores permukaan hati di dalam balik rumah untuk membawa rantang itu ke alun-alun. Ayahnya
dadanya itu. selalu didapatinya tegak berdiri lama-lama di belakang orang
Tadi siang waktu dia mengantarkan surat undangan yang duduk di atas kursi. Dia lihat rambut berjatuhan ke kulit
perkawinannya kepada Sri, teman bekas sekolahnya di SMP, dia lengan ayahnya yang memegang ketam cukur. Dia benci melihat
dengar orang berbisik waktu ia melintas hendak pulang. Ia dapat ketam cukur itu. Dia benci melihat pisau cukur yang digenggam
menangkap bisikan itu. ayahnya untuk melicinkan ujung rambut yang tumbuh di balik
Anak tukang cukur itu mau menikah. Nasibnya baik. Dia daun telinga, di tengkuk, di pipi, di bawah dagu, dan di bawah
mendapatkan jodoh seorang pegawai negeri. Siapa mengira, anak lubang hidung orang yang duduk di bangku tukang cukur itu.
si tukang cukur bisa mendapatkan jodohnya seorang pegawai Dia benci melihat cermin yang bergoyang ditiup angin bila
kantoran. Aku mau anakku juga bisa mendapatkan jodohnya kendaraan melintas cepat di belakang ayahnya. Dia benci melihat
seorang pegawai negeri. cermin yang bergoyang itu mempermainkan wajah orang yang
Begitulah bisik-bisik orang yang didengarnya. Anak si duduk di depan ayahnya. Ranting-ranting di atasnya kadang
tukang cukur mendapat jodohnya. Anak si gunting rambut terpantul di dalam cermin itu, tetapi Rabiah tidak sempat
menemukan jodohnya. Anak si gunting rambut akan menikah. mempedulikan itu. Dia selalu cepat-cepat saja meletakka rantang
Pinjam sisirmu, kata mereka mengejeknya di sekolah. di sudut meja cukur ayahnya. Dia tidak pernah berkata lama
Masak anak si tukang cukur tidak membawa sisir. kepada orang tua itu.
Mengapa tidak kauambil salah satu sisir ayahmu? sindir mereka. Ia segera pulang membawa uang yang diserahkan ayahnya
Malamnya ia berkata kepada ibunya, Mengapa ayah untuk cepat-cepat dia pergi membeli beras dan membawanya
menjadi tukang cukur? pulang. Dia tidak mau berlama-lama berdiri dekat meja tukang
Mengapa kau bertanya seperti itu, anakku? cukur itu. Dia takut kalau-kalau ada salah seorang teman
Mereka mengejekku. Anak si tukang cukur. Kata mereka. sekolahnya melihat dirinya di tempat tukang cukur itu.
DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012
[Type text]

Dari mana kau? Aku lihat tadi kau membawa rantang, yang tidak pandai bersyukur tentu tidak akan bisa menyuarakan
tanya mereka berbasa-basi. Tetapi teguran itu dirasakannya kata-kata seperti itu dari dalam lubuk hatinya.
seperti menyindirnya. Mengapa mereka selalu melihatku. Mula-mula dia tidak mau mengatakan kepada kekasihnya
Mengapa mereka selalu bertanya. Bukankah mereka sudah tahu bahwa dia anak seorang tukang cukur. Dia lama
bahwa aku mengantar rantang untuk ayah. Mereka memang selalu menyembunyikannya. Tetapi, bagaimanapun dia pandai
mau mengejekku, begitu katanya dalam hati. menyembunyikannya, si kekasih akhirnya mengetahuinya juga.
Rabiah tidak pernah mau menyambut kotak papan tempat Mengapa kau malu mengatakannya, Rabiah? Apakah yang
alat cukur itu setiap ayahnya pulang. Dia tidak pernah mau membikin kau malu untuk mengatakan hal yang sebenarnya?
menyambut kotak cukur itu sementara ayahnya meletakkan Rabiah tidak menjawab pertanyaan kekasihnya.
sepedanya di tepi pagar. Kotak papan itu, kalau dia pandai Aku bersyukur bisa mendapatkanmu, Sukri. Aku akan
berkata, dia tentu akan berkata seperti ini. Mengapa kau selalu bahagia bila telah menjadi istri pegawai negeri. Aku akan bangga,
ingin lari dari kenyataan, Rabiah. Apakah kau tidak sadar bahwa walaupun aku bukan istri seorang pegawai tinggi. Itulah yang
akulah yang memberimu makan sejak bayi sampai kau dewasa. telah lama aku cita-citakan, menjadi istri seorang pegawai negeri.
Seharusnya kau sayang kepadaku. Kau tidak boleh benci melihat Istri si pegawai negeri. Dan orang tentu tidak akan mengatakan
benda-benda yang kusimpan di dalamnya. Siapa yang lagi, anak si tukang cukur.
membesarkan adik-adikmu? Memberi makan mereka sampai Mendengar kata-kata Rabiah, Sukri tidak pernah
menjadi besar seperti sekarang ini. Siapa yang membelikan menyinggung-nyinggung lagi masalah seperti itu. Dia tidak mau
bajumu. Siapa yang membelikan bedakmu, membelikan menyakiti hati Rabiah. Dia masih gadis remaja. Dia masih
sepatumu, kaos kakimu, buku-bukumu, membayar uang memiliki mimpi-mimpi seperti yang banyak dialami anak-anak
sekolahmu? Siapa, wahai anak gadis pemalu? Mengapa kau lari remaja. Rabiah belum siap menghadapi kenyataan hidup yang
dari kenyataan itu? sebenarnya. Biarkanlah Rabiah berperasaan seperti itu. Banyak
Apakah anak si penjaga malam juga mengalami hal yang alasan orang mengapa dia malu pada apa yang dia sendiri tidak
sama seperti kau? Anak si tukang sapu jalanan itu? Anak si bisa menghindarinya.
pendorong gerobak sampah itu? Anak si kuli bangunan? Apa Apa yang kau inginkan sebagai kado perkawinan kita,
yang telah meracuni pikiranmu. Tidakkah kau bersyukur bahwa Rabiah? Mintalah, Rabiah. Mungkin aku bisa membelikannya,
ayahmu masih mampu mempergunakan alat-alat yang kusimpan kata Sukri suatu kali kepada keksaihnya itu.
di dalam diriku ini? Coba kau bayangkan kalau dia sudah tidak Aku tidak menginginkan yang bukan-bukan, Sukri.
mampu lagi menggerakkan gunting, pengetam rambut, apa Kemiskinan telah membiasakanku untuk menerima apa adanya.
jadinya? Coba kau pikirkan siapa yang akan membesarkan adik- Kau tidak usah memikirkan tentang kado. Dirimu adalah kado
adikmu. Siapa yang akan memberi makan nenekmu yang tua. yang tak ternilai bagiku. Kau telah memberi kado begitu kau telah
Coba kau pikir, siapa yang akan membelikan daun sirih untuknya. mengucapkan akad nikah memperistrikanku. Sebab kado itu telah
Siapa yang akan membelikan tembakau dan susurnya? kau berikan kepadaku: istri seorang pegawai negeri. Itulah kado
Tentu saja Rabiah tidak mendengar kata-kata itu semua. yang paling berharga yang pernah kudapatkan. Jangan pikirkan
Hanya hati nurani anak yang pandai bersyukur yang bisa kado yang tidak-tidak, sayang.
menangkap ucapan-ucapan yang tidak diucapkan seperti itu. Anak Sukri berbahagia mendengar ucapan kekasihnya. Dia tidak
mengira Rabiah akan berkata seperti itu. Dia tidak mengira anak
DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012
[Type text]

si tukang cukur itu berkata semacam itu. Apa yang telah menutupi Mereka membuka kado-kado itu. Kado itu dibuka dari
dirinya selama ini dan apa pula yang telah membuka selaput yang bungkusnya. Seolah kado-kado itu melambangkan kenyataan
tidak pernah merasa bersyukur itu selama ini. Betapa ejekan- hidup ini. Berapa lamalah kado bisa menyembunyikan isinya
ejekan yang diterimanya sejak ia bisa mengartikan kata-kata itu untuk tidak dapat dilihat orang. Rabiah membuka kado-kado itu
tentang sebutan anak si tukang cukur telah merusak jiwanya yang untuk melihat apa yang tersimpan di dalamnya. Dan kado itu pun
luhur, tidak ubahnya pisau yang tumpul diasah terus-menerus. terbuka dari pembungkusnya untuk mengguncangkan hati Rabiah.
Sekarang terwujudlah impiannya untuk menanggalkan Ia tidak yakin dengan apa yang ada dalam kotak karton
sebutan anak si tukang cukur itu dari dirinya. Malam ini adalah pembungkusnya. Mungkinkah orang ingin mengingatkan tentang
pesta menanggalkan sebutan itu, sekaligus pesta itu juga akan pekerjaan ayahnya. Atau mungkin orang mengirim kado untuk
meresmikan sebutan baru yang akan melekat pada dirinya. ayahnya. Tetapi mengapa orang menulis begitu di atas kertas
Tadi pagi penghulu telah menikahkannya dengan Sukri, ucapan selamat. Ia tidak yakin dengan apa yang dibacanya. Ia
kekasihnya. Sejak itu dia telah menanggalkan sebutan itu. Pada mengulanginya. Tulisan itu tidak mengubah artinya walau
tempatnya yang sekarang, orang akan melupakan dari mana dia beberapa kali dibacanya, Selamat menempuh hidup baru.
datang sebelumnya. Orang akan menyebutnya: Nyonya Sukri. Terimalah pemberian teman-teman sekantor, Sukri. Mungkin kau
Istri pegawai negeri. memerlukannya di luar dinas untuk mencari penghasilan
Tetapi orang masih tetap mengatakan bahwa malam ini tambahan. Kami sadar, begitu orang masuk ke dalam dunia rumah
adalah malam pesta perkawinan anak si tukang cukur. Apakah tangga, beban hidup akan terus-menerus bertambah.
Rabiah mendengar sebutan itu? Dia sudah tidak memikirkannya. Apakah kado itu tidak keliru dikirimkan untukmu, Sukri?
Dia ingin cepat-cepat saja malam itu berlalu. Dia ingin cepat Apakah tidak mungkin mereka mengirimkannya untuk ayahku?
melihat tukang-tukang cukur teman-teman ayahnya berlalu Mereka tidak keliru, sayang. Aku memang tidak pernah
meninggalkan pesta perkawinan itu. Mereka tidak membawa mau mengatakannya kepadamu selama ini, sayang. Aku tidak
kado. Tukang-tukang cukur itu hanya bersalaman menyelipkan mau merusak impianmu. Aku tidak mau mengecewakanmu. Aku
uang pecahan ke dalam genggaman ayahnya di dalam amplop hanya ingin membawamu kepada kenyataan itu sendiri.
berwarna. Apakah maksudmu, suamiku?
Tukang-tukang cukur itu telah berganti dengan tamu-tamu Kau tidak boleh kecewa, sayang. Semua pekerjaan itu
para pegawai negeri kerabat suaminya, si pengantin lelaki itu. mulia. Aku adalah tukang cukur di kantorku. Aku mencukur para
Pegawai-pegawai negeri itu datang menunjukkan sikap yang pegawai di departemen. Banyak pegawai seperti aku. Para
saling ingin melebihi di antara mereka. Rabiah merasa bahagia pegawai tidak perlu membuang waktunya untuk bercukur di luar
menerima ucapan selamat dari mereka. Lihatlah, mereka datang kantor. Kau jangan kecewa, sayang. Kau harus menyadari, bahwa
membawa kado-kado, sedang tukang-tukang cukur itu tidak semua pekerjaan yang halal itu mulia, sayang. Kau jangan
membawa kado sebuah pun. Mereka tidak mempunyai duit untuk menangis, istriku. Aku tukang cukur di kantorku.
membeli kado. Padahal kado, menurut anak perempuan itu, Mengapa kau tidak mengatakannya sejak dulu? Kau tidak
adalah perlambang dari orang yang hidup di alam modern. jujur terhadap diriku.
Pesta telah sepi. Rabiah dan Sukri turun dari atas Aku tidak ingin merusak impianmu. Lagipula menurut
pelaminan. Mereka berdua masuk ke dalam kamar pengantin. perkiraanku, kau tentu tidak akan mengetahuinya. Aku hanya
Kado-kado itu tertumpuk di atas tempat tidur.
DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012
[Type text]

ingin menjaga impianmu. Dan sekarang kuharap kau sudah menderita orang tua itu, berdiri sehari penuh di bawah pohon,
terbangun dari tidurmu. dimandikan panas matahari. Rabiah berlari mengambil peti alat
Rabiah menangis. Dia mendekap erat suaminya. Air cukur ayahnya dari dalam kamar ayahnya. Membawanya berlari
matanya menetes ke atas baju pengantin lelaki itu. Malam ke hadapan orang tua itu. Dan begitu sampai ke depan ayahnya,
pengantin itu menjadi tidak seindah dari apa yang telah dia terus mendekap orang tua itu. Dia menangis mendekap
dibayangkannya. Ia makin menangis entah untuk berapa lama. ayahnya. Peti alat cukur itu menggelantung di dalam
Berkurangkah cintamu kepadaku, begitu kau tahu siapa pegangannya di belakang tubuh ayahnya. Tukang cukur itu tidak
aku, sayang? tahu apa penyebab tangis anaknya.
Wanita itu tidak menjawab pertanyaan suaminya. Dia terus
saja menangis sampai dia tertidur di dalam dekapan suaminya. (Lukisan Perkawinan, Sinar Harapan, hal. 154-162)
Pada pagi hari ia terbangun oleh kesibukan orang di luar
kamar pengantin mereka. Rabiah mendapatkan dirinya masih
tetap dalam pelukan suaminya, yang tidur tersandar di dinding
kamar pengantin itu. Dia bangun dari pangkuan suaminya. Ia
baringkan kepala suaminya di atas bantal. Dia benarkan letak
badan suaminya di atas tempat tidur. Dia pandangi tukang cukur
itu tidur lelap di bawah kain selimut yang ditutupkannya sendiri.
Ia menangis melihat laki-laki yang terbaring itu. Dia
mendekatkan wajahnya ke wajah suaminya. Dia menciumnya
sampai rasa menyayat di hatinya berangsur lenyap. Dia mendekap
lelaki yang tertidur itu. Lama ia berbuat seperti itu sampai pada
akhirnya dia memandangi kotak kado yang berisikan alat-alat
cukur itu. Dia mendekatkan wajahnya ke kotak itu. Dia buka
tutupnya pelan-pelan. Meraba benda itu dengan jari-jarinya yang
lembut. Menutup kotak itu kembali, dan dia melekatkan pipinya
yang basah di atas kotak itu, Air matanya jatuh membasahi kotak
penyimpan alat-alat cukur itu.
Di beranda dia dengar ayahnya mengeluarkan sepeda.
Orang tua itu sungguh mencintai pekerjaannya. Dia telah bersiap-
siap untuk berangkat kerja meskipun pagi itu pagi pertama hari
perkawinan anak gadisnya. Rabiah turun dari atas tempat tidur itu
dan membuka pintu. Dia pergi ke ruang tengah. Ayahnya
mendorong sepeda ke pekarangan. Orang tua itu menyandarkan
sepedanya di tepi pagar. Tukang cukur itu telah bersiap-siap
untuk masuk mengambil kotak cukurnya di dalam kamar. Rabiah
memandang ayahnya. Baru kali ini dia dapat melihat betapa
DASIMAN Model Analisis Cerpen untuk Siswa SMA 2012

Anda mungkin juga menyukai