Anda di halaman 1dari 5

Muhammad Agung Rizaldi

XI IPA 3
Tugas Bahasa Indonesia, Membuat Cerpen

Pulang Malam di Sekolah

Namaku Agung, aku siswa kelas 11 di Madrasah Aliyah Negeri 2

Samarinda. Cerita ini berawal ketika aku berada di sekolah pada saat

pembelajaran online karena ada kegiatan organisasi. Pada waktu itu aku

bersama 5 orang temanku yang Bernama Ajwah, Resty, Aldia, Nanda,

dan Rhevana.

Pada waktu siang hari aku berangkat dari rumah menuju sekolah,

sebelum berangkat sekolah aku izin ke orang tua untuk pergi ke sekolah

karena ada kegiatan pembuatan video calon ketua OSIS, dan posisi

diriku sebaga kameramen, orang tua ku pun setuju,dengan berkata “Iya

boleh, tapi jangan pulang lama-lama, kalau bisa maghrib sudah di

rumah” aku pun menjawab “Baik yah, terima kasih yah.”

Aku pun berangkat dari rumah ke sekolah pada pukul 1 siang, dan

sampai di sekolah pukul setengah 2 siang. Suasana di sekolah sepi,

karena waktu itu pembelajaran tatap muka belum terlaksana.

Singkat cerita kegiatan merekam video orasi calon ketua OSIS

sudah selesai pada pukul 5 sore. Saat aku ingin pulang, turun hujan yang

sangat deras, dan waktu itu aku juga tidak membawa jas hujan. Aku

langsung menghubungi ayah dan ibuku bahwa aku akan pulang sedikit

lama sampai hujan berhenti.

Sembari menunggu hujan berhenti, tersisa 5 orang temanku di

sekolah. Kami sambal bercerita di Lorong gedung MIPA, tepatnya di


depan ruang kelas. Kami bercerita tentang kisah horor yang pernah

dialami masing-masing temanku.

“Kalian tau ga guys, gedung PPT di depan, itu tuh kata anak

asrama ada hantunya tau, waktu itu ada 1 anak asrama yang liat tangan

keluar dari jendela melambai-lambai gitu” Aldia memulai dengan kisah

horornya. “Ah kamu jangan bikin takut deh, ini udah mau malam”

Rhevana menjawab dengan nada takut. “Ih beneran, itu kisah dari anak

asrama langsung” jawab Aldia. Resty langsung berkata “Aku juga ada

kisah horror nih, jadi kejadiannya waktu sore hari, tempatnya di

tanggap perpustakaan, ada anak asrama yang lagi mau ke dapur, terus

dia kaget ada kepala tanpa badan naik ke tangga perpustakaan, setelah

liat kejadian itu dia langsung demam.’’ Aku menjawab dengan nada tidak

percaya “Ah, masa ada kejadian seperti itu, menurutku itu hal yang ga

mungkin sih, mana bisa orang hidup tanpa badan”. “Itu bukan orang sih

gung, lebih tepatnya penunggu perpus’’ Resty menjawab.

“Aku juga ada cerita horror sih, waktu itu sore hari kayak gini

juga, pandanganku ga sengaja tiba-tiba mengarah ke tiang bendera, aku

melihat ada anak kecil memanjat tiang bendera sampai atas, terus pas

sudah sampai atas anak itu hilang, setelah aku cerita ke anak asrama,

kata anak asrama emang sering kejadian kayak gitu” Ajwah bercerita.

“Sudah dong guys cerita horornya, aku jadi takut nih, apalagi kita di

sekolah masih” Rheva yang menjawab ketakutan.

Aku terus terbayang-bayang dengan cerita hantu sekolah itu,

aku merasa kisah itu benar adanya, tapi aku tidak ingin tahu bahwa

kisah itu benar, hujan masih turun lebat, hatiku mulai gelisah karena
jam telah menunjukkan pukul 18.00. Suara masjid sudah mulai

terdengar menandakan azan magrib akan berkumandang.

Pada pukul 18.15 azan maghrib pun berkumandang, aku dan Ajwah

memutuskan untuk solat magrib di ruang OSIS, karena situasi masih

hujan lebat dan tidak memungkinkan untuk ke masjid. Kami mulai

berwudhu di dekat ruang BK. “Siapa yang jadi imam?” ajwah bertanya.

“Kamu aja Jwah” jawabku. Kami solat maghrib di ruang OSIS. Kami

menghabiskan wakttu 15 menit untuk solat.

Jam menunjukkan pukul 18.30, keadaan di sekolah masih menyala

terang karena lampu-lampu di lorong masih menyala. Sesudah kami

solat, giliran yang perempuan solat. Aku dan Ajwah duduk di bangku

depan ruang OSIS, kami sambil bercerita tentang tugas-tugas sekolah,

karena kebetulan aku dan Ajwah sekelas. “Jwah, kamu udah tugas

matematika kah ?” aku bertanya. “Hah yang mana Gung ?” Ajwah

bertanya Kembali “Yang itu loh jwah yang dikirim di grup pembelajaran,

terus waktu pengerjaannya masih 4 hari lagi’’ aku menjawab, “Oh, itu

aku sudah gung, baru kuselesaikan kemarin, kamu mau lihat?” jawab

Ajwah, “Oh oke, ngga Jwah aku cuma nanya” Jawabku.

Hujan sudah mulai reda, yang tadinya deras sekarang jadi

gerimis kecil. “Gung, coba lihat tempat sampah ruang OSIS, udah

penuh tuh, buang ke belakang yuk” kata Ajwah. Aku teringat sebuah

urban legend di MAN 2, kurang lebih bunyinya “Kalau sudah malam, dan

kalian masih di sekolah, jangan pergi ke kebalakang sekolah dan jangan

masuk ke belakang gedung MIPA.”


Aku langsung penasaran dengan urban itu, lalu aku berkata “Ayok

Jwah, udah bau juga itu tempatnya.” Kami masing-masing membawa

tempat sampah menuju belakang sekolah untuk membuangnya. Setelah

membuang sampah betapa terkejutnya kami, tiba-tiba listrik di sekolah

mati, keadaan gelap gulita, tidak terlihat apa-apa, aku bahkan tidak

bisa melihat Ajwah. “Jwah kamu di mana ?” aku bertanya tiba-tiba

Ajwah menyalakan senter hpnya “Sini Gung” jawab Ajwah. “Kayaknya

lagi ada pemdaman listrik deh, masa tiba-tiba mati listrik gini.” Sahut

Ajwah.

Kami berdua jalan kembali menuju ruang OSIS untuk

mengembalikan tempat sampah. Jam munujukkan pukul 18.45, hujan

sudah benar-benar berhenti, dan para perempuan juga sudah selesai

solat. Saat ingin pulang, aku baru ingat kalau sepeda motorku kuparkir

di parkiran belakang gedung MIPA. Aku ragu kalau sendirian mengambil

motor apalagi keadaan minim pencahayaan. “Jwah temanin aku buat

ngambil motor di belakang” aku meminta tolong Ajwah untuk menemani

mengambil motor. “Ayok Gung kutemani” jawab Ajwah.

Kami berjalan perlahan karena sama-sama takut, apalagi di

belakang gedung MIPA benar-benar gelap, tidak ada pencahayaan

selain senter hp. Aku mencari di mana motor kuparkirkan, dan sialnya

lagi motorku ku parkirkan paling ujung. Saat hendak mengambil motor

entah kenapa suasan tiba-tiba menjadi dingin, entah efek karena habis

hujan, atau efek suasan yang memang sedikit horor.

Akhirnya kami menemukan motorku, aku pergi keluar perkiran

dengan Ajwah, melihat kanan-kiri yang benar-benar beda suasananya,


yang biasanya ramai dengan motor kini hanya tempat kosong. Setelah

itu kami berkumpul di depan ruang OSIS untuk bersiap-siap pulang,

mungunci ruang OSIS, lalu mendatangi motor masing-masing. “Kalian

ngerasa aneh ga sih, tiba-tiba MAN 2 mati lampu gini, terlebih lagi

cuma MAN 2, aku dapat kabar kalau diluar ga ada tuh pemadaman

listrik, benar-benar cuma MAN 2 yang mati listrik, akua da firasat

kalau ini tuh teguran deh buat kita, karena ga mengindahkan aturan.

Kalian ada ke gedung belakang kah?” Resty bertanya ke pada kami.

“Ada Res, buang sampah, terus tiba-tiba mati listrik.” Jawabku.

“Nah benar sudah, mati listrik ini teguran, karena kita ke gedung

belakang, leboh baik secepatnya kita pulang deh, sebelum banyak lagi

teguran yang datang.” sahut Aldia.

Kami pun pulang bersama, dan benar saja diluar tidak ada yang

mati listrik, benar-benar hanya MAN 2 yang mati listrik. Singkat cerita

aku sudah sampai di rumah pada pukul 19.30, tepat pada azan isya,

setelah sampai rumah langsung mandi, makan, lalu solat isya dan

kejadian yang kualami ini masih jelas kuingat karena diriku sendiri yang

mengalaminya.

Anda mungkin juga menyukai