XI IPA 3
Tugas Bahasa Indonesia, Membuat Cerpen
Samarinda. Cerita ini berawal ketika aku berada di sekolah pada saat
pembelajaran online karena ada kegiatan organisasi. Pada waktu itu aku
dan Rhevana.
Pada waktu siang hari aku berangkat dari rumah menuju sekolah,
sebelum berangkat sekolah aku izin ke orang tua untuk pergi ke sekolah
karena ada kegiatan pembuatan video calon ketua OSIS, dan posisi
Aku pun berangkat dari rumah ke sekolah pada pukul 1 siang, dan
sudah selesai pada pukul 5 sore. Saat aku ingin pulang, turun hujan yang
sangat deras, dan waktu itu aku juga tidak membawa jas hujan. Aku
langsung menghubungi ayah dan ibuku bahwa aku akan pulang sedikit
“Kalian tau ga guys, gedung PPT di depan, itu tuh kata anak
asrama ada hantunya tau, waktu itu ada 1 anak asrama yang liat tangan
horornya. “Ah kamu jangan bikin takut deh, ini udah mau malam”
Rhevana menjawab dengan nada takut. “Ih beneran, itu kisah dari anak
asrama langsung” jawab Aldia. Resty langsung berkata “Aku juga ada
tanggap perpustakaan, ada anak asrama yang lagi mau ke dapur, terus
dia kaget ada kepala tanpa badan naik ke tangga perpustakaan, setelah
liat kejadian itu dia langsung demam.’’ Aku menjawab dengan nada tidak
percaya “Ah, masa ada kejadian seperti itu, menurutku itu hal yang ga
mungkin sih, mana bisa orang hidup tanpa badan”. “Itu bukan orang sih
“Aku juga ada cerita horror sih, waktu itu sore hari kayak gini
melihat ada anak kecil memanjat tiang bendera sampai atas, terus pas
sudah sampai atas anak itu hilang, setelah aku cerita ke anak asrama,
kata anak asrama emang sering kejadian kayak gitu” Ajwah bercerita.
“Sudah dong guys cerita horornya, aku jadi takut nih, apalagi kita di
aku merasa kisah itu benar adanya, tapi aku tidak ingin tahu bahwa
kisah itu benar, hujan masih turun lebat, hatiku mulai gelisah karena
jam telah menunjukkan pukul 18.00. Suara masjid sudah mulai
Pada pukul 18.15 azan maghrib pun berkumandang, aku dan Ajwah
berwudhu di dekat ruang BK. “Siapa yang jadi imam?” ajwah bertanya.
“Kamu aja Jwah” jawabku. Kami solat maghrib di ruang OSIS. Kami
solat, giliran yang perempuan solat. Aku dan Ajwah duduk di bangku
karena kebetulan aku dan Ajwah sekelas. “Jwah, kamu udah tugas
bertanya Kembali “Yang itu loh jwah yang dikirim di grup pembelajaran,
terus waktu pengerjaannya masih 4 hari lagi’’ aku menjawab, “Oh, itu
aku sudah gung, baru kuselesaikan kemarin, kamu mau lihat?” jawab
gerimis kecil. “Gung, coba lihat tempat sampah ruang OSIS, udah
penuh tuh, buang ke belakang yuk” kata Ajwah. Aku teringat sebuah
urban legend di MAN 2, kurang lebih bunyinya “Kalau sudah malam, dan
mati, keadaan gelap gulita, tidak terlihat apa-apa, aku bahkan tidak
lagi ada pemdaman listrik deh, masa tiba-tiba mati listrik gini.” Sahut
Ajwah.
solat. Saat ingin pulang, aku baru ingat kalau sepeda motorku kuparkir
selain senter hp. Aku mencari di mana motor kuparkirkan, dan sialnya
entah kenapa suasan tiba-tiba menjadi dingin, entah efek karena habis
ngerasa aneh ga sih, tiba-tiba MAN 2 mati lampu gini, terlebih lagi
cuma MAN 2, aku dapat kabar kalau diluar ga ada tuh pemadaman
kalau ini tuh teguran deh buat kita, karena ga mengindahkan aturan.
“Nah benar sudah, mati listrik ini teguran, karena kita ke gedung
belakang, leboh baik secepatnya kita pulang deh, sebelum banyak lagi
Kami pun pulang bersama, dan benar saja diluar tidak ada yang
mati listrik, benar-benar hanya MAN 2 yang mati listrik. Singkat cerita
aku sudah sampai di rumah pada pukul 19.30, tepat pada azan isya,
setelah sampai rumah langsung mandi, makan, lalu solat isya dan
kejadian yang kualami ini masih jelas kuingat karena diriku sendiri yang
mengalaminya.