Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ABDUL MALIK IBRAHIM

KELAS : XI - IPS 5

Cerpen keluarga
Keluargaku Adalah Hartaku

Sang surya menjelang disambut dengan suara merdu sang ayam. Semua orang
sudah bersiap untuk melakukan kegiatan. Ada yang mau pergi bekerja, berjualan ,
dan ada juga yang akan bersekolah. Dan masih saja ada yang terlaelap tidur dan
terbuai oleh mimpinya. Terdengar suara lembut dari seorang wanita paruh baya “
Ibra, ayo bangun, kamu kan hari sekolah nak, “ suara lembut ibu
membangunkanku.
“Iya Bu, ini Ibra juga mau bangun,” ku jawab Ibu dengan nada agak malas,
karena aku masih ngantuk.
Akupun segera mandi. Terdengar suara ibuku memanggi lagi ,” Ibra , ayo sarapan
dulu nak .”
Aku keluar kamar dan bergegas menuju meja makan. Disana sudah berkumpul
ayahku, kakak dan adikku. Mereka sedang melahap makanan yang disiapkan oleh
ibuku. Tapi seperti biasanya aku menolak untuk sarapan karena aku bosan dengan
menu yang dibuatkan oleh ibuku.
“Ibra, kenapa kamu tidak makan ?”, tanya ibu padaku.
Aku hanya diam dan pamit berangkat sekolah.
Ayahku seorang karyawan swasta dengan gaji yang cukup untuk kehidupan
keluargaku yang sederhana, ibuku seorang ibu rumah tangga yang sangat sayang
dengan keluarganya, kakakku seorang kakak seperti dengan orang-orang
kebanyakan, adikku anak yang cengeng dan manja. Keluargaku merupakan
sebuah keluarga sederhana.
Aku selalu berharap mempunyai rumah yang mewah, mobil yang mewah, dan
kehidupan yang sangat menyenangkan. Aku sudah bosan dengan kesederhanaan
yang aku jalani selama ini. Tak sadar lamunanku telah membawaku sampai di
depan sekolah. Bel berbunyi dan jam pelajaran dimulai. Jam pelajaran yang
membosankan sudah terlewati dan sekarang waktunya istirahat. “Ibra, ayo
kita istirahat , “ ajak Dewangga.
“Iya, ayo kita istirahat,” jawabku padanya.
Aku terkadang sangat iri padanya dia ganteng, memiliki kehidupan yang
mewah. Ayahnya seorang CEO salah satu Group perusahaan yang sangat
terkenal dan memiliki saham diberbagai perusahaan didalam dan luar negeri,
ibunya seorang wanita karir dan seorang sosialita yang terkenal, kakaknya
seorang pembalap muda berbakat. Menurutku keluarga Dewangga merupakan
keluarga idaman. “Ibra, nanti sepulang sekolah kita kerja kelompoknya ,
mengerjakan tugas biologi, “ kata Dewangga.
“Oh iya, aku hampir saja lupa Dew," jawabku dengan senyum kecilku. "Ibra,
nanti kita kerja kelompok dirumah kamu ya, bagaimana ?", tanya Dewanga.
"Jangan dirumah aku ya Dew, karena adikku juga akan kerja kelompok dengan
teman-temannya dirumahku," pintaku padanya agar tidak kerja kelompok
dirumahku.
"Ya sudah, kalau begitu di rumahku saja Bra," jawab Dewangga.
"Ok Dew, " jawabku dengan senang.
Sebenarnya aku malu pada Dewangga dengan keadaan rumahku yang sederhana,
Bel pulang sekolah berbunyi menandakan jam pelajaran sudah selesai. Aku dan
Dewangga segera pergi ke rumahnya. Saat kami keluar gerbang sudah terparkir
sebuah mobil
mewah berwarna hitam. Seketika aku membayangkan jika mobil itu adalah
milikku. Dan tiba-tiba ada seorang pria menghampiri kami berdua. “Mas
Dewangga, ayo kita pulang,” ajak pria itu pada temanku ini.
“Iya Pak Ujang ,” jawab Dewangga.
“Ayo Ibra,”ajak Dewangga padaku.
Aku tak menyangka dapat duduk didalam mobil semewah ini. Biasanya aku dan
ibuku hanya bisa naik kendaraan umum, karena keluarga kami hanya memiliki
satu sepeda motor untuk ayahku pergi bekerja. Aku sangat iri kepada Dewangga.
Tak terasa aku dan Dewangga sudah sampai di sebuah rumah mewah yang besar.
Aku tak dapat berkata-kata melihat mobil dan rumah semewah ini. ”Ibra ayo,
kita belajar kelompoknya di kamarku aja ya, “ ajak Dewangga.
Akupun tersentak melihat dalam rumah Dewangga yang begitu indah dan megah.
Tapi terasa begitu sepi dan sunyi untuk rumah sebesar itu.
“Dew, Ibu dan kakakmu kemana?”, aku mencoba untuk bertanya
padanya. “Aku tidak tahu Bra, “ jawab Dewangga lesu.
“Memangnya Ibu dan kakakmu tidak bilang mereka akan pergi kemana?”, tanya
ku padanya.
“Dalam keluargaku kami hanya mengurus diri kami masing-masing, Ayahku
sibuk bekerja, Ibuku sibuk dengan kehidupan sosialitanya, kakakku sibuk dengan
teman-temannya, dan tinggallah aku sendiri , Bra,” jawabnya dengan nada agak
terisak.
“Disaat ulang tahunku mereka juga tidak pernah ingat, ketika aku mendapatkan
prestasi di sekolah mereka tak pernah ada untuk memberikan aku selamat,
terkadang aku sangat marah dengan keadaan keluargaku yang seperti ini Bra, aku
iri dengan anak-anak yang lainnya,” keluhnya padaku.
“Tapi kan mereka bekerja untuk kamu Dew, lihat rumah yang kamu tempati
dan semua fasilitas yang kamu dapatkan,” kataku padanya.
“Untuk apa semua harta ini Bra, kalau kebahagiaan dan kehangatan keluarga tidak
dapat kurasakan Bra,” tambahnya.
Akupun tersadar ternyata harta yang berlimpah tidak dapat menggantikan
kebahagiaan dan kehangatan dalam keluarga. Akupun langsung teringat pada
keluargaku di rumah, walaupun keluarga sangat sederhana tapi kebahagiaan dan
rasa kasih sayang yang mereka berikan padaku sangatlah besar, lebih berharga
dari mobil mewah, rumah mewah, dan fasilitas-fasilitas mahala lainnya.
Keluargaku adalah hartaku yang paling berharga.

Anda mungkin juga menyukai