Anda di halaman 1dari 12

INDAHNYA SEBUAH

PERSAHABATAN
Betapa menyenangkannya menjadi orang kaya. Hidup serba berkecukupan. Apapun
yang diinginkan akan terpenuhi. Karena semua sudah tersedia. Seperti halnya Tiyas. Seorang
anak orang kaya yang menjadi banyak sorotan, Berangkan dan pulang selalu diantar oleh
supir pribadi dan mobil mewahnya. Meskipun bergelimang harta tiyas tidaklah
menyombongkan diri. Tidak kalah dengan Tiyas, Orang tua Tiyas juga merupakan orang
yang baik dan ramah, Tidak berpatokan pada harta dalam bergaul dan tidak membeda-
bedakan orang disekelilingnya. Kawan-kawan Tiyas sangat suka dan betah berlama-lama di
rumah Tiyas karena mereka selalu disambut ramah dan diperlakukan seperti keluarga sendiri
oleh keluarga Tiyas. Tiyas memiliki seorang sahabat yang sangat setia menemaninya dalam
menghadapi lika liku kehidupan. Tidak jauh dari rumahnya Dwi sahabat tiyas tinggal di
kampung dekat rumah Tiyas, hanya saja dipisahkan oleh RT saja. Namun sudah hampir dua
minggu Dwi tidak mengunjungi Tiyas di rumahnya. “Hmmm Dwi kemana ya mah, Biasanya
hampir setiap hari Dwi main kesini. Tapi ini sudah hampir lewat dua minggu Dwi tidak
datang lagi.” Ujar Tiyas. “Mungkin Dwi sedang sakit!” jawab Mama Tiyas. “Ih, iya juga ya
mah, siapa tahu memang Dwi lagi sakit. Kalo begitu nanti sore Tiyas mau menengoknya”
katanya dengan penuh semangat. Sudah lima kali Tiyas mengetuk pintu rumah Dwi. Karena
menunggu lama tidak kunjung dibuka akhirnya Tiyas memberanikan diri untuk bertanya
kepada tetangga tentang menghilangnya Dwi. Benar saja, Ternyata sudah dua minggu Dwi
ikut orang tuanya pulang ke desa. Sebab ayahnya habis kena PHK. Akhirnya keluarga Dwi
memutuskan untuk kembali ke desa dan memilih menjadi petani. “Oh, kasihan sekali Dwi,”
ujarnya didalam hati, Di rumahnya, Tyas tampak melamun sambil memikirkan nasib sahabat
setianya itu. “Ada apa Yas? Kok kamu nggak seperti biasanya, malah tampak lesu dan kurang
semangat.” Papa bertanya sambil menegur. “Dwi, Pa.” Jawab Tiyas “Memangnya ada apa
dengan Dwi sehingga membuatmu muram, Apa dia sedang sakit?” Tyas menggeleng kepada
ayah. “Lantas kenapa?” Papa menjadi penasaran. “Sekarang Dwi sudah pindah rumah. Kata
tetangga sebelah rumahnya Dwi ikut orang tuanya pulang ke desa. Kabarnya bapaknya habis
di PHK dan memilih untuk menjadi petani”. Sambil menatap Tiyas papa termenung
memikirkan ucapan tiyas dengan rasa setengah tidak percaya. “Kalau Papa tidak langsung
percaya, Coba tanya deh, sama Pak RT atau ke tetangga lain” ujarnya. “Lalu apa rencana
kamu?” “Aku harap Papa bisa menolong Dwi!” “Maksudmu?” “Aku pengen Dwi bisa disini
lagi” Tyas memohon dengan agak mendesak. “Baik kalau itu bisa biki kamu seneng. Tapi,
kamu harus bisa mencari alamat rumah Dwi yang di desa” kata Papa. Berkat bantuan pemilik
kontrakan bekas rumah Dwi akhirnya tiga hari kemudian Tiyas berhasil memperoleh alamat
rumah Dwi yang berada di desa. Ia merasa sangat senang. Kemudian Papa bersama dengan
Tiyas datang ke rumah Dwi di sebuah desa terpencil dan lokasi rumahnya masih masuk ke
dalam lagi. Bisa di tempuh dengan jalan kaki dua kilometer. Kedatangan kami disambut
orang tua Dwi dan Dwi sendiri. Betapa gembira hati Dwi ketika bertemu dengan Tiyas.
Mereka berpelukan cukup lama untuk melepas rasa rindu. pada awalnya Dwi sangat kaget
dengan kedatangan Tiyas secara tiba-tiba. “Maaf ya Yas. Aku tak sempat memberi kabar ke
kamu kalo aku mau pindah” “Ah, tidak apa-apa. Yang penting aku sudah ketemu kamu dan
merasa senang.” Setelah berbincang cukup lama, Papa menjelaskan tujuan kedatangan
mereka kepada orang tua Dwi. Ternyata orang tua Dwi tidak keberatan, mereka menyerahkan
segala keputusan kepada Dwi sendiri. “Begini, Wik, kedatangan kami kemari, ingin
mengajak kamu untuk ikut kami ke Surabaya. Kami menganggap kamu itu sudah seperti
keluarga kami sendiri. Gimana Wi, apakah kamu bersedia ikut?” Tanya Papa. “Soal
sekolahmu,” lanjut Papa, “kamu nggak usah khawatir. Sseluruh biaya pendidikanmu biar
papa yang menanggung.” “Baiklah kalau memang Bapak dan Tiyas menghendaki saya ikut,
saya mau pak. Saya juga mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan Bapak yang mau
membantu saya dan keluarga saya.” Kemudian Tiyas bangkit dari tempat duduk lalu
mendekat memeluk Dwi. Tampak mata Tyas berkaca-kaca tidak kuat menahan kebahagiaan.
Kini Dwi tinggal di rumah Tiyas. Sementara orang tuanya tetap tinggal di desa. Selain untuk
mengerjakan sawah, mereka juga merawat nenek Dwi yang sudah semakin tua.
Unsur Instrinsik
Cerpen Tema : Persahabatan.
Tokoh : Tiyas, Papa Tiyas, Mama Tyas dan Dwi.
Watak :Tiyas Suka Menolong, Dwi tidak suka membebani orang lain, Papa Tiyas Baik hati
dan ramah, Mama Tiyas : Peduli.
Alur : Maju.
Latar : Tempat - Rumah Tiyas, Rumah Dwi.
Waktu : Siang Hari. Suasana : Mengharukan. Sudut pandang : Orang Pertama
. Amanat : Sebagai makluk tuhan kita harus saling tolong menolong dan Berbagi kepada
sesama.
CINTA DAN TAKDIR
Jam dinding terus berputar, gerimis semakin menjadi hujan. Sudah hampir tiga jam dan
sekarang hampir mendekati waktu maghrib, Sika yang sejak pulang sekolah terus mengurung
diri di dalam kamanya. Kembali sika melirik buku catatan kecilnya seraya buku catatan itu
berkata "baca aku sika!". Namun sebaliknya sika melempar buku itu ke lantai karena kesal ia
berkata "aduhhhh susah banget sihhhh masuk ke otak" keluhnya karena belajarnya tidak bisa
maksimal. Karena sika merasa pusing dan lelah akhirnya ia menyelonjorkan kaki di kasurnya
dan mengambil posisi berbaring. Sembari berbaring entah kenapa ia teringat dengan mantan
kekasihnya "hmm andai sajaaaa... AHHH jadi tambah males, kenapa sihhh!" seru sika karena
teringat mantan kekasihnya. Sama seperti perempuan pada umumnya yang pernah merasakan
jatuh cinta dan patah hati. Sika merasakan hal yang serupa ketika masih berpacaran dengan
andri. Dalam hatinya sika menyesal karena telah menyianyiakan andri "Ah bodoh banget sih
aku, kenapa aku dulu harus menyianyiakan andri" Penyesalan itu terus berlajut ketika ia
melihat foto andri yang disimpannya dalam laci "ih kenapa aku dulu harus membuat
kesalahan". "kenapa aku kurang bersyukur udah punya pacar kayak andri". Meskipun andri
bukan laki-laki yang dewasa dan lebih terkesan kekanak-kanakan namun oada kenyataanya
sika tidak dapat lepas dari andri. Pada saat andri memberikan sepucuk surat kecil kepada sika
tentang perasaanya yang ingin putus sika tidak tahu lagi harus mengiyakan atau menolak
pada saat itu. "kenapa aku tidak bisa berpikir lebih dewasa sih?" ujar sika. Semenjak putus
dengan andri sika sering melamun seorang diri, berkhayal andaikan waktu dapat diputar dan
ia dapat berpikir lebih dewasa pada saat andri memberikan surat putus itu. Meskipun sika
hidup dalam keluarga yang lebih terkesan "broken home" karena memiliki seorang ayah yang
ringan tangan tidak membuat sika menjadi perempuan yang pendiam dan sedih. Sejatinya
sika adalah perempuan yang tegar. Telolet Telolet! Bunyi bel istirahat di sekolahnya
berdering kencang, namun sika tetap tidak beranjak dari bangkunya. Dengan tatapan kosong
dan tanpa gerakan selayaknya orang tertidur, sika bengong dan melamun hingga salah
seorang temannya membangunkan sika dari lamunannya. “Sikkk!” sambil memegang
tangannya yang menyangga kepala. “elu kok melamun aja sih, Kenapa?” “Aduhhh rin,
ngagetin dehh, lagi pusing nih.” “Ohh Pantesan kok keliatan lesu, biasanya juga sholat dhuha
sekarang udah jarang. hihihi.” “Ihhh itu ada andri tuh sikk", ujar rini sambil menyenggol sika.
"Paan sih! Kalo kamu suka dia ya jangan nyenggol aku!" "Yeeee, yang suka aku apa
kamuuu?" balas rini dengan penuh sindiran. Sejenak guyonan kedua sahabat itu membuat
sika tersenyum kecil hingga ia iangat peristiwa pemukulan ayahnya yang dilakukan pada
ibunya tadi malam. Memang ayah sika adalah orang yang ringan tangan, meskipun ibu sika
hanya sekedar mengingatkan jangan merokok dan minum miras namun yang didapat malah
tamparan dan pukulan. "Aku udah putus rin dari andri" ujar rini" sambil menahan ketawa
yang sebenarnya terasa begitu pahit di hati. Bukan tanpa alasan hati sika terasa pahit karena
menahan beban pikiran dan beban kehidupan yang ditanggungnya melihat ibu sika selalu
dipukul. Hari demi hari terus berlalu, Namun perasaan sika pada andri ternyata tidak dapat
berubah. Sika tidak dapat membohongi perasaanya bahwa sika masih memendam rasa pada
andri. Pada satu siang pada pelajaran matematika, seperti biasanya sika terlelap dalam
lamunannya, membayangkan andai saja andri masih menjadi pacar sika "hmm andri andaikan
kamu masih jadi pacarku, aku kangen semasa kita pacaran" ujar sika. Hingga salah satu
temannya yang bernama trimo menepuk pundak sika dan berkata "sikkk kok ngalamun aja
sihhh???" tanpa sengaja sika berteriak karena kaget akan tepukan trimo "ahhhhhhh" teriak
sika. Guru matematika sika yang terkesan galak (karena memang kebanyakan guru
matematika galak hehehe) sontak menoleh ke arah sika yang seperti orang kebingungan.
"Sika kenapa kamu? ayoo maju sini" ujar bu guru. "eee enggak kok bu" balas sika dengan
wajah bingung dan memelas" Seisi kelas menahan rasa ingin ketawa karena jika mereka
ketawa sudah pasti mereka akan jadi korban selanjutnya hehehe. Terdapat dua orang yang
tidak tertawa, justru sebalikanya, malah mereka berpikir kenapa sika menjadi begini. orang
itu tidak lain dan tidak bukan adalah rini dan andri yang merupakan teman sekelas sika.
"hmmm kenapa ya sama sika, kok makin kesini makin buruk aja dia" ujar andri. "apa
mungkin karena kita habis putus" "atau karena dia ada masalah" hmmm. Disisi lain bu yuli
selaku guru matematika memarahi sika habis habisan. Seperti orang yang habis makan cabe
rawit 1000 biji. Muka ibu yuli memerah karena menahan marah "Kamu itu yaaaaa, kalo
nggak niat ikut pelajaran saya ya gak usah ikut. Ngganggu temenmu yang lain tau gak?! bikin
susah aja!" bentak bu yuli pada sika. Tulilut tulitu tulilulilut...... Bunyi bell sekolah seperti
suara es krim campina itu menyelamatkan rini dari amukan guru paling galak disekolahnya.
"Kamu ketua kelas pimpin doa" perintah bu yuli. Karena merasa simpatik akhirnya andri
menghampiri sika dan menanyakan perihal permasalahan tadi siang di kelas. "Sik sebenarnya
kamu kenapa sih?" tanya andri. Dengan perasaan berbunga bunga karena sebenarnya sika
masih mencintai andri menjawab "enggak kok enggak nggak papa". "Hmmm lain kali kamu
harus lebih berhati hati kalo jamnya bu yuli. tau sendiri kan bu yuli kalo marah kek gimana"
meskipun andri berceloteh panjang lebar namun sika tidak memperdulikannya karena yang
dilihat sika adalah wajah dan mata andri yang coklat besar itu membuat sika semakin terpana
dan sulit untuk melupakannya. "sik??? kamu dengerin enggak sih?" tanya andri . "ehhh iya
maaf aku denger kok, jawab sika. Malam harinya disaat sika tengah berada dikamar tiba-tiba
ayah memanggil sika, "Sik, kesini bapak mau bicara penting". Tidak biasanya bapak sika
mengajak bicara sika. setelah sika berada di depan bapaknya akhirnya bapaknya
menceritakan bahwa pada besok sore dia akan dilamar oleh anak teman bapaknya
"APAA???? aku kan masih sekolah pak? trus gimana sekolahku?!" tanya sika dengan wajah
bingung dan kecewa mendengar berita yang disampiakan ayahnya. "Yaa kamu kan bisa
tunangan dulu, lulus kuliah nanti baru kamu menikah sama dia, orangnya baik kok" jawab
ayah. Sebagai seorang anak sika tidak bisa melakukan apa-apa karena jika ayahnya mengajak
berbicara itu bukanlah negosiasi melainkan sebuah pemberitahuan yang tidak dapat diganggu
gugat. Yang mampu sika lakukan hanyalah bercerita sambil menangis pada ibunya. Sang ibu
yang penyanyang dan penyabar sangat mengerti betul sikap suaminya yang keras kepala.
"Sudahlah nakk, turuti dulu apa mau bapakmu" sambil menangis, ibu memberi nasehat pada
sika. Keesokan harinya sika tidak masuk sekolah, Bukan tanpa alasan sika tidak mau masuk
sekolah karena ia sangat kelelahan menangisi nasibnya sepanjang malam. Entah karena
kebetulan atau bukan, Namun andri juga tidak masuk sekolah hari itu tanpa pemberitahuan
yang jelas. Jam sudah menunjukkan pukul 16.00 Sika sudah harus bersiap siap untuk
menyambut calon tunangannya. "Buu, aku nggak mau dilamar dulu" pinta sika sambil
merengek pada ibunya" namun ibu sika hanya bisa menggelengkan kepala sembari menahan
kesedihan. pada pukul 17.00 tepat datanglah iring-iringan rombongan mempelai pria
layaknya acara lamaran pada umumnya. Betapa kagetnya sika ketika melihat siapa yang
keluar dari mobil sedan putih tersebut karena ternyata calon tunangan yang dijodohkan
dengan sika adalah andri sendiri yang merupakan mantan kekasih sika. "Kamu????" "kok
kamu ada disini sih?" tanya sika setengah tidak percaya. "Iya ini aku andri" Jawab andri
dengan suara lirih. Tanpa basa basi akhirnya sika memeluk erat andri karena memang sika
sangat mencintai andri "SIk, maafin aku yaa, sebenernya aku sangat sayang dan cinta sama
kamu" ujar andri karena memang andri masih sangat sayang pada sika. "Iya ndri, aku juga
minta maaf" Betapa terkejutnya sika dan andri karena takdir mempertemukan mereka
kembali dalam ikatan pertunangan setelah mereka lama berpisah
. Unsur Intrinsik Cerpen
Tema: Takdir dan percintaan
Amanat: Dalam kehidupan berpikirlah dua kali sebelum mengambil sebuah tindakan agar
tidak menyesal dikemudian hari.
Alur: Alur yang digunakan adalah alur campuran (Maju dan mundur)
Setting: Kamar sika pukul 17.00. Rumah sika Pukul 16.00. Sekolahan sewaktu jam sekolah.
Kelas pada saat jam istirahat.
Sudut pandang : Sudut pandang yang dipakai adalah sudut pandan orang ketiga karena
pengarang tidak terlibat langsung dalam cerita
Penokohan dan perwatakan: Sika : sabar, tertutup, tabah, kuat, pelamun, taat beribadah. Andri
: kekanak-kanakan, pemalu, perhatian. Rini : Setia kawan, perhatian, lucu. Bapak tari : Keras
kepala, emosian, egois. Ibu tari: Penyayang, sabar. Trimo: Usil. Bu yuli: Galak, Tidak
sabaran.
9 FRICTIONS
Aku adalah seorang murid disebuah SMA favorit di daerahku. Aku mempunyai beberapa
teman yaitu Cepy, Afif, Rifki, Gery, Riki dan Irfan. Pada hari jumat kami mendapat tugas
IPA untuk membuat percobaan seputar Bioteknologi, akantetapi kami tidak lekas
mengerjakannya pada hari itu! karna kami memiliki kesibukan masing-masing akhirnya kami
sepakat akan mengerjakan tugas itu pada hari kamis pulang sekolah minggu depan dan itu
juga dilaksanakan berbarengan dengan latihan tari. Mulanya kami akan ikut latihan tari dulu
di sekolah karena memang sedang diadakan latihan untuk persiapan sendra tari dua bulan
lagi, tetapi karna salah seorang kami yang merayakan ulang tahun Rizal mengundang kami
untuk ikut acara ultahnya. Akhirnya kami ikut merayakannya, yaaa walaupun sebenarnya
tujuan kami hanya ingin mencicipi kue ulang tahunnya saja, Karena keasyikan makan kue
akhirnya kami lupa ada jadwal latihan tari yang harus dilakukan. hihihi. akhirnya kami
bergegas ke rumah Gery tanpa afif karena dia sedang ada urusan lain. Sesampainya dirumah
Gery aku beristirahat sejenak sembari menunggu Rifki dan Irfan Tertinggal dibelakang,
Tidak lama berselang Irfan dan Rifki sampai yang berbarengan dengan Gery yang
membawakan seikat rambutan dan air dingin, Sontak kami langsung menikmati suguhan
yang diberikan Gery. Tidak lama sesudahnya Irfan mendapat telfon dari Afif yang katanya
minta dijemput di depan komplek karena ingin ikut mengerjakan tugas. Karena
mempertimbangkan jarak rumah Gery dan depan komplek sangat jauh akhirnya kami sepakat
untuk menjemput Afif dan mengerjakan dirumah Rifki karena rumah rifki memiliki jarak
paling dekat dengan depan komplek. Bersama dengan Afif kami menuju rumah Rifki,
Sesampainya disana kami beristirahat sejenak dirumah rifki yang berada di lantai atas. Kami
bercakap cakap layaknya sedang mengadakan rapat, padahal hal yang dibahas tidak begitu
penting sih hehehe, Tidak lama berselang Rifki memanggil ibunya untuk meminta dibawakan
makanan dan minuman untuk kami. Bukkk bawain makanan saa minuman dong, pinta Rifki
pada ibunya. Iya-iya bentar. Jawab ibunya. Jangan lupa fantanya sekalian bisikku pada Rifki,
hehehhe.. Akhirnya kami pergi kebawah untuk berlatih tari, sambil sesekali menyantap
makanan yang diberikan ibu Rifki. hehehe.. memang sih pada awalnya kami hanya bercanda.
eh tidak taunya rifki benar-benar meminta makanan pada ibunya. Pada saat diperjalanan
hujan pun turun kembali kami akhirnya berteduhh di sebuah saung yang tidakk jauh dari
tempat pembuatan roti. Rifki dan Irfan memutuskan utk pergi ke rumah pembuat roti tersebut
agar tugas kami cepat selesai jadi aku, Ceppy , Gery dan Riki pun menungguu di saung yang
juga merupakan pos ronda. setelah beberapa menit Irfan dan Rifki keluar menghampiri kami
pada saat keadaan masih gerimis, Kami berharap semuanya sudah beres dan selesai, akan
tetapi masih ada proses yakni mengoven roti, dan ternyata dirumah itu hanya membuat
adonan roti saja yang nanti akan di oven di toko yang letaknya agak jauh dari tempat
pembuatan adonan itu. Kami pun pergi walau keadaan masih gerimis, sesampainya di toko
Rifki mengusulkan agar roti dibentuk seperti kata-kata 9F, akhirnya kami pun setuju ,tetapi
Riki mengusulkan kata kata 9 Fiction yang memiliki arti 9 Fiksi. Jujur saja aku tidak terlalu
paham mengapa ia memilih kata-kata itu namun kami menyetujui usulannya tersebut. karena
Rifki khawatir hujan akan semakin lebat akhirnya ia menyuruh kami untuk pulang kerumah
masing-masing dan sisanya dia yang mengerjakan, maka kami pun menyetujui dan pulang
kerumah kami masing masing. Keesokan harinya setelah kue jadi, Kami menyerahkannya
sebagai tugas boteknologi kami. Tidak disangka-sangka ternyata kami mendapatkan nilai
terbaik dikelas.
Unsur Intrinsik Cerpen
Tema : Pertemanan, dan kegigihan.
Sudut Pandang : Sudut pandang cerpen diatas menggunakan sudut pandang orang pertama.
Amanat : Dalam pertemanan rasa setia kawan adalah sifat yang harus dimiliki seseorang,
jangan menunda-nunda pekerjaan.
Alur : maju
Latar : sekolah , rumah Rifki , Rumah Gery, Toko Roti, Pos Ronda.
Penokohan dan perwatakan afif: Baik Riki: Baik Cepy: Baik Aughy: Baik Gery: Baik Rifki:
Baik, bertanggung jawab dan humoris. Irfan: Baik
KENANGAN AYAH DAN
KUMIS LEBATNYA
Waktu bagaikan penentu perjalanan manusia yang terjadi dimasa lalu,sekarang hingga masa
depan.Waktu dapat dikatakan sebagai perekam yang merekam perjalanan hidup dan proses
yang dialami oleh setiap umat manusia yang dapat teringat kembali dimasa yang akan datang.
Berbagai waktu senang,waktu sedih, hingga waktu susahpun terselip di antara waktu yang
menceritakan perjalanan seseorang yang kemudian terangkai menjadi sebuah kisah yang
disebut dengan kenangan . Hal inipun tak luput terjadi pada diriku sendiri, kenangan itu
kujadikan sebagai salah satu pelajaran hidup yang berarti maupun candaan yang tak akan
terulang kembali dalam perjalanan hidupku. Banyak kenangan masa kecil yang selalu
telintas dalam ingatanku seperti salah satunya kenangan ketika aku masih duduk ditaman
kanak-kanak, masih teringat dengan jelas bagaimana banyak kenangan yang terjadi pada
masa itu padahal sekarang aku telah duduk dibangku sekolah menengah atas ,entah mengapa
kenangan ini tak dapat lepas dari ingatanku . Kini kenangan itu kuceritakan kembali untuk
mengenangnya.
Inilah salah satu pengalamanku. Ketika aku masih duduk disalah satu taman kanak-kanak di
daerah tempat tinggalku, aku selalu dijemput oleh ayahku. Ayahku adalah orang yang sangat
baik dan penyayang. Ayahku memiliki badan yang cukup tinggi dan besar serta berkumis
lebat. Ayahku bekerja sebagai seorang pegawai negeri yang mengabdi didaerah tempat
tinggalku. Setiap aku pulang sekolah dari taman kanak-kanak ,ayahku selalu menjemputku
dengan mobil dinasnya dan aku selalu menunggunya didepan kelasku. Seperti biasa yang
kulakukan ketika lonceng sekolahku berbunyi disiang hari, aku menunggu ayahku untuk
menjemputku.
Namun hari itu tampak berbeda dengan hari-hari biasanya karena aku tak melihat ayahku
sehingga membuatku gelisah bukan main .Oleh karena itu kuputuskan untuk berjalan menuju
pintu gerbang sekolahku, ketika kuberjalan aku berpapasan dengan sesosok laki-laki
yang menyerupai ayahku berbadan besar dan tinggi namun tak berkumis lebat. Lalu orang
tersebut berkata “ Ayo, Hana mari pulang!” langkahku terhenti sejenak sambil memerhatikan
wajah orang itu, namun tak kukenal sama sekali siapa orang itu .Sehingga membuat begitu
banyak pertanyaan yang muncul dalam kepalaku, “ siapakah dia? Apakah ia adalah orang
utusan ayahku untuk menjeputku?”. Tak ada satupun jawaban yang terlintas untuk menjawab
pertanyaan –pertanyaan itu. Tetapi aku masih merasa bahwa aku mengenalnya ,lalu kucoba
memperhatikan wajahnya kembali. Betapa terkejutnya dan malunya aku waktu itu.Orang
tersebut adalah ayahku namun ayahku tanpa kumis lebatnya. Lalu ayahku merangkul bahuku
mengajakku jalan bersamanya menuju mobil dan pulang kerumah. Dalam rangkulannya aku
tak berani melihat mukanya karena perasaan sangat malu yang bercampur dengan rasa tawa.
Selama perjalanan aku masih terheran-heran terhadap diriku sendiri karena aku tak bisa
mengenali ayahku ketika ia tidak memiliki kumis, apalagi jika ia botak mungkin aku benar-
benar tak mengenalinya sama sekali dalam benakku .
Oleh karena itu,jika kuteringat kejadian ini kembali aku ingin tertawa yang bercampur
malu,namun itu adalah salah satu kenangan yang mungkin tak akan kulupakan hingga
sekarang dan aku tahu sekarang alasan ayahku tak pernah mencukur habis kumis lebatnya
itu,ia takut aku tak mengenalinya lagi hingga sekarang sehingga ia memilih untuk
memeliharanya. Itu merupakan salah satu kenangan yang kualami ketika kumasih
kecil,mudah-mudahan pengalaman ini dapat menghibur kalian yang membacanya.Salam
kenal…
Unsur Intrinstik Cerpen antara lain:

Tema
-mengenai pegalaman masa kecil yang tidak dapat dilupakan

Tokoh dan penokohan.


-Tokoh : Aku dan ayahku.
-penokohan : Aku :pelupa.
Ayahku : sangat baik dan penyayang.
Alur
-merupakan alur gabungan ( alur yang merupakan gabungan dari alur maju dan alur mundur)
Latar
-Latar tempat : Lingkungan sekolah taman kanak-kanak(depan kelas,pintu gerbang sekolah).
-Latar waktu : Siang hari.
-Latar suasana : bingung,menghibur,gelisa.
Sudut pandang
-Sudut pandang orang pertama ( I ).
-Sudut pandang orang ketiga (III) .
Gaya bahasa
-Menggunakan bahasa yang efektif sehingga isi cerita dapat dimengerti oleh pembaca.
Amanat
-Semua orang mempunyai masa lalu yang berkesan maupun yang mengecewakan namun
semua pengalaman tersebut selalu memiliki makna tersendiri yang dapat kita ambil dan
dikenang kembali dimasa hidup kita kemudian . Selain dikenang pengalaman dapat juga
menjadi obat rindu kita terhadap masa lalu kita. Oleh karena itu apa yang kita lakukan
sekarang akan menentukan pengalaman yang akan dikenang kembali dikemudian hari.
-

Anda mungkin juga menyukai