Anda di halaman 1dari 4

Harapan yang Tak Kunjung Usai

Cerpen Karangan : Mulyaningsih ( XI MIPA 2 )

Kategori: Cerpen Patah Hati, Cerpen Penyesalan, Cerpen Remaja

Namaku Elye Assegaf, panggil saja aku Elye. Aku bangga dengan namaku yang berakhiran
Assegaf, karena Assegaf adalah pemberanian nama dari keluarga besar ayahku. Aku lahir dikeluarga
yang serba tercukupi. Keluarga ku sangat harmonis. Ya, meskipun masih ada konflik kecil. Di keluarga
aku dikenal sebagai orang yang mudah marah. Namun, di luaran sana banyak yang menganggapku
sebagai orang yang selalu ceria dan jenaka, bisa di bilang aku itu orang yang humoris. Di sisi lain
keluargaku juga sering menggapku orang yang selalu bertingkah konyol. Tapi di balik itu semua, aku
meyimpan sejuta perasaan yang terpendam di dalam hati kecilku. Berhubungan pada saat itu aku
dibangku kelas XI SMA. Banyak orang lain yang menyatakan bahwa masa SMA adalah masa – masa
mengenal cinta. Itulah yang sedang aku rasakan saat itu. Sekarang aku sudah menjadi mahasiswa
Universitas Negri Jakarta semester 5. Sewaktu aku masih SMA aku diam – diam memendam rasa
kepada seorang pria yang aku idamkan sejak aku duduk di bangku Smp. Maklum saja masa kisah
percintaan anak SMP sering disebut sebagai cinta monyet.

Waktu itu aku suka kepada seseorang pria sejak aku duduk di bangku SMP. Menurutku dia
adalah seseaorang yang sempurna. Ya, meskipun aku tahu bawa kesempurnaan itu hanya milik Tuhan.
Dia itu tampan, manis, humoris, dan romantis. So, apa yang kurang dari dia ? Secara dia itu paket
legkap. Bukan hanya itu, ternyata dia juga termasuk kategori pria idaman terpopuler. Aku termasuk
penggemar sekaligus penganggum rahasia. Literelly, hasrat cintaku kepadanya meronta – ronta.

Setiap hari aku bertemu dengannya, karena jarak aku dengan dia itu hanya terhalang oleh
beberapa meja dan kursi. Sebenarnya aku itu sudah kenal dia sejak aku duduk di bangku SD. Kemudian
lanjut ke SMP aku satu sekolah lagi dengannya, bukan hanya sesekolah bahkan aku dan dia satu kelas.
Hampir setiap hari aku memerhatikannya diam – diam. Aku selalu memerhatikannya dari mulai hal
kecil sampai hal besar. Sebegitu sukannya aku sama dia, sampai aku selalu meyelipkan namanya di
setiap baris do’aku. Bisa dibilang “Cinta Dalam Do’a”.

Sungguh konyol masa laluku, kecil – kecil sudah mengenal cinta. Ibaratkan anak yang masih
seumur jagung sudah mengenal cinta. Ya, karena pengaruh pergaulan dan pengaruh zaman yang
semakin canggih. Generasi zaman sering menyebutnya sebagai “Geneasi Micin” atau lebih populer
dengan sebutan “Bucin”. Ya, itulah aku. Saat aku duduk dibangku SMP aku lebih sering

1
memerhatikannya dan sering menghabiskan waktu bersamanya. Nama seorang pujaan hatiku atau kids
jaman now menyebutnya dengan “Gebetan” adalah Lexi. Panggil saja dia Mr.X, karena aku tidak ingin
ada seseorangpun yang mengetahui perasaanku kepadanya.

Hari demi hari ku lewati bersamanya. Banyak hal yang membuatku bahagia ketika bersamanya.
Aku masih mengingatnya sampai sekarang. Dari mulai belajar bersama sampai ketika PAS (Penilaian
Akhir Semester) atau PAT ( Penilaian Akhir Tahun ) itupun dikerjakan bersama. Mohon jangan ditiru
ya kawan – kawan karna untuk melakukan hal tersebut perlu keahlian khsus. Ehh salah, maksudnya hal
yang tidak patut ditiru. Kita selalu mengerjakan segala hal bersama, tapi kita tidak pernah saling
komunikasi di lebih selain membahas pelajaran. Meskipun ita sering saling tukar cerita curhatan tapi
dia tidak pernah peka kata – kata yang aku curhatkan kepadanya. Terkadang aku bingung dengan
dirinya, banyak pertanyaan di dalam benakku akan tentangnya.

“Apakah sebenarnya dia itu tahu akan perasaanku padanya atau mungkin dia itu tahu tapi pura – pura
tidak tahu?” gunam hatiku.

Aku ingin sekali memilikimu, aku selalu berdoa setiap hari agar bisa denganmu, namun
percuma saja aku terus berdo’a tapi aku tidak mampu mengungkapkanya, di saat itu aku menyiksa
batinku sendiri, dan hanya bisa memendam perasaanku saja. Terus aku masih selalu ikhtiar, memohon
petunjuk pada Tuhan, dan akhirnya aku mulai untuk memberanikan diri, karena aku fikir-fikir “suatu
cinta harus diungkapkan, gak ada cinta yang gak diungkapkan, kecuali oleh orang yang terlalu
mencintai dirinya sendiri”.

September 2014

Berawal dari candaan seorang sahabatku yang bernama Oliv , awalnya Oliv hanya bercanda
memanggil Mr.X dengan panggilan “Ayah”. Sontak saja jiwa kecemburuanku meronta – meronta.
Disitu aku langsung menangis.

“Kenapa kau menatapku seperti itu?” Tanyaku disaat aku tersadar telah ditatapnya.
“tak mengapa ” jawabnya sambil memberikan senyumnya padaku.

Sejak kejadian tersebut, semua sahabatku akhirnya tahu tentang siapa Mr.X itu yang selalu
kusebut namanya disetiap curhatanku. Bukan hanya sahabatku saja yang mengetahuinya, bahkan semua
orang aku kenal telah mengetahuinya akhirnya rahasia yang ku sembunyikan selama ini sudah menjadi
rahasia public. Setelah mereka mengetahuinya, aku sering di jodoh – jodohksm dengan Mr. X tersebut.
Aku selau marah kepada mereka disaat mereka melakukan hal itu. Sebab aku takut Mr. X ilfeel
kepadaku, karena aku tak ingin hanya gara – gara masala kecil dia menjauh dari ku. Aku tak ingin hal
itu terjadi. Kukira sejak kejadian itu dia akan lebih dekat denganku dan ku harap aku dan dia itu menjadi
kita. Namun, takdir berkata lain. Apa yang terjadi saat itu tidak sesuai dengan apa yang aku harapkan.

2
Dia terlihat sangat tidak suka padaku bahkan sekarang dia bersikap dinin padaku. Entah apa yang
merasukinya hingga ia berubah menjadi seperti ini.

Kutatap seseorang yang berdiri di sana dengan seorang wanita cantik. Pria yang kusayangi
jadian dengan teman sebayaku, Mawar. Betapa hancurnya hatiku saat itu, kulihat kebahagiaan
memancar di wajah mereka berdua Lexi dan mawar. Di balik jendela kamarku aku menangis sekencang-
kencangnya. Beruntung suasana malam itu sangat ramai hingga suara tangisku tak terdengar sampai ke
luar. Dia menganggapku selama ini hanya sebagai sahabat. Aku pun mencoba menunggunya berharap
dia berubah pikiran, di saat penantianku yang lumayan lama, aku mendengar kabar kalau kamu sudah
menjadi milik yang lain, dan hubunganya pun sudah cukup lama. Di saat itu aku hanya bisa berdiam
diri dan merenung menerima kalau kamu sudah ada yang memiliki, aku bingung kanapa rasa sayangku
padamu tak pernah hilang, meskipun kamu telah membuatku kecewa, mungkin aku terlalu
menyayangimu, hingga rasa sayangku mengalahkan rasa sakitku.

Setelah beberapa bulan aku mendengar kabar kalau mereka berdua telah putus, tepat sebelum
ulang tahun Lexi, di saat itu aku senang mendengar kabar tersebut karena sampai saat itu aku masih
menyayanginya. Setelah satu minggu putus denganya aku memberanikan diri menyatakan perasaanku
lagi, mungkin aku menembakmu di saat yang tidak tepat, tapi yang ada di fikiranku saat itu aku tak mau
kehilanganmu untuk yang kedua kali. Takdir berkata lain hingga dia pun memilih untuk
meninggalkanku tanpa sebab.

“Lex aku suka kamu..” ucapku padanya


“Aku ju ga suka kamu El” jawabnya
“Apa berarti kita bisa pacaran?” tanyaku
“Maaf Elye tapi aku tak bisa, aku baru aja jadian sama orang lain. Seandainya kamu membalas
cintaku lebih awal” katanya
“Kamu dengan siapa Lex? Dengan orang yang ku kenal?” tanyaku penasaran
“Ia El maaf” jawabnya
“Mia..?” tanyaku dengan nada sedih.

Di saat itu aku memutuskan untuk menjauh dari hidupnya, meski tak bisa kubohongi aku masih
sangat mencintainya. Meskipun aku tidak pernah melihatnya lagi, tapi aku selalu mengetahui kabarmu,
karena aku tau siapa sahabatmu, sahabatmu selalu menceritakan keadaanmu, dan aku tak menyangka
disana kamu juga masih terus menyayangiku meskipun kamu sudah ada yang memiliki, aku terharu
ketika mendengar cerita dari sahabatmu, dia berkata “Sebenernya Lexi sangatlah menyayangimu, dia
selalu menangis ketika menceritakanmu El, dia juga menyesal meninggalkanmu, Elye juga berkata
kepadaku, kalaupun dia menikah kelak, dia ingin kamu jadi suaminya, karena Cuma kamu yang bisa

3
membuat Lexi bahagia”
Aku menjawab “jujur sampai saat ini aku juga masih sangat menyayangi Lexi, tapi keadaan yang
membuat aku belum bisa memilikinya, mungkin inilah yang dinamakan Cinta Tak Harus Memiliki”.

Sampai saat ini meskipun aku dan dia jarang bertemu dan beda Universitas, tapi rasa ini masih
tetap ada. Sekarang aku sudah menjadi Mahasiswa semester 5 di Universitas Negri Jakarta sedangkan
dia Mahasiwa di Universitas POLBAN. Saking aku mencintainnya sampai saat ini, aku sering disebut
seabagai orang yang kena pelet cinta oleh teman – temanku. Tapi, entahlah aku tidak terlalu
menanggapinya. Aku masih berharap padanya. Namun, tak kunjung ada kepastian darinya. Itulah yang
membuatku tak mau membuka hati untuk orang lain. Hatiku hanya untuk dia seorang. Jika aku rindu
aku hanya meratapi gambar wajahnya yang kusimpan selalu di dalam dompetku. Aku berharap kelak
dia akan menjadi imamku dan menjadi ayah dari anak – anakku.

THE END

Anda mungkin juga menyukai