Anda di halaman 1dari 3

Ibu Pahlawanku.

Aku adalah seorang pelajar SMP. Namaku Rania Putri yang biasa dipanggil Rania. Aku anak
tunggal yang hidup bersama ayah dan ibu, mereka sangat menyayangiku. Setiap hari kami selalu
meluangkan waktu untuk bersama.

Ketika aku mulai mengenal pergaulan dan mulai menginginkan sesuatu yang harus aku
dapatkan, aku sering merasa kesal dengan ibuku tanpa sebab, aku selalu membantah ketika ibu
menasehatiku, aku selalu marah-marah dengannya, “bu aku belikan baju baru dong!”kataku “Iya
nanti nak, ibu belum punya uang.” Jawab ibuku. Aku marah kepada ibuku dan mengobrak obrik
barang barang yang ada disekitarku, tapi ibu tidak memarahiku dia hanya berkata “sabar nak,
besok pasti ibu kasih kok” sambil merapikan barang barang yang berantakan dilantai.Aku
semakin jengkel kepada ibu. Lalu ayahku datang “dya kenapa kamu nak?” Tanya ayah kepadaku.
“Hehe tidak apa-apa yah” sambil masuk kamar. Entah kenapa dengan ayahku aku merasa takut
beda dengan ibuku.

Pada keesokan harinya, aku bangun dari tempat tidur aku langsung mandi untuk siap-siap ke
sekolah. Sebelumnya aku lihat meja makan yang sudah ada makanan yang dimasak ibuku untuk
sarapan pagi bersama ayah. Ibuku jarang ikut sarapan dengan kami, ibu hanya menyiapkan
sarapan, “nanti siang ingin ibu masakin apa?” Kata ibuku, Hampir setiap pagi setelah sarapan ibu
bertanya seperti itu kepadaku. “Terserah yang penting enak” jawabku meringis. Kemudian ibu
bergegas ke pasar untuk membeli bahan untuk makan siang dan malam nanti.

Jarang kutemui ibuku saat aku berangkat ke sekolah. Tapi ibu selalu berpesan kepadaku dan
ayahku sebelum aku dan ayah berangkat supaya aku dan ayah hati-hati.Aku hanya berpamitan
dengan ayah yang juga mau berangkat bekerja.

Sepulang sekolah “assalamualaikum, assalamualaikum” kataku sambil masuk rumah, melihat


ibuku yang tertidur di depan tv setelah memasak untukku dan menunggu pulangku hingga
ketiduran. Ku lihat wajah ibuku yang berkeringat mungkin karena kelelahan setiap hari melakukan
pekerjaan rumah sendiri. “Oh, Tania sudah pulang?” Kata ibuku tiba-tiba bangun. Aku kaget “iyaa
bu” kataku sambil berjalan kekamar. Ibu menyuruhku agar aku segera makan. Tetepi aku tertidur
hingga akhirnya aku lupa makan siang. Saat ibuku membangunkanku aku malah marah-marah
kepadanya.

Malam harinya aku baru makan bersama ayah dan juga ibu. Aku melihat lauk makanan ibu
yang dipakai hanya sedikit, tapi laukku sangat banyak padahal aku tak pernah membantu ibu
memasak. Disuruh menyapu dan mengepel saja aku menolaknya.

Pada hari minggu yang biasa dilakukan oleh sebagian orang selama hari libur itu
membersihkan rumahnya. Saat itu aku tertidur pulas sampai aku bangun siang, aku tak
melakukan apapun, ketika aku keluar dari kamarku aku melihat ibu sedang membersihkan kaca
dan atap rumah, lalu menyapu, mengepel lantai. “Rania,, bantu ibu cepat sini jangan tidur terus”
kata ibuku sambil mengelap ketingatnya. Aku menolak perintah ibu lalu aku berlari ke rumah
nenekku yang kebetulan rumahnya tidak jauh dari rumah.

Saat aku pulang aku melihat ayah dan ibuku berdua sedang bercanda di depan tv, aku tidak
ingin mengganggunya. Memang aku sebel dengan ibu padahal sebenarnya ibu tidak salah, namun
aku juga bahagia melihat ibu dengan ayah bahagia berdua. Aku berharap aku akan selalu besama
mereka selamanya.

Tiga bulan kemudian, kebahagiaanku kini mulai berkurang saat ayah berubah menjadi orang
yang tidak peduli pada keluarganya. Entah kenapa ayah seperti itu, biasanya ayah tak pernah
kasar denganku dan ibuku tapi sekarang selalu marah-marah dengan raut wajah yang sensitif.
Ayah yang dulu baik kini sering memarahi ibuku. “Yah belikan handpone baru ya” kataku sambil
memohon tangan kepada ayahku. “HP sudah 2 masih kurang, kamu pikir cari uang gampang?
minta ibumu sana” jawab ayahku sambil emosi dan langsung pergi.
Aku tak kuasa menahan ucapan ayah padaku sehingga aku pun menangis dikamarku. Tiba tiba
ibuku membuka kamarku dan dia berkata “Insya allah ibu akan belikan hp baru buatmu nak” ibu
menghiburku. “Iya bu” jawabku sambil memeluk tubah ibukku. Ayah yang sekarang sering pulang
malam dia juga tidak pernah makan masakan ibu, padahal ibu susah payah masak sendiri buat
ayah dan aku.

Satu minggu, Ternyata handpone yang aku minta ke ayah, ibu belikan untuku padahal uang
yang dipakai adalah uang pinjaman. Ibuku rela melakukannya hanya demi aku “makasih bu”
kataku sambil tersenyum. Setelah ibu pergi aku berfikir sejenak, “betapa tulusnya ibu denganku,
tapi aku tidak pernah membalaskan kebaikannya.”

Tanpa ku sadari tiba-tiba ayah ingin menggugat cerai ibuku. Suatu hal yang tidak pernah ada
dalam fikiranku itu terjadi dalam keluargaku yang dulunya tentram, kini mulai muncul masalah,
setiap kali aku melihat ibu dan ayah bertengkar, ayah yang bembentak-bentak ibuku hingga ibuku
tak kuasa menahan airmatanya. Aku bingung ketakutan melihat orangtuaku yang tak seakur dulu.
Aku selalu sholat dan berdoa agar keluargaku kembali seperti dulu lagi.

Satu hari kemudian, setelah pulang sekolah aku pergi ke rumah temanku, di jalan ku lihat
ayah dengan wanita lain sedang bercanda. aku berlari untuk kembali ke rumah dan aku menangis
dikamar, ibu melihatku menangis kemudian ibu menyampiriku dan berkata “Kenapa Tania kamu
kok pulang pulang menangis? Kamu diapain sama temanmu? Kamu berantem kah sama
temanmu? . Aku hanya diam dan mengusap airmataku, aku tak mau menceritakan kepada ibu
karena aku kasihan, aku tidak mau melihat ibu sedih.

Setiap kali ayah pulang ayah memasang wajah seperti orang yang mau marah, ibu berusaha
perhatian dan menyapa ayah, tapi ayah malah cuek tak memperdulikan ibu. Ibu masih berusaha
agar ayah tidak menggugat cerai. Entah kenapa ibu seperti itu, memperjuangkan ayah yang tidak
meresponnya. Hingga aku jengkel sama ayah. Walau begitu ibu masih terus menjalankan tugas
sebagai seorang istri yang mengerjakan pekerjaan rumah sendirian, padahal di sisi lain ibu juga
bekerja di luar rumah. Ibu tak pernah memperlihatkan rasa capeknya. Ibuku juga tidak pernah
meninggalkan kewajibannya untuk beribadah. Ketika aku ada masalah orang yang membantu
untuk menyelesaikan adalah ibu.

Pada suatu hari, aku ga enak badan, aku sakit orang pertama yang gelisah dan merawatku
tanpa pamrih adalah ibu. Dan ayah menengokku dan memeriksakanku ke bidan terdekat bersama
ibuku. Disitulah ayah sudah terlihat baik dengan ibu dan rukun kembali. Aku senang melihat kedua
orangtuaku bersama tanpa ada masalah lagi. Dan kami hidup bahagia lagi.

Tapi belum ada satu tahun ibu dan ayah baikan, lagi-lagi masalah itu muncul, ayah kembali
selingkuh dengan wanita lain hingga ayah benar-benar menceraikan ibu yang tak menginginkan
perceraian itu terjadi. Aku melarang ayah agar ayah dan ibu tidak berpisah, tapi perkataanku
percuma, ayah menganggap seperti angin. Karena mungkin ayah sudah terjerumus dengan wanita
yang merebut ayah dari ibuku. Sehingga ayah sudah tidak peduli padaku dan ibuku.

Peristiwa perceraian itu pun terjadi saat aku memasuki Sekolah Menengah Atas. Karena aku
sekolah jauh dari rumah jadi aku terpaksa tinggal dirumah saudara ibuku yang sebulan sekali baru
pulang. Saat aku pulang kerumah ku saat itu sekolahku libur akhir semester. Setiba di rumah,
perasaanku tak enak, ternyata saat aku membuka pintu ayah berdua dengan wanita lain, “Ya ibu
mana? Dan itu siapa ya?” Kataku aku pura pura tidak tahu. Tapi ayahku ga ngerespon kataku
sama sekali dia malah masuk kekamarnya bersama wanita itu. Aku mencaru ibuku di semua
ruangan, tapi ibu tetap tidak ada. Aku tidak tahu kenapa wanita itu ada di rumahku bersama ayah
padahal perceraian ayah dan ibu belum ada 2 bulan.

Aku berlari ke rumah nenek yang tidak jauh dari rumahku, “nek, ibuku mana nek? Ayah
dirumah kok sama wanita lain nek? Apa yang sebenarnya terjadi nek?” Aku bertanya. “Ayahmu
sudah menikah lagi satu minggu lalu, Ayahmu hanya nurut dengan istri barunya, kamu yang sabar
ya, yang ikhlas ya menerima kenyataannya” jawab nenekku sambil menangis dan mengelus
kepalaku . “Terus ibu kemana nek?” Kataku menetaskan air mata. “Ibumu pergi nak, ibumu tidak
mau tinggal dirumah nenek padahal nenek sudah mengizinkan untuk tinggal disini tapi ibumu
tetap tidak mau ,katanya dia tidak mau merepotkan nenek” jawab nenek menjelaskan. Aku
langsung menjatuhkan makanan yang mau ku makan. Aku bergegas membuka tas mengambil hp
untuk menghibungi ibuku.Tut.. tut.. tut.. tut.. tut.. “Assalamualikum sayang, ada apa nak?” Ibu
menjawab. “Waalaikum salam bu, Ibu kenapa ibu meninggalkanku? Aku butuh ibu untuk berada di
sampingku, maafkan aku ibu yang dulu aku sering marah-marah dan membentak ibu, ibuuu”
kataku sambil menangis. Dan kelihatan jawaban dari suara ibu seperti orang yang menahan
tangisan, “tidak apa-apa, ayahmu yang menginginkan itu, ibu berusaha bertahan untuk tidak
berpisah tapi ayahmu yang memaksakan, sebenarnya ibu tahu ayahmu selingkuh sejak kamu
kelas 5 SD, tapi ibu menutupi semua itu”. Begitu kuatnya ibu menghadapi cobaan yang sekian
lama baru aku ketahui sekarang ini, aku tak bisa berbicara apapun yang aku lakukan hanyalah
menangis, “alasan ibu bertahan adalah karena adanya kamu Tania, alasan ibu yang mampu
menguatkan ibu hingga sekarang ini, maafkan ibu yang belum bisa menjadi ibu terbaik sayang,
ibu tidak bisa mempertahankan rumah tangga dengan ayahmu sehingga kamu menjadi
korbannya, kamu hati-hati ya nak, sekolah yang pinter ya..” Ucap ibu lagi. “Ibu, ibu tidak salah,
ibu adalah ibu terbaik yang menyayangi dengan tulus bahkan ibu tidak pernah merasa bosan
untuk merawatku” jawabku terus menangis. “Ibu, ibu sekarang dimana? Aku mau menyampiri ibu”
ucapku lagi “Ibu tinggal dikos Melati No. 9 nak, dijalan panglima sudirman “jawab ibuku. Aku
langsung mematikan panggilan dari ibuku kemudian aku pamit ke nenekku aku langsung
menyampiri ibuku.

Tokk..Tokk…Tokk… ibuku langsung membuka pintunya . Aku langsung bersujud di kaki ibu
“Maaf ibu aku menyesal dulu selalu bersikap tidak sopan terhadap ibuku padahal ibuku selalu
berbuat baik kepadaku, merawatku dengan hati yang tulus, maafkan aku bu, aku tidak bisa
membalas kebaikanmu, aku menyesal , aku minta maaf ya bu.. aku tidak bisa berkata kata lagi
selain minta maaf kepadamu bu” kataku sambil menangis di kaki ibuku. Ibuku mengangkat
tanganku , kemudian aku berdiri “iya gak papa kok anak ibu sudah memaafkanmu” jawab ibu
sambil memeluk ku.

Hari demi hari aku jalani dengan penuh ceria dengan ibuku. Aku selalu membantu pekerjaan
ibuku. Aku ingin menjadi anak yang lebih baik dari sebelumnya. Liburan sekolah telah usai aku
perpamitan kepada ibuku untuk kerumah saudaranya karena sekolahku masuk lagi. “Hati hati ya
nak.. jangan tinggalkan kewajibanmu ya nak..” kata ibu . “Iya bu, aku janji tidak akan
meninggalkan kewajiban sholat dan belajarku agar aku bisa menjadi anak yang pintar dan bisa
membahagikan ibu.. aku akan selalu mendoakan ibu “ jawaku .

Hari demi haru aku jalani dirumah saudara ibuku . Aku berkata semdiri “Aku sadar bahwa aku
mempunyai ibu yang sangat tulus, yang kuat menghadapi tingkah laku buruk ayah, yang selalu
menutupi kesedihannnya karena tidak ingin membuat anaknya khawatir, Aku sangat merindukan
sosok ibu kandungku yang membesarkanku hingga saat ini dengan kesabaran dan ketulusannya.
Semoga ibu sehat terus disana I Love you ibu.”

Anda mungkin juga menyukai