Anda di halaman 1dari 4

Ibu Terhebat

Saya seseorang pelajar SMA. Namaku Marko Loko yang biasa dipanggil Mark. Saya anak tunggal
yang hidup bersama bapak serta bunda, mereka sangat menyayangiku. Tiap hari kami
senantiasa mengosongkan waktu buat bersama.
Kala saya mulai memahami pergaulan serta mulai menginginkan suatu yang wajib saya miliki,
saya kerap merasa jengkel dengan ibuku tanpa karena, saya senantiasa membantah kala bunda
menasehatiku, saya senantiasa marah- marah dengannya, terlebih bila saya memohon suatu
kepada bunda tetapi bunda menundanya, saya sangat marah sampai- sampai saya mengobrak
abrik beberapa barang di sekitarku di depan bunda.
Dikala saya bangun dari tempat tidur saya langsung mandi buat siap- siap ke sekolah. Tadinya
ku amati meja makan yang telah terdapat santapan yang dimasak ibuku buat makan pagi pagi
bersama bapak. Ibuku tidak sering turut makan pagi dengan kami, bunda cuma mempersiapkan
makan pagi,“ nanti mau bunda masakin apa?” Nyaris tiap pagi sehabis makan pagi bunda
bertanya semacam itu kepadaku.“ Terserah yang pasti harus lezat”( meringis). Setelah itu
bunda bergegas ke pasar buat membeli bahan buat makan siang serta malam nanti.
Tidak sering kutemui ibuku dikala saya berangkat ke sekolah. Tetapi bunda senantiasa berpesan
kepadaku serta bapak saat sebelum saya berangkat ke sekolah serta bapak berangkat kerja biar
saya serta bapak hati- hati. Saya cuma berpamitan dengan bapak yang pula ingin berangkat
bekerja.
Sepulang sekolah“ assalamualaikum, assalamualaikum” saya masuk rumah, memandang ibuku
yang tertidur di depan televisi sehabis memasak untukku serta menunggu pulangku sampai
ketiduran. Ku amati wajah ibuku yang berkeringat bisa jadi sebab keletihan tiap hari
melaksanakan pekerjaan rumah sendiri.
“ Oh, mark telah kembali?” bunda seketika bangun. Saya pun terkaget“ iyaa bu”( berjalan ke
kamar). Bunda menyuruhku supaya saya lekas makan. Tetapi saya tertidur sampai saya tidak
ingat untuk makan siang. Dikala ibuku membangunkanku saya malah marah- marah kepadanya.
Malam harinya saya baru makan bersama bapak serta pula bunda. Saya memandang lauk
santapan bunda yang dipakai cuma sedikit, tetapi laukku sangat banyak. Sementara itu saya
tidak sempat menolong bunda memasa,. Disuruh menyapu saja pun saya menolaknya.
Pada hari minggu yang biasa dicoba oleh sebagian orang sepanjang hari libur itu mensterilkan
rumahnya. Dikala itu saya tertidur pulas hingga saya bangun siang, saya tidak melaksanakan
apapun, kala saya keluar dari kamarku saya memandang bunda lagi mensterilkan kaca serta
atap rumah, kemudian menyapu, mengepel lantai.“ Mark, bantu bunda cepat mari jangan tidur
terus” kata bunda. Saya menolak perintah bunda kemudian saya berlari ke rumah nenekku
yang kebetulan rumahnya tidak jauh dari rumah.
Dikala saya kembali saya memandang bapak serta ibuku berdua lagi bercanda di depan televisi,
saya tidak mau mengganggunya. Memanglah saya sebel dengan bunda sementara itu
sesungguhnya bunda tidak salah, tetapi saya pula senang memandang bunda dengan bapak
senang berdua. Saya berharap saya hendak senantiasa besama mereka selamanya.
Tetapi nyatanya saya salah kebahagiaanku saat ini mulai menurun dikala bapak berganti jadi
orang yang tidak hirau pada keluarganya. Entah mengapa bapak semacam itu, umumnya bapak
tidak pernah agresif denganku serta ibuku tetapi saat ini senantiasa marah- marah dengan raut
wajah yang sensitif. Bapak yang dahulu baik saat ini kerap memarahi ibuku.“ Yah belikan
handpone baru ya” saya meminta ke bapak,“ punya hp 2 masih kurang, kalian pikir cari duit
mudah? minta ibumu saja sana” sembari emosi serta langsung berangkat.
Saya tidak kuasa menahan perkataan bapak padaku sehingga saya juga menangis.“ Insya allah
bunda akan belikan” bunda menghiburku. Bapak yang saat ini kerap kembali malam ia pula
tidak sempat makan masakan bunda, sementara itu bunda sulit payah masak sendiri.
Nyatanya handpone yang saya memohon ke bapak, bunda belikan untuku sementara itu duit
yang dipakai merupakan duit pinjaman. Ibuku rela melaksanakannya cuma demi saya “makasih
bunda” sembari tersenyum. Sehabis bunda berangkat saya berfikir sejenak,“ betapa tulusnya
bunda denganku, tetapi saya tidak sempat membantunya”.
Tanpa ku sadari seketika bapak mau menggugat cerai ibuku. Sesuatu perihal yang tidak sempat
terdapat dalam fikiranku itu terjalin dalam keluargaku yang tadinya tentram, saat ini mulai
timbul permasalahan, tiap kali saya memandang bunda serta bapak bertengkar, bapak yang
bembentak- bentak ibuku sampai ibuku tidak kuasa menahan airmatanya. Saya bimbang
ketakutan memandang orangtuaku yang tidak seakur dahulu. Saya senantiasa berdoa supaya
keluargaku kembali semacam dahulu. Setelah itu saya berangkat ke rumah temanku, di jalur ku
amati bapak dengan perempuan lain lagi bercanda. saya berlari buat kembali ke rumah serta
saya menangis.“ Mengapa mark?” bunda bertanya. Saya cuma diam serta mengusap airmataku,
saya tidak ingin menggambarkan kepada bunda sebab saya kasihan, saya tidak ingin
memandang bunda pilu.
Tiap kali bapak kembali bapak memasang wajah semacam orang yang ingin marah, bunda
berupaya atensi serta menyapa bapak, tetapi bapak malah cuek tidak memperdulikan bunda.
Bunda masih berupaya supaya bapak tidak menggugat cerai. Entah mengapa bunda semacam
itu, memperjuangkan bapak yang tidak meresponnya. Sampai saya gusar sama bapak.
Walaupun begitu bunda masih terus melaksanakan tugas selaku seseorang istri yang
mengerjakan pekerjaan rumah sendirian, sementara itu di sisi lain bunda pula bekerja di luar
rumah. Bunda tidak sempat memperlihatkan rasa capeknya. Ibuku pula tidak sempat
meninggalkan kewajibannya buat beribadah.
Kala saya terdapat permasalahan orang yang menolong buat menuntaskan merupakan bunda,
dikala saya sakit orang awal yang risau serta merawatku tanpa pamrih merupakan bunda. Serta
bapak menengokku serta memeriksakanku ke bidan terdekat bersama ibuku. Disitulah bapak
telah nampak baik dengan bunda serta rukun kembali. Saya bahagia memandang kedua
orangtuaku bersama tanpa terdapat permasalahan lagi. Serta kami hidup senang lagi.
Tetapi belum terdapat satu tahun bunda serta bapak baikan, lagi- lagi permasalahan itu timbul,
bapak kembali selingkuh dengan perempuan lain sampai bapak betul- betul menceraikan bunda
yang tidak menginginkan perceraian itu terjalin. Saya melarang bapak supaya bapak serta
bunda tidak berpisah, tetapi perkataanku percuma, bapak hanya menganggap omonganku
sebagai semacam angin lewat. Sebab bisa jadi bapak telah terjerumus dengan perempuan yang
merebut bapak dari ibuku. Sehingga bapak telah hirau padaku.
Kejadian perceraian itu juga terjalin dikala saya merambah sekolah baruku ialah tingkatan SMA.
sebab saya sekolah jauh dari rumah jadi saya terpaksa kos yang seminggu sekali baru kembali.
Setiba di rumah, perasaanku tidak nyaman, nyatanya dikala saya membuka pintu bapak berdua
dengan perempuan lain, saya mencari ibuku di seluruh ruangan, tetapi bunda telah berangkat
dari rumah tanpa bawa benda apapun. Saya tidak ketahui mengapa perempuan itu terdapat di
rumahku bersama bapak sementara itu perceraian bapak serta bunda belum terdapat 2 bulan
Saya berlari ke rumah nenek yang tidak jauh dari rumahku,“nek, apa yang sesungguhnya
terjadi?” Saya bertanya.“Ayahmu telah menikah lagi kemarin, perkataan nenek telah tidak
dipedulikan, ayahmu cuma nurut dengan istri barunya, kalian yang tabah, ikhlas menerima
realitas”( sembari menangis). Saya langsung menjatuhkan santapan yang ingin ku makan. Saya
bergegas ke rumah mengambil handpone. Tut.. tut.. tut.. tut.. tut..“ Halo sayang?” Bunda
menanggapi.“ Bunda mengapa bunda meninggalkanku? Saya perlu bunda buat terletak di
sampingku, maafkan saya bunda yang dahulu saya kerap marah- marah serta membentak
bunda, ibuuu”( sembari menangis). Serta nampak jawaban dari suara bunda semacam orang
yang menahan tangisan,“ tidak apa- apa, ayahmu yang menginginkan itu, bunda berupaya
bertahan buat tidak berpisah tetapi ayahmu yang memaksakan, sesungguhnya bunda ketahui
ayahmu selingkuh semenjak kalian kelas 5 SD, tetapi bunda menutupi seluruh itu”. Begitu
kuatnya bunda mengalami cobaan yang sekian lama baru saya tahu saat ini ini, saya tidak dapat
berdialog apapun yang saya jalani cumalah menangis,“ alasan bunda bertahan merupakan
adanya kamu mark, kamulah satu satunya alasan bunda bisa sanggup memantapkan bunda
sampai saat ini ini, maafkan bunda yang belum dapat jadi bunda terbaik sayang, bunda tidak
dapat mempertahankan rumah tangga dengan ayahmu sehingga kalian jadi korbannya, kalian
hati- hati ya nak, sekolah yang pinter” Bunda mengatakan.“ Bunda, bunda tidak salah, bunda
merupakan bunda terbaik yang mencintai dengan tulus apalagi bunda tidak sempat merasa
bosan buat merawatku” saya terus menangis.
Bapak melarangku berjumpa dengan bunda, seakan- akan ia tidak paham perasaanku yang
sirna dikala itu.Bapak tertawa berdua dengan istri barunya tanpa memikirkan perasaanku. Saya
merenungkan seluruhnya yang terjadi padaku, saya menyesal dahulu senantiasa berlagak tidak
sopan terhadap ibuku sementara itu bunda sangat berarti bagiku, saya menyesal dikala ia telah
tidak terdapat di sampingku lagi.
Hari demi hari saya lakukan dengan penuh kesabaran, saya berupaya kokoh tetapi saya tidak
dapat dikala saya mengingat wajah ibuku saya senantiasa menangis. Sementara itu sepatutnya
ibulah orang yang sangat tersakiti tetapi ia kokoh, saya percaya bunda sangat merindukanku
serta ia senantiasa menyebut namaku di dalam doanya.
Saya baru menyadari bahwa saya memiliki bunda yang sangat tulus, saya sangat merindukan
wujud bunda kandung yang membesarkanku sampai dikala ini dengan kesabaran serta
ketulusannya, seluruhnya sekarang tinggal kenangan.

Anda mungkin juga menyukai