“Doni, sudah waktunya belajarr!!!” teriak ibu dari luar kamar Doni. Doni tetap sibuk memandang
dan memainkan gamesnya di depan komputer. “Dasar anak ini!” ibu mulai jengkel. Doni namanya,
anak yang pemalas, tidak pernah belajar dan selalu mengulur waktu. Hari harinya selalu diisi
dengan bermain game dan pergi ke warnet. Sepulang sekolah, selalu saja telat pulang, karena
mampir ke warnet sampai sore hari. Lalu, ia tidur dan bermain game lagi sampai larut malam.
Ayah dan ibunya sudah sangat letih menasehati anaknya itu.
UN sudah mulai dekat. Doni sangat santai sekali. “Doni, UN sudah mau dekat. Belajarlah Nak,
jangan bermain game terus” kata ibu Doni. “UN kan gampang bu, cuma baca 5 menit aja udah
selesai. Gampang kok, tenang aja” Doni masih sibuk dengan COC nya. “Terserah kamu lah Doni,
ayah dan ibu sudah letih menasehatimu!!!” bentak ayah Doni. Doni pun berlari ke arah kamarnya
dan membanting pintu. Bukannya mengoreksi diri sendiri, malah melanjutkan COC nya itu.
“Duh, susah amat ni soal!”gumam Doni sambil memperhatikan soal matematikanya itu. “Ngasal
aja deh!”. Selama UN, Doni selalu menjawab ngasal. Saat penerimaan rapot, Doni sangat sedih
karena NEM nya hanya 10,35. “Itulah akibatnya” ibunya kecewa. Doni hanya bisa menyesal dan
menangis.
“Kalau di Swasta, bayarnya sangat mahal, pak. Tak mungkin kita dapat membiayainya. Kita harus
menyekolahkan Doni ke SMP Negeri” ucap ibu Doni suatu malam. “Mari kita survey dahulu” jawab
ayah Doni. Sudah 9 kali, Doni gagal diterima di SMP Negeri. Akhirnya, Doni disekolahkan di SMP
yang tidak terfavorit dan tidak berkualitas. Penyesalan tetap penyesalan. Berusahalah mumpung
masih ada waktu.