malam yang telah lalu, saat esok kepergianku merantau di tanah kampung orang. Ah,
mengingatnya membuat air mataku kembali bercucuran deras. Saat ayah, ibu, nenek,
kakek, paman, bibi dan keempat saudaraku duduk melantai diruang TV. Malam itu
kebahagiaanku terasa lengkap, semuanya hadir memberikanku pesan dan kesan
sebelum esok aku pergi jauh untuk waktu yang lama.
Ini impianku, ini cita-citaku, bersekolah diluar kota dengan jurusan dan
fakultas yang saya inginkan. Ayah dan ibuku bersih keras melarangku bersekolah
jauh-jauh. Kesempatan itu sempat menjadi mimpi nyata yang nyaris terbuang begitu
saja.
kan bisa sekolah di Makassar saja nak! Masuk negerilah dulu, disini juga masih
banyak universitas bagus! Tidak usah pikirkan beasiswa itu, ayah masih bisa
membiayai, cita-citamu jadi seorang penulis juga bisa dimulai disini nak!
lantas kenapa Ayah mengizinkanku mendaftar disana ? Ah, bagi Amani perguruan
Tinggi Negeri ataupun Swasta sama saja yah! Tergantung pribadinya kita sendiri,
Amani juga dari sekolah swasta, tapi masih bisa bersaing dengan anak negeri.
Pokoknya niat Amani sudah bulat! Amani ingin kuliah disana! nada biacaraku sedikit
meninggi. iya Ayah paham, ayah masih ingat jelas dengan cerita-cerita impianmu
bahwa kamu ingin bersekolah diluar kota dengan jurusan psikologi dan ingin menjadi
penulis muda, ya! Ayah masih ingat jelas itu nak. Tapi ayah tetap saja khawatir, kamu
masih kecil untuk mengenal kehidupan diluar sana, bagaimana kerasnya kehidupan
luar, kamu masih terlalu muda nak untuk kuliah jauh-jauh. Belum lagi kamu sering
sakit, lantas siapa yang akan menjagamu nak ? siapa yang akan menyiapkan
makananmu ? ibuku menambahkan. pokoknya Amani ingin sekolah disana! Amani
ingin kejar impian Amani. Huh!
Jauh sebelum malam itu, sering sekali Ayah dan Ibu mengurungkan niatku
untuk bersekolah diluar kota. Tapi malam sebelum hari keberangkatanku, aku
menyadari alasan mereka melarangku pergi! Kehidupan luar memang terlalu ganas
untuk kulalui seorang diri ditanah kampung orang. Akan banyak rindu yang tumpah
tiap malamnya, akan banyak rasa cemas yang selalu hadir, akan banyak air mata yang
jatuh karena perpisahan ini. Namun, ini tetap cita-cita dan impian yang harus
mengorbankan segalanya. Termasuk rasa egoisme diri kita masing-masing.
ayah hanya berpesan, agar Amani disana tetap menjaga sholat, pergaulan serta
akhlak Amani, bersekolah yang rajin, jangan kecewakan kami semua disini nak,
kepergianmu besok adalah langkah awal dari mimpi-mimpimu, tetap hadirkah
Tuhanmu ditiap langkahmu nak.! Seraya tertunduk dengan mata yang sembab, Ayah
mengecup keningku, memeluk anak sulungnya sangat erat dengan penuh perasaan
cinta.
ingat! jaga kesehatanmu, ibu tidak mau kalau sampai disana sering sakit lagi, jangan
lupa sering minum vitaminmu, minum susulah biar gejala tipus mu itu tidak kambuhkambuh lagi
ibuku sayang, kalau urusan minum susu, Amani nggak janji yah? sambil mengecup
kadua pipi beliau. Malam ini kebahagiankuHehe lengkap sekali, doaku malam ini
Allah izinkan keduanya tetap dalam naungan kasih-Mu, limpahkan kelapangan serta
kesehatan bagi keduanya.
MAWARDA
Senja datang beriringan bersama jingga yang mulai menguning disudut kaki
langit, sore itu, sebelum berangkat kebandara, aku datang ke mahad yang
membesarkanku, sore itu juga, aku benar-benar merasakan bahwa mereka semua,
adik-adikku di mahad, teman-teman, sahabatku bahkan guru-guruku turut menangisi
kepergian kami berempat. Mendengar nasihat dan salam selamat tinggal rasanya tidak
ingin jauh dari mereka semua. Namun, inilah takdirku, inilah impianku yang harus
kukejar, yang harus kuraih, meskipun perpisahan memang kadang menyakitkan.
Amani ini.! Kulirik dari belakang sahabatku Mhiza.
apa ini ? seraya menerima bungkusan didalam kantongan plastik putih.
hadiah dari sahabatmu disebelah rumah, yang dia janjikan itu loh! yang satunya lagi
kenang-kenangan dariku kubuka plastik putih itu dan kutemukan sebuah novel
tentang persahabatan dan satunya lagi buku diary yang lumayan besar berwarna
cokelat muda.
makasih ya Zaa.. Mhiza tersenyum. Aku berlari kearah ibuku yang berada
didalam mobil, sejam lagi aku akan berangkat meninggalkan kota kelahiranku. Kota
penuh kenangan dalam hidupku. Bandara Internasional Hasanuddin 17:25 WITA
Suasana bandara itu sesak, dipenuhi kerumunan manusia. Ada orang-orang yang
sedang bergembira melihat sanak saudara serta kerabat mereka berdatangan dari
persinggahan yang lama ditanah kampung orang, namun disisi lain, tidak sedikit juga
mereka bersedih melihat keluarga serta kerabat mereka pergi untuk waktu yang lama.
Inilah seni kehidupan, dimana kita dihadapkan antara dua pilihan, kanan dan
kiri, atas dan bawah, baik dan buruk serta pertemuan dan perpisahan adalah salah satu
seni kehidupan yang selalu memberikan kesan berarti dan mendalam. Engkau akan
mengenal seseorang ketika pertemuan itu datang menyapa, dan engkau akan merasa
seseorang itu berarti dalam hidupmu ketika perpisahan datang menghampirimu,
namun segalanya akan indah pada waktunya, baik yang buruk sekalipun akan terasa
indah ketika engkau mengenang masa-masa dimana kita saling berbagi. Amani
kutitip ke-3 temanmu, saling mengingatkan disana nak!, ingat tiga pesan ustadzah,
jaga sholatmu, jaga pakaianmu, dan jaga hatimu nak, ingat! pergaulanmu yang salah
bisa merusak dirimu sendiri Ustadzahku memelukku erat, mengusap kepalaku serta
mengelus lembut punggungguku. Sedikit lagi, senja akan menghilang...Kupeluk erat
wanita perkasa itu, ah! Rasanya air mataku ingin tumpah lagi melihat beliau kembali
menitihkan air mata. nenek ,adik-adikku , ustadzahku, sahabat-sahabatku yang turut
mengantar, kuucapkan selamat tinggal, doakan kami semoga selamat dalam
perantauan ini. Senja itu tak menghadirkan ayahku. Tidak apalah mungkin tugasnya
kali ini benar-benar penting! Tapi, aku yakin dari kejauhan sana beliau tidak berhenti
mendoakan anaknya ini.
Aku masuk! Perlahan bayangan nyata mereka mulai hilang dari pandanganku.
Senjapun demikian, garis-garis jingga yang menghiasi kaki langit mulai samar. Kini
siluet hadir menggantikan senja yang mengantarku pergi, yang membawa imipianku
kesebuah tempat yang mengharuskanku berpisah dengan orang-orang yang kusayang
untuk waktu yang lama.
Semoga pada senja berikutnya aku akan hadir bersama kalian, berbagi cerita,
berbagi tawa dan canda dibawah langit penuh jingga itu. Ataukah senja yang hadir
bersama gerimis manja yang melukis senyum indah pelangi. Aku akan bersabar
bersama rinduku disini, bersama doa-doa kalian yang selalu mengalun ditiap sujudmu.
Akan kubawa pulang sebuah amanah yang telah dititipkan diatas kedua pundakku
yang telah menjadi mimpi nyata dalam kehidupan kelak. auu... seberkas cahaya
jingga masuk menembus jendela kamarku dari arah barat, kali ini senja
membangunkanku. Menyilaukan kedua mataku yang telah menangis semalam suntuk.
Masyaallah hampir lupa aku! Hari ini ada agenda penting dikampus, setengah jam lagi
aku akan terlambat!.
Senja temani aku mengukir mimpiku disini, tetap bersamaku dalam
kelapangan maupun kesakitanku. Berjanjilah padaku! Aku akan pulang bersamamu
kembali. Kekampung kelahiranku dengan membawa sejuta harapan-harapan nyata
bagi mereka. Pulang! Dan kau bersamaku akan menatap senyum tulus bahagia mereka
dibawah naungan kasih Tuhan. Kabulkanlah ya Rabb! Amin, Amin ya Rabbul Izzati.
Sumber :
www.lokerseni.web.id/2012/01/kumpulan-cerpen-pendidikan.html
Nama
Kelas
: XI MIA 1
No. Presensi
: 13
atau
cerpen
tersebut
bahwa
kita
harus
semangat