Anda di halaman 1dari 2

Cerita Pendidikan dari Daerah

Pedalaman Kalimantan
Saya tidak akan pernah bosan untuk menulis tentang dunia pendidikan terutama
pendidikan yang dialami masyarakat marginal dan pedalaman. Harapan saya adalah
pembaca juga tidak bosan kalau kali ini lagi-lagi tema postingan adalah tentang
pendidikan.
Pertama akan saya mulai dari daerah Kalimantan Timur, tepatnya di Kabupaten Berau.
Pada waktu saya bekerja di sebuah perusahaan tambang terbesar di Kabupaten Berau,
salah satu tugas saya sebagai Community Development Officer adalah untuk membantu
meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat sekitar. Salah satu SD yang saya dampingi
cukup menarik. SD tersebut tidak jauh dari lokasi tempat saya kerja, hanya dengan
menyebrang sungai dengan speedboat kira-kira 5 menit saya sampai di SD yang berlokasi
di pinggir sungai Berau.
Suatu ketika jam 8.00 pagi saya datang untuk mengunjungi sekolah tersebut. Kaget,
itu reaksi saya yang pernah jadi guru ketika melihat suatu sekolah tanpa seorang pun guru
ada ditengah murid-muridnya. Saya keliling-keliling sebentar, dan saya lihat seorang
anak kira-kira umur 14 tahunan berlari ke kampung. Ternyata anak tersebut adalah
lulusan SD tersebut (kira-kira baru 2 tahun lulus) dan diangkat menjadi semacam penjaga
sekolah atau office boy. Anak itu menyusul seorang guru yang masih di rumah. Lalu
datanglah guru tersebut ke sekolah, dan dia menceritakan alasan-alasan tidak ada guru
yang mengajar di sekolah tersebut. Rapat dinas, cuaca buruk sehingga guru dari kota
tidak bisa melintasi jalan, dan macam-macam.
Saya punya kepentingan melihat situasi sekolah tersebut di atas untuk mengontrol
bantuan insentif kehadiran guru yang diberikan perusahaan. Salah satu bentuk tanggung
jawab sosial perusahaan yang diberikan kepada guru adalah memberikan bantuan uang
transport setiap kedatangan guru di sekolah. Dari absensi yang diserahkan oleh pihak
sekolah saya melihat bahwa guru-gurunya hampir tidak pernah alpa, tetapi informasi dari
kepala desa adalah sebaliknya. Setelah saya cek, termasuk hasil jawaban dari pertanyaan
saya kepada murid-murid ternyata laporan kepala desa yang benar.
Berkali-kali saya datang ke sekolah ini, dan berkali-kali pula saya melihat fakta yang
menyedihkan. Guru-guru yang sudah diangkat menjadi PNS tinggal di kota dan jarang
sekali mengajar. Sekolah mengangkat guru honor dari penduduk sekitar yang salah satu
sumber penggajiannya diperoleh dari sumbangan perusahaan. Yang terjadi adalah guruguru PNS nya enak-enak di kota, guru honornya, maaf, diperas tenaganya.

Setelah beberapa saat di Kalimantan Timur, saya pindah bekerja ke perusahaan lain
dengan posisi yang sama ke daerah Kalimantan Barat. Ternyata nasib dunia pendidikan di
daerah terpencil setali dua uang. Tanpa bermaksud untuk menyudutkan pihak tertentu
tetapi kenyataan yang terlihat adalah mutu pendidikan yang sangat kurang karena kualitas
guru.
Satu hal yang menggembirakan saya temukan di suatu daerah pelosok Kalimantan
Barat. Peran masyarakat dan desa dalam pendidikan sudah mulai nampak. Di suatu
daerah di Kabupaten Ketapang, ada sebuah desa yang membiayai tenaga honor untuk
mengajar di sebuah SD. Gaji guru honor bersumber dari kas desa. Desa ini mempunyai
pendapatan rutin cukup besar dari perkebunan kelapa sawit mandiri. Saya sangat salut
terhadap peran lembaga desa yang sudah membantu (sebenarnya mengambil alih) tugas
pemerintah dengan memberikan honor kepada guru yang bukan PNS.
Perlu dicermati adalah dengan adanya guru honor, jangan sampai membuat tugas utama
seorang guru dengan status PNS menjadi berkurang. Mengajar atau tidak mengajar guru
dengan status PNS tetap dibayar dan mendapat pensiun, tetapi bagi guru honor, tanpa
mengajar mereka tidak bisa mendapatkan uang. Honor mereka dihitung dari jumlah jam
mengajar. Maaf, saya tidak mempunyai maksud untuk mengecilkan peran guru PNS dan
membesarkan penderitaan guru honor, yang saya tulis adalah salah satu fakta dari mutu
pendidikan dan kualitas guru di pedalaman yang tentunya tidak bisa digeneralisasi
sebagai mutu pendidikan di Indonesia.
Kalau memang pemerintah mau serius memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia, maka
yang perlu ditingkatkan adalah kualitas dari guru. Definisi kualitas adalah kualitas
pendidikan guru, kualitas (dan kuantitas) pendapatan guru, dan tentu saja kualitas
pengabdian guru. Tanpa sebuah gedung murid tetap dapat dididik oleh seorang guru. Tapi
tanpa seorang guru, sebuah gedung yang sangat megah pun tidak bisa menjadi tempat
pendidikan.
Guru, kaulah pahlawan tanpa tanda jasa yang sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai