Anda di halaman 1dari 7

TUGAS CERPEN

PESAWAT KERTAS

NAMA: SUHEIL
NOMER ABSEN: 35
KELAS: 7G

SMP NEGERI 5 SURABAYA


2015
Pesawat Kertas

“Plukk!” pesawat kertas itu jatuh tepat di depannya. “Mana


pesawatnya?” ucap Putri. “Emm mana yaa?” jawab Yono. “Siniin
dong, plisss!” pinta Putri. “Ya udah deh, nih” ucap Yono sambil
memberikan pesawat kertas itu kepada Putri. “Nah gitu dong”
ucap Putri manis. Putri pun memainkan pesawat kertasnya
kembali.

Putri memang sangat suka dengan pesawat kertas. Entah,


menurutnya pesawat kertas adalah hal yang paling
menginspirasi dirinya. “Put, kenapa sih main pesawat terus?”
tanya Via teman Putri. “Memangnya kenapa?” balas Putri sinis.
“Ya gak apa-apa, kamu itu aneh!” ujar Via. Putri segera berhenti
memainkan pesawat kertasnya itu. “Aneh kenapa?” ucap Putri
tak mengerti. “Liat dong, semua anak main bareng! Tapi kamu?
Asik sama dunia pesawatmu sendiri!” gerutu Via kesal. “Tapi? Ini
memang aku! Maaf aku gak mau debat sama kamu! Aku lagi
puasa” balas Putri sabar. Via hanya diam membatu setelah
mendengar ucapan itu dari Putri, dan ia langsung meninggalkan
Putri begitu saja.

Putri merenungi apa yang Via katakan. “Ya Allah, apa benar aku
ini salah?” batinnya menangis. “Apa aku sibuk dengan duniaku
sendiri? Tapi, ini bukan duniaku! Ini hanyalah cita-citaku saja”
perlahan ia mulai meneteskan air mata.

Keesokan harinya, saat istirahat pertama Putri masih diam di


tempat duduknya. “Put, kamu kenapa?” tanya Nita, teman Putri.
“Ehh, gak gak papa kok” ucap Putri gugup. “Kamu dari tadi
melamun? Biasanya kamu main pesawat kertas?” tanya Nita
penasaran. “Iya, gak papa” ucap Putri tersenyum tipis. Putri
menaruh kepalanya di atas meja. “Kamu sakit Put?” tanya Nita
khawatir. “Tidak” balas Putri pendek. “Ya sudah kalau begitu, aku
keluar ya?” ucap Nita. “Iya” jawab Putri.
Putri masih memikirkan kejadian yang kemarin, saat dirinya
ditegur oleh Via. “Put, aku minta maaf” ucap seseorang menepuk
pundak Putri. Serentak Putri menoleh ke arahnya. “Eh Via, Iya
gak papa” ucap Putri seraya mengelap air matanya. “Putri kok
nangis?” ucap Via penuh rasa bersalah. “Enggak gak papa” ucap
Putri menenangkan diri. Tanpa berkata lain, Via langsung
memeluk erat Putri. “Maaf yaa, kemarin aku ngomong gitu,
karena aku ngerasa kamu gak mau deket sama kita” ucap Via
berusaha menjelaskan. “Iya, tapi bukan itu maksudku” Putri
berusaha menjawab. “Iya, ya sudahlah tidak usah dibahas
kembali” ucap Via menyelesaikan.

Dari kejadian itu, Putri membuang jauh-jauh tentang


keinginannya untuk menjadi seorang Insinyur Pesawat. Putri tak
ingin ada temannya yang merasa ia jauhi karena hanya sebuah
pesawat kertas! “Mungkin mereka benar, aku hanya sibuk
dengan dunia khayalku” ucap batinnya. Putri segera membuang
semua pesawat kertasnya ke dalam tong sampah. “Loh Put
kenapa dibuang?” tanya Gigih tak mengerti. “Emm, tak apa”
balas Putri ringan. “Kamu itu aneh! Kemarin kamu buat pesawat
kertas sampai buku kamu tipis? Sekarang malah dibuang?
Mubadzir Put!” ujar Gigih menasehati. Putri diam dan tak tahu
harus mengatakan apa. Akhirnya Putri langsung berlari
meninggalkan Gigih. Hati Putri sangat kacau saat itu, air
matanya terus membasahi pipinya. Putri tak habis pikir, semua
yang ia lakukan selalu saja salah.

Putri segera mengambil buku diary yang ada di dalam tasnya.


“Dear diary, Putri nggak paham sama semua ini. Hati Putri rapuh!
Semua yang Putri lakukan selalu saja salah, Putri bingung Putri
harus bagaimana?” tulis Putri pada diary tersebut. Setelah
selesai menulis diary, Putri segera menaruhnya kembali ke dalam
tas.

Detik berganti detik, menit berganti menit, jam berganti jam, dan
hari berganti hari. Saatnya Putri kembali untuk masuk sekolah.
Hari ini hari bagi Putri melaksanakan tugas piket. “Put, ini diisi
dulu absensi kelasnya” ujar Aan. “Iya, taruh saja dulu di mejaku”
balas Putri yang sedang menyapu lantai kelas. “Oke” ucap Aan
sambil meletakkan absensi di meja Putri. Setelah lantai kelas
terlihat bersih, Putri segera mengembalikan sapu di pojok kelas,
dan segera kembali ke mejanya untuk mengisi absensi kelas.

Waktu pun berputar dengan sangat cepat, tak terasa sudah


saatnya pulang. Putri segera meraih tasnya dan segera
meninggalkan tempat duduknya. Ketika Putri sedang berjalan
keluar kelas tiba-tiba hujan lebat pun turun. “Yahh? Kok hujan?”
ucap Putri dengan nada kecewa. Putri pun memutuskan untuk
menunggu hujan itu sampai reda. Setelah menunggu beberapa
menit, hujan itu belum juga reda. “Pulangnya bagaimana ini?”
hati Putri bertanya. Putri kebingungan karena hujan semakin
deras. Seketika Putri memandang langit, Putri segera
mengeluarkan buku diarynya. “Dear diary, Langit kenapa kamu
nangis? Jangan menangis sekarang, cukup aku saja yang
merasakan perih ini. Hentikan sekarang juga tangisanmu, aku
sedih jika kau sedih. Kumohonn” tulis Putri pada diary tersebut.
Ajaibb! Seketika langit langsung memunculkan senyumannya
melalui cahaya matahari. Tanpa berpikir panjang, Putri langsung
bergegas untuk kembali ke rumah.

Pagi pun telah datang kembali. Saatnya berangkat sekolah. Pagi


ini Putri kelihatan sangat lesu. “Kenapa? Sakit?” tanya Nikmah.
“Tidak” singkatnya. “Tapi wajahmu pucat pasi” tanyanya
kembali. “Sudah biasa” balas Putri renyah. “Biasa bagaimana?”
ucapnya penasaran. “Sudahlah lupakan saja” ujar Putri. “Hari ini
kamu sangat aneh” ucap Nikmah. “Sudah cukup! jangan bilang
aku aneh lagi!” gerutu Putri. “Tapi hari ini? Kau tak seriang yang
kemarin” ujar Nikmah. “Ya! Karena aku baru saja kehilangan cita-
citaku” ucapnya meneteskan air mata. “Cita-citamu? Apa?” tanya
Nikmah penasaran. “Insinyur pesawat” celetuk Putri sambil
mengelap air matanya. “Kenapa” tanyanya belum mengerti. “Aku
bingung, kau tahu kan? Aku sangat suka dengan pesawat? Tapi
banyak orang yang merasa, kalau aku menjauhi mereka hanya
karena sebuah pesawat kertas? Hanya karena aku sibuk dengan
duniaku?” ucapnya dengan air mata yang mengalir. “Siapa yang
merasa? Aku tidak? Aku mendukungmu” ucapnya menenangkan.
“Ya! Memang dia bukan kamu” ucap Putri menegaskan. “Lalu
siapa?” tanyanya penasaran. “Sudahlah lupakan saja” ucap Putri
membuang muka. “Put, percayalah! Jika Insinyur Pesawat adalah
hidupmu, pasti kau bisa mencapainya” ucap Nikmah memotivasi.
“Iya, tapi aku bingung” ucap Putri dengan hati tak karuan.
Nikmah langsung menyobek kertas bukunya. “Nih, tulis saja apa
yang kamu rasakan sekarang” perintahnya. “Untuk apa?” tanya
Putri tak mengerti. “Sudahlah lakukan saja” perintahnya kembali.
“Baiklah” ucap Putri menyerah.

Putri segera menuliskan perasaannya sekarang di kertas yang


diberikan oleh Nikmah. “Sudah. Lalu mau kau apakan?” ucap
Putri bingung. Tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun,
Nikmah langsung melipat kertas itu menjadi sebuah pesawat.
“Apa maksudnya? Aku tak mengerti” ucap Putri. “Sudah, ayo ikut
aku” balas Nikmah sambil menarik tangan Putri. “Heyy! Mau
kemana?” bentak Putri. Nikmah tak menghiraukan suara Putri
yang terus berteriak. Dan tiba-tiba Nikmah menghentikan
langkahnya di depan Laboratorium Bahasa. “Mau apa sih? Malah
kesini?” ucap Putri penuh bertanya. “Kamu itu dari tadi cerewet
banget sih?” gerutu Nikmah kesal. “Iya iya deh” ucap Putri
mengalah. “Sudah terbangkan pesawatmu disini” ucapnya
memerintah kembali. “Baiklah” ujar Putri. Putri segera
menerbangkan pesawat kertasnya itu, dan anehnya pesawat itu
langsung menghilang, entah kemana. “Loh? Pesawatnya
kemana?” ucap Putri keheranan. “Sudahlah, mungkin sudah
sampai ke Allah” ujar Nikmah menghibur. “Okee, mungkin saja”
ucap Putri penuh dengan senyum. “Ya sudah, kamu kembali ke
kelas dulu saja, aku masih ada urusan sebentar” ucap Nikmah.
“Ya sudah, aku kembali” ujarnya sambil berlari kecil. Setelah Putri
kembali ke kelas, Nikmah segera mencari pesawat milik Putri
tadi. “Ini dia!” ucap Nikmah lirih. Setelah itu Nikmah langsung
menyimpan pesawat milik Putri tadi di sakunya.

*Teeet* bel pulang sekolah berbunyi nyaring. Semua murid-murid


berhamburan keluar kelas. Tapi beda halnya dengan Nikmah.
Ketika bel pulang sekolah berbunyi, ia malah pergi ke
perpustakaan. “Hey! Mau kemana kamu?” ujar Putri setengah
berteriak. “Emm? Perpustakaan” jawab Nikmah kebingungan. “Ini
kan sudah bel pulang? Perpustakaan pastinya sudah tutup” ucap
Putri berpendapat. “Biarlah!” celetuk Nikmah. “Ya sudah kalau
begitu! Aku pulang!” balas Putri kesal. Putri pun langsung
membuang mukanya dan segera pergi meninggalkan Nikmah.

Pagi pun telah datang kembali. Hari ini tepat umurnya bertambah
menjadi 13 tahun. “Selamat Ulang Tahun Putri” ucap Ibu sambil
membawa kue tart. “Wahh, terimakasih Bu” balas Putri sambil
mencium ibunya. “Iya sama-sama Put. Ya sudah, pergi mandi
dulu sana” ucap Ibunya lembut. “Baik Bu” balasnya menurut.

Setelah selesai, Putri segera bersiap-siap dan segera menuju ke


sekolah. Putri berjalan dengan cepat untuk menuju ke kelasnya.
“Kok pintunya ditutup? Ini kan masih setengah tujuh?” batinnya
bergumam. Putri pun makin mempercepat langkahnya. Ia takut,
jika pagi ini ada pelajaran jam nol. Ketika Putri membuka pintu
kelasnya, Putri tersentak kaget! Karena teman-teman kelasnya
membuat kejutan yang sangat spesial. Putri tercengang,
memandangi setiap sudut kelasnya. “Pesawat kertas?” ucap Putri
agak keras. “Maaf ya Put, sebenarnya kemarin aku membaca isi
pesawat kertas yang kau terbangkan di depan Laboratorium
Bahasa” jelasnya meminta maaf. “Kau membacanya?” tanya
Putri. “Maaf Put” ucap Nikmah kembali. “Tak apa. terimakasih
atas semua ini. Aku suka” balas Putri penuh senyuman. “Iya Put
sama-sama. Happy birthday sahabatku” ucap Nikmah seraya
memeluk Putri. “Terimakasih” balas Putri sambil memeluk
Nikmah juga. “Putriii..” panggil seseorang. “Via?” ucap Putri
sambil menoleh ke arahnya. “Happy birthday yaa” ujarnya
sambil menepuk pundak Putri. “Iya, terimakasih” balas Putri.
“Maaf ya Put, kemarin aku melarangmu untuk..”. “Sudahlah tak
apa” ucap Putri memotong perkataan Via. “Baiklah” ujar Via.
“Put.. ini semua sebenarnya ide Via” ucap Yono tiba-tiba. “Oya?”
celetuk Putri. “Iyaa Put” timpal Nikmah. “Terimakasih Via. Ini
sangat amazing!” ujar Putri sambil memeluk Via. “Iya Put sama-
sama” balas Via tersenyum manis.

Akhirnya, Putri dan teman kelasnya pun bergembira bersama


dan bersenang-senang dengan semua pesawat kertas!!

Anda mungkin juga menyukai