Anda di halaman 1dari 4

Aku ingin

Oleh: regina amelia xi 2

Pada siang hari yang mendung, hujan turun membasahi rumah bersamaan dengan banyaknya bunyi
genteng yang bergemuruh. Pira duduk kebingungan sambil meratapi buku tugas matematika yang harus
dikumpulkan besok. Di dekat pira terdapat jam jarum pendeknya mengarah ke pukul 03.33 awalnya pira
ingin pergi ke taman bersama temanya pada sore pukul 04.00 tetapi karenakan sifatnya yang pemalas,
dia baru saja mulai mengerjakannya.

"Ah, mengapa soal ini begitu sulit dan jawabanya tidak sama dengan apa yang aku pikirkan, sangat
menyebalkan!" ujar Pira dengan wajah cemberut sambil membuka-buka buku paketnya.

"Kenapa sejak kecil tetap saja tidak bisa matematika sih? padahal aku sudah mencoba berbagai cara
bahkan les!"

"Coba saja matematika tidak diciptakan!"

Sambil merasa frustasi, Pira menghantam meja dengan keras, dan tiba-tiba petir menyambar di luar,
membuatnya kaget Dia segera berlari ke kasurnya dan menyelimutinya, karena dia selalu merasa takut
terhadap suara keras sejak kecil, bahkan pernah dijahili teman-temannya dengan suara balon yang
pecah. Setelah suara petir mereda, Pira perlahan-lahan membuka selimut dan melihat sekitar. Dia
mendengar ketukan yang membuatnya kembali ketakutan. Ketukan itu bukan berasal dari pintu
kamarnya, melainkan dari cermin di kamarnya.

Dengan berteriak, Pira berkata " aduh, maafkan Pira jika bilang begitu ampun misalnya Pira ada salah,
maaf kan Pira bu saat itu pernah jatuhin sikat gigi ke lobang toilet ". Sambil pira berteriak Tiba- tiba
cermin tersebut mengeluarkan sebuah buku.

Dengan perasaan heran, Pira mendekati buku tersebut dengan hati-hati. Setelah memastikan tidak ada
bahaya, dia mengambil buku tersebut. Piya membuka halaman pertama dan menemukan tulisan yang
menyebutkan bahwa jika seseorang bijak, dia bisa merubah sesuatu, tetapi ada kuensakuensi yang harus
di tanggung buku ini ditanda tangani oleh Mister Owl.

“Buku apa ini tidak ada judulnya? Tanya pira dengan heran.

Dia pun mengecek cermin tadi yang mengeluarkan buku tersebut sambil memegang dan mengetuk
permukaan cermin itu tidak ada yang terjadi sama sekali. Pira pun kembali duduk ke mejanya sambil
berpikir apa yang terjadi.

“Apa maksud dari buku ini?“

“Dan juga siapa itu Mister Owl”.


Pira masih merasa terkejut dan tak percaya, tapi dia merasa ada sesuatu yang istimewa dalam situasi ini.
Dia memutuskan untuk mencoba.

Dengan hati-hati, Pira menulis dalam buku itu, "Aku ingin tugas matematikaku dikerjakan dengan
sempurna."

Tak lama kemudian, tugas matematika Pira berubah, dan jawaban yang benar telah terisi dengan
sendirinya. disaat itu pun buku catatan tugas pira tertulis sendirinya dan itu jawaban yang dia cari.

"Apa ini! aku tidak percaya jawabannya terisi sendiri" seketika ekpresi pira dari heran menjadi sedikit
senang.

"Ini memang di luar akal sehat tapi sepertinya akan sangat berguna” Ucap Pira yang bahagia.

Dia pun mulai memikirkan kemungkinan lain, kebetulan handphonenya pira disita oleh ibunya
dikarenakan Pira begadang sampai larut malam hanya untuk bermain handphone saja dia pun menulis
bahwa pira ingin memiliki kembali handphonenya yang di sita oleh Ibunya. Handphone itu tiba-tiba
muncul di depannya, Kegembiraan meliputi wajahnya. tapi dia sedikit bingung bagaimana jika ibunya tau
Handphone nya sudah berada di dia sepertinya pira tidak memperdulikan itu tapi aneh dari tadi tidak
ada suara ibu dirumah mungkin sedang tidur dikarenakan diluar masih hujan.

dikarenakan pira sudah mengerjakan pr dan mendapatkan handphone nya kembali pira mencoba untuk
menghubungi teman nya tapi pira baru ingat di luar masih saja hujan dan sekarang sudah pukul 04.00

" Haduh, kenapa harus hujan kan padahal aku mau ke taman! ini tak adil ".

"Masa aku harus menunggu minggu depan aku sudah bosan di rumah" sdari perkataan nya tadi terlintas
sebuah ide dan dia cepat cepat menulis "hari ini sangat cerah rasanya aku ingin pergi keluar". Di saat
sudah menulis di buku itu benar saja hari tidak lagi hujan malahan berubah menjadi cerah ternyata
pemikiran nya itu berhasil, tapi ide baru muncul di pikiranya bagaimana jika Pira bisa langsung berada di
taman tanpa perlu menggunakan sepeda. Di Dalam sekejap Pira sudah berada di taman, disana terlihat
ada temannya yang sudah menunggu sambil duduk.

“ Halo teman teman maaf sedikit terlambat 10 menit ” ucap Pira.

“Eh kok tidak apa apa kami juga tadi sedikit terlambat” Sahut temanya.

"Huh syukurlah , dari tadi siang hujan lebat sekali sampai sampai rasanya aku mau tertidur dikamar
haha".

"Hujan lebat? sepertinya siang tadi tidak ada hujan sama sekali bahkan dari pagi tadi tidak ada mendung
sama sekali" Pira pun dibuat bingung dengan pernyataan itu padahal dia tau sekali tadi siang memang
hujan lebat sepertinya memilih untuk menghiraukan untuk sekarang, Pira pun melanjutkan mengobrol
denga teman temanya.
matahari pun sudah mau tenggelam dan percakapan meraka juga sudah selesai satu persatu temannya
Pira sudah pulang tinggal tersisa Pira sendirian di taman tapi beruntung dia membawa bukunyas itu di
tasnya dan menulis untuk pulang ke kamarnya setelah tiba di kamar entahlah mengapa bisa pira
memikirkan kan hal yang benar benar gila lagi yaitu “ hari ini sangat lelah aku tidak sabar untuk besok
sekolah bagaimana jika aku sudah berada di esok dan berada dissekolah dan duduk di bangku yang
nyaman ".

Memang tidak bisa dipercaya pira tiba sudah ada di sekolah dengan seragam dan tas yang ia kenakan
dan dia sudah berada di posisi duduk. tapi aneh seragama yang ia kenakan masih lusuh seperti orang
yang tidak bisa setrika.

“ kenapa ini baju ku sangat tidak rapi disaat disetrika padahal ibu yang sering menyetrika baju ini “.

“ Mungkin lain kali aku harus menulis buku itu dengan lebih detail “.

Seiring berjalan nya waktu jam mengarah ke 02.30 saat pira pulang sekolah. dia pun menulis lagi buku
nya agar dia lebih cepat untuk pulang kerumah. Namun, ketika tiba dirumah sesuatu terasa aneh. Ibu
pira tidak ada di rumah. Dia memili masih berpikir positif mungkin ibunya lagi kepasar atau entah
kemana. tiba tiba dia merasa ada sesuatu yang janggal disaat dia pergi ke dapur dia melihat banyak
sekali cucian piring seperti seharian tidak di cuci dan juga banyak sekali pakaian kotor yang menumpuk.

“aneh mengapa cucian piring ini masih saja kotor dan pakaian ini menumpuk seharusnya ibu mencuci
keduanya pada jam ini”

“ Sebentar mengapa aku tadi pagi pakaian ku seperti tidak di setrika “.

“ Jangan-jangan”.

Dengan rasa ketakutan memeriksa nomor kontak ibunya Pira, benar saja di dalam handphone nya dia
tidak kontak ibunya sama sekali. Rasa panic melanda pira, dia mencoba berteriak sambil memanggil
ibunya. Dia masuk ke kamar mandi tidak ada, ruang tengah, halaman belakang juga tidak bahkan di
kamar ibunya juga tidak ada. Tapi satu kamar yang belum di cek yaitu kamar dia itu sendiri. Pira
bergegas masuk ke kamar tapi anehnya kamar itu pintu nya tertutup dia tidak pernah ingat menutup
pintu kamar nya sendiri, perlahan dia membuka pintu kamarnya.

Disaat Pira masuk ke kamar seisi kamar sudah kosong dan hanya tersisa sebuah kata yang besar
termpampang di dinding bertuliskan “Bangun Pira”. Dengan rasa ketakutan disaat itu pun pira tanpa
berpikir panjang langsung saja merobek buku tersebut. Tiba-tiba, terjadi getaran besar satu persatu
kamar pira hancur pira merasa seperti dia terhisap ke dalam lubang kosong yang tak berujung jatuh. Dia
jatuh,dan semua terasa seperti mimpi yang mengerikan.

Pira membuka mata dan terbangun dari meja belajarnya. Hujan lebat masih turun di luar, dan suara jam
mendetik mengarah ke pukul 03.33 Dia merasakan keringat dingin di wajahnya dan jantungnya
berdegup kencang. Dia menyadari bahwa semuanya hanya mimpi. Dia merenung sejenak tentang mimpi
aneh yang baru saja dia alami, dan bagaimana sensasi mengerikan itu masih terasa dalam ingatannya.
selesai

Anda mungkin juga menyukai