Anda di halaman 1dari 28

Tugas Apresiasi Novel

Nama Anggota :

I Putu Kevin Raditya Hadi Wardana (13/XII IPS 1)

Ni Kadek Arlinda Damayanti (23/XII IPS 1)

Ni Putu Saraswati Putri Prananta (28/XII IPS 1)

Ni Putu Sintia Purnita Suari (29/XII IPS 1)

Putu Ayu Kanaya Chanda Maheswari (32/XII IPS 1)


Apresiasi Novel

Novel 1 Novel 2

Judul Novel : PEKA (Perasaan yang Entah Judul Novel : Gerbang Dialog Danur
Kemana Arahnya) Genre Novel : Horor
Genre Novel : Teenfiction Pengarang : Risa Saraswati
Pengarang : Ida Ayu Saraswati Penerbit : Bukune
Penerbit : Grasindo Tahun Terbit : 2015
Tahun Terbit : 2018

Sinopsis Novel Sinopsis Novel


Kisah novel ini bermula dari Vanya, Novel Gerbang Dialog Danur berkisah
seorang gadis yang ceria dan peka terhadap tentang seorang gadis indigo bernama Risa
lingkungan sekitarnya menyukai Zio, laki-laki yang memiliki kemampuan melihat mahluk
yang cuek dan dingin yang merupakan teman gaib. dalam buku ini menjelaskan
SMA nya. Setelah 3 tahun berlalu, Vanya baru perjalanannya mengenal sosok “mereka” yang
berani mengejar Zio pada saat dirinya menjadi tak terlihat. Berawal dari sejak kecil, ia selalu
mahasiswa baru di Jakarta National merasa kesepian. Ayahnya yang bekerja di luar
University. Tanpa Vanya sadari, Anggun yang negeri hanya mengunjunginya selama enam
merupakan kakak tingkat di kampusnya juga bulan sekali, sementara ibunya, Elly, bekerja
menyukai Zio, namun menghalalkan segala sebagai seorang guru. Saat berusia delapan
cara untuk mendapatkannya. Hubungan Vanya tahun, Risa berharap dapat memiliki teman.
dan Zio berjalan dengan baik dan mereka Keinginannya terkabul, ia akhirnya
menjadi sahabat seiring berjalannya waktu. mempunyai lima orang teman sebaya bernama
Zio pun terbiasa dengan kehadiran Vanya William, Janshen, Peter, Hans, dan Hendrick
dalam hidupnya, ia mulai berani untuk yang muncul tiba-tiba. Anehnya, hanya Risa
membuka dirinya secara perlahan. Tak yang dapat melihat mereka berlima. Kelima
disangka, masa lalu Zio merupakan adik anak kecil tersebut digambarkan sebagai anak
kandung Vanya yaitu Vanesa. Vanya yang kecil keturunan Belanda. Mereka akhirnya
merasa kecewa karena Zio tidak jujur padanya memberitahu Risa, sebenarnya mereka adalah
sehingga ia meninggalkan Zio dan memutus hantu dari zaman penjajahan Jepang di Hindia-
kontak dengannya untuk menghargai perasaan Belanda. Dikemudian hari Risa sempat
adiknya. Zio yang akhirnya menyadari membuat janji kepada Peter namun sayangnya
perasaannya kembali mengejar Vanya untuk Risa tidak dapat memenuhi janji tersebut.
mengungkapkan perasaannya, dan mereka pun Hingga akhirnya Peter dan kawan-kawannya
menjadi pasangan yang saling menjaga, merasa kecewa lalu memutuskan untuk
menyayangi, dan berkomitmen satu sama lain. meninggalkan Risa untuk beberapa saat. Pada
saat itulah Risa mulai kembali merasa
kesepian, namun mulai saat itu juga Risa mulai
mengenal banyak sosok “mereka” yang tak
terlihat. Awalnya Risa sempat merasa risih
dengan kelebihan yang ia miliki. Namun
lambat laun Risa mulai mengerti dan
menyadari bahwa kelebihan yang Tuhan
berikan ini tidak akan menjadi sia-sia jika dia
ikhlas dan bersyukur dengan apa yang Ia
punya. Sejak saat itu Risa menjadi sosok
pendengar “mereka” dan dari situ pula Risa
banyak belajar mengenai pelajaran hidup.
Walau terkadang tak semua dari “mereka”
menyenangkan untuk dilihat dan didengar.
Hasil analisis kedua novel diatas dibahas dibawah ini.

I. Unsur Intrinsik Novel

1. Tema

Novel PEKA :

Tema yang diangkat pada novel ini adalah perjuangan memperjuangkan perasaan yang telah
lama dipendam dan mengenali diri sendiri lebih jauh. Hal ini dapat dilihat di halaman 281-293
yang berbunyi sebagai berikut.

…………………………………………………………………………………………………..

"Nesa udah jelasin semuanya sama gue" ujar Zio yang membuat Vanya langsung terdiam di
tempatnya saat akan menutup resleting tasnya

"....................................................................

" Nesa udah cerita semuanya tentang isi diary lo. Ternyata bener kalau lo suka sama gue sejak
kelas sepuluh. Gue aja yang nggak peka"

"............................................................

" Vanya seseorang yang pemalu kalau soal mengungkapkan perasaannya pada seseorang.
Jadilah dia lebih memilih diam saja daripada mengatakannya secara langsung”

………………………………………………………………………………………………

""Selain udah mencair, hati gue juga udah mulai mencari cinta yang lain. Dan ternyata yang
dimau sama hati gue itu lo" Balas Zio enteng, tetapi tidak sebanding dengan keadaan jantungnya
yang sudah berdentum kencang"

Novel Gerbang Dialog Danur :

Tema yang diangkat pada novel ini adalah perjalanan seorang indigo dalam interaksinya dengan
makhluk tak kasat mata. hal ini dapat dilihat pada kutipan,

“Jika sekarang ini kalian melihatku mampu mengatasi semuanya dengan baik, itu artinya
gerbang dialog yang dulu sempat kututup telah terbuka dengan lebar. Jalan yang kau tempuh
untuk mencapainya tidaklah mulus. Belasan tahun ku jajaki jalan menuju kedamaian dengan
semua hal yang kupunya. Belasan tahun aku mencoba bergumul dengan mereka tanpa saling
mencederai, hingga akhirnya mampu melewati fase sulit hubunganku dengan mereka.”
(Halaman viii)

“Gerbang dialog antara diriku dan mereka telah kubuka lebar. Siapkan mata hati kalian untuk
mulai melihat dari sisi yang berbeda. Selamat datang. Aku persilahkan kalian untuk masuk ke
dalamnya.” (Halaman ix)

Persamaan :

Kelompok kami tidak menemukan persamaan tema pada kedua novel ini dikarenakan genre yang
sedari awal sudah jauh berbeda.

Perbedaan :

Novel Peka mengangkat tema tentang perjuangan memperjuangkan perasaan yang telah lama
dipendam dan mengenali diri sendiri lebih jauh. Sedangkan Novel gerbang dialog danur
mengangkat tema perjalanan seorang indigo dalam interaksinya dengan makhluk tak kasat mata.

2. Alur Cerita atau Plot

Novel PEKA :

Alur dalam novel ini adalah alur maju, dimana cerita diceritakan secara runtun dari awal tanpa
adanya flashback ke masa lalu. Cerita berawal dari sosok gadis bernama Vanya yang telah
menyukai Zio, teman SMA nya semenjak ia berada di bangku SMA. Dimana dikisahkan
perjuangan Vanya yang berjuang untuk mendapatkan Zio di bangku kuliah, dan berusaha untuk
menjadi sahabatnya. Kedekatan antara keduanya membuat Anggun, kakak tingkat yang
menyukai Zio melakukan berbagai cara untuk mengusik mereka berdua, termasuk membawa
kembali masa lalu Zio ke hadapan Vanya yang ternyata merupakan adik Vanya sendiri yaitu
Vanesa. Vanya yang merasa kecewa karena Zio tidak jujur dari awal membuatnya menjauh dari
Zio secara perlahan. Vanesa yang merasa bersalah kepada kakaknya berusaha memberitahu Zio
bagaimana kakaknya telah menyukai Zio sejak lama. Hari demi hari Zio mulai menyadari bahwa
perasaannya hanya untuk Vanya, dan akhirnya mereka menjadi sepasang kekasih yang saling
menjaga.
Novel Gerbang Dialog Danur :

Alur dalam novel ini adalah alur campuran, dimana dikisahkan dalam novel ketika Risa bertemu
dengan sosok mereka (mahluk halus), kebanyakan dari mereka selalu memberikan Risa cerita
serta gambaran kehidupan mereka dimasa lalu, dimana penulis menggambarkan kejadian
tersebut seakan-akan kita ikut berada di masa itu hingga kemudian penulis membuat seolah-olah
kita telah kembali lagi pada masa kini dimana mereka (mahluk halus) menyampaikan maksud
dan tujuan mereka menemui Risa dimasa sekarang untuk meminta bantuan kepadanya. Seperti
contohnya saat Risa bertemu dengan Samantha, disana Samantha menceritakan bagaimana
kehidupannya 80 tahun lalu tepat beberapa waktu sebelum ia meninggal kemudian Samantha
pun menjelaskan maksudnya mendatangi Risa pada hari itu adalah untuk membantu mencari
keluarganya yang tak kunjung kembali menjenguk dirinya yang sedang sakit.

Persamaan :

Karena alur dari novel gerbang dialog danur adalah campuran, tak menutup kemungkinan bahwa
terdapat beberapa alur yang runtun (alur maju) dalam novel tersebut. Hal ini dikarenakan satu
novel tersebut berisikan beberapa sub-bab yang menceritakan kisah berbeda-beda dengan tokoh
yang berbeda pula.

Perbedaan :

Perbedaan kedua novel ini terdapat pada jenis alur yang disajikan. Banyaknya sub-bab yang ada
pada novel gerbang dialog danur didominasi oleh cerita dengan alur campuran dimana teman-
teman Risa itu menceritakan bagaimana kehidupannya dahulu secara rinci. Sementara pada
novel PEKA alur diceritakan secara runtun dari awal tanpa adanya flashback ke masa lalu,
bahkan dalam novel ini tidak begitu dijelaskan bagaimana kisah Zio dan Vanesa di masa lalu
karena hanya menyorot kisah Zio dengan Vanya. Selain itu alur pada novel PEKA lebih berfokus
pada kisah percintaan sementara alur pada novel gerbang dialog danur lebih berfokus pada
pengalaman hidup Risa yang bertemu berbagai mahluk halus yang pada akhirnya mempengaruhi
segala aspek kehidupannya.

3. Amanat

Amanat dalam novel PEKA adalah


1.) Usaha tidak pernah mengkhianati hasil
2.) Sikap peka membuat kita lebih mengetahui bagaimana lingkungan disekitar kita
3.) Kita harus tau perasaan kita sendiri, berlaku pada satu hal terus menerus membuat kita
seperti membohongi diri kita sendiri

Amanat dalam novel Gerbang Dialog Danur adalah

Dalam buku ini setiap cerita memberikan kita pembelajaran bahwa sangat penting untuk
menghargai sebuah kehidupan dengan tidak menyia-nyiakan kesempatan dalam hal apapun
karena sejatinya kesempatan tidak selalu datang untuk kedua kalinya, maka dari itu
manfaatkanlah hidup sebaik mungkin.

Karena apa yang kita lakukan semasa hidup kita akan berakibat pada hidup kita di alam
selanjutnya. Buku ini juga dapat mengajarkan arti penting sebuah persahabatan. Dan
memberikan kita gambaran tentang kehidupan seorang indigo, pesan tersiratnya adalah tidak
mudah menghakimi orang-orang yang bisa melihat sosok yang tak kasat mata dengan
menganggap mereka seperti orang gila.

Persamaan :

Kedua novel ini sama-sama mengajarkan kita untuk berusaha. Novel PEKA mengarah pada
usaha untuk memperjuangkan perasaan yang telah terpendam lama, dan novel gerbang dialog
danur mengarah pada usaha untuk menghargai sebuah kehidupan.

Perbedaan :

Amanat yang dapat dipetik dari novel PEKA memberikan bimbingan untuk bertahan di
lingkungan sosial, dan bagaimana sebaiknya kita bersikap. Sementara amanat dari novel
gerbang dialog danur membimbing kita untuk menguatkan iman kita.

4. Tokoh dan Watak

Novel PEKA :

Zio, wataknya

a.) Cuek
""Belum masuk kelas?" tanya Vanya kepada Zio. Alih-alih menjawab pertanyaan
Vanya, Zio malah celingukan menatap sekitarnya mencari seseorang selain dia yang
kemungkinan sedang diajak bicara oleh Vanya" (Halaman 10)

"Zio berpapasan dengan Vanya yang tampak kelelahan. Mata keduanya memang saling
bertemu, tetapi Zio enggan menyapa" (Halaman 25)

b.) Jiwa penolong tinggi

"Zio yang terkenal tidak pernah peduli dengan urusan orang lain, apalagi dengan
seorang gadis, sekarang menunjukkan sisi lain dari anggapan orang terhadapnya. Dia
menolong Vanya dari gangguan preman tadi" (Halaman 19)

c.) Setia

"Zio bukan tipe cowok yang gampang mencintai, dan gampang juga melupakan apalagi
move on. Semuanya butuh proses" (Halaman 37)

d.) Tidak Peka

"...........................................................

""Emang dia mau? " Balas Zio yang membuat temannya cengo berasumsi kalau Zio
benar-benar sosok yang tidak peka"

Vanya, wataknya

a.) Pemberani

"Beruntung Vanya memiliki mental baja sehingga tidak perlu menjerit atau bahkan
buang air di celana seperti teman-temannya yang lain" (Halaman 9)

"...................................................................................

""Kembalikan tas itu kalau lo nggak mau gue buat babak belur" ancam Vanya. Pada
saat seperti ini, dirinya bisa menjadi sosok yang tegas dan berani" (Halaman 126)

b.) Dewasa

"....................................................................................
" Kok lucu, sih? Kenapa kakak bisa berasumsi kalau Zio itu punya kakak, ya?
Memangnya sudah jadian? Saya cukup tahu diri. Saya juga nggak mungkin mendekati
orang yang sudah punya pacar. Tapi, di sini Kak Anggun sama kayak saya. Bukan
siapa-siapanya Zio. Kalau suka ya suka aja. Mau berjuang juga silahkan, saya nggak
melarang. Saya juga nggak mau cari saingan. Permisi dan terima kasih karena sudah
meluangkan waktunya untuk 'mengobrol' dengan saya melalui cara yang tidak etis
seperti ini" Ujar Vanya panjang lebar, lalu dia melangkahkan kaki keluar dari toilet.
Meninggalkan Anggun dan Vivian yang sama-sama mati kutu di tempatnya" (Halaman
30-31)

Gissa, wataknya

a.) Sarkas :

"Gissa menyeruput minumannya lalu menceletuk, "Niat amat tuh, yang mau ngamatin
sang pujaan hati sampai bawa cermin kecil segala"" (Halaman 6)

b.) Informatif :

"”Kata Nicko sih, dia susah peka karena mantannya yang ninggalin dia tanpa alasan.
Mutusin dia juga tanpa alasan, makanya Zio udah males banget buat ngerespon cewe-
cewe yang ngedeketin dia. Jadinya, ya…… Kaya yang lo lihat sekarang. Dia nggak
bisa peka”………………." (Halaman 7)

Delia, wataknya

a.) Suportif

"”Saran gue sih ya, kalau lo mau deketin Zio, jangan langsung ngegas. Secara bertahap
aja. Mungkin bisa dengan lo yang jadi teman dekatnya dulu supaya bisa paham Zio itu
orangnya kaya gimana. Baru deh, setelahnya lo mulai tuh, nunjukin perhatian-perhatian
kecil lo buat dia" Saran Delia yang diacungi jempol oleh mereka" (Halaman 7)

Azka, wataknya

a.) Pengertian
"“Syukurlah. Gue kira lo kenapa-napa soalnya tadi Mama nyuruh lo belanja dan pas
gue mau nyusul lo, udah ada preman-preman yang lari kalang kabut dari arah sini. Jelas
gue khawatirlah"……………………………” (Halaman 20)

b.) Jail

" Meskipun orang terdekatnya tahu kalau dia merupakan cowok yang cuek dan ketua,
tapi kalau dengan Vanya dia bisa berubah menjadi adik yang jail" (Halaman 21)

Anggun, wataknya

a.) Centil

""Hai, nama gue Anggun. Anak fakultas kedokteran. Gue juga anggota SENAT. Lo?
"Dengan pede-nya Anggun memperkenalkan dirinya di depan Zio dan dua sahabat
cowok itu sambil mengulurkan tangannya ditambah dengan senyuman manis yang
terkesan centil" (Halaman 4)

b.) Sinis

""Cih, mental tempe aja sok-sokan mau berjuang buat cowo sedingin Zio. Palingan
ditatap juga udah melempem," ujar Anggun dengan tatapan sinis yang diarahkan pada
Vanya”

c.) Licik

""Jadi rencana yang akan kita buat ke depannya kaya gimana? Gue udah cukup lama
nggak ngelabrak si Vanya sok kecakepan itu. Tangan gue gatal" ujar Anggun, menatap
tajam ketiga temannya" (Halaman 58)

Cio, wataknya

a.) Sarkas

"Tumben lo pada semangat ngerjain tugas. Biasanya juga ngelirik buku aja enggak"
(Halaman 33)

b.) Tahu situasi


"Cio adalah tipe manusia yang santai, tapi serius. Hidupnya dijalani mengalir begitu
saja" (Halaman 34)

Nicko, wataknya

a.) Cerewet

""Woi, Zio! Hobi banget ya lo ninggalin sahabat sendiri!"

"..................................................

"Gue tuh udah kayak main film India sama lo, tau nggak?! Pakai acara kejar-kejaran
segala! Gue tuh–woi! Tungguin! " (Halaman 38)

b.) Sarkas

" Ngomong nggak demen, tapi dilihatin juga. Dasar, dugong! " (Halaman 38)

"Ehem, ehem! Yang berangkat bareng gebetan mah beda! Kaku-kaku gimana gitu"
(Halaman 41)

Vigo, wataknya

a.) Sarkas

“"Oh, iya! Yang tadi mau pesan GO-JEK tapi udah keburu gue pesenin ojek pribadi
ternyata udah datang toh? "…………………….” (Halaman 42)

b.) Jail

“……………………………………………

"Vigo hanya pura-pura budek dengan mengobrol bareng Naya dan mengabaikan
Keylo" (Halaman 42)

Hendrick

a.) Licik

"Tepat saat Zio akan menyalip laki-laki itu (Hendrick) supaya bisa mencapai finish,
laki-laki itu sengaja menendang bagian samping motor Zio yang menyebabkan dia
hilang keseimbangan dan akhirnya jatuh berguling-guling di arena balapan" (Halaman
13)

"..............................................................................................................

"Gini, kalau kita main aman, gue rasa nggak bakalan ketahuan. Kita awasin aja Vanya
dari jauh dan kalau nanti waktunya udah tepat, baru kita serang. Santai aja, sebentar
lagi orang ketiga bakalan ikut meramaikan permainan yang gue buat. Tinggal tunggu
tanggal mainnya aja" (Halaman 58)

b.) Gatal

“………………………………………………………………………..

"Sedikit menggoda gadis itu (Vanya) supaya dia penasaran, rasanya tidak apa-
apa……………………" (Halaman 59)

Vanesa

a.) Tertutup

"Gadis itu (Vanesa) menunduk memandangi dia bingkai foto yang menampilkan orang-
orang yang sangat dia rindukan. Laki-laki itu (Zio) dan kakak kandungnya (Vanya).
Mereka yang menjadi sumber kekuatannya selama bertahan di negara ini dan melalui
semuanya dengan sabar serta ikhlas. Semuanya demi keselamatan kakak kandungnya"
(Halaman 114)

b.) Dewasa

"..............................................................................

" Aku juga sudah merelakan kak Zio buat kak Vanya. Karena aku pikir, lebih baik tidak
bahagia dengan cinta kita daripada harus memaksa dia untuk bahagia bersama kita"
(Halaman 269)

Daffa

a.) Suportif

"...........................................................................
"Ya udah, kalau memang itu mau lo. Gue sebagai sahabat cuma bisa dukung doang.
Kalau ada apa-apa lo bisa cerita sama gue. Maaf soal yang tadi" (Halaman 188)

Novel Gerbang Dialog Danur:

Risa, wataknya

a.) Tertutup

“Saat itu aku masih belum bisa berbaur dengan teman - teman di sekolah. Sebagai anak
pindahan dari desa ke kota, aku merasa perlakuan mereka sedikit kurang bersahabat.
Entah mungkin karena rasa tidak percaya diriku, atau mungkin mereka memang
mereka sedang melakukan perploncoan padaku sebagai anak baru.” (Halaman 3)

b.) Pendengar yang baik

“Aku adalah pendengar yang baik. Ku tangkap semua yang mereka ceritakan kepadaku.
Kusaring semuanya yang mereka sampaikan ke dalam kepala, otak, dan telingaku.”
(Halaman 9)

c.) Penyayang

“Aku begitu mencintai sahabat - sahabatku, kadang terlalu berlebihan hingga ingin
selamanya menjalani hari dengan Peter dan yang lainnya.” (Halaman 9)

d.) Setia kawan

“Aku masih belum menemukan sahabat-sahabat kecilku lagi. Ingin rasanya bertemu
mereka, meski hanya untuk memeluk mereka satu per satu, mengucapkan rasa terima
kasihku atas pengalaman berharga yang ku lalui bersama mereka.” (Halaman 214)

Peter, wataknya

a.) Anti-sosial

“Aku tidak terlalu suka bersosialisasi dengan lingkungan sekitar ku, dan tumbuh
menjadi anak yang merasa lebih nyaman bergaul dengan hewan - hewan kecil.”
(Halaman 17)

b.) Suka membantu


“Setiap hari aku sempatkan untuk membantu Mama di rumah, di taman, dan apa pun
yang biasa dia lakukan.” (Halaman 16)

c.) Pemberani

“Badanku ikut bergetar melihatnya. Kuberanikan diri untuk mendekatinya perlahan,


“Pa, apakah semuanya baik-baik saja?” Papa hanya diam tak menjawab, tapi raut
mukanya berubah dan menunjukkan kesedihan luar biasa.” (Halaman 22)

d.) Pemarah

“Sifat egois Peter juga tampaknya melekat padaku. Begitu juga sifat pemarahnya
yang mudah tersulut walau hanya karena hal kecil, yang seharusnya tak usah
dipermasalahkan.” (Halaman 69)

Hans, wataknya

a.) Pelupa

“Memangnya ingatanmu kuat, Hans? Hahaha, kamu terlalu pelupa untuk mengingat
masa kecilmu. Kamu sama aja pelupanya dengan Opa Hans!” (Halaman 30)

b.) Suka mengejek

“Hans dan Hendrick adalah dua karakter Yang saling bertentangan. tapi tak bisa
terpisahkan satu sama lain. Mereka saling mengejek sekaligus sambil saling
menyayangi.” (Halaman 34)

Hendrick, wataknya

a.) Suka mengejek

“Hans dan Hendrick adalah dua karakter Yang saling bertentangan. tapi tak bisa
terpisahkan satu sama lain. Mereka saling mengejek sekaligus sambil saling
menyayangi.” (Halaman 34)

William, wataknya

a.) Penurut
“Bahkan keinginanku pun tak pernah aku utamakan demi mereka. Kupikir memang
begitulah seharusnya. Aku harus mensyukuri apa yang mereka beri untukku, dan
membalasnya dengan menjadi anak yang patuh terhadap keinginan mereka apapun
bentuknya.” (Halaman 41)

b.) Pendiam

“Semua pikiran ini hanya terdengar di kepalaku. Aku tak pernah mengutarakannya
secara langsung. Aku bukan anak laki-laki yang pandai berkata kata aku lebih suka
diam daripada salah berbicara.” (Halaman 41)

c.) Dewasa

“Ku lihat kedua orang tuaku banyak mengacuhkan hal-hal yang kuanggap penting
untuk mereka rasakan dan ketahui. Akulah satu-satunya orang yang harus bisa
beradaptasi untuk menghadapi semuanya, orang tuaku, lingkungan baruku, tekanan
perasaanku. Terlebih lagi, aku harus menghadapinya tanpa teman bercerita tapi aku
baru berusia 9 tahun apakah aku mampu? kuatkah aku?” (Halaman 43)

d.) Tertutup

“William, kamu adalah anak yang tampan dan cerdas, bisakah kau ubah sikapmu?
Aku yakin banyak sekali yang ingin menjadi temanmu. Kau hanya terlalu tertutup.”
(Halaman 44)

Janshen, wataknya

a.) Polos

“Celoteh-celoteh polosnya memperkuat posisinya sebagai yang termuda.”


(Halaman 54)

b.) Terbuka

“Janshen adalah yang paling terbuka diantara kami berenam, dengan cueknya dia
bisa bercerita apa saja. Kadang kami merasa bosan mendengar ceritanya yang
selalu diulang-ulang dan tak masuk akal.” (Halaman 54-55)

c.) Cengeng
“Tak perlu menunggu hitungan menit, tubuhnya mulai bergetar, suaranya mulai
terdengar parau. Di depanku, Janshen memang tak pernah sungkan untuk
menangis.” (Halaman 58)

Samantha, wataknya

a.) Egois

“Namun. aku terlalu egois untuk bersahabat dengan Rumi, pengasuhku, meski
sebenarnya aku sangat membutuhkan dia.” (Halaman 89)

b.) Setia

“Terima kasih Risa, untuk semuanya. Meski baru mengenal mu, tapi aku merasa
senang dan ingin terus bersamamu. Tapi janji untuk menunggu kedua orang tuaku
sudah melekat dalam benakku aku tak mungkin mengingkarinya.”

Kasih atau Asih, wataknya

a.) Nekat

“Hari itu, tanggal 17 Januari 1982, kandungan saya berusia 6 bulan. Setelah shalat
Subuh. saya memutuskan untuk mengakhiri semuanya. Saya akan melakukan
sesuatu yang sangat berdosa, tapi tak mengapa asal beban dikepala saya hilang.”
(Halaman 108)

Sarah, wataknya

a.) Memiliki sifat keibuan

“Lain halnya dengan Sarah. Ia lebih muda daripada Elizabeth, tetapi lebih keibuan.
Semasa hidup, ia sudah terbiasa mandiri dan mengurusi adik-adiknya,
menggantikan peran seorang ibu.” (Halaman 142)

b.) Ramah

“Sarah bukan perempuan yang pelit mengumbar senyum. Tatapan matanya ramah,
dan tidak membuatku enggan untuk menyapanya.” (Halaman 142-143)

Elizabeth, wataknya
a.) Sombong

“Diantara yang lainnya, Elizabeth adalah perempuan yang paling disegani. Roman
wajahnya yang cantik sangat jarang dihiasi senyuman, hingga terkesan angkuh dan
sombong.” (Halaman 140)

b.) Tertutup

“Elizabeth sangat tertutup, meski ada kalanya dia bersenda gurau dengan sahabat-
sahabatku. Sementara denganku, dia sangat tertutup.” (Halaman 140)

c.) Pemberani

“Elizabeth adalah yang paling berani jika dibandingkan Sarah dan Teddy. Dia tak
pernah segan untuk menampakkan diri pada seisi rumah, bahkan mengganggu para
tamu yang datang berkunjung kerumah.” (Halaman 148)

Teddy, wataknya

a.) Tomboy

“Jika yang lain senang berjalan-jalan mengitari rumah dengan pakaian yang
anggun, Teddy lebih suka memanjat pohon dengan rok yang tidak terlihat rumit
dan kemeja putih yang memiliki kerutan dikiri kanannya.” (Halaman 144)

b.) Tidak suka diatur

“Dulunya, Teddy adalah anak orang kaya penguasa Belanda, yang tidak suka
diatur.” (Halaman 144)

Edwin, wataknya

a.) Cerdas

“Dia adalah laki-laki pendiam yang cerdas dan penuh prinsip. Dia sangat
mengingatkan aku pada mendiang Ayah, memang.” (Halaman 161)

Ardiah, wataknya

a.) Setia kawan


“Diah ada di mana saja, menemaniku bernyanyi, menemaniku berbicara.”
(Halaman 203)

b.) Baik hati

“Ardiah memang tak secantik Elizabeth, tak setampan peter, tapi dia memiliki hati
yang begitu baik.” (Halaman 203)

c.) Pendendam

“Ardiah memang tak secantik Elizabeth, tak setampan peter, tapi dia memiliki hati
yang begitu baik. Sayangnya dendam menahannya dalam dunia yang kini tak
berujung.” (Halaman 203)

Persamaan :

Tokoh utama dari kedua novel ini sama-sama memiliki sifat setia kawan. Baik Zio maupun Vanya
memiliki sahabat yang selalu ada disaat senang maupun sedih, dan mereka pun melakukan hal
sebaliknya. Disisi lain, walaupun sahabat Risa adalah mahluk yang tidak terlihat, merekalah yang
mengerti Risa apa adanya, Risa pun begitu. Ia merasa rindu yang amat sangat ketika sahabatnya
tidak menemuinya dalam kurun waktu yang lama.

Perbedaan :

Pada novel PEKA watak dari tokoh utamanya terkesan terbuka karena selain dewasa dalam
menyampaikan pendapat, dua sejoli ini baik Zio maupun Vanya juga selalu menceritakan keluh
kesahnya terhadap teman-teman akrab di bangku sekolahnya dulu. Mereka juga dikelilingi dengan
orang-orang suportif yang selalu mendukung mereka. Sementara tokoh utama dari novel gerbang
dialog Danur yaitu Risa memiliki sifat yang tertutup. Kelebihannya membuat ia sulit memiliki
teman sehingga beberapa kali ia merasa frustrasi terhadap hidupnya sendiri. Tanpa teman dan
selalu bertemu dengan mahluk beragam dengan sifat yang beragam pula membuat Risa harus
mampu menguatkan batinnya sendiri.

5. Sudut Pandang Pengarang

Novel PEKA :
Sudut pandang pengarang dalam novel ini adalah sudut pandang orang ke tiga serba tahu. Hal ini
terlihat dari pemberian nama tokoh secara terus menerus dalam novel tersebut.

"Anggun dan Vivian berjalan mendekat, tetapi belum juga disadari kehadirannya oleh Vanya
karena gadis itu sibuk mencuci tangan dengan pandangan menunduk, menatap wastafel" (Halaman
29)

"Anggun benar-benar kehabisan kata-kata! Ini baru kali pertama ada adik tingkat yang bersikap
berani melawan perkataannya. Biasanya mereka tunduk dan segan padanya, tapi tidak dengan
Vanya yang bisa dengan bebas mengeluarkan argumennya" (Halaman 31)

Novel Gerbang Dialog Danur :

Sudut pandang pengarang dalam novel ini adalah sudut pandang Pengarang terlibat (Author
Participation) dimana pengarang terlibat dalam cerita sebagai tokoh utama atau tokoh lain yang
mengisahkan tentang dirinya. Hal ini terlihat dari banyaknya penggunaan kata Aku yang merujuk
pada Risa disetiap cerita yang ada terus menerus dalam novel tersebut.

“Aku duduk di pojok loteng sambil mendekap kedua tanganku. Kepalaku menunduk rapat
menempel pada lutut. Aku merindukan Mama, Papa, dan adik kecilku, Riana.” (Halaman 4)

“Aku anak perempuan kecil yang menjadi saksi cerita-cerita kehidupan mereka, yang terasa begitu
nyata, hingga kadang membuatku terlena akan semua kisahnya.” (Halaman 34)

“Aku bukan Risa yang dulu lagi, yang akan melakukan apapun untuk berada di dunianya bersama
kelima sahabatnya.” (Halaman 68)

Persamaan :

Kelompok kami tidak menemukan persamaan dari segi sudut pandang karena sedari awal jenis
sudut pandang sudah berbeda diantara keduanya.

Perbedaan :

Baik novel PEKA ataupun gerbang dialog danur memiliki perbedaan berupa jenis sudut pandang
dalam penulisan cerita. Dimana sudut pandang pada novel PEKA adalah sudut pandang orang
ketiga serba tahu, sedangkan novel gerbang dialog danur menggunakan sudut pandang pengarang
terlibat.
6. Latar Cerita atau Setting

Novel PEKA :

a.) Jalan

".......................

" Tidak sempat sarapan karena kesiangan dan takut terlambat pada hari pertamanya sebagai
mahasiswa baru, bangun kesiangan karena tidak bisa tidur, dan sekarang mobilnya (Vanya)
mogok di pinggir jalan" (Halaman 1)

b.) Kampus

"Kemudian, di lain tempat, para senior tengah mengawasi mana alias mahasiswa baru yang
sedang menjalankan hukumannya" (Halaman 4)

c.) Kamar Zio

"Zio merebahkan tubuh tegapnya di atas kasur king size kesayangannya" (Halaman 11)

d.) Arena Balap

"Suara deruman motor membuat Zio mengalihkan pandangannya pada segerombolan laki-laki
dengan motor yang setipe dengannya. Dia dan teman-temannya sedang ada di arena balap"
(Halaman 12)

e.) Rumah Vanya

"Baru saja Vanya memantapkan hatinya dan bersiap menarikkan jari-jari lentiknya di atas
keyboard di layar ponsel, suara tantenya menghentikan kegiatan gadis itu. Dia memang tinggal
bersama tante dan omnya yang tak lain ada orangtua Azka" (Halaman 16)

f.) Minimarket

"Setelah membayar belanjaannya, Vanya bergegas meninggalkan minimarket yang ada di


depan kompleksnya" (Halaman 17)

g.) Toilet
"Mereka (Anggun dan Vivian) mengikuti Vanya hingga sampai ke toilet perempuan" (Halaman
28)

h.) Markas

"Di sisi lain, Zio sudah berkumpul dengan teman-temannya di markas sederhana mereka"
(Halaman 36)

i.) Taman

"Dirinya (Vanya) melepaskan headphone dari telinga, lalu bergegas meninggalkan taman
setelah memasukkan laptop ke dalam tas" (Halaman 38-39)

j.) Parkiran SMA

"Sementara di lain sisi, tepatnya di parkiran SMA, Vanya mati-matian menahan rasa gugupnya
karena hari ini dia berangkat bersama dengan Zio" (Halaman 41)

k.) Kafe

"Mengedarkan pandangan (Vanya) ke seluruh ruangan yang ada di kafe ini, nyatanya dalam
sekejap saja kafe ini sudah tampak ramai karena sebagian dari mereka memilih berteduh dari
derasnya hujan" (Halaman 105)

l.) Tempat fotokopi

"Vanya tidak langsung ke gedung karate itu. Dia berjalan ke sebelahnya yang terdapat sebuah
fotokopian dengan harganya terjangkau" (Halaman 124)

m.) Gedung karate

"Sama halnya seperti Vanya yang lebih memilih latihan dulu daripada membuang waktu
menunggu tugasnya selesai dicetak" (Halaman 125)

n.) Bandara

"Sepulang kuliah, dia langsung berangkat bersama Azka, Om Rama, dan Tante Sarah menuju
Bandara Soekarno-Hatta untuk menjemput mereka” (Halaman 243)

Novel Gerbang Dialog Danur :


a.) Sekolah

“Aku berlari keluar dari sekolah, kabur saat seharusnya aku masih harus duduk di kelas
hingga pukul 1 siang.” (Halaman 4)

b.) Rumah Peter

“Belum sempat aku mencari tahu tentang apa yang terjadi pada Mama, segerombolan orang
berwajah bulat, bermata sipit, berteriak-teriak di halaman rumahku sambil mengacungkan
benda tajam.” (Halaman 22)

c.) Ruang tamu

“Sore itu aku sedang asik menggesek Nouval di ruang tamu. Baru saja ku ciptakan sebuah
nada yang menceritakan suasana panas yang terjadi antara Mama dan Papa.” (Halaman 45)

d.) Kamar Risa

“Suatu malam, aku melihat seorang anak kecil Belanda menangis tanpa air mata di pojok
kamarku.” (Halaman 56)

e.) Bukit

“Kami semua memasang tenda disebuah perbukitan kecil yang dikelilingi hamparan kebun
teh khas Ciater.” (Halaman 82)

f.) Kamar Kasih

“Dalam hitungan detik, tubuh saya mengejang hebat, melayang tergantung di tengah
kamar.” (Halaman 108)

g.) Kantor

“Dia tarik tanganku dan mengajakku menaiki lift menuju rooftop gedung kantor. Aku masih
kebingungan dengan sikapnya.” (Halaman 164)

h.) Restoran

“Ada sebuah tempat jajan favorit ku di mall itu, sebuah restoran cepat saji yang sering aku
kunjungi. Aku memesan secangkir kopi, tanpa memesan satupun makanan.” (Halaman 174)
i.) Pinggir jalan

“Wajahnya terlalu pucat untuk seorang makhluk hidup, dan anak itu terlalu kecil untuk
berdiri di pinggir jalan sendirian tengah malam.” (Halaman 182)

j.) Toilet

“Suatu ketika, aku sedang berada di kamar kecil sebuah gedung. Aku duduk sendirian di
atas toilet. Suasananya hening karena sudah malam dan sepi pengunjung.” (Halaman 185)

Persamaan :

Persamaan kedua novel ini adalah latar tempat yang ada di dalam kedua novel ini sama-sama
didominasi oleh tempat-tempat yang ada di lingkungan sekitar kita seperti halaman, kamar, toilet,
dan masih banyak lagi.

Perbedaan :

Perbedaan kedua novel ini terdapat pada spesifikasi tempat yang ditampilkan keduanya. Novel
gerbang dialog danur menampilkan latar tempat yang lebih spesifik dibandingkan novel PEKA.

7. Gaya Bahasa

Novel PEKA :

Gaya Bahasa yang dipergunakan dalam novel ini adalah sebagai berikut.

a.) Hiperbola
Gaya Bahasa ini mengungkapkan sesuatu dengan melebih-lebihkan suatu hal dari kenyataan
sebenarnya.
Contoh :
"".......................... Lo cuma satu dari sekian upik abu doang, tau nggak! Nggak ada apa-
apanya!"........................................ " (Halaman 30)
"Cio, Keylo, dan Nicko yang ada di kursi kedua dan ketiga saja sampai merasakan kalau
telinga mereka benar-benar panas mendengar ocehan sahabatnya yang satu itu" (Halaman
101)
"Zio tersenyum bangga walaupun senyumannya setipis selaput saraf" (Halaman 102)
"Entah sudah berapa banyak rindu dan air mata yang setiap malam dia keluarkan untuk
membunuh sepi yang membelenggu dirinya sendiri" (Halaman 113)

b.) Satire

Gaya Bahasa ini mengungkapkan sebuah sarkasme namun tidak membuat pihak manapun
tersinggung karena dibuat untuk menertawakan sesuatu.

Contoh :

"Mana gue tahu. Kangen kali sama lo" (Halaman 34)

"Ngomong gak demen, tapi dilihatin juga. Dasar dugong! " (Halaman 38)

"Oh, iya! Yang tadi mau pesen GO-JEK tapi udah keburu gue pesenin ojek pribadi ternyata
udah datang toh?" (Halaman 42)

c.) Paradoks

Gaya bahasa ini menyatakan dua hal yang seolah bertentangan namun keduanya benar
adanya.

"Vanya tidak enak hati berusaha menampakkan senyuman manisnya walaupun jatuhnya
malah senyuman kikuk" (Halaman 47)

d.) Eufimisme

Mengganti kata-kata yang dianggap tabu menjadi kata-kata yang dianggap lebih sopan atau
halus.

Contoh :

"Lo terkesan memaksa orang buat tetap komunikasi sekalipun dia bisu" (Halaman 111)

e.) Pleonasme

Berisikan pernyataan yang menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas.

Contoh :

"Zio membuat Vanya diam. Bibir gadis itu terkatup rapat" (Halaman 111)
f.) Personifikasi

Ungkapan yang menganggap benda mati sebagai mahluk hidup yang bernyawa

Contoh :

"Gue nggak terlalu pintar memahami perasaan gue sendiri makanya sering dikatain nggak
peka. Gue juga nggak tau kenapa. Dan perasaan gue, gue gambarkan kayak benang kusut
kalau tiba waktunya gue harus ngungkapin apa yang gue rasain" (Halaman 196)

"Beberapa orang menyukai hujan karena menurut mereka, ada alunan musik tersendiri dari
hujan yang mampu mengundang rindu pada kenangan dan seseorang" (Halaman 202)

g.) Sinekdoke

Majas yang menyebutkan satu bagian untuk menyebutkan semua bagian.

Contoh :

"Sekarang yang harus Vanya pikirkan bukan lagi bagaimana menghadapi kalimat pedas
yang akan dilontarkan Anggun, karena sejujurnya kakak tingkatnya itu sudah lama tidak
menunjukkan batang hidungnya di hadapan Vanya walaupun berulang kali sering bertemu"
(Halaman 245)

Novel Gerbang Dialog Danur :

a.) Sinekdoke

"Peter tidak pernah menampakkan batang hidungnya lagi di depan mataku" (Halaman 69-
70)

b.) Hiperbola

"Aku hidup membawa bayang-bayang kelima sahabatku yang kini entah di mana"
(Halaman 70)

“Di hari itu, hati saya terbang tinggi melayang ke atas awan.” (Halaman 106)

“Hati saya hancur bagai sebuah gelas yang dilempar kencang hingga serpihannya
berhamburan.” (Halaman 106)
c.) Paradoks

"Aku tumbuh menjadi anak remaja yang ceria, meski menyimpan banyak kesedihan"
(Halaman 71)

d.) Antitesis

"Aku percaya di balik sesuatu yang negatif pasti terdapat hal positif yang bisa kuambil"
(Halaman 75)

e.) Alegori

“Hidup memang seperti roda. Kita tidak bisa terus berada di atas.” (Halaman 125)

Persamaan :

Kedua novel ini sama-sama menggunakan majas hiperbola, sinekdoke, dan paradoks.

Perbedaan :

Novel PEKA merupakan novel bergenre teenfiction sehingga di dalamnya mengandung banyak
majas untuk menarik pembaca agar dapat lebih menikmati bacaan secara santai. Sementara novel
gerbang dialog danur merupakan novel horror yang ditulis berdasar pengalaman nyata, hanya
sedikit majas yang bisa dicantumkan dalam novel tersebut karena lebih berfokus pada
penggambaran alur.

II. Unsur Ekstrinsik Novel

1. Latar belakang sosiologis

Novel PEKA :

Dalam novel ini disinggung berbagai tempat secara umum oleh pengarang. Ida Ayu Saraswati
yang merupakan pengarang novel PEKA lahir di Jawa Timur sehingga hanya mampu
menggambarkan daerah Jakarta secara garis besar saja. Hal ini mungkin juga dipengaruhi oleh
latar belakang pengarang yang masih menginjak bangku sekolah karena keterbatasannya untuk
berinteraksi langsung dengan tempat tersebut.
Novel Gerbang Dialog Danur :

Risa Saraswati sebagai pengarang novel danur lahir di Bandung dan menghabiskan masa kecilnya
di beberapa kota kecil yang ada di Jawa Barat. Hal ini secara tidak langsung menunjukan alasan
sang pengarang dominan menggunakan lokasi dalam novel disekitaran Bandung.

Selain itu juga, pengarang memiliki kelebihan yang jarang dimiliki orang lain yaitu mampu
berinteraksi dengan mahluk halus, sehingga tidak heran jika sang pengarang mampu menjabarkan
cerita dalam novel ini secara rinci kepada pembaca.

2. Latar belakang psikologis

Novel PEKA :

Dari aspek sosial pada novel ini pengarang menyajikan dua tokoh yang bertolak belakang sifatnya
namun dapat saling mengisi. Dimana yang satunya mengetahui perasaannya sendiri, bagaimana
harus bersikap, dan bagaimana perasaannya orang disekitarnya, sedangkan yang satunya bahkan
tidak bisa mengenali dirinya sendiri. Rangkaian cerita yang disusun secara apik membuat pembaca
dapat merasakan kesal sekaligus senang disaat yang bersamaan karena greget dengan dua sejoli
ini. Rangkaian cerita ini adalah dorongan naluri dari Ida Ayu Saraswati yang sudah mengenal
Wattpad semenjak SMP dan terbiasa untuk menulis, sehingga ia mampu memainkan emosi
pembaca dan mengemas novel dengan baik.

Secara tidak langsung terdapat dorongan kepada pembaca agar menjadi manusia yang lebih peduli
terhadap lingkungan sekitarnya, peduli dalam artian bersikap sewajarnya dan tidak terlalu cuek
terhadap suatu hal.

Novel Gerbang Dialog Danur :

Dari aspek sosial pada novel ini pengarang menyajikan banyak tokoh mahluk halus yang ditemui
dan diajak berinteraksi dengan cerita masa lalunya serta latar belakangnya yang berbeda-beda.
Rangkaian cerita yang disusun secara apik dan detail, membuat para pembaca novel mampu
memahami peran para tokoh serta ikut merasakan kehidupan para tokoh pada masanya. Rangkaian
cerita ini merupakan dorongan naluri Risa Saraswati yang sudah terbiasa dengan menulis diary,
sehingga ia mampu mengemas isi novel dengan baik. Secara tidak langsung terdapat dorongan
kepada pembaca agar dapat menghargai sebuah kehidupan.
3. Latar belakang kebahasaan dan kesastraan pengarang

Novel PEKA :

PEKA adalah karya kedua yang diterbitkan pengarang sekaligus debut pertamanya menjadi
seorang penulis novel sehingga masih terdapat beberapa penulisan yang kurang rapi pada novel
ini, namun alur yang disajikan dalam novel ini sangat menarik dan menggunakan bahasa gaul yang
mudah dimengerti, sehingga pembaca dapat memahami maksud dari pengarang dan ikut
merasakan euphoria yang digambarkan dalam novel tersebut.

Novel Gerbang Dialog Danur :

Buku Danur gerbang dialog merupakan karya pertama Risa Saraswati. Meskipun begitu, semua
pemilihan kata dan penyusunan kalimat dalam novel ini sangatlah sederhana dan tidak terlalu
banyak istilah-istilah asing sehingga para pembaca sangat mudah untuk mengerti dan mencerna
cerita baik alur maupun penokohan dalam novel ini.

Persamaan :

Baik Risa maupun Ida Ayu Saraswati sama-sama menyukai kegiatan menulis sejak dahulu
sehingga terbiasa untuk menulis bahkan mampu untuk membuat sebuah novel yang kini di baca
oleh banyak orang.

Perbedaan :

Novel PEKA yang dikarang oleh Ida Ayu Saraswati berhasil menarik banyak anak muda untuk
membacanya karena bahasanya yang ringan mengingat beliau sendiri memiliki hobi membaca
serta menulis di Wattpad semenjak SMP, tak heran apabila beliau pandai mengolah sebuah
rangkaian cerita menggunakan kalimat yang ringan. Sedangkan novel gerbang dialog danur
menggunakan bahasa yang lebuh formal seperti menulis diary namun dikemas sebaik mungkin
agar pembaca dapat memahami maksud dari Risa Saraswati selaku pengarang novel tersebut.

Penulisan latar tempat pada novel PEKA tidak se-spesifik novel gerbang dialog danur karena
pengalaman pengarang untuk berinteraksi langsung pada tempat tersebut masih sangat minim.
Sedangkan penulisan latar pada novel gerbang dialog danur termasuk spesifik karena pengarang
tinggal di sekitaran wilayah yang ia sebutkan di novel, sehingga pengarang dapat menjelaskan
secara rinci dan tepat bagaimana latar tempat yang ia maksudkan.

Anda mungkin juga menyukai