Anda di halaman 1dari 3

RESENSI NOVEL LAUT BERCERITA

 IDENTITAS BUKU
Judul buku : LAUT BERCERITA
Tahun Terbit : Oktober 2017
Kota terbit : Jakarta
Penulis : Leila S. Chudori
Halaman : 378 hlm
ISBN : 978-602-424-694-5
 SINOPSIS
I. BAGIAN PERTAMA
Kisah dan narasi akan diceritakan melalui perspektif Biru Laut. Laut adalah
seorang mahasiswa program studi Sastra Inggris di Universita Gadjah Mada,
Yogyakarta. Ia sangat menggeluti dunia sastra dan tentunya tidak sedikit buku sastra
klasik yang dimilikinya, baik itu buku sastra bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.
Laut gemar membaca berbagai buku karangan Pramoedya Ananta Toer yang
ketika itu peredarannya dilarang di Indonesia. Hal itu yang menekatkan dirinya
secara diam-diam untuk memfotokopi buku-buku tersebut di salah satu tempat yang
disebut sebagai fotokopi terlarang. Mulai dari sana, dirinya bertemu dengan Kinan,
salah satu mahasiswa FISIP yang memperkenalkan Laut akan organisasi Winatra dan
Wirasena.
Setelah ikut bergabung dengan organisasi Winatra, Laut jadi semakin
menggiatkan aktivitas diskusi buku bersama rekan-rekan seorganisasi nya. Bukan
hanya buku, melainkan beberapa konsep yang hendak mereka lakukan untuk
menentang doktrin pemerintah di negara ini yang telah dipimpin oleh satu presiden
selama lebih dari 30 tahun.
Kegiatan Laut tidak hanya berdiskusi di organisasinya, ia juga gemar menulis.
Laut kerap menuangkan gagasannya ke dalam bentuk tulisan, kemudian tulisan itu ia
kirim agar dapat dimuat oleh media cetak harian. Laut juga beberapa kali bekerja
sebagai translator, misal, penerjemah dari novel bahasa Inggris ke bahasa Indonesia.
Dalam novel ini, diceritakan bahwa Laut beserta rekan-rekannya
melaksanakan beberapa aksi atau gerakan untuk membela rakyat yang telah diambil
haknya oleh pemerintah, salah satunya “Aksi Tanam Jagung Blangguan”.
Akan tetapi, jauh sebelum mereka melakukan aksi tersebut, Laut bersama
teman-temannya berdiskusi terlebih dahulu yang dikenal sebagai diskusi kwangju.
Dari situlah, awal mula Laut dan rekan-rekannya mengetahui dan mengenal arti dari
sebuah pengkhianatan.
Diskusi kwangju yang semestinya berlangsung baik dan lancar justru
terhambat karena adanya intel yang secara tiba-tiba mendatangi markas mereka.
Namun, tidak ada yang tahu pelaku yang membocorkan diskusi mereka. Beberapa
anggota dari organisasi Winatra sedikit menaruh curiga pada Naratama sebab dirinya
tidak pernah tampak saat penangkapan dilakukan, tetapi itu hanyalah dugaan
mereka. Belum diketahui kebenaran yang sesungguhnya seperti apa.
Sesudah melancarkan aksi tanam jagung di Blangguan, Laut beserta rekan-
rekannya kembali ke terminal. Mereka berpisah-pisah, ada yang ke Pacet, kemudian
ada yang ke Yogyakarta. Saat berada di ruang tunggu bis, terdapat sekelompok orang
mencurigakan yang mengintai mereka. Hingga akhirnya, Laut, Bram, dan Alex,
sementara yang lainnya entah melarikan diri ke mana.
Laut, Bram, dan Alex dibawa ke suatu tempat, semacam markas tentara. Di
markas, sekelompok orang itu menginterogasi Laut, Bram, dan Alex. Tidak hanya
diinterogasi, mereka pun diperlakukan secara tidak manusiawi, seperti disiksa,
diinjak, dipukul, dan disetrum. Pertanyaan sekelompok orang tersebut tidak lain
adalah siapa dalang atas aktivitas yang mereka lakukan.
Setelah kurang lebih dua hari satu malam, penganiayaan dan penyekapan itu
pun berakhir. Laut, Bram, dan Alex dikembalikan ke terminal Bungurasih. Di terminal
Bungurasih, Laut, Bram, dan Alex dijemput oleh kedua kakak dari Anjani. Mereka
bertiga dibawa dan ditempatkan ke sebuah tempat yang aman di Pacet. Di sana ada
Daniel, Kinan, Anjani, beserta teman-teman yang lain menunggu mereka.
Singkatnya, Laut diringkus lagi oleh sekelompok orang yang tidak dikenal,
tepatnya tanggal 13 Maret 1998. Semenjak mereka menjadi buronan di tahun 1996
sebab organisasi Winatra dan Wirasena dikatakan berbahaya bagi pemerintah
kemudian Sunu, Mas Gala, dan Narendra secara tiba-tiba hilang. Kemudian, lambat
laun beberapa rekan-rekan yang lain pun hilang entah ke mana. Lalu, sekarang Laut
disusul oleh Alex dan Daniel yang menghilang.
Saat penculikan dan penyekapan itu, mereka memperoleh siksaan yang
sangat tidak manusiawi, bisa dikatakan sangat sadis dan biadab. Mereka semua
dipukuli, disiram dengan air es, disetrum, digantung dengan kaki yang berada di atas
dan kepala berada di bawah, ditelentangkan di atas batangan es yang sangat dingin,
serta penyiksaan lainnya.
II. BAGIAN KEDUA
Di bagian kedua dalam novel Laut Bercerita, Asmara, adik dari Laut yang
menjadi sudut pandang ceritanya. Asmara dengan Laut, mereka memiliki visi yang
saling berjauhan yang mana adiknya lebih menaruh minat pada bidang sains,
sementara Laut cenderung bidang sastra.
Pada bagian kedua ini, berawal dari tahun 2000, tepat dua tahun sudah Laut
beserta 13 temannya menghilang entah ke mana. Terdapat hal yang menyesakkan
dada, yakni saat mereka melangsungkan acara–atau yang mereka sebut sebagai
ritual–makan malam bersama di setiap hari minggu.
Hal-hal seperti biasanya mereka lakukan, ibu yang menyiapkan makanan,
serta bapak yang mengambil piring untuk wadah mereka makan. Bapak masih
menyisakan satu piring untuk Laut, berharap bahwa Laut kelak pulang ke rumah dan
kembali makan bersama. Akan tetapi, hasilnya selalu sama dan nihil.
Kemudian, Asmara dan kawan-kawannya memutuskan untuk mendirikan
semacam lembaga khusus menangani orang yang dihilangkan secara paksa, layaknya
Laut, kakak Asmara. Asmara tidak membangun itu dengan kawan-kawannya saja, ia
bekerja sama dengan berbagai orang dan keluarga dari teman-teman Laut yang
belum ditemukan pula. Lembaga itu didirikan dengan harapan agar Laut beserta
rekan-rekannya yang hilang itu, tidak habis dimakan waktu dan pemerintahan segera
menuntaskan perkara ini.
Hingga akhirnya, dirinya mendapatkan informasi mengenai ditemukannya
tulang belulang manusia di Kepulauan Seribu. Ada sebagian yang dikubur, kemudian
sebagian lainnya sedang dilakukan penelitian oleh dokter forensik.
Mereka semua tidak tahu, tulang siapakah itu? Akan tetapi, Asmara tidak
menaruh harap bahwa itu tulang kakaknya sebab ia yakin Laut tidak akan pulang dan
kembali.
Ada satu hal lagi yang terbesit dalam benak, siapakah yang telah melakukan
pengkhianatan tersebut dan menjadi dalang atas kasus penghilangan paksa ini?
 KELEBIHAN NOVEL
a. Penulis menulis cerita ini berdasarkan riset-riset terlebih dahulu maka tempat dan
keadaan atau lainnya di ungkapkan sesuai realita yang ada.
b. Penokohan dalam novel Laut Bercerita ini memiliki karakter yang cukup kuat
sehingga pembaca bisa membedakan setiap karakternya.
c. Visualisasi karakter dan suasana dalam novel ini tampak sungguhan alias nyata.
Terlebih, bagian di mana Laut beserta teman-temannya disiksa dan diperlakukan
tidak manusiawi.
d. Penulis sangat detail, bahkan detail kecil pun tak ikut ketinggalan
e. Puisi-puisi yang terdapat dalam novel ini memiliki makna mendalam yang dapat
menambah nilai plus dari novel tersebut.
f. Pemilihan diksi yang tepat membuat pembaca merasa masuk dalam ceritanya.
 KEKURANGAN NOVEL
a. Novel laut bercerita memiliki ending yang menggantung sehingga membuat
penasaran pembaca tentang kelanjutan kisahnya.
b. Ketika situasi yang mencekam dan intens, kengerian yang ada kurang dieksplorasi
c. Alur yang disuguhkan dalam novel ini berjalan lamban sehingga terkadang membuat
pembaca merasa mudah bosan dan terkadang mudah ditebak
 UNSUR INTRINSIK NOVEL
a. TEMA
Kekejaman yang dirasakan oleh tokoh bernama Laut bersama teman-temannya di
masa orde baru.
b.

Anda mungkin juga menyukai