Anda di halaman 1dari 3

RESENSI NOVEL

NERAKA DUNIA

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

NAMA : LORIA SAMOSIR


KELAS : XII IPS 2

SMA NEGERI 1
SIEMPAT NEMPU HILIR

TAHUN AJARAN 2017/2018

Resensi : Neraka Dunia
Judul Buku : Neraka Dunia
Pengarang : Nur Sutan Iskandar
Penerbit : Balai Pustaka, Jakarta
Tahun : 1937, Cetakan V 2000
Jumlah Halaman : viii + 166 Halaman

Neraka Dunia, Itulah nama yang Nur Sutan Iskandar berikan pada novel karyanya yang ke
sekian. Menarik memang, dari judulnya saja dapat kita bayangkan isi dari novel tersebut, mungkin
mengenai kesengsaraan yang didapat ketika hidup di dunia, tentunya novel ini memiliki makna-makna
penting dalam menjalani hidup didunia. Dari situ muncul keinginan Saya untuk membacanya hingga
selesai, selain memenuhi tugas juga untuk menambah pengetahuan tentang arti hidup ini.

Ternyata perkiraan saya tidak meleset. Novel ini memang menceritakan tentang kisah sedih
seorang pemuda bernama Ahmad Salam Bin Haji Munir, seorang pengusaha muda yang sukses
meneruskan toko Ayahnya dalam menjual Perkakas Rumah. Di masa mudanya Ia memiliki kenangan
yang kelam. Kebebasan yang orang tuanya berikan membuatnya hidup tidak karuan, setiap malam ia
pergi keluar untuk mencari kesenangan sesaat. Hal itu sering ia lakukan, hingga ia bertemu dengan Siti
Delima, seorang anak komidi bangsawan. Bersamanya ia pergi sampai ke Surabaya. Namun disana ia
ditinggalkan begitu saja oleh Siti Delima. Lalu bertemu dengan Sulastri, kejadian bersama Siti Delima
kembali terulang, Sulastri menghilang tanpa jejak.

Semenjak itu ia sering mengunjungi Hotel Merdeka, tempat kesenangan dunia sesaat. Saking
seringnya, ia menderita penyakit berbahaya, raja singa, alias sipilis. Penyakit itu pun yang membuatnya
urung mencari pendamping hidup. Namun kecantikan Aisah membuat hatinya tergoda, akhirnya ia
menikah dengan Aisah dengan penuh cinta dan kebahagiaan, tanpa memberitahukan penyakit yang
dideritanya, karena takut Aisah menolaknya.
Buah hati yang diharapkan pun akan segera menemani hidupnya, namun penyakit lama yang ia
derita, selalu menghantuinya dan membuat ia takut terjadi sesuatu pada anak dan istrinya tercinta.
Semakin tua kandungan Aisah, kondisinya semakin lemah. Sebelum melahirkan, Aisah ditingal pergi
oleh Ayahnya untuk selamanya dan membuat kondisinya semakin lemah. Anak yang dilahirkannya pun
tidak begitu sehat, belum sebulan hidup didunia anak itu kembali mengahadap Sang Pencipta.
Sementara Aisah hilang kesadaran dan membuatnya hampir gila, Aisah benci pada A. Salam yang telah
membohonginya dan membuat hidupnya sengsara. Namun persaan cintalah yang membuat Aisah dan
Ahmad Salam terus hidup bersama.

Dari kisah ini saya dapat mengambil amanat, bahwa dalam hidup ini pasti selalu ada godaan
yang mengajak Kita pada lubang kehancuran, karena itu panadai-pandailah Kita menghindari godaan
itu, jangan sampai orang-orang yang kita cintai ikut menderita akibat langkah kita yang salah.
Keterbukaan menjadi kunci dalam hidup berbahagi. jika tidak, rahasia yang Kita sembunyikan akan
nampak setelah sesuatu yang buruk terjadi, setelah semua terlambat terungkap.
Dalam novel ini alur yang digunakan adalah alur campuran, meskipun alur maju yang dominan, namun
flashback yang Nur Sutan terapkan sungguh sangat memukau para pembaca. Beliau dapat
menggambarkan tokoh dengan begitu jelas. A. Salam misalnya, tokoh utama dalam novel ini, memiliki
sifat gigih dalam bekerja, imannya masih labil di usia muda, meskipun memiliki cinta yang tulus
namun sifatnya yang tertutup membuatnya hidup menderita didunia. Sementara Aisah, sosok wanita
yang sempurna menurut saya, disamping cantik dan sholehah, ia penyayang, perhatian, penyabar dan
kesetiannya begitu luar biasa pada suaminya. (Idaman para lelaki, tentunya). Pantas saja dalam cerita
ini banyak Pria yang mendambakannya.

Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini memang dominan bahasa melayu, itu wajar
terlebih karena cetakan pertamanya tahun 37’, waktu dimana bahasa melayu masih menjadi bahasa
pengantar karya sastra Indonesia. Meskipun dalam novel bertebal 166 halaman ini banyak istilah
Bahasa Belanda, namun itu tidak mempengaruhi pengimajinasian pembaca. Toh dibagian bawah buku
ini dicantumkan arti dari istilah tersebut.

Banyak hal menarik dalam novel ini, sambungan antar bagian cerita tersusun begitu apik,
permainan perasaannya sangat menyentuh hati apalagi novel ini ‘sad ending’, amanat yang tersimpan
pun begitu mendalam dan bermanfaat bagi kita. Serta pembawaan cerita khas Nur Sutan menambah
nilai tersendiri bagi novel ini. Secara keseluruhan, penilaian Saya terhadap novel ini hampir sempurna,
karena Saya tidak menemukan keganjalan ataupun kekurangan dari novel ini. Mungkin karena Saya
bukan kritikus yang handal, tapi pendapat seseorang pastilah berbeda, Saya memiliki hak untuk itu.
Begitulah ulasan yang saya mampu berikan terhadap novel karya sastrawan asal Minangkabau ini, yang
tercatat sebagai Sastrawan terproduktif diangkatannya, NUR SUTAN ISKANDAR.

Anda mungkin juga menyukai