Anda di halaman 1dari 10

I.

Analisis Unsur Instrinsik dan Unsur Ekstrinsik


1. Analisis Unsur Instrinsik
a. Tema
Drama ini mengangkat tema tentang ketidak adilan yang terjadi di
dalam sebuah desa, hal ini terlihat dari inti cerita yang menceritakan
tentang keresahan ibu-ibu daerah gang suatu RT sehingga ingin
mengusir seorang warga perempuan yang dirasa menjadi sebab tidak
tenangnya hubungan rumah tangga di kampung tersebut. Alasan
pengusiran salah satu warga perempuan cantik ini hampir tidak masuk
akal. Perempuan ini hanya menyanyi di tempat dan waktu yang selalu
sama, wanita ini memang salah satu warga yang hidupnya teratur
karena setiap aktivitas yang dilakukan selalu pada waktu yang sama, hal
ini sudah diamati oleh hansip di kampung itu. Oleh karena nyanyian
saat mandi itulah banyak warga laki-laki yang mengupingnya sehingga
menimbulkan imajinasi-imajinasi kotor, hal itulah yang ceritanya
membuat hubungan suami-istri di kampung itu dingin. Ibu-ibu gusar
dan ingin mengusir wanita itu. Namun pak RT dengan bijak menyikapi
masalah itu, keselahan tidak terletak pada wanita itu, melainkan
pikiran-pikiran kotor dari para suami itu sendiri, jadi pak RT tidak akan
membiarkan wanita itu diusir semena-mena dari kampung.
b. Tokoh dan Penokohan
Tokoh utama dalam Drama ini berperan sebagai protagonis yang
meiliki sifat teratur, penggambaran tokoh utama (Zus) dalam naskah
drama Dilarang Mandi di Kamar mandi terlihat dalam dialog tokoh
terlihat saat Hansip mengatakan “Menurut saya, dia itu seorang wanita
muda yang hidup dengan sangat teratur. Pergi ke kantor dan pulang ke
rumah pada waktu yang tepat.....”
Tokoh yang memiliki sifat statis dalam drama ini adalah, Hansip, dan
para suami sepanjang gang sebuah kampung, hal ini terlihat dalam
keseluruhan cerita mereka adalah tokoh yang tidak mengalami
perubahan dari awal cerita sampai akhir, Hansip tetap bertindak sebagai
orang yang banyak tahu, dan para suami tetap bertingkah
membayangkan Zus yang sedang mandi meskipun di akhir cerita Zus
sudah pindah. Sedangkah Pak RT adalah tokoh yang tritagonis, hal ini
terlihat saat pak RT membantu menyelesaikan masalah warga
kampung.
c. Alur
Alur yang di gunakan dalam drama ini adalah alur maju, di mana
ceritanya tersusun dari awal kejadian hingga penyelesaian konflik, tidak
terjadi sedikitpun alur mundur di dalamnya. Masalah bermula dari
seorang wanita yang suka menyanyi di kamar mandi dan menarik
perhatian banyak laki-laki kampung yang menguping suaranya yang
menggoda itu, juga meresahkan istri-istri mereka yang resah karena
hubungan keluarga mereka dingin hanya dikarenakan wanita tersebut.
Hal itulah yang kemudian memacu konflik yang ada di dalam drama
ini.
Konflik bermula dari para ibu-ibu yang berbondong-bondong melapor
pada pak RT kamupung itu untuk mengusulkan agar segera mengusir
perempuan suara menggoda itu. Konflik semacam itu terjadi dua kali
dalam drama ini. Pada konflik itu bahkan situasi konflik semakin
memuncak hanya dikarenakan imajinasi suami mereka tidak bisa
dihindarkan dari wanita itu padahal pak RT sudah berusaha
mengingatkan tokoh wanita penggoda yang bernama Zus itu untuk
berhenti menyanyi dalam kamar mandi.
Pada bagian akhir drama ini, terlihat pak RT tetap berusaha
menyelesaikan konflik yang ada di daerah kekuasaannya tersebut, akan
tetapi masalah yang begitu kompleks ini tidak dapat dengan mudah
diselesaikan. Konflik ini sulit untuk diselesaikan karena masalah ini
manyangkut masalah penerimaan pribadi yang tidak bisa menyalahkan
orang lain.
d. Latar
Latar tempat dalam drama ini adalah perumahan dalam sebuah gang di
perkampungan. Terlihat dari ucapan Hansip yang mengatakan
“....kehidupan seksual warga kampong sepanjang gang ini masih
belum harmonis...”
Latar waktu dalam drama ini, adalah pagi dan sore hari, terlihat dalam
naskah bahwa yang menjadi fokus waktu di cerita ini adalah waktu
mandi dari tokoh bernama Zus yang bisa jadi di pagi hari atau sore hari.
Latar suasana dalam drama ini adalah menegangkan hal ini terlihat saat
adegan para ibu-ibu bersikukuh untuk mengusir Zus dari kampung.
e. Amanat
Drama ini menunjukkan adanya pesan yang menggambarkan keadaan
sosial yang ada akhir-akhir ini di masyarakat. Betapa hal sepele
membuat kerusakan kehidupan sosial antarmasyarakat. Setelah
kerusakan yang disebabkan oleh tiap bagian kecil dalam masyarakat,
lalu yang dituntut bertindak dan bertanggungjawab adalah pimpinan
dari masyarakat tersebut, padahal susah untuk mengentas ketika sebab
kerusakan sosial ada dalam sistem diri tiap pribadi. Dengan pesan dan
kemenarikan tiap kesederhanaan unsur dalam drama ini, pantaslah
drama ini digolongkan dalam dua kategori, baik naskah drama sebagai
karya sastra untuk dibaca, maupun naskah drama untuk dipentaskan.
Lewat alur cerita dan dialog dalam drama ini, pembaca atau penonton
akan ditampar dengan fenomena yang sering terjadi di sekitar mereka.
Sayang sekali dalam drama ini tidak disinggung sedikitpun pesan yang
ingin disampaikan pengarang, sehingga dalam pembacaannya maupun
pementasannya, penikmat yang awam akan terlena dengan alur cerita
dan penampilan dialog yang menarik dalam kesederhanaannya saja
tanpa memperdulikan apa maksud dari adanya drama ini.
f. Sudut Pandang
Cerita pada naskah drama ini menggunakan sudut pandang orang ketiga
serba tahu.
2. Analisis Unsur Ekstrinsik
a. Latar Belakang yang melandasi penciptaan karya sastra
Menurut catatan penulis, Penulisan cerita ini mendapatkan inspirasi dari
judul sebuah komposisi musik berjudul 'Jangan Bertepuk dalam Toilet'
karya Franki Raden dekade 80-an. Penulis. Cerita ini di tulis sebagai
bentuk pengamatan tingkah laku sosial keseharian masyarakat
Indonesia yang suka menyalahkan orang lain atas kesalahan yang
nyatanya timbul dari diri mereka sendiri. Terlihat pada adegan saat Pak
RT berkata “Dia hanya menyanyi di kamar mandi. Yang salah adalah
imajinasi suami-suami ibu sendiri, kenapa harus membayangkan
adegan-adegan erotis?”
b. Nilai Sosial
Nilai sosial yang terkandung dalam naskah drama ini terlihat pada saat
ibu-ibu menyamakan sepakat dan mendiskusikannya dengan Pak RT
hal ini mengandung nilai bahwa setiap orang memerlukan orang lain
dalam pengambilan keputusan. Hal ini dapat dilihat saat ibu-ibu
berkata: “kami ibu-ibu sepanjang gang ini telah sepakat,...”
c. Nilai Moral
Nilai Moral yang terkandung dalam cerita ini adalah, harus di
lakukannya musyawarah mufakat dalam pengambilan keputusan, sesuai
dengan ideologi bangsa Indonesia yaitu sila ke-4 Pancasila. Hal ini
dapat kita lihat pada ucapan pak RT yang mengatakan: “lho, lho, lho,
sabar dulu. Semuanya harus dibicarakan dengan musyawarah mufakat,
jangan main hakim sendiri.”
Selain itu nilai moral yang dapat kita ambil dari cerita ini adalah kita
tidak boleh menyalahkan orang lain atas fikiran kita sendiri karena apa
yang kita yakini benar belum tentu sepenuhnya benar, terlihat pada
ucapan Pak RT: “Terlalu! Pikiran sendiri kemana-mana, orang lain
disalahkan”
d. Nilai Budaya
Nilai budaya yang terkandung dalam drama ini adalah kebiasaan
masyarakat yang menganggap segala sesuatu adalah benar jika dianut
oleh orang banyak, bahkan masyarakat cenderung tega melakukan hal
semena-mena terhadap sesuatu yang dianggap tidak pantas. Hal ini
terlihat saat Pak RT berkata “Pengalaman saya sebagai ketua RT
membuat saya hafal, segala sesuatu bisa dt ke pengadilan, karena
dianggap memang sudah seharusnya.”isebut kebenaran hanya jika
dianut orang banyak. Sudah beberapa maling digebuk sampai mati di
kampong itu dan tak ada seorangpun yang ditunt
II. Analisis Berdasarkan Imbuhan
Prefiks Sufiks Infiks Konfiks
1. Menguping 1. Telinganya 1. Semenjak 1. Mengacungkan
2. Mengintip 2. Gesekan 2. Sekelilingnya
3. Menghajar 3. Rupanya 3. Mengingatkan
4. Berbisik 4. Agaknya 4. Seorangpun
5. Terdengar 5. Tafsirkan 5. Seandainya
6. Mengiringi 6. Bayangkan 6. Pengadilan
7. Melihat 7. Merugikan 7. Keadaan
8. Bergairah 8. Sebabkan 8. Merugikan
9. Seolah 9. Namanya 9. Menghadapi
10. Menghajar 10.Suaranya 10. Maklumlah
11. Terbuka 11.Makanya 11. Menertibkan
12. Ternyata 12.Mampaknya 12. Mendirikan
13. Merangsang 13.Hubunganny 13. Membahagiakan
14. Tersadar a 14. Menggairahkan
15. Sepanjang 14.Nyanyian 15. Melakukan
16. Melerai 15.Sensualnya 16. Meresahkan
17. Terutama 16.Erotisnya 17. Pekerjaan
18. Berkeluarga 17.Semuanya 18. Mengasyikkan
19. Mendengar 18.Nantikan 19. Pergemulan
20. Sesekali 19.Pokoknya 20. Seandainya
21. Kehidupan 20.Tindakan 21. Membayangkan
22. Selama 21.Akhirnya 22. Mengarahkan
23. Menjadi 22.Gerakan 23. Meyakinkan
24. Mengambil 23.Sebaiknya 24. Kenyataan
25. Mengusir 24.Maksudnya 25. Permainan
26. Sehingga 25.Rumahnya 26. Ketahuan
27. Seseorang 26.Usahakan 27. Mengasyikkan
28. Mempunyai 27.Akibatnya 28. Menyimpulkan
29. Berbisik 28.Maunya 29. Mengeluarkan
30. Berpikir 29.Penyebabny 30. Membayangkan
31. Tersipu a. 31. Berlebihan
32. Menghardik 32. Mengurusi
33. Membaca 33. Dinanti-nantikan
34. Teratur 34. Menggairahkan
35. Mengarah 35. Sekelilingnya
36. Menggosok 36. Kebahagiaan
37. Mengguyur 37. Menyanyikannya
38. Terjadi 38. Melabraknya
39. Kejadian 39. Mendengarnya
40. Sebentar
41. Meminta
42. Menyanyi
43. Bergumul
44. Merasa
45. Tergopoh-
gopoh
46. Tersenyum
47. Bersalah
48. Melarang
49. Menghipnoti
s
50. Sebentar
51. Setengah
52. Melotot
53. Bersalah
54. Termasuk
55. Menganggap
56. Berbisik
57. Bersuara
58. Kemana-
mana
59. Berjalan
60. Semacam
61. Membuat
62. Menggosok.
III. Analisis Diksi
1. Pemanfaatan Kata Bahasa Daerah
Dalam cerita “Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi” terdapat pilihan kata
yang diambil dari kosakata bahasa Jawa, seperti Zus. Kosakata tersebut
digunakan untuk menamai tokoh dalam cerpen tersebut yang menyiratkan
bahwa pemilik nama adalah orang yang kebanyakan atau rakyat jelata
yang berasal dari desa. Sebaliknya pilihan kata seperti tokoh Pak RT,
hansip, para suami, dan ibu-ibu dipakai untuk nama tokoh yang hidup di
perkampungan kota dengan latar belakang masyarakat menengah ke
bawah.
Dalam cerita ini, pilihan kata yang digunakan cenderung apa adanya.
Pilihan kata seperti manggut-manggut, kata itu umumnya dijumpai di
daerah tertentu dengan latar belakang masyarakat pedesaan. Kata-kata
tersebut, dapat di lihat adegan Pak RT “(Manggut-manggut dengan bijak,
kemudian melihat arloji) Masih satu menit lagi.”
Kata digebuk ikut hadir dalam naskah drama ini, memberikan nuansa
peristiwa yang digambarkan oleh penulis seolah-olah hidup dan nyata.
Kata digebuk sebenarnya berasal dari kata gebuk (Jawa) yang berarti pukul
kemudian mendapatkan afiksasi (di-) sehingga kata digebuk yang
dimaksud adalah dipukul. Terlihat dari kalimat: “sudah banyak maling
digebuk sampai mati di kampong itu dan tak ada seorangpun....”
2. Pemanfaatan Kata Bahasa Asing
Kosakata yang berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris tampak pada
kata fitness centre yang dapat dilihat pada ucapan Pak RT yaitu “Baiklah
Bapak-bapak Ibu-ibu saya sudah memutuskan, akan mendirikan fitness
centre di kampung ini”
Muncul pula kata sexy atau seksi (dalam ejaan bahasa Indonesia) yang
berarti bentuk tubuh yang ramping atau langsing. Kata tersebut muncul
saat adegan Ibu-ibu berdialog dengan Pak RT “Saya bilang sexy sekali,
bukan hanya sexy”
3. Peniruan Bunyi
Penggunaan kata yang menirukan bunyi sebuah benda terlihat di prolog
“Lantas byar-byur-byar-byur. Wanita itu rupa-rupanya mandi dengan
dahsyat sekali.” Selain itu, pengarang juga menggunakan diksi jebar-
jebur untuk menggambarkan cepuk air. Kata tersebut muncul dalam dialog
“Ooo itu lain sekali pak. Mereka tidak menyanyikan di kamar mandi
dengan iringan bunyi jebar-jebur”
4. Pemendekan Kata
Pemendekan kata terlihat dalam dialog “Waktunya selalu tepat pak, tak
pernah meleset” Penyingkatan juga terlijadi pada kata bukan yang
disingkat menjadi kan hal itu tampak pada kutipan dialog berikut. “Benar
kan pak?”
5. Reduplikasi
Penggunaan reduplikasi atau bentuk ulang juga tampak naskah ini. Hal
tersebut ada pada kata manggut-manggut terlihat pada adegan berikut
“(Pak RT manggut-manggut dengan bijak. Ia melihat arloji) Masih satu
menit lagi”

Anda mungkin juga menyukai