Anda di halaman 1dari 2

Kritik Sastra Novel “Anak Perawan di Sarang Penyamun”

Oleh : Arpina Ramadina

Setelah sukses dengan novel yang berjudul Layar Terkembang (1936) kini, Sutan
Takdir Alisjahbana menghadirkan kembali karyanya lewat novel yang berjudul Anak
Perawan di Sarang Penyamun (1940) memang sangat tepat judul yang diberikan pengarang
terhadap novel ini. Novel Anak Perawan di Sarang Penyamun merupakan novel yang
bertema percintaan dan perubahan sikap dari yang buruk menjadi baik sehingga mampu
membuat pembaca percaya akan kekuatan cinta dan sebuah ketulusan hati yang dapat
mengubah sifat seseorang.

Novel ini memiliki alur dan ending yang mengesankan sehingga membuat pembaca
lebih mudah mengerti terhadap jalan ceritanya. Rangkaian alur ceritanya dimulai dari tahap
pengenalan, tahap konflik, tahap klimaks, tahap anti klimaks, dan tahap penyelesaian. Tentu
hal ini, membuat pembaca tertarik karena ceritanya disajikan dengan alur maju sehingga
pembaca terus merasa penasaran dengan cerita selanjutnya.

Novel ini juga menggunakan sudut pandang orang ketiga penulis serba tahu dan
penulis tidak mengambil peran dalam cerita tersebut (non participant), gaya bahasa yang
digunakan sangat menarik dan hidup dengan menggunakan beberapa majas seperti alegori,
asosiatif, personifikasi, repetisi,hiperbola, dan anti klimaks. Bahasa yang digunakan pada
novel ini pun cukup menarik sehingga mampu menyentuh dan membuat imajinasi muncul
ketika membacanya. Meski ada beberapa gaya bahasa yang mungkin akan sulit dipahami
bagi kaum awam. Percakapan dalam novel ini pun tidak bersifat membosankan malah terlihat
sangat bervariatif, segar dan menarik.

Novel ini menggunakan kata- kata kias atau pemilihan kata yang memiliki makna tak
sesungguhnya sehingga menambah kesan yang menarik. Mengandung pesan moral yang
bermanfaat untuk dijadikan teladan.

Kelemahan novel ini adalah novel ini yaitu tidak diperkenankan untuk pembaca di
bawah umur 17 tahun karena mengandung tindakan kejahatan yang sadis dan dilengkapi
dengan gambar yang menambah kesan yang sadis bagi pembaca. Tapi tetap saja novel ini
memberikan banyak pelajaran bagi pembacanya.

Setiap kekurangan pasti ada kelebihan, kelebihan novel ini banyak sekali tentunya.
Novel karangan Sutan Takdir Alisjahbana ini berhasil megajak pembaca untuk memiliki
logika berpikir yang lebih rasional dan berbeda. Mengambil kesimpulan tidak hanya dari satu
sudut pandang, tapi lihatlah dari sudut pandang lainnya. Dengan demikian, segalanya akan
terasa adil dan masuk akal. Seperti kisah yang terdapat dalam novel ini dimana dendam
terkalahkan dengan cinta dan kasih sayang . kita harus menerima takdir dan garis kehidupan
yang ditentukan Tuhan. Karena apapun yang terjadi hidup harus tetap berjalan.

Selain itu, novel ini banyak menggandung nilai yang positif bagi pembaca diantaranya
yaitu nilai sosial budaya, nilai religius, nilai pendidikan, dan nilai kepahlawanan. Selain nilai,
dalam novel ini juga menggandung unsur- unsur yang tidak kalah positif seperti unsur moral
yang mencontohkan agar tidak berkhianat terhadap teman sendiri, tidak mempunyai niat jahat
kepada teman sendiri, dan tidak hanya mementingkan diri sendiri saja. Dalam hal itu, penulis
menggambarkannya dalam sosok Samad yang mempunyai sifat licik dan rela mengorbankan
temannya untuk kepentingan diri sendiri. Selain unsur moral itu terdapat juga unsur
keagamaan untuk mencontohkan nilai- nilai agama agar tetap berpegang teguh terhadap
agama dalam kondisi yang bagaimanapun dan mencontohkan orang yang senantiasa
bersyukur kepada Tuhan agar mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan hidup, karena damai
itu indah.

Akhirnya pembaca dapat menyimpulkan bahwa novel ini memberikan sebuah


cerminan bahwa sekeras apapun hati seseorang lambat laun pasti akan luluh juga. Seperti
yang terjadi pada tokoh novel berjudul Anak perawan di Sarang Penyamun karangan Sutan
Takdir Alisjahbana ini yakni Medasing, ia adalah seseorang yang jahat tapi hatinya bisa luluh
hanya karna melihat kondisi Sayu yang menderita karna ulahnya. Akhirnya pun ia sadar akan
dirinya dan segera berubah menjadi orang yang ramah, sopan dan baik hati. Secara tidak
langsung, novel ini membuat pembaca membukan pikirannya bahwa sesama manusia harus
saling tolong menolong walaupun yang kita tolong adalah orang sudah berbuat jahat.

Dalam novel Anak Perawan di Sarang Penyamun ini Sutan Takdir Alisjahbana
sebagai penulis menyampaikan pesan sekaligus saran. Saran yang terdapat dalam novel ini
ialah sesama manusia jangan pernah menilai orang lain dengan melihat satu sisi saja, karena
belum tentu orang yang dinilai buruk kenyataannya juga buruk.

Anda mungkin juga menyukai