Anda di halaman 1dari 62

1

BAB 1
PENDAHULUAAN

1.1 Latar Belakang


Manusia merupakan makhluk yang memiliki ketertarikan terhadap
keindahan,sifat dasar yang melekat pada manusia adalah kompleksitas,didalam
kompleksitasnya manusia tumbuh dan hidup bersama dengan disertai cerita dan
wacana apapun yang dialaminya akan dihadikan sebagai cerita baik itu berupa
obrolan maupun tulisan. Beberapa kejadian yang dialami manusia terkadang
memicu sifat kreatifitasnya tumbuh dalam hal ini obrolan- obrolan maupun tulisan
berdasarkan pengalaman yang dialami itu, kemudian disusun menjadi sebuah
cerita. Berbagai pengalaman ditangkap dan dituliskan menjadi sebuah
kisah yang menghadirkan ketertariakan dan minat untuk dibaca dan didengarkan.
Maka hadirlah karya sastra sebagai salah satu contoh dari hasil kreatifitas yang
ditulis berdasarkan pengalaman manusia tersebut. Beberapa contoh sastra yang
populer dan banyak diminati dalam hal ini sastra tulisan,ialah puisi dan novel.
Seni sastra atau kesastraan adalah karya seni yang memperjuangkan bahasa
sebagai medianya. bahasa yang digunakan dalam karya sastra berbeda dengan
bahasa yang digunakan dalam dunia ilmu pengetahuan dan ilmu jurnalistik,
perbedaan itu disebabkan oleh adanya perbedaan funsi masing-masing bidang.
Bahasa ilmu pengetahuan dan ilmu jurnalistik menuntut penggunaan bahasa
secara jelas, efektif, objektif, sedangkan bahasa sastra mengandung lebih dari satu
arti atau tafsiran (bahasa konotatif) sehingga mampu mewujudkan daya pikat
pembaca.
Apabila kita membaca suatu karya sastra, saat itulah dapat dirasakan mampu
tidaknya seorang pengarang merupakan ide-ide dalam karangannya. Kemampuan
2

seorang pengarang menggunakan dan mempermainkan bahasa dalam membentuk


ungkapan, perbandingan, menyusun kalimat sehingga mampu menarik perhatian
pembaca sangat menentukan keindahan, hidup dan berjiwa bagi karyanya.
Untuk mencapai suatu tujuan didalam karanganya, pengarang memiliki
kemampuan melukiskan plastik bahasa yang berbeda-beda. Yang dimaksud
plastik bahasa adalah daya tarik suatu karangan yang ditimbulkan oleh kelenturan
gaya bahasa pengarangnya. Alat untuk mencapai plastik bahasa tersebut adalah
pemakaian kiasan, perbandingan, sindiran, karena kemampuan menuliskan
bahasa yang berbeda-beda itulah sehingga setiap pengarang memiliki gaya bahasa
yang bebeda pula. Meski demikian, setiap gaya bahasa yang dimiliki pengarang
sama-sama menimbulkan keindahan didalam karyanya.
Sebagai salah satu unsur karya sastra, gaya bahasa menimbulkan suatu efek
dengan menjelaskan apa yang berharga dalam kehidupan yang diceritakan oleh
pengarang, bentuknya berupa struktur kalimat sederhana, ungkapan, serta majas.
Oleh karena itu, kualitas suatu karya sastra ditentukan juga oleh pengguna gaya
bahasa, sebab gaya bahasa membahasakan segala yang menarik dalam kehidupan
nyata, yang dapat menyentuh indra, akal, rasa serta angan-angan pembeca.
Gaya bahasa dalam sastra adalah gaya yang pribadi sifatnya yang begitu
akrab bagi si pemakai. Setiap pengarang dalam menampilkan gagasannya
memiliki gaya tersendiri yang berbeda dengan yang lain, bahkan meskipun
mereka satu gagasan yang sama, bentuk penyampaianya berbeda. Hal demikian
dalam cipta sastra diistilahkan dengan individualis yaitu keunikan dan kekhasan
seorang pengarang dalam menciptakan yang tak pernah sama antara satu dengan
yang lainny. Dalam analisis sebuah karya sastra, unsur gaya bahasa memegang
peranan yang sangat penting diantara unsur-unsur lain dalam karya sastra sebab
gaya bahasa merupakan cerminan karakteristik personal. Sehingga setiap
pengarang memiliki karakteristik bahasa-bahasa sendiri-sendiri yang
menimbulkan kesan agar karyanya lebih hidup.
Peneliti gaya bahasa yang terdapa dalam sebuah karya sastra dimaksudkan
untuk menanbah dan menumbuh kembangkan minat baca masyarakat terhadap
karya sastra khususnya novel. Sebab dengan mamahami gaya bahasa yang
3

digunakan pengarang dalam suatu karya sastra. Dengan gaya bahasa pula seorang
pembaca dapat mengenal dan memahami watak dan karakteristik serta keadaan
yang dialami dan dirasakan oleh tokoh-tokoh yang dilukiskan pengarang dalam
cerianya. Dengan gaya bahasa itulah seseorang pembaca dapat menarik
kesimpulan tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh seseorang tokoh
dalam suatu cerita.
Bila dikaitkan dengan pembelajaran di sekolah gaya bahasa memegang
peranan yang sangat penting karena dengan memahami gaya bahasa yang
digunakan pengarang maka siswa akan tertarik membaca karya satra, dan tujuan
pengajaran gaya bahasa adalah agar para siswa mengetahui, memahami serta
menguasai pengertian setiap jenis gaya bahasa itu serta dapat menerapkanya
dalam setiap aspek keterampilan berbahasa.
Sastra merupakan bidang ilmu yang terus berkembang dilingkungan
masyarakat mengikuti perkembangan zaman. sastra terus berkembang karena
kecintaan masyarakat terhadap karya sastra. Sastra adalah sebuah karya yang
mengarah pada ktreativitas yang imajinatif, karya sastra dalam kehidupan manusia
sangat memberikan hiburan dan pengajaran bagi pembaca dan pendengarnya.
karya sastra merupakan karya imajinasi pengarang sehingga bukan hanya
pengarangnya, tetapi peninkmatnya pun akan memiliki daya imajinasi yang tinggi
saat membaca dan mendengarnya. Karya sastra walaupun hanya sebagai
kreativitas atau imajinasi pengarang tetapi dapat membuat penikmatnya
terhipnotis dengan cerita-cerita yang disuguhkan karna konfklik yang disuguhkan
sangat menarik dan konflik yang diangkat memiliki kesesuaian dengan realita
yang ada dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menarik perhatian penikmatnya.
Karya sastra yang baik tidak dapat terhindar dari kenyataan tentang kemanusian,
memiliki ketertarikan dengan masalah kehidupan manusia dan segalah
problematikanya yang beragam. Fenomena-fenomena kehidupan yang pada
umumnya terjadi pada masyarakat dijadikan sebagai inspirasi oleh satrawan
untuk diwujudkan dalam bentuk karya sastra. Dengan demikian,karya satra hadir
sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena kehidupan manusia.karya
sastra itu tidak hanya dianggap sekedar cerita khayalan pengarang semata, tetapi
4

perwujudan dari kreativitas pengarang dalam berimajinasi dan menyampaikan


gagasan-gagasanya. Karya sastra di indonesia sangat beragam salah satunya
adalah novel.
Novel adalah karya sastra imajinasi pengarang. Pengarang menawarkan
sebuah keadaan atau konflik yang disesuaikan dengan realita hidup seseorang
,baik konflik hidup yang dialami oleh pengarang sendiri maupun konflik yang
dialami oleh orang lain. Novel menceritakan tentang kisah perjalanan hidup
seseorang yang mengandung konflik.konflik yang disuguhkan oleh pengarang
membuat pembaca tertarik untuk membaca dan mengetahui konflik apa yang
terjadi dalam cerita yang ditulis oleh pengarang, selain sebagai hiburan bagi
pembaca, novel juga dapat dijadikan sebuah media bembelajaran bagi pembaca
yang kiranya memiliki kisah yang sama dengan cerita ataupun pembaca dapat
menemukan solusi atau dari cerita itu jika nanti pembaca mungkin mengalami hal
yang sama dengan cerita yang disuguhkan oleh pengarang.
Novel adalah sebuah karya sastra yang medianya adalah bahasa. Bahasa
merupakan alat pendukung yang sangat penting bagi pengarang. Setiap pengarang
tidak sama dalam memanfaaatkan khazana bahasa dalam karyanya karena bahasa
untuk mengembangkan cerita agar dapat menarik perhatian pembaca cerita yang
kompleks tidak mesti disuguhkan pula dengan bahasa yang kompleks, namun
cerita yang kompleks dapat dibuat menjadi menarik dengan memanfaatkan bahasa
sebaik mungkin didalam karya satra itu khususnya novel. Gaya bahasa yang
digunakan oleh pengarang sesuai dengan kecakapan pengarang dalam memainkan
bahasa dalam penyampaian ceritanya apakah disampaikan secara kompleks
maksudnya mudah dipahami oleh pembaca dengan sekali baca pembaca sudah
tahu apa ceritanya, ataukah pengarang menggunakan bahasa analogi atau kiasan.
Sehingga untuk memahami cerita pembaca harus pulaberimajinasi seperti halnya
novel-novel karya Boy Candra. Boy Candra adalah seorang pengarang
mempunyai kepandain mengisahkan cerita dengan bahasa-bahasanya yang indah
yang menarik hati pembaca untuk membaca novelnya.
Boy Candra telah banyak menciptakan karya sastra berupa novel, salah satu
novel yang berjudul Sebuah Usaha Melupakan yang menjadi salah satu novel
5

yang banyak diminati para pembaca khususnya para anak-anak muda. novel ini
sangat menarik dengan penyuguhan bahasa yang dapat menggugah minat
pembaca. Novel ini menceritakan tentang seorang laki-laki yang sangat mencintai
pasanganya,dia awalnya memuji dan mengeluhkan pasanganya dengan kata-kata
manis,pujian dan cinta,meski mereka berhubungan jarak jauh. Hubungan mereka
manis, penuh janji dan harapan, namun ketika laki-laki dihianati oleh pasanganya
akibat kehadiran orang ketiga, dia beralih menjadi pembenci, dan berkata kasar.
Laki-laki yang tadinya sangat romantis, manis, penuh kata-kata pujian tentang
bagaimana bahagianya dia menemukan pasanganya,beralih mengeluarkan kata-
kata yang kasar, dan kemudian bagiaman si laki-laki berjuang untuk
menyembuhkan luka akibat perpisahan tersebut hingga dia dapat menyembuhkan
luka dengan jatuh cintah kembali, menemukan cinta yang baru.

Berdasarkan pengamatan setelah membaca novel Sebuah Usaha Melupakan


banyak kalimat-kalimat yang akan sulit ditafsirkan maknanya sehingga pembaca
merasa kesulitan menangkap pesan yang disampaikan pengarang atas dasar
itulah,dilakukan telaah terhadap gaya bahasa. Pada mulanya karya sastra memang
untuk dinikmati keindahanya bukan untuk dipahami. Akan tetapi, mengingat
bahwa karya sastra juga merupakan sebuah produk budaya, maka persoalanya
menjadi lain. Karya sastra berkembang sesuai dengan proses kearifan zaman
sehingga lama-kelaman sastra pun berkembang fungsinya, yang semula hanya
sekedar menghibur, namun pada tahapan proses berikutnya karya sastra juga
dituntut untuk dapat memberikan suatu yang berguna bagi pembaca hal ini relevan
dengan idiom sastra “Dulce et Utile” (menyenangkan dan berguna) oleh karena
itu, peneliti tertarik menganalisis novel sebuah usaha melupakan dari segi gaya
bahasa. Alasan peneliti menggunakan istilah gaya bahasa lebih mudah ditafsirkan
oleh pembaca dan pembagian gaya bahasa lebih luas dari pada majas yang lebih
sedikit pembagian jenis-jenisnya. Selain itu, buku teori yang digunakan peneliti
sebagai acuan dalam proses analisis menggunakan pula istilah gaya
bahasa,sehingga peneliti menyesuaikan antara buku teori dan judul penelitian agar
menjadi relevan. Peneliti memilih gaya bahasa dalam novel Sebuah Usaha
6

Melupakan untuk diteliti dan dianalisis karena dalam novel ini, berdasarkan hasil
telaah awal peneliti menunjukan adanya berbagai gaya bahasa yang digunakan
penulis didalam menceritakan sebuah novel tersebut terutama jenis gaya bahasa
perbandingan dan pertentangan. Setelah membaca novel Sebuah Usaha
Melupakan, peneliti banyak menemukan gaya bahasa yang digunakan pengarang
dalam menyampaikan setiap gagasanya untuk membuat isi cerita lebih menarik.
Sedangkan alasan peneliti memilih novel Sebuah Usaha Melupakan karya Boy
Candra sebagai objek penelitian sebab peneliti tertarik dengan jalan cerita yang
disuguhkan pengarang, yang menceritakan tentang kisah seorang laki-laki yang
sangat mencintai pasangannya yang ditinggalkan karna orang ketiga dan semula
tidak memiliki semangat untuk hidup dan kemudian dia berjuang dan bangkit dari
keterpurukannya untuk menyembuhkan lukanya dengan jatuh cinta kembali.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan maka yang


menjadi masalah dalam penelitian ini adalah gaya bahasa apa sajakah yang
digunakan dalam novel Sebuah Usaha Melupakan karya Boy Candra ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis


tentang gaya bahasa dalam novel Sebuah Usaha Melupkan karya Boy Candra.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu apresiasi terhadap
karya sastra, khususnya mengenai gaya bahasa dalam novel indonesia modern.
2. Bahan masukan dalam pengembangan apresiasi sastra indonesia baik dunia
pendidikan pada khususnya maupun dikalangan masyarakat pada umumnya.
3. Sumbangan pemikiran tentang kajian gaya bahasa dalam novel bagi para
peneliti yang relevan.
7

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah gaya bahasa yang terdapat atau
digunakan dalam dalam novel Sebuah Usaha Melupakan karya Boy Candra. Gaya
bahasa yang akan diteliti dibatasi pada dua kelompok gaya bahasa yaitu gaya
bahasa perbandingan dan gaya bahasa pertentangan.

1.6 Batasan Operasional

Adapun yang menjadi batasan operasioanl dalam penelitian ini adalah.


1. Gaya bahasa adalah ciri khas pengarang dalam menggunakan kata-kata kiasan
dalam melukiskan ceritanya. Kata-kata kiasan tersebut digunakan untuk
meningkatkan efek keindahan dalam berkata-kata agar bersifat imajinatif
dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal
tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum.
2. Novel adalah cerita yang panjang yang mengandung rangkaian cerita
kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak
dan sifat tokoh.
3. Pendekatan objektif adalah pendekatab karya sastra yang menitikberatkan
kajiannya pada karya sastra.
8

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Novel

2.1.1 Pengertian Novel

Kata novel berasal berasal dari bahasa Italia yaitu novella(yang dalam
bahasa jerman novelle)secara harfiah novella yang berarti barang baru yang kecil
dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa Abrams (dalam
Nurgiantoro, 2010: 9). Dewasa ini istilah novella dan novelle mengandung
pengertian yang sama dengan istilah indonesia novelet ( Inggris novelette ), yang
berarti sebuah karya proksa fiksi yang panjangnya cukupan,tidak terlalu
panjang,namun tidak terlalu pendek.Novel adalah prosa baru yang menceritakan
tentang kisah perjalanan hidup pelaku utamanyayang mengandung konflikdan
sangat menarik minat pembacanya lebih lanjut ceritanya. Novel lebih panjang dan
kompleks dari pada cerpen. Novel adalah sebuah karya prosa yang tetulis dan
naratif .Biasanya dalam bentuk cerita. Kata novel berasal dari Italia (novella) yang
berarti sebuah kisah, sepotong berita (Redaksi PM, 2012: 42).
Novel berasal dari bahasa italia, novella, yang berarti barang baru yang
kecil, dalam novel, karena jauh lebih panjang pengarang dapat menyajikan unsur-
unsur pembangunan novel itu: tokoh, plot, latar, tema, dan lain-lain. Secara lebih
bebas, banyak dan detil. Permasalahan yang diangkat pun lebih kompleks.
Dengan demikian novel dapat diartikan sebagai cerita yang berbentuk prosa yang
9

menyajikan permasalahan-permasalahan secara kompleks, dengan penggarapan


unsur-unsurnya secara luas dan rinci (Riswandi,2010:35).
Dalam kamus besar bahasa indonesia (2008: 969) novel diartikan sebagai
karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang
dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak atau sifat pelaku. Novel
adalah cerita rekaan yang melukiskan puncak-puncak kehidupan seseorang
mengenai kejadian-kejadian yang luar biasa yang kehidupanya secara melompat-
lompat dan berpindah-pindah. Peristiwa mengubah nasib tersebut. Novel dapat
diartikan sebagai cerita yag berbentuk prosa yang menyajikan permasalahan-
permasahan secara kompleks dengan penggarapan unsur-unsur secara luas dan
rinci (Riswandi, 2010: 22). Sebuah novel merupakan sebuah totalitas, suatu
kemenyeluruhan yang bersifat artistik (Nurgiantoro, 2010: 22) sebagai sebuah
totalitas novel mempunyai bagian-bagian, unsur-unsur, yang saling berkaitan yanh
satu dengan yang lain secara erat dan saling menguntungkan. Jika novel dikatakan
sebagai totalitas, unsur kata, bahasa merupakan bagian dari totalitas itu, salah satu
subsistem organisme itu, menyebabkan novel juga pada sastra pada umumnya
menjadi terwujud. Menurut jassin (dalam Nurgiantoro, 2010: 16) Novel adalah
salah satu cerita yang bermain dalam dunia manusia dan benda yang berada
disekitar kita, tidak mendalam, lebih banyak melukiskan satu saat dari kehidupan
seseorang dengan lebih mengenai episode.
Novel sebagai sebuah karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia yang
berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif yang dibangun melalui
berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa,plot,tokoh (dan penokohan ), latar,
sudut pandang,dan lain-lain yang kesemuanya, tentu saja juga bersifat imajinatif.
kesemuanya itu walau bersifat noneksistensial,karena dengan sengaja dikreasikan
oleh pengarang, dibuat mirip diimitasikan dan atau dianalogikan dengan dunia
nyata lengkap dengan peristiwa-peristiwa dan latar aktualnya sehingga tampak
seperti sungguh ada dan terjadi terlihat berjalan dengan sistem koherensinya
sendiri (Nurgiyantoro, 2010: 4). Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang
tertulis dan naratif (Padi, 2013: 5). Novel adalah gambaran dari kehidupan dan
perilaku yang nyata dari zaman pada saat novel itu ditulis (Wellek dan
10

Werren,1995: 282). Novel adalah cerita yang didalamnya ada pencerita, masalah
yang diceritakan, dimana, kapan dan dalam suasana apa yang diceritakan itu
terjadi, siapa saja pelaku ceritanya, dan bagaimana cerita itu disusun (Mahayana,
2015: 91).
Novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas problematika
kehidupan seseorang atau beberapa tokoh (Kosasih, 2012: 60). Novel adalah
sebuah prosa naratif fiksional yang panjang dan kompleks yang secara imajinatif
berjalin-berkalindan dengan pengalaman manusia melalui suatu rangkaian
peristiwa yang saling berhubungan satu sama lain dengan melibatkan sekelompok
atau sejumlah orang (karakter) didalam setting (latar) yang spesifik (Ismail, 2002:
3).
Novel adalah sebuah novel memiliki dunia sendiri dengan mekanisme dan
realitasnya sendiri. Ketika membaca novel, kita seolah ikut serta dalam jalan
cerita yang disuguhkan dalam novel sebab, pengarang menawarkan suatu
permasalahan yang sering terjadi dalam kehidupan nyata sehingga pembaca hadir
dalam cerita. Untuk memahami keseluruhan isi novel tentunya tidak hanya
sekedar membaca tetapi diperlukan analisis,baik yang berhubungan dengan unsur
intrinsiknya, maupun dengan unsur ekstrinsiknya. Menganalisis novel dilakukan
untuk memahami secara baik suatu karya sastra yang bersangkutan, disamping
untuk menjelaskan kepada pembaca yang kurang memahami karya sastra itu.
2.1.2 Unsur-unsur Novel
Unsur-unsur pembangun novel terbagi atas dua unsur, yaitu unsur intrinsik
dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur- yang membangun karya sastra
itu sendiri.unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya
satra,unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya
sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung
turut serta membangun cerita. Kepaduan berbagai unsur intrinsik inilah yang
membuat sebuah novel terwujud. atau sebaliknya jika dilihat dari sudut kita
pembaca,unsur-unsur cerita inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah
novel.unsur yang dimaksud, untuk menyebutkan sebagian saja, misalnya,
11

peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan,bahasa


atau gaya bahasa (Nurgiyantoro, 2010: 23).
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada diluar karya sastra itu,
tetapi tidak secara langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya
sastra.atau secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang
mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun sendiri tidak ikut
menjadi bagiaqn didalamnya. Walau demikian, unsur intrinsik cukup berpengaruh
(untuk tidak dikatakan: cukup menentukan) terhadap totalitas bangun cerita yang
dihasilkan Wellek dan Warren (dalam Nurgiyantoro, 2010: 24) unsur ekstrinsik
yang dimaksudkan antara lain adalah keadan subjektivitas individu pengarang
yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang kesemuanya itu akan
mempengaruhi karya yang ditulisnya. Unsur biografi pengarang akan turut
menentukan corak karya yang dihasilkanya. Unsur ekstrinsik berikutnya adalah
psikologi pengarang, psikologi pembaca, maupun penerapan prinsip psikologi
dalam karya. Keadaan dilingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan
sosial juga akan berpengaruh terhadap karya satra. Unsur ekstrinsik yang lain
misalnya pandangan hidup suatu bangsa, dan berbagai karya seni lainya.

2.2 Gaya Bahasa

2.2.1 Pengertian Gaya bahasa

Dalam menyampaikan cerita,setiap pengarang ingin ceritanya punya daya


sentuh dan efek yang kuat bagi pembacanya. Oleh karena sarana karya prosa
adalah bahasa, maka bahasa ini akan diolah semaksimal mungkin oleh pengarang
dengan memaksimalkan gaya bahasa sebaik mungkin. Gaya bahasa (stile) adalah
cara mengungkapkan bahasa seseorang pengarang untuk mencapai efek statis dan
kekuatan daya ungkap (Riswandi, 2010: 51). Gaya bahasa adalah teknik
pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewaliki sesuatu yang akan
diungkapkan dan efek yang diharapkan Nurgiantoro (dalam Riswandi, 2010: 52).
Sementara itu,Keraf (dalam Tarigan, 1990: 5) mendefinisikan style atau gaya
12

bahasa sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperhatikan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).
Dale et all (dalam Tarigan, 1990: 5) berpendapat bahwa gaya bahasa adalah
bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan
memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan
benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Gaya bahasa
adalah cara mempergunakan bahasa secara imajinatif, bukan dalam pengeertian
yang benar-benar secara kalamiah saja Warriner (dalam Tarigan, 1990: 5). Gaya
bahasa adalah cara pengungkapan bahasa dalam prosa atau bagaimana seseorang
pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan menurut Abbrams
(dalam Nurgiyantoro, 2010: 276). Panuti Sudjiman (dalam Kusumawati, 2010: 8)
menyatakan bahwa yang disebut gaya bahasa adalah cara menyampaikan pikiran
dan perasaan dan kata-kata dalam bentuk tulisan maupun lisan. Menurut Sudaryat
(dalam Laila, 2016: 148) mengemukakan bahwa gaya bahasa adalah bahasa
berkias yang disusun untuk meningkatkan efek asosiasi tertentu.
Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dengan retorika dengan istilah
style, kata style diturunkan dari kata latin situlus, yaitu semacam alat untuk
menulis pada selempang lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan mempengaruhi
jelas tidaknya tulisan pada selempang tadi. Kelak pada waktu penekanan di titik
beratkan pada keahlian untuk menulis indah. Maka style lalu berubah menjadi
kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara
indah (Keraf, 2000: 112). Style (gaya bahasa) menurut Abrams gaya bahasa
mengandung pengertiam cara seseorang pengarang menyampaikan gagasanya
dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu
menuangkan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan
emosi pembaca. Gaya bahasa diartikan sebagai cara mengungkapkan pikiran
melalui gaya bahasa khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis
(pemakai bahasa) sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur
berikut: kejujuran, sopan santun, dan menarik.
Dale et all ( Tarigan, 2013: 4) berpendapat bahwa gaya bahasa adalah
bahasa yang indah yang dignakan untuk meningkatkan efek dengan jalan
13

memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan


benda lain atau hal lain yang lebih umum. Penggunaan gaya bahasa tertentu dapat
mengubah atau serta menimbulkan konotasi tertentu. Seperti halnaya yang
dikemuka oleh Nurgiantoro (2010: 264) bahwa gaya bahasa merupakan cara
penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu. Gaya bahasa
merupakan pengguanan gaya bahasa secara khusus untuk mendapatkan nilai seni.
Dikemukakanng pula oleh Slametmuljana (dalam Nurgiantoro, 2010: 264) bahwa
gaya bahasa itu adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan dalam hati
pengarang yang dengan sengaja atau tidak, menimbulkan suatu perasaan tertentu
dalam hati pembaca, selain itu (Nurgiantoro, 2010: 264-265) mengemukakan
bahawa gaya bahasa adalah pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang
dalam bertutur tau menulis, lebih khusus dalam pemakaian ragam bahasa tertentu
untuk memperoleh efek-efek tertentu, dan jauh lebih luas gaya bahasa itu
diartikan sebagai pernyataan yang berbentuk kalimat, bukan yang berbentuk
paragraf.

Gaya bahasa diuraikan dengan bermacam-macam devinisi, akan tetapi


pada devinisi itu pada umumnya menunjukan persamaan namun, berdasarkan
pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa gaya bahasa khususnya yang
digunakan dalam karya sastra, yaitu berbicara tentang ciri khas pengarang
menggunakan gaya bahasa dalam menyampaikan gagasanya yang sederhana dan
tidak berlebih-lebihan, tetapi bahasanya efektif dan membangun suatu
pendeskripsian terhadap sesuatu secara kongkret dalam imajinasi pengarang untuk
memperindah teks. Tanpa keindahan bahasa, karya sastra menjadi hambar.
Keindahan karya sastra dipengaruhi oleh kemampuan penulis memainkan bahasa.

2.2.2 Jenis-Jenis Gaya Bahasa


Gaya bahasa dapat dikategorikan dalam berbagai cara.lain penulis lain pula
klasifikasi yang dibuatnya. Tarigan (1990: 6) mengkategorikan gaya bahasa dalam
empat kelompok,yaitu (1) gaya bahasa perbandingan ,terdiri dari perumpamaan
(simile), metamofora, personifikasi, depersonifikasi, alegori, antitesis, pleonasme,
dan tautologi, perifrasis, prolepsis, koreksio, (2) gaya bahasa pertentangan ,terdiri
14

dari hiperbola, litotes, ironi, oksimoron, paronomasia, peralepsis, zeugma dan


silepsis, satire, inuendo, antifrasis, paradoks, klimaks, antiklimaks, apostrof,
apofasis, histeron proteron, hipalase, sinisme, sarkasme, (3) gaya bahasa
pertautan , terdiri dari metonimia, sinekdoke, alusi, eufimisme, eponim, epitet,
antonomasia, erotesis, pararelisme, elipsis, gradasi, aindeton, polisindeton, (4)
gaya bahasa perulangan ,terdiri dari aliterasi, asonansi, asonansi, antanaklasis,
kiasmus, epizeukis, tautotes, anafora,epistrofa, simploke, mesodilopsis,
epanalepsis, dan anadiplosis.
2.2.2.1 Gaya Bahasa Perbandingan
1) Perumpamaan ( Simile)
Tarigan (1990: 9) berpendapat bahwa perumpamaan adalah perbandingan
dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama. Itulah
sebabnya maka sering pula kata perumpamaan disamakan saja dengan
perumpamaan . perbandingan itu secara eksplisit dijelaskan oleh pemakain kata
.hal ini sependapat dengan pendapat Nurgiantoro (2010: 298) yang
mengemukakan bahwa simile menyaran pada adanya perbandingan yang langsung
dan eksplisit, dengan mengunakan kata-kata tugas tertentu sebagai penanda
keeksplisitan seperti: seperti, bagai, bagaikan, sebagai, laksana, mirip, dan
sebagainya. Pendapat tersebut menyiratkan bahwa simile merupakan gaya bahasa
yang membandingkan sesuatu dengan hal lain yang dianggap mempunyai
kemiripan atau sifat yang sama.

Contoh:

seperti air di daun keladi

ibarat mengejar bayangan

2) Metamofora
Metamofora ialah perbandingan yang implisit-jadi tanpa kata seperti atau
sebagai – diantara dua hal yang berbeda moeliono(dalam Tarigan, 1990: 15).
Metamofora adalah sejenis gaya bahasa perbandingan yang paling singkat, padat,
tersusun rapi, didalamnya terlihat dua gagasan:yang satu adalah suatu kenyataan,
15

suatu yang dipikirkan, yang menjadi obyek; dan yang satu lagi merupakan
perbandingan terhadap kenyataan tadi;dan kit menggantikan belakang itu menjadi
terdahulu tadi (Tarigan, 1990: 15 ). Hal demikian juga dikemukakan oleh
Nurgiantoro (2010: 299), bahwa metamofora merupakan gaya perbandingan yang
bersifat tidak langsung dan implisit. hubungan antara sesuatu yang dinyatakan
pertama dengan yang kedua hanya bersifat sugestif, tidak ada kata-kata penunjuk
perbandingan eksplisit. maka dapat dikatakan bahwa metamofora adalah gaya
bahasa yang berusaha membandingkan suatu hal dengan hal lain secara implisit.
Di dalam metamofora ada dua gagasan yang disaratkan secara singkat, padat dan
tersusun rapi. Gagasan pertama merupakan suatu kenyataan, sesuatu yang
dipikirkan, yang menjadi objek, dan gagasan berikutnya adalah pembanding
terhadap kenyataan itu.Metamofora adalah gaya bahasa yang memperbandingkan
suatu benda dengan benda lain (Badrun, 1983: 111).
Contoh:
Langkahnya yang lamban adalah langkah-langkah seorang kakek pikun.
3) Personafikasi
Tarigan (1990:17) mengemukakan bahwa personafikasi merupakan jenis
gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insani kepada barang yang bernyawa dan
ide yang abstrak.sama halnya yang dikemukakan oleh Nurgiantoro(2010: 299)
bahwa personifikasi merupakan gaya bahasa yang memberi sifat-sifat benda mati
dengan sifat-sifat seperti yang dimiliki oleh manusia sehinggah dapat bersifat dan
bertingkah laku sebagaimana halnya manusia.
Contoh:
Angin yang meraung
4) Depersonifikasi
Gaya bahasa depersonifikasi adalah kebalikan dari gaya bahasa
personifikasi atau penginsanan. (Tarigan, 1990: 21) kalau personafikasi
menginsankan atau memanusiakan benda-benda, maka depersonifikasi justru
membedakan manusia dengan insan. Biasanya gaya bahasa depersonifikasi ini
terdapat dalam kalimat pengandaian yang secara eksplisit memanfaatkan kata
kalau dan sejenisnya sebagai penjelas gagasan atau harapan.
16

Contoh:
Andai kamu menjadi langit, maka dia menjadi tanah.

5) Alegori
Alegori adalah cerita yang dikisahkan dalam lambang-lambang biasanya
mengandung sifat-sifat moral atau spritual manusia. Biasanya alegori merupakan
cerita-cerita yang panjang dan rumit dengan maksud dan tujuan yang terselubung
namun bagi pembaca yang jeli justru jelas dan nyata (Tarigan, 1990: 24). Menurut
nurgiantoro (2010: 232). alegori ialah cerita kiasan atau lukisan kiasan. Cerita
kiasan atau lukisan kiasan ini mengiasakan hal lain atau kejadian lain. Alegori
banyak terdapat dalam sajak-sajak pujangga baru. Namun pada waktu sekarang
banyak terdapat sajak-sajak indonesia modern. Alegori ini merupakan metamofora
yang dilanjutkan.

Contoh :
Cerita Adam dan Hawa
6) Antitesis
Antitesis adalah sejenis gaya bahasa yang mengadakan komparasi atau
perbandingan antara dua antonim yaitu kata-kata yang mengandung ciri-ciri
simantik yang bertentangan Ductrot dan Todorov (dalam Tarigan, 1990: 27).
Antitesis dimaksudkan untuk menyampaikan gagasan-gagasan yang bertentangan.
Ide yang bertentangan itu dapat diwujudkan kedalam kata atau kelompok kata
yang berlawanan misalnya, sebuah penuturan yang berbunyi: “Kita sudah
kehilangan banyak kesempatan, harga diri, dan air mata, namun dari situ pula kita
akan memperoleh pelajaran yang berharga” (Nurgiantoro, 2010: 302-303).
7) Pleonasme dan Tautologi
Pleonasme adalah pemakain kata yang mubazir(berlebihan), yang
sebenarnya tidak perlu (seperti menurut sepanjang adat; saling tolong
menolong).Poerwadarmita (dalam Tarigan, 1990: 29). Suatu acuan disebut
pleonasme bila kata yang berlebihan itu dihilangkan, artinya tetap utuh Keraf
(dalam Tarigan, 1990: 29). Dapat disimpulkan bahwa pleonasme adalah gaya
bahasa yang menggunakan bahasa itu secara berlebihan. Jika kata yang berlebihan
17

itu dihilangkan maka artinya tetap utuh.Tautologi adalah gaya bahasa yang
menggunakan kata yang berlebihan pada dasarnya mengandung perulangan dari
sebuah kata yang lain misalnya kami tiba dirumah jam 4.00 subuh.
8) Perifrasis
Perifrasis adalah gaya bahasa yang agak mirip dengan pleonasme.
Kedua-duanya menggunakan kata-kata lebih banyak dari pada yang dibutuhkan.
Walaupun begitu terdapat perbedaan yang penting antara keduanya. Pada gaya
bahasa perifrasis, kata-kata yang berlebihan itu pada prinsipnya dapat diganti
dengan sebuah kata saja. Keraf (dalam Tarigan, 1990: 31).
Contoh:
Pemuda itu menumpahkan segala isi hati dan harapan kepada gadis desa itu
(=cinta).
9) Prolepsis
Prolepsis disebut juga antisipasi adalah penetapan yang mendahului
tentang sesuatu yang akan dikerjakan atau akan terjadi. Misalnya “mengadakan
peminjaman uang pajak yang masih akan dipungut” (Tarigan , 1990: 33). Dengan
kata lain, prolepsis digunakan untuk menyatakan dua hal atau dua keadaan yang
berbeda. Keadaan pertama adalah keadaan yang telah terjadi dan keaadan kedua
adalah keadaan yang baru akan terjadi setelahnya.
10) Koreksio
Koreksio adalah gaya bahasa yang berwujud mula-mula ingin menegaskan
sesuatu, tetapi kemudian memeriksa dan memperbaiki mana-mana yang salah
(Tarigan, 1990: 35).
Contoh:
Dia benar-benar mencintai Neng Tetty, eh bukan, Neng Terry.
Pak Tarigan memang orang bali, eh bukan, orang Batak
(Tarigan, 1990: 35)
2.2.2.2 Gaya Bahasa Pertentangan
1) Hiperbola
Hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang
berlebih-lebihan jumlahnya, ukuran atau sifatnya dengan maksud memberikan
18

penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan


kesan dan pengaruhnya (Tarigan, 1990: 55). Seperti halnya Nurgiantoro (2010:
300), berpendapat bahwa hiperbola merupakan sesuatu cara penuturan yang
bertujuan menekankan maksud dengan sengaja melebih-lebihkannya. Berdasarkan
pendapat itu, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa merupakan suatu sarana yang
memungkinkan seseorang untuk mengungkapkan maksud yang disampaikan
dengan cara melebih-lebihkan pernyataan atau situasi yang ada.
Contoh :
Sempurnah sekali, tidak ada kekurangan suatu apapun(buat pengganti cantik)

Kurus kering, tiada daya kekurangan pangan (buat pengganti kelaparan) (Tarigan,
1990: 56).
2) Litotes
Litotes adalah kebalikan dari hiperbola, litoses sejenis gaya bahasa yang
mengandung pernyataan yang dikecil-kecilkan, dikurangi dari kenyataan yang
sebenarnya, misalnya untuk merendahkan diri(Tarigan, 1990: 58). Menurut
Moelino (dalam Tarigan, 1990: 58) litotes adalah gaya bahasa yang
pengungkapanya menyatakan sesuatu yang positif dengan bentuk yang negatif
atau bentuk yang bertentangan. Litotes mengurangi atau melemahkan kekuatan
pernyataan yang sebenarnya. Berdasarkan pendapat tentang litotes itu, maka dapat
dikatakan bahwa litotes merupakan gaya bahasa yang digunakan oleh seseorang
untuk menyampaikan maksud tertentu dengan cara mengecil-ngecilkan sesuatu
dari keadaan yang sebenarnya.
Contoh:
Jakarta sama sekali bukanlah kota yang kecil dan sepi.
Waktu mereka berdarmawisata ke Bandung,sempat juga mereka mengunjungi
gubuk kami yang kecil dan tua didekat lapanngan Gold Dago (Tarigan, 1990: 59).
3) Ironi
Moeliono (dalam Tarigan, 1990: 61) mengemukakan bahwa ironi adalah
gaya bahasa yang menyatakan makna yang bertentangan, dengan maksud berolok-
olok sementara itu, Tarigan (1990: 61) juga mengemukakan bahwa ironi adalah
19

sejenis gaya bahasa yang mengimplikasikan sesuatu yang nyata berbeda, bahkan
sering kali bertentangan yang sebenarnya dikatakan itu. Berdasarkan pendapat
Moelino dan Tarigan, dapat disimpulkan bahwa ironi adalah gaya bahasa
pertentangan yang digunakan seseorang untuk menyampaikan hal yang berbeda
dengan kenyataan yang ada dengan maksud untuk mengejek atau menjatuhkan
seseorang.
Contoh:
Aduh, bersihnya kamar ini, puntung rokok dan sobekan kertas bertebaran dilantai.
O, kamu cepat bangun, baru pukul sembilan pagi sekarang ini. (Tarigan, 1990:
62).
4) Oksimoron
Oksimoron adalah gaya bahasa semacam paradoks namun lebih singkat
dan padat, mengandung kata-kata yang berlawanan arti dalam sebuah
frase(Tarigan, 1990: 63). Kata oksimoron berasal dari bahasa latin okys yang
artinya tajam dan maros yang artinya goblok, atau gila. Oksimoron adalah suatu
acuan yang berusaha untuk menggabungkan kata-kata yang berlawanan dalam
frasa yang sama, dan sebab itu sifatnya lebih padat dan tajam dari paradoks.
Contoh:
Untuk menjadi manis seseorang harus menjadi kasar.
Dengan membisu seribu kata, maka sebenarnya berterik teriak agar diperlakukan
dengan adil (Keraf, 2006: 136)
5) Paranomasia
Ducrot dan Todorov (dalam Tarigan, 1990: 64) mengemukakan bahwa
gaya bahasa paranomasia adalah gaya bahasa yang berisi penjajaran kata-kata
yang berbunyi sama tetapi bermakna lain, kata-kata yang sama bunyinya tetapi
artinya berbeda . Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
dalam penggunaan gaya bahasa ini, pengarang berusaha mengungkapkan sesuatu
yang menggunakan kata-kata yang sama persis tetapi dalam kontruksi yang
berbeda, sehinggah walaupun katanya sama tetapi mengandung makna yang
berbeda.
Contoh:
20

Oh adinda sayang,akan kutanam bunga tanjung dan pantai tanjung dihatimu.


6) Paraipsis

Paralipsis adalah gaya bahasa yang merupakan suatu formula yang


dipergunakan sebagai suatu sarana untuk menerangkan bahwa seseorang tidak
mengatakan apa yang tersirat dalam kalimat itu sendiri (Tarigan, 1990: 66).
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan gaya bahasa
ini, digunakan ketika seseorang melakukan kesalahan atau mengatakan sesuatu,
namun hal yang salah tersebut diterangkan kembali dengan mengatakan hal yang
benar.
Contoh:
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa menolak doa kita ini, (maaf) bukan, maksud
saya mengabulkanya.
7) Zeugma dan Silepsis
Gaya bahasa yang mempergunakan dua kontruksi rapatan dengan cara
menghubungkan sebuah kata dengan dua atau lebih kata lain yang pada
hakikatnya hanya sebuah saja yang mempunyai hubungan dengan kata yang
pertama (Tarigan, 1990: 68). Walaupun begitu, terdapat perbedaan antara Zeugma
dan silepsis. Dalam zeugma terdapat gabungan gramatikal dua buah kata yang
mengandung ciri-ciri semantik yang bertentangan. Dengan kata lain zeugma
adalah kata yang dipakai untuk membawahi kedua kata berikutnya, sebenarnya
hanya cocok untuk salah satunya, baik secara logis maupun gramatikal.
Contoh:
Anak itu memang rajin dan malas di sekolah.
Paman saya nyata sekali bersifat sosial dan egois.
8) Satire
Satire merupakan suatu bentuk argumen yang bereaksi secara tidak
langsung, terkadang secara aneh bahkan ada kalanya dengan cara yang cukup lucu
yang menimbulkan tertawaan (Tarigan, 1990: 70). Satire dikenal terutama sebagai
bentuk suatu serangan, kita mengaharapkan menertawakan ketololan orang,
masyarakat, praktik-praktik, kebiasaan-kebiasaan serta lembaga-lembaga adat.
21

Satire merupakan penggunaan humor luas, parodi atau ironi untuk menertawakan
suatu masalah, lebih berbobot dari pada sekedar ejekan, satire berisi kritik moral
atau politik.
Contoh:
Kadang-kadang berdana pahit dan kuat.
Kadang-kadang berdana menusuk dan memalukan.
9) Inuendo
Inuendo adalah jenis gaya bahasa yang berupa sindiran dengan
mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Gaya bahasa ini menyatakan kritik
dengan sugesti yang tidak langsung, dan tidak menyakitkan hati kalau ditinjau
sekilas Keraf (dalam Tarigan, 1990: 73).
Contoh:
Jadinya sampai kini Neng Syarifah belum mendapatkan jodoh karena setiap ada
jejaka yang meminang,dia sedikit jual mahal.
10) Antifrasis
Antifrasis adalah gaya bahasa yang berupa penggunaan sebuah kata
dengan makna kebalikanya,Antifrasis akan dapat diketahui dan dipahami dengan
jelas bila pembaca atau penyimak dihadapkan pada kenyataan bahwa yang
dikatakan itu adalah sebaliknya (Tarigan, 1990: 75)
Contoh:
Bila diketahui bahwa yang hadir adalah seorang yang kurus, lalu dikatakan
bahwa si gendut telah hadir, maka jelas gaya bahasa tersebut adalah antifrasis.
11) Paradoks
Menurut Tarigan (1990: 77), Paradoks adalah gaya bahasa yang
mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada. Paradoks
adalah suatu kenyataan yang bagaimana pun diartikan selalu berakhir dengan
pertentangan.
Contoh:
Aku kesepian ditengah keramaian.
Teman akrab adakalahnya merupakan musuh sejati.
22

12) Klimaks
Klimaks adalah jenis gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan
pikiran yang setiap kali meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan
sebelumnya. Keraf (dalam Tarigan, 1990: 78)
Contoh:
Setiap guru yang berdiri dimuka kelas haruslah mengetahui, memahami, serta
menguasi bahan yang diajarkannya.
Seluru warga, mulai dari anak-anak, remaja hingga orang tua turut hadir dalam
acara pembukaan panti asuhan itu.
13) Antiklimaks
Antiklimaks merupakan suatu acuan yang berisi gagasan-gagasan yang
diurutkan dari yang terpenting berturut-turut kegagasan yang kurang
penting(Tarigan, 1990: 80).
Contoh:
Dia memang raja uang di daerah ini, seorang budak hawa nafsu dan keserakahan.
Pembangunan lima tahun itu telah dilancarkan serentak di ibu kota negara, ibu
kota, ibu kota provinsi, kabupaten, kecamatan dan semua desa diseluru indonesia
14) Apostrof
Apostrof adalah sejenis gaya bahasa yang berupa pengalihan amanat
dari yang hadir kepada yang tidak hadir (Tarigan, 1990: 83). Cara ini lazim
dipakai oleh orator klasik atau para dukun tradisional.
Contoh:
Wahai roh-roh nenek moyang kami yang berada di negeri atas, tengah, dan
dibawah, lindungilah warga desaku ini.
15) Anastrof atau Inversi
Anastrof atau Inversi adalah semacam gaya retoris yang diperoleh
dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kaliamat Keraf (dalam
Tarigan, 1990: 84) anastrof adalah gaya bahasa yang mendahulukan predikat
sebelum subjek dalam suatu kalimat. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat
dikatakan bahwa anastrof atau inversi adalah gaya bahasa yang meruba urutan
subjek=predikat menjadi predikat-subjek dalam sebuah konstruksi.
23

Contoh:
Merantaulah dia ke negeri seberang tanpa meninggalkan pesan apa-apa.
Kubelai rambutnya yang panjang. kamarmu
Bersih sekali kamarmu.
16) Apofasis
Apofasis atau disebut juga preterisio adalah gaya bahasa yang
dipergunakan oleh penulis, pengarang, atau pembicara untuk menegaskan sesuatu
tapi tampaknya menyangkalnya (Tarigan, 1990: 86). Gaya bahasa apofasis adalah
gaya bahasa yang seolah menyangkal
Contoh:
Saya tidak ingin menyingkapkan dalam rapat ini bahwa putrimu itu telah
berbadan dua.
17) Histeron Proten
Dalam tulisan ataupun percakapan, dalam menulis ataupun berbicara, ada
kalanya kita membalikan suatu yang logis, membalikan suatu yang wajar,
misalnya menempatkan pada awal peristiwa suatu yang sebenarnya terjadi
kemudian. Gaya bahasa ini disebut histeron proteron atau hiperbaton (Tarigan,
1990: 87). Histeron proten adalah gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari
sesuatu yang wajar (Keraf, 2013: 133).
Contoh:
pidato yang berapih-api pun keluarlah dari mulut orang yang berbicara terbata-
bata itu.
Dia membaca cerita itu dengan cepat dengan cara mengejanya kata demi kata.
18) Hipalase
Hipalase adalah sejenis gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari
suatu hubungan alamiah antara dua komponen gagasan Keraf (dalam Tarigan,
1990: 89). Dengan kata lain gaya bahasa hipalase terdiri atas dua konstruksi atau
lebih yang berusaha menerangkan suatu keadaan atau situasi yang terjadi dengan
menggunakan kata-kata yang sebenarnya kata tersebut lebih cocok untuk
menerangkan kata lain sehingga, jika dilihat sekilas kalimat tersebut tidak logis,
namun pernyataan itu mengandung tujuan lain.
24

Contoh:
Ia duduk pada sebuah bangku yang gelisah.(yang gelisah adalah ia,bukan bangku)
19) Sinisme
Sinisme adalah sejenis gaya bahasa yang berupa sindiran yang
berbentuk kesangsian mengandung ejakan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati
(Tarigan, 1990: 91). Hal ini sejalan dengan definisi sinisme yang diungkapka
warida (2014: 30) yang menyatakan bahwa sinisme adalah sindiran yang
berbentuk kesengsian cerita mengandung ejekan terhadap keiklasan dan ketulusan
hati.
Contoh:
Jelas andalan gadis yang tercantik disejagat raya ini yang mampu menundukan
segalah jejaka dibawah telapak kakimu diseantero dunia ini.
Sudah, hentikan bujuk rayumu karena hanya membuatku semakin sakit.
20) Sarkasme
Sarkasme adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung olok-olok atau
sindiran pedas dan menyakitkan hati Poerwadarminta (dalam Tarigan, 1990: 92)
Contoh:
Mulutmu harimaumu.
Tingkah lakukumu memalukan kami.
Cara dudukmu menghina kami.

2.2.2.3 Gaya Bahasa Pertautan


1) Metonimia
Metonimia adalah gaya bahasa yang memakai nama ciri atau nama hal
yang ditautkan dengan nama orang, barang, atau hal, sebagai penggantinya
(Tarigan, 1990: 123). Gaya bahasa metonimia adalah sejenis gaya bahasa yang
menggunakan nama suatu barang bagi suatu yang lain berkaitan erat dengannya
dalam metonimia suatu barang disebutkan, tetapi yang dimaksud barang lain.
(Tarigan, 2013: 121) metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan nama
merek atau atribut tertentu untuk menyebut suatu benda.
25

Contoh:
Terkadang pena justru lebih tajam dari pada pedang.
Bentuknya semakin parah karena sering menghisap jarum
2) Sinekdoke
Sinekdoke adalah gaya bahasa yang menyebutkan nama bagian sebagai
nama keseluruhannya, atau sebaliknya Moeliono (dalam Tarigan,1990: 124).
Gaya bahasa ini terbagi atas pars pro tato yaitu keseluruhan untuk sebagian dan
totem pro parte yaitu keseluruhan untuk sebagian
Contoh:
Setiap tahun makin banyak mulut yang harus diberi makan ditanah Air kita ini.
Pars pro tato: ina membeli lima biji duku manis
Totem pro parte: pertandingan sepakbola antara Brazill melawan Argentina
berakhir seri 0-0
3) Alusi
Alusi adalah gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung kesuatu
peristiwa atau tokoh berdasarkan peranggapan adanya pengetahuan bersama yang
dimiliki oleh pengarang dan pembaca serta adanya kemampun para pembaca
untuk menangkap pengacuan itu (Tarigan, 1990: 126). Alusi adalah gaya bahasa
yang berusaha menyugestikan kesamaan antara orang, dan tempat, atau peristiwa.
Contoh:
Saya ngeri membayangkan kembali parawisata westerling disulawesi selatan.
Peristiwa 12 mei 1998 menjadi lembaran hitam dalam perjalan sejarah republik
indonesia.
4) Eufemisme
Eufemisme adalah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan
yang dirasa kasar yang dianggap merugikan, atau yang tidak menyenangkan
(Nurgiantoro, 1990: 128)
Contoh:
Tuna aksara pengganti buta huruf.
Tuna wisma pengganti gelandangan.
26

5) Eponim
Eponim adalah semacam gaya bahasa yang mengandung nama seseorang
yang begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai
untuk menanyakan sifat itu.
Contoh:
Hercules menyatakan kekuatan.
Dewi Sri menyatakan kesuburan.
6) Epitet
Epitet adalah semacam gaya bahasa yang mengandung acuan yang
menyatakan suatu sifat atau ciri yang khas dari seseorang atau suatu
hal.keterangan itu merupakan suatu frase deskriptif yang memerikan atau
mengantikan nama sesuatu benda atau nama seseorang (Tarigan, 1990: 130).
Contoh:
Lonceng pagi bursahut-sahutan didesa terpencil ini menyongsong mentari bersinar
menerangi alam.
Lonceng pagi = ayam jantan
Putri malam menyambut kedatangan para remaja yang sedang diamuk asmara
(puri malam = bulan)

7) Antonomasia

Antonomasia adalah semacam gaya bahasa yang merupakan bentuk khusus


dari sinekdoke yang berupa pemakaian sebuah epitet untuk menggantikan nama
diri atau gelar resmi, atau jabatan untuk menggantikan nama diri.dengan
perkataan lain,antonomasia adalah gaya bahasa yang merupakan penggunaan
gelar resmi atau jabatan sebagai pengganti nama diri.
Contoh:
Gubernur Sumatra Utara akan meresmikan pembukaan seminar Adat Karo di
Kabanjahe bulan depan.
8) Erotesis
Erotesis adalah sejenis gaya bahasa yang berupa pertanyaan yang
dipergunakan dalam tulisan atau pidato yang bertujuan untuk mencapai efek yang
27

lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menuntut suatu
jawaban (Tarigan, 1990: 134).
Contoh:
Soal ujian tidak sesuai dengan bahan pembelajaran. herankah kita jika nilai
pembelajaran Bahasa Indonesia pada Ebtanas tahun 1985 ini sangat merosot?
9) Paralelisme
Paralelisme adalah semacam gaya bahasa yang berusaha mencapai
kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frase-frase yang menduduki fungsi
yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama. Kesejajaran tersebut dapat pula
berbentuk anak kalimat yang tergantung pada sebuah induk kalimat yang sama.
Gaya bahasa ini lahir dari struktur kalimat yang berimbang Keraf (dalam Tarigan,
1990: 136)
Contoh:
Baik kaum pria maupun kaum wanita mempunyai hak dan kewajiban yang sama
secara hukum.
10) Elipsis
Elipsis adalah gaya bahasa yang didalamnya dilaksanakan penggalan
atau kata-kata yang memenuhi bentuk kalimat berdasarkan tata bahasa. Atau
dengan kata lain elipsis adalah penghilangan salah satu atau beberapa unsur
penting dalam kontruksi sintaksis yang lengkap Ductrov dan Todorov (dalam
Tarigan, 1990: 138).
Contoh:
Mereka ke jakarta minggu yang lalu. (penghilangan predikat: pergi, berangkat).
11) Gradasi
Gradasi adalah gaya bahasa yang mengandung suatu rangkaian atau
urutan (palin sedikit tiga) kata atau istilah yang secara sintaksis bersamaan yang
mempunyai satu atau beberapa ciri-ciri simantik secara umum dan yang
diantaranya paling sedikit satu ciri diualang-ulang dengan perubahan-perubahan
yang bersifat kuantitatif Ducrot dan Todorov (dalam Tarigan ,1990: 140).
28

Contoh:
Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu bahwa
kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji,
tahan uji menimbulkan harapan.
12) Asindeton
Asindeton adalah semacam gaya bahasa yang berupa acuan padat dan
mampat dimana beberapa kata, frase, atau klausa yang sedang sederajat tidak
dihubungkan dengan kata sambung. Bentuk-bentuk tersebut biasanya dipisahkan
saja oleh tanda koma (Tarigan, 1990: 142).
Contoh:
Tujuan instruksional, materi pelajaran, kualitas guru, metode yang serasi, media
pengajaran, pengelolaan kelas, evaluasi yang cocok, turut menentukan
keberhasilan suatu proses belajar mengajar.
Ayah, ibu, anak merupakan inti suatu keluarga.
13) Polisindeton
Polisindeton adalah suatu gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari
asindeton.dalam polisindeton beberapa kata, frase, atau klausa yang berurutan
dihubungkan satu sama lain dengan kata-kata sambung(Tarigan, 1990: 143).
Contoh:
Istri saya menanam nangka dan jambu dan cengkeh dan pepaya di pekarangan
rumah kami.

2.2.2.4 Gaya Bahasa Perulangan

1) Aliterasi
Aliterasi adalah sejenis gaya bahasa yang memanfaatkan purwakanti atau
pemakaian kata-kata yang permulaannya sama bunyinya(Tarigan, 1990: 181).
Aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang
sama. Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa, untuk
perhiasan atau penekanan Keraf (dalam Tarigan, 1990:181). Aliterasi adalah
pengulangan konsonan pada awal kata secara berurutan.
29

Contoh:
Dara damba daku
Datang dari danau
Mengalir, menimbu, mendesak
2) Asonansi
Asonansi adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan
vokal yang sama. Biasanya dipakai dalam karya puisi ataupun dalam prosa untuk
memperoleh efek penekanan atau menyelamatkan keindahan (Tarigan, 1990:
182).
Contoh:
Muka muda mudah muram.
Tiada siaga tiada biasa.
Jaga harga tahan hati
3) Antanaklasis
Antanaklasis adalah gaya bahasa yang mengandung ulangan kata yang
sama dengan makna yang berbeda Ducrot dan Todorov (dalam Tarigan, 1990:
185).
Contoh:
Buah bajunya terlepas membuat buah dadanya hampir-hampir kelihatan.
Saya selalu membawa buah tangan buat buah hati saya, kalau saya pulang dari
luar kota.
Ada dua buah rumah kaca dihalaman rumah pak saiman.
4) Kiasmus
Kiasmus adalah gaya bahasa yang berisikan perulangan dan sekaligus
pula merupakan inversi hubungan antara dua kata dalam satu kalimat Ducrot dan
Todorov (dalam Tarigan, 1990: 187).
Contoh:
Yang kaya merasa dirinya miskin, sedangkan yang miskin menganggap dirinya
kaya.
Sudah lazim dalam hidup ini bahwa orang pintar mengaku bodoh, tetapi orang
bodoh merasa dirinya pintar.
30

5) Epizeukis
Epizeukis adalah gaya bahasa perulangan yang bersifat langsung, yaitu
kata yang ditekankan atau dipentinkan diulang beberapa kali berturut-turut
(Tarigan, 1990: 188).
Contoh:
Ingat, kamu harus bertobat, sekali lagi bertobat agar dosa-dosamu diampuni oleh
tuhan yang maha kuasa dan maha pengasih.
Anak-anakku semua, kalian memang harus rajin belajar, rajin belajar, ya rajin
belajar, agar kalian lulus dalam ujian tahun depan.
6) Tautotes
Tautotes adalah gaya bahasa perulangan atau repetisi atas sebuah kata
berulang-ulang dalam sebuah kontruksi Keraf (dalam Tarigan, 1990: 190).
Contoh:
Iran menyerang Iraq, Iraq menyerang Iran, Iran dan Iraq saling menyerang, Iran
dan Iraq bermusuhan terus
Aku menuduh kamu, kamu menuduh aku, aku dan kamu saling menuduh, kamu
dan aku berseteru.
7) Anafora
Anafora adalah gaya bahasa repitisi yang berupa perulangan kata pertama
pada setiap baris atau setiap kalimat(Tarigan, 1990: 192).
Contoh:
Lupakah engkau bahwa merekalah yang membesarkan dan mengasuhmu?
Lupakah engkau bahwa keluarga itulah yang menyekolahkanmu sampai ke
perguruan tinggi? Lupakah engkau bahwa mereka pula yang mengawinkanmu
dengan istrimu? Lupakah engkau akan segala budi baik mereka itu kepadamu?
8) Epistofa
Epistrofa adlah semacam gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan
kata atau frase pada akhir baris atau kalimat berurutan. (Tarigan,1990:194).
Contoh :
Kehidupan dalam keluarga adala sandiwara
Cintmu padaku pada prinsipnya adalah sandiwara
31

Seminar lokakarya, simposium adalah sandiwara


Proses belajar mengajar di dalam kelas adalah sandiwara
Pendeknya hidup kita ini adalah sandiwara
Kemarin adalah hari ini
Besok adalah hari ini
9) Simploke
Simploke adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan
pada awal dan akhir beberapa baris atau kalimat atu berturut-turut Keraf (dalam
Tarigan,1990:196).
Contoh :
Kau katakan aku wanita pelacur. Aku katakan biarlah
Kau katakan aku wanita mesum. Aku katakan biarlah
Kau katakan aku sampah masyarakat. Aku katakan biarlah
Kau katakan aku penuh dosa. Aku katakan biarlah
Ibu bilang saya pemalas, saya bilang biar saja
Ibu bilang saya manja, saya bilang biar saja
10) Mesodilipsis
Mesodilopsis adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud
perulangan kata atau frase di tengah-tengah baris atau beberapa kalimat berurutan
(Taligan,1990:198)
Contoh :
Para pendidik harus meningkatkan kecerdasan bangsa
Para dokter harus meningkatkan kesehatan masyarakat
Para petani harus meningkatkan hasil sawah-ladang
Para pengusaha harus meningkatkan hasil usahanya
Polisi R.I harus meningkatkan keamanan umum
Seluruh rakyat harus meningkatkan pembangunan di segala bidang
Orang tua tidak boleh menfitnah anaknya
Temanmu tidak boleh menfitnah kamu
32

11) Epanalepsis
Epanelepsis adalah semacam gaya bahasa repetisi yang berupa
perulangan kata dari baris, klausa atau kalimat menjadi kalimat terakhir (Tarigan,
1990:201).
Contoh :
Saya akan tetap berusaha mencapai cita-cita saya
Kami sama sekali tidak melupakan amanat nenek kami
12) Enadiplosis
Anadiplosis adalah sejenis gaya bahsasa repetisi di mana kata atau frase
terakhir dari suatu klausa atau kalimat menjadi kata atau frase pertama dari klausa
atau kalimat berikutnya (Tarigan 1990:203)
Contoh :
Dalam raga ada darah
Dalam darah bada tenaga
Dalam tenaga ada daya
Dalam daya ada segala
Berdasarkan urian mengenai jenis-jenis gaya bahasa tersebut dapat
disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah cara pengungkapan dengan bahasa-
bahasa yang khas untuk menuangkan sebuah gagasan sehingga menciptakan efek-
efek tertentu kepada para pembaca atau pendengar. Setelah membaca novel
Sebuah Usaha Melupakan, gaya bahasa yang paling dominan dalam novel
sebuahusaha melupakan adalah sarkasme disusul simile, personifikasi, hiperbola,
dan metamofora. Pemanfaatan ragam gaya bahasa tersebut dimaksudkan oleh
pengarang untuk menghasilkan imaji tambahan dalam mengemas sebuah cerita
yang abstrak menjadi kongkret dan menjadikan novel menjadikan novel lebih
nikmat dibaca.

2.3 Pendekatan Stuktural (Objektif )


Pendekatan struktural atau sering juga dinamakan pendekatan objektif,
pendekatan formal, atau pendekatan analitik, bertolak dari asumsi dasar bahwa
karya sastra sebagai karya kreatif memiliki otonomi penuh yang harus dilihat
33

sebagai suatu sosok yang berdiri sendiri terlepas dari hal-hal lain yang berada
diluar dirinya (Riswandi, 2010: 62). Pendekatan objektif adalah pendekatan yang
menfokuskan perhatian kepada karya sastra itu sendiri (Wiyatmi, 2009: 87).
Pendekatan objektif adalah pendekatan yang menelaah karya sastra dari segi unsur
demi unsur secara terpisah.bila hendak dikaji atau diteliti, maka yang harus dikaji
dan diteliti menggunakan pendektan ini adalah aspek yang membangun karya
sastra seperti tema, alur, latar, penokohan, gaya penulisan, gaya bahasa , serta
hubungan harmonis antar aspek yang mampu membuatnya menjadi sebuah karya
sastra. Hal-hal yang bersifat ekstrensik harus di kesampingkan karena unsur
ekstrensik tidak punya kaitanya langsung dalam struktur karya sastra tersebut.
34

BAB III
METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

3.1 Jenis dan Metode penelitian

3.1.1 Jenis penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kepustakaan (Libary Research). Dikatakan kajian kepustakaan karena kajian
dalam penelitian ini berupa data tertulis dan kegiatan dalam menncari,
mengumpulkan, dan mendapatkan data-data yang diperlukan dengan cara
menelaah dan menganalisis penggunaan gaya bahasa dalam novel Sebuah Usaha
Melupakan karya Boy Candra.

3.1.2 Metode Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian kepustakaan, karena penelitian ini


didukung oleh reverensi teks novel maupun sumber buku penunjang lainya yang
mencangkup masalah dalam penelitian ini. Penelitian kepustakaan adalah
penelitian yang objeknya berupa buku, data berbentuk manuskrip, dan internet.

3.2 Data Dan Sumber Data Penelitian


3.2.1 Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tertulis berupa teks
novel yang memuat gaya bahasa dalam novel Sebuah Usaha Melupakan karya
Boy Candra.
35

3.2.2 Sumber Data Penelitian


Sumber data penelitian ini adalah sumber data tertulis dalam novel sebuah
usaha melupakan yang diterbitkan oleh penerbit Mediakita Jakarta cetakan
pertama 2016 dan terdiri dari 305 halaman.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Teknik baca, yakni membaca secara analisisnovel dalam novel Sebuah Usaha
Melupakan karya Boy Candra.
2. Teknik catat, yakni mencatat data-data tentang gaya bahasa yang terdapat
dalam novel Sebuah Usaha Melupakan karya Boy Candra.

3.4 Teknik Analisis Data


Analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan objektif.
Pendekatan nobjektif yaitu suatu pendekatan yang digunakan dalam rangka
mengkaji unsur gaya bahsa yang digunakan pengarang dan berusaha mengkaji
muatan makna yang terkandung dalam novel Sebuah Usaha Melupakan karya
Boy Candra.
Dalam penelitian ini yang menjadi Objek utama yang akan dianalisis
adalah gaya bahasa dalam naskah novel Sebuah Usaha Melupakan karya Boy
Candra.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data sebagai
berikut.
1. Setelah membaca novel, peneliti mengidentifikasi data mengenai gaya bahasa
dan diberikan kode.
2. Klasifikasi data, yaitu mengklasifikasi atau mengelompokan data berdasarkan
permasalahan dalam penelitian dalam hal ini adalah data mengenai gaya bahasa
dalam novel Sebuah Usaha Melupakan karya Boy Candra.
3. Deskripsi data, yaitu memaparkan data mengenai gaya bahasa yang telah
diklasifikasi atau dikelompokan dalam bentuk kebahasan.
36

4. Interpetasi data, yaitu proses penafsiran data menggunakan bahasa penelitian


sendiri mengenai gaya bahasa dalam novel Sebuah Usaha Melupakan karya
Boy Candra.
37

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Gaya Bahasa dalam Novel Sebuah Usaha Melupakan Karya Boy
Candra
Novel sebuah usaha melupakan karya Boy Candra menceritakan tentang
seorang laki-laki yang sangat mencintai pasangannya, diawalnya dia memuji dan
mengeluhkan pasangannya dengan kata-kata manis, pujian dan cinta, meski
mereka berhubungan jarak jauh, hubungan mereka manis, penuh janji dan
harapan. Namun ketika laki-laki dihianati oleh pasangannya akibat kehadiran
orang ketiga, dia berubah menjadi pembenci, dan berkata kasar. Laki-laki yang
tadinya sangat romantis, manis, dan penuh dengan kata-kata pujian tentang
bagaimana bahagianya dia menemukan pasanganya, beralih mengeluarkan kata-
kata yang kasar, dan kemudian bagaimana si laki-laki berjuang untuk
menyembuhkan luka akibat perpisahan tersebut hingga dia dapat menyembuhkan
luka dengan jatuh cinta kembali, menemukan cinta yang baru.

Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu analisis Gaya bahasa dalam Novel
Sebuah Usaha Melupakan karya Boy Candra, maka peneliti akan membahas gaya
bahasa apa sajakah yang digunakan dalam novel ini. Penelitian ini dibatasi hanya
pada dua kelompok gaya bahasa perbandingan dan gaya bahasa pertentangan.
Adapun gaya bahasa perbandingan dan pertentangan yang terdapat dalam novel
Sebuah Usaha Melupakan karya Boy Candra adalah sebagai berikut.
38

4.1.1 Gaya Bahasa Perbandingan dalam Novel Sebuah Usaha Melupakan


karya Boy Candra

4.1.1.1 Analisis Data Gaya Bahasa Perbandingan dalam Novel Sebuah


usaha melupakan

Berdasarkan analisis gaya bahasa perbandingan dalam novel Sebuah


Usaha Melupakan karya Boy Candra, peneliti menemukan.

1. Gaya Bahasa Metamofora

Gaya bahasa metamofora adalah gaya bahasa yang membandingkan dua


hal yang berbeda seolah dianggap sama. Penggambaran perbandingan tersebut
dilukiskan secara implisit yaitu tanpa kata seperti, bak, ibarat, dan lain-lain
sebagai penanda perbandingan diantara dua hal yang berbeda tersebut.

1) Kamu sudah menjadi pisau yang menikam dadaku. (halaman 123).


Data diatas termaksud gaya bahasa metamofora karena membandingkan mantanya
dengan pisau. pisau adalah alat yang digunakan untuk memotong sebuah benda.
Pada dasarnya data diatas menggambarkan tentang keadaan lelaki yang telah
dihianati oleh mantanya terbahulu yang bagaikan pisau yang menikam dadanya.

2) Kau hanyalah benang-benang yang menyatu menjadi kenang. (halaman 137).


Data diatas merupakan gaya bahasa metamofora karena menjandingkan mantanya
dengan benang. Benang adalah sebuah serat yang panjang, digunakan untuki
memproduksi tekstil penjahitan, penenunan dan pembuatan tambang. Makna
sebenarya adalah dia hanya sebagian ingatan-ingtan keci yang masih ada dalam
kenanganya.

3) Kamulah yang ingin kujadikan rumah bagi semua pulangku. (halaman 67).
Data diatas merupakan gaya bahasa metamofora. Karena membandingkan
kekasihnya dengan rumah. Rumah adalah adalah salah satu bangunan yang
dijadikan tempat tinggal selama jangka waktu tertentu. Makna sebenarnya adalah
dia ingin menjadikan kekasihnya sebagai pasangan hidupnya.
39

2.Gaya Bahasa Personifikasi

Gaya bahasa personifikasi adalah gaya bahasa yang memberi sifat-sifat


benda mati dengan sifat-sifat seperti yang dimiliki oleh manusia sehingga dapat
bersifat dan bertingkah laku sebagaimana halnya manusia.
1) Menikmati angin yang bertiup lembut atau menatap senja diujung pantai yang
tak begitu ramai. (halaman 11).

Pada data tersebut yang menyatakan angin yang bertiup lembut mengandung gaya
bahasa personifikasi. Jika kita baca sekilas maka kita tidak akan memahami apa
yang ingin disampaikan oleh pengarang, maka dari itu kita dituntut untuk
berimajinasi. Angin tidak memiki mulut untuk dapat bertiup lembut seperti
manusia yang dapat meniup lembut menggunakan mulut. Keadaan tersebut
menggambarkan tentang seseorang yang sedang menikmati hembumbusan angin
dipinggir pantai yang tak begitu ramai.

2) Curiga sering kali melahirkan ketakutan yang berlebihan namun


disembunyikan. (halaman 32).

Pada data curiga sering kali melahirkan ketakutan yang berlebihan namun
disembunyikan terdapat gaya bahasa personifikasi yaitu kata melahirkan
seharusnya kata itu merupakan tindakan yang dilakukan oleh manusia. Tetapi
pada konteks ini curiga seolah dapat hidup dan dapat melahirkan seperti layaknya
seorang manusia. Pada konteksnya data diatas menggambarkan tentang
bagaimana si lekaki mengingatkan kepada si perembuan tentang perasaan curiga
dapat melahirkan ketakutan yang berlebihan sehingga dapat merusak hubungan.

3) Lalu menjelma menjadi api-api pertengkaran. (halaman 33).

Data diatas merupakan dipersonifikasi karena kata pertengkaran merupakan


tindakan yang dilakukan oleh sesama manusia. Api diandaikan seperti manusia
yang dapat bertengkar layaknya seperti manusia sementara api itu adalah oksidasi
cepat terhadap material dalam proses pembakaran kimiawi, yang menghasilkan
panas, cahaya dan berbagai hasil reaksi kimia lainya. Berdasarkan konteknya data
40

diatas menggambarkan tentang bagaimana cemburu dapat berubah menjadi hal-


hal yang menakutkan seperti pertengkaran.

4) Pada hari itu dan seterusnya tak akan lagi ku biarkan jarak membuat sedih air
matamu. (halaman 37).

Data ke empat, pengarang mengandaikan jarak dapat sedih. Sedih merupakan


perasaan manusia yang menyatakan kecewa atau frustasi terhadap seseorang atau
sesuatu. Sedangkan jarak adalah suatu angka yang menunjukan seberapa jauh
suatu benda berubah posisi melalui suatu lintasan tertentu. pada konteksnya data
diatas menggambarkan tentang janji seorang laki –laki yang tak akan membuat
pasangannya sedih karena jarak yang jauh.

5) Rindu padamu semakin menusuk seisi dadaku. (halaman 96).

Pada data diatas pengarang mengandaikan sebuah rindu yang abstrak seolah dapat
menusuk. Menusuk merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manusia dengan cara
mencocok dengan barang yang runcing. Sedangkan rindu merupakan suatu rasa
yang tak terlihat wujudnya melainkan dapat hanya dapat dirasakan. Namun pada
data diatas yang menusuk bukanlah tangan melinkan rindu yang dibuat seperti
manusia yang bisa bergerak. Pada konteksnya data diatas menggambarkan tentang
bagiamana seorang laki-laki yang menahan rindu ingin bertemu yang begitu
dalam kepada pasanganya.

6) Semoga waktu dapat menenangkan jiwamu, dan membuka hatimu kembali.


(halaman 87).

Pada data diatas pengarang mengandaikan dapat menengkan seperti sifat


manusia. Waktu merupakan seluru rangkaian ketika prorses, perbuatan atau
keadaan berada atau berlangsung. Sementara menenangkan merupakan sifat
manusia untuk meredakan atau menentramkan hati. Pada konteksnya data diatas
mengambarkan tentang seorang laki-laki yang berharap dengan berjalanya waktu
dapat membuat si perempuan menenangkan dan membuka hatinya.
41

7) Semoga waktu dan rindu kembali membawamu pulang. (halaman 101).

Pada data diatas pengarang mengandaikan waktu dan rindu dapat bertindak seperti
manusia. Waktu dan rindu merupakan perasaan yang abstrak yang tidak dapat
dilihat dan dirasakan. Sedangkan membawa merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh manusia yaitu memegang atau mengangkat sesuatu sambil berjalan dari suatu
tempat ketempat lain. Pada konteksnya data diatas menggambarkn tentang
keadaan waktu dan kerinduan terhapat pasangannya dapat membuat perempuan
pulang dan kembali lagi kepada si lelaki.

8) Disuasana pagi yang senja yang sama, disetiap embusan angin yang tak mampu
membuat rindu reda. (halaman 103).

Pada data diatas embusan angin yang tak mampu membuat rindu reda
mengandung gaya bahasa dipersonifikasi. Kontruksi ini jika dibaca sekilas maka
tidak akan memahami apa yang dimaksud yang ingin disampaikan oleh
pengarang. Maka dari itu kita dituntut untuk berimajinasi. Angin tidak memiliki
hidung untuk menghembuskan udara seperti manusia yang dapat mengembuskan
nafas. Pada konteksnya data diatas menggambarkan tentang perasaan lekaki yang
menikmati embusan angin yang sediki-sedikit dapat membuat sedikit rindunya
redah.

9) Jika nanti semesta bercanda dan mempertemukan kita lagi. (halaman 125).

Pada data diatas jika nanti semesta bercanda dan mempertemukan kita lagi
mengandung gaya bahasa personofikasi. Semesta disebut pula jagat raya atau
universal merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan seluru ruang
waktu kontinu tempat kita berada, dengan energi dan materi yang dimilikinya
pada pertengahan pertama abad ke 20. Sementara bercanda adalah sifat manusia
yaitu melakukan sesuatu yang bukan kewajiban tapi kemauan yang dilakukan
dengan maksud untuk bergembira bukan untuk serius. Pada konteksnya data
diatas menggambarkan tentang keadaan dimana laki-laki yang bertemu dan
memafaakan mantanya yang pergi meninggalkanya karena laki-laki lain meski
semesta ingin mempertemukanya.
42

10) Puisi-puisi akan menjelma rindu (halaman 140).

Data ke 10 merupakan gaya bahasa personifikasi. Puisi adalah suatu karya sastra
tertulis dimana isinya merupakan ungkapan perasaan seorang penyair dengan
menggunkan bahasa yang bermakna semantis serta mengandung irama, rima, dan
ritma dalam penyusunan larik dan baitnya. Sementara rindu merupakan sifat
manusia yaitu perasaan seseorang yang menginginkan sesuatu, misalnya bertemu,
ingin memandang, mendengar kepada objek yang puja-puja. Pada konteksnya data
diatas mengambarkan bagaimana si lelaki mencurahkan perasaanya melalui puisi
yang dapat menjelma menjadi rindu.

11) Biarlah, puisi dan kata-kata yang akan mengejarmu tanpa perlu memenjara.
(halaman 185).

Data diatas merupakan gaya bahasa personifikasi. Puisi adalah suatu karya sastra
tertulis dimana isinya merupakan ungkapan perasaan seorang penyair dengan
menggunkan bahasa yang bermakna semantis serta mengandung irama, rima, dan
ritma dalam penyusunan larik dan baitnya. kata-kata merupakan kumpulan
beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI (Kamus Besar
Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucap atau dituliskan yang
merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam
berbahasa. Sementara mengejar adalah sifat manusia yaitu berlari untuk menyusul
( menangkap). Pada konteksnya data diatas menggambarkan tentang bagaiamana
cara si lelaki membalas pembuatan mantaanya dengan membuat puisi yang akan
membuat si wanita menyesal dan merasa bersalah dengan apa yang tengah ia
perbuat dahulu kepadanya.

12) Daun yang kerap mendoakanmu agar bahagia ini, akhirnya harus sendirian
menerima sedih. (halaman 226).

Data diatas merupakan gaya bahasa peronifikasi. Daun merupakan salah satu
organ tumbuhan yang tumbuh dari ranting, biasanya berwarna hijau (mengandung
klorofil) dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari
untuk fotosintesis. Sedangkan mendoakan adalah sifat manusia yaitu
43

memohonkan berkat dan sebagainya kepada tuhan (dengan membaca atau


mengucapkan doa). Pada konteksnya data diatas menggambarkan tentang
perasaan seorang laki-laki yang merasa kecewa kerena bagaimana mungkin dia
yang selalu mendokanmu agar selalu bahagia kau tinggak begitu saja karna lelaki
lain.

13) Rindu bisa membunuhmu hanya dengan ingatan. (halaman 230).

Data diatas merupan gaya bahasa personifikasi. Rindu adalah perasaan yang
abstrak dan tidak dapat dilihat tapi cuma dapat dirasakan. Dan sementara
membunuh adalah suatu tindakan untuk menghilangkan nyawa seseorang dengan
cara melangggar hukum. Maksud dan tujuan pernyataan adalah hanya dengan
rintu tentang ingatan-ingatan dapat melukai bahkan membunuh seseorang dengan
perlahan. Pada konteksnya data diatas menggambarkan tentang bagaiman rindu
dapat membunuh seseorang.

14) Masa lalu yang sekarat pun sudah tak lagi anggap perlu. (halaman 243).

Data diatas merupakan gaya bahasa personifikasi. Masa lalu adalah istilah yang
digunakan untuk menunjukan totalitas peristiwa yang terjadi sebelum suatu titik
waktu. Sedangkan sekarat adalah dimana manusia berada dalam keadaan saat-saat
menjelang kematian (menjelang ajal tiba). Pada konteksnya data diatas
menggambarkan tentang bagaimana masa lalu yang dulu pernah dilalui sudah
tidak perlu diingat lagi.

15) Meski jarak dan waktu kadang melahirkan cemburu. (halaman 282).

Data diatas merupakan gaya bahasa personifikasi. Jarak merupakan adalah angka
yang menunjukan seberapa jauh suatu benda berubah posisi melalui suatu lintasan
tertentu. Sementara waktu merupakan seluru rangkain saat ketika berproses,
perbutan, atau keadaaan berada atau berlangsung. Sedangkan melahirkan adalah
proses keluarnya janin dari dalam rahim kedalam dunia luar. Pada konteksnya
data diatasbmenggambarkan tentang bagaimana jarak dan waktu karna jarang
ketemu dapat membuat seseorang curiga dan cemburu.
44

16) Kering kerontang mampu membunuh tubuhku perlahan.

Data diatas merupakan gaya bahasa personifikasi. Kering kerontang adalah kering
sekali (tentang air disungai, sawah, dam sebagainya). Sementara membunuh
merupakan sifat yang dilakukan manusia yaitu suatu tindakan untuk
menghilangkan nyawa seseorang dengan cara melanggar hukum, maupun yang
tidak melanggar hukum. Pada konteksnya data diatas menggarbarkan bagaiamana
perasaan si lelaki yang sangat ingin rindu dan ingin bertemu karena rindu dapat
membununya secara pelahan’

17) Kubiarkan saja cemas dan gemuruh berperang didadaku meski kadang tak
tertahankan.

Data diatas merupakan gaya behasa personofikasi. Cemas merupakan suatu yang
abstrak Cuma dapat dirasakan tapi tdk dapat dilihat yakni respon individu
terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dalam kehidupan sehari.
Sementara gemuruh berarti menderu-deru seperti bunyi guruh atau suara ombak
besar mengalun menepis dipantai. Berperang yakni sebuah aksi fisik dan non fisik
(dalam arti sempit adalah kondisi permusuhan dengan menggunakan kekerasan)
antara dua atau lebih kelompok manusia untuk melakukan dominasi diwilayah
yang dipertentangkan. Pada konteksnya data diatas menggambarkan tentang
bagaiman kecemasan yang dialami si lelaki.

3) Gaya Bahasa Dipersonifikasi

Gaya bahasa dipersonifikasi adalah kebalikan dari gaya bahasa personifikasi atau
penginsanan kalau personifikasi menginsankan atau memanusiakan benda-benda,
maka depersonifikasi justru membedakan manusia dengan insan. Biasanya gaya
bahasa depersonifikasi ini terdapat dalam kalimat pengandaian yang secara
eksplisit memanfaatkan kata kalau dan sejenisnya sebagai penjelas gagasan atau
harapan.

1) Biarlah aku menjadi abu, kau tetap menjadi api, berkali-kali membakar
rinduku. (halaman 145).
45

Data diatas merupakan gaya bahasa dipersonifikasi. Pernyataan yang menunjukan


gaya bahasa dipersonifikasi adalah biarlah aku menjadi abu, kau tetap menjadi
api, berkali-kali membakar rinduku. Abu adalah nama yang diberikan kepada
residon cair yang tersisa setelah sampel dibakar, dan sebagian besar terdiri dari
oksida logam. Sementara api adalah oksidasi cepat terhadap suatu material dalam
suatu proses pembakaran kimiawi yang menghasilkan panas, cahaya, dan berbagai
hasil reaksi kimia lainya.

4) Gaya bahasa antitesis

Gaya bahasa antitesis merupakan gaya bahasa yang mengadakan komperasi atau
perbandingan dua antonim yaitu kata-kata yang mengandung ciri-ciri semantik
yang bertentangan. Gaya bahasa antitesis mengandung antonim dalam suatu
kalimat.

1) Biarlah aku menjadi abu, kau tetap menjadi api berkali-kali membakar rinduku.

(halaman 145).

Data diatas mengandung gaya bahasa dipersonifikasi. Karana menbandingkan


dirinya seperti abu dan pasanganya seperti api. Abu adalah nama yang diberikan
pada semua residu non cair yang tersisa setelah sempel dibakar dan sebagian besar
terdiri dari oksida logam. Sementara api adalah oksida cepat terhadap material
dalam proses pembakaran kimiawi, yang menghasilkan panas, cahaya dan
berbagai hasil reaksi kimia lainnya. Pada konteksnya data diatas menggambarkan
tentang kerinduan yang dialami seorang lelaki padakekasihnya.

1) Aku suka hal-hal yang sepi tidak begitu suka keramaian, (halaman 11).

Pada data diatas mengandung gaya bahasa antitesis. Kata sepi berlawanan dengan
keramaian. Berdasarkan konteksnya data diatas menggambarkan tentang keadaan
yang tak sehobi antara pria dan wanita

2) Meski kita bukan pasangan yang terbaik, kita tidak seharusnya menjadikan
kisah ini cerita terburuk. (halaman 20).
46

Pada data diatas mengandung gaya bahasa antitesis. Kata terbaik berlawanan
dengan kata terburuk. Kata-kata diatas menggambarkan tentang menjadikan kisah
cintanya menjadi kisah cinta yang baik dan dapat bertahan.

3) Jika tidak mampu menyabarkan dirih dan berpikir jernih, sering kali membuat
suasana hati menjadi keruh. (halaman 32).

Pemanfaatan gaya bahasa antitesis terdapat pada data ketiga diatas karena terdapat
antonim dalam data tersebut yaitu kata jernih yang berlawan arti dengan keruh.
Berdasarkan konteksnya data tersebut menggambarkan jika tidak bisa berpikir
jernih hubungan yang awalnya baik-baik saja bisa saja hancur .

4) Begitu pun dengan hidupku, sedah menjadi pengisi hari-harimu. Hal yang tak
pernah lepas dari apa saja yang kau hadapi. Senang dan sedihmu. (halaman 56).

Data diatas merupakan merupakan gaya bahasa antitesis karena terdapat antonim
dalam data tersebut yaitu kata senang yang berlawanan arti dengan sedih.
Berdasarkan konteksnya data tersebut menggambarkan tentang perasaan si lekaki
yang akan tetap mengisi hari-hari dan ada untuk si wanita baik dalam keadaan
senang maupun sedih.

5) Jauh terbentang jaraknya, meski tetap saja dekat hatimu kurasa. (halaman 59).

Data diatas merupakan gaya bahasa antitesis karena terdapat antonim dalam data
tersebut yaitu kata jauh yang berlawanan arti dengan dekat. Berdasarkan
konteksnya data diatas menggambarkan tentang perasaan meski jarak
memisahkahkan namau tetap terasa dekat dihati.

6) Akan ada banyak hal besar dan kecil yang akan merintang. (halaman 61).

Kata besar dan kecil dalam data tersebut menunjukan adanya gaya bahasa
antitesis. Maksud penggunaan gaya bahasa ini adalah meski sekecil dan sebesar
apapun rintangan yang menghadang harus dihadapi bersama-sama.

7) Biarlah waktu yang mengabadikan kita dalam asin-asinya hidup. Dalam manis
dan pahitnya segala jalan yang kita hadapi. (halaman 65).
47

Data diatas mengandung gaya bahasa antitesis karena terdapat penggunaan


antonim yaitu kata manis yang berlawanan arti dengan pahit. Berdasarkan
konteksnya data diatas menggambarkan tentang bagaimana kita menjalani hidup
meski pun pahit dan manisnya kehidupan kita harus lewati.

8) Terkadang perasaan diuji oleh hal-hal yang tak pernah terbayangkan. Hal-hal
yang membuat kita menjadi lemah dan seolah tidak kuat untuk
mempertahankanya. (halaman 68).

Data diatas merupakan gaya bahasa antitesis. Karena terdapat penggunaan kata
antonim yaitu lemah yang berlawanan arti dengan kuat. Berdasarkan konteksnya
kita harus kuat mengahadapi cobaan hidup kita tidak boleh lemah dan menyerah
dengan keadaan.

9) Aku tak bisa menemukan seseorang yang bisa mau diajak bersama. Beberapa
orang hanya datang dan pergi begitu saja. (halaman 99).

Data diatas mengandung gaya bahasa antitesis. karena terdapat penggunaan kata
antonim yaitu kata datang berlawanan arti dengan kata pergi. Berdasarkan
konteksnya data tersebut menggambarkan tentang beberapa perempuan yang
pernah datang dan pergi dari hidupnya tidak ada yang mau menetap dan mau
diajak hidup bersama.

10) Perasaan yang dulu seolah mati. Bersemi kembali. Tumbuh menjadi benih-
benih kebahagian baru.

Gaya bahasa antitesis terdapat pada data atas. Karena terdapat penggunaan kata
antonim yaitu kata mati yang berlawanan arti dengan kata tumbuh. Data diatas
menggambarkan tentang perasaan lelaki yang dulunya mati dan tidak mau
membuka hati untuk wanita laian akhirnya tumbuh dan mau terbuka menerima
wanita lain ketika dia bertemu seorang wanita yang mau meneriman apa adanya.
48

11) Dia akan tetap menemanimu dari pagi malam lelah menemani. (halaman 110).

Data diatas mengandung gaya bahasa antitesis. Karena terdapat penggunaan kata
antonim yaitu pagi yang berlawanan arti dengan malam. Berdasarkan konteksnya
data diatas menggambarkan tentang seorang laki-laki yang berjanji untuk tetap
menemani perempuan disaat apa pun.

12) Aku sadar kau sedang berusaha menjauhiku, kau sedang belajar melupakan
hal-hal yang selalu kita ingat. (halaman 114).

Data diatas mengandung gaya bahasa antitesis. Karena terdapat penggunaan kata
antonim yaitu melupakan yang berlawanan arti dengan ingat. Berdasarkan
kontenksnya data diatas menggambarkan tentang bagaimana seorang perempuan
yang ingin melupakan segala kenangan masa lalunya dengan pasanganya.

13) Sudah terlalu dalam perasaan yang kita tanam, sudah tumbuh dan rimbun
hingga aku tak tahu cara yang baik untuk mencabutnya. (halaman 115).

Data diatas merupakan gaya bahasa antitesis. Karena terdapat penggunaan kata
antonim yaitu kata tanam yang belawanan arti dengan kata cabut. Data diatas
menggambarkan tentang peresaan seorang laki-laki yang sudah lama dia tanam
dan pendam kepada si wannita sehingga dia tidak tau cara untuk menghilangkan
atau mencabut perasaan kepada wanita tersebut.

14) Angin dan hujan, siang dan malsam tak peduli sepanjang petang dan larut
malam, kau mencariku hingga bertemu. (halaman 130-131).

Data diatas termaksud gaya bahasa antitesis. Karena terdapat penggunaan kata
antonim yaitu kata siang yang berlawanan arti dengan malam. Pada konteksnya
data diatas memngambarkan tentang perjuangan perempuan yang tidak peduli
angin dan hujan bahkan siang dalam malam dia tetap memcari silelaki untuk
bertemu.

15) Katakan pada lelaki perebut itu, aku tak pernah benar-benar mengiklaskanmu
atas nama langit dan bumi. (halaman 226).
49

Data diatas merupakan gaya bahasa antitesis karena terdapat penggunaan antonim
yaitu kata langit yang berlawanan arti dengan bumi. Berdasarkan konteksnya data
diatas mengandung arti seorang lelaki yang tidak benar-benar iklas atas nama
langit dan bumi karna kekasihnya telah direbut oleh orang lain.

16) Aku ingin menjadi seseorang yang selalu berada disampingmu saat pahit
manis menerpa hidup yang memelukmu. (halaman 303).

Data diatas mengandung gaya bahasa antitesis karana terdapat penggunaan


antonim yaitu kata pahit yang berlawanan arti dengan manis. Pada konteksnya
data diatas menggambarkan tentang seorang laki-laki yang ingin terus berada dan
mendampingi pasangannya baik susah maupun senang.

4.1.2 Analisis Gaya Bahasa Pertentangan dalam Novel Sebuah Usaha


Melupakan Karya Boy Candra

1. Gaya Bahasa Hiperbola

Gaya bahasa hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan


yang berlebih-lebihan dengan maksud memberi penekanan pada suatupernyataan
untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya.

1) Perasaan curiga adalah bibit pembunuh yang paling berbahaya dan buta.
(halaman 31).

Data diatas merupakan gaya bahasa hiperbola. Pernyataan yang menunjukan


adanya gaya bahasa hiperbola adalah bibit pembunuh yang paling berbahaya dan
buta. Makna data yang sebenarnya adalah perasaan curiga adalah hal yang dapat
membuat hubungan dua orang yang menjalin cinta jarak jauh dapat rusak karena
perasaan yang timbul dikepala yang mengarah pada kerusakan kepercayaan.

2) Satu hal yang harus kau yakini, pun aku percaya, sejauh apapun jarak, sejenuh
apapun, jangan biarkan hati retak.(halaman 33).

Data diatas termaksud gaya bahasa hiperbola. Pernyataan yang menunjukan


adanya gaya bahasa hiperbola adalah sejauh apapun jarak, sejenuh apapun
50

jangan biarkan hati retak. Makna sebenarnya sejauh apapun jarak dan sejenuh
apapun tidak ada yang perlu dicemaskan karena kita harus saling mempercai.

3) Jangan hiraukan obrolan jalanan yang melemahkan, peluk rinduku yang datang
sebagai cemasmu. (halaman 36).

Data diatas adalah gaya bahasa hiperbola. Pernyataan yang menunjukan adanya
gaya bahasa hiperbola adalah jangan hiraukan obrolan jalanan, peluk rinduku
yang datang sebagai cemasmu. Makna sebenarnya adalah jangan takut dan jangan
dengar apa kata-kata orang diluar sana yang dapat merusak hubungan kita dan kita
harus saling menguatkan untuk hubungan kita.

4) Jarak hanyalah permainan waktu. Rindu akan membawa tubuhku kepadamu.


(halaman 37).

Data diatas adalah gaya bahasa hiperbola. Pernyataan yang menunjuka adanya
gaya bahasa hiperbola adalah jarak hanya permainan waktu. Makna sebenarnya
adalah sejauh apapun jarak memisahkan kita, bertahanlah saya yakin kita dapat
melewatinya bersama-sama, karna aku tidak akan pernah berhenti untuk
mememukan jalan agar bisa bersama.

5) Yang kedalaman hatimu masih saja belum mampu kujangkau, yang resahmu
tak selalu mampu akupeka. (halaman 44).

Data diatas termaksud gaya bahasa hiperbola. Pernyataan yang menunjukan


adanya gaya bahasa hiperbola adalah yang kedalaman hatimu masih saja belum
mampu kujangkau. Makna sebenarnya adalah si lelaki yang masih dengan
sepenuh hati berusahan untuk memahami isi hati perempuan lebih jauh.

6) Aku hanyalah lelaki yang belajar untuk tumbuh lebih tinggi. Agar kelak bisa
meneduhkanmu saat lelap dan terik mata hari. (halaman 45).

Data diatas termaksud gaya bahasa hiperbola. Pernyataan yang menunjukan


adanya gaya bahasa hiperbola adalah Agar kelak bisa meneduhkanmu saat lelap
dan terik mata hari. Makna sebenarnya adalah laki-laki yang selalu berusaha
51

menjadi lelaki yang bisa menjadi imam yang baik bagi si wanita dan menjaga dia
menemani pasangannya disaat dia tidur dan ada disampingnya saat dia terbangun.

7) Ia mencampakan aku dan memilih orang lain melarikan dirinya. Ia terbang


kelembah terjauh. (halaman 47).

Data diatas merupakan gaya bahasa hiperbola. Pernyataan yang menunjukan


adanya gaya bahasa hiperbola adalah ia terbang kelembah terjuh. Makna
sebenarnya adalah perempuan yang menghilang dan pergi sangat jauh karna
orang lain.

8) Rindu kadang menjelma menjadi hal-hal yang menyeramkan, namun aku selalu
ingin menenangkan diri, aku paham rindu tak terkendali bisa saja melukai hati.
(halaman 51).

Data diatas merupakan gaya bahasa hiperbola. Pernyataan yang menunjukan


adanya gaya bahasa hiperbola adalah rindu kadang menjelma menjadi hal yang
menyeramkan.makna sebenarnya adalah rindu sering kali bisa menjadi hal-hal
yang tak biasa semisal, tiba-tiba dihantui ketakutan akan kehilangan yang
berlebihan.

9) Saat rindu semakin bergelora. Aku tak bisa menembus angin, lalu berdiri
disampingmu saat kau ingin. (halaman 52)

Data diatas merupakan gaya bahasa hiperbola. Pernyataan yang menunjukan


adanya gaya bahasa hiperbola adalah Saat rindu semakin bergelora. Aku tak bisa
menembus angin, lalu berdiri disampingmu saat kau ingin. Makna sebenarnya
adalah kalau sudah rindu begini, aku hanya bisa mengabarimu atau memendam
perasaanku sendiri.
52

10) Kita rekatkan lagi perasaan-perasaan yang mulai dingin dan pucat pasi.
( halaman 56).

Data diatas merupakan gaya bahasa hiperbola. Pernyataan yang menunjukan


adanya gaya bahasa hiperbola adalah kita rekatkan lagi perasaan-perasaan yang
mulai dingin dan pucat pasi. Makna sebenarnya adalah pelan-pelan kita

11) Mengurai rindu-rindu yang mendera menjadi puisi-puisi cinta. (halaman 60).

Data diatas termaksud gaya bahasa hiperbola. Pernyataan yang menunjukan


adanya gaya bahasa hiperbola adalah mengurai rindu-rindu yang mendera
menjadi puisi-puisi cinta. Makna sebenarnya adalah menuangkan segala isi
pikiran berupa rindu menjadi sebuah puisi.

12) Mendekatlah lebih dekat lagi, dekap tubuhku hingga aku lupa cara untuk
pergi, dan peluk aku dalam keheningan malam. Dan genggam tanganku dalam
gempita ruang. ( halaman 65).

Data diatas merupkan gaya bahasa hiperbola. Pernyataan yang menunjukan


adanya gaya bahasa hiperbola adalah dekap tubuhku hingga aku lupa cara untuk
pergi, dan peluk aku dalam keheningan malam dan gengam tanganku dalam
gempita ruang. Makna sebenarnya adalah buatlah aku nyaman denganmu dan
genggamlah tanganku saat ada masalah

13) Tak akan ku biarkan lagi rindu-rindu menggunung dan membenamkan kita.
(halaman 37).

Data diatas merupakan gaya bahasa hiperbola. Pernyataan yang menunjukan


adanya gaya bahasa hiperbola adalah Tak akan ku biarkan lagi rindu-rindu
menggunung dan membenamkan kita. Makana sebenarnya adalah tak akan ku
biarkan kau banyak menahan rindu yang besar.

14) Kau sedang belajar membunuh perasaan yang tetap bertahan hidup di hatimu.
(halaman 114).
53

Data diatas merupakan gaya bahasa hiperbola. Pernyataan yang menunjukan


adanya gaya bahasa hiperbola adalah belajar membunuh perasaan yang tetap
bertahan hidup di hatimu. Makna sebenarnya adalah si perempuan yang sedang
belajar melupakan dan menghilangkan perasaan cinta yang ada dihatinya kepada
pasangan.

15) Percuma kita saling bunuh, jika setiap tusuk pisau dan angin didada selalu
mampu membuat rindu baru tumbuh. (halaman 115).

Data diatas merupakan gaya bahasa hiperbola. Pernyataan yang menunjukan


adanya gaya bahasa hiperbola adalah Percuma kita saling bunuh, jika setiap tusuk
pisau dan angin didada selalu mampu membuat rindu baru tumbuh. Makna
sebenarnya adalah percuma kita saling melupakan sementara kita saling tahu, kau
dan aku masih saling menyimpan perasaab dan masih sering merindukan.

16) Kita adalah doa yang pernah dipeluk semesta, lalu coba dihapus oleh sesuatu
yang menyebabkan luka. (halaman 129).

Data diatas merupakan gaya bahasa hiperbola. Pernyataan yang menunjukan


adanya gaya bahasa hiperbola adalah kita adalah doa yang pernah dipeluk
semesta, lalu coba dihapus oleh sesuatu yang menyebabkan luka. Makna
sebenarnya adalah kita adalah sepasang kekasih yang ditakdirkan tetapi banyak
rintangan yang membuat kita sulit untuk bersatu.

17) Cintaku padamu akan tumbuh berkali-kali, menjelma menjadi udara pagi,
menjadi terik tengah hari, atau petang hari. mata yang tenang menunggu yang
seharusnya pulang. (halaman 141).

Data diatas merupkan gaya bahasa hiperbola. Pernyataan yang menunjukan


adanya gaya bahasa hiperbol adalah mata yang tenang menunggu yang
seharusnya pulang. Makna sebenarnya adalah mengharapkan kekasihnya balik
lagi kepadanya.

18) Aku dibunuh oleh debar-debar dada dan kecemasan akan kenangan berselimut
luka, itulah mengapa aku belajar melepaskanmu. (halaman 143).
54

Data diatas merupakan gaya bahasa hiperbola. Pernyataan yang menunjukan


adanya gaya bahasa hiperbol adalah Aku dibunuh oleh debar-debar dada dan
kecemasan akan kenangan berselimut luka. Makna sebenarnya adalah dia masih
takut atas kenangan masa lalunya yang sangat pahit dan sakit.

19) Semua jalan berderai air mata semata kehendakmu pada semesta. (halaman
156).

Data diatas merupakan gaya bahasa hiperbola. Pernyataan yang menunjukan


adanya gaya bahasa hiperbola adalah. Semua jalan berderai air mata semata
kehendakmu pada semesta. Makna sebenarnya adalah kau membuat semua yang
menjadi harapan, hanya tersisah pedihnya dalam ingatan.

20) Tanpa aku, kamu hanyalah kumpulan rasa sepi yang enggan mati, tetapi tak
mambuh diri. (halaman 160).

Data diatas merupakan gaya bahasa hiperbola. Pernyataan yang menunjukan


adanya gaya bahasa hiperbola adalah Tanpa aku, kamu hanyalah kumpulan rasa
sepi yang enggan mati, tetapi tak mambuh diri.makna sebenarnya adalah tanpa
aku kau tidak akan pernah merasakan bahagia kau akan tersiksa oleh kesunyian.

21) Bisakah kamu tidak mengiris belati dengan cara yang tidak manusiawi, hingga
jika pun aku terluka, tidak terasa semenyedihkan ini. (halaman 176).

Data diatas merupakan gaya bahasa hiperbola. Pernyataan yang menunjukan


adanya gaya bahasa hiperbola adalah Bisakah kamu tidak mengiris belati dengan
cara yang tidak manusiawi.makna sebenarya adalah bisahkah kau jangan
meninggalkanku dengan cara yang sakit.

22) Biarlah tubuh luka-luka ini dijalan panjang berliku yang kutempuh nanti.
(halaman 177).

Data diatas merupakan gaya bahasa hiperbola. Pernyataan yang menunjukan


adanya gaya bahasa hiperbola adalah Biarlah tubuh luka-luka ini dijalan panjang
55

berliku yang kutempuh nanti. Makna sebenarnya adalah biarlah si lelaki


membawa semua perasaannya yang tak dibalas dan meninggalkanya begitu saja.

23) Biarlah kelak puisi dan kata-kata yang akan mengejarmu tanpa perlu
memenjara. (halaman 185).

Data diatas merupakan gaya bahasa hiperbola. Pernyataan yang menunjukan


adanya gaya bahasa hiperbola adalah. Biarlah kelak puisi dan kata-kata yang
akan mengejarmu tanpa perlu memenjara. Makna sebenarnya adalah biarlah
semua perlakuanmu aku balas dengan menuangkan semuanya kedalam puisi
supaya ketika kamu baca puisi tersebut kau akan merasa menyesal telah
meninggalkanku.

24) Perasaanmu kamu biarkan dibeli rayuaan, kamu lepaskan pada hal-hal yang
dihitung angan. (halaman 191).

Data diatas merupakan gaya bahasa hiperbola. Pernyataan yang menunjukan


adanya gaya bahasa hiperbola adalah. Perasaanmu kamu biarkan dibeli rayuaan,
kamu lepaskan pada hal-hal yang dihitung angan. Makna sebenarnya adalah
kamu tidak bisa menjaga perasaan, karna dengan mudahnya kamu berpaling hati
kepada orang lain.

25) Lalu kamu membuat seolah akulah yang menyebabkan rindu terasa dingin.
(halaman 192).

Data diatas merupakan gaya bahasa hiperbola. Pernyataan yang menunjukan


adanya gaya bahasa hiperbola adalah. Lalu kamu membuat seolah akulah yang
menyebabkan rindu terasa dingin. Makna sebenarnya adalah kamu pandai sekali
memposisikan diri sebagai korban, padahal kita sama-sama tahu kamulah orang
yang melakukan penghianatan.
56

4.2 Tabel Peringat Gaya Bahasa dalam Novel Sebuah Usaha Melupakan

4.2.1 Tabel Peringkat Gaya Bahasa Perbandingan dalam novel Sebuah


Usaha Melupakan karya Boy Candra

Tabel peringkat gaya bahasa perbandingan dalam novel sebuah usaha


melupakan karya boy candra

NO. Gaya Bahasa Perbandingan Dalam Jumlah Data Gaya Bahasa


Novel Sebuah Usaha Melupakan Novel Sebuah Usaha
Melupakan
1 Gaya bahasa personifikasi 17
2 Gaya bahasa antitesis 16
3 Gaya bahasa metamofora 3
4 Gaya bahasa dipersonifikasi 1

Berdasarkan tabel gaya bahasa perbandingan diatas, jenis gaya bahasa


yang paling dominan adalah atau yang paling sering muncul dalam novel sebuah
usaha melupakan karya Boy candra adalah gaya bahasa n karena memiliki jumlah
data gaya bahasa yaitu 17 data yang mengandung gaya bahasa personifikasi. Lalu
disusul dengan gaya bahasa antitesis yang berjumlah 16 data gaya bahasa.
Menyusul gaya bahasa metamofora yang berjumlah 2 kutipan, kemudian
dipersonifikasi 1 data yang mengandung gaya bahasa dipersonifikasi. Selanjutnya,
peringkat gaya bahasa lainya dapat dilihat pada tabel peringkat gaya bahasa
perbandingan.

4.2.2 Peringkat Gaya Bahasa Pertentangan Dalam Novel Sebuah Usaha


Melupakan Karya Boy Candra
57

Tabel peringkat gaya bahasa pertentangan dalam novel Sebuah Usaha


Melupakan karya Boy Candra.

NO. Gaya Bahasa Pertentangan dalam Jumlah Data


Novel Sebuah Usaha Melupakan
1 Gaya bahasa hiperbola 25

Berdasarkan tabel peringkat gaya bahasa pertentangan diatas, dapat


disimpulkan bahwa jenis gaya bahasa pertentangan yang muncul dalam novel
Sebuah Usaha Melupakan karya Boy Candra adalah yaitu jenis gaya bahasa
hiperbola yang berjumlah 25 data gaya bahasa.

4.3 Reverensi Dengan Pembelajaran Sekolah

Pengajaran sastra disekolah merupakan bagian dari penyelenggaraan


pendidikan nasional yang mewujudkan suasana dan proses pembelajaran yang
kondusif agar peserta didik bertindak secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki pengendalian diri, kepribadian yang baik. Kecerdasan dan akhlak
mulia serta potensi atau keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat sekitar,
bangsa dan bagi negara.

Pemahaman siswa yang baik terhadap karya sastra dapat membekali siswa
dengan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan dan lingkungannya. Karya satra
akan sangat menarik apabila dipahami makna-makna yang tersirah dibalik fakta
yang terungkap. Pemahaman makna inilah yang dibutuhkan bagi siswa dalam
mengembangkan kemampuan membaca dan menginterpresentasikan sebuah karya
sastra.

Tujuan pengajaran disekolah terkait pada tujuan khusus yaitu

1. Menggunakan bahasa indonesia untuk meningkatkan kemampuan


intelektual dan kemampuan bebahasa.

2. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,


memperluas budi pekerti, kematangan emosional dan sosial.
58

3. Menghargai dan mengembangkan karya sastra indonesia sebagai khazanah


budaya manusia indonesia.

Berdasarkan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP), hasil


penelitian tentang gaya bahasa dalam novel sebuah usaha melupakan karya boy
candra dapat dijadikan bahan ajar di SMA kelas XI semester genap. Pengajaran
sastra khususnya novel pada jenjang ini akan meningkatkan semangat dalam
memaknai karya sastra novel kalangan siswa.
59

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan ruang lingkup penelitian yang dibatasi dalam penelitian ini


yaitu menganalisis gaya bahasa perbandingan dan gaya bahasa pertentangan.
Mendapatkan hasil analisis data, yang dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Gaya bahasa pada novel Sebuah Usaha Melupakan karya Boy Candra
menggunakan 4 jenis gaya bahasa perbandingan yaitu: (1) gaya bahasa
metamofora pada novel Sebuah Usaha Melupakan ditandai dengan penggunaan
kata-kata perbandingan antara dua hal yang berbeda yang digambarkan secara
implisit yaitu penggunaan kata seperti pada kalimat kau sudah menjadi pisau
yang menikam dadaku. Yang membndingkan manusia dengan pisau. (2) gaya
bahasa personifikasi dalam novel Sebuah Usaha Melupakan ditandai pada
penggunaan kata yang menginsankan benda mati seolah dapat bertindak sebagai
manusia seperti pada kalimat jika nanti semesta bercanda dan mempertemukan
kita lagi. Kalimat tersebut mengandaikan semesta dapat bercanda seperti layaknya
manusia. (3) gaya bahasa dipersonifikasi pada novel Sebuah Usaha Melupakan
ditandai dengan kalu personifikasi menginsankan atau memanusiakan benda-
benda, maka dipersonifikasi justru membedakan manusia dengan insan. Seperti
pada kalimat biarlah aku menjadi abu, kau tetap menjadi api. (4) gaya bahasa
antitesis pada novel Sebuah Usaha Melupakan ditandai dengan mengadakan
komperasi atau perbandingan antara dua antonim yaitu kata-kata yang
mengandung ciri-ciri simantik yang bertentangan. Gaya bahasa antitesis
mengandung antonim dalam suatu kalimat seperti pada kalimat Aku ingin menjadi
seseorang yang selalu berada disampingmu saat pahit manis menerpa hidup yang
memelukmu. Yaitu kata pahit berlawanan arti dengan manis.

2. Gaya bahasa pada novel Sebuah Usaha Melupakan menggunakan satu gaya
bahasa pertentangan yaitu. (1) gaya bahasa hiperbola ditandai pada penggunaan
kata-kata yang berlebihan dengan maksud memberi penekanan pada suatu
60

pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatnya kesan dan


pengaruhnya, seperti pada salah satu kalimat yang terdapat dalam novel Sebuah
Usaha Melupakan yang mengandung gaya bahasa hiperbola biarlah tubuh luka-
luka ini dijalan panjang berliku yang kutempuh nanti.

3. Novel sebuah usaha melupakan mengandung gaya bahasa perbandingan yang


didominasi penggunaan gaya bahasa personifikasi yang berjumlah tujuh belas
data gaya bahasa.

4. Novel Sebuah Usaha Melupakan gaya bahasa pertentangan yang didominasi


pada penggunaan gaya bahasa hiperbola yang bejumlah dua puluh lima data gaya
bahasa.

5. Penggunaan gaya bahasa dalam novel Sebuah Usaha Melupakan karya Boy
Candra digunakan untuk menciptakan keindahan dan berkaitan dengan makna
totalitas novel.

2. Saran

Berdasarkan hasil analisis sampai dengan rumusan kesimpulan diatas


maka penulis menyampaikan beberapa hal.

1. Perlu adanya peningkatan dalam penelitian sastra pada umumnya dan penelitian
pada novel khususnya.

2. Disarankan pada peneliti lain yang berminat mengkaji teks sastra, hendaknyab
diperhatikan bahwa hasil penelitianya harus mempunyai relevansi dengan
pengajaran bahasa indonesia sehingga keberadaan penelitian yang dilakukan akan
lebih bermanfaat selain itu, dapat dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap novel
Sebuah Usaha Melupakan baik dari segi gaya bahasa atau pun dari segi lainya
karena penelitian ini masih banyak kekurangannya, masih banyak gaya bahasa
yang belum diidentifikasi, dan analisis makna gaya bahasa yang belum tajam
apabila dapat dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap novel Sebuah Usaha
Melupakan, diharapkan hasil penelitian dapat melengkapi kekurangan penelitian
ini.
61

DAFTAR PUSTAKA

Badrun, Ahmad. 1983. Pengantar Ilmu Sastra (Teori Sastra). Surabaya: Usaha
Nasional Indonesia.
Candra, Boy. 2016. Sebuah Usaha Melupakan. Jakarta: Mediakita.
62

Ismail, Taufik. 2002. Horison Sastra Indonesia 3: Kitab Nukilan Novel. PT


Metropos.
Keraf, Gorys. 2006. Diksi Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kosasih. 2012. Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya.
Kusmawati. 2010. Analisis Pemakaian Gaya Bahasa Pada Iklan Produk
Kecantikan Perawatan Kulit Wajah Di Televisi. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
Laila, Aruna. 2016. Gaya Bahasa Perbandingan Dalam Kumpulan Puisi Melihat
Api Bekerja Karya M Aan Mansyur. Sumatra Barat: STKIP PGRI.
Mahayana, Maman S. 2015. Kitab Kritik Sastra. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Padi, Editorial. 2013. Kumpulan Super Lengkap Sastra Indonesia. Jakarta: CV.
Ilmu Padi Infra Pustaka Makmur.
Redaksi, PM. 2012. Sastra Indonesia Paling Lengkap. Depok- Jawa Barat:
Pustaka Makmur.
Riswandi, Bode dan Kusmini, Titin. 2010. Pembelajaran Apresiasi Proa Fiksi.
Tasikmalaya: Siklus Pustaka.
Tarigan, Henry Guntur, 1990. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.
Wellek, Rene dan Warren, Austin. 1995. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT
Cramedia Pustaka Utama.
Wiyatmi. 2009. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Perpustakaan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai