Anda di halaman 1dari 2

Analisis Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

A. Identitas Novel
1. Judul Buku : Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
2. Penulis : Tere Liye
3. Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
4. Tahun Terbit : 2010
5. Ukuran Buku : 13,5 × 20 cm
6. Kategori : Fiksi
7. Jumlah Halaman : 264 Halaman
8. ISBN : 978-979-22-5780-9
9. Harga : Rp. 45.000,-

B. Unsur Intrinsik
1. TEMA
Tema dalam novel ini yaitu cinta yang tak harus saling memiliki, karena novel ini
menceritakan tentang seorang anak yang mencintai pria sedangkan pria tersebut sudah
memiliki istri. Namun hubungan antara anak dan pria tersebut tetap berjalan dengan baik.
2. Alur
 Alur Maju
Rangkaian peristiwa diutarakan secara urut mulai awal sampai akhir cerita.
Aku menyeka sudut mataku yang berair.
Tidak. Aku sudah berjanji kepada Ibu untuk tidak pernah
menangis. Apalagi menangis hanya karena mengingat semua ke-
nangan buruk itu. Semuanya sudah berlalu.
Aku tidak akan menangis.
Aku menghela napas, menarik telapak tangan yang menyentuh
bin kai kaca pengganti tembok lantai dua toko buku. Dingin.
Lima belas menit berlalu. Tanganku terasa kelu. Menyibak anak
ra but yang mengenai ujung mata. (31)
 Alur Mundur
Oh ya, meski masih mengamen selepas pulang sekolah, sekarang
setiap hari Minggu aku dan Dede libur mengamen. Karena setiap hari Minggu dia
mengajak kami datang ke rumahnya. Rumah itu kontrakan. Jauh lebih besar dan bagus
dibandingkan kamar kontrakan kami. Halamannya luas, dan dia tinggal sendirian di sana.
Kata dia, dulu dia pernah tinggal bersama tiga temannya sejak mahasiswa. Sayang ketiga-
tiganya sudah menikah dan pindah (satu temannya malah menikah waktu masih kuliah).
(37)
 Alur Campuran
Meskipun kata ”kesibukan” menyebalkan, aku sebenarnya tetap bertemu dengannya
seminggu sekali. Saat kelas mendongeng. Maka setiap hari Minggu tiba, aku dan Dede
menyambutnya dengan senang. Itu menjadi pengganti kunjungan malamnya. Kami
berboncengan sepeda menuju kontrakannya. Sepeda itu hadiah atas Lego yang lebih rumit
lagi yang diselesaikan adikku sebulan lalu. Saking rumitnya, Dede butuh waktu empat
bulan untuk menyelesaikannya. Sebenarnya kalau dia minta bantuanku, mungkin Cuma
butuh waktu seminggu. Pagi itu aku membawa sebungkus besar kue-kue. Dia seperti
biasa sudah duduk di ruangan itu. Mengenakan kemeja biru kesukaannya. Beberapa anak-
anak sudah datang mengelilingi (tak ada yang berani duduk di posisiku). Aku membuka
bungkusan kue tersebut. Kami beramai-ramai mencicipinya. (48-49)
3. Latar
 Latar Tempat : Hujan di luar menderas. Orang-orang yang tadi berjalan di pingir jalan
besar dan tidak peduli dengan gerimis tersebut, sekarang buru-buru berlarian mencari
tempat berteduh. Warung-warung tenda ramai oleh orang-orang yang merapat. Juga
selasar depan toko-toko sepanjang jalan.(31), Sebuah mobil masuk ke pelataran parkir
gerai fotokopian di seberang jalan. Yang cowok keluar dari sisi kanan, buru-buru
mengembangkan payung berwarna merah. Tergesa ke pintu kiri depan. Membukakan
pintu untuk teman wanitanya. Lantas membimbing pasangannya keluar. Mereka sepayung
berdua menuju salah satu gerai fotokopian. (32), Esok harinya setelah dari toko buku ini
bersamanya, jadwalku berubah seratus delapan puluh derajat. Pagi-pagi aku berangkat ke
sekolah. Masuk jam tujuh teng. Sekolahku dekat dengan rumah kardus. Berangkat
bersama adikku. Jalan kaki. (33)
4. Sudut Pandang
 Sudut pandang orang pertama : pengarang berfungsi sebagai pelaku yang terlibat
langsung dalam cerita, terutama sebagai pelaku utama. Pelaku utamanya (aku, saya, kata ganti
orang pertama jamak : kami, kita). Contoh: Aku menyeka sudut mataku yang berair. (31)
5. Amanat
 Kita tidak boleh menyerah begitu saja dengan apa yang kita inginkan, percayalah apa
yang kita lakukan pasti ada manfaatnya.
 Segala sesuatu sudah ada yang mengatur, yang perlu kita lakukan hanyalah berusaha dan
berdoa agar semua menjadi baik.
 Apapun yang kita alami, jangan pernah menyalahkan keadaan.

Anda mungkin juga menyukai