Anda di halaman 1dari 35

CERPEN BESERTA UNSUR INSTRINSIK

" HAFALAN TONO"

NAMA : AGUNG MAULANA


KELAS : IX
MAPEL : BAHASA INDONESIA

SMP NEGERI 4 COT GIREK

Mengajarkan Tentang Bersikap Rendah Hati


Ada seorang anak bernama Fitri, dia merupakan murid kelas 6 SD yang sangat pintar dan baik
hati. Di sekolah sangat banyak teman yang menyukainya karena sikapnya tersebut. Tidak
jarang, semua ingin berteman dengan Fitri. Ada lagi anak perempuan bernama Ita, ia
berbanding terbalik dengan Fitri. Ia pintar namun sangat sombong. Temannya hanya dua yaitu
Lisa dan Lily, gadis kembar di sekolahnya.

Suatu hari, Ibu guru mengumumkan bahwa akan ada perlombaan membaca pidato dua minggu
lagi. Bu Yati selaku wali kelas 6 membuka kesempatan seluas-luasnya bagi siapa saja yang
ingin ikut seleksi. Fitri dan Ita jelas ikut berpartisipasi. Setiap hari mereka selalu latihan
membaca pidato agar lolos seleksi. Sampai hari penyeleksian tiba, keduanya memberikan
tampilan yang memukau lalu dinyatakan lolos.

Saat hari perlombaan tiba, Ita terus saja membanggakan dirinya, menyatakan bahwa pasti ia
akan juara. Sebab sebelumnya dia juga pernah menjadi juara waktu kelas 5 SD di lomba pidato.
Berbeda dengan Fitri, ia tidak henti-hentinya berdoa dan berlatih, mencoba menghafal kembali
teks pidato. Ita pun dipanggil lebih dulu, sang juara kelas 5 SD kini mendadak lupa teks pidato
yang sudah dihafalnya.

Setelah itu, Fitri maju dan memberikan penampilan yang sangat bagus. Semua juri kagum
termasuk Bu Yati yang saat itu datang untuk menemani mereka lomba. Pengumuman pun tiba,
Fitri keluar menjadi juara 1 sedangkan Ita harus menahan air matanya karena dia tidak menang
sama sekali. Cerpen pendidikan ini mengajarkan kita bahwa harus menjadi orang yang rendah
hati dan jangan sombong.

Mimpi Sang Dara


Menjelang pagi ketika seorang gadis yang biasa disapa dengan sebutan Dara mulai memasak
akr guna membuat segelas teh panas. Dara merupkan seorang gadis yang hidup dengan sejuta
mimpi di dalam sebuah rumah berdinding tinggi.

Dara adalah gadis yang tumbuh di dalam keluarga berkecukupan, bahkan bisa dikatakan sangat
kaya. Akan tetapi sayangnya Dara tidak bisa menopang tubuhnya sendiri sehingga perlu
menggunakan bantuan kursi roda. Karena hal itu Dara merasa diacuhkan bahkan ketika berada
di istana mewah tersebut.

Kedua orang tua Dara selalu mengacuhkannya sebab merasa tidak ada yang bisa diharapkan
dari gadis dengan kursi roda tersebut. Sementara itu, kakaknya mungkin saja malu mempunyai
adik dengan kondisi seperti Dara.

Setiap hari Dara hanya menghabiskan waktunya di dalam kamar dan sesekali mengarahkan
kursi rodanya menuju arah taman. Gadis yang berusia 17 tahun tersebut sangat senang untuk
menggambar di taman untuk menghilangkan pikiran buruknya yang menyesali keadaannya.
Suatu pagi Dara jatuh dari kursi rodanya, akan tetapi tak ada seorangpun di dalam rumah
tersebut mendekat untuk menolongnya. Rasa kecewanya terhadap hal tersebut membuat Dara
memiliki kekuatan untuk menggerakan kursi rodanya ke arah taman kompleks, berniat
menenangkan diri.

Ketika sedang terisak di taman, tiba-tiba Dara dihampiri oleh seorang gadis seusianya dengan
kondisi yang sama. Gadis tersebut mengulurkan tangan untuk Dara dan mulai menyebutkan
namanya. Gadis itu bernama Hana. mereka berdua mudah sekali akrab, mungkin karena
keduanya saling mengerti kondisi masing-masing.

Tiba-tiba Hana Berkata, “ Dara, ingatlah bahwa tidak ada seorangpun di dunia ini yang terlahir
sia-sia. Mungkin kita tidak bisa berdiri tegak layaknya manusia lain. Tapi, kita masih punya
hak untuk merasakan bahagia. Cobalah untuk menerima dirimu sendiri, Dara.” lalu, akhirnya
gadis itu berpamitan pada Dara.

Semenjak pertemuannya di taman dengan Hana, Dara mulai merenungi kata-kata yang
diucapkan oleh gadis tersebut. Dara berpikir bagaimana ia bisa seutuhnya menerima dirinya
ketika orang di dekatnya tidak mendukungnya sama sekali.

Dara mencoba mencerna perkataan dari Hana secara perlahan, meskipun seringkali ia
menangis ketika teringat kenyataan bahwa ia hanyalah seorang gadis yang diacuhkan. Hal yang
dipikirkan oleh Dara adalah bagaimana ia bisa mewujudkan mimpinya dengan kondisi tersebut.
Mimpi Dara adalah menjadi seorang pelukis yang karyanya bisa dipajang di dalam pameran
besar. Hal yang dilakukan Dara untuk memulainya adalah rajin membuat lukisan. Kesibukan
tersebut juga dilakukan Dara untuk tidak memikirkan mengenai dirinya yang selalu diacuhkan
dan mulai memahami perkataan Hana.
Perlahan mimpi sang Dara mulai terwujud saat diam-diam ia sering memposting lukisannya
melalui media sosial. Hingga suatu hari ada seseorang datang ke rumah Dara untuk menemui
gadis itu guna mengajaknya untuk bergabung di dalam sebuah pameran lukisan.

Kedua orang tua Dara terperangah mendengar ucapan pria tersebut, sebab tidak menyangka
bahwa Dara si gadis kursi roda bisa menghasilkan karya lukisan yang indah. Dara hanya
tersenyum melihat respon kedua orang tuanya dan memilih menerima tawaran pameran
tersebut.

Berbagai lukisan indah dipajang dalam pameran yang diberi tema Mimpi Sang Dara. Orang tua
Dara menghadiri pameran tersebut dan merasa terharu atas pencapaian putri yang selama ini
diacuhkannya. Sementara Dara merasa lega bisa menerima keadaan fisiknya dan
memanfaatkan apa yang dimiliki.
3. Contoh Cerpen Singkat Kehidupan Sehari-hari
Melupakan Prioritas Terpenting
Suara alarm berdering begitu nyaring mengusik tidur nyenyak seorang Nathan. Dia enggan
membuka mata namun akhirnya terpaksa ia buka.
“Oh Tuhan!” Nathan kaget melihat jam ternyata sekarang sudah pukul 7 pagi. Nathan langsung
bergegas mandi dan tanpa sarapan ia berangkat ke kantor. Sesampainya Nathan di kantor,
Nathan telat mengikuti pertemuan pagi ini karena telah dimajukan lebih awal dari biasanya
dengan alasan Bapak Direktur ada keperluan di luar kota.
“Permisi, Pak. Saya Boleh masuk?” Tanya Nathan izin kepada bapak direktur yang memimpin
pertemuan.
”Silakan masuk, tapi maaf proyekmu digantikan oleh saudara Arkan.”
“Kenapa pak? Saya hanya telat 15 menit.”
“Maaf saudara Nathan ini bukan masalah lama atau tidaknya Anda terlambat, namun ini
tentang ke koensistensi Anda dalam bekerja.” Jelas Bapak direktur  dengan tegas.
Langsung seketika Nathan hanya bisa terdiam dengan wajah pucatnya. Setelah pertemuan ini
selesai Nathan berjalan gontai pergi menuju meja kerja miliknya.
“Ada apa Nath? Kok telat.”
“Memang salah saya, saya semalam bergadang nonton bola, sampai melupakan project penting
yang sangat menguntungkan bagi saya.”
Hafalan Tono

“Pancasila, Satu ketuhanan yang maha Esa. Dua, Kemanusiaan bagi seluruh rakyat Indonesia,”

Suara lantang Tono diteriaki dan ditertawakan oleh semua murid di kelas. Lantaran, ia salah
menyebutkan sila kedua yang tercantum di Pancasila. Bu Retno selaku guru kelas 3 SD pun
geleng-geleng kepala sambil tersenyum.

Materi tentang Pancasila sudah dijelaskan dari dua minggu yang lalu. Tetapi, Tono belum juga
hafal. Padahal, teman-teman yang lain hampir semuanya sudah bisa menghafal Pancasila.

“Tidak apa-apa Tono , kamu hapalkan lagi ya. Sekarang kamu boleh duduk di bangkumu” Bu
Retno berbicara lembut.

Tono tak bergeming. Ia tetap berada di depan kelas, di samping meja Bu Retno. “Tapi, Bu,
berarti aku bukan warga negara yang baik dong, soalnya nggak hafal Pancasila?”

Bu Retno pun tersenyum kembali, lantai ia berbicara dan memberikan penjelasan.

“Yang hafal Pancasila belum tentu bisa mengamalkannya. Dan warga negara yang baik nggak
cuma menghafal, tetapi juga mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Contohnya, bisa aja Ridwan
sudah hafal Pancasila, tapi, dia masih males ibadah dan berbohong Nah, hal kayak gitu yang
tidak melaksanakan nilai Pancasila untuk sila yang pertama.”

Tono mengangguk mengerti, lalu teman-teman sekelasnya pun ikut mengangguk juga. Lantas
dia pun embali ke tempat duduk dan mengikuti pelajaran sampai waktu belajar selesai.
Ketika jam sekolah usai, Tono mengajak Ridwan segera keluar kelas. Mereka tidak buru-buru
pulang, tapi ke mushola sekolah untuk menunaikan sholat dzuhur. Bu Retno yang melihat
mereka dari kejauhan pun tersenyum bangga.

Unsur Instrinsik Cerpen Hafalan Tono

Tema : Pendidikan karakter anak


Tokoh : Tono, Bu Retno, Ridwan
Penokohan : Tono (polos, pelupa, ingin tahu banyak hal), Bu Retno
(Baik hati, sabar, dan ramah), Ridwan (agak bandel, tapi penurut)
Latar : di dalam kelas, pagi hari
Alur cerita : maju
Sudut pandang : orang ketiga karena ditandai dengan menggunakan kata ganti seperti
‘ia’ dan ‘dia’
Amanat : Pendidikan Pancasila harus ditanamkan sejak dini serta mengamalkan
nilai-nilai Pancasila adalah cara menjadi warga negara yang baik.
TAK MAMPU MEMUTAR WAKTU

Dulu sekali, ketika tubuhku tak setinggi, seberat, sebesar dan tampak sebagai seorang remaja
seperti sekarang ini, ketika bayak orang terutama keluargaku merasa terhibur dengan
kehadiranku walaupun terkadang juga aku menjengkelkan mereka. Ketika itu, aku tak sama
seperti sekarang, tingkahku sekarang berbeda jauh dari aku yang dulu, ketika usiaku belum
terlalu mengerti untuk bertingkah yang baik, aku memang kekanak-kanakan, itu karena aku
masih anak-anak. Suasana sekarang tak sama seperti dulu, banyak sekali perubahan, dari
perkembangan zaman, cara berfikir, gobalisasi sampai global warming, sekarang memang tak
sama seperti dulu.

Dulu aku bebas, bebas tanpa terbebani banyak masalah yang memusingkan kepala, tak seperti
sekarang, hidupku ini bagaikan hanya utuk memikirkan dan menyelesaikan masalah, yang
kalau dipikirkan malah buat pusing, dan sekalipun aku mencoba menyelesakannya juga tak
kunjung selesai, wah memang masalah selalu bikin masalah dan aku lelah, aku rindu aku yang
dulu. Tapi sekarang memang tak sama seperti dulu.

Tak masalah aku sering dimarahi seperti dulu, tingkah yang tak bisa diatur dan terkadang buat
orang jengkel, itu sudah biasa aku lakukan, namanya juga anak anak, tak memperdulikan
dampaknya, yang penting aku bisa bersenang-senang. Oh anak-anak itulah masa-masa yang
menyenangkan dan memberi kesenangan.

Sekarang aku jarang dimarahi, aku lebih sering diberi nasehat, tak sama memang dimarahi dan
dinasehati, mungkin karena aku sudah dewasa. Tapi aku rindu tangan-tangan yang sebenmya
terpaksa menjewer telinga ini, mencubit lenganku ini, menghempaskan telapak tangannya ke
bagian tubuhku hingga terkadang memerah, tapi sekarang aku sadar, itu untuk kebaikanku, dan
karena mereka sayang padaku. Mungkin dulu aku merasa sakit, aku menangis sejad - jadinya
karena dimarahi orang tuaku, tapi sekarang aku mengerti alasan mereka memarahiku dan aku
rindu saat saat itu, aku tau aku rindu dan aku sangat rindu, tapi sekarang memang tak sama
seperti dulu

Persahabatan Sejati

Saat ini aku berada di kelas 9 SMP, setiap hari kujalani bersama dengan ketiga sahabatku, Aris,
Andri, dan Ana. Kami berempat sudah bersahabat sejak kecil.

Suatu saat kami menulis surat perjanjian persahabatan di sobekan kertas yang dimasukkan ke
dalam sebuah botol, kemudian botol tersebut dikubur di bawah pohon yang nantinya surat
tersebut akan kami buka saat kami menerima hasil ujian kelulusan.

Hari yang kami berempat tunggu akhirnya tiba, kami pun menerima hasil ujian dan hasilnya
kita berempat lulus semua.
Kami serentak langsung pergi berlari ke bawah pohon yang pernah kami datangi dan menggali
tepat di mana botol yang dahulu dikubur berada.

Kemudian, kami berempat membuka botol tersebut dan membaca tulisan yang dulu pernah
kami tulis. Kertas tersebut bertuliskan "Kami berjanji akan selalu bersama untuk selamanya".

Keesokan hari, Aris berencana untuk merayakan kelulusan kami berempat. Malamnya kami
berempat pergi bersama ke suatu tempat dan di situlah saat-saat yang tidak bisa aku lupakan
karena Aris berencana untuk menyatakan perasannya kepadaku. Akhirnya aku dan Aris
berpacaran.

Begitu juga dengan Andri, dia pun berpacaran dengan Ana. Malam itu sungguh malam yang
istimewa untuk kami berempat. Kami pun bergegas untuk pulang.

Ketika perjalanan pulang, entah mengapa perasaanku tidak enak.

"Perasaanku enggak enak banget ya?", ucapku penuh cemas.

“Udahlah, Ndi, santai aja, kita enggak bakalan kenapa-kenapa," jawab Andri dengan santai.

Tidak lama setelah itu, hal yang dikhawatirkan Nindi terjadi.

"Arissss awasss! di depan ada jurang!," teriak Nindi.

"Aaaaaaaaaa!!!"

Bruuukkk. Mobil yang kami kendarai masuk ke dalam jurang. Aku tak kuasa menahan air mata
yang terus mengalir sampai aku tidak sadarkan diri.

Perlahan aku buka mataku sedikit demi sedikit dan aku melihat ibu berada di sampingku.

"Nindi... kamu sudah sadar, Nak?" tanya ibuku.

"Ibu.. aku di mana? Di mana Ana, Andri, dan Aris?" tanyaku.


"Kamu di rumah sakit, Nak. Kamu yang sabar ya, Andri dan Aris tidak tertolong di lokasi
kecelakaan," jawab ibu sambil menitikkan air mata.

Aku terdiam mendengar ucapan ibu dan air mataku menetes, tangisku tiada henti mendengar
pernyataan ibu.

"Aris, mengapa kamu tinggalkan aku, padahal aku sayang banget ke kamu, aku cinta kamu,
tapi kamu ninggalin aku begitu cepat, semua pergi ninggalin aku," batinku berkata.

Lantas, dua hari berlalu dan aku berkunjung ke makam mereka, aku berharap kami bisa
menghabiskan waktu bersama sampai tua. Tetapi, sekarang semua itu hanya angan-angan. Aku
berjanji akan selalu mengenang kali
9 Frictions

Aku adalah seorang murid disebuah SMA favorit di daerahku. Aku mempunyai beberapa
teman yaitu Cepy, Afif, Rifki, Gery, Riki dan Irfan. Pada hari jumat kami mendapat tugas IPA
untuk membuat percobaan seputar Bioteknologi, akantetapi kami tidak lekas mengerjakannya
pada hari itu! karna kami memiliki kesibukan masing-masing akhirnya kami sepakat akan
mengerjakan tugas itu pada hari kamis pulang sekolah minggu depan dan itu juga dilaksanakan
berbarengan dengan latihan tari.
Mulanya kami akan ikut latihan tari dulu di sekolah karena memang sedang diadakan latihan
untuk persiapan sendra tari dua bulan lagi, tetapi karna salah seorang kami yang merayakan
ulang tahun Rizal mengundang kami untuk ikut acara ultahnya. Akhirnya kami ikut
merayakannya, yaaa walaupun sebenarnya tujuan kami hanya ingin mencicipi kue ulang
tahunnya saja, Karena keasyikan makan kue akhirnya kami lupa ada jadwal latihan tari yang
harus dilakukan. hihihi. akhirnya kami bergegas ke rumah Gery tanpa afif karena dia sedang
ada urusan lain.

unsur intrinsik cerpen persahabatan


Sesampainya dirumah Gery aku beristirahat sejenak sembari menunggu Rifki dan Irfan
Tertinggal dibelakang, Tidak lama berselang Irfan dan Rifki sampai yang berbarengan dengan
Gery yang membawakan seikat rambutan dan air dingin, Sontak kami langsung menikmati
suguhan yang diberikan Gery. Tidak lama sesudahnya Irfan mendapat telfon dari Afif yang
katanya minta dijemput di depan komplek karena ingin ikut mengerjakan tugas. Karena
mempertimbangkan jarak rumah Gery dan depan komplek sangat jauh akhirnya kami sepakat
untuk menjemput Afif dan mengerjakan dirumah Rifki karena rumah rifki memiliki jarak
paling dekat dengan depan komplek.

Bersama dengan Afif kami menuju rumah Rifki, Sesampainya disana kami beristirahat sejenak
dirumah rifki yang berada di lantai atas. Kami bercakap cakap layaknya sedang mengadakan
rapat, padahal hal yang dibahas tidak begitu penting sih hehehe, Tidak lama berselang Rifki
memanggil ibunya untuk meminta dibawakan makanan dan minuman untuk kami. Bukkk
bawain makanan saa minuman dong, pinta Rifki pada ibunya. Iya-iya bentar. Jawab ibunya.
Jangan lupa fantanya sekalian bisikku pada Rifki, hehehhe..

Akhirnya kami pergi kebawah untuk berlatih tari, sambil sesekali menyantap makanan yang
diberikan ibu Rifki. hehehe.. memang sih pada awalnya kami hanya bercanda. eh tidak taunya
rifki benar-benar meminta makanan pada ibunya.

Pada saat diperjalanan hujan pun turun kembali kami akhirnya berteduhh di sebuah saung yang
tidakk jauh dari tempat pembuatan roti. Rifki dan Irfan memutuskan utk pergi ke rumah
pembuat roti tersebut agar tugas kami cepat selesai jadi aku, Ceppy , Gery dan Riki pun
menungguu di saung yang juga merupakan pos ronda. setelah beberapa menit Irfan dan Rifki
keluar menghampiri kami pada saat keadaan masih gerimis, Kami berharap semuanya sudah
beres dan selesai, akan tetapi masih ada proses yakni mengoven roti, dan ternyata dirumah itu
hanya membuat adonan roti saja yang nanti akan di oven di toko yang letaknya agak jauh dari
tempat pembuatan adonan itu.

Kami pun pergi walau keadaan masih gerimis, sesampainya di toko Rifki mengusulkan agar
roti dibentuk seperti kata-kata 9F, akhirnya kami pun setuju, tetapi Riki mengusulkan kata kata
9 Fiction yang memiliki arti 9 Fiksi. Jujur saja aku tidak terlalu paham mengapa ia memilih
kata-kata itu namun kami menyetujui usulannya tersebut. karena Rifki khawatir hujan akan
semakin lebat akhirnya ia menyuruh kami untuk pulang kerumah masing-masing dan sisanya
dia yang mengerjakan, maka kami pun menyetujui dan pulang kerumah kami masing masing.

Keesokan harinya setelah kue jadi, Kami menyerahkannya sebagai tugas boteknologi kami.
Tidak disangka-sangka ternyata kami mendapatkan nilai terbaik dikelas.

Unsur Intrinsik Cerpen


Tema : Pertemanan, dan kegigihan.
Sudut Pandang : Sudut pandang cerpen diatas menggunakan sudut pandang orang
pertama.
Amanat : Dalam pertemanan rasa setia kawan adalah sifat yang harus dimiliki
seseorang, jangan menunda-nunda pekerjaan.
Alur : maju.
Latar : sekolah , rumah Rifki , Rumah Gery, Toko Roti, Pos Ronda.
Penokohan dan perwatakan:

• afif : Baik
• Riki : Baik
• Cepy : Baik
• Aughy : Baik
• Gery : Baik
• Rifki : Baik, bertanggung jawab dan humoris.
• Irfan : Baik

Hafalan Tono
“Pancasila, Satu ketuhanan yang maha Esa. Dua, Kemanusiaan bagi seluruh rakyat Indonesia,”

ORIENTASI
Suara lantang Tono diteriaki dan ditertawakan oleh semua murid di kelas. Lantaran, ia salah
menyebutkan sila kedua yang tercantum di Pancasila. Bu Retno selaku guru kelas 3 SD pun
geleng-geleng kepala sambil tersenyum.

KOMPLIKASI
Materi tentang Pancasila sudah dijelaskan dari dua minggu yang lalu. Tetapi, Tono belum juga
hafal. Padahal, teman-teman yang lain hampir semuanya sudah bisa menghafal Pancasila.

“Tidak apa-apa Tono , kamu hapalkan lagi ya. Sekarang kamu boleh duduk di bangkumu” Bu
Retno berbicara lembut.

Tono tak bergeming. Ia tetap berada di depan kelas, di samping meja Bu Retno. “Tapi, Bu,
berarti aku bukan warga negara yang baik dong, soalnya nggak hafal Pancasila?”

RESOLUSI
Bu Retno pun tersenyum kembali, lantai ia berbicara dan memberikan penjelasan.

“Yang hafal Pancasila belum tentu bisa mengamalkannya. Dan warga negara yang baik nggak
cuma menghafal, tetapi juga mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Contohnya, bisa aja Ridwan
sudah hafal Pancasila, tapi, dia masih males ibadah dan berbohong Nah, hal kayak gitu yang
tidak melaksanakan nilai Pancasila untuk sila yang pertama.”

Tono mengangguk mengerti, lalu teman-teman sekelasnya pun ikut mengangguk juga. Lantas
dia pun embali ke tempat duduk dan mengikuti pelajaran sampai waktu belajar selesai.

KODA
Ketika jam sekolah usai, Tono mengajak Ridwan segera keluar kelas. Mereka tidak buru-buru
pulang, tapi ke mushola sekolah untuk menunaikan sholat dzuhur. Bu Retno yang melihat
mereka dari kejauhan pun tersenyum bangga.
Unsur Instrinsik Cerpen Hafalan Tono

Tema : Pendidikan karakter anak


Tokoh : Tono, Bu Retno, Ridwan
Penokohan : Tono (polos, pelupa, ingin tahu banyak hal),
Bu Retno (Baik hati, sabar, dan ramah),
Ridwan (agak bandel, tapi penurut)
Latar : di dalam kelas, pagi hari
Alur cerita : maju
Sudut pandang : orang ketiga karena ditandai dengan menggunakan kata ganti seperti
‘ia’ dan ‘dia’
Amanat : Pendidikan Pancasila harus ditanamkan sejak dini serta mengamalkan
nilai-nilai Pancasila adalah cara menjadi warga negara yang baik.
Baik Luar Dalam

Orientasi
Di suatu hari yang cerah, terdapat dua orang gadis bernama Dian dan Lisa yang tengah
mengerjakan tugas sekolah di rumahnya Dian. Mereka berdua mengerjakan tugas sekolah
dengan serius dan suasananya pun nampak hening.

Kemudian datanglah teman Dian yang bernama Tyas di depan rumahnya. Namu Dian sendiri
seolah tidak memperhatikan kehadiran Tyas tersebut.

“Dian, itu di depan rumah ada Tyas sedang nungguin kamu, buruan temui dia, kasian sudah
sejak tadi dia nungguin kita.” Ujar Lisa yang tengah mengerjakan tugas di rumah Dian.

Rangkaian peristiwa
“Bi, bilangin ke Tyas yang ada di depan rumah kalau aku sedang pergi atau bilang gak ada gitu
ya.” Pinta Dian kepada Bibi yang bekerja sebagai pembantu di rumahnya.

“Baik non, Bibi sampaikan.” Jawab si Bibi.

“Eh Dian, kenapa kamu seperti itu sama Tyas? Padahal kan dia pastinya sudah datang jauh-
jauh, kenapa kamu usir, gak enak kan. Kasian dia, dia juga anak yang baik Yan.” Ujar Lisa
yang coba menasehati Dian.

Komplikasi
“Kamu itu gak tau Tyas apa Lis, dari luarnya memang dia orang yang baik, ramah dan juga
manis.
Tetapi masa kamu hanya mengukur sifat dan sikap seseorang hanya dengan begitu saja, dia itu
hanya manis di luar tapi dalamnya pahit tahu.” Jawab Dian dengan sinis.

“Loh, pahit gimana maksudnya Yan?” Balas Lisa yang masih bingung dengan jawaban Dian.

“Tahu gak sih kamu Lis, Tyas itu sering banget membicarakan keburukan orang lain.

Bahkan dia sering membicarakan keburukan teman sendiri di belakangnya. Pokoknya banyak
banget deh kalo harus jelasinnya.” Jawab Dian dengan setengah sinis.

Resolusi
“Dia itu beda banget sama kamu Lis, kamu itu judes, ceplas ceplos kalo ngomong sama aku,
tetapi setidaknya kamu mempunyai hati yang tulus Lis, bukannya sahabat yang baik di luarnya
saja tapi dalamnya busuk.

Dalam menjalin pertemanan, aku tidak membutuhkan tampilan luar dari seseorang Lis” Jelas
Dian panjang lebar kepada Lisa.

Unsur Intrinsik Cerpen

Tema : Persahabatan.
Alur/Plot : Maju.
Setting : Rumah Dian, depan rumah, hari yang cerah, sinis.
Tokoh : Dian, Lisa Tyas, Bibi pembantu rumah.
Watak : Dian (protagonis), Tyas (antagonis), Lisa (netral).
Sudut Pandang : Sudut pandang orang pertama pelaku sampingan.
Amanat : Dalam menjalin pertemanan harus baik di depan dan tidak menjelek-
jelekkan temannya.
BELAJAR DI KALA PANDEMI

ORIENTASI
Aku duduk tak berdaya seperti kehabisan tenaga. Pak Yanto, wali kelasku memberitahukan
dengan tegas bahwa pembelajaran harus dilaksanakan di rumah. Itu berarti, seluruh aktivitas
sekolah akan dihentikan sementara. Namun, entah sampai kapan.
RANGKAIAN PERISTIWA
Semua ini terjadi gara-gara virus yang hadir di wilayah kami. Untuk menghentikan penyebaran
virus tersebut, terpaksa sekolah harus dihentikan dan melakukan pembelajaran jarak jauh.

RANGKAIAN PERISTIWA
Tetapi, baru hari ketiga pembelajaran terhambat. Aku dan teman-temanku yang memiliki
keterbatasan ekonomi harus susah payah membeli kuota dan gadget. Karena pembelajaran
dilakukan melalui laptop ataupun smartphone yang membutuhkan internet.

KOMPLIKASI
“Mak, boleh nggak beliin aku hp yang lebih bagus?” pintaku ke Emak, meskipun aku tak tega
karena hasil jualan tempe di pasar hanya cukup untuk sehari-hari.

KOMPLIKASI
“Nanti ya Lina, Emak nabung dulu,” jawab Emak pelan.

RANGKAIAN PERISTIWA
Aku hanya sesekali bisa mengikuti pembelajaran lewat handphone yang sudah usang.
Terkadang aku tidak bisa mengikuti video pembelajaran. Aku mencari cara agar aku tetap bisa
mengikuti pelajaran. Lalu aku teringat dengan Dira. Teman sekelasku yang pintar dan kaya,
kebetulan rumahnya pun dekat dengan rumahku. Tetapi, ketika aku mengetuk pintu rumahnya,
ia dengan sombong seperti mengusirku.

RANGKAIAN PERISTIWA
“Kamu mau numpang belajar Lin?”

KOMPLIKASI
“Iyah Dir boleh nggak ngeliat di laptop kamu? Kita bareng-bareng gitu belajarnya.”

RANGKAIAN PERISTIWA
“Hmm gimana ya, tapi aku mau ke rumah nenekku sekarang..” ujar dia pelan dan aku
mengetahui bahwa ia hanya mencari-cari alasan.
RANGKAIAN PERISTIWA
“Oh gitu, iya gapapa Dira. Hati-hati ke rumah neneknya ya,” aku langsung berbalik badan dan
kudengar ia pun langsung menutup pintu rumah.

RESOLUSI
Untunglah satu minggu sesudahnya kantor desa menyediakan laptop dan wifi gratis. Aku bisa
menggunakannya sesuai dengan jam pelajaran. Kutemui juga teman-temanku yang bernasib
sama di kantor desa. Aku dan mereka semangat mengikuti pelajaran meskipun dalam kondisi
seperti ini.

UNSUR INTRINSIK CERPEN BELAJAR DI KALA PANDEMI

Tema : Pendidikan
Tokoh : Lina, Pak Yanto, Emak, Dira
Latar : ruang kelas, rumah Lina, rumah Dira, dan kantor desa
Penokohan : Lina (baik, semangat, pantang menyerah), Emak
(sabar dan penyayang), Dira (sombong dan pelit),
Pak Yanto (baik dan tegas)
Alur cerita : Maju
Sudut pandang : Orang pertama karena ditandai dengan menggunakan kata ‘Aku’
Amanat : Meraih pendidikan dan mengikuti pembelajaran di sekolah harus tetap
semangat di kondisi apapun.
PERLOMBAAN BURUNG BANGAU DAN KOLIBRI

ORIENTASI

Burung bangau dan burung kolibri berteman baik. Bangau bertubuh tinggi dan kurus.
Sementara kolibri bertubuh kecil dan gesit. Mereka sama-sama suka makan ikan di sebuah
danau.

KOMPLIKASI

"Aku cukup khawatir jumlah ikan di sini tidak akan untuk kita berdua. Ayo kita berlomba
untuk menentukan siapa yang dapat makan ikan di danau ini?" tantang kolibri kepada bangau.

Kolibri yakin bisa mengalahkan bangau dengan kecepatannya. Bangau tidak mau kalah. Ia
menerima tantangan kolibri.

RESOLUSI

Mereka pasti akan berlomba selama empat hari. Garis akhirnya adalah sebuah pohon tua di
hulu sungai. Siapa yang berhasil mencapai pohon itu duluan maka semua ikan di danau jadi
miliknya.

Keesokan paginya, mereka memulai lomba. Kolibri terbang dengan sangat cepat. Sementara
bangau terbangnya lamban. Sepanjang perjalanan, kolibri sering teralihkan oleh bunga-bunga
yang indah. Ia sering berhenti untuk menikmati sari bunga yang lezat.

Karena terlalu asyik menikmati sari bunga, kolibri segera disusul bangau. Melihat kolibri
mengisap sari bunga, bangau segera meninggalkannya.

Kolibri sadar dan segera menyusul bangau dengan cepat. Ia pun berhasil menyusulnya. Saat
malam tiba, kolibri kecapaian dan pingsan. Sementara itu, bangau tetap terbang.
Esoknya, kolibri bangun dan sadar dia tertinggal oleh bangau. Namun, lagi-lagi kolibri berhenti
dan tertarik untuk mengisap sari bunga.

Pada malam ketiga, kolibri tidur lagi. Paginya, ia segera terbang mencapai pohon yang menjadi
garis akhir lomba. Namun, kaget karena bangau lebih dulu sampai pohon itu.

KODA

Akhirnya, bangau yang terbang dengan tenang dan malam memenangkan perlombaan.
Sementara, kolibri yang sering berhenti di tengah perjalanan kalah.

Sejak saat itu, bangau memakan ikan di danau. Sedangkan, kolibri memakan sari bunga.

UNSUR INTRINSIK CERPEN

Tema : Perlombaan burung


Alur/Plot : Maju
Setting : Danau, sebuah pohon tua di hulu sungai, pagi hari, bunga-bunga yang
indah, malam hari
Tokoh : Burung Bangau, Burung Kolibri
Watak : Burung Bangau (protagonis), Burung Kolibri(antagonis)
Sudut pandang : Sudut pandang orang ketiga
Amanat : Walaupun kita kalah kita tidak boleh marah kita harus terima kekalahan
tersebut dengan lapang dada
Hafalan Tono

“Pancasila, Satu ketuhanan yang maha Esa. Dua, Kemanusiaan bagi seluruh rakyat Indonesia,”

ORIENTASI
Suara lantang Tono diteriaki dan ditertawakan oleh semua murid di kelas. Lantaran, ia salah
menyebutkan sila kedua yang tercantum di Pancasila. Bu Retno selaku guru kelas 3 SD pun
geleng-geleng kepala sambil tersenyum.

KOMPLIKASI
Materi tentang Pancasila sudah dijelaskan dari dua minggu yang lalu. Tetapi, Tono belum juga
hafal. Padahal, teman-teman yang lain hampir semuanya sudah bisa menghafal Pancasila.

“Tidak apa-apa Tono , kamu hapalkan lagi ya. Sekarang kamu boleh duduk di bangkumu” Bu
Retno berbicara lembut.

Tono tak bergeming. Ia tetap berada di depan kelas, di samping meja Bu Retno. “Tapi, Bu,
berarti aku bukan warga negara yang baik dong, soalnya nggak hafal Pancasila?”

RESOLUSI
Bu Retno pun tersenyum kembali, lantai ia berbicara dan memberikan penjelasan.

“Yang hafal Pancasila belum tentu bisa mengamalkannya. Dan warga negara yang baik nggak
cuma menghafal, tetapi juga mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Contohnya, bisa aja Ridwan
sudah hafal Pancasila, tapi, dia masih males ibadah dan berbohong Nah, hal kayak gitu yang
tidak melaksanakan nilai Pancasila untuk sila yang pertama.”

Tono mengangguk mengerti, lalu teman-teman sekelasnya pun ikut mengangguk juga. Lantas
dia pun embali ke tempat duduk dan mengikuti pelajaran sampai waktu belajar selesai.

KODA
Ketika jam sekolah usai, Tono mengajak Ridwan segera keluar kelas. Mereka tidak buru-buru
pulang, tapi ke mushola sekolah untuk menunaikan sholat dzuhur. Bu Retno yang melihat
mereka dari kejauhan pun tersenyum bangga.

Unsur Instrinsik Cerpen Hafalan Tono


Tema : Pendidikan karakter anak
Tokoh : Tono, Bu Retno, Ridwan
Penokohan : Tono (polos, pelupa, ingin tahu banyak hal), Bu Retno (Baik hati,
sabar, dan ramah), Ridwan (agak bandel, tapi penurut)
Latar : di dalam kelas, pagi hari
Alur cerita : maju
Sudut pandang : orang ketiga karena ditandai dengan menggunakan kata ganti seperti
‘ia’ dan ‘dia’
Amanat : Pendidikan Pancasila harus ditanamkan sejak dini serta mengamalkan
nilai-nilai Pancasila adalah cara menjadi warga negara yang baik.
MENGAJARKAN TENTANG BERSIKAP RENDAH HATI

ORIENTASI
Ada seorang anak bernama Fitri, dia merupakan murid kelas 6 SD yang sangat pintar dan baik
hati. Di sekolah sangat banyak teman yang menyukainya karena sikapnya tersebut. Tidak
jarang, semua ingin berteman dengan Fitri. Ada lagi anak perempuan bernama Ita, ia
berbanding terbalik dengan Fitri. Ia pintar namun sangat sombong. Temannya hanya dua yaitu
Lisa dan Lily, gadis kembar di sekolahnya.

KOMPLIKASI

Suatu hari, Ibu guru mengumumkan bahwa akan ada perlombaan membaca pidato dua minggu
lagi. Bu Yati selaku wali kelas 6 membuka kesempatan seluas-luasnya bagi siapa saja yang
ingin ikut seleksi. Fitri dan Ita jelas ikut berpartisipasi. Setiap hari mereka selalu latihan
membaca pidato agar lolos seleksi. Sampai hari penyeleksian tiba, keduanya memberikan
tampilan yang memukau lalu dinyatakan lolos.

RESOLUSI

Saat hari perlombaan tiba, Ita terus saja membanggakan dirinya, menyatakan bahwa pasti ia
akan juara. Sebab sebelumnya dia juga pernah menjadi juara waktu kelas 5 SD di lomba pidato.
Berbeda dengan Fitri, ia tidak henti-hentinya berdoa dan berlatih, mencoba menghafal kembali
teks pidato. Ita pun dipanggil lebih dulu, sang juara kelas 5 SD kini mendadak lupa teks pidato
yang sudah dihafalnya.

KODA

Setelah itu, Fitri maju dan memberikan penampilan yang sangat bagus. Semua juri kagum
termasuk Bu Yati yang saat itu datang untuk menemani mereka lomba. Pengumuman pun tiba,
Fitri keluar menjadi juara 1 sedangkan Ita harus menahan air matanya karena dia tidak menang
sama sekali.

UNSUR INTRINSIK CERPEN

Tema : Mengajarkan tentang kebaikan rendah hati


Alur/Plot : Maju
Setting : Sekolah
Tokoh : Fitri, Ita, Lisa, Lily, Ibu guru, Bu Yati
Watak : Fitri (protagonis), Ita (antagonis), (Lisa, Lily, Ibu guru,
Bu Yati (tokoh sampingan))
Sudut pandang : Sudut pandang orang ketiga
Amanat : Kita bahwa harus menjadi orang yang rendah hati dan jangan sombong.
Kupu-Kupu Berhati Mulia

Orientasi
Dikisahkan pada suatu hari yang cerah ada seekor semut berjalanjalan di taman. Ia sangat
bahagia karena bisa berjalan-jalan melihat taman yang indah. Sang semut berkeliling taman
sambil menyapa binatang-binatang yang berada di taman itu.

Komplikasi
Ia melihat sebuah kepompong di atas pohon. Sang semut mengejek bentuk kepompong yang
jelek yang tidak bisa pergi ke mana-mana.

“Hei, kepompong alangkah jelek nasibmu. Kamu hanya bisa menggantung di ranting itu. Ayo
jalan-jalan, lihat dunia yang luas ini. Bagaimana nasibmu jika ranting itu patah?”

Sang semut selalu membanggakan dirinya yang bisa pergi ke tempat ia suka. Bahkan, sang
semut kuat mengangkat beban yang lebih besar dari tubuhnya. Sang semut merasa bahwa
dirinya adalah binatang yang paling hebat. Si kepompong hanya diam saja mendengar ejekan
tersebut.
Pada suatu pagi sang semut kembali berjalan ke taman itu. Karena hujan, di mana-mana
terdapat genangan lumpur. Lumpur yang licin membuat semut tergelincir ke dalam lumpur. Ia
terjatuh ke dalam lumpur. Sang semut hampir tenggelam dalam genangan itu. Semut berteriak
sekencang mungkin untuk meminta bantuan. “ Tolong, bantu aku! Aku mau tenggelam,
tolong..., tolong....!

Resolusi
Untunglah saat itu ada seekor kupu-kupu yang terbang melintas. Kemudian, kupu-kupu
menjulurkan sebuah ranting ke arah semut.

“Semut, peganglah erat-erat ranting itu! Nanti aku akan mengangkat ranting itu.”

Lalu, sang semut memegang erat ranting itu. Si kupu-kupu mengangkat ranting itu dan
menurunkannya di tempat yang aman. Kemudian, sang semut berterima kasih kepada kupu-
kupu karena kupu-kupu telah menyelamatkan nyawanya. Ia memuji kupu-kupu sebagai
binatang yang hebat dan terpuji.

Mendengar pujian itu, kupu-kupu berkata kepada semut. “Aku adalah kepompong yang pernah
diejek,” kata si kupukupu. Ternyata, kepompong yang dulu ia ejek sudah menyelamatkan
dirinya.”

Koda
Akhirnya, sang semut berjanji kepada kupu-kupu bahwa dia tidak akan menghina semua
makhluk ciptaan Tuhan yang ada di taman itu.

Unsur Intrinsik Cerpen

Tema : kupu-kupu berhati mulia


Alur/Plot : Maju.
Setting : taman, atas pohon, hari yang cerah, sombong.baik hati.
Tokoh : semut, kupu-kupu.
Watak : kupu-kupu (protagonis), semut (antagonis).
Sudut Pandang : Sudut pandang orang pertama pelaku sampingan.
Amanat : tidak boleh sombong akan kelebihan diri sendiri, karena setiap
makhluk hidup punya kekurangan dan kelebihannya masing-masing.
Seekor Rubah dan Seekor Kucing

Orientasi
Suati hari, ada seekor rubah dan seekor kucing sedang mencari. Si rubah adalah hewan yang
sombong, yang membuat pintarnya dia.

"Kenapa, saya tahu setidaknya seribu cara untuk menjauh dari musuh kita bersama, yaitu
anjing," katanya.

Komplikasi
"Saya hanya tahu satu cara untuk menjauh dari anjing," kata si kucing. "Kamu harus mengajari
saya beberapa trik menjauh dari anjing."

"Oke, mungkin suatu hari nanti, saat saya punya waktu, saya bisa mengajarkan kamu beberapa
trik sederhana," jawab rubah enteng.

Saat itu mereka mendengar gonggongan dari anjing dari distance. Lama-kelamaan anjing itu
datang ke arah mereka.

Resolusi
itu pun kucing berlari ke arah pohon terdekat dan naik ke cabang di luar jangkauan anjing
tersebut "Ini adalah trik yang satu-satunya aku tahu" kata si kucing. "Mana seribu trik yang
akan kau gunakan?"

Rubah itu pun duduk diam di bawah pohon, bertanya-tanya pada dirinya trik apa yang harus
dipakai. Sebelum dia mengambil keputusan, anjing-anjing tersebut tiba-tiba, dan anjing itu
menghajar rubah dan mencabik-cabiknya.
Koda
Pesan moral yang dapat kita ambil dari cerita tersebut adalah satu rencana yang berjalan lebih
baik dari seribu rencana yang masih diragukan.

Unsur Intrinsik Cerpen

Tema : seekor rubah dan seekor kucing


Alur/Plot : maju.
Setting : di bawah pohon.
Tokoh : rubah, kucing,anjing.
Watak : rubah(protagonis), kucing (netral), anjing (protagonis).
Sudut Pandang : Sudut pandang orang pertama pelaku sampingan.
Amanat : jangan suka membuat pertengkaran jika tidak ingin kena imbas nya.

Anda mungkin juga menyukai