Anda di halaman 1dari 5

Full Day School Berdampak Buruk bagi Siswa

Pendidikan merupakan satu hal yang sangat penting bagi anak terutama untuk
mempersiapkan masa depannya. Dengan pendidikan yang berkualitas maka
pengetahuan dan wawasan anak semakin luas. Sayangnya, kualitas pendidikan di
Indonesia masih kurang dibanding dengan negara lain. Untuk itu, pemerintah selalu
berupaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, salah satunya dengan
mengadakan perubahan kurikulum untuk menyesuaikan dengan perkembangan dan
kemajuan zaman.

Saat ini, Indonesia sedang menggunakan kurikulum 2013, dimana aplikasi


dalam kurikulum ini adalah pendidikan karakter (Fitri, 2014). Untuk memenuhi aspek
tersebut, Muhadjir Effendi selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menerapkan
suatu program, yaitu sekolah sehari penuh (ful day school). Full day school merupakan
suatu proses pembelajaran yang dilaksanakan sehari penuh yang menerapkan dasar
intergrated curriculum dan integrated activity, yang berarti hampir seluruh aktivitas
anak berada di sekolah, mulai dari belajar, makan, bermain, dan ibadah dikemas dalam
dunia pendidikan (Hilalah, 2009)

Alasan diberlakukannya full day school sendiri untuk membuat siswa lebih
memiliki kegiatan di sekolah dibandingkan berada sendirian di rumah ketika orang tua
mereka masih sibuk bekerja. "Dengan sistem full day school ini secara perlahan anak
didik akan terbangun karakternya dan tidak menjadi 'liar' di luar sekolah ketika orang
tua mereka masih belum pulang dari kerja," kata Mendikbud, sehingga siswa menjadi
lebih terawasi. Selain itu, penerapan full day school juga ditujukan agar siswa
mendapatkan pendalaman materi lebih di sekolah.

Namun, apakah penerapan sistem full day school sudah tepat?, Dengan
diterapkannya full day school, seakan menyerahkan tanggung jawab pendidikan kepada
sekolah, termasuk pendidikan karakter. Padahal pendidikan juga merupakan tanggung
jawab orang tua. Kesibukan orang tua tidak bisa dijadikan sebagai alasan untuk
menyerahkan pendidikan anak mereka pada institusi pendidikan. Institusi pendidikan
bukan sebagai tempat penitipan anak. Selain itu, tidak semua orang tua tidak dapat
mengurus dan mengawasi anak mereka karena terlalu sibuk bekerja. ”Di Indonesia,
hanya sebagian kecil orang tua yang tidak bisa mengurus dan mendidik anak mereka
sepulang sekolah karena alasan pekerjaan” (Candra Okta Della, 2014), sehingga
kesibukan kerja orang tua sebagai alasan diterapkannya full day school jelas tidak
realistis

Lalu adakah perubahan positif yang didapat dari sistem full day school?, Hal
inilah yang masih menjadi pertanyaan, nyatanya sistem pendidikan full day school
tidaklah efektif. Buktinya tidak ada perbedaan menonjol antara sekolah yang
menerapkan sistem full day dengan yang tidak. Siswa yang bersekolah full day tidak
juga memiliki kualitas dan juga prestasi yang lebih unggul daripada anak yang tidak
bersekolah full day. Mengapa bisa demikian? Bukankah mereka mendapatkan asupan
pembelajaran yang lebih di sekolah?

Memiliki waktu belajar yang panjang di sekolah tidak menjamin siswa menjadi
lebih pintar dan berprestasi. Hal ini dikarenakan daya serap otak manusia yang terbatas.
Apalagi ketika siang hari, siswa cenderung menjadi jenuh sehingga tidak dapat
menyerap pembelajaran dengan maksimal.

Alih-alih menjadikan siswa semakin pintar, full day school justru berdampak
buruk bagi siswa. Penambahan jam belajar siswa di sekolah akan menimbulkan banyak
masalah. Jadwal kegiatan siswa diluar sekolah menjadi berantakan. Mereka pun menjadi
keteteran mengerjakan pekerjaan rumah karena waktunya mepet ke malam. Belum lagi
pada malam harinya, siswa masih harus belajar. Sungguh padat kegiatan siswa bukan?
Padahal, tidak semua anak bisa bertahan dalam kondisi jadwal yang padat. Hal ini
membuat anak rentan stres, mengalami kejenuhan dan kelelahan, sehingga tidak belajar
secara optimal baik di sekolah maupun di rumah. (Anindya, 2017)

Dalam aspek sosial, Full day school jelas akan mengurangi waktu bersosialisasi
dan bermain bersama teman sebaya mereka. “Memang di sekolah, siswa memiliki
waktu bersosialisasi dan bermain. Akan tetapi, sosialisasi dan bermain mereka hanya
terbatas pada teman sekolah”, Peneliti Merapi Cultural Institute, Agustinus Sucipto.
Padahal, sosialisasi dan bermain dengan teman di luar sekolah bersifat lebih luas. Full
day school juga dapat mempersempit komunikasi anak dengan orang tua, hal ini
dikarenakan setelah seharian bersekolah, mereka langsung istirahat atau mengerjakan
tugas sekolah.

Dari semua itu, kita ketahui bahwa full day school banyak mendatangkan
dampak buruk bagi siswa. Oleh karena itu, pemerintah khususnya Mentri Pendidikan
dan Kebudayaan (Mendikbud) diharapkan untuk mengkaji dan mempertimbangkan
ulang penerapan full day school ini serta menggantinya dengan program pembelajaran
yang lebih efektif dan bermanfaat bagi pelajar.
Full Day School Berdampak Buruk bagi Siswa

Disusun Oleh :

Dhifa Farah Miftah

XII MIPA 3 / 11

SMA NEGERI 1 TAMAN

Tahun Ajaran 2018/2019

Jl. Sawunggaling 2 Jemundo, Taman, 61257


Daftar Pustaka

Della, Candra Okta. 2016 .Ini Alasan Indonesia Belum Butuh Full Day School (Online)

http://palembang.tribunnews.com/2016/08/10/ini-alasan-indonesia-belum-butuh-
full-day-school . Diakses pada tanggal 17 Februari 2019

Prihatanty, Rosie. 2017 . Analisis Sistem Full Day School untuk membangun
kecerdasan Interpersonal Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah 4 Malang (PDF)

http://eprints.umm.ac.id/35535/3/jiptummpp-gdl-rosiepriha-48177-3-babii.pdf .
Diakses pada tanggal 18 Februari 2019

Sobri, Ali. 2012 . Banyak Kerugian jika Jam Belajar Siswa Ditambah. (Online)

https://megapolitan.kompas.com/read/2012/10/15/17294926/Banyak.Kerugian.ji
ka.Jam.Belajar.Siswa.Ditambah . Diakses pada tanggal 17 Februari 2019

Yuliawati, Antara. 2016 . Alasan Menteri Muhadjir Usulkan 'Full Day School' (Online)
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160808135054-20-149886/alasan-
menteri-muhadjir-usulkan-full-day-school . Diakses pada tanggal 19 Februari 2019

Anda mungkin juga menyukai