Anda di halaman 1dari 48

MODUL

PRAKTIKUM
PERANCANGAN
SISTEM KERJA DAN
ERGONOMI

Program Studi Teknik Industri


Fakultas Teknik

UPN "VETERAN" JAWA TIMUR 2021


PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

PANDUAN PRAKTIKUM
PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

Kepala Laboratorium
Ir. Akmal Suryadi, MT.
NIP. 19650112 199003 1 001

Laboran
Purwati, S.T.
NPT. 377031003161

Asisten Laboratorium
 Faiz Travessa Juhaim Koordinator Laboratorium
18032010073
 Imanda Rahmasari Wakil Koordinator Laboratorium
18032010003
 Dina Rosidah Sekretaris I
18032010051
 Khoirotun Nisak Sekretaris II
18032010010
 Rizki Novadila Bendahara
18032010018
 Fiki Marchel Perdana Hubungan Masyarakat
18032010124

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
2021

ii
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
dapat tersusun buku panduan atau modul praktikum Perancangan Sistem Kerja Dan
Ergonomi. Dengan adanya buku panduan atau modul ini, mahasiswa mempunyai
gambaran dari suatu sistem kerja yang sederhana dan dapat mengembangkan
pengetahuan yang didapat dari bangku kuliah.
Kami menyadari bahwa penyusunan buku panduan atau modul ini masih jauh
dari kesempurnaan, untuk itu kami mohon saran dan kritik yang bersifat
membangun guna perbaikan dan kesempurnaan modul ini. Kami ucapkan
terimakasih untuk semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penyusunan
buku panduan atau modul praktikum Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga modul
praktikum ini dapat memberikan manfaat dan peningkatan buku pedoman bagi
pembaca maupun praktikan.

Surabaya, Januari 2021

Tim Penyusun

iii
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

TATA TERTIB
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN
ERGONOMI

Dalam meningkatkan kedisiplinan pada Praktikum Perancangan Sistem Kerja


dan Ergonomi maka para praktikan diharapkan mematuhi tata tertib yang berlaku
antara lain:
1. Praktikan diwajibkan memakai baju berkerah dan sopan pada saat kegiatan
praktikum.
2. Apabila terlambat lebih dari 5 menit maka dianggap resume.
3. Apabila terlambat lebih dari 15 menit praktikan tidak diperkenankan
mengikuti praktikum pada hari atau sesi tersebut namun bisa diganti dengan
mengikuti sesi selanjutnya.
4. Syarat praktikum adalah wajib membawa tugas pendahuluan yang
dibebankan secara kelompok. Apabila tidak mengerjakan maka tidak
diperkanankan mengikuti praktikum dan dianggap tidak mengikuti
praktikum.
5. Apabila izin atau sakit wajib menginformasikan Asisten Laboratorium
maksimal H-1 sebelum praktikum (menggunakan surat tertulis) serta terdapat
alasan yang kuat dan tidak dapat dihindari serta dapat mengikuti sesi
selanjutnya.
6. Seluruh praktikan harap menonaktifkan mikrofon (mute) pada saat
praktikum, kecuali pada saat berinteraksi.
7. Nama yang digunakan pada saat praktikum adalah nama lengkap bukan
singkatan.
8. Praktikan tidak diperkanankan makan dan minum pada saat praktikum
berlangsung.
9. Praktikan wajib menyalakan video kamera dan harus terlihat wajahnya pada
saat praktikum. Jika izin ke toilet dimohon untuk menulis di kolom chat room.
10. Ketidakhadiran lebih dari 3x dianggap gugur, kecuali ada persetujuan dari
Kalab. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi untuk dapat mengikuti
praktikum selanjutnya.

iv
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

11. Sistem Penilaian dari praktikum:


a. Keaktifan : 5%
b. Attitude : 5%
c. Test Awal : 10%
d. Presentasi : 15%
e. Tugas Pendahuluan : 15%
f. Laporan : 25%
g. Uglob : 25%

v
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL i
PANDUAN PRAKTIKUM ii
KATA PENGANTAR iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM iv
DAFTAR ISI vi
MODUL I PETA KERJA KESELURUHAN DAN PETA KERJA
SETEMPAT 1
MODUL II PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI 6
MODUL III SAMPLING KERJA 14
MODUL IV PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN 18
MODUL V BIOMEKANIKA 23
MODUL VI ANTROPOMETRI 30
DAFTAR PUSTAKA 37
LAMPIRAN 38

vi
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

MODUL I
PETA KERJA KESELURUHAN DAN
PETA KERJA SETEMPAT

1.1. Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum peta kerja ini adalah:
a. Peta Kerja Keseluruhan (peta proses operasi)
1. Mengetahui aliran bahan (aktivitas orang) mulai awal proses hingga
proses terakhir.
2. Mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan (orang) selama proses
berlangsung.
3. Menganalisa tempat dimana terjadi ketidak efisienan pekerjaan.
4. Menganalisis perbaikan suatu sistem kerja.
b. Peta Kerja Setempat (peta tangan kiri dan tangan kanan)
1. Menyeimbangkan kedua tangan dan mengurangi kelelahan.
2. Menghilangkan (mengurangi) gerakan yang tidak efisien dan tidak
produktif.
3. Melatih pekerjaan baru dengan cara kerja yang ideal.
4. Menganalisa tempat dimana terjadi ketidakefisienan pekerjaan.
5. Menganalisis perbaikan suatu sistem kerja.

1.2. Landasan Teori


1.2.1. Peta Kerja Keseluruhan
Peta kerja keseluruhan adalah peta kerja yang menggambarkan kegiatan kerja
secara keseluruhan dari mulai sampai menjadi produk. Suatu kegiatan disebut
kegiatan kerja keseluruhan apabila kegiatan tersebut melibatkan sebagian besar atau
semua fasilitas yang diperlukan untuk membuat produk yang bersangkutan.
Sedangkan suatu kegiatan disebut kegiatan kerja setempat, apabila kegiatan
tersebut terjadi dalam jumlah terbatas. Hubungan antara kedua macam kegiatan di
atas akan terlihat bila untuk menyelesaikan suatu produk diperlukan beberapa
stasiun kerja, dimana satu sama lainnya saling berhubungan, misalnya suatu

1
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

perusahaan perakitan yang mempunyai bermacam-macam mesin produksi atau


stasiun kerja.
Diatas sudah diuraikan bahwa sebelum dilakukan penelitian secara terperinci
disetiap stasiun kerja terlebih dahulu kita perlu mengetahui proses yang terjadi
sekarang secara keseluruhan. Keadaan ini bisa diperoleh dengan menggunakan peta
proses operasi. Kalau kita perhatikan suatu peta operasi maka dapat dikatakan
bahwa peta proses operasi ini merupakan suatu diagram yang menggambarkan
langkah-langkah proses yang akan dialami bahan (bahan-bahan) baku mengenai
urutan-urutan operasi dan pemeriksaan. Sejak dari awal sampai menjadi produk jadi
utuh maupun sebagai komponen, dan juga memuat informasi-informasi yang
diperlukan untuk analisa lebih lanjut, seperti: waktu yang dihabiskan, material yang
digunakan, dan tempat atau alat atau mesin yang dipakai. Jadi dalam suatu peta
proses operasi, dicatat hanyalah kegiatan-kegiatan operasi dan pemeriksaan saja,
kadang-kadang pada akhir proses dicatat tentang penyimpanan.
Peta kerja keseluruhan digunakan untuk menganalisis suatu kegiatan kerja
yang bersifat keseluruhan. Kegiatan kerja ini umumnya melibatkan sebagian besar
atau semua fasilitas produksi yang diperlukan dalam membuata suatu produk
tertentu. Dengan demikian peta ini dapat menggambarkan keseluruhan/sebagian
besar proses beserta karakteristiknya, yang dialami suatu bahan hingga menjadi
produk akhir. Peta ini juga dapat memberikan gambaran mengenai interaksi atau
hubungan antar stasiun kerja maupun antar kelompok kegiatan operasi, yaitu : Peta
Proses Operasi dan Peta Aliran Proses, Peta Regu Kerja, dan Diagram Alir.
1.2.2. Peta Kerja Setempat
Peta kerja setempat adalah peta kerja yang menggambarkan kegiatan kerja
hanya pada bagian atau proses kerja tertentu. Peta kerja setempat digunakan untuk
menganalisa dan memperbaiki proses kerja yang ada dalam suatu stasiun kerja,
sehingga dicapai suatu keadaan ideal untuk itu. Peta kerja setempat digunakan
sebagai alat untuk mempermudah perbaikan suatu sistem kerja, sehingga dicapai
suatu keadaan ideal untuk saat itu.
Peta kerja setempat merupakan salah satu kelompok alat analisis dari
sejumlah alat analisis yang ada. Peta kerja setempat digunakan untuk menganalisis
kegiatan kerja setempat. Suatu jenis kegiatan disebut sebagai kegiatan kerja

2
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

setempat, bila kegiatan tersebut terjadi dalam suatu stasiun kerja yang biasanya
hanya melibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah terbatas. Penggunaan peta kerja
setempat akan sangat membantu analisis dalam merancang dan melakukan
perbaikan kerja di suatu stasiun kerja tertentu, yaitu: Peta Pekerja dan Mesin dan
Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan.
Peta perkerja dan mesin merupakan kombinasi kerja antara mesin dan
pekerjanya. Dalam beberapa hal, hubungan antara operator dan mesin sering
berkerja secara silih berganti, yaitu sementara mesin menganggur, operator bekerja
atau sebaliknya. Peta pekerja dan mesin dapat dikatakan merupakan suatu grafik
yang menggambarkan koordinasi antara waktu bekerja dan waktu menganggur dari
kombinasi antara pekerja dan mesin. Dengan demikian peta ini merupakan alat
yang baik digunakan untuk mengurangi, waktu menganggur.
Peta tangan kanan-tangan kiri merupakan gambaran semua gerakan saat
bekerja dan waktu menganggur yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan.
Serta menunjukan perbandingan tugas yang dibebankan pada tangan kiri dan tangan
kanan. Dengan menggunakan peta-peta yang terdahulu, berarti kita telah
mendapatkan suatu prosedur dari orang, bahan dan alat secara tertib dan sistematis.
Setelah hal ini diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa
pekerjaannya itu sendiri, untuk lebih menyempurnakan cara kerja yang telah ada.
Tentunya, kalau setiap stasiun kerja telah dapat disempurnakan, maka untuk
memperbaiki proses secara keseluruhan akan lebih mudah dilaksanakan.

1.3 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan dari praktikum modul kondisi lingkungan ini, adalah:
a. Alat
1. Gunting
2. Penggaris
3. Bolpoin dan Pensil
4. Stopwatch
5. Cutter

3
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

b. Bahan
1. Kertas Duplek untuk badan 40 x 30 cm
2. Kertas kado untuk atap 12 x 9 cm
3. Lem G
4. Lem kertas
5. Tusuk
6. Pernak-pernik berbentuk mata

1.4 Prosedur Praktikum


Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum modul 4 ini adalah:
a. Proses pembuatan badan
A. Stasiun kerja 1 : mengukur dan menandai bahan
Pada stasiun kerja 1 ini prosedur kerja yang dilakukan adalah
mengukur bahan atau duplek dengan menggunakan penggaris 30 cm,
kemudian untuk pekerjaan menandai menggunakan bolpoin.
B. Stasiun kerja 2 : menggunting
Proses kerja yang dilakukan pada stasiun kerja tahap ke dua adalah
menggunting bahan atau dupleks yang telah diukur sebelumnya
C. Stasiun kerja 3 : melipat
Pada proses melipat ini dupleks di lipat sesuai dengan garis yang sudah
ditandai
D. Statsiun kerja 4 : merakit
Proses merakit ini dilakukan dengan mengelem tiap ujung dupleks
menggunakan lem G sehingga menyatu dan membentuk seperti bentuk
balok tanpa tutup
E. Stasiun kerja 5 : memasang rusuk + merakit atap dan badan
Proses kerja selanjutnya memasang rusuk pada atap dupleks
mengguanakan tusuk gigi, kemudian melubangi ujung masing-masing
segitiga pada bagian badan dan menyatukannya denagn atap yang telah
dipasang dengan rusuk.

4
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

F. Stasiun kerja 6 : menghias


Pada proses kerja ini adalah proses menghias body atau bagian tubuh
dari tempat sampah mini menggunakan kertas kado dan lem.
G. Stasiun kerja 7 : Inspeksi
Proses terakhir yang dilakukan adalah inspeksi atau pengecekan
kualitas dari barang jadi.
b. Proses pembuatan atap
A. Stasiun kerja 1 : mengukur dan menandai
Sama halnya bagian badan pada stasiun kerja 1 ini prosedur kerja yang
dilakukan adalah mengukur bahan atau duplek dengan menggunakan
penggaris 30 cm, kemudian untuk pekerjaan menandai menggunakan
bolpoin.
B. Stasiun kerja 2 : memotong
Proses memotong dupleks pada bagian atap yang telah dilakukan
pengukuran sebelumnya pada bagian atap menggunakan gunting
C. Stasiun kerja 3 : melipat
Proses melipat ini dilakukan sesuai dengan tanda yang telah dibuat pada
proses kerja Satu
D. Stasiun kerja 4 : membuat pengunci
Pembuatan pengunci pada atap ini menggunakan dupleks yang lain
yang akan diletakkan pada sisi tengah dupleks
E. Stasiun kerja 5 : merakit
Proses terakhir pada bagian atap dupleks adalah merakit yakni
menggabungkan pengunci yang telah dibuat denagn bagian atap
dupleks menggunakan lem

5
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

MODUL II
PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI
(STOP WATCH TIME STUDY)

2.1 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari modul pengukuran waktu kerja dengan jam henti ini
adalah :
1. Menentukan waktu baku atau standard dari suatu elemen kerja.
2. Menentukan waktu baku atau standard dari suatu rangkaian kerja proses
operasi.
3. Memperkirakan penyesuaian dan kelonggaran bagi suatu pekerjaan.
4. Menggunakan waktu waktu baku/ standard yang tersedia untuk melakukan
perbaikan sistem kerja.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Pengukuran Waktu Kerja
Pengukuran kerja adalah suatu aktivitas untuk menentukan lamanya sebuah
pekerjaan bisa diselesaikan. Pengukuran kerja berkaitan dengan penentuan waktu
standar. Waktu standar adalah waktu yang diperlukan oleh seorang pekerja terlatih
untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu, bekerja pada tingkat kecepatan yang
berlanjut, serta menggunakan metode, mesin dan peralatan, material, dan
pengaturan tempat kerja tertentu. Penentuan waktu standar merupakan masukan
penting bagi perencanaan proses produksi. Salah satu cara yang sering digunakan
untuk menentukan waktu standar adalah dengan cara studi waktu. Waktu
merupakan elemen yang sangat menentukan da1am merancang atau memperbaiki
suatu sistem kerja. Peningkatan efisiensi suatu sistem kerja mutlak 3 berhubungan
dengan waktu kerja yang digunakan da1am berproduksi. Pengukuran waktu (time
study) pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menentukan lamanya waktu
kerja yang dibutuhkkan oleh seorang operator (yang sudah terlatih) untuk

6
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik, pada tingkat kecepatan kerja yang
normal,serta dalam lingkungan kerja yang terbaik pada saat itu.
Secara umum, teknik-teknik pengukuran waktu kerja dapat dikelompokkan
atas dua kelompok besar :
a. Secara Langsung
1. Pengukuran waktu dengan jam henti (Stop Watch Time Study )
2. Sampling pekerjaan ( Work Sampling )
b. Secara Tidak Langsung
1. Data Waktu Baku
2. Data Waktu Gerakan, terdiri dari :
- Work Faktor (WF) System
- Maynard Operation Sequece Time (MOST System )
- Motion Time Measurement ( MTM System )
Kelebihan dan kekurangan pengukuran waktu kerja metode langsung dan tak
langsung.
a) Metode Langsung
· Kelebihan dari penggunaan metode ini sangatlah praktis, karena tidak perlu
menguraikan pekerjaan ke dalam elemen-elemen pekerjaan.
· Kekurangan dari metode ini adalah dibutuhkan waktu lebih lama untuk
memperoleh data waktu yang banyak. Tujuannya adalah hasil pengukuran
yang teliti dan akurat. Biaya lebih mahal dengan menggunakan metode ini.
b) Metode Tak Langsung
· Kelebihan dari metode ini adalah tidak harus ke tempat dimana pekerjaan
berlangsung, dengan syarat mengetahui elemen-elemen pekerjaan yang
diperlukan pekerjaan tersebut.Waktu relatif lebih singkat dan biaya lebih
murah.
· Kekurangannya adalah tabel yang digunakan adalah tabel untuk data orang
eropa dan belum tentu cocok atau sesuai untuk orang Indonesia. Dibutuhkan
ketelitian yang tinggi untuk seorang pengamat pekerjaan karena akan
berpengaruh terhadap hasil perhitungan.

7
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

Langkah-langkah Sebelum Melakukan Pengukuran:


a. Penetapan tujuan pengukuran.
b. Melakukan penelitian pendahuluan.
c. Memilih operator.
d. Melatih operator.
e. Mengurai pekerjaan atas elemen pekerjaan.
f. Menyiapkan alat-alat pengukuran.
Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu-waktu
kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang
telah disiapkan. Tingkat ketelitian, tingkat keyakinan dan pengujian keseragaman
data tingkat ketelitian adalah penyimpangan maksimum hasil dari waktu
penyelesaian sebenarnya. Tingkat keyakinan adalah besarnya keyakinan pengukur
bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian. Contoh, tingkat ketelitian
10% dan tingkat keyakinan 95% memiliki arti bahwa pengukur membolehkan rata-
rata hasil pengukurannya menyipang sejauh 10% dari rata-rata sebenarnya, dan
kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini adalah 95%.
2.2.2 Penyesuaian (Perfomance Rating) dan Kelonggaran (Allowance)
a. Penyesuaian
Berdasarkan praktek pengukuran kerja, maka metode penetapan rating
performance kerja operator adalah didasarkan pada satu faktor tunggal yaitu
operator speed. Sistem ini dikenal sebagai “performance rating” atau “speed
rating”. Faktor ini umumnya dinyatakan dalam prosentase (%) atau angka desimal,
dimana performance kerja normal akan sama dengan 100% atau 1.00. Rating faktor
pada dasarnya seperti apa yang telah diuraikan panjang lebar diaplikasikan untuk
menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari pengukuran kerja akibat tempo atau
kecepatan kerja yang berubah ubah. Penyesuain dilakukan untuk menormalkan
ketidakwajaran yang terjadi selama pekerjaan berlangsung.
Biasanya penyesuaian dilambangkan dengan huruf (p). Jika operator bekerja
dengan cepat dari yang biasa maka nilai (p>1). Jika lambat dari biasanya maka
(p<1). Dan jika operator bekerja dengan normal maka (p=1). Konsep tentang
bekerja wajar dalam melakukan pengamatan kita biasanya kita dapat cara kerja
seorang operator. Lambat ataupun cepat kita pasti akan dapat menyatakan bahwa

8
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

operator itu bekerja dengan cepat atau lambat. Artinya pada saat itu kita telah
membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang lebih wajar. Untuk
mendapatkan hasil yang lebih tepat dalam pengukuran, pengalaman operator
menjadi peran yang penting disini. Karena semakin berpengalaman operator
semakin peka inderanya dalam bekerja. Maka untuk memudahkan dalam memilih
konsep wajar, seorang pengukur dapat mempelajari cara kerja seorang operator
yang dianggap normal yaitu :
1. Jika operator dianggap berpengalaman.
2. Bekerja tanpa usaha yang berlebihan sepanjang hari.
3. Menguasai cara kerja yang ditetapkan.
4. Menunjukan kesungguhan dalam melakukan pekerjaanya.
Terdapat beberapa metode untuk menentukan penyesuaian. Pertama yaitu
cara persentasi, dimana faktor penyesuaian sepenuhnya ditentukan oleh pengukur
melalui pengamatannya selama melakukan pengukuran. Jadi sesuai dengan
pengukuran pengamat mementukan harga p yang menurutnya akan menghasilkan
waktu normal bila harga ini dikalikan dengan waktu siklus. Maka dikembangkan
cara lain yang lebih objektif seperti cara humard dimana memberikan patokan-
patokan penilaian melalui kelas. Metode yang kedua yakni shumard yang
ditentukan berdasarkan kelas. Kemudian metode westinghouse yang ditentukan
berdasarkan empat faktor dan yang terkahir dengan metode obyektif.
b. Kelonggaran
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu untuk kebutuhan pribadi,
menghilangkan rasa fatique dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan.
Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja dan
yang selama pengukuran tidak diamati. Karenanya sesuai pengukuran dan setelah
mendapatkan waktu normal, kelonggaran perlu ditambahkan (Sutalaksana, 1979).
Adapun rinciannya sebagai berikut:
a. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
Adapun yang termasuk dalam kebutuhan pribadi disini adalah hal hal seperti
minum sekedarnya untuk menghilangkan haus, ke kamar kecil, bercakap dengan
teman sekerja sekedarnya.

9
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

b. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique


Rasa fatique biasanya terlihat saat hasil produksi menurun baik kuantitas
maupun kualitas. Jika rasa fatique telah datang dan pekerja dituntut untuk
menghasilkan performansi normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerja lebih
besar.
c. Kelonggaran untuk hambatan hambatan yang tak terhindarkan
Hambatan dalam melaksakan pekerjaan itu ada dua jenisnya, yang pertama
hambatan yang dapat dihindarkan dan yang kedua hambatan yang tidak dapat
dihindarkan.
2.2.3 Rumus-Rumus yang Digunakan
a. Uji Keseragaman Data
BKA = 𝑥̅ + 3𝜎𝑥
BKB = 𝑥̅ − 3𝜎𝑥
𝛴𝑋
𝑥̅ =
𝑛
Dimana :
n = Banyaknya Pengamatan
ΣXn = Jumlah pengamatan ke n dari i = 1 hingga j = 30
Xi = Hasil pengukuran
x = Nilai rata-rata
Hasil pengujian keseragaman data dengan rumus atau persamaan di
atas, selanjutnya akan dimasukkan ke dalam peta kontrol (control chart)
untuk memastikan data sudah dalam batas kendali atau tidak.
b. Uji Kecukupan Data
Uji kecukupan data dilakukan dengan tingkat ketelitian 5% dan tingkat
kepercayaan 95% . Dalam uji kecukupan data ini digunakan rumus sebagai
berikut:
𝑘 2
√𝑁𝛴𝑥 2 −[𝛴𝑥]2
N’ = [ 𝑠
]
𝛴𝑥 2

Dimana :
N ' = Jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan (dari hasil perhitungan)
N = Pengamatan pendahuluan

10
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

Jika N ' < N, maka data pengamatan cukup


Jika N ' > N, maka data pengamatan kurang dan perlu tambahan data.
c. Waktu Siklus Rata-Rata
𝛴𝑋
𝑊𝑠 =
𝑁
Dimana:
𝛴𝑋 = jumlah semua data waktu yang dikukur
𝑁 = jumlah pengamatan untuk elemen kerja yang diukur
d. Waktu Normal
Wn = 𝑊𝑠 𝑥 𝑃
Dimana:
P = performance ranting
e. Waktu Baku
100%
𝑊𝑏 = 𝑊𝑛 𝑥 ( )
100% − 𝑎𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒
Dimana:
Allowance = keonggaran yang diberikan
f. Output Standar
1
𝑂𝑠 =
𝑊𝑏

2.3 Bahan dan Alat


Adapun bahan dan alat yang digunakan pada praktikum pengukuran waktu
kerja dengan jam henti adalah:
2.3.1 Bahan:
1. Kertas Duplek untuk badan 40 x 30 cm
2. Kertas kado untuk atap 12 x 9 cm
3. Lem G
4. Lem kertas
5. Tusuk
6. Pernak-pernik berbentuk mata

11
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

2.3.2 Alat:
1. Gunting
2. Penggaris
3. Bolpoin dan Pensil
4. Stopwatch
5. Cutter

2.4 Prosedur Praktikum


Praktikum dibagi dalam dua proses kegiatan bagian atap dan badan. Operator,
pengama gerakan dan pemcatat data masing-masing satu orang praktikan.
2.4.1 Proses pembuatan badan
1. Stasiun kerja 1 : mengukur dan menandai bahan
Pada stasiun kerja 1 ini prosedur kerja yang dilakukan adalah mengukur
bahan atau duplek dengan menggunakan penggaris 30 cm, kemudian untuk
pekerjaan menandai menggunakan bolpoin.
2. Stasiun kerja 2 : menggunting
Proses kerja yang dilakukan pada stasiun kerja tahap ke dua adalah
menggunting bahan atau dupleks yang telah diukur sebelumnya
3. Stasiun kerja 3 : melipat
Pada proses melipat ini dupleks di lipat sesuai dengan garis yang sudah
ditandai
4. Statsiun kerja 4 : merakit
Proses merakit ini dilakukan dengan mengelem tiap ujung dupleks
menggunakan lem G sehingga menyatu dan membentuk seperti bentuk balok
tanpa tutup
5. Stasiun kerja 5 : memasang rusuk + merakit atap dan badan
Proses kerja selanjutnya memasang rusuk pada atap dupleks mengguanakan
tusuk gigi, kemudian melubangi ujung masing-masing segitiga pada bagian
badan dan menyatukannya denagn atap yang telah dipasang dengan rusuk.
6. Stasiun kerja 6 : menghias
Pada proses kerja ini adalah proses menghias body atau bagian tubuh dari
tempat sampah mini menggunakan kertas kado dan lem.

12
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

7. Stasiun kerja 7 : Inspeksi


Proses terakhir yang dilakukan adalah inspeksi atau pengecekan kualitas dari
barang jadi.
2.1.1 Proses pembuatan atap
1. Stasiun kerja 1 : mengukur dan menandai
Sama halnya bagian badan pada stasiun kerja 1 ini prosedur kerja yang
dilakukan adalah mengukur bahan atau duplek dengan menggunakan
penggaris 30 cm, kemudian untuk pekerjaan menandai menggunakan
bolpoin.
2. Stasiun kerja 2 : memotong
Proses memotong dupleks pada bagian atap yang telah dilakukan pengukuran
sebelumnya pada bagian atap menggunakan gunting
3. Stasiun kerja 3 : melipat
Proses melipat ini dilakukan sesuai dengan tanda yang telah dibuat pada
proses kerja Satu
4. Stasiun kerja 4 : membuat pengunci
Pembuatan pengunci pada atap ini menggunakan dupleks yang lain yang akan
diletakkan pada sisi tengah dupleks
5. Stasiun kerja 5 : merakit
Proses terakhir pada bagian atap dupleks adalah merakit yakni
menggabungkan pengunci yang telah dibuat dengan bagian atap dupleks
menggunakan lem.
Seluruh gerakan dicatat. Data dikumpulkan dan diolah sesuai instruksi asisten
pembimbing laboratorium.

13
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

MODUL III
SAMPLING KERJA

3.1 Tujuan Praktikum


Tujuan dari modul Sampling Kerja ini adalah:
1. Mengetahui distribusi pemakaian waktu kerja.
2. Mengetahui tingkat pemanfaatan fasilitas kerja..
3. Menentukan waktu baku.
4. Memperkirakan penyesuaian dan kelonggaran bagi suatu perkerjaan.
5. Menggunakan hasil sampling kerja untuk melakukan perbaikan kerja.

3.2 Landasan Teori


Pada prinsipnya, tenaga kerja pada suatu industri manufaktur dapat dibagi
atas 2 klasifikasi, yaitu tenaga kerja langsung (bagian produksi) dan tenaga kerja
tak langsung. Tenaga kerja tak langsung ini dapat dibagi lagi dalam tipe pekerja,
yaitu tenaga kerja kreatif (Manajer, koordinator, dll), tenaga kerja beban tetap
(filling, fotocopy, agenda, dll) dan tenaga kerja beban berubah (sekretaris, penerima
tamu, pemrosesan surat, dll).
Sedangkan pada industri jasa, semua pekerja mempunyai klasifikasi seperti
tenaga kerja tak langsung pada industri manufaktur, selanjutnya disebut tenaga
kerja non produksi (white collar). Teknik sampling pekerjaan adalah suatu teknik
yang cukup dapat diandalkan untuk mengukur beban kerja tenaga kerja non
produksi. Dalam praktikum ini, pengukuran difokuskan pada tenaga kerja non
produksi yang mempunyai tipe pekerjaan beban tetap dan berubah.
Cara melakukan sampling pekerjaan juga tidak berbeda dengan yang
dilakukan dengan cara jam henti yaitu terdiri dari 3 langkah :
1. Mengambil sejumlah data
2. Menguji keseragaman data
3. Menghitung jumlah kunjungan yang diperlukan

14
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

3.2.1 Definisi Work Sampling / Sampling Kerja


Work Sampling adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar
pengamatan terhadap aktifitas kinerja dari mesin, proses atau pekerja/operator.
Perbedaan metode Jam Henti dengan Sampling Pekerjaan adalah pada cara
Sampling Kerja pengamat tidak terus menerus berada ditempat pekerjaan
melainkan mengamati hanya pada sesaat-sesaat pada waktu-waktu tertentu yang
ditentukan secara acak.
Sampling kerja memiliki banyak kegunaan dalam dunia industri industri
khususnya. Kegunaannya adalah sebagai berikut :
a) Mengetahui distribusi pemakaian waktu sepanjang waktu kerja oleh pekerja
atau kelompok kerja.
b) Mengetahui tingkat pemanfaatan mesin-mesin atau alat-alat pabrik.
c) Menentukan waktu baku bagi pekerja-pekerja tidak langsung.
d) Memperkirakan kelonggaran bagi suatu pekerjaan.

3.2.2 Waktu Siklus


Waktu siklus adalah waktu antara penyelesaian dari dua pertemuan berturut-
turut, asumsikan konstan untuk semua pertemuan.Dapat dikatakan waktu siklus
,merupakan hasil pengamatan secara langsung yang tertera dalam stopwatch.
Waktu siklus dihitung dengan menggunakan rumus:

Dimana:
X = Waktu Siklus
x = Waktu pengamatan
n= Jumlah pengamatan yang dilakukan

3.2.3 Waktu Normal


Waktu normal merupakan waktu kerja yang telah mempertimbangkan factor
penyesuaian , yaitu waktu siklus rata-rata dikalikan dengan factor prnyesuaian.
Didalam praktek pengukuran kerja maka metoda penerapan rating performance

15
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

kerja operator adalah didasarkan pada satu faktor tunggal yaitu operator
speed,space atau tempo. Sistem ini dikenal sebagai “performance Rating/speed
Rating)”. Rating Faktor ini umumnya dinyatakan dalam persentase persentase(%)
atau angka decimal ,Dimana performance kerja normal akan sama dengan 100%
atau 1,00.

3.2.4 Waktu Baku


Waktu baku/standar adalah waktu yang sebenarnya digunakan operator untuk
memproduksi satu unit dari data jenis produk. Waktu standar untuk setiap part harus
dinyatakan termasuk toleransi untuk beristirahat untuk mengatasi kelelahan atau
untuk faktor-faktor yang tidak dapat dihindarkan. Namun jangka waktu
penggunaannya waktu standard ada batasnya. Dengan demikian waktu baku
tersebut dapat diperoleh dengan menagplikasikan rumus berikut.

3.3 Alat dan Bahan


Adapun bahan dan alat yang digunakan adalah :
1. Form SP-00 : Penetapan jadwal kunjugan
Digunakan untuk menentukan waktu kunjungan pada setiap hari (jam)
pengamatan, yang diperoleh dari tabel bilangan random.
2. Form SP-01: Pengamatan sampling kerja.
Digunakan untuk mengamati produktivitas setiap elemen pekerjaan dari
jabatan yang diamati/ diukur.
3. Form SP-02: Penetapan faktor penyesuaian dan kelonggaran.
Digunakan untuk menetapkan besarnya faktor penyesuaian dan kelonggaran
untuk setiap elemen pekerjaan yang diamati. Faktor penyesuaian ditetapkan

16
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

menurut Westinghouse, sedangkan besarnya kelonggaran ditetapkan atas dasar


kelonggaran untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan kelelahan dan hambatan-
hambatan yang tak terhindarkan.
4. Form SP-03: Rekapitulasi hasil pengamatan
Digunakan untuk merekap hasil pengamatan dari form SP01 dan SP-02.

3.4 Prosedur Praktikum


Adapun prosedur praktikum yang digunakan adalah:
1. Tetapkan jadwal kunjungan berdasarkan bilangan acak dalam hal ini
ditetapkan bahwa satu hari kerja dibagi atas jadwal waktu pengamatan
terkecil 5 menit (lihat form SP00).
2. Observasi jenis pekerjaan yang akan diamati. Observasi dilakukan
mempelajari uraian pekerjaan jabatannya. Selanjutnya hasil observasi
tersebut dituliskan pada form SP-01 dan SP-02
3. Lakukan pengamatan secara sampling (lakukan tally) terhadap pekerjaan
jabatan yang ada pada form SP-01, pada waktu–waktu pengamatan sesuai
form SP-00.
4. Sambil melaksanakan tally pada jenis pekerjaan yang diamati, juga lakukan
pengamatan untuk menentukan faktor penyesuaian dan kelonggaran (lihat
form SP-02).
5. Rekapitulasi hasil pengamatan dari SP-01 dan SP-02 pada form SP-03.

17
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

MODUL IV
KONDISI LINGKUNGAN

4.1 Tujuan Praktikum


Tujuan dari modul Kondisi Lingkungan ini adalah:
1. Menentukan faktor – faktor lingkungan yang mempengaruhi performasi kerja
seseorang
2. Mampu menentukan kondisi optimum dalam melakukan suatu aktivitas kerja

4.2 Landasan Teori


4.2.1 Pengertian Lingkungan Kerja
Dalam melakukan aktivitas perusahaan, lingkungan kerja merupakan segala
kondisi yang berada disekitar para pekerja, sehingga baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat mempengaruhi dirinya dalam melaksanakan tugas yang
dibebankan. Lingkungan yang baik dan menyenangkan akan dapat menimbulkan
semangat dan bergairah kerja, dan sebaliknya jika lingkungan kerja yang tidak
menyenangkan akan dapat mengurangi semangat dan bergairah kerja. Menurut
Alex Nitisimito (2006), lingkungan kerja adalah segala yang ada disekitar para
pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas yang
dibebankan. Lussier (Dalam Hadari Nawawi : 2003) mengartikan bahwa
lingkungan kerja adalah kualitas internal operganisasi yang relatif berlangsung
terus menerus yang dirasakan oleh anggotanya. Lingkungan kerja adalah semua
aspek fisik kerja, psikologis kerja dan peraturan kerja yang dapat mempengaruhi
kepuasan kerja dan tercapai produktivitas (Anwar P. Mangkunegara : 2005).
4.2.2 Jenis Lingkungan Kerja
Secara garis besar lingkungan kerja terbagi atas dua, yaitu lingkungan kerja
fisik dan lingkungan kerja non fisik (Sedarmayati : 2009). Lingkungan kerja fisik
adalah semua keberadaan yang berbentuk fisik, yang terdapat disekitar 12 tempat
kerja karyawan, yang dapat mempengaruhi karyawan tersebut secara langsung
maupun tidak langsung. Lingkungan kerja fisik ada yang lansung berhubungan

18
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

langsung dengan karyawan, namun ada juga yang berhubungan dengan perantara
atau lingkungan umum, yang dapat juga disebut lingkungan kerja yang
mempengaruhi kondisi manusia, seperti temperatur, kelembaban, dan sirkulasi
udara. Sementara itu, lingkungan kerja non fisik merupakan suatu keadaan yang
terjadi dan memiliki kaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan,
sesama rekan kerja, maupun bawahan. Lingkungan kerja fisik mencakup setiap hal
dari fasilitas parkir diluar gedung perusahaan, lokasi dan rencana gedung sampai
jumlah cahaya dan suara yang menimpa meja kerja ruang kerja atau ruang kerja
seorang tenaga kerja (Ashar S. Munandar : 2008).
Jenis-jenis lingkungan kerja menurut Anwar P. Mangkunegara (2005) yaitu:
1. Kondisi lingkungan kerja fisik yang meliputi :
a. Faktor lingkungan tata ruang kerja
Tata ruang kerja yang baik akan mendukung terciptanya hubungan kerja yang
baik antara sesama karyawan maupun dengan atasan karena akan mempermudah
mobilitas bagi karyawan untuk bertemu. Tata ruang yang tidak baik akan membuat
ketidak nyamanan dalam bekerja sehingga menurunkan efektivitas kinerja
karyawan.
b. Faktor kebersihan dan kerapian ruan kerja.
Ruang kerja yang bersih, rapi, sehat dan aman akan menimbulkan rasa
nyaman dalam bekerja. Hal ini akan meningkatkan gairah dan semangat kerja
karyawan dan secara tidak langsung akan meningkatkan efektivitas kinerja
karyawan.
2. Kondisi lingkungan kerja non fisik yang meliputi :
a. Faktor lingkungan sosial Lingkungan sosial yang sangat berpengaruh
terhadap kinerja karyawan adalah latar belakang keluarga, yaitu antara
lain status keluarga, jumlah keluarga, tingkat kesejahteraan dan lain-
lain.
b. Faktor status sosial Semakin tinggi jabatan seseorang semakin tinggi
pula kewenangan dan keleluasan dalam mengambil keputusan.
c. Faktor hubungan kerja dalam perusahaan Hubungan kerja yang ada
dalam perusahaan adalah hubungan kerja antara karyawan dengan
karyawan dan antara karyawan dengan atasan.

19
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

d. Faktor sistem informasi Hubungan kerja akan dapat berjalan dengan


baik apabila ada komunikasi yang baik diantara anggota perusahaan.
Dengan adanya komunikasi di lingkungan perusahaan maka anggota
perusahaan maka anggota perusahaan akan beriteraksi, saling
memahami, saling mengerti satu sama lain dapat mehilangkan
perselisihan salah paham.
3. Kondisi psikologis dari lingkungan kerja yang meliputi :
a. Rasa Bosan Kebosanan kerja dapat disebabkan perasaan yang tidak
enak, kurang bahagia, kurang istirahat dan perasaan lelah.
b. Keletihan Dalam Bekerja Keletihan kerja terdiri atas dua macam yaitu
keletihan kerja psikis dan keletihan psikologis yang dapat
menyebabkan meningkatkan absensi, turn over dan kecelakaan
4.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja
Menurut Hadari Nawawi (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi
lingkungan kerja adalah sebagai berikut :
a. Kondisi fisik (kondisi kerja) merupakan keadaan kerja dalam
perusahaanyang meliputi penerangan tempat kerja, penggunaan warna,
pengaturan suhu udara, kebersihan dan ruang gerak.
b. Kondisi non fisik (iklim kerja) sebagai hasil persepsi karyawan
terhadap lingkungan kerja tidak dapat dilihat atau disentuh tetapi dapat
dirasakan oleh karyawan tersebut. Iklim kerja dapat dibentuk oleh para
pemimipin yang berarti pemimpin tersebut harus mempunyai
kemampuan dalam membentuk iklim kerja tersebut.
Menurut Ashar S. Munandar (2008) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
lingkungan kerja :
a. Ilmunisai (penerangan)
Kadar (intensity) cahaya, distribusi cahaya dan sinar yang menyilaukan.
Untuk pekerjaan tertentu diperlukan kadar cahaya tertentu sebagai
penerangan. Pekerjaan yang memerlukan ketelitian dan kejelian mata, seperti
memperbaiki jam tangan perakitan elektronika, menuntut kadar cahaya yang
lebih tinggi dibandingkan dengan pekerjaan yang tidak begitu memerlukan
penglihatan yang tajam, Cahaya yang kurang jelas, sehingga pekerjaan akan

20
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

lambat, banyak mengalami kesalahan dan pada akhirnya menyebabkan


kurang efesien dalam melaksanakan pekerjaan.
b. Warna
Erat hubungannya dengan iluminasi ialah penggunaan warna pada
ruangan dan peralatan kerja.
c. Bising
Bising biasanya dianggap sebagai bunyi atau suara yang tidak
diinginkan, yang menggangu, dan menjengkelkan.
Akibat tingkat bising yang tinggi :
1) Timbulnya perubahan psikologis. Penelitian menunjukan pada
orang- orang yang mendengar bising 95-110 desibel, terjadi penciutan dari
pembuluh darah, perubahan detak jantung, dilatasi dari pupil-pupil mata.
2) Adanya dampak psikologis. Bising dapat menggangu kesejahteraan
emosional. Mereka yang bekerja dalam lingkungan yang ekstrem bising lebig
agresif, penuh curiga, dan cepat jengkel dibandingkan dengan mereka bekerja
dalam lingkungan yang sepi.
Menurut Sedarmayanti (2009), kebisingan, yaitu bunyi yang tidak
dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat
menggangu kesenagan bekerja, merusak pemandangan dan menimbulkan
kesalahan berkomunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan yang serius
dapat menyebabkan kematian.
d. Suhu udara
Oksigen adalah gas yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk menjaga
kelangsungan hidup, yaitu untuk metabolisme. Udara disekitardikatakan
kotor apabila kadar oksigen dalam udara tersebut telah berkurang dan telah
bercampur dengan gas atau bau-bau yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Rasa sejuk dan segar dalam bekerja akan membantu mempercepat pemulihan
tubuh akibat lelah setelah bekerja.
e. Keamanan kerja
Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam
keadaan aman maka perlu diperhatikan keberadaannya.Salah satu upaya

21
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

menjaga keamanan di tmpat kerja, dapat menggunakan satuan petugas


keamanan (satpam).

4.3 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan dari praktikum modul kondisi lingkungan ini, adalah:
1. Ruang Climate chamber / ruang praktikum, lengkap dengan pengubahan
intensitas cahaya, suhu dan kebisingan suara
2. Sebuah Stopwatch
3. Lembar Pengamatan

4.4 Prosedur Praktikum


Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum modul 4 ini adalah:
1. Percobaan ini membutuhkan tiga orang praktikan, meliputi satu orang
pelaksana, satu orang pencatat hasil dan satu orang menghitung waktu
2. Praktikan masuk ke ruangan praktikum
3. Asisten mengubah tingkat intensitas cahaya, suara dan temperatur
4. Praktikan mencatat tingkat intensitas cahaya, suara dan temperatur ruang
praktikum
5. Pencatat mencatat jumlah kesalahan yang dilakukan pelaksana
6. Ulangi langkah ke tiga sampai ke lima

22
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

MODUL V
BIOMEKANIKA

5.1 Tujuan Praktikum


Tujuan dari modul Biomekanika ini adalah:
5. Menentukan konsumsi energi manusia dari perbedaan kecepatan dan sudut
kemiringan tangga.
6. Menentukan konsumsi energi manusia dari perbedaan berat pengayuh.
7. Menentukan konsumsi energi manusia dari perbedaan beban tarik ricken
fantique indicator.
8. Menentukan kondisi optimum dalam melakukan suatu aktivitas kerja.

5.2 Landasan Teori


5.2.1 Pengertian Bioekanika
Biomekanika merupakan ilmu yang membahas aspek-aspek mekanika dari
gerakan-gerakan tubuh manusia. Biomekanika adalah kombinasi antara keilmuwan
mekanika, antropometri dan dasar ilmu kedokteran. menurut Hatze, Biomekanik
adalah ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi sistem biologi dengan
menggunakan pengetahuan dan metode makanika. Sedangkan menurut Hay’s,
Biomekanik adalah ilmu yang mempelajari gaya-gaya yang terjadi pada struktur
biologi dan efek yang dihasilkan oleh gaya-gaya tertentu. Biomekanika
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
1. General Biomechanic
Bagian dari biomekanika mengenai hukum-hukum dan konsep-konsep dasar
yang mempengaruhi organ tubuh manusia baik dalam posisi diam maupun
bergerak.
Dibagi menjadi 2, yaitu :
 Biostatic, menganalisis tubuh pada posisi diam atau bergerak pada garis lurus
dengan kecepatan seragam.

23
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

 Biodinamic, berkaitan dengan gambaran gerakan-gerakan tubuh tanpa


mempertimbangkan gaya yang terjadi dan gerakan yang disebabkan gaya
yang bekerja dalam tubuh.
2. Occupational Biomechanic
Mempelajari interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material, dan
peralatan dengan tujuan untuk meminimumkan keluhan pada sistem kerangka otot
agar produktifitas kerja dapat meningkat.

5.2.2 Kalori Kerja


Tiap 1 liter oksigen menghasilkan 4,8 kalori, Makin berat kerja seseorang,
semakin besar kalori yang dikonsumsi sampai kondisi maksimumnya.
Simbol konsumsi oksigen = VO2 dengan satuan liter/ menit. Dalam
perancangan kerja direkomendasikan konsumsi oksigen berada dibawah (VO2)max
dari rata-rata populasi atau kurang dari 50% (VO2)max untuk pria.
Energi kerja (work energy) yang direkomendasikan untuk kerja berat adalah
5,2 kcal/ menit atau 1,08 liter/ menit oksigen (5,2/4,8), sehingga 5,2 kcal/ menit
sebagai batasan maksimum yang dapat dilaksanakan tanpa meningkatnya
akumulasi asam laktat dan temperatur dalam tubuh.
Tingkat beban kerja dalam satuan Watts :
5,2 kcal/ menit = 5,2 x 4,2 kJ/menit
= 21,84 x 1000 over 60 W = 364 W = 36,4 kg
Bagi pekerja pria, pengaturan energi kerja :
 20 – 30 tahun : dikalikan 100%
 40 tahun : dikalikan 96%
 50 tahun : dikalikan 90%
 60 tahun : dikalikan 80%
 65 tahun : dikalikan 75%
Penilaian beban kerja berdasarkan jumlah kebutuhan kalori
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi melalui Permenakertrans Nomor : 13 tahun
2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Kimia menetapkan kategori beban kerja
menurut kebutuhan kalori :
 Beban kerja ringan : 100-200 kilo kalori/ jam

24
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

 Beban kerja sedang : di atas 200-350 kilo kalori/ jam


 Beban kerja berat : di atas 350-500 kilo kalori/ jam

Taksiran kebutuhan kalori dari berbagai kegiatan :


Tabel 1. Kalori Per Jam Menurut Jenis Kegiatan
Jenis Kegiatan Kalori per Jam per kg
Berat Badan
1. Tidur 0,98
2. Bangun sambil tiduran 1,10
3. Duduk dalam keadaan istirahat 1,43
4. Membaca dengan intonasi keras 1,50
5. Berdiri dalam keadaan tenang 1,50
6. Menjahit dengan tangan 1,59
7. Berdiri dengan kosentrasi terhadap sesuatu obyek 1,63
8. Menyulam 1,66
9. Berpakaian 1,69
10. Menyanyi 1,74
11. Menjahit dengan mesin 1,93
12. Mengetik 2,00
13. Menyetrika 2,06
14. Cuci peralatan dapur 2,06
15. Menyapu lantai 2,41
16. Menjilid buku 2,43
17. Pelatihan ringan 2,43
18. Membuat sepatu 2,57
19. Jalan per lahan dengan kecepatan 3,9 km per jam 2,86
20. Pekerjaan kayu, logam dan pengecatan dalam industri 3,43
21. Pelatihan Sedang 4,14
22. Jalan agak cepat dengan kecepatan 5,6 km per jam 4,28
23. Jalan turun tangga 5,20
24. Pekerjan tukang batu 5,71
25. Pelatihan berat 6,43
26. Menggergaji kayu secara manual 6,86
27. Berenang 7,14
28. Lari dengan kecepatan 8 km per jam 8,14
29. Pelatihan sangat berat 8,57
30. Berjalan sangant cepat dengan kecepatan 8 km per jam 9,28
31. Jalan naik tangga 15,80
Jika seseorang melakukan pekerjaan, akan membutuhkan energi total (gross
energy), sehingga : Konsumsi energi bersih (net energy consumption) = energi total
– metabolisme basal
Konsumsi energi total terdiri dari :
a. Kebutuhan Kalori untuk Metabolisme basal
Konsumsi energi secara konstan pada saat istirahat dengan perut dalam
keadaan kosong.

25
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

Laki-laki dewasa membutuhkan kalori 23,87 kilo kalori per hari per berat
badan (kg). Wanita dewasa membutuhkan kalori 23,39 kilo kalori per hari per berat
badan (kg).
Contoh :
Laki-laki dewasa dengan berat badan 60 kg akan memerlukan kalori sebesar
1.432 Kilo kilo per hari
b. Kebutuhan Kalori untuk bekerja (work calories)
Konsumsi energi yang diawali pada saat pekerjaan fisik dimulai. Makin
banyak aktivitas otot, makin banyak pula energi yang dikonsumsi (kalori kerja).
Kalori kerja menunjukkan tingkat ketegangan otot tubuh manusia dalam
hubungan dengan :
 Jenis kerja berat.
 Tingkat usaha kerjanya.
 Kebutuhan waktu untuk istirahat.
 Efisiensi dari berbagai jenis perkakas kerja.
 Produktivitas dari berbagai variasi cara kerja.
c. Kebutuhan Kalori untuk pencernaan dan aktivitas seharian (leisure
calories) atau di luar jam kerja
Adalah konsumsi energi pada saat melakukan aktivitas sehari-hari. Pria
dewasa rata-rata kebtuhan kalorinya 600 Kilo kalori dan wanita dewada adalah
500–550 Kilo kalori
 Pengukuran Denyut Jantung
Beban kerja tidak hanya tergantung pada jumlah kalori yang dikonsumsi tapi
juga pada jumlah otot yang terlibat pada pembebanan otot statis.
 Meningkatnya denyut jantung dipengaruhi oleh :
a. Temperatur sekeliling yang tinggi
b. Tingginya pembebanan otot statis
c. Sedikitnya otot yang terlibat dalam kondisi kerja
Karena alasan tersebut, denyut jantung dipakai sebagai indeks beban kerja.

26
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

5.2.3 Cara membawa beban dari penelitian seperti gambar berikut :


 Metode ”Double Pack”
Beban dibawa dengan cara meletakkannya menempel di dada dan bahu.
Konsumsi oksigen paling kecil. Kebutuhan oksigen ditetapkan 100%.
 Metode ”Head Pack”
Meletakkan beban diatas kepala. Kebutuhan oksigen 105% dibandingkan
dengan metode double Pack.
 Metode ”Yoke Pack”
Beban diletakkan pada masing-masing ujung alat pemikul beban. Kebutuhan
oksigen 130%.
 Metode ”Hands Pack”
Beban dibawa oleh kedua tangan. Kebutuhan oksigen 145%.

Gambar 1. Cara Membawa Beban

5.2.4 Penjadwalan Waktu Istirahat Untuk Kerja Berat


Bila seseorang bekerja berat dengan konsumsi energi rata-rata 5,2 kcal/ menit
maka perlahan-lahan akan muncul rasa lelah sehingga perlu waktu istirahat.
Estimasi waktu istirahat :

R
 
T K  S menit
K  1,5
Dimana :
R = Waktu istirahat yang diperlukan (menit)
T = Total waktu yang dipergunakan untuk kerja (menit).

K = Rata-rata energi yang dikonsumsikan untuk kerja (kcal).


S = Standard beban kerja normal yang diaplikasikan.

27
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

5.2.5 Prinsip-prinsip biomekanika dalam pengangkatan beban :


1. Sesuaikan berat dengan kemampuan pekerja dengan mempertimbangkan
frekuensi pemindahan.
2. Manfaatkan dua atau lebih pekerja untuk memindahkan barang yang berat.
3. Ubahlah aktivitas jika mungkin sehingga lebih mudah, ringan dan tidak
berbahaya.
4. Minimasi jarak horizontal gerakan antara tempat mulai dan berakhir pada
pemindahan barang.
5. Material terletak tidak lebih tinggi dari bahu.
6. Kurangi frekuensi pemindahan.
7. Berikan waktu istirahat.
8. Berlakukan rotasi kerja terhadap pekerjaan yang sedikit membutuhkan
tenaga.
9. Rancang kontainer agar mempunyai pegangan yang dapat dipegang dekat
dengan tubuh.
10. Benda yang berat ditempatkan setinggi lutut agar dalam pemindahan tidak
menimbulkan cidera punggung.
5.2.6 Kelelahan adalah :
 Proses menurunnya efisiensi performansi kerja dan berkurangnya kekuatan
atau ketahanan fisik tubuh manusia untuk melanjutkan kegiatan yang harus
dilakukan.
 Suatu pola yang timbul pada suatu keadaan yang secara umum terjadi pada
setiap individu yang telah tidak sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya.
Beberapa macam kelelahan, seperti:
1. Lelah otot, gejala kesakitan ketika otot harus menerima beban berlebihan.
2. Lelah visual, ketegangan yang terjadi pada organ visual (mata) yang
terkonsentrasi secara terus menerus pada suatu objek.
3. Lelah mental, yaitu kelelahan karena kerja mental seperti berfikir disebut juga
sebagai lelah otak.
4. Lelah monotonis, yaitu kelelahan karena aktivitas kerja yang bersifat rutin,
monoton, ataupun lingkungan kerja yang menjemukan.

28
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

Kelelahan karena faktor yang berlangsung secara terus menerus dan terakumulasi,
menyebabkan lelah kronis. Gejala-gejalanya seperti :
1. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang toleran
atau asosial terhadap orang lain.
2. Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan.
3. Depresi yang berat.
Gejala-gejala Kelelahan :
1. Perhatian pekerja yang menurun.
2. Perasaan berat di kepala, lelah seluruh badan, kaki terasa berat, menguap,
pikiran terasa kacau, mata terasa berat, kaku dan canggung dalam gerakan,
tidak seimbang dalam berdiri terasa berbaring.
3. Susah berpikir, gugup, tidak dapat konsentrasi, cenderung lupa, kurang
kepercayaan, cemas terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap dan tidak
tekun dalam pekerjaan.
4. Sakit bahu, nyeri di pinggang, pernafasan terasa sesak, suara serat, haus,
terasa pening, kekakuan otot kelopak mata, gemetar pada anggota badan,
terasa kurang sehat badan.
Upaya Mengurangi Kelelahan :
1. Sediakan kalori secukupnya sebagai input untuk tubuh.
2. Bekerja menggunakan metode kerja yang baik.
3. Memperhatikan kemampuan tubuh,
4. Memperhatikan waktu kerja yang teratur.
5. Mengatur lingkungan fisik sebaik-baiknya, seperti temperatur, kelembaban,
sirkulasi udara, pencahayaan kebisingan getaran, bau/wangi-wangian, dll.
6. Berusaha untuk mengurangi monotoni warna dan dekorasi ruangan kerja,
menyediakan musik, menyediakan waktu-waktu olah raga, dll.
Penyebab Kelelahan :
1. Monotonitas
2. Intensitas dan durasi kerja
3. Lingkungan suasana, cahaya, dan kebisingan.
4. Fisiologi tanggung jawab.
5. Sakit, ngilu, dan gejala nutrisi.

29
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

5.3 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan dari praktikum modul Biomekanika ini, adalah:
1. Tangga dengan sudut Sudut 30o dan 45o.
2. Mesin beban Tarik (Treadmill) atau ricken fatique indicator.
3. Stopwatch.
4. Oximeter.

5.4 Prosedur Praktikum


Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum modul Biomekanika:
A. Menentukan konsumsi energi manusia dari perbedaan kecepatan dan sudut
kemiringan tangga.
 Para praktikan di bekali dengan beban dengan masing masing berat 1kg.
 Pencatat waktu mulai mempersiapkan Stopwatch untuk mengukur
waktu selama 3 menit.
 Praktikan berjalan menaiki dan menuruni tangga dengan sudut
kemiringan yang berbeda selama 3 menit.
 Apabila selama 3 menit selesai, pencatat waktu mendata seberapa
banyak praktikan berjalan menaiki dan menuruni tangga.
B. Menentukan konsumsi energi manusia dari perbedaan beban Tarik ricken
fatique indicator.
 Atur beban Tarik dari ricken fatique indicator sesuai dengan kebutuhan
data.
 Pencatat waktu mendampingi praktikan pada saat berjalan diatas ricken
fatique indicator.
 Atur waktu selama kurang lebih 3 menit.
 Praktikan mulai berjalan di atas ricken fatique indicator selama kurang
lebih 3 menit.
 Apabila selama 3 menit selesai. Pencatat waktu mendata seberapa
banyak praktikan berjalan diatas ricken fatique indicator.

30
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

MODUL VI
ANTROPOMETRI

6.1 Tujuan Praktikum


Tujuan dari modul Antropometri ini adalah:
1. Memahami interaksi antara manusia, mesin, peralatan, bahan maupun
lingkungan kerjanya.
2. Mampu mengukur data Antropometri dan menggunakannya untuk
perancangan produk-produk konsumtif.
3. Mampu melakukan perancangan area kerja dan lingkungan kerja fisik dengan
memperhatikan keterbatasan dan kelebihan yang dimiliki manusia.

6.2 Landasan Teori


6.2.1 Pengertian Antropometri
Antropometri ialah pengetahuan yang menyangkut pengukuran tubuh
manusia, khususnya dimensi tubuh. Antropometri merupakan satu studi yang
berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia untuk penanganan masalah
desain. Antropometri dibagi atas 2 bagian:
1. Antropometri statis, dimana pengukuran dilakukan pada tubuh manusia yang
berada dalam posisi diam. Diambil secara lurus dan dilakukan pada
permukaan tubuh. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dimensi
tubuh manusia, diantaranya:
a. Umur f. Keacakan/ Random
b. Jenis Kelamin g. Cacat Tubuh Secara Fisik
c. Suku Bangsa/ Etnis h. Pakaian
d. Jenis Pekerjaan i. Kehamilan
e. Posisi Tubuh
2. Antropometri dinamis, dimana pengukuran dilakukan pada tubuh manusia
yang berada dalam posisi bergerak, sehingga lebih kompleks. Terdapat 3
kelas pengukuran Antropometri dinamis, yaitu :

31
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

a. Pengukuran tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk mengerti


keadaan mekanisme dari suatu aktivitas.
b. Pengukuran jangkauan ruangan yang dibutuhkan saat bekerja.
c. Pengukuran variabel.
Data Antropometri Untuk :
 Perancangan area kerja (work station, interior mobil, dll)
 Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas dsb.
 Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja
komputer, dll.
 Perancangan lingkungan kerja fisik.
Target : 90% - 95% dari populasi pemakai mampu menggunakan hasil rancangan.

6.2.2 Aplikasi distribusi Normal Dalam Penetapan Data Antropometri


 Data Antropometri diperlukan agar rancangan suatu produk bisa sesuai
dengan orang yang akan mengoperasikannya.
 Percentile : nilai yang menyatakan persentase tertentu dari sekelompok orang
yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut.
 95-th percentile menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau dibawah
ukuran tersebut. Menunjukkan tubuh berukuran besar.
 5-th percentile menunjukkan 5% populasi akan berada pada atau dibawah
ukuran tersebut. Menunjukkan tubuh berukuran kecil.
 Bila diinginkan dimensi tubuh mengakomodasi 95% populasi maka diambil
rentang 2,5-th dan 97,5-th percentile sebagai batasnya.

Gambar 6.1. Distribusi Normal dengan Data Antropometri 95-th percentile

32
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

 Nilai-nilai percentile yang diaplikasikan dalam Antropometri, Tabel 6.1.


Tabel 6.1. Nilai-nilai Percentile Dalam Antropometri
Percentile Perhitungan
1 – st 𝑥̅ − 2,325 𝜎𝑥
2,5 – th 𝑥̅ − 1,96 𝜎𝑥
5 – th 𝑥̅ − 1,645 𝜎𝑥
10 – th 𝑥̅ − 1,28 𝜎𝑥
50 – th 𝑥̅
90 – th 𝑥̅ + 1,28 𝜎𝑥
95 – th 𝑥̅ + 1,645 𝜎𝑥
97,5 – th 𝑥̅ + 1,96 𝜎𝑥
99 – th 𝑥̅ + 2,325 𝜎𝑥

6.2.3Prinsip-prinsip Dalam Aplikasi Data Antropometri Perancangan


Produk/ Fasilitas Kerja.
1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim.
Rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi dua sasaran produk :
a. Bisa sesuai dengan ukuran tubuh yang ekstrim (terlalu besar atau terlalu
kecil).
b. Tetap bisa memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari populasi
yang ada)
Agar memenuhi sasaran pokok, ukuran tubuh yang diaplikasikan :
a. Dimensi minimum dari rancangan produk didasarkan percentile
terbesar (90-th, 95-th atau 99-th percentile). Contoh : ukuran minimal
dari lebar dan tinggi pintu.
b. Dimensi maksimum didasarkan percentile yang paling rendah (1-th, 5-
th atau 10-th). Contoh : penetapan jarak jangkauan dari mekanisme
control.
Secara umum diaplikasikan 5-th percentile untuk dimensi maksimum dan 95-
th percentile untuk dimensi minimum.
2. Prinsip perancangan produk yang dioperasikan diantara rentang ukuran
tertentu.
a. Rancangan bisa dirubah-rubah ukurannya sehingga fleksibel
dioperasikan oleh tiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran
tubuh. Contoh : kursi mobil.
b. Rentang rancnagan fleksibel 5-th s/d 95-th percentile.

33
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata.


a. Rancangan produk dibuat untuk ukuran tubuh disekitar rata-rata.
b. Ukuran tubuh yang ekstrim dibuatkan rancangan tersendiri.

Berkaitan dengan aplikasi data Antropometri yang diperlukan dalam proses


perancangan produk, rekomendasi yang bisa diberikan :
1. Tetapkan anggota tubuh yang mengoperasikan rancangan tersebut.
2. Tentukan dimensi tubuh yang penting ((struktural body dimensions atau
functional body dimensions).
3. Tentukan populasi terbesar yang menjadi target utama.
4. Tetapkan prinsip ukuran (ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran
yang fleksibel atau ukuran rata-rata)
5. Pilih nilai percentile yang dikehendaki (90-th, 95-th, 99-th atau yang lain).
6. Tetapkan nilai ukuran dari tabel data Antropometri yang sesuai, aplikasikan
data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran.
Gambar 6.2., data Antropometri yang diaplikasikan dalam perancangan dan
pengukuran kerja.

Gambar 6.2. Data Antropometri Untuk Perancangan Produk/ Fasilitas Kerja

34
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

Keterangan :
1 = dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung kepala).
2 = tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.
3 = tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.
4 = tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).
5 = tinggi kepalan tangan yang berjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam
gambar tidak ditunjukkan).
6 = tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat duduk/ pantat
sampai dengan kepala).
7 = tinggi mata dalam posisi duduk.
8 = tinggi bahu dalam posisi duduk.
9 = tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).
10 = tebal atau lebar paha.
11 = panjang paha yang diukur dari pantat s/d ujung lutut.
12 = panjang paha yang diukur dari pantat s/d bagian belakang dari lutut/betis.
13 = tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.
14 = tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan paha.
15 = lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk).
16 = lebar pinggul/ pantat.
17 = lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dalam
gambar).
18 = lebar perut.
19 = panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi
siku tegak lurus.
20 = lebar kepala.
21 = panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari.
22 = lebar telapak tangan.
23 = lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar-lebar kesamping kiri-kanan
(tidak ditunjukkan dalam gambar).
24 = tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai
dengan telapak tangan yang terjangkau lurus ke atas (vertikal).

35
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

25 = tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti halnya no.
24 tetapi dalam posisi duduk (tidak ditunjukkan dalam gambar).
26 = jarak jangkauan tangan yang terjulur ke depan diukur dari bahu sampai ujung
jari tangan.
Data Antropometri dimensi tubuh dalam berbagai kelompok usia seperti
ditampilkan pada Tabel 2, Tabel 3 dan Tabel 4. Data Antropometri tangan, kepala
dan kaki ditampilkan pada Tabel 5, Tabel 6 dan Tabel 7 serta Gambar 5, Gambar 6
dan Gambar 7 (Lampiran).

6.3 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan dari praktikum modul Antropometri ini, adalah:
1. Meteran
2. Penggaris
3. Note
4. Bolpoin
5. Kursi Antropometri
6. Flexible Curve

6.4 Prosedur Praktikum


Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum modul Antropometri:
1. Pilih tiga puluh orang praktikan yang akan diukur dimensi tubuh sesuai
produk kalian.
2. Lakukan pengukuran berbagai variable dimensi tubuh atau tangan praktikan
sesuai dengan petunjuk asisten dan pedoman pengukuran Antropometri.
3. Lakukan uji keseragaman data dan uji kecukupan data.
4. Tentukan nilai persentil yang sesuai dengan perencanaan produk dan buatlah
desain produk usulan.

36
DAFTAR PUSTAKA

Barnes, R.M. 1991. “Motion and time study (Design and Measurement of Work )”.
New York: John wiley & Sonsm, Second Edition.
Chaffin, Don B. & Andersson, Gunnar B.J.. 1991. “Occupational Biomechanics”.
New York: John Wiley & Sonsm, Second Edition.
Nurmianto, Eko. 1998. “Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya”. Jakarta :
Candimas Metropole.
Public Health service – Centers for Desease Control and Preventation. 1997.
“Musculoskeletal Disorders and Workplace Factors, U.S. Department of
Health and Human Service”. USA: Second Printing.
Sutalaksana, Anggawisastra, Tjakraatmadja. 1979. “Teknik Tata Cara Kerja”.
Bandung: Dept. Teknik Industri, ITB.
Wingnosoebroto, Sritomo. 1995. “Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Edisi -
Pertama Cetakan ketiga”. Surabaya: Guna Widya.
Wingnosoebroto, Sritomo. 1995. “Perancangan Tata Letak Fasilitas dan
Pemindahan Bahan, Edisi - Pertama Cetakan ketiga”. Surabaya: Guna Widya.
Rahmat, 1992. “Buku Modul Praktikum Ergonomi”. Yogyakarta: Dept. Teknik
Industri UGM.
LAMPIRAN

Lampiran. Tabel Antropometri


Tabel 2. Dimensi Untuk Orang Inggris Dewasa Usia 19 – 65 Tahun
Pria Wanita
Dimensi Tubuh
5% X 95% S.D 5% X 95% S.D
1. Tinggi Tubuh Posisi berdiri
1.625 1.740 1.885 70 1.505 1.610 1.710 62
tegak
2. Tinggi Mata 1.515 1.630 1.745 69 1.405 1.505 1.610 61
3. Tinggi Bahu 1.315 1.425 1.535 66 1.215 1.310 1.405 58
4. Tinggi Siku 1.005 1.090 1.180 52 930 1.005 1.085 46
5. Tinggi Genggaman Tangan
(knuckle) pada posisi relaks 690 755 825 41 660 720 750 36
kebawah
6. Tinggi Badan pada Posisi
850 910 965 36 795 850 910 35
Duduk
7. Tinggi Mata pada Posisi
735 790 846 35 685 740 795 33
Duduk
8. Tinggi Bahu pada Posisi
540 595 645 32 505 555 610 31
Duduk
9. Tinggi Siku pada Posisi
195 245 295 31 185 235 280 29
Duduk
10. Tebal Paha 135 160 185 15 125 155 180 17
11. Jarak dari Pantat ke Lutut 540 595 645 31 520 570 620 30
12. Jarak dari Lipat Lutut
440 495 550 32 435 480 530 30
(popliteal) ke Pantat
13. Tinggi Lutut 490 495 550 32 445 500 540 27
14. Tinggi Lipat Lutut (popliteal) 395 440 490 29 355 400 445 27
15. Lebar Bahu (bideltoid) 420 465 510 28 355 395 435 24
16. Lebar Panggul 310 360 405 29 310 370 435 24
17. Tebal Dada 215 250 285 22 210 250 295 27
18. Tebal Perut (abdominal) 220 270 325 32 205 255 305 30
19. Jarak dari siku ke ujung jari 440 475 510 21 400 430 460 19
20. Lebar Kepala 145 155 165 6 135 145 150 6
21. Panjang Tangan 175 190 205 10 160 175 190 9
22. Lebar Tangan 80 85 95 5 70 75 85 4
23. Jarak Bentang dari ujung jari
1.655 1.790 1.925 83 1.490 1.604 1.725 71
tangan kanan ke kiri
24. Tinggi pegangan tangan
(grip) pada posisi tangan
1.925 2.060 2.190 80 1.790 1.905 2.050 71
vertikal ke atas & berdiri
tegak
25. Tinggi pegangan tangan
(grip) pada posisi tangan 1.145 1.245 1.340 60 1.060 1.150 1.235 53
vertikal ke atas & duduk
26. Jarak genggaman tangan
(grip) ke punggung pada
720 780 835 34 650 705 755 31
posisi tangan ke depan
(horisontal)
Tabel 3. Perkiraan Antropometri Untuk Masyarakat Hongkong, Dewasa, dapat
Diekivalensikan Sementara Untuk Masyarakat Indonesia (Kesamaan Etnis Asia)
(mm)
Pria Wanita
Dimensi Tubuh
5% X 95% S.D 5% X 95% S.D
1. Tinggi Tubuh Posisi berdiri
1.585 1.680 1.775 58 1.455 1.555 1.655 60
tegak
2. Tinggi Mata 1.470 1.555 1.640 52 1.330 1.425 1.520 57
3. Tinggi Bahu 1.300 1.380 1.460 50 1.180 1.265 1.350 51
4. Tinggi Siku 950 1.015 1.080 39 870 935 1.000 41
5. Tinggi Genggaman Tangan
(knuckle) pada posisi relaks 685 750 815 40 650 715 780 41
kebawah
6. Tinggi Badan pada Posisi
845 900 955 34 780 840 900 37
Duduk
7. Tinggi Mata pada Posisi
720 780 840 35 660 720 780 35
Duduk
8. Tinggi Bahu pada Posisi
555 605 655 31 165 230 295 38
Duduk
9. Tinggi Siku pada Posisi
190 240 290 31 165 230 295 38
Duduk
10. Tebal Paha 110 135 100 14 105 130 155 14
11. Jarak dari Pantat ke Lutut 505 550 595 26 470 520 570 30
12. Jarak dari Lipat Lutut
405 450 495 26 385 435 485 29
(popliteal) ke Pantat
13. Tinggi Lutut 450 495 540 26 410 455 500 27
14. Tinggi Lipat Lutut (popliteal) 365 405 445 25 325 375 425 29
15. Lebar Bahu (bideltoid) 380 425 470 26 335 385 435 29
16. Lebar Panggul 300 335 370 22 295 330 365 21
17. Tebal Dada 155 195 235 25 160 215 270 34
18. Tebal Perut (abdominal) 150 210 270 36 150 215 280 39
19. Jarak dari siku ke ujung jari 410 445 480 22 360 400 400 24
20. Lebar Kepala 150 160 170 7 135 150 165 8
21. Panjang Tangan 165 190 195 9 150 165 180 9
22. Lebar Tangan 70 80 90 5 60 70 80 5
23. Jarak Bentang dari ujung jari
1.480 1.635 1.790 95 1.350 1.480 1.610 80
tangan kanan ke kiri
24. Tinggi pegangan tangan
(grip) pada posisi tangan
1.835 1.970 2.105 83 1.685 1.825 1.965 86
vertikal ke atas & berdiri
tegak
25. Tinggi pegangan tangan
(grip) pada posisi tangan 1.110 1.205 1.3 58 855 940 1.025 51
vertikal ke atas & duduk
26. Jarak genggaman tangan
(grip) ke punggung pada
640 705 770 38 580 635 690 32
posisi tangan ke depan
(horisontal)
Tabel 4. Antropometri Masyarakat Indonesia Yang Didiapat Dari Interpolasi
Masyarakat British dan Hongkong (Phesant, 1286) Terhadap Masyarakat
Indonesia (mm)
Pria Wanita
Dimensi Tubuh
5% X 95% S.D 5% X 95% S.D
1. Tinggi Tubuh Posisi berdiri
1.532 1.632 1.732 61 1.464 1.563 1.662 60
tegak
2. Tinggi Mata 1.425 1.52 1.615 58 1.35 1.446 1.542 58
3. Tinggi Bahu 1.247 1.338 1.429 55 1.184 1.272 1.361 54
4. Tinggi Siku 932 1.003 1.074 43 886 957 1.028 43
5. Tinggi Genggaman Tangan
(knuckle) pada posisi relaks 655 718 782 39 646 708 771 38
kebawah
6. Tinggi Badan pada Posisi
809 864 919 33 775 834 893 36
Duduk
7. Tinggi Mata pada Posisi
694 749 804 33 666 721 776 33
Duduk
8. Tinggi Bahu pada Posisi
523 572 621 330 501 550 599 30
Duduk
9. Tinggi Siku pada Posisi
181 231 282 31 175 229 283 33
Duduk
10. Tebal Paha 117 140 163 14 115 140 165 15
11. Jarak dari Pantat ke Lutut 500 545 590 272 488 527 586 30
12. Jarak dari Lipat Lutut
405 450 495 27 488 537 586 30
(popliteal) ke Pantat
13. Tinggi Lutut 448 496 544 29 428 472 516 27
14. Tinggi Lipat Lutut (popliteal) 361 403 445 26 337 382 428 28
15. Lebar Bahu (bideltoid) 382 424 466 26 342 385 428 26
16. Lebar Panggul 291 331 371 24 298 345 392 29
17. Tebal Dada 174 212 250 23 178 228 278 30
18. Tebal Perut (abdominal) 174 228 282 33 175 231 287 34
19. Jarak dari siku ke ujung jari 405 439 473 21 374 409 287 34
20. Lebar Kepala 140 450 160 6 135 146 157 7
21. Panjang Tangan 161 176 190 9 153 168 183 9
22. Lebar Tangan 71 79 87 5 64 71 78 4
23. Jarak Bentang dari ujung jari
1.52 1.663 1.806 87 1.4 1.523 1.646 75
tangan kanan ke kiri
24. Tinggi pegangan tangan
(grip) pada posisi tangan
1.795 1.923 2.051 78 1.713 1.841 1.969 79
vertikal ke atas & berdiri
tegak
25. Tinggi pegangan tangan
(grip) pada posisi tangan 1.065 1.169 1.273 63 945 1.03 1.115 52
vertikal ke atas & duduk
26. Jarak genggaman tangan
(grip) ke punggung pada
649 708 767 37 610 661 712 31
posisi tangan ke depan
(horisontal)
Tabel 5. Antropometri Telapak Tangan Orang Indonesia (mm)
Pria Wanita
Dimensi Tubuh
5th 50th 95th S.D 5th 50th 95th S.D
1. Panjang tangan 163 176 189 8 155 168 181 8
2. Panjang telapak tangan 92 100 108 5 87 94 101 4
3. Panjang ibu jari 45 48 51 2 42 45 48 2
4. Panjang jari telunjuk 62 67 72 3 60 65 70 3
5. Panjang jari tengah 70 77 84 4 69 74 79 3
6. Panjang jari manis 62 67 72 3 59 64 69 3
7. Panjang jari kelingking 48 51 54 2 45 48 51 2
8. Lebar ibu jari (IPJ) 19 21 23 1 16 18 20 1
9. Tebal ibu jari (IPJ) 19 21 23 1 15 17 19 1
10. Lebar Jari telunjuk 18 20 22 1 15 17 19 1
11. Tebal jari telunjuk 16 18 20 1 13 15 17 1
12. Lebar telapak tangan
74 81 88 4 68 73 78 3
(Metacarpal)
13. Lebar telapak tangan (sampai
88 98 108 6 82 89 96 4
ibu jari)
14. Lebar telapak tangan
68 75 82 4 64 59 74 3
(minimum)
15. Tebal telapak tangan
28 31 34 2 25 27 29 1
(Metacarpal)
16. Tebal telapak tangan (sampai
41 48 47 2 41 44 47 2
ibu jari
17. Diameter genggam
45 48 51 2 43 46 49 1
(maksimum)
18. Lebar maksimum (ibu jari ke
177 192 206 9 169 184 199 9
jari kelingking)
19. Lebar fungsional maksimum
122 132 142 6 113 123 134 6
(ibu jari ke jari lain)
20. Segiempat minimum yang
57 62 67 3 51 56 61 3
dapat dilewati telapak tangan

Gambar 5. Antropometri Tangan


Tabel 6. Antropometri Kepala Orang Indonesia
Dimana : Lebar Kepala = 9,2% Tinggi Badan Pria dan 9,3% Tinggi Badan Wanita
(mm)
Pria Wanita
Dimensi Tubuh
5th 50th 95th S.D 5th 50th 95th S.D
1. Panjang kepala 166 176 186 6 158 168 178 6
2. Lebar kepala 132 140 148 5 121 129 137 5
3. Diameter maksimum dari
217 230 243 8 198 209 221 7
dagu
4. Dagu ke puncak kepala 192 203 215 7 185 196 208 7
5. Telinga ke puncak kepala 70 77 84 4 69 74 79 3
6. Telinga ke belakang kepala 62 67 72 3 59 64 69 3
7. Antara dua telinga 48 51 54 2 45 48 51 2
8. Mata ke puncak kepala 19 21 23 1 16 18 2 1
9. Mata ke belakang kepala 19 21 23 1 15 17 19 1
10. Antara dua pupil mata 18 20 22 1 15 17 19 1
11. Hidung ke puncak kepala 16 18 20 1 13 15 17 1
12. Hidung ke belakang kepala 74 81 88 4 68 73 78 3
13. Mulut ke puncak kepala 88 98 108 6 82 89 96 4
14. Lebar mulut 68 75 82 4 64 59 74 3

Tabel 7. Antropometri Kaki Orang Indonesia


Dimana : Panjang Telapak Kaki = 15,2 % Tinggi Badan Pria dan 14,7 % Tinggi
Badan Wanita (mm)
Pria Wanita
Dimensi Tubuh
5th 50th 95th S.D 5th 50th 95th S.D
1. Panjang telapak kaki 230 248 266 11 212 230 248 11
2. Panjang telapak lengan kaki 165 178 191 8 158 171 184 8
3. Panjang kaki sampai jari 186 201 216 9 178 191 204 8
4. Lebar kaki 82 89 96 4 81 88 95 4
5. Lebar tangkai kaki 61 66 71 3 49 54 59 3
6. Tinggi mata kaki 61 66 71 3 59 64 69 3
7. Tinggi bagian tengah telapak kaki 68 75 82 4 64 69 74 3
8. Jarak horisontal tangkai mata kaki 49 52 55 2 46 49 52 2

Gambar 6. Antropometri Kepala Gambar 7. Antropometri Kaki

Anda mungkin juga menyukai