PRAKTIKUM
PERANCANGAN
SISTEM KERJA DAN
ERGONOMI
PANDUAN PRAKTIKUM
PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
Kepala Laboratorium
Ir. Akmal Suryadi, MT.
NIP. 19650112 199003 1 001
Laboran
Purwati, S.T.
NPT. 377031003161
Asisten Laboratorium
Faiz Travessa Juhaim Koordinator Laboratorium
18032010073
Imanda Rahmasari Wakil Koordinator Laboratorium
18032010003
Dina Rosidah Sekretaris I
18032010051
Khoirotun Nisak Sekretaris II
18032010010
Rizki Novadila Bendahara
18032010018
Fiki Marchel Perdana Hubungan Masyarakat
18032010124
ii
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
dapat tersusun buku panduan atau modul praktikum Perancangan Sistem Kerja Dan
Ergonomi. Dengan adanya buku panduan atau modul ini, mahasiswa mempunyai
gambaran dari suatu sistem kerja yang sederhana dan dapat mengembangkan
pengetahuan yang didapat dari bangku kuliah.
Kami menyadari bahwa penyusunan buku panduan atau modul ini masih jauh
dari kesempurnaan, untuk itu kami mohon saran dan kritik yang bersifat
membangun guna perbaikan dan kesempurnaan modul ini. Kami ucapkan
terimakasih untuk semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penyusunan
buku panduan atau modul praktikum Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga modul
praktikum ini dapat memberikan manfaat dan peningkatan buku pedoman bagi
pembaca maupun praktikan.
Tim Penyusun
iii
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
TATA TERTIB
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN
ERGONOMI
iv
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
v
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL i
PANDUAN PRAKTIKUM ii
KATA PENGANTAR iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM iv
DAFTAR ISI vi
MODUL I PETA KERJA KESELURUHAN DAN PETA KERJA
SETEMPAT 1
MODUL II PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI 6
MODUL III SAMPLING KERJA 14
MODUL IV PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN 18
MODUL V BIOMEKANIKA 23
MODUL VI ANTROPOMETRI 30
DAFTAR PUSTAKA 37
LAMPIRAN 38
vi
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
MODUL I
PETA KERJA KESELURUHAN DAN
PETA KERJA SETEMPAT
1
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
2
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
setempat, bila kegiatan tersebut terjadi dalam suatu stasiun kerja yang biasanya
hanya melibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah terbatas. Penggunaan peta kerja
setempat akan sangat membantu analisis dalam merancang dan melakukan
perbaikan kerja di suatu stasiun kerja tertentu, yaitu: Peta Pekerja dan Mesin dan
Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan.
Peta perkerja dan mesin merupakan kombinasi kerja antara mesin dan
pekerjanya. Dalam beberapa hal, hubungan antara operator dan mesin sering
berkerja secara silih berganti, yaitu sementara mesin menganggur, operator bekerja
atau sebaliknya. Peta pekerja dan mesin dapat dikatakan merupakan suatu grafik
yang menggambarkan koordinasi antara waktu bekerja dan waktu menganggur dari
kombinasi antara pekerja dan mesin. Dengan demikian peta ini merupakan alat
yang baik digunakan untuk mengurangi, waktu menganggur.
Peta tangan kanan-tangan kiri merupakan gambaran semua gerakan saat
bekerja dan waktu menganggur yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan.
Serta menunjukan perbandingan tugas yang dibebankan pada tangan kiri dan tangan
kanan. Dengan menggunakan peta-peta yang terdahulu, berarti kita telah
mendapatkan suatu prosedur dari orang, bahan dan alat secara tertib dan sistematis.
Setelah hal ini diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa
pekerjaannya itu sendiri, untuk lebih menyempurnakan cara kerja yang telah ada.
Tentunya, kalau setiap stasiun kerja telah dapat disempurnakan, maka untuk
memperbaiki proses secara keseluruhan akan lebih mudah dilaksanakan.
3
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
b. Bahan
1. Kertas Duplek untuk badan 40 x 30 cm
2. Kertas kado untuk atap 12 x 9 cm
3. Lem G
4. Lem kertas
5. Tusuk
6. Pernak-pernik berbentuk mata
4
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
5
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
MODUL II
PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI
(STOP WATCH TIME STUDY)
6
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik, pada tingkat kecepatan kerja yang
normal,serta dalam lingkungan kerja yang terbaik pada saat itu.
Secara umum, teknik-teknik pengukuran waktu kerja dapat dikelompokkan
atas dua kelompok besar :
a. Secara Langsung
1. Pengukuran waktu dengan jam henti (Stop Watch Time Study )
2. Sampling pekerjaan ( Work Sampling )
b. Secara Tidak Langsung
1. Data Waktu Baku
2. Data Waktu Gerakan, terdiri dari :
- Work Faktor (WF) System
- Maynard Operation Sequece Time (MOST System )
- Motion Time Measurement ( MTM System )
Kelebihan dan kekurangan pengukuran waktu kerja metode langsung dan tak
langsung.
a) Metode Langsung
· Kelebihan dari penggunaan metode ini sangatlah praktis, karena tidak perlu
menguraikan pekerjaan ke dalam elemen-elemen pekerjaan.
· Kekurangan dari metode ini adalah dibutuhkan waktu lebih lama untuk
memperoleh data waktu yang banyak. Tujuannya adalah hasil pengukuran
yang teliti dan akurat. Biaya lebih mahal dengan menggunakan metode ini.
b) Metode Tak Langsung
· Kelebihan dari metode ini adalah tidak harus ke tempat dimana pekerjaan
berlangsung, dengan syarat mengetahui elemen-elemen pekerjaan yang
diperlukan pekerjaan tersebut.Waktu relatif lebih singkat dan biaya lebih
murah.
· Kekurangannya adalah tabel yang digunakan adalah tabel untuk data orang
eropa dan belum tentu cocok atau sesuai untuk orang Indonesia. Dibutuhkan
ketelitian yang tinggi untuk seorang pengamat pekerjaan karena akan
berpengaruh terhadap hasil perhitungan.
7
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
8
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
operator itu bekerja dengan cepat atau lambat. Artinya pada saat itu kita telah
membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang lebih wajar. Untuk
mendapatkan hasil yang lebih tepat dalam pengukuran, pengalaman operator
menjadi peran yang penting disini. Karena semakin berpengalaman operator
semakin peka inderanya dalam bekerja. Maka untuk memudahkan dalam memilih
konsep wajar, seorang pengukur dapat mempelajari cara kerja seorang operator
yang dianggap normal yaitu :
1. Jika operator dianggap berpengalaman.
2. Bekerja tanpa usaha yang berlebihan sepanjang hari.
3. Menguasai cara kerja yang ditetapkan.
4. Menunjukan kesungguhan dalam melakukan pekerjaanya.
Terdapat beberapa metode untuk menentukan penyesuaian. Pertama yaitu
cara persentasi, dimana faktor penyesuaian sepenuhnya ditentukan oleh pengukur
melalui pengamatannya selama melakukan pengukuran. Jadi sesuai dengan
pengukuran pengamat mementukan harga p yang menurutnya akan menghasilkan
waktu normal bila harga ini dikalikan dengan waktu siklus. Maka dikembangkan
cara lain yang lebih objektif seperti cara humard dimana memberikan patokan-
patokan penilaian melalui kelas. Metode yang kedua yakni shumard yang
ditentukan berdasarkan kelas. Kemudian metode westinghouse yang ditentukan
berdasarkan empat faktor dan yang terkahir dengan metode obyektif.
b. Kelonggaran
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu untuk kebutuhan pribadi,
menghilangkan rasa fatique dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan.
Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja dan
yang selama pengukuran tidak diamati. Karenanya sesuai pengukuran dan setelah
mendapatkan waktu normal, kelonggaran perlu ditambahkan (Sutalaksana, 1979).
Adapun rinciannya sebagai berikut:
a. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
Adapun yang termasuk dalam kebutuhan pribadi disini adalah hal hal seperti
minum sekedarnya untuk menghilangkan haus, ke kamar kecil, bercakap dengan
teman sekerja sekedarnya.
9
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
Dimana :
N ' = Jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan (dari hasil perhitungan)
N = Pengamatan pendahuluan
10
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
11
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
2.3.2 Alat:
1. Gunting
2. Penggaris
3. Bolpoin dan Pensil
4. Stopwatch
5. Cutter
12
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
13
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
MODUL III
SAMPLING KERJA
14
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
Dimana:
X = Waktu Siklus
x = Waktu pengamatan
n= Jumlah pengamatan yang dilakukan
15
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
kerja operator adalah didasarkan pada satu faktor tunggal yaitu operator
speed,space atau tempo. Sistem ini dikenal sebagai “performance Rating/speed
Rating)”. Rating Faktor ini umumnya dinyatakan dalam persentase persentase(%)
atau angka decimal ,Dimana performance kerja normal akan sama dengan 100%
atau 1,00.
16
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
17
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
MODUL IV
KONDISI LINGKUNGAN
18
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
langsung dengan karyawan, namun ada juga yang berhubungan dengan perantara
atau lingkungan umum, yang dapat juga disebut lingkungan kerja yang
mempengaruhi kondisi manusia, seperti temperatur, kelembaban, dan sirkulasi
udara. Sementara itu, lingkungan kerja non fisik merupakan suatu keadaan yang
terjadi dan memiliki kaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan,
sesama rekan kerja, maupun bawahan. Lingkungan kerja fisik mencakup setiap hal
dari fasilitas parkir diluar gedung perusahaan, lokasi dan rencana gedung sampai
jumlah cahaya dan suara yang menimpa meja kerja ruang kerja atau ruang kerja
seorang tenaga kerja (Ashar S. Munandar : 2008).
Jenis-jenis lingkungan kerja menurut Anwar P. Mangkunegara (2005) yaitu:
1. Kondisi lingkungan kerja fisik yang meliputi :
a. Faktor lingkungan tata ruang kerja
Tata ruang kerja yang baik akan mendukung terciptanya hubungan kerja yang
baik antara sesama karyawan maupun dengan atasan karena akan mempermudah
mobilitas bagi karyawan untuk bertemu. Tata ruang yang tidak baik akan membuat
ketidak nyamanan dalam bekerja sehingga menurunkan efektivitas kinerja
karyawan.
b. Faktor kebersihan dan kerapian ruan kerja.
Ruang kerja yang bersih, rapi, sehat dan aman akan menimbulkan rasa
nyaman dalam bekerja. Hal ini akan meningkatkan gairah dan semangat kerja
karyawan dan secara tidak langsung akan meningkatkan efektivitas kinerja
karyawan.
2. Kondisi lingkungan kerja non fisik yang meliputi :
a. Faktor lingkungan sosial Lingkungan sosial yang sangat berpengaruh
terhadap kinerja karyawan adalah latar belakang keluarga, yaitu antara
lain status keluarga, jumlah keluarga, tingkat kesejahteraan dan lain-
lain.
b. Faktor status sosial Semakin tinggi jabatan seseorang semakin tinggi
pula kewenangan dan keleluasan dalam mengambil keputusan.
c. Faktor hubungan kerja dalam perusahaan Hubungan kerja yang ada
dalam perusahaan adalah hubungan kerja antara karyawan dengan
karyawan dan antara karyawan dengan atasan.
19
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
20
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
21
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
22
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
MODUL V
BIOMEKANIKA
23
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
24
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
25
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
Laki-laki dewasa membutuhkan kalori 23,87 kilo kalori per hari per berat
badan (kg). Wanita dewasa membutuhkan kalori 23,39 kilo kalori per hari per berat
badan (kg).
Contoh :
Laki-laki dewasa dengan berat badan 60 kg akan memerlukan kalori sebesar
1.432 Kilo kilo per hari
b. Kebutuhan Kalori untuk bekerja (work calories)
Konsumsi energi yang diawali pada saat pekerjaan fisik dimulai. Makin
banyak aktivitas otot, makin banyak pula energi yang dikonsumsi (kalori kerja).
Kalori kerja menunjukkan tingkat ketegangan otot tubuh manusia dalam
hubungan dengan :
Jenis kerja berat.
Tingkat usaha kerjanya.
Kebutuhan waktu untuk istirahat.
Efisiensi dari berbagai jenis perkakas kerja.
Produktivitas dari berbagai variasi cara kerja.
c. Kebutuhan Kalori untuk pencernaan dan aktivitas seharian (leisure
calories) atau di luar jam kerja
Adalah konsumsi energi pada saat melakukan aktivitas sehari-hari. Pria
dewasa rata-rata kebtuhan kalorinya 600 Kilo kalori dan wanita dewada adalah
500–550 Kilo kalori
Pengukuran Denyut Jantung
Beban kerja tidak hanya tergantung pada jumlah kalori yang dikonsumsi tapi
juga pada jumlah otot yang terlibat pada pembebanan otot statis.
Meningkatnya denyut jantung dipengaruhi oleh :
a. Temperatur sekeliling yang tinggi
b. Tingginya pembebanan otot statis
c. Sedikitnya otot yang terlibat dalam kondisi kerja
Karena alasan tersebut, denyut jantung dipakai sebagai indeks beban kerja.
26
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
R
T K S menit
K 1,5
Dimana :
R = Waktu istirahat yang diperlukan (menit)
T = Total waktu yang dipergunakan untuk kerja (menit).
27
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
28
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
Kelelahan karena faktor yang berlangsung secara terus menerus dan terakumulasi,
menyebabkan lelah kronis. Gejala-gejalanya seperti :
1. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang toleran
atau asosial terhadap orang lain.
2. Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan.
3. Depresi yang berat.
Gejala-gejala Kelelahan :
1. Perhatian pekerja yang menurun.
2. Perasaan berat di kepala, lelah seluruh badan, kaki terasa berat, menguap,
pikiran terasa kacau, mata terasa berat, kaku dan canggung dalam gerakan,
tidak seimbang dalam berdiri terasa berbaring.
3. Susah berpikir, gugup, tidak dapat konsentrasi, cenderung lupa, kurang
kepercayaan, cemas terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap dan tidak
tekun dalam pekerjaan.
4. Sakit bahu, nyeri di pinggang, pernafasan terasa sesak, suara serat, haus,
terasa pening, kekakuan otot kelopak mata, gemetar pada anggota badan,
terasa kurang sehat badan.
Upaya Mengurangi Kelelahan :
1. Sediakan kalori secukupnya sebagai input untuk tubuh.
2. Bekerja menggunakan metode kerja yang baik.
3. Memperhatikan kemampuan tubuh,
4. Memperhatikan waktu kerja yang teratur.
5. Mengatur lingkungan fisik sebaik-baiknya, seperti temperatur, kelembaban,
sirkulasi udara, pencahayaan kebisingan getaran, bau/wangi-wangian, dll.
6. Berusaha untuk mengurangi monotoni warna dan dekorasi ruangan kerja,
menyediakan musik, menyediakan waktu-waktu olah raga, dll.
Penyebab Kelelahan :
1. Monotonitas
2. Intensitas dan durasi kerja
3. Lingkungan suasana, cahaya, dan kebisingan.
4. Fisiologi tanggung jawab.
5. Sakit, ngilu, dan gejala nutrisi.
29
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
30
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
MODUL VI
ANTROPOMETRI
31
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
32
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
33
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
34
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
Keterangan :
1 = dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung kepala).
2 = tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.
3 = tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.
4 = tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).
5 = tinggi kepalan tangan yang berjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam
gambar tidak ditunjukkan).
6 = tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat duduk/ pantat
sampai dengan kepala).
7 = tinggi mata dalam posisi duduk.
8 = tinggi bahu dalam posisi duduk.
9 = tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).
10 = tebal atau lebar paha.
11 = panjang paha yang diukur dari pantat s/d ujung lutut.
12 = panjang paha yang diukur dari pantat s/d bagian belakang dari lutut/betis.
13 = tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.
14 = tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan paha.
15 = lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk).
16 = lebar pinggul/ pantat.
17 = lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dalam
gambar).
18 = lebar perut.
19 = panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi
siku tegak lurus.
20 = lebar kepala.
21 = panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari.
22 = lebar telapak tangan.
23 = lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar-lebar kesamping kiri-kanan
(tidak ditunjukkan dalam gambar).
24 = tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai
dengan telapak tangan yang terjangkau lurus ke atas (vertikal).
35
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
25 = tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti halnya no.
24 tetapi dalam posisi duduk (tidak ditunjukkan dalam gambar).
26 = jarak jangkauan tangan yang terjulur ke depan diukur dari bahu sampai ujung
jari tangan.
Data Antropometri dimensi tubuh dalam berbagai kelompok usia seperti
ditampilkan pada Tabel 2, Tabel 3 dan Tabel 4. Data Antropometri tangan, kepala
dan kaki ditampilkan pada Tabel 5, Tabel 6 dan Tabel 7 serta Gambar 5, Gambar 6
dan Gambar 7 (Lampiran).
36
DAFTAR PUSTAKA
Barnes, R.M. 1991. “Motion and time study (Design and Measurement of Work )”.
New York: John wiley & Sonsm, Second Edition.
Chaffin, Don B. & Andersson, Gunnar B.J.. 1991. “Occupational Biomechanics”.
New York: John Wiley & Sonsm, Second Edition.
Nurmianto, Eko. 1998. “Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya”. Jakarta :
Candimas Metropole.
Public Health service – Centers for Desease Control and Preventation. 1997.
“Musculoskeletal Disorders and Workplace Factors, U.S. Department of
Health and Human Service”. USA: Second Printing.
Sutalaksana, Anggawisastra, Tjakraatmadja. 1979. “Teknik Tata Cara Kerja”.
Bandung: Dept. Teknik Industri, ITB.
Wingnosoebroto, Sritomo. 1995. “Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Edisi -
Pertama Cetakan ketiga”. Surabaya: Guna Widya.
Wingnosoebroto, Sritomo. 1995. “Perancangan Tata Letak Fasilitas dan
Pemindahan Bahan, Edisi - Pertama Cetakan ketiga”. Surabaya: Guna Widya.
Rahmat, 1992. “Buku Modul Praktikum Ergonomi”. Yogyakarta: Dept. Teknik
Industri UGM.
LAMPIRAN