Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEMODELAN SISTEM
PERSPEKTIF FUNGSIONAL SISTEM

Disusun Oleh Kelompok 5:

1. Wirawan Wijaksono (19032010126)


2. Ahmad Jainul F (19032010137)
3. Ivan Ardianto (19032010149)
4. Daffa Dzaky (19032010128)
5. Nanda Firlana (19032010151)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji kita ucapkan ke hadirat Allah Subhanahuwata’ala
yang telah memberikan kita hidayah, dan taufik dan segala macam
kenikmatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tak
lupa pula kita haturkan shalawat beserta salam kepada Nabi Muhammad
Shallallahu’alaihiwasallam sebagai suri tauladan yang merupakan
sebaik-baik manusia yang patut kita teladani.
Makalah yang berjudul Antropometri ini, dalam penyusunannya
penulis melibatkan beberapa orang yang turut membantu selesainya
makalah ini, sehingga penulis berterima kasih kepada semua yang telah
berperan dalam selesainya makalah ini.
Semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat dijadikan referensi
kepada penulis dan pembaca. Terakhir penulis meminta maaf karena
tulisan ini masihjauh dari kesempurnaan, diharapkan kritik dan saran
yang membangun.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Antropometri artinya ukuran dari tubuh. Kini, antropometri berperan
penting dalam bidang perancangan industri, Perancangan pakaian,
ergonomic, dan arsitektur. Populasi diperlukan untuk menghasilkan produk
yang optimal. Terutama dalam hal perancangan ruang dan fasilitas
komodasi. Perlunya memperhatikan factor ergonomic dalam proses rancang
bangun fasilitas dalam dekade ini merupakan sesuatu yang tidak dapat di
tunda. Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari perancangan
pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh manusia, sistem orang dan
mesin, peralatan yang dipakai manusia agar dapat dijalankan dengan cara
yang paling efektif termasuk alat-alat peragaan untuk memberi informasi
kepada manusia. (Sutalaksana: "Teknik Tata Cara Kerja"). Perhatian utama
ergonomi adalah pada efisiensi yang diukur berdasarkan pada kecepatan dan
ketelitian performance manusia dalam penggunaan alat. Faktor keamanan
dan kenyamanan bagi pekerja telah tercakup di dalam pengertian efisiensi
tersebut.
Kata anthropometri berasal daribahasa Yunani, yaitu anthropos yang
berarti manusia (man, human) dan metrein (to measure) yang berarti ukuran.
Jadi, secara definitive antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi
yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri
menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991) adalah suatu kumpulan
data secara numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh
manusia ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut
untuk penanganan masalah desain. Antropometri yaitu ilmu tentang ukuran-
ukuran tubuh, baik dalam keadaan statis atau dinamis.
Antropometri statis adalah ilmu dan penerapan yang berkaitan dengan
ukuranukuran tubuh manusia. Ukuran-ukuran tersebut digunakan untuk
merencanakan tempat kerja dan perlengkapannya yang menjamin sikap
tubuh paling alamiah dan memungkinkan dilakukan gerakan-gerakan yang
dibutuhkan. Antropometri dinamis adalah pengukuran kemampuan gerak
tubuh untuk melaksanakan pekerjaan. Pengukuran ini dilakukan sesuai
dengan kemampuan gerakan normal dan maksimal.
Data mengenai perancangan fasilitas kerja, maupun lokasi dan
perpindahan kendali, ditentukan oleh karakteristik tubuh manusia.
Antropometri membicarakan ukuran tubuh manusia dan aspek-aspek
pandangan dan medan visual, dapat membantu mengurangi dan memperbaiki
beban kerja dengan cara menyediakan tata letak tempat kerja yang optimal,
termasuk postur kerja yang baik serta landasan yang dirancang dengan
ukuran tubuh yang meliputi dimensi linier, berat, isi, ukuran, kekuatan,
kecepatan dan aspek lain dari gerakan tubuh.
Informasi ini diperlukan untuk merancang suatu sistem kerja agar
menunjang kemudahan pemakaian, keamanan dan kenyamanan dari suatu
pekerjaan, sehingga antropometri dapat juga diartikan sebagai suatu ilmu
yang mempelajari hubungan antara struktur dan fungsi tubuh (termasuk
bentuk dan ukuran tubuh) dengan desain alat-alat yang digunakan manusia.
Desain alat atau sistem kerja menggunakan data antropometri
akan sangat bermanfaat karena alat yang sesuai dengan kondisi fisik tubuh
manusia yang optimal dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas serta produktifitas
kerja yang merupakan tujuan dari penerapan ergonomi di lingkungan kerja.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Antropometri
Istilah Anthropometri berasal dari kata “Anthro” yang berarti manusia
dan “metri” yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat
dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran bentuk,
ukuran (tinggi, lebar) berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan lainnya
(Sutalaksana,1996). Menurut Nurmianto (1991), antropometri adalah satu
kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh
manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut
untuk penanganan masalah desain. Anthropometri secara lebih luas
digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan
produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia. Data
antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara lebih luas
antara lain dalam hal perancangan areal kerja (work station), perancangan alat
kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools), perancangan produk-produk
konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, dan perancangan lingkungan fisik.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa data antropometri
akan menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat berkaitan dengan
produk yang akan dirancang sesuai dengan manusia yang akan
mengoperasikan atau menggunakan produk tersebut (Nurmianto,2003).
Anthropometri pada dasarnya akan menyangkut bentuk, ukuran fisik
atau fungsi dari tubuh manusia termasuk disini ukuran linier, berat, volume,
ruang gerak dan lain-lain. Penerapan data anthropometri ini akan dapat
dilakukan jika tersedia nilai mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi) nya
dari suatu distribusi normal. Data anthropometri ini akan sangat bermanfaat
didalam perencanaan peralatan kerja atau fasilitas-fasilitas kerja.
Anthropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-
pertimbangan ergonomi dalam memerlukan interaksi manusia.
Data anthropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan antara
lain sebagai berikut :
• Perancangan produk-produk konsumtif seperti meja, kursi, pakaian dll.
• Perancangan peralatan kerja seperti perkakas, mesin
• Perancangan area kerja
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data anthropometri akan
menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan
produk yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan atau
menggunakan produk tersebut.
2.2 Dimensi Anthopometri tubuh manusia

Gambar 2.1 Anthopometri Tubuh Manusia


Tabel 2.1 Dimesi Tubuh

Dimensi Tubuh
1 = Tinggi tubuh posisi berdiri tegak 14 = Tinggi lipat lutut
2 = Tinggi mata 15 = Lebar bahu
3 = Tinggi bahu 16 = Lebar panggul
4 = Tinggi siku 17 = Tebal dada
5 = Tinggi genggaman tangan pada posisi 18 = Tebal perut
relaks ke bawah
6 = Tinggi badan pada posisi duduk 19 = Jarak dari siku ke ujung jari
7 = Tinggi mata pada posisi duduk 20 = Lebar kepala
8 = Tinggi bahu pada posisi duduk 21 = Panjang tangan
9 = Tinggi siku pada posisi duduk 22 = Lebar tangan
10 = Tebal paha 23 = Jarak bentang dari ujung jari
tangan kanan ke kiri
11 = Jarak dari pantat ke lutut 24 = Tinggi pegangan tangan pada
posisi tangan vertikal ke atas dan
berdiri tegak
12 = Jarak dari lipat lutut ke pantat 25 = Tinggi pegangan tangan papa
posisi tangan vertikal ke atas dan
duduk
13 = Tinggi lutut 26 = Jarak genggaman tangan ke
punggung pada posisi tangan ke
depan
2.3 Antropometri Statis
Antropometri statis merupakan ukuran tubuh dan karakteristik tubuh
dalam keadaan diam (statis) untuk posisi yang telah ditentukan atau standar.
Contoh: Tinggi Badan, Lebar bahu
2.4 Antropometri Dinamis

Antropometri dinamis adalah ukuran tubuh atau karakteristik tubuh


dalam keadaan bergerak, atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin
terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatan.
Terdapat tiga bentuk pengukuran dinamis yaitu:
1. Pengukuran tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk mengerti
bagaimana keadaan mengenai cara kerja dari suatu aktivitas dalam
pekerjaan dan lain sebagainya.
2. Pengukuran jangkauan ruangan yang dibutuhkan saat kerja. Hal ini
berhubungan dengan keamanan dan kenyamanan dalam pekerjaan.
Misalkan bagi pegawai pabrik, tentunya jangkauan karyawan ke alat
mesin akan sangat berpengaruh.
3. Pengukuran variabilitas kerja, yang didasarkan pada aktivitas apa saja
yang dilakukan dalam mekanisme kerja seseorang.
Contoh: Putaran sudut tangan, sudut putaran pergelangan kaki.
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Antropometri
1. Umur
Dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar
seiring dengan berkembangnya umur sejak awal kelahirannya
sampai dengan umur sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun
untuk wanita.
2. Jenis Kelamin
Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya lebih besar
dibandingkan dengan wanita, kecuali untuk beberapa bagian
tubuh tertentu seperti lingkaran dada dan pinggul.
3. Suku/Etnis
Setiap suku bangsa ataupun etnis akan memiliki karakteristik
fisik yang akan berbeda satu dengan lainnya.
4. Postur Tubuh
Ukuran tubuh akan berbeda dipengaruhi oleh posisi tubuh pada
saat akan melakukan aktifitas yaitu structural dan functional
body dimensions. Posisi standar tubuh pada saat melakukan
gerakan-gerakan dinamis dimana gerakan tersebut harus
dijadikan dasar pertimbangan pada saat data antropometri
diimplementasikan.
5. Pakaian
Pakaian seperti model, jenis bahan, jumlah rangkapan, dan lain-
lain yang melekat di tubuh akan menambah dimensi ukuran
tubuh manusia.
6. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan mewajibkan adanya persyaratan dalam
menyeleksi dimensi tubuh manusia seperti : tinggi, berat badan,
lingkar perut, dan lain-lain.
Perbedaan pekerja buruh dermaga atau pelabuhan harus
mempunyai postur tubuh yang relatif besar dibandingkan dengan
pegawai kantoran atau mahasiswa.
7. Cacat Tubuh Secara Fisik
Cacat tubuh secara fisik merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi variabilitas dataantropometri. Seperti, orang
normal dan orang yang memiliki keterbatasan fisiktidak
mempunyai lengan. Untuk dimensi tinggi siku, tinggi pinggul,
tinggitulang ruas, tinggi ujung jari, dan lain-lain sangatlah
berbeda antara orangnormal dengan orang yang memiliki
keterbatasan fisik. Sehingga, dataantropometri yang digunakan
dalam merancang produk dan stasiun kerja untuk orang yang
cacat tubuh secara fisik berbeda dengan orang normal.
2.6 Pengaplikasian Antropometri Dalam Meningkatkan Nilai Produk
Yang Ergonomis
Ketika kita berbicara tentang aplikasi antropometri dalam
meningkatkan nilai produk, ilmu ini memang dinilai sangat penting guna
meningkatkan kedetailan ukuran sehingga mampu menaikkan tingkat
kenyamanan serta keamanan suatu produk. Terlebih dalam bidang furniture
seperti perancangan kursi dan perancangan meja, antropometri sangat
diperlukan untuk menciptakan fasilitas kerja yang nyaman.Untuk menentukan
perancangan yang baik, pastinya kamu juga harus memperhatikan kedetailan
produk. Oleh karena itu, pengukuran yang cermat akan menghasilkan produk
unggulan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Sehingga apabila produk
yang nyaman dan sesuai dengan kebutuhan pengguna telah terpenuhi, bukan
tidak mungkin produk kamu menjadi laris dipasaran.
Alat yang digunakan untuk mengukur antropometri tubuh manusia :
Sebelum mengetahui mengenai cara menciptakan produk yang aman
dan nyaman dengan pertimbangan antropometri, maka terlebih dahulu kita
akan membahas menangani alat ukur yang digunakan dalam pengukuran
dimensi tubuh manusia yang menjadi faktor penting dalam hal ini. Dalam
melakukan pengukuran antropometri, terdapat dua alat yang digunakan. Alat
ini mampu membantu seseorang untuk mengukur dimensi tubuh dengan lebih
cermat. Saat ini, ada dua alat yang digunakan untuk mengukur dimensi tubuh
manusia, yakni:
1. Kursi Antropometri
Alat ukur lain yang biasanya digunakan dalam mengukur ruang lingkup
dimensi tubuh manusia adalah Kursi Antropometri. Beberapa tahun yang
lalu, kursi antropometri terbuat dari bahan kayu yang sangat
konvensional. Sehingga terkadang bisa terjadi kesalahan dalam
perhitungan. Kendati demikian, saat ini telah dibuat kursi antropometri
yang lebih modern dengan menggabungkan teknologi listrik dalam
perhitungannya. Sehingga meskipun pengukuran dilakukan secara
manual. Namun, perhitungan yang dihasilkan akan sesuai dengan
perhitungan yang dilakukan.

Gambar 2.2 Kursi Antropometri


2. Portable Antropometri / Anthropometer Kit
Selain kursi antropometri, dalam melakukan pengukuran antropometri
tubuh manusia, kita juga bisa menggunakan alat antropometri portable.
Biasanya alat portable antropometri atau yang dikenal pula dengan
anthropometry measurement kit, merupakan alat alat yang terdiri dari
antropometer, sliding caliper, spreading caliper dan juga jangka sorong.
Alat ini sangat praktis untuk digunakan dan dapat digunakan kapanpun
dan dimanapun. Portable Antropometri biasanya digunakan untuk
kepentingan kesehatan dan keselamatan kerja. Perhitungan yang
dilakukan menggunakan portable antropometri pun tak kalah baik dengan
kursi antropometri yang ada di atas.
Gambar 2.3 Portable Antropometri / Athropometry Measurement Kit
Dengan adanya antropomeri inilah, aplikasi ergonomi dalam
pembuatan produk furniture dapat mudah dicapai. Pengukuran ini bertujuan
untuk mengetahui bentuk dimensi tubuh, agar produk yang dirancang lebih
sesuai dan dapat memberikan kenyamanan kepada pengguna.

Gambar 2.4 Alat ukur kursi antropometri


Kegunaan kursi antropometri ini dalam antropologi diantaranya sebagai alat
ukur praktikum desain interior, alat praktikum teknik sipil, alat ukur anatomi
tubuh. Sehingga dapat diaplikasikan juga ke dalam pengukuran produk lain
misalnya antropometri kursi kerja, antropometri kursi roda, dan antropometri
kursi santai.
2.7 Kelebihan dan Kelemahan Antropometri
Antropometri sangat bermanfaat dalam dunia industri, namun ada
kelebihan dan kekurangan dari penggunaan antropometri. Berikut ini adalah
kelebihan dan kekurangan antropometri.
1. Kelebihan Antropometri
Ada beberapa kelebihan dari penggunaan pengukuran antropometri, yaitu :
1. Prosedur yang digunakan sederhana, aman dan dapat dilakukan
dalam jumlah sampelcukup besar.
2. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli.
3. Alat yang digunakan murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat
dipesan dandibuat didaerah setempat.
4. Metode ini tepat dan akurat.
5. Umumnya dapat mengidentifikasi status buruk, kurang baik
danbaik, karena sudah ada batasan yang jelas.
6. Dapat digunakan untuk pencegahan kelompok yang rawan terhadap
gizi.
2. Kelemahan antropometri
Beberapa kelemahan dari penggunaan pengukuran antropometri, yaitu :
1. Tidak sensitive yaitu tidak dapat mendeteksi status gizi dalam
waktu singkat, tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi
tertentu, misal Fe dan Zn.
2. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan
energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran
antropometri.
3. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi
akurasi, dan validitas pengukuran.
4. Kesalahan terjadi karena: pengukuran, perubahan hasil pengukuran
(fisik dan komposisi jaringan), analisis dan asumsi yang keliru.
Sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan latihan petugas
yang tidak cukup, kesalahan alat, kesulitan pengukuran.
BAB III
STUDI KASUS
3.1 Judul Jurnal
HUBUNGAN ANTROPOMETRI DENGAN KURSI KERJA DI
KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA
MOJOKERTO
3.2 Studi Kasus
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan untuk
menghasilkan barang ataupun jasa untuk mencukupi kebutuhan dirinya sendiri
maupun orang lain. Risiko yang bisa terjadi pada pekerja saat bekerja adalah
kecelakaan kerja dan menderita penyakit akibat kerja. Kecelakaan kerja adalah suatu
kejadian yang tidak dikehendaki dan terjadi secara mendadak serta dapat
menimbulkan kerugian harta benda maupun jiwa (Rachman, 1990), sedangkan
penyakit akibat kerja (PAK) adalah risiko yang diterima tenaga kerja dalam bidang
kesehatan yang bisa terjadi karena faktor internal (dalam diri pekerja) dan eksternal
(luar diri pekerja). Dua hal tersebut bisa terjadi kapan saja dan oleh siapa saja. Kursi
merupakan komponen penting dalam menentukan kenyamanan saat duduk atau
melakukan pekerjaan dengan duduk. Sehingga kursi berinteraksi langsung dengan
manusia. Sama halnya dengan Computer Workstationsberinteraksi dengan
pengguna, dengan demikian, desain interaksi ini menentukan kenyamanan dan
kinerja pengguna. Ha ninen dan Koskelo (2003) menemukan bahwa ketegangan
pada otot lumbal secara signifikan berkurang di kalangan siswa SMA yang
menggunakan Meja dan kursi yang dapat disesuaikan. Toomingas dan Gavhed
(2008) melakukan penelitian terhadap operator call center, dan menyimpulkannya
bahwa dengan Penyesuaian kursi yang optimal dapat mengurangi terjadinya sakit
pada leher/skapula dan punggung. Adanya kesesuaian antara alat kerja yaitu kursi
dengan bentuk tubuh para pekerja sangat penting. Latar belakang yang ada inilah
yang membuat peneliti ingin meneliti hal tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah
mempelajari kesesuaian antara kursi kerja dengan antropometri tubuh para pegawai
di KPPN Mojokerto
3.3 Metode
Penelitian ini dilakukan dengan survey pada pegawai KPPN Mojokerto.
Pengambilan data dilakukan sebanyak 1 kali. Sampel yang digunakan yaitu seluruh
pegawai di KPPN Mojokerto pada bagian danyang berjumlah 20 orang.Variabel
yang diukur adalah 1. Antropometri Tubuh antara lain Tinggi Popliteal (TPo), Pantat
Politeal (PPo), Lebar Pinggul (LP), Tinggi bahu duduk (TBD), Lebar bahu (LB),
Tinggi siku duduk (TSK). 2. Kursi kerja antara lain yaitu Tinggi kaki kursi (TKK),
Tebal alas Duduk (TbAD), Panjang Alas Duduk (PAD), Lebar Alas Duduk (LAD),
Tinggi Sandaran Punggung (TSP), Lebar Sandaran Punggung (LSP), Tinggi
sandaran siku (TSS). Setelah pengukuran dilakukan, data antropometri akan diolah
untuk mendapatkan nilai rata-rata, standar deviasi, 5%-ile dan 95%-ile pada setiap
dimensi tubuh. Kemudian akan dicari hubungan dengan kursi kerjanya
3.4 Kesimpulan Studi kasus
Kesimpulan dari penelitian ini didapatkan bahwa terdapat 3 dimensi
kursi kerja yang sesuai dengan antropometri pegawai di KPPN Mojokerto
yaitu lebar alas duduk yang tidak sesuai dengan 95%-ile keseluruhan lebar
pinggul (LB) para pegawai, tinggi sandaran sesuai dengan 5%-ile keseluruhan
tinggi bahu duduk (TBD) para pegawai. Serta panjang sandaran siku sesuai
dengan rata-rata panjang lengan bawah (PLB) keseluruhan para pegawai.
Terdapat 4 dimensi kursi kerja yang tidak sesuai dengan antropometri tubuh
yaitu tinggi kaki kursi tidak sesuai dengan 5%-ile keseluruhan tinggi popliteal
(TPo) para pegawai, panjang alas duduk tidak sesuai dengan5%-ile pantat
popliteal (PPo), lebar sandaran punggung tidak sesuai dengan 95%-
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pengukuran antropometri
adalah sebagai berikut :
Anthropometri berasal dari kata “Anthro” yang berarti manusia dan
“metri” yang berarti ukuran. Antropometri adalah pengetahuan yang
menyangkut pengukuran tubuhmanusia khususnya dimensi
tubuh. Ant ropom et ri secara luas akan digunakan sebagai
pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan
(design) produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi
manusia. Pengukuran dengan antropometri dilakukan agar tercapai suatu
kondisi yang enak, nyaman, aman, dan sehat bagi manusia dan tentunya juga
dapat menciptakan kondisi kerja yang efisien dengan hasil yang efektif atau
dengan kata lain adalah untuk mencapai keadaan yang ergonomis. Data
antropometri akan menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat
berkaitan dengan produk yang akan dirancang sesuai dengan manusia yang
akan mengoperasikan atau menggunakan produk tersebut. Antropometri
sangat bermanfaat dalam dunia industri, namun ada kelebihan dan juga
kekurangan dari penggunaan antropometri.
HUBUNGAN ANTROPOMETRI DENGAN KURSI KERJA DI KANTOR
PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA MOJOKERTO

RELATIONSHIP BETWEEN ANTHROPOMETRY AND WORK CHAIR


IN TREASURY OFFICE MOJOKERTO

Vrilly Andhini
KPU Kabupaten Mojokerto
E-mail: vrilly.andhini19@gmail.com

ABSTRACT
Chairs are an important component in determining comfort while sitting or doing a job with sitting. The aim of the research
is to analyze the suitability between the size of the table and chair with anthropometry of the employee’s body. The number
of respondents is 20 people. The variables of the study are measure of anthropometry and workstation. This is a descriptive
research and using cross sectional approach. The measured variables are body anthropometry such as popliteal height,
politeal but, hip width, shoulder height, shoulder width, elbow height. Variable work seats include seat height, seat base,
length of seat base, width of seat, high backrest, width of backrest, elbow height. The results show that the dimensions of the
workstation that corresponds to the body dimensions of the width of the seat base with the width of the hip the height of the
backrest with the height of the sitting shoulder and the length of the elbow rest with the length of the forearm Dimensions
that are inconsistent with the anthropometry of the body with the height of the chair with the popliteal height the length of
the sitting base with popliteal buttock the width of the backrest with shoulder width the height of the elbow rest with the
height of the sitting elbow. Conclusion is work chair is not accordance with anthropometry of employees because only 3
dimensions of work chairs are compatible with employee anthropometry.

Keywords: anthropometry, chair, dimensions

ABSTRAK
Kursi merupakan komponen penting dalam menentukan kenyamanan saat duduk atau melakukan pekerjaan dengan duduk.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kesesuaian antara ukuran meja dan kursi dengan ukuran antropometri tubuh
pegawai. Jumlah responden penelitian sebanyak 20 orang. Pengumpulan data meliputi pengukuran antropometri tubuh
dan pengukuran dimensi stasiun kerja. Variabel yang diukur adalah antropometri tubuh antara lain tinggi popliteal (TPo),
pantat politeal (PPo), lebar pinggul (LP), tinggi bahu duduk (TBD), lebar bahu (LB), tinggi siku duduk (TSK). Variabel
kursi kerja antara lain yaitu tinggi kaki kursi (TKK), tebal alas duduk (TbAD), panjang alas duduk (PAD), lebar alas duduk
(LAD), tinggi sandaran punggung (TSP), lebar sandaran punggung (LSP), tinggi sandaran siku (TSS). Hasi dari penelitian
ini dimensi kursi kerja yang sesuai dengan dimensi tubuh yaitu lebar alas duduk dengan lebar pinggul (LB), tinggi sandaran
dengan tinggi bahu duduk (TBD) serta panjang sandaran siku dengan panjang lengan bawah (PLB). Dimensi yang tidak
sesuai dengan antropometri tubuh yaitu tinggi kaki kursi dengan tinggi popliteal (TPo), panjang alas duduk dengan pantat
popliteal (PPo), lebar sandaran punggung dengan lebar bahu (LB), tinggi sandaran siku dengan tinggi siku duduk (TSK).
Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa kursi kerja tidak sesuai dengan antropometri para pegawai dikarenakan hanya 3
dimensi kursi kerja yang cocok dengan antropometri para pegawai.

Kata kunci: antropometri, dimensi, kursi

PENDAHULUAN baik/ buruknya kemajuan teknologi tersebut adalah


pekerja karena hampir 80% waktu mereka digunakan
Semakin pesatnya era global yang semakin
untuk bekerja.
maju ini, kecanggihan teknologi pun sudah sangat
Tenaga kerja adalah setiap orang yang
berkembang pesat. Jika dulu kebanyakan pekerjaan
mampu melakukan pekerjaan untuk menghasilkan
dilakukan dengan manual, sekarang sudah memakai
barang ataupun jasa untuk mencukupi kebutuhan
teknologi yang canggih. Tetapi dibalik itu pasti
dirinya sendiri maupun orang lain. Risiko yang
ada kekurangan dan kelebihan masing-masing.
bisa terjadi pada pekerja saat bekerja adalah
Salah satu orang yang paling merasakan dampak

Anda mungkin juga menyukai