TUGAS MANDIRI
Mata Kuliah Perencanaan dan Pengembangan Produk
Disusun Oleh :
PINEAN 1926201090
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI.................................................................................................18
2.1 Pengertian Anthropometri...............................................................................18
2.2 Konsep Pertumbuhan Sebagai Dasar Anthropometri.......................................19
2.3 Keunggulan dan Kelemahan Anthropomoteri..................................................24
2.4 Data Anthropometri dan Pengukuran Anthropometri.....................................25
2.5 Alat Ukur Anthropometri..................................................................................40
2.6 Contoh Produk Anthropometri.........................................................................40
BAB III PENUTUP..............................................................................................................43
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................44
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.3 Tujuan
Adapun beberapa rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Memahami definisi anthropometri.
2. Mengetahui keunggulan dan kelemahan anthropometri.
3. Mengetahui data anthropometri, cara pengukuran dan dimensi
anthropometri.
4. Mengetahui alat ukur yang digunakan untuk anthropometri.
5. Mengetahui contoh produk anthropometri.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
5
diukur. llmu yang mempelajari ukuran fisik pada bagian tubuh tertentu dikenal
dengan sebutan antropometri.
Pola pertumbuhan dibatasi oleh dua hal yaitu faktor genetik dan faktor
lingkungan. Faktor lingkungan seperti intake zat gizi, infeksi penyakit, sanitasi
lingkungan, pelayanan kesehatan dll. Pengukuran pertumbuhan secara
antropometri akan berkait dengan umur yang nantinya akan dipadukan dengan
ukuran: berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas dan lingkar
dada. Berat badan untuk umur (BB/U) merupakan indikator yang mendasar dan
absah untuk penentuan keadaan gizi , terutama gizi kurang. Panjang badan untuk
umur (PB/U) untuk mengukur riwayat kekurangan gizi di masa lampau. Berat
badan untuk panjang badan (BB/PB) merupakan indikator yang kuat untuk
menentukan akibat gizi salah akut dan masa penyembuhannya.
Pertumbuhan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti: kelenjar yang
menghasilkan hormon pertumbuhan , penyakit, keturunan, emosi, system syaraf,
musim dan iklim, gizi, seluler, social ekonomi. Faktor ras dapat mempengaruhi
densitas tulang. Ras Afrika memiliki densitas tulang yang tinggi, sehingga
perbedaan ras memiliki hubungan yang penting pada osteoporosis.
b. Perkembangan
Definisi perkembangan menurut Sinclair, D (1973) meliputi parameter
psikologi, idea dan pemahaman dan perolehan skill motorik dan sensory.
Hurlock, B (1980) dalam psikologi perkembangan menganggap penting dasar
permulaan merupakan sikap kritis karena dasar permulaan merupakan atau
mengarah kepada penyesuaian diri pribadi atau sosial bila sudah tua. Banyak para
ahli psikologi memandang tahun pra sekolah merupakan tahapan penting atau
kritis dimana mulai diletakkan dasar struktural perilaku komplek yang dibentuk
dalam kehidupan.
Perkembangan juga seperti pertumbuhan mengikuti suatu pola spesifik
dan dapat diramalkan mengikuti hukum arah perkembangan yang disebut hukum
cephalocaudal yang menjelaskan bahwa perkembangan menyebar keseluruh
tubuh dari kepala ke kaki dan hukum proximodistal yang menentapkan bahwa
6
perkembangan menyebar keluar dari titik poros sentral ke anggota tubuh.
Perkembangan akan mengikuti pola yang berlaku umum jika kondisi lingkungan
mendukung. Setiap tahapan perkembangan mempunyai perilaku karakteristik.
Perkembangan sangat dibantu rangsangan. Setiap tahapan mempunyai resiko.
Perkembangan terjadi karena kematangan dan pengalaman dari lingkungan serta
perkembangan dipengaruhi oleh budaya. Namun disadari tahap perkembangan
anak berbeda seperti yang dikemukakan oleh beberapa pakar.
Pola perkembangan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, fisik dan psikis
yang menimbulkan perbedaan tampilan dari setiap anak. Perkembangan
mencakup rangsangan yang diberikan kepada anak dan umumnya pencapaian
perkembangan optimal tergantung rangsangan (stimuli) dari luar dan umumnya
anak mencapai perkembangan tertentu pada umur yang lebih tinggi.
Perkembangan mengikuti jalur pertumbuhan dan memiliki pola sesuai dengan
umur dan taraf perkembangan. Apabila beberapa taraf perkembangan tidak
dicapai oleh anak pada umur batas anak, maka perlu dicurigai bahwa anak-anak
mengalami kelambatan perkembangan dan perlu dikonsultasikan kepada ahlinya.
Dengan demikian pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat dipindahkan dan
harus berjalan beriringan. Misalkan perkembangan kepala terjadi sangat cepat
khususnya pada tahun pertama umur bayi, karena otak berkembang sangat pesat.
Perkembangan kepandaian bayi terutama tergantung pada berfungsinya otak dan
sistem syaraf serta rangsangan yang diterima anak. Waktu dilahirkan bayi hanya
dapat melakukan sesuatu terbatas untuk dirinya, tetapi kemudian secara teratur
semakin berkembang sampai mampu mengontrol tubuhnya dan melakukan
pekerjaan khusus. Tingkatan (fase-fase) perkembangan kemampuan anak menurut
umur perlu diketahui untuk dapat dipakai sebagai indikator perkembangan
kepandaian anak.
7
peranan penting dalam transmisi sifat-sifat herediter. Timbulnya kelainan familial,
kelainan khusus tertentu, tipe tertentu dari dwarfism adalah akibat transmisi gen
yang abnormal. Haruslah diingat bahwa beberapa anak bertubuh kecil karena
konstitusi genetiknya dan bukan karena gangguan endokrin atau gizi. Peranan
genetik pada sifat perkembangan mental masih merupakan hal yang
diperdebatkan. Memang hereditas tidak dapat disangsikan lagi mempunyai
peranan yang besar tapi pengaruh lingkungan terhadap organisme tersebut tidak
dapat diabaikan. Pada saat sekarang para ahli psikologi anak berpendapat bahwa
hereditas lebih banyak mempengaruhi inteligensi dibandingkan dengan
lingkungan. Sifat-sifat emosionil seperti perasaan takut, kemauan dan temperamen
lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan dibandingkan dengan hereditas.
1) Jenis kelamin. Pada umur tertentu pria dan wanita sangat berbeda dalam
ukuran besar, kecepatan tumbuh, proporsi jasmani dan lain-lainnya
sehingga memerlukan ukuran-ukuran normal tersendiri. Wanita menjadi
dewasa lebih dini, yaitu mulai adolesensi pada umur 10 tahun, sedangkan
pria mulai pada umur 12 tahun.
2) Ras atau bangsa. Oleh beberapa ahli antropologi disebutkan bahwa ras
kuning mempunyai hereditas lebih pendek dibandingkan dengan ras kulit
putih. Perbedaan antar bangsa tampak juga bila kita bandingkan orang
Skandinavia yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang Itali.
3) Keluarga. Tidak jarang dijumpai dalam suatu keluarga terdapat anggota
keluarga yang pendek sedangkan anggota keluarga lainnya tinggi.
4) Umur. Kecepatan tumbuh yang paling besar ditemukan pada masa fetus,
masa bayi dan masa adolesensi.
8
kehamilan dapat meningkatkan angka kelahiran mati dan kematian
neonatal. Diketahui pula bahwa pada ibu dengan keadaan gizi yang jelek
tidak dapat terjadi konsepsi. Hal ini disinggung pula oleh Warkany
dengan mengatakan The most serious congenital malformation is never
to be conceived at all.
2) Mekanis (pita amniotik, ektopia, posisi fetus yang abnormal, trauma,
oligohidrmnion). Faktor mekanis seperti posisi fetus yang abnormal dan
oligohidramnion dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti
clubfoot, mikrognatia dan kaki bengkok. Kelainan ini tidak terlalu berat
karena mungkin terjadi pada masa kehidupan intrauterin akhir.
Implantasi ovum yang salah, yang juga dianggap faktor mekanis dapat
mengganggu gizi embrio dan berakibat gangguan pertumbuhan.
3) Toksin kimia (propiltiourasil, aminopterin, obat kontrasepsi dan lain-
lain). Telah lama diketahui bahwa obat-obatan tersebut dapat
menimbulkan kelainan seperti misalnya palatoskizis, hidrosefalus,
disostosis kranial.
4) Bayi yang lahir dari ibu yang menderita diabetes melitus sering
menunjukkan kelainan berupa makrosomia, kardiomegali dan hiperplasia
adrenal. Hiperplasia pulau Langerhans akan mengakibatkan
hipoglikemia. Umur rata-rata ibu yang melahirkan anak mongoloid dan
kelainan lain umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan umur ibu yang
melahirkan anak normal. Ini mungkin disebabkan oleh kelainan beberapa
endrokin dalam tubuh ibu yang meningkat pada umur lanjut, walaupun
faktor lain yang bukan endokrin juga ikut berperan.
5) Radiasi (sinar Rontgen, radium dan lain-lain). Pemakaian radium dan
sinar Rontgen yang tidak mengikuti aturan dapat mengakibatkan kelainan
pada fetus. Contoh kelainan yang pernah dilaporkan ialah mikrosefali,
spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak. Kelainan
yang ditemukan akibat radiasi bom atom di Hiroshima pada fetus ialah
mikrosefali, retardasi mental, kelainan kongenital mata dan jantung.
9
6) Infeksi (trimester I: rubela dan mungkin penyakit lain, trimester II dan
berikutnya: toksoplasmosis, histoplasmosis, sifilis dan lain-lain). Rubela
(German measles) dan mungkin pula infeksi virus atau bakteri lainnya
yang diderita oleh ibu pada waktu hamil muda dapat mengakibatkan
kelainan pada fetus seperti katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi
mental dan kelainan kongenital jantung. Lues kongenital merupakan
contoh infeksi yang dapat menyerang fetus intrauterin sehingga terjadi
gangguan pertumbuhan fisis dan mental. Toksoplasmosis pranatal dapat
mengakibatkan makrosefali kongenital atau mikrosefali dan renitinitis.
7) Imunitas (eritroblastosis fetalis, kernicterus). Keadaan ini timbul atas
dasar adanya perbedaan golongan darah antara fetus dan ibu, sehingga
ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah bayi yang kemudian
melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah bayi yang akan
mengakibatkan hemolisis. Akibat penghancuran sel darah merah bayi
akan timbul anemia dan hiperbilirubinemia. Jaringan otak sangat peka
terhadap hiperbilirubinemia ini dan dapat terjadi kerusakan.
8) Anoksia embrio (gangguan fungsi plasenta) Keadaan anoksia pada
embrio dapat mengakibatkan pertumbuhannya terganggu.
10
B. Kelemahan Antropometri
a. Tidak sensitif, artinya tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat
serta tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zink dan Fe
b. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan energi) dapat
menurunkan spesifikasi dan sensitifitas pengukuran antropometri
c. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi,
akurasi dan validitas pengukuran antropometri.
11
Antropometri fungsional adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik
manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan- gerakan yang
mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya. Hasil yang
diperoleh merupakan ukuran tubuh yang nantinya akan berkaitan erat dengan
gerakan-gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan tertentu. Antropometri dalam posisi tubuh melaksanakan fungsinya yang
dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas ataupun
ruang kerja.
2.4.3 Presentil
Persentil adalah suatu nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari
orang yang memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut. Sebagai contoh,
persentil ke-95 akan menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau dibawah
ukuran tersebut, sedangkan persentil ke-5 akan menunjukkan 5% populasi akan
berada pada atau dibawah ukuran itu. Dalam antropometri, angka persentil ke-95
akan menggambarkan ukuran manusia yang “terbesar” dan persentil ke-5
sebaliknya akan menunjukkan ukuran “terkecil”. Bilamana diharapkan ukuran
yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi yang ada, maka diambil
rentang 2.5-th dan 97.5-th persentil sebagai batas-batasnya. Pemakaian nilai-nilai
persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data antropometri ada pada
tabel berikut.
12
Prinsip perancangan fasilitas berdasarkan individu ekstrim (minimum atau
maksimum).
Prinsip ini digunakan apabila kita mengharapkan agar fasilitas yang akan
di rancang tersebut dapat di pakai dengan enak dan nyaman oleh sebagian besar
orang-orang yang akan memakainya. Contohnya ketinggian kontrol maksimum
digunakan tinggi jangkauan keatas dari orang pendek, ketinggian pintu di
sesuaikan dengan orang yang tinggi dan lain-lain.
13
4) Perancanganlingkungankerjafisik.
14
ataukah ukuran rata—rata.
(5) Pilihlah persentase populasi yang harus diikuti ; 5%, 50% 95%
(6) Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan selanjutnya
tetapkan nilai ukurannya dari tabel data antropometri yang sesuai.
Keterangan :
(1) Panjang kepala.
(2) Lebar kepala.
(3) Diameter maksimum dari dagu.
(4) Dagu kepuncak kepala.
(5) Telinga kepuncak kepala.
(6) Telinga kebelakang kepala.
(7) Antara dua telinga.
(8) Mata kepuncak kepala.
(9) Mata kebelakang kepala.
(10) Antara dua pupil kepala.
(11) Hidung kepuncak kepala.
15
(12) Hidung kebelakang kepala.
(13) Mulut kepuncak kepala.
(14) Lebar mulut.
Keterangan :
(1) Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung kepala).
(2) Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.
(3) Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.
(4) Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).
(5) Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam
gambar tidak ditunjukan).
(6) Tinggi tubuh dalam posisi duduk (dukur dari atas tempat duduk/pantat
sampai dengan kepala).
(7) Tinggi mata dalam posisi duduk.
(8) Tinggi bahu dalam posisi duduk.
(9) Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).
(10) Tebal atau lebar paha.
16
(11) Panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan ujung lutut.
(12) Panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari
lutut/betis.
(13) Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.
(14) Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan
paha.
(15) Lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk).
(16) Lebar pinggul/pantat.
(17) Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukan pada
gambar).
(18) Lebar perut
(19) Panjang siku yang diukur dari siku smpai dengan ujung jari—jari dalam
posisi siku tegak lurus.
(20) Lebar kepala.
(1) Panjang tangan diukur dari pergelangan tangan sampai dengan ujung jari.
(2) Lebar telapak tangan.
(3) Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar—lebar kesamping kiri—
kanan (tidak ditunjukan dalam gambar).
(4) Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai
sampai dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas (vertikal).
(5) Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti halnya no
24 tetapi dalam posisi duduk (tidak ditunjukan dalam gambar).
(6) Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu sampai
ujung jari tangan.
Data antropometri dibuat sesuai dengan ukuran tubuh laki – laki dan
perempuan, harga rata - rata (X), standar deviasi (sX) serta percentile tertentu (5-
th, 50-th dan 95-th).
17
d. Aplikasi Data Antropometri dalam Perancangan
Data antropometri untuk berbagai ukuran anggota tubuh baik yang diukur
dalam posisi tetap (structural body dimension) ataupun posisi bergerak dinamis
sesuai dengan fungsi yang bisa dikerjakan oleh anggota tubuh tersebut (functional
body dimension) dan dikelompokan berdasarkan nilai persentil dari populasi
tertentu akan sangat bermanfaat untuk menentukan ukuran-ukuran yang harus
diakomodasikan pada saat perancangan sebuah produk, fasilitas kerja maupun
stasiun kerja. Persoalan yang paling mendasar dalam mengaplikasikan data
antropometri dalam proses perancangan adalah bagaimana bisa menemukan
dimensi ukuran yang paling tepat untuk rancangan yang ingin dibuat agar bisa
mengakomodasikan mayoritas dan potensial populasi yang akan
menggunakan/mengoperasikan hasil rancangan tersebut.
Dalam hal ini ada dua dimensi rancangan yang akan dijadikan dasar
menentukan minimum dan/atau maksimum ukuran yang umum ingin ditetapkan,
yaitu :
1) Dimensi jarak ruangan (clearance dimensions), yaitu dimensi yang
diperlukan untuk menentukan minimum ruang (space) yang diperlukan
orang untuk dengan leluasa melaksanakan aktivitas dalam sebuah stasiun
kerja baik pada saat mengoperasikan maupunharus melakukan perawatan
dari fasilitas kerja (mesindanperalatan) yang ada. Jarak ruangan (clearance)
dalam hal ini dirancang dengan menetapkan dimensi ukuran tubuh yang
terbesar (upper percentile) dari populasi pemakai yang diharapkan.
Sebagai contoh pada saat kita merancang ukuran lebar jalan keluar -
masuk (personal aisle) kesebuah areal kerja, maka disini dimensi ukuran
lebar jalan akan ditentukan berdasarkan data antropometri (lebar badan)
dengan persentil terbesar (95th atau 97,5th percentile) dari populasi.
2) Dimensi jarak jangkauan (reach dimension), yaitu dimensi yang
diperlukan untuk menentukan maksimum ukuran yang harus ditetapkan agar
mayoritas populasi akan mampu menjangkau dan mengoperasikan peralatan
kerja (tombolkendali, keyboard, dansebagainya) secara mudah dan tidak
memerlukan usaha (effort) yang terlalu memaksa. Disini jarak jangkauan
18
akan ditetapkan berdasarkan ukuran tubuh terkecil (lower percentile) dari
populasi pemakai yang diharapkan dan biasanya memakai ukuran 2,5th atau
5th percentile.
Berdasarkan dua dimensi rancangan tersebut diatas dan untuk
mengaplikasikan data antropometri agar bisa menghasilkan rancangan produk,
fasilitas maupun stasiun kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh dari populasi
pemakai terbesarnya (fitting the task to the man), maka ada tiga filosofi dasar
perancangan yang bisa dipilih sesuai dengan tuntutan kebutuhannya (Tayyari dan
Smith, 1997), yaitu :
1) Rancangan untuk ukuran rata-rata (design for average), yang banyak
dijumpai dalam perancangan produk/fasilitas yang dipakai untuk umum
(public facilities) seperti kursi kereta api, bus dan fasilitas umum lainnya
yang akan dipakai oleh orang banyak (problem utama jarang sekali dijumpai
orang yang memiliki dimensi ukuran rata-rata, sehingga rancangan yang
dibuat tidak akan bisa sesuai dengan ukuran mayoritas populasi yang ada).
2) Rancangan untuk ukuran ekstrim (design for extreem), yang ditujukan untuk
mengakomodasikan mereka yang memiliki ukuran yang terkecil atau yang
terbesar (dipilih salah satu) dengan orientasi mayoritas populasi akan bisa
terakomodasi oleh rancangan yang dibuat.
3) Rancangan untuk ukuran yang bergerak dari satu ekstrim ke ekstrim ukuran
yang lain (design for range), yang diaplikasikan untuk memberikan
fleksibilitas ukuran (karena ukuran mampu diubah - ubah) sehingga mampu
digunakan oleh mereka yang memiliki ukuran tubuh terkecil maupun yang
terbesar (biasanya akan memakai ukuran dari range percentile 5th dan 95th
).
Selanjutnya untuk mengaplikasikan data antropometri dalam proses
perancangan ada beberapa langkah dan sistematika prosedur yang harus ditempuh
yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Tentukan terlebih dahulu mayoritas (potensi) dari populasi yang diharapkan
akan memakai/mengoperasikan produk/fasilitas rancangan yang akan dibuat
(seperti yang dilakukan dalam langkah penetapan target dan segmentasi
19
pasar).
2) Tentukan proporsi dari populasi (percentile) yang harusdiikuti, seperti 90th,
95th , 97,5th ataukah 99th percentile.
3) Tentukan bagian-bagian tubuh dan dimensinya yang akan terkait dengan
rancangan yang dibuat.
4) Tentukan prinsip ukuran yang harus diikuti apakah rancangan tersebut untuk
ukuran ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel (range), ataukah
menggunakan ukuran rata-rata.
5) Aplikasikan data antropometri yang sesuai dan tersedia, bilamana
diperlukan tambahkan dengan allowance untuk mengantisipasi ketebalan
pakaian yang harus dikenakan, pemakaian sarung tangan (gloves), dan
sebagainya.
20
3) Prinsip tentang ruang lingkup tugas (aktivitas) yang harus dikerjakan oleh
seorang pekerja dalam batas-batas area kerja yang menjadi tanggung
jawabnya. Dalam hal ini harus bisa dianalisa dan di identifikasikan gerakan-
gerakan kerja yang harus dilakukan oleh pekerja, terutama pada saat yang
bersangkutan harus berinteraksi dengan fasilitas kerja yang
dioperasikannya. Gerakan-gerakan kerja tersebut bisa berupa kegiatan
untuk mengangkat (lifting), membawa (transporting atau material
handling), atau mengatur letak (positioning atau loading-unloading)
material, dan sebagainya. Agar gerakan kerja tersebut bisa dilakukan secara
leluasa, maka diperlukan akses ruang yang cukup untuk dilalui oleh
pergerakan operator maupun peralatan material handling.
4) Prinsip tentang urutan kerja yang harus dilalui untuk penyelesaian sebuah
kegiatan. Disini harus dipahami benar kondisi alami dan urutan pekerjaan
yang harus diselesaikan oleh seorang pekerja.
5) Prinsip tentang perlunya ada ruang dan jarak (clearance) untuk memberikan
keleluasaan pada pekerja agar bisa bekerja dengan efektif, efisien, nyaman
dan aman. Analisa tekno-ekonomi dalam penetapan clearance yang harus
diberikan akan menentukan kelancaran aktivitas yang harus dilakukan, dan
disisi lain costs (untuk tambahan space) harus dijaga dalam batas-batas
yang seminimal mungkin.
Dimensi yang digunakan untuk mengukur antropometri
21
22
23
24
2.5 Alat Ukur Anthropometri
Antropometer merupakan sebuah alat yang terdiri dari
sebatang pipa sepanjang 2000 mm, yang tersusun dari empat bagian
dengan sebuah pegangan yang dapat digeser ke atas atau kebawah
dan sebuah pegangan stabil. Dalam masing- masing pegangan ini
dapat diisi sebatang jarum yang memungkinkan ukuran dibuat. Pipa
memiliki skala dengan ketepatan 1 mm. Atropometer dipergunakan
untuk pengukuran panjang seperti tinggi badan, panjangnya tulang
pipa, namun tidak jarang juga dipakai dalam pengukuran lebar
badan menggantikan kaliper lengkung besar.
25
Gambar 2.3 Alat Ukur Anthropometri
26
Gambar 2.4 Contoh Desain Kusri Anthropometri
27
SIMBOL UKURAN
SIMBOL BAGIAN JOK MOBIL
DIMENSI ALLOWANC
E
D10
A Tinggi hemudi setir bagian atas 4 cm
D16
D15
B Tinggi hemudi setir bagian bawah 4 cm
D16
D16
D11
D12
D Tinggi pinggul 4 cm
D16
D13
Jarah (lebar) antara tumit hingga he
H
pinggul
D15
D16
D15
28
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Antropometri adalah studi yang berhaitan dengan penguhuran dimensi
tubuh manusia baih statis maupun dinamis.
2. Keunggulan dari antropometri adalah pengukurannya mudah,
dapat dilakukan berulang — ulang, biayanya sedikit. Tetapi
pengukurannya bersifat tidak sensitif dan diluar gizi.
3. Pengukuran antropometri dapat dilakukan dengan mengolah
data, aplikasi, prinsip dan perencanaan.
4. Antropometer adalah alat antropometri yang berfungsi untuk
untuk pengukuran panjang seperti tinggi badan, panjangnya
tulang pipa.
5. Aplikasi anthropometri, untuk melihat stasium kerja maupun
produk dengan olahan data anthropometri yang telah ada.
29
DAFTAR PUSTAKA
30