Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH ANTHROPOMETRI DALAM PENETAPAN

DIMENSI RANCANGAN PRODUK

TUGAS MANDIRI
Mata Kuliah Perencanaan dan Pengembangan Produk

Disusun Oleh :

PINEAN 1926201090

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI DUMAI
2021
KATA  PENGANTAR

Tiada pernah berhenti Allah Subhanahuata’ala, melimpahkan kasih


sayang, nikmat, rakhmat dan karunia yang sulit dikira tapi dapat dirasakan,
sehingga sepatutnya kita mensyukuri dengan mengisi kehidupan ini dengan karya
yang bermanfaat bagi seisi jagat raya ini.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan materi – materi yang penulis
peroleh dari buku dan jurnal berkaitan dengan anthropometri, serta informasi
lainnya yang berhubungan dengan anthropometri. Penyusun menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah yang berjudul “Anthropometri dalam Penetapan
Dimensi Rancangan Produksi” ini masih kurang sempurna  oleh karena itu saran
dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat diharapkan.
Kiranya hanya kepada Allah Subhaahuwata’ala tempat penulis
mencurahkan segala harapan sehingga penulis dapat mengisi hidup ini dengan
hal-hal yang bermanfaat baik diri penulis maupun bagi siapa saja yang punya
perhatian pada ilmu pengetahuan.
Akhirnya melalui kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu hingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penyusun mengharapkan semoga makalah ini berguna bagi penyusun khususnya
dan pembaca pada umumnya.
Dumai, 30 Desember 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA  PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI.................................................................................................18
2.1 Pengertian Anthropometri...............................................................................18
2.2 Konsep Pertumbuhan Sebagai Dasar Anthropometri.......................................19
2.3 Keunggulan dan Kelemahan Anthropomoteri..................................................24
2.4 Data Anthropometri dan Pengukuran Anthropometri.....................................25
2.5 Alat Ukur Anthropometri..................................................................................40
2.6 Contoh Produk Anthropometri.........................................................................40
BAB III PENUTUP..............................................................................................................43
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................44

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Antropometri artinya ukuran dari tubuh. ini, antropometri berperan penting
dalam bidang perancangan industri, perancangan pakaian, ergonomik, dan
arsitektur. Dalam bidang-bidang tersebut, data statistik tentang distribusi dimensi
tubuh dari suatu populasi diperlukan untuk menghasilkan produk yang optimal.
Terutama dalam hal perancangan ruang dan fasilitas akomodasi. Perlunya
memperhatikan faktor ergonomi dalam proses rancang bangun fasilitas dalam
dekade ini merupakan sesuatu yang tidak dapat ditunda.
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari perancangan
pekerjaan- pekerjaan yang dilaksanakan oleh manusia, sistem orang dan mesin,
peralatan yang dipakai manusia agar dapat dijalankan dengan cara yang paling
efektif termasuk alat-alat peragaan untuk memberi informasi kepada manusia.
(Sutalaksana : "Teknik Tata Cara Kerja"). Perhatian utama ergonomi adalah pada
efisiensi yang diukur berdasarkan pada kecepatan dan ketelitian performance
manusia dalam penggunaan alat. Faktor keamanan dan kenyamanan bagi pekerja
telah tercakup di dalam pengertian efisiensi tersebut.
Kata anthropometri berasal dari bahasa Yunani, yaitu anthropos yang
berarti manusia (man, human) dan metrein (to measure) yang berarti ukuran. Jadi,
secara definitive antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang
berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri menurut
Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991) adalah suatu kumpulan data secara
numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran,
bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah
desain. Antropometri yaitu ilmu tentang ukuran-ukuran tubuh, baik dalam
keadaan statis atau dinamis.
Antropometri statis adalah ilmu dan penerapan yang berkaitan dengan
ukuran- ukuran tubuh manusia. Ukuran — ukuran tersebut digunakan untuk
merencanakan tempat kerja dan perlengkapannya yang menjamin sikap tubuh
paling alamiah dan memungkinkan dilakukan gerakan - gerakan yang dibutuhkan.
Antropometri dinamis adalah pengukuran kemampuan gerak tubuh untuk
melaksanakan pekerjaan. Pengukuran ini dilakukan sesuai dengan kemampuan
gerakan normal dan maksimal. Data mengenai perancangan fasilitas kerja,
maupun lokasi dan perpindahan kendali, ditentukan oleh karakteristik tubuh
manusia. Antropometri membicarakan ukuran tubuh manusia dan aspek-aspek
pandangan dan medan visual, dapat membantu mengurangi dan memperbaiki
beban kerja dengan cara menyediakan tata letak tempat kerja yang optimal,
termasuk postur kerja yang baik serta landasan yang dirancang dengan ukuran
tubuh yang meliputi dimensi linier, berat, isi, ukuran, kekuatan, kecepatan dan
aspek lain dari gerakan tubuh.
Informasi ini diperlukan untuk merancang suatu sistem kerja agar
menunjang kemudahan pemakaian, keamanan dan kenyamanan dari suatu
pekerjaan, sehingga antropometri dapat juga diartikan sebagai suatu ilmu yang
mempelajari hubungan antara struktur dan fungsi tubuh (termasuk bentuk dan
ukuran tubuh) dengan desain alat — alat yang digunakan manusia.Desain alat atau
sistem kerja menggunakan data antropometri akan sangat bermanfaat karena alat
yang sesuai dengan kondisi fisik tubuh manusia yang optimal dapat meningkatkan
efisiensi, efektifitas serta produktifitas kerja yang merupakan tujuan dari
penerapan ergonomi di lingkungan kerja.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun beberapa rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari Anthropometri?
2. Apa konsep pertumbuhan sebagain dasar anthropometri?
3. Apa keunggulan dan kelemahan anthropometri?
4. Apa saja Data Anthropometr dan Pengukuran Anthropometri?
5. Bagaimana cara mengetahui indeks masa tubuh?

2
1.3 Tujuan
Adapun beberapa rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Memahami definisi anthropometri.
2. Mengetahui keunggulan dan kelemahan anthropometri.
3. Mengetahui data anthropometri, cara pengukuran dan dimensi
anthropometri.
4. Mengetahui alat ukur yang digunakan untuk anthropometri.
5. Mengetahui contoh produk anthropometri.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Anthropometri


Antropometri berasal dari “anthro” yang memiliki arti manusia dan
“metri” yang memiliki arti ukuran. Antropometri adalah sebuah studi tentang
pengukuran tubuh dimensi manusia dari tulang, otot dan jaringan adiposa atau
lemak (Survey, 2009). Menurut (Wignjosoebroto, 2008), antropometri adalah
studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Bidang
antropometri meliputi berbagai ukuran tubuh manusia seperti berat badan, posisi
ketika berdiri, ketika merentangkan tangan, lingkar tubuh, panjang tungkai, dan
sebagainya.
Data antropometri digunakan untuk berbagai keperluan, seperti
perancangan stasiun kerja, fasilitas kerja, dan desain produk agar diperoleh
ukuran-ukuran yang sesuai dan layak dengan dimensi anggota tubuh manusia
yang akan menggunakannnya. Penerapan data antropometri ini akan dapat
dilakukan jika tersedia nilai mean ( rata- rata ) dan standar deviasinya dari satu
distribusi normal.
Antropometri mengkaji masalah tubuh manusia.Informasi ini diperlukan
untuk merancang suatu sistem kerja agar menunjang kemudahan pemakaian,
keamanan dan kenyamanan dari suatu pekerjaan, sehingga antropometri dapat
juga diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari hubungan antara struktur dan
fungsi tubuh ( termasuk bentuk dan ukuran tubuh ) dengan desain alat — alat
yang digunakan manusia.
Data antropometri sangat penting dalam menentukan alat dan cara
mengoperasikannya. Kesesuaian hubungan antara antropometri pekerja dengan
alat yang digunakan sangat berpengaruh pada sikap kerja, tingkat kelelahan,
kemampuan kerja dan produktivitas kerja. Antropometri juga menetukan dalam
seleksi penerimaan tenaga kerja, misalnya orang gemuk tidak cocok untuk
pekerjaan di tempat suhu tinggi, pekerjaan yang memerlukan kelincahan dan lain-
lain. Menurut Pulat (1992), data antropometri dapat digunakan untuk mendesain
pakaian, tempat kerja, lingkungan kerja, mesin, alat dan sarana kerja serta produk-
produk untuk konsumen. Menurut Sutarman (1972), bahwa dengan mengetahui
ukuran antropometri tenaga kerja akan dapat dibuat suatu desain alat-alat kerja
yang sepadan bagi tenaga kerja yang akan menggunakan dengan harapan dapat
menciptakan kenyamanan, kesehatan, keselamatan dan estetika kerja.
Hal-hal tersebut didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut :
1) Manusia adalah berbeda satu sama lainnya. Setiap manusia mempunyai
bentuk dan ukuran tubuh yang berbeda-beda seperti tinggi-pendek, tua-
muda, kurus – gemuk, normal-cacat dan lain-lain. Tetapi kita sering hanya
mengatur/mendesain stasiun kerja dengan satu ukuran untuk semua orang.
Sehingga hanya orang dengan ukuran tubuh tertentu yang sesuai atau tepat
untuk menggunakan.
2) Manusia mempunyai keterbatasan, manusia sering mempunyai
keterbatasan baik fisik maupun mental.
3) Manusia selalu mempunyai harapan tertentu dan prediksi terhadap apa
yang ada di sekitarnya. Maka respon yang bersifat harapan dan prediksi
tersebut harus selalu dipertimbangkan dalam setiap desain alat dan stasiun
kerja untuk menghindarkan terjadinya kesalahan dan kebingungan pekerja
atau pengguna produk.

2.2 Konsep Pertumbuhan Sebagai Dasar Anthropometri


2.2.1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Pertumbuhan
Pertumbuhan dalam kehidupan manusia dimulai sejak janin dalam
kandungan berlanjut pada  masa bayi, kanak-kanak dan pada masa remaja
kemudian berakhir pada masa dewasa.  Pertumbuhan merupakan suatu proses
yang berkelanjutan dan mengikuti perjalanan waktu. Selama pertumbuhan terjadi
perubahan ukuran fisik. Ukuran fisik tidak lain adalah ukuran tubuh manusia baik
dari segi dimensi, proporsi maupun komposisinya. Ukuran fisik manusia dapat

5
diukur.  llmu yang mempelajari ukuran fisik pada bagian tubuh tertentu  dikenal
dengan sebutan antropometri.
Pola  pertumbuhan dibatasi oleh dua hal yaitu faktor genetik dan faktor
lingkungan. Faktor lingkungan seperti intake zat gizi, infeksi penyakit, sanitasi
lingkungan, pelayanan kesehatan dll. Pengukuran pertumbuhan secara
antropometri akan berkait dengan umur yang nantinya akan dipadukan dengan
ukuran: berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas dan lingkar
dada. Berat badan untuk umur (BB/U) merupakan indikator yang mendasar dan
absah untuk penentuan keadaan gizi , terutama gizi kurang. Panjang badan untuk
umur (PB/U) untuk mengukur riwayat kekurangan gizi di masa lampau. Berat
badan untuk panjang badan (BB/PB) merupakan indikator yang kuat untuk
menentukan akibat gizi salah akut dan masa penyembuhannya.
Pertumbuhan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti: kelenjar yang
menghasilkan hormon pertumbuhan , penyakit, keturunan, emosi, system syaraf,
musim dan iklim, gizi, seluler, social ekonomi. Faktor ras dapat mempengaruhi 
densitas tulang. Ras Afrika memiliki densitas tulang yang tinggi, sehingga
perbedaan ras memiliki hubungan yang penting pada osteoporosis.

b. Perkembangan
Definisi perkembangan menurut Sinclair, D (1973) meliputi parameter
psikologi, idea dan pemahaman dan perolehan skill motorik dan sensory. 
Hurlock, B (1980) dalam psikologi perkembangan menganggap penting dasar
permulaan merupakan sikap kritis karena dasar permulaan merupakan atau
mengarah kepada penyesuaian diri pribadi atau sosial bila sudah tua. Banyak para
ahli psikologi memandang tahun pra sekolah merupakan tahapan penting atau
kritis dimana mulai diletakkan dasar struktural perilaku komplek yang dibentuk
dalam kehidupan.
Perkembangan  juga seperti pertumbuhan mengikuti  suatu pola spesifik
dan dapat diramalkan mengikuti hukum arah perkembangan yang disebut hukum
cephalocaudal yang  menjelaskan bahwa perkembangan menyebar keseluruh
tubuh dari kepala ke kaki dan hukum proximodistal yang menentapkan bahwa

6
perkembangan menyebar keluar dari titik poros sentral ke anggota tubuh.
Perkembangan akan mengikuti pola yang berlaku umum jika kondisi lingkungan
mendukung.  Setiap tahapan perkembangan mempunyai perilaku karakteristik. 
Perkembangan sangat dibantu rangsangan. Setiap tahapan mempunyai resiko. 
Perkembangan terjadi karena kematangan  dan pengalaman dari lingkungan serta 
perkembangan dipengaruhi oleh budaya. Namun disadari tahap perkembangan
anak berbeda seperti yang dikemukakan oleh beberapa pakar.
Pola perkembangan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, fisik dan psikis
yang menimbulkan perbedaan tampilan dari setiap anak.  Perkembangan
mencakup rangsangan yang diberikan  kepada anak  dan umumnya pencapaian
perkembangan optimal tergantung rangsangan (stimuli)  dari luar dan umumnya
anak mencapai perkembangan tertentu pada umur yang lebih tinggi.
Perkembangan mengikuti jalur pertumbuhan dan memiliki pola sesuai dengan
umur dan taraf perkembangan. Apabila beberapa taraf perkembangan tidak
dicapai oleh anak pada umur batas anak, maka perlu dicurigai bahwa anak-anak
mengalami kelambatan perkembangan dan perlu dikonsultasikan kepada ahlinya.
Dengan demikian pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat dipindahkan dan
harus  berjalan beriringan. Misalkan perkembangan kepala terjadi sangat cepat
khususnya pada tahun pertama umur bayi, karena otak berkembang sangat pesat. 
Perkembangan kepandaian bayi terutama tergantung pada berfungsinya otak dan
sistem syaraf serta rangsangan yang diterima anak. Waktu dilahirkan bayi hanya
dapat melakukan sesuatu terbatas  untuk dirinya, tetapi kemudian secara teratur
semakin berkembang sampai mampu mengontrol tubuhnya dan melakukan 
pekerjaan khusus. Tingkatan (fase-fase) perkembangan kemampuan anak menurut
umur perlu diketahui untuk dapat dipakai sebagai indikator perkembangan
kepandaian anak.

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan


a.   Faktor Internal (Genetik)
Gen yang terdapat di dalam nukleus dari telur yang dibuahi pada masa
embrio mempunyai sifat tersendiri pada tiap individu. Manifestasi hasil perbedaan
antara gen ini dikenal sebagai hereditas. DNA yang membentuk gen mempunyai

7
peranan penting dalam transmisi sifat-sifat herediter. Timbulnya kelainan familial,
kelainan khusus tertentu, tipe tertentu dari dwarfism adalah akibat transmisi gen
yang abnormal. Haruslah diingat bahwa beberapa anak bertubuh kecil karena
konstitusi genetiknya dan bukan karena gangguan endokrin atau gizi. Peranan
genetik pada sifat perkembangan mental masih merupakan hal yang
diperdebatkan. Memang hereditas tidak dapat disangsikan lagi mempunyai
peranan yang besar tapi pengaruh lingkungan terhadap organisme tersebut tidak
dapat diabaikan. Pada saat sekarang para ahli psikologi anak berpendapat bahwa
hereditas lebih banyak mempengaruhi inteligensi dibandingkan dengan
lingkungan. Sifat-sifat emosionil seperti perasaan takut, kemauan dan temperamen
lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan dibandingkan dengan hereditas.

1) Jenis kelamin. Pada umur tertentu pria dan wanita sangat berbeda dalam
ukuran besar, kecepatan tumbuh, proporsi jasmani dan lain-lainnya
sehingga memerlukan ukuran-ukuran normal tersendiri. Wanita menjadi
dewasa lebih dini, yaitu mulai adolesensi pada umur 10 tahun, sedangkan
pria mulai pada umur 12 tahun.
2) Ras atau bangsa. Oleh beberapa ahli antropologi disebutkan bahwa ras
kuning mempunyai hereditas lebih pendek dibandingkan dengan ras kulit
putih. Perbedaan antar bangsa tampak juga bila kita bandingkan orang
Skandinavia yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang Itali.
3) Keluarga. Tidak jarang dijumpai dalam suatu keluarga terdapat anggota
keluarga yang pendek sedangkan anggota keluarga lainnya tinggi.
4) Umur. Kecepatan tumbuh yang paling besar ditemukan pada masa fetus,
masa bayi dan masa adolesensi.

b. Faktor Eksternal (Lingkungan)


1) Gizi (defisiensi vitamin, iodium dan lain-lain). Dengan menghilangkan
vitamin tertentu dari dalam makanan binatang yang sedang hamil,
Warkany menemukan kelainan pada anak binatang tersebut. Jenis
kelainan tersebut dapat diduga sebelumnya dengan menghilangkan
vitamin tertentu. Telah dibuktikan pula bahwa kurang makanan selama

8
kehamilan dapat meningkatkan angka kelahiran mati dan kematian
neonatal. Diketahui pula bahwa pada ibu dengan keadaan gizi yang jelek
tidak dapat terjadi konsepsi. Hal ini disinggung pula oleh Warkany
dengan mengatakan The most serious congenital malformation is never
to be conceived at all.
2) Mekanis (pita amniotik, ektopia, posisi fetus yang abnormal, trauma,
oligohidrmnion). Faktor mekanis seperti posisi fetus yang abnormal dan
oligohidramnion dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti
clubfoot, mikrognatia dan kaki bengkok. Kelainan ini tidak terlalu berat
karena mungkin terjadi pada masa kehidupan intrauterin akhir.
Implantasi ovum yang salah, yang juga dianggap faktor mekanis dapat
mengganggu gizi embrio dan berakibat gangguan pertumbuhan.
3) Toksin kimia (propiltiourasil, aminopterin, obat kontrasepsi dan lain-
lain). Telah lama diketahui bahwa obat-obatan tersebut dapat
menimbulkan kelainan seperti misalnya palatoskizis, hidrosefalus,
disostosis kranial.
4) Bayi yang lahir dari ibu yang menderita diabetes melitus sering
menunjukkan kelainan berupa makrosomia, kardiomegali dan hiperplasia
adrenal. Hiperplasia pulau Langerhans akan mengakibatkan
hipoglikemia. Umur rata-rata ibu yang melahirkan anak mongoloid dan
kelainan lain umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan umur ibu yang
melahirkan anak normal. Ini mungkin disebabkan oleh kelainan beberapa
endrokin dalam tubuh ibu yang meningkat pada umur lanjut, walaupun
faktor lain yang bukan endokrin juga ikut berperan.
5) Radiasi (sinar Rontgen, radium dan lain-lain). Pemakaian radium dan
sinar Rontgen yang tidak mengikuti aturan dapat mengakibatkan kelainan
pada fetus. Contoh kelainan yang pernah dilaporkan ialah mikrosefali,
spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak. Kelainan
yang ditemukan akibat radiasi bom atom di Hiroshima pada fetus ialah
mikrosefali, retardasi mental, kelainan kongenital mata dan jantung.

9
6) Infeksi (trimester I: rubela dan mungkin penyakit lain, trimester II dan
berikutnya: toksoplasmosis, histoplasmosis, sifilis dan lain-lain). Rubela
(German measles) dan mungkin pula infeksi virus atau bakteri lainnya
yang diderita oleh ibu pada waktu hamil muda dapat mengakibatkan
kelainan pada fetus seperti katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi
mental dan kelainan kongenital jantung. Lues kongenital merupakan
contoh infeksi yang dapat menyerang fetus intrauterin sehingga terjadi
gangguan pertumbuhan fisis dan mental. Toksoplasmosis pranatal dapat
mengakibatkan makrosefali kongenital atau mikrosefali dan renitinitis.
7) Imunitas (eritroblastosis fetalis, kernicterus). Keadaan ini timbul atas
dasar adanya perbedaan golongan darah antara fetus dan ibu, sehingga
ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah bayi yang kemudian
melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah bayi yang akan
mengakibatkan hemolisis. Akibat penghancuran sel darah merah bayi
akan timbul anemia dan hiperbilirubinemia. Jaringan otak sangat peka
terhadap hiperbilirubinemia ini dan dapat terjadi kerusakan.
8) Anoksia embrio (gangguan fungsi plasenta) Keadaan anoksia pada
embrio dapat mengakibatkan pertumbuhannya terganggu.

2.3 Keunggulan dan Kelemahan Anthropomoteri


A. Keunggulan Antropometri
Beberapa syarat yang mendasari penggunaan antropometri adalah:
a. Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lengan atas,
mikrotoa, dan alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri dirumah.
b. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif
c. Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus profesional, juga
oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu.
d. Biaya relatif murah
e. Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas.
f. Secara alamiah diakui kebenaranya.

10
B. Kelemahan Antropometri
a. Tidak sensitif, artinya tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat
serta tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zink dan Fe
b. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan energi) dapat
menurunkan spesifikasi dan sensitifitas pengukuran antropometri
c. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi,
akurasi dan validitas pengukuran antropometri.

2.4 Data Anthropometri dan Pengukuran Anthropometri


Data antropometri adalah data mengenai ukuran dimensi tubuh manusia.
Data antropometri diperoleh dari pengukuran bagian tubuh manusia. Dimensi
tubuh manusia untuk perancangan produk terdiri dari dua jenis, yaitu struktural
dan fungsional. Dimensi tubuh struktural yaitu pengukuran tubuh manusia dalam
keadaan tidak bergerak.
Sedangkan dimensi tubuh fungsional adalah pengukuran tubuh manusia
dalam keadaan bergerak. Secara umum data antropometri yang sering digunakan
untuk merancang produk dan stasiun kerja adalah :

2.4.1 Antropometri Struktural (Statis)


Pengukuran manusia pada posisi diam dan linier pada permukaan tubuh.
Ada beberapa metode pengukuran tertentu agar hasilnya representative. Disebut
juga pengukuran dimensi struktur tubuh dimana tubuh diukur dalam berbagai
posisi standar dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Dimensi tubuh yang
diukur dengan posisi tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam
posisi berdiri maupun duduk, ukuran kepala, tinggi atau panjang lutut pada saat
berdiri atau duduk, panjang lengan, dan sebagainya. Antropometri struktural ini
diantaranya: tinggi selangkang, tinggi siku, tinggi mata, rentang bahu, tinggi
pertengahan pundak pada posisi duduk, jarak pantat-ibu jari kaki, dan tinggi mata
pada posisi duduk.

2.4.2 Antropometri Fungsional (Dinamis)

11
Antropometri fungsional adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik
manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan- gerakan yang
mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya. Hasil yang
diperoleh merupakan ukuran tubuh yang nantinya akan berkaitan erat dengan
gerakan-gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan tertentu. Antropometri dalam posisi tubuh melaksanakan fungsinya yang
dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas ataupun
ruang kerja.

2.4.3 Presentil
Persentil adalah suatu nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari
orang yang memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut. Sebagai contoh,
persentil ke-95 akan menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau dibawah
ukuran tersebut, sedangkan persentil ke-5 akan menunjukkan 5% populasi akan
berada pada atau dibawah ukuran itu. Dalam antropometri, angka persentil ke-95
akan menggambarkan ukuran manusia yang “terbesar” dan persentil ke-5
sebaliknya akan menunjukkan ukuran “terkecil”. Bilamana diharapkan ukuran
yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi yang ada, maka diambil
rentang 2.5-th dan 97.5-th persentil sebagai batas-batasnya. Pemakaian nilai-nilai
persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data antropometri ada pada
tabel berikut.

a. Prinsip — Prinsip Penerapan Data Antropometri


1) Prinsip untuk Menentukan Rancangan Antropometri
Data antropometri adalah data-data dari hasil pengukuran yang digunakan
sebagai data untuk perancangan peralatan. Mengingat bahwa keadaan dan ciri
dapat membedakan satu dengan yang lainnya, maka dalam perancangan yang
digunakan data antropometri terdapat tiga prinsip yang harus diperhatikan yaitu
(Wignjosoebroto, 2003) :

12
 Prinsip perancangan fasilitas berdasarkan individu ekstrim (minimum atau
maksimum).
Prinsip ini digunakan apabila kita mengharapkan agar fasilitas yang akan
di rancang tersebut dapat di pakai dengan enak dan nyaman oleh sebagian besar
orang-orang yang akan memakainya. Contohnya ketinggian kontrol maksimum
digunakan tinggi jangkauan keatas dari orang pendek, ketinggian pintu di
sesuaikan dengan orang yang tinggi dan lain-lain.

 Prinsip perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan.


Prinsip digunakan untuk merancang suatu fasilitas agar fasilitas tersebut
dapat menampung atau bisa dipakai dengan enak dan nyaman oleh semua orang
yang mungkin memerlukannya. Biasanya rancangan ini memerlukan biaya lebih
mahal tetapi memiliki fungsi yang lebih tinggi. Contohnya kursi kemudi yang bisa
di atur maju - mundur dan kemiringan sandarannya, tinggi kursi sekretaris atau
tinggi permukaan mejanya.

 Prinsip perancangan fasilitas berdasarkan harga rata – rata para pemakainya.


Prinsip ini hanya digunakan apabila perancangan berdasarkan harga
ekstrim tidak mungkin dilaksanakan dan tidak layak jika menggunakan prinsip
perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan. Prinsip berdasarkan harga ekstrim
tidak mungkin dilaksanakan bila lebih banyak rugi daripada untungnya, ini berarti
hanya sebagian kecil dari orang-orang yang merasa enak dan nyaman ketika
menggunakan fasilitas tersebut.

b. Aplikasi Antropometri dalam Perancangan Fasilitas


Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas
antara lain dalam hal, (Menurut Wignjosoebroto, 2003) :
1) Perancangan area kerja(work station, mobile, interior, dan lain-lain).
2) Perancanganperalatankerjasepertimesin, equipment perkakasdansebagainya.
3) Perancanganproduk-produkkonsumtifsepertipakaian, kursi, meja, dan
sebagainya.

13
4) Perancanganlingkungankerjafisik.

Jadi dapat disimpulkan bahwa data antropometri dapat menentukan


bentuk, ukuran dan dimensi yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan
manusia yang akan mengoperasikanya atau menggunakan produk tersebut. Dalam
kaitan ini maka perancangan produk harus mampu mengakomodasikan dimensi
dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangan tersebut.
Secara umum sekurang-kurangnya 90% - 95% dari populasi yang menjadi
target dalam kelompok pemakai suatu produk haruslah dapat menggunakan
produk tersebut. Untuk mendesain peralatan kerja secara ergonomi yang
digunakan dalam lingkungan sehari-hari atau mendesain peralatan yang ada pada
lingkungan seharusnya disesuaikan dengan manusia di lingkungan tersebut.
Apabila tidak ergonomics akan menimbulkan berbagai dampak negative bagi
manusia tersebut. Dampak negative bagi manusia tersebut akan terjadi dalam
jangka waktu pendek (short term) maupun jangka panjang (long term).

c. Perancangan Produk atau Fasilitas dengan Ukuran Rata-Rata Data


Antropometri
Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap rata—rata ukuran
manusia. Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini justru sedikit sekali mereka
yang berbeda dalam ukuran rata—rata. Berkaitan dengan aplikasi data
antropometri yang diperlukan dalam proses perancangan produk ataupun fasilitas
kerja, maka ada beberapa rekomendasi yang bisa diberikan sesuai dengan langkah
—langkah sebagai berikut :
(1) Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh yang mana
nantinya akan difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut.
(2) Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam perancangan tersebut.
(3) Tentuka populasi terbesar yang harus di antisipasi, diakomodasikan dan
menjadi target utama pemakai rancangan produk tersebut.
(4) Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan
tersebut untuk individual yang ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel,

14
ataukah ukuran rata—rata.
(5) Pilihlah persentase populasi yang harus diikuti ; 5%, 50% 95%
(6) Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan selanjutnya
tetapkan nilai ukurannya dari tabel data antropometri yang sesuai.

Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri untuk bisa


diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk atau pun fasilitas kerja, maka
gambar berikut akan memberika informasi tentang berbagai macam anggota tubuh
yang perlu diukur.

Gambar 2.l Data Antropometri Kepala

Keterangan :
(1) Panjang kepala.
(2) Lebar kepala.
(3) Diameter maksimum dari dagu.
(4) Dagu kepuncak kepala.
(5) Telinga kepuncak kepala.
(6) Telinga kebelakang kepala.
(7) Antara dua telinga.
(8) Mata kepuncak kepala.
(9) Mata kebelakang kepala.
(10) Antara dua pupil kepala.
(11) Hidung kepuncak kepala.

15
(12) Hidung kebelakang kepala.
(13) Mulut kepuncak kepala.
(14) Lebar mulut.

Gambar 2.2 Data antropometri yang diperlukan

Keterangan :
(1) Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung kepala).
(2) Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.
(3) Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.
(4) Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).
(5) Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam
gambar tidak ditunjukan).
(6) Tinggi tubuh dalam posisi duduk (dukur dari atas tempat duduk/pantat
sampai dengan kepala).
(7) Tinggi mata dalam posisi duduk.
(8) Tinggi bahu dalam posisi duduk.
(9) Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).
(10) Tebal atau lebar paha.

16
(11) Panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan ujung lutut.
(12) Panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari
lutut/betis.
(13) Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.
(14) Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan
paha.
(15) Lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk).
(16) Lebar pinggul/pantat.
(17) Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukan pada
gambar).
(18) Lebar perut
(19) Panjang siku yang diukur dari siku smpai dengan ujung jari—jari dalam
posisi siku tegak lurus.
(20) Lebar kepala.

(1) Panjang tangan diukur dari pergelangan tangan sampai dengan ujung jari.
(2) Lebar telapak tangan.
(3) Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar—lebar kesamping kiri—
kanan (tidak ditunjukan dalam gambar).
(4) Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai
sampai dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas (vertikal).
(5) Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti halnya no
24 tetapi dalam posisi duduk (tidak ditunjukan dalam gambar).
(6) Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu sampai
ujung jari tangan.

Data antropometri dibuat sesuai dengan ukuran tubuh laki – laki dan

perempuan, harga rata - rata (X), standar deviasi (sX) serta percentile tertentu (5-
th, 50-th dan 95-th).

17
d. Aplikasi Data Antropometri dalam Perancangan
Data antropometri untuk berbagai ukuran anggota tubuh baik yang diukur
dalam posisi tetap (structural body dimension) ataupun posisi bergerak dinamis
sesuai dengan fungsi yang bisa dikerjakan oleh anggota tubuh tersebut (functional
body dimension) dan dikelompokan berdasarkan nilai persentil dari populasi
tertentu akan sangat bermanfaat untuk menentukan ukuran-ukuran yang harus
diakomodasikan pada saat perancangan sebuah produk, fasilitas kerja maupun
stasiun kerja. Persoalan yang paling mendasar dalam mengaplikasikan data
antropometri dalam proses perancangan adalah bagaimana bisa menemukan
dimensi ukuran yang paling tepat untuk rancangan yang ingin dibuat agar bisa
mengakomodasikan mayoritas dan potensial populasi yang akan
menggunakan/mengoperasikan hasil rancangan tersebut.
Dalam hal ini ada dua dimensi rancangan yang akan dijadikan dasar
menentukan minimum dan/atau maksimum ukuran yang umum ingin ditetapkan,
yaitu :
1) Dimensi jarak ruangan (clearance dimensions), yaitu dimensi yang
diperlukan untuk menentukan minimum ruang (space) yang diperlukan
orang untuk dengan leluasa melaksanakan aktivitas dalam sebuah stasiun
kerja baik pada saat mengoperasikan maupunharus melakukan perawatan
dari fasilitas kerja (mesindanperalatan) yang ada. Jarak ruangan (clearance)
dalam hal ini dirancang dengan menetapkan dimensi ukuran tubuh yang
terbesar (upper percentile) dari populasi pemakai yang diharapkan.
Sebagai contoh pada saat kita merancang ukuran lebar jalan keluar -
masuk (personal aisle) kesebuah areal kerja, maka disini dimensi ukuran
lebar jalan akan ditentukan berdasarkan data antropometri (lebar badan)
dengan persentil terbesar (95th atau 97,5th percentile) dari populasi.
2) Dimensi jarak jangkauan (reach dimension), yaitu dimensi yang
diperlukan untuk menentukan maksimum ukuran yang harus ditetapkan agar
mayoritas populasi akan mampu menjangkau dan mengoperasikan peralatan
kerja (tombolkendali, keyboard, dansebagainya) secara mudah dan tidak
memerlukan usaha (effort) yang terlalu memaksa. Disini jarak jangkauan

18
akan ditetapkan berdasarkan ukuran tubuh terkecil (lower percentile) dari
populasi pemakai yang diharapkan dan biasanya memakai ukuran 2,5th atau
5th percentile.
Berdasarkan dua dimensi rancangan tersebut diatas dan untuk
mengaplikasikan data antropometri agar bisa menghasilkan rancangan produk,
fasilitas maupun stasiun kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh dari populasi
pemakai terbesarnya (fitting the task to the man), maka ada tiga filosofi dasar
perancangan yang bisa dipilih sesuai dengan tuntutan kebutuhannya (Tayyari dan
Smith, 1997), yaitu :
1) Rancangan untuk ukuran rata-rata (design for average), yang banyak
dijumpai dalam perancangan produk/fasilitas yang dipakai untuk umum
(public facilities) seperti kursi kereta api, bus dan fasilitas umum lainnya
yang akan dipakai oleh orang banyak (problem utama jarang sekali dijumpai
orang yang memiliki dimensi ukuran rata-rata, sehingga rancangan yang
dibuat tidak akan bisa sesuai dengan ukuran mayoritas populasi yang ada).
2) Rancangan untuk ukuran ekstrim (design for extreem), yang ditujukan untuk
mengakomodasikan mereka yang memiliki ukuran yang terkecil atau yang
terbesar (dipilih salah satu) dengan orientasi mayoritas populasi akan bisa
terakomodasi oleh rancangan yang dibuat.
3) Rancangan untuk ukuran yang bergerak dari satu ekstrim ke ekstrim ukuran
yang lain (design for range), yang diaplikasikan untuk memberikan
fleksibilitas ukuran (karena ukuran mampu diubah - ubah) sehingga mampu
digunakan oleh mereka yang memiliki ukuran tubuh terkecil maupun yang
terbesar (biasanya akan memakai ukuran dari range percentile 5th dan 95th
).
Selanjutnya untuk mengaplikasikan data antropometri dalam proses
perancangan ada beberapa langkah dan sistematika prosedur yang harus ditempuh
yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Tentukan terlebih dahulu mayoritas (potensi) dari populasi yang diharapkan
akan memakai/mengoperasikan produk/fasilitas rancangan yang akan dibuat
(seperti yang dilakukan dalam langkah penetapan target dan segmentasi

19
pasar).
2) Tentukan proporsi dari populasi (percentile) yang harusdiikuti, seperti 90th,
95th , 97,5th ataukah 99th percentile.
3) Tentukan bagian-bagian tubuh dan dimensinya yang akan terkait dengan
rancangan yang dibuat.
4) Tentukan prinsip ukuran yang harus diikuti apakah rancangan tersebut untuk
ukuran ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel (range), ataukah
menggunakan ukuran rata-rata.
5) Aplikasikan data antropometri yang sesuai dan tersedia, bilamana
diperlukan tambahkan dengan allowance untuk mengantisipasi ketebalan
pakaian yang harus dikenakan, pemakaian sarung tangan (gloves), dan
sebagainya.

e. Prinsip-prinsip perancangan stasiun kerja


Agar dapat menghasilkan rancangan stasiun kerja yang mampu
memberikan kondisi kerja yang efektif, efisien, nyaman dan aman, maka dalam
hal ini Tayyari dan Smith (1997) merekomendasikan enam prinsip umum untuk
diikuti, yaitu sebagai berikut :
1) Prinsip tentang apa-apa yang harus bisa dilihat dan di identifikasikan
dengan jelas oleh seorang pekerja pada posisi dimana seharusnya diaberada.
Untuk memenuhi prinsip ini, maka mekanisme display maupun kendali
(kontrol) baik ditinjau dari segi jumlah maupun jenis/tipikalnya haruslah
dirancang serta ditempatkan (layout) pada posisi dan jarak yang mudah
untuk dilihat, dimonitor serta dioperasikan.
2) Prinsip tentang apa-apa yang harus mampu didengar secara jelas oleh
seorang pekerja pada posisi dimana seharusnya dia berada. Apa yang harus
bisa didengar secara jelas tersebut meliputi kebutuhan untuk bisa
berkomunikasi lisan dengan pekerja lain (berada di stasiun kerja yang
berbeda), kebutuhan untuk mampu mendengarkan signal suara yang berasal
dari mesin ataupun fasilitas kerja yang dioperasikan dan menjadi tanggung
jawab dalam hal pengawasannya, dan sebagainya.

20
3) Prinsip tentang ruang lingkup tugas (aktivitas) yang harus dikerjakan oleh
seorang pekerja dalam batas-batas area kerja yang menjadi tanggung
jawabnya. Dalam hal ini harus bisa dianalisa dan di identifikasikan gerakan-
gerakan kerja yang harus dilakukan oleh pekerja, terutama pada saat yang
bersangkutan harus berinteraksi dengan fasilitas kerja yang
dioperasikannya. Gerakan-gerakan kerja tersebut bisa berupa kegiatan
untuk mengangkat (lifting), membawa (transporting atau material
handling), atau mengatur letak (positioning atau loading-unloading)
material, dan sebagainya. Agar gerakan kerja tersebut bisa dilakukan secara
leluasa, maka diperlukan akses ruang yang cukup untuk dilalui oleh
pergerakan operator maupun peralatan material handling.
4) Prinsip tentang urutan kerja yang harus dilalui untuk penyelesaian sebuah
kegiatan. Disini harus dipahami benar kondisi alami dan urutan pekerjaan
yang harus diselesaikan oleh seorang pekerja.
5) Prinsip tentang perlunya ada ruang dan jarak (clearance) untuk memberikan
keleluasaan pada pekerja agar bisa bekerja dengan efektif, efisien, nyaman
dan aman. Analisa tekno-ekonomi dalam penetapan clearance yang harus
diberikan akan menentukan kelancaran aktivitas yang harus dilakukan, dan
disisi lain costs (untuk tambahan space) harus dijaga dalam batas-batas
yang seminimal mungkin.
Dimensi yang digunakan untuk mengukur antropometri

21
22
23
24
2.5 Alat Ukur Anthropometri
Antropometer merupakan sebuah alat yang terdiri dari
sebatang pipa sepanjang 2000 mm, yang tersusun dari empat bagian
dengan sebuah pegangan yang dapat digeser ke atas atau kebawah
dan sebuah pegangan stabil. Dalam masing- masing pegangan ini
dapat diisi sebatang jarum yang memungkinkan ukuran dibuat. Pipa
memiliki skala dengan ketepatan 1 mm. Atropometer dipergunakan
untuk pengukuran panjang seperti tinggi badan, panjangnya tulang
pipa, namun tidak jarang juga dipakai dalam pengukuran lebar
badan menggantikan kaliper lengkung besar.

25
Gambar 2.3 Alat Ukur Anthropometri

2.6 Contoh Produk Anthropometri


Kursi adalah contoh produk anthropmetri.

26
Gambar 2.4 Contoh Desain Kusri Anthropometri

27
SIMBOL UKURAN
SIMBOL BAGIAN JOK MOBIL
DIMENSI ALLOWANC
E
D10
A Tinggi hemudi setir bagian atas 4 cm
D16

D15
B Tinggi hemudi setir bagian bawah 4 cm
D16

D16

C Tinggi lutut D12 4 cm

D11

D12
D Tinggi pinggul 4 cm
D16

Jarah (lebar) antara dashboard he


E D32
setir hemudi

Jarah (lebar) antara hemudi mobil he


F D36
bagian punggung
Jarah (lebar) antara tumit hahi hingga
G he lututD15

D13
Jarah (lebar) antara tumit hingga he
H
pinggul
D15

D16

Jarah (lebar) antara tumit hingga he D11


I
punggung
D13

D15

28
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Antropometri adalah studi yang berhaitan dengan penguhuran dimensi
tubuh manusia baih statis maupun dinamis.
2. Keunggulan dari antropometri adalah pengukurannya mudah,
dapat dilakukan berulang — ulang, biayanya sedikit. Tetapi
pengukurannya bersifat tidak sensitif dan diluar gizi.
3. Pengukuran antropometri dapat dilakukan dengan mengolah
data, aplikasi, prinsip dan perencanaan.
4. Antropometer adalah alat antropometri yang berfungsi untuk
untuk pengukuran panjang seperti tinggi badan, panjangnya
tulang pipa.
5. Aplikasi anthropometri, untuk melihat stasium kerja maupun
produk dengan olahan data anthropometri yang telah ada.

29
DAFTAR PUSTAKA

Tarwaka, 2010. Ergonomi Industri. Surakarta : Harapan Press Solo.


Wignjosoebroto, Sritomo. 1993. Teknik Tata Cara dan Pengukuran
Kerja. Surabaya: Guna Widya.
WIGNJ0S0EBR0T0, S. 2008. ErgonomiStudiGerakdanWaktu,
Surabaya, GunaWidya.
Ergonomi fit. 20ll. ErgonomidanAntropometri[0nline]. Indonesia.
Aνailable: http//http://ergonomi-fit.blogspot.com/20ll/l2/dna-
dan-antropometri.html.
Niebel,B.Wand Freivalds, A.1999. Methods, Standards and Work
Design, 9th Ed. New York : Mc Graw-Hill.
Nurmianto, Eko. 1991. Ergonomi Konsep Dasar Dan Aplikasinya.
Surabaya : Prima Printing.
Nurmianto, Eko. 1996.Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya Edisi
Pertama, Jurusan Teknik Industri ITS. Jakarta: PT. Candimas
Metropole.
Sjarifah, Ipop, dkk. Buku Pedoman Praktikum Semester II “Ergonomi
l”. 2013. Surakarta : D4 K3 FK UNS.
Suma'mur, P.K., (1996). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.
CV. Hajimasagung. Jakarta.
Sutalaksana, Iftikar Z. 1979. Teknik TataCara Kerj. MTI-ITB

30

Anda mungkin juga menyukai