Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH ERGONOMI DAN FISIOLOGI KERJA

Antropologi Dan Pengaplikasianya

Disusun oleh :
Septi Wahyu Wulantika

(N1A119237)

Dosen Pengampu :

Budi Aswin, S.K.M., M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta
alam. Atas izin dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah Antropometri tepat waktu tanpa
kurang suatu apa pun. Tak lupa pula peneliti haturkan shalawat serta salam kepada junjungan
Rasulullah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.

Selama proses penyusunan Makalah Ergonomi, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan
dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada bapak ibu dosen mata kuliah
Ergonomi dan Fisiologi Kerja. penulis tentu menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, peneliti
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya Makalah Antropometri ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini, peneliti mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Peneliti

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................................4
1.3 Tujuan dan Manfaat......................................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
2.1 Pengertian Antropometri...............................................................................................................6
2.2 Penggolongan Data Antropometri.................................................................................................7
2.3 Metode pengukuran Antropometri................................................................................................8
2.4 Metode Perancangan dengan Antropometri................................................................................10
2.5 Antropometri pada posisi duduk..................................................................................................11
2.6 Akibat Penggunaan Kursi yang Tidak Sesuai Antropometri.......................................................14
2.7 Antropometri Untuk Perkantoran................................................................................................19
2.8 Anthropometri untuk Perabot Rumah..........................................................................................21
2.9 Parameter Antropometri..............................................................................................................25
BAB III...................................................................................................................................28
PENUTUP...............................................................................................................................28
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................28
3.2 Saran............................................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................29

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Antropometri merupakan salah satu cabang ilmu ergonomi yang berkaitan dengan pengukuran
dimensi tubuh manusia yang dapat digunakan untuk merancang fasilitas yang ergonomis. Menurut
(Wignjosoebroto, 2000) Kata antropometri berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata anthropos (man)
yang artinya manusia dan kata metreinn (to measure) yang artinya ukuran, sehingga antropometri
adalah ilmu yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Pengertian antropometri
dari sudut pandang gizi telah banyak diungkapkan oleh para ahli, salah satunya adalah Jelliffe (1996)
mengungkapkan bahwa: “Nutritional anthropometry is measurement of the variations of the physical
dimensions and the gross composition of the human body at different age levels and degree
ofnutrition”. Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa antropometri gizi adalah
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari
berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan biasanya terlihat dari pola
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
Berbagai jenis ukuran tubuh dalam antropometri antara lain berat badan, tinggi badan, lingkar lengan
atas, lingkar pinggang, lingkar panggul, lingkar lengan atas dan tebbal lemak di bawah kulit.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran,
dan dimensi yang tepat pada produk yang dirancang serta manusia yang akan menggunakan produk
tersebut sehingga perancang suatu produk harus mampu mengakomodasikan dimensi tubuh dari
populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangannya tersebut. Contoh-contoh dari
aplikasi data antropometri misalnya: pakaian, kursi, botol, helm, dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan Antropometri?


2. Bagaimana Penggolongan Data Antropometri?
3. Bagaimana Metode pengukuran Antropometri?
4. Bagaimana Metode Perancangan dengan Antropometri?
5. Bagaimana Antropometri pada posisi duduk?
6. Apa saja Akibat Penggunaan Kursi yang Tidak Sesuai Antropometri?
7. Bagaimana Antropometri untuk Perkantoran?
8. Apa saja Antropometri untuk Rumah tangga
4
9. Apa saja parameter Antropometri?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1. Untuk mengetahui pengertian Anthropometri


2. Untuk mengetahu Metode pengukuran Antropometri
3. Untuk Mengetahui Sumber Variabilitas Ukuran-Ukuran Antropometri
4. Untuk mengetahui Metode Perancangan dengan Antropometri
5. Untuk mengetahui Penggolongan Data Antropometri
6. Untuk mengetahui Antropometri pada posisi duduk
7. Untuk mengetahui Antropometri untuk Perkantoran
8. Untuk mengetahui Antropometri untuk rumah tangga
9. Untuk mengetahui parameter Antropometri

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Antropometri

Antropometri berasal dari kata latin yaitu anthropos yang berarti ma- nusia dan metron yang
berarti pengukuran, dengan demikian antropometri mempunyai arti sebagai pengukuran tubuh
manusia (Bridger, 1995). Se- dangkan Pulat (1992) mendefinisikan antropometri sebagai studi dari
dimensi tubuh manusia. Lebih lanjut Tayyari and Smith (1997) menjelaskan bahwa antropometri
merupakan studi yang berkaitan erat dengan dimensi dan karakteristik fi sik tertentu dari tubuh
manusia seperti berat, volume, pu- sat gravitasi, sifat-sifat inersia segmen tubuh, dan kekuatan
kelompok otot. Sanders and Mc.Cormick (1987) menyatakan bahwa antropometri adalah pengukuran
dimensi tubuh atau karakteristik fisik tubuh lainnya yang relevan dengan desain tentang sesuatu yang
dipakai orang. Dengan mengetahui ukuran dimensi tubuh pekerja, dapat dibuat rancangan peralatan
kerja, stasiun kerja dan produk yang sesuai dengan dimensi tubuh pekerja sehingga dapat
menciptakan kenyamanan, kesehatan, keselamatan kerja.
Akhir abad ke 19 antropometri mulai digunakan secara luas pada ber- bagai disiplin ilmu. Pada
masa itu pula antropometri bersama-sama dengan biomekanika menjadi sesuatu yang sangat
menarik ahli rekayasa (Kroemer et al., 1994). Dalam hal perancangan fasilitas kerja, data tentang
ukuran tubuh manusia (data antropometri) menjadi penting dalam merancang alat, fasilitas kerja dan
stasiun kerja. Data antropometri digunakan sebagai dasar oleh para ergonom untuk merancang,
dengan tujuan agar terjadi kesesuian antara dimensi tubuh manusia (pengguna) dengan rancangan
yang digunakan. Rancangan yang menggunakan data antropometri diharapkan akan memudahkan
pengguna dalam beraktivitas sehingga dapat meningkatkan kemampuan kerja yang akan berdampak
pada peningkatan produktivitas kerja (Purnomo et al., 2013)
Antropometri merupakan bagian dari ergonomi yang secara khusus mempelajari ukuran tubuh
yang meliputi dimensi linear, serta, isi dan juga meliputi daerah ukuran, kekuatan, kecepatan dan
aspek lain dari gerakan tubuh. Secara devinitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi
yang berkaitan dengan ukuran dimensi tubuh manusia meliputi daerah ukuran, kekuatan, kecepatan
dan

6
aspek lain dari gerakan tubuh manusia, menurut Stevenson (1989) dalam buku Ergonomi : konsep
dasar dan aplikasinya, Nurmianto (1991) menjelaskan antropometri adalah suatu kumpulan data
numeric yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk, dan kekuatan
serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.
Walaupun secara umum dapat dikatakan bahwa antropometri adalah ilmu bagi para ahli
antropometri, anatomi dan ergonomi, namun sudah saatnya bagi para arsitek dan perancang interior
untuk memperhatikan data-data tersebut, yang dapat digunakan khususnya untuk merancang ruang
dalam(Panero, 1979).
Salah satu pembatas kinerja tenaga kerja. Guna mengatasi keadaan tersebut diperlukan data
antropometri tenaga kerja sebagai acuan dasar desain sarana prasarana kerja. Antropometri sebagai
salah satu disiplin ilmu yang digunakan dalam ergonomi memegang peran utama dalam rancang
angun sarana dan prasarana kerja.

2.2 Penggolongan Data Antropometri


Dalam aplikasinya, tipe antropometri terbagi atas dua bagian:

a. Dimensi Tubuh Struktural (Antropometri Statis)

Pengukuran dimensi tubuh manusia pada posisi diam dan linear pada permukaan tubuh. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh manusia, sehingga sudah semestinya seorang
perancang produk harus memperhatikan faktor-faktor tersebut yang antara lain adalah Umur, Jenis
kelamin (sex), Suku atau bangsa (ethnic), dan Posisi tubuh (posture).
b. Dimensi Tubuh Fungsional (Antropometri Dinamis)

Pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan
gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melakukan kegiatannya(Zetli et al., 2019).
Menurut Panero (2003) data antropometri statik harus dibedakan berdasarkan suku bangsa dan
umur manusia calon penghuninya. Sebagai contoh, data statik antropometri manusia Eropa akan
berbeda dengan data statik manusia Asia, hal itupun dibedakan pula dalam hal umur. Khusus manusia
Asia, juga telah dilakukan penelitian statik khususnya data standing height (ketinggian total manusia
rata-rata) oleh UNESCO (1997), yang membedakan manusia asia berdasarkan umur dan tingkat
pendidikannya, yaitu

7
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Umum (SMU), dan
Pasca SMU.

Gambar1. Ukuran tubuh manusia yang sering digunakan perancang


interior (Sumber: Panero, 2003)

2.3 Metode pengukuran Antropometri

Pengukuran antropometri ini meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan (panjang badan),
lingkar kepala, dan lingkar lengan atas. Dalam pengukuran antropometri terdapat dua cara dalam
pengukuran, yaitu pengukuran berdasarkan usia dan pengukuran tidak berdasarkan usia. Pengukuran
berdasarkan usia misalnya berat badan berdasarkan usia, tinggi badan berdasarkan usia, dan lain- lain.
Sedangkan pengukuran tidak berdasarkan usia misalnya pengukuran berat badan berdasarkan tinggi
badan, lingkar lengan atas bendasarkan tinggi badan, dan lain-lain(Alimul, 2008).

c. Metode Dimensi Statis

Dimensi statis merupakan pengukuran yang terkait dengan pengukuran dimensi tubuh manusia
dalam keadaan diam atau dalam posisi yang dibakukan. Contohnya seperti tinggi badan, panjang
8
lengan, tinggi siku, tebal paha, tinggi mata duduk dan sebagainya (Latar 7) [13] seperti di bawah ini :
1. Tinggi siku berdiri (Tsb) Dimensi ini digunakan untuk merancang ketinggian maksimum permukaan
meka kerja dalam posisi berdiri. Konsep dari pengguna dimensi juga menuntut agar subjek terpendek
yang menggunakan fasilitas tersebut dapat menggunakan fasilitas itu secara nyaman tanpa harus
mengangkat siku dalam menggunakannya(Purnomo, 2013:17)[14].
2. Tinggi pinggul (Tp) Dimensi ini digunakan untuk menentukan ketinggian maksimum sebuah fasilitas
mencuci tangan dengan konsep yang sama dimana menuntut bahwa subjek terpendek harus dapat
menggunakan secara nyaman (Purnomo, 2013:18)[14].
3. Tinggi mata duduk (Tmd) Dimensi ini digunakan untuk merancang ketinggian maksimum jarak
pandang mata secara horizontal untuk melihat objek yang tertangkap oleh mata. Tinggi siku duduk
(Tsd) Dimensi ini digunakan untuk menentukan ketinggian sandaran lengan pada sebuah kursi .
Dimana subjek yang memiliki ukuran terpendek harus dapat meletakkan tangan secara nyaman.

Tinggi bahu duduk (Tbd) Dimensi ini digunakan untuk merancang ketinggian sebuah fasilitas desain
untuk mewadahi ketinggian bahu secara menyeluruh. Dimana konsep yang diterapkan dalam dimensi
ini mengharuskan subjek dengan ukuran tertinggi harus merasa nyaman dalam menggunakan fasilita
tersebut.

4. Tinggi popliteal (Tpo) Dimensi ini biasa digunakan untuk menentukan ketinggian maksimum
permukaan tempat duduk. Tinggi tempat duduk yang dirancang diusahakan agar orang yang
mempunyai tinggi popliteal terendah dapat menggunakan kursi tersebut dengan nyaman.
5. Tinggi lulut (Tl) Dimensi ini dirancang untuk menentukan ketinggian permukaan meja bagian bawah
dan dimensi ini mengutamakan agar orang dengan ukuran yang paling tinggi dapat menggunakan meja
secara nyaman karena ruang kaki yang cukup longgar (Purnomo, 2013:19)[14].
6. Panjang paha (Pp) Dimensi ini digunakan untuk menentukan jarak anatar kursi satu dengan kursi
lainnya serta perlu ditambah kelonggaran supaya dapat diakses keluar masuk. Dimana dalam dimensi
ini menuntut agar subjek dengan ukuran terpanjang dapat mengakses jarak tersebut.
7. Panjang popliteal-pantat (Ppp) Dimensi ini digunakan untuk merancang panjang alas kursi. Dalam
dimensi ini panjang alas duduk tidak boleh melebihi panjang dari popliteal pantat yang paling pendek.
8. Lebar bahu (Lb) Dimensi ini digunakan untuk merancang lebar sandaran kursi dimana diharapkan
dengan menggunakan ukuran ini orang dengan bahu paling lebar dapat menggunakan fasilitas ini
secara nyaman.
9. Lebar pinggul (Lp) Kegunaan dari dimensi ini salah satunya adalah untuk menentukan lebar alas
duduk dengan pertimbangan orang dengan pinggul yang paling lebar dapat duduk di kursi tersebut.
10. Jangkauan vertikal duduk (Jvd) Kegunaan dari dimensi ini adalah dapat digunakan untuk merancang
tinggi maksimum sebuah fasilitas atau sarana pendukung aktivitas manusia agar mudah dijangkau
8
terutama subjek dengan jangkuan terpendek dalam posisi duduk (Purnomo, 2013:20)[14].
11. Jangkauan vertikal berdiri (Jvb) Dimensi ini digunakan untuk merancang tinggi maksimum untuk
menggapai fasilitas pendukung aktivitas manusia. Dimana subjek dengan jangkauan terpendek tetap
dengan mudah dapat menjangkau.
12. Jangkauan horizontal duduk (Jhd) dan jangkauan horizontal berdiri (Jhb) Dimensi ini digunakan untuk
menentukan jarak jangkuan fasilitas agar mudah dijangkau terutama oleh subjek dengan jangkauan
yang paling pendek (Purnomo, 2013:21)[14].

13. Berat Badan (Bb) Dimensi ini digunakan untuk menentukan kekuatan minimum sebuah kursi. Dimana
dikatakan dalam menentukan menggunakan dimensi ini maka berat badan yang paling beratlah harus
dipertimbangkan (Herawati & Pawitra, 2013:143)[15]. Menentukan nilai persentil Dalam
menentukan nilai persentil, pedoman yang digunakan adalah jenis dimensi, yang terdiri dari :
d. Dimensi jangkauan Yaitu penentuan dimensi dimana orang yang paling kecil dalam populasi dapat
menggunakan perancangan tersebut. Dimensi jangkuan ini ditujukan untuk mengakomodasi jenis
aktivitas yang sifatnya jangkuan baik yang dilakukan lengan maupun kaki. Contohnya seperti tinggi
kursi.
e. Dimensi ruang Merupakan kebalikan dari dimensi jangkuan karena pada dimensi ruang diharapkan
dimana orang dengan ukuran paling besar dalam populasi pengguna dapat menggunakan rancangan.
Perancangan dengan sifat dimensi ruang ini ditujukan untuk orang yang memiliki ukuran yang paling
tinggi dan paling gemuk (Purnomo, 2013:37) [14](Antropometri et al., 2017)

2.4 Metode Perancangan dengan Antropometri

Menurut (Egi, 2010) Ada tiga prinsip dasar yang digunakan dalam mengaplikasikan data
antropometri agar bisa menghasilkan rancangan produk, fasilitas, maupun stasiun kerja yang sesuai
dengan ukuran tubuh dari populasi pemakai yaitu:
f. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran ekstrim (Design for extreme individuals)
Pada prinsip ini, rancangan produk dibuat agar dapat mengakomodasikan mereka yang memiliki
ukuran yang terkecil atau yang terbesar (dipilih salah satu) dengan orientasi bahwa rancangan yang
dibuat tetap bisa digunakan oleh mayoritas populasi yang ada.
g. Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan diantara rentang ukuran tertentu (Design for
adjustable range)
Pada prinsip ini, perancangan suatu produk yang ukurannya dapat diubah-ubah sehingga cukup
fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh, baik oleh

8
mereka yang memiliki ukuran tubuh terkecil hingga yang terbesar. Data antropometri yang umum
diaplikasikan adalah rentang nilai persentil ke 5 s/d 95 persentil. Contohnya adalah

perancangan kursi mobil yang mana dalam hal ini letaknya bisa digeser maju mundur dan sudut
sandarannya bisa diubah-ubah sesuai yang diingninkan.
h. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata (Design for average)
Dalam prinsip ini, rancangan produk didasarkan pada rata-rata ukuran tubuh populasi. Rancangan
produk yang dibuat berdasarkan prinsip ini banyak dijumpai pada perancangan produk atau fasilitas
yang digunakan untuk umum seperti kursi kereta api, bus, dan fasilitas umum lainnya yang dipakai
oleh orang banyak. Namun, masalah yang dihadapi adalah sedikit sekali mereka yang berbeda dalam
ukuran rata-rata sehingga rancangan produk yang dibuat tidak sesuai mayoritas populasi yang ada.

2.5 Antropometri pada posisi duduk

Menurut Panero (2003), tempat duduk merupakan elemen ruang interior yang paling jarang
dirancang dengan seksama. Sebuah kursi yang secara antropometri benar, belum tentu nyaman. Jika
rancangan suatu tempat duduk tidak memperhatikan sama sekali hal-hal yang berkenaan dengan
dimensi manusia dan besar tubuhnya, tidaklah aneh bila rancangan tersebut tidak nyaman. Berikut
adalah pedoman dimensi dimensi antropometri yang dibutuhkan bagi perancangan kursi:

Gambar 2. Dimensi antropometri untuk perancangan

kursi (Sumber: Egi, 2010)

8
8
Tabel 1. Data antropometri posisi duduk

No Data Cara Pengukuran

Antropometri
Diperoleh dengan mengukur jarak vertikal dari
lantai sampai lekukan lutut sebelah dalam.
Subjek duduk tegak dengan mata memandang
A Tinggi Poplitel
lurus ke depan dan lutut
membentuk sudut siku-siku.

Diperoleh dengan mengukur jarak horizontal


Jarak Antara Pantat- dari bagian terluar pantat sampai lekukan lutut
Poplitiel sebelah dalam (Poplitiel). Paha dan kaki
B
bagian bawah membentuk sudut siku-
siku.

Diperoleh dengan mengukur jarak horizontal


C Lebar Bahu antara kedua lengan atas dan subjek duduk
tegak dengan lengan atas merapat ke
badan dan lengan bawah direntangkan ke
depan.

Diperoleh dengan mengukur subjek duduk


D Lebar Panggul tegak dan ukur jarak horizontal dari bagian
terluar pinggul sisi kiri samping bagian

terluar pinggul sisi kanan.


Diperoleh dengan mengukur jarak vertikal dari
permukaan alas duduk sampai ujung tulang
bahu yang menonjol pada saat subjek duduk
E Tinggi Bahu
tegak.
Permukaan alas duduk sampai ujung
tulang bahu yang menonjol pada saat subjek
duduk tegak.

Diperoleh dengan mengukur jarak vertikal dari


F Tinggi Mata lantai sampai ujung mata bagian dalam. Subjek
duduk tegak dan memandang lurus
ke depan.

Ukur jarak vertikal dari lantai sampai ujung


G Tinggi Duduk Tegak atas kepala. Subjek duduk tegak dengan mata
memandang lurus ke depan dan
membentuk sudut siku-siku.

Ukur jarak horizontal dari bagian terluar pantat


I Pantat Ke Lutut sampai ke lutut. Paha dan kaki bagian bawah
membentuk sudut siku-
siku.
Ukur jarak vertikal dari alas kursi sampai
J Tinggi Siku
bagian bawah siku.
(Sumber: Panero, 2003)

2.6 Akibat Penggunaan Kursi yang Tidak Sesuai Antropometri

Akibat dari desain kursi yang tidak ergonomis dapat menimbulkan pengaruh yang kurang
baik bagi penggunanya, akibat tersebut antara lain:
1. Tinggi Tempat Duduk
Jika landasan tempat duduk letaknya terlalu tinggi dapat menyebabkan bagian bawah paha akan
tertekan dan dan peredaran darah dapat terhambat
Gambar 3. Dampak Landasan tempat duduk yang terlalu tinggi

(Sumber: Panero, 2003)

Jika landasan tempat duduk yang letaknya terlalu rendah dapat menyebabkan kaki terjulur ke
depan, menjauhkan tubuh dari keadaan stabil. Sebagai tambahan, pergerakan tubuh ke depan akan
menjauhkan punggung dari sandaran sehingga penopangan lumbar tidak terjaga dengan tepat.

Gambar 4. Dampak Landasan tempat duduk yang

terlalu rendah (Sumber: Panero, 2003)

2. Kedalaman Tempat Duduk

Bila kedalaman landasan tempat duduk terlalu panjang, bagian ujung dari tempat duduk akan
menekan daerah tepat dibelakang lutut dan menimbulkan ketidaknyamanan serta gangguan pada
peredaran darah.
Gambar 5. Dampak landasan tempat duduk

terlalu lebar (Sumber: Panero, 2003)

Jika landasan tempat duduk terlalu sempit akan menghilangkan penopangan yang terletak pada
bagian paha. Hal ini dapat menimbulkan perasaan terjatuh atau terjungkal dari kursi.

Gambar 4. Dampak Landasan tempat duduk yang

terlalu rendah (Sumber: Panero, 2003)


Gambar 6. Dampak landasan tempat duduk

yang sempit (Sumber: Panero, 2003)

2.7 Antropometri Untuk Perkantoran

Hubungan Antropometri dengan kursi kerja di kantor

Kursi merupakan komponen penting dalam menentukan kenyamanan saat duduk atau
melakukan pekerjaan dengan duduk. Sehingga kursi berinteraksi langsung dengan manusia. Sama
halnya dengan Computer Workstations berinteraksi dengan pengguna, dengan demikian, desain
interaksi ini menentukan kenyamanan dan kinerja pengguna. Ha¨nninen dan Koskelo (2003)
menemukan bahwa ketegangan pada otot lumbal secara signifikan berkurang di kalangan siswa SMA
yang menggunakan Meja dan kursi yang dapat disesuaikan. Toomingas dan Gavhed (2008) melakukan
penelitian terhadap operator call center, dan menyimpulkannya bahwa dengan Penyesuaian kursi yang
optimal dapat mengurangi terjadinya sakit pada leher/skapula dan punggung.

Tuntutan kerja dengan kapasitas kerja harus selalu dalam garis keseimbangan sehingga dapat
menghasilkan performansi yang tinggi. Tuntutan kerja tidak boleh terlalu rendah (underload) maupun
terlalu tinggi (overload) karena keduanya sama-sama dapat menyebabkan stres kerja.

Begitu juga dengan perancangan kursi yang ergonomis. Hal ini difokuskan pada mekanisme untuk
beberapa posisi kursi kerja dan fleksibilitas dari workstation. Apalagi bentuk/ dimensi masing-
masing bagian juga dipertimbangkan dalam prosedur perancangan. Desain kursi kerja tersebut akan
dibuat sesuai dengan antropometri penggunanya.
Berkaitan dengan aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses perancangan produk
ataupun fasilitas kerja, maka ada beberapa saran / rekomendasi yang diberikan sesuaikan dengan
langkah yaitu (Wignjosoebroto, 1995) yang pertama adalah menetapkan anggota tubuh yang mana
yang amati dan akan difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut. Kemudian tentukan
dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut. Hal ini yang harus diperhatikan juga
adalah apakah harus menggunakan data structural body dimension atau Functional dimension.
Kemudian tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasikan dan menjadi target
utama pemakai rancangan produk tersebut. Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah
rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrem, rentang ukuran yang fleksibel (adjustable)
ataukah ukuran rata-rata. Pilihlah presentase populasi yang harus diikuti misalnya 90-th, 95-th, 99-th
atau dinilai persentil lain yang dikehendaki. Setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasi selanjutnya
pilih atau tetapkan nilai ukurannya dari tabel data antropometri yang sesuai. Aplikasikan data tersebut
dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance) bila diperlukan seperti halnya tambahan ukuran akibat
faktor tebalnya pakaian yang harus dikenakan oleh operator.

Menurut Suma’mur (1996) ada beberapa prinsip ergonom yang dapat digunakan dalam
program kesehatan kerja. yang pertama adalah sikap tubuh saat melakukan pekerjaan sangat
dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat
penunjuk, caracara menggunakan mesin (macam gerak, arah, kekuatan, dan lain sebagainya). Kedua,
standarisasi bentuk dan ukuran mesin serta peralatan kerja, harus diambil ukuran terbesar sebagai
dasar, serta diatur dengan suatu cara sehingga ukuran tersebut dapat dikecilkan dan dapat digunakan
oleh tenaga kerja yang lebih kecil. Ketiga, ukuran- ukuran antropometri yang dapat dijadikan dasar
untuk penempatan alat-alat kerja. Keempat, pekerjaan manual yang dilakukan dengan cara berdiri,
tinggi meja kerja harus 5–10 cm di bawah tinggi siku. Selanjutnya, dari segi otot, sikap duduk yang
paling baik adalah sedikit membungkuk, sedangkan dari sudut tulang, dianjurkan duduk tegak agar
punggung tidak membungkuk dan otot perut tidak lemas, maka dianjurkan pemilihan sikap duduk
yang tegak yang baik diselingi istirahat sedikit

membungkuk. Berikutnya, tempat duduk yang memenuhi syarat sebagai berikut: Tinggi dataran duduk
dapat diatur dengan papan pijakan kaki sehingga sesuai dengan tinggi lutut, sedangkan paha berada
dalam keadaan datar, tinggi papan sandaran punggung dapat diatur dan dapat menekan pada
punggung, lebar alas duduk seharusnya tidak kurang dari lebar terbesar ukuran antropometri pinggul
misalnya lebih dari 40 cm. Prinsip selanjutnya adalah pekerjaan yang dilakukan sambil berdiri, maka
disediakan tempat duduk dan kesempatan untuk beristirahat. Berikutnya, arah penglihatan untuk
pekerjaan berdiri adalah 23–37 derajat ke bawah, sedangkan untuk pekerjaan duduk arah penglihatan
antara 32–44 derajat ke bawah. Arah penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat.
Kemampuan seseorang bekerja adalah 8-10 jam per hari. Lebih dari itu efisiensi dan aktivitas kerja
menurun. Lalu ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan dan lengan bawah. Pegangan-
pegangan harus diletakkan pada daerah tersebut, terutama bila sikap tubuh tidak berubah. Jenis
gerakan yang terus menerus dan berirama lebih diutamakan. Beban tambahan akibat lingkungan kerja
fisik, mental, psikologis dan sosial sebaiknya sedapat mungkin dikurangi. Kemampuan beban fisik
maksimal oleh ILO ditentukan sebesar 50 kg. Pemeliharaan indera penglihatan dilakukan sebaik-
baiknya terutama dengan penyelenggaraan pencahayaan dan penerangan yang baik (Andhini, 2017).

2.8 Anthropometri untuk Perabot Rumah

i. Rancangan Ruang Tamu dan Keluarga

Tata letak ruang tamu dan perabotan yang digunakan menggambarkan karakter pemilik rumah.
Ruang tamu merupakan tempat untuk bersantai sementara dengan keluarga, teman maupun seseorang
yang istimewa. Rancangan ruang tamu harus mampu dijadikan tempat yang nyaman untuk berbincang-
bincang atau untuk beristirahat sementara. Dasar perancangan tempat duduk ruang tamu, mempunyai
konsep yang sama dengan perancangan yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun yang perlu menjadi
perhatian dalam perancangan tempat duduk ruang tamu adalah kenyamanan untuk bersantai. Dengan
demikian diperlukan keleluasaan dalam menggunakan tempat duduk. Tempat duduk diruang tamu bisa
berbentuk sofa atau yang lainnya. Penggunaan dimensi tubuh yang digunakan selain tinggi popliteal
yang cukup penting untuk dipertimbangkan adalah lebar

pinggul maksimal. Ukuran lebar pinggul dari Tabel 3.1 dan 3.2 didapat 35,8 cm dengan simpang baku
4,9 cm untuk laki-laki dan 35,4 cm dengan simpang baku 2,9 cm untuk perempuan.
Untuk mendapatkan kenyamanan dan keleluasaan penggunaan tempat duduk dianjurkan
menambah kelonggaran. Penambahan kelonggaran terdiri dari kelonggaran untuk pakaian dan
pergerakan tubuh. Dengan mengacu pada lebar pinggul laki-laki dengan menggunakan persentil ke-99
(P99) adalah 47,2 cm (35,8 cm x (2,327 x 4,9 cm)). Dengan mengasumsikan kelonggaran sebesar 2,5
cm untuk pakaian, maka lebar alas tempat duduk adalah 49,7 cm (47,2 cm + 2,5 cm) ≈ 50 cm
(pembulatan). Jika tempat duduk digunakan lebih dari satu orang, maka perancangan lebar tempat
duduk tidak berdasarkan pada lebar pinggul tetapi berdasarkan lebar bahu. Hal ini dikarenakan lebar
bahu lebih besar dibandingkan lebar pinggul. Penggunaan lebar bahu bertujuan agar tempat duduk
yang digunakan secara bersamaan antara orang yang satu dengan lainnya tidak berhimpit. Berdasarkan
pada Tabel 3.1 dan 3.2 lebar bahu untuk laki-laki sebesar 45,1 cm dengan simpang baku 4,0 cm.
Sedangkan untuk perempuan sebesar 40,3 cm dengan simpang baku 3,5 cm. Dengan menggunakan
lebar bahu laki-laki maka persentil ke-99 didapat nilai 54,3 cm. Jika tempat duduk digunakan oleh dua
orang maka lebar tempat duduk adalah 108,6 cm (54,3 cm x 2) di tambah dengan kelonggaran.
Diasumsikan kelonggaran per orang 2,5 cm maka lebar tempat duduk menjadi 113,6 cm.
Rancangan ruang keluarga mempunyai fungsi sama dengan ruang tamu. Ruang keluarga lebih
cenderung untuk aktivitas bersantai dan sebagai pusat aktivitas keluarga serta merupakan tempat
komunikasi anggota keluarga. Oleh sebab itu tempat duduk lebih diarahkan dalam bentuk sofa karena
penggunaannya luluasa dan santai. Konsep perancangan ruang keluarga harus mempunyai efek luas.
Sehingga pemilihan perabot dan penataannya sangat menentukan dalam rancangan ruang keluarga
yang dapat berefek luas dan dapat memberikan kenyamanan.
j. Rancangan Ruang Tidur

Aktivitas kerja seseorang dalam keseharian menjadikan rasa penat dan lelah. Perasaan penat
dan lelah seseorang secara fi siologis membutuhkan istirahat. Sepertiga waktu dalam sehari,
aktivitas seseorang

digunakan untuk tidur. Kenyamanan tidur sangat ditentukan dengan rancangan tempat tidur, seperti
tinggi, panjang dan lebar tempat tidur. Rancangan tinggi tempat tidur ditujukan dalam menentukan
kemudahan untuk naik dan turun dari tempat tidur. Dimensi tubuh yang digunakan untuk merancang
tinggi tempat tidur adalah tinggi popliteal (Tpo) dengan menggunakan persentil ke-5. Nilai Tpo
dengan persentil ke-5 dari Tabel 3.1 dan 3.2 adalah 38,7 cm untuk lakilaki dan 36,3 cm untuk
perempuan. Sedangkan tinggi tempat tidur yang ada di pasaran berkisar antara 40 cm sampai dengan
50 cm.
Berdasarkan pengamatan, sebagain besar anak muda yang menggunakan tempat tidur lebih
menyukai tinggi tempat tidur yang berukuran
40 cm. Pemilihan tinggi tempat tidur sangat tergantung pada selera pengguna. Sebagian pengguna ada
yang lebih suka menggunakan tempat tidur dengan ketinggian rendah. Sebaliknya ada yang lebih suka
dengan ketinggian tempat tidur sedang bahkan ada yang suka tinggi. Panjang tempat tidur tidak
mempunyai masalah yang berarti dibandingkan dengan penentuan tinggi tempat tidur dan penentuan
lebar tempat tidur. Dalam penentuan panjang tempat tidur didasarkan pada tinggi badan (Tb) dengan
menggunakan persentil ke-99 dengan ditambah kelonggaran. Nilai Tb dengan menggunakan persentil
ke-99 dari Tabel 3.1 dan 3.2 adalah 180,75 cm untuk laki-laki dan 169,27 cm untuk perempuan. Oleh
karena tempat tidur digunakan orang laki-laki dan perempuan, maka penentuan panjang tempat tidur
menggunakan nilai persentil yang terbesar yaitu orang laki-laki. Diasumsikan kelonggaran 10% maka
panjang tempat tidur menjadi 198,83 cm (180,75 cm +(0,1 x 180,75 cm)).
Secara umum panjang tempat tidur di Indonesia sekitar 200 cm. Nobel (1982) dalam surveinya
mencatat bahwa panjang tempat tidur di United Kingdom berkisar 190 cm sampai dengan 236 cm.
Pertimbangan lain dalam perancangan tempat tidur adalah lebar tempat tidur. Ukuran lebar tempat
tidur ini akan menjadi persoalan yang cukup serius, apabila digunakan orang dua dan salah satu
mempunyai kebiasaan mendengkur. Kebiasaan ini akan mengganggu teman atau pasangan tidurnya,
yang akan berdampak pada k tidaknyamanan dalam tidur sehingga bangun tidur tidak terasa bugar.
Oleh

karena itu makin lebar tempat tidur akan terasa nyaman dan dapat mengurangi gangguan dari
kebiasaan orang yang mendengkur.
k. Rancangan Dapur

Empat jenis rancangan dapur diatas mempunyai fungsi yang berbeda tergantung pada
kebutuhan memasak dan luas ruangan.
1. Konfigurasi dapur bentuk satu sisi merupakan model yang sering digunakan, apabila total luasan
dapur terbatas. Keunggulan konfigurasi dapur tersebut dapat menghemat tempat. Karena penataan
fasilitas sifatnya memanjang sehingga kurang efektif dalam melakukan aktivitas memasak. Dapur
bentuk satu sisi biasanya digunakan untuk satu fungsi saja, misalkan dapur kering atau dapur basah.
Hal ini dikarenakan keterbatasan luasan ruang.
2. Konfigurasi dapur dua sisi, digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan dapur kering dan dapur basah.
Satu sisi digunakan untuk dapur basah dan sisi lain digunakan untuk dapur kering. Selain urutan
aktivitas, faktor lain yang perlu dipertimbangkan pada tata letak dapur dua sisi, adalah lebar gang
antara sisi yang satu dengan yang lainnya
3. Konfigurasi dapur berbentuk ‘L’ merupakan solusi terbaik untuk memperpendek jarak perpindahan
dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya. Di samping itu konfi gurasi ini untuk mengantisipasi luas ruang
yang terbatas dan dapat memberikan kenyamanan dan keamanan serta mempermudah dalam
beraktivitas.
4. Konfigurasi dapur berbentuk “U” umumnya digunakan untuk aktivitas yang kompleks dengan
menggunakan peralatan yang lengkap. Oleh karena itu diperlukan ruang yang luas untuk dapat
menempatkan peralatan dengan nyaman dan aman. Karena keleluasaan tempat, maka sangat
memungkinkan untuk dirancang dapur basah dan dapur kering. Pengaturan tata letak yang tidak diatur
dengan baik menyebabkan sirkulasi menjadi panjang dan tidak nyaman sebaliknya tata letak yang
ditata dengan baik akan mendapatkan kesan yang elegan bahkan dapat dijadikan minibar. Rancangan
tata letak dapur perlu

pencermatan yang seksama terutama dalam penempatan peralatan seperti tempat cuci, meja memasak,
kompor dan tempat penyimpanan. Tata letak tersebut diupayakan dalam jangkauan yang nyaman dan
tidak terlalu sempit karena akan mengganggu aktivitas dan tidak terlalu lebar jaraknya karena akan
melelahkan. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan penggunaan antropometri yang tepat khususnya
tentang jangkauan lengan.
a. Rancangan Kamar Mandi

Kamar mandi merupakan sebagai salah satu tempat yang dapat digunakan untuk
menghilangkan rasa penat dan untuk bersantai. Rancangan kamar mandi harus sesuai dengan selera
pengguna, dikarenakan setiap orang mempunyai selera yang berbeda-beda. Rancangan kamar mandi
yang dianggap baik bagi seseorang belum tentu baik bagi orang lain. Keputusan dalam menentukan
ukuran rancangan kamar mandi biasanya dilakukan oleh pemborong atau tukang batu tanpa disesuikan
dengan dimensi tubuh pengguna. Pengukuran ini didasarkan pada pengalaman para pemborong atau
tukang batu, sehingga ukuran fasilitas yang ada di kamar mandi menjadi seragam siapapun
penggunanya. Jika yang menggunakan kamar mandi mempunyai ukuran dimensi tubuh yang tidak
sesuai dengan ukuran fasilitas kamar mandi maka pengguna akan merasa tidak nyaman. Kamar mandi
umumnya terbagi menjadi dua yaitu kamar basah dan kamar mandi kering. Kamar mandi basah
dicirikan dengan adanya bak penampung air (bak mandi), cara mandinya dengan menggunakan
gayung.
Karakteristik kamar mandi seperti ini sering dijumpai di Indonesia. Sedangkan kamar mandi
kering dicirikan dengan penggunaan shower atau bathtub atau kombinasi keduanya. Kamar mandi
kering sering kita jumpai di hotelhotel berbintang atau masyarakat kelas menengah ke atas dan
biasanya tinggal di kota besar. Fasilitas lain yang ada di kamar mandi adalah toilet (water closet) dan
biasanya dilengkapi dengan hand basin (tenpat cuci tangan) dan cermin.
Tinggi bak mandi jangan terlalu pendek yang menyebabkan pengguna akan membungkuk dan
juga jangan terlalu tinggi yang menyulitkan dalam mengambil air. Berdasarkan konsep ergonomi
sebuah rancangan yang

aktivitasnya menggunakan tangan dan dilakukan dengan posisi berdiri, maka dasar perancangan
adalah tinggi siku berdiri. Persentil yang digunakan sebaiknya menggunakan persentil ke-50.
Berdasarkan nilai persentil ke-50 maka tinggi bak mandi untuk laki-laki sebesar 104,6 cm dan untuk
perempuan sebesar 98,8 cm. Jika kamar mandi digunakan oleh laki-laki dan perempuan, maka
sebaiknya menggunakan dimensi tinggi siku untuk perempuan. Kamar mandi yang dilengkapi dengan
hand basin, harus dirancang dengan mempertimbangkan bahwa tangan yang dibasahi jangan sampai
mengalir ke lengan. Dan jangan terlalu pendek sehingga badan harus membungkuk. Perancangan hand
basin didasarkan pada tinggi siku berdiri dari orang terpendek.
Untuk itu, di rekomendasikan menggunakan dimensi tubuh orang perempuan dikarenakan
orang perempuan cenderung lebih pendek dari orang laki-laki. Kebanyakan hand basin memiliki
ketinggian berkisar 78,7 cm sampai dengan 86,3 cm dan telah berlaku cukup lama (Panero dan Zelnik,
1979). Sedangkan Kira (1976) merekomendasikan posisi keran air 10 cm diatas permukaan hand basin
dan diperkirakan tinggi keran antara 91,5 cm sampai dengan 96,5 cm. Akan tetapi penempatan keran
juga tergantung dari selera pengguna, sehingga ada yang lebih suka menempatkan keran rata atau
dibawah tepi permukaan hand basin. Berdasarkan pada aturan diatas maka tinggi permukaan hand
basin maupun keran air sangat bervariasi. Namun demikian dasar perancangan tinggi hand basin
adalah tinggi siku berdiri dengan persentil ke 50 dikurangi dengan 5 cm – 10 cm. Untuk rancangan
hand basin di rumah makan harus mempertimbangkan kemudahan untuk digunakan oleh anak-anak.

2.9 Parameter Antropometri


Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter.
Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain:

l. Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan
menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan
yang akurat, akan menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
Menurut Puslitbang Gizi Bogor (1980), batasan umur yang digunakan adalah tahun umur penuh
(Completed Year) dan untuk anak umur 0-2 tahun digunakan bulan usia penuh (Completed Month).
m. Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan. Pada
bayi baru lahir (neonatus), berat badan digunakan untuk mendiagnosis bayi normal atau BBLR.
Dikatakan BBLR apabila berat bayi lahir di bawah 2500 gram (2,5 kg). Pada masa bayi-balita, berat
badan dapat digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat
kelainan klinis seperi dehidrasi, asites, edema, dan adanya tumor. Di samping itu pula berat badan
dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan obat dan makanan. Berat badan menggambarkan jumlah
dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat dan
protein otot menurun. Pada orang yang edema dan asites terjadi penambahan cairan dalam tubuh.
Sedangkan adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang
kekurangan gizi.
n. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang,
jika umur tidak diketahui dengan tepat. Di samping itu, tinggi badan merupakan ukuran kedua yang
penting karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan, faktor umur dapat
dikesampingkan. Pengukuran tinggi badan pada umumnya dilakukan dengan menggunakan alat yang
disebut Microtoise yang mempunyai ketelitian 0,1 cm.
o. Lingkar Lengan Atas
Lingkar lengan atas (LILA) dewasa ini merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi,
karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat- alat yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih
murah. Akan tetapi, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, terutama jika digunakan sebagai
pilihan tunggal untuk indeks status gizi, antara lain:
1. Baku lingkar lengan atas yang digunakan sekarang belum mendapat pengujian yang
memadai untuk digunakan di Indonesia. Hal ini didasarkan pada hasil-hasil
penelitian yang umumnya menunjukkan perbedaan angka prevalensi KEP yang
cukup berarti antar penggunaan LILA di satu pihak dengan berat bedan menurut
umur atau berat menurut tinggi badan maupun indeks-indeks lain di pihak lain.
2. Kesalahan pengukuran pada LILA (pada berbagai tingkat keterampilan
pengukur)relatif lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat batas
antara baku dengan gizi kurang, lebih sempit pada LILA daripada tinggi badan. Ini
berarti kesalahan yang sama besar jauh lebih berarti pada LILA dibandingkan
dengan tinggi badan.
3. Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi
kurang sensitif pada golongan lain terutama orang dewasa. Tidak demikian halnya
dengan berat badan.
Alat ukur yang digunakan merupakan suatu pita pengukur yang terbuat dari fiberglass atau jenis
kertas tertentu berlapis plastik.
p. Lingkar Pinggang dan Pinggul
Pengukuran lingkar pinggang dan pinggul harus dilakukan oleh tenaga yang terlatih dan posisi
pengukuran harus tepat. Perbedaan posisi penguuran akan memberikan hasil yang berbeda. Seidell,
dkk (1987) memberikan petunjuk bahwa rasio lingkar pinggang dan pinggul untuk perempuan adalah
0,77 dan 0,90 untuk laki-laki.

q. Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis, yang biasanya
untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala. Contoh yang
sering digunakan adalah kepala besar (hidrosefalus) dan kepala kecil (mikrosefalus).
Lingkar kepala terutama dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak
meningkat secara cepat pada tahun pertama, akan tetapi besar lingkaran kepala tidak menggambarkan
keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun juga ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak
dapat bervariasi sesuai dengan keadaan gizi.
Dalam antropometri gizi, rasio lingkar kepala dan lingkar dada cukup berarti dalam menentukan KEP
pada anak. Lingkar kepala dapat juga digunakan sebagai informasi tambahan dalam pengukuran umur.

r. Lingkar Dada
Pengukuran lingkar dada biasanya dilakukan pada anak yang berumur 2-3 tahun, karena rasio lingkar
kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini, tulang tengkorak tumbuh secara
lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat. Umur antara 6 bulan dan 5 tahun, rasio lingkar kepala dan
lingkar dada adalah kurang dari 1. Hal ini dikarenakan akibat kegagalan perkembangan dan
pertumbuhan atau kelemahan otot dan lemak pada dinding dada. Ini dapat digunakan sebagai
indikator dalam menentukan KEP pada anak balita.

s. Tebal Lemak di Bawah Kulit


Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit(skinfold) dilakukan pada
beberapa bagian tubuh, misalnya padambagian lengan atas (biceps dan triceps), lengan bawah
(forearm), tulang belikat (subscapular), di tengah garis ketiak (midaxillary), sisi dada (pectoral), perut
(abdominal), paha (suuprailiaca), tempurung lutut (suprapatellar), dan pertengahan tungkai bawah
(medial calf).

pada anak. Lingkar kepala dapat juga digunakan sebagai informasi tambahan dalam pengukuran umur.

a. Lingkar Dada
Pengukuran lingkar dada biasanya dilakukan pada anak yang berumur 2-3 tahun, karena rasio lingkar
kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini, tulang tengkorak tumbuh secara
lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat. Umur antara 6 bulan dan 5 tahun, rasio lingkar kepala dan
lingkar dada adalah kurang dari 1. Hal ini dikarenakan akibat kegagalan perkembangan dan
pertumbuhan atau kelemahan otot dan lemak pada dinding dada. Ini dapat digunakan sebagai
indikator dalam menentukan KEP pada anak balita.

b. Tebal Lemak di Bawah Kulit


Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit(skinfold) dilakukan pada
beberapa bagian tubuh, misalnya padambagian lengan atas (biceps dan triceps), lengan bawah
(forearm), tulang belikat (subscapular), di tengah garis ketiak (midaxillary), sisi dada (pectoral), perut
(abdominal), paha (suuprailiaca), tempurung lutut (suprapatellar), dan pertengahan tungkai bawah
(medial calf).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari penjabaran makalah di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian dari
Antropometri adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik
tubuh manusia berupa ukuran, bentuk dan kekuatan, serta penerapan dari data tersebut untuk
menangani masalah desain. Sedangkan Ergonomi adalah sesuatu yang mempelajari tentang
aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau dari anatomi manusia, fisiologis.
psikologi, teknik, manajemen, dan desain untuk mendapatkan suasana kerja yang nyaman.

3.2 Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan makalah ini adalah mata kuliah ergonomi yang
perlu dipelajari dengan baik dan mendapat perhatian khusus untuk mempelajari teori
antropometri. Karena dari teori ini kita sebagai mahasiswa teknik industri akan memahami
tentang bagaimana merancang ruang kera yang optimal yang diperlukan oleh industri
berdasarkan ukuran tubuh para pekerjanya.
DAFTAR PUSTAKA

Wijaya, M. A. et al. (2016) ‘PEKERJA GALANGAN KAPAL DAN MAHASISWA


PEKERJA ELEKTRONIKA THE COMPARATIVE ANALYSIS OF ANTHROPOMETRY
BETWEEN STUDENT OF SHAPE VESSEL SHIPYARD WORKERS AND STUDENTS OF
WORKERS ELECTRONIC’, 4(2), pp. 108–117.
Zetli, S. et al. (2019) ‘PERBANDINGAN DATA ANTROPOMETRI BERDASARKAN
SUKU DI Jurnal Rekayasa Sistem Industri’, 5(1), pp. 23–3

MODUL ANTROPOMETRI. Ni Wayan Arya Utami. 2016

Alimul, A. A. (2008) Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.


PenerbitSalemba. Available at: https://books.google.co.id/books?id=mmxAfqKkaNQC.

Andhini, V. (2017) ‘PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA MOJOKERTO


RELATIONSHIP BETWEEN ANTHROPOMETRY AND WORK CHAIR IN TREASURY
OFFICE MOJOKERTO’.
Antropometri, K. et al. (2017) ‘Kajian Antropometri & Ergonomi Desain Mebel Pendidikan
Anak Usia Dini 3-4 Tahun di Siwalankerto’, 5(2), pp. 449–459.
Dwi Cahyadi., S. T. M. T. E. F. S. S. T. M. T. (2021) APLIKASI DATA ANTROPOMETRI
PADA PERANCANGAN PRODUK FURNITUR. CV Literasi
Nusantara Abadi. Available at: https://books.google.co.id/books?id=tCowEAAAQBAJ.

Panero, J. (1979) Dimensi Manusia \& Ruang Interior. Erlangga. Available at:
https://books.google.co.id/books?id=AVjZVuvZsHYC.
Purnomo, H. et al. (2013) Antropometri dan Aplikasinya. Pertama. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai