Sofian Bastuti
Prodi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pamulang, Tangerang Selatan Banten 15417, Indonesia,
dosen00954@unpam.ac.id
ABSTRAK
PT. Berkah Mirza Insani yang bergerak dibidang pengolahan gas alam menjadi Compressed Natural Gas
(CNG) dalam setiap pekerjaan nya selalu mengutamakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) .
Penelitian ini mengaplikasikan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) didapat RPN tertinggi
atau di divisi produksi yang mencakup 8 pekerjaan adalah pada Proses dan langkah pensupplyan CNG ke
costumer (operasional PRS) dengan nilai severity 5, occurence 3, detection 4 dan RPN 60. Sedangkan
Fault Tree Analysis (FTA) didapat faktor penyebab tingkat risiko tertinggi yaitu Proses dan langkah
pensupplyan CNG ke costumer (operasional PRS) saat unloading dan operasional CNG dengan potensi
bahaya ledakan Pressure Regulator System (PRS).
disebabkan oleh aktivitas kerja tertentu dari Tanggung jawab Manajemen Peraturan
individu, atau dengan kegiatan orang lain di Kesehatan dan Keselamatan di Tempat Kerja.
tempat kerja. 1. melakukan penilaian risiko
2. bekerja sama dengan orang lain yang
C.Bahaya (Hazard) bekerja di Internet tempat dan, jika perlu,
Bahaya adalah sesuatu yang berpotensi dalam penunjukan koordinator kesehatan
menyebabkan kerusakan (ini dapat mencakup
dan keselamatan;
artikel, zat, pabrik atau mesin, metode kerja,
lingkungan kerja dan aspek pekerjaan lainnya 3. memberikan informasi yang dapat
organisasi) dipahami kepada orang lain karyawan
Bahaya yang masuk dalam kategori yang bekerja di tempat mereka.
moderate risk, high risk dan extreme risk akan 4. Evaluasi resiko
ditindak lanjuti dengan risk control. 5. Pengendalian resiko
Pengendalian risiko dilakukan untuk mengurangi
atau menghilangkan risiko. G.Analisis Risiko (Risk Analysis)
Analisis risiko merupakan suatu proses
D.Bahaya Keselamatan Kerja evaluasi risiko yang ditimbulkan dari bahaya-
Terjadinya kecelakaan kerja sehingga bahaya yang ada dan memberi pengendalian
menyebabkan luka, cacat sampai hingga yang memadai atau sesuai atas pengendalian
kematian serta kerusakan pada properti. Ini yang telah ada. Dalam proses melakukan analisis
merupakan dampak yang ditibulkan dari Bahaya risiko perlu memasukan berbagai masukan
keselamatan kerja. Klasifikasi bahay yang ada informasi dan data sebagai bahan pertimbangan
ditempat kerja: untuk menentukan pengendalian yang sesuai
a. Bahaya Mekanik dilihat dari tingkat risiko yang telah ada, berikut
b. Bahaya Elektrik merupakan pertimbangan-pertimbangan yang
c. Bahaya Kebakaran dan Peledakan harus diperhatikan:
a. Detail lokasi dimana pekerjaan dilakukan.
E.Risiko (Risk) b. Interaksi bahaya dalam proses aktifitas kerja
Risiko selalu dihubungkan dengan ditempat kerja.
terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan dan
c. Kemampuan manusia, perilaku, kompetensi,
merugikan. Dengan demikian risiko merupakan
dan ststus kesehatan.
peluang terjadinya sesuatu yang akan
mempunyai dampak terhadap sasaran.
d. Intruksi kerja, sistem kerja, izin kerja, dan
kondisi lingkungan.
Risiko dapat dikategorikan menjadi 5
(lima) kategori (Kolluru, 1996), yaitu: e. Potensi kegagalan proses dari mesin-mesin.
a. Risiko Keselamatan f. Ketersediaannya kontrol yang ada.
b. Risiko Kesehatan g. Mengamati data yang berhubungan dengan
berbagai kecelakaan sehubungan dengan
c. Risiko Lingkungan
aktifitas kecelakaan pada jenis pekerjaan
d. Risiko Publik
khusus.
e. Risiko Keuangan
III. METODOLOGI DAN TEKNIK
F.Manajemen Risiko (Risk Management) PENGUKURAN
Manajemen risiko keselamatan dan
kesehatan di tempat kerja mempunyai tujuan A. Failure Mode And Effect Analysis (FMEA)
utama meminimalisir kerugian akibat kecelakaan
dan sakit, meningkatkan peluang untuk FMEA pertama kali digunakan oleh
meningkatkan produksi melalui suasana kerja kontraktor untuk NASA pada awal 1960-an.
yang aman, sehat, dan nyaman, memotong mata Pada 1967, sipil industri penerbangan mulai
rantai kejadian kerugian akibat kecelakaan dan menggunakan FMEA dan teknik terkait.
penyakit akibat kerja.
49
TEKNOLOGI Vol.2 Nomor 1, Maret 2019 p - ISSN : 2620 – 5726
Terpapar Gangguan
peringatan
Ear Muff, Safety talk dan inspeksi
Ledakan Pressure
bising Kesehatan
hingga cacat
3 2 2 12
APD Regulator system (PRS)
permanen
Meledak Kerusakan Warning Sign, safety talk dan
karena property, pembuatan peraturan larangan
percikan api Cidera 5 1 3 15 membawa pematik atau sumber api
hingga ke area
kematian
Terpapar gas Gangguan Penggunaan masker dan checklist
karena ada Kesehatan kebocoran
3 2 3 18
kebocoran hingga
keracunan
(Sumber: Pengolahan dari Berbagai Sumber)
Tabel 1 Identifikasi Failure Mode & Effect Analysis (FMEA) Divisi Produksi PT. Berkah Mirza Insani (Lanjutan)
Penilaian
RPN
N Uraian Mode Dampak Risiko
Aktifitas Kerja Rekomendasi
o Kerja Kegagalan Bahaya SxOx
S O D
D
3 Pemberian tekanan Operasio Terpapar bising Gangguan Safety talk, Penggunaan ear plugh dan ear muff
pada gas nal Kesehatan 3 2 2 18
(Compress Gas) compress
or
Terpapar ledakan Kerusakan
property,
Pembuatan prosedur kerja dan ispeksi APD
Faktor Faktor Faktor
Cidera
hingga
5 1 4 20
Manusia Mesin Material
kematian
T
Operator Kurang
Baru Kontrol
V.KESIMPULAN
G1 G2 G3 Kesimpulan dari hasil peneltian adalah
sebagai berikut:
1. Setelah mengaplikasikan metode Failure
Mode and Effect Analysis (FMEA) seperti
mengetahui pekerjaan, uraian pekerjaan,
mode kegagalan, menghitung Risk Priority
Number (Severity x Occurence x Detection)
P1 P2 P4 didapat RPN tertinggi atau Tingkat risiko
P1 P2 tertinggi kecelakaan kerja di divisi produksi
yang mencakup 8 pekerjaan adalah pada
(Sumber: Pengolahan Sendiri) Proses dan langkah pensupplyan CNG ke
Gambar 3 Fault Tree dengan Pemisahan costumer (operasional PRS) saat unloading
dan operasional CNG dengan potensi
Dari Gambar 3 didapat persamaan bahaya/mode kegagalan ledakan pressure
Booleannya: regulator system (PRS) dengan nilai severity
T = G1 + G2 + G3 5, occurence 3, detection 4 dan RPN 60.
G1 = P1 + P2 2. Setelah mengimplementasikan Fault Tree
G2 = P3 + P4 Analysis (FTA) seperti mendefinisikan
G3 = P5 critical event, pengkontruksian fault tree dan
Menggunakan pendekatan dari atas ke mengidentifkasi minimal cut set didapat
bawah, didapat: faktor penyebab tingkat risiko tertinggi yaitu
T = G1 + G2 + G3 (karena G1=P1+P2) Proses dan langkah pensupplyan CNG ke
= P1 + P2 + G2 + G3 (karena G2=P3+P4) costumer (operasional PRS) saat unloading
= P1+ P2 + P3 + P4 + G3 (karena G3=P5) dan operasional CNG dengan potensi bahaya
= P1+ P2 + P3 + P4 + P5 ledakan Pressure Regulator System (PRS)
Maka Minimal cut set adalah adalah operator baru, kurang kontrol, tidak
{P1},{P2},{P3},{P4},{P5}. ada penjadwalan servis, revisi Check List
CNG, over Pressure.
Hasil analisa kualitatif dari
terhambatnya proses produksi dengan top event
yaitu Ledakan Pressure Regulator System (PRS). DAFTAR PUSTAKA
Top event terjadi jika kejadian di bawah ini,
yaitu kejadian: Abdul Rahman, B. (2007, January 9).
a. Operator Baru Menangani risiko bahan kimia. Berita
b. Kurang Kontrol Harian,
51
TEKNOLOGI Vol.2 Nomor 1, Maret 2019 p - ISSN : 2620 – 5726
Dewi Diniaty, 2013, Usulan Perbaikan Yusuf Wachyudi. (2010). Identifikasi Bahaya,
Keselamatan Kerja untuk Analisis, dan Pengendalian Risiko
Meminimumkan Kecelakaan Kerja Dalam Tahap Desain Proses Produksi
dengan Metode Job Safety Analysis Minyak & Gas Di Kapal Floating
(JSA) pada Area Lantai Produksi di PT. Production Storage & Offloading (Fpso)
Alam Permata Riau, Jurnal Sains, Untuk Projek Petronas Bukit Tua Tahun
Teknologi Dan Industri, Universitas 2010. Tesis. Jakarta: Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Riau. Indonesia.
52