Disusun Oleh :
Salikun,S.Pd, M.Kes
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan
karunia kepada kami hingga bahan ajar Promosi Kesehatan Gigi ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Bahan ajar Promosi Kesehatan Gigi adalah kumpulan bahan atau materi
yang akan diajarkan pada mahasiswa tentang bagaimana memberikan
pengetahuan cara cara pemberdayaan kader sebagai kader kesehatan gigi .
Materi Promosi Kesehatan Gigi yang diajarkan adalah sesuai kompetensi
mahasiswa Program Studi D IV Keperawatan Gigi Komunitas yaitu mampu
mempengaruhi masyarakat untuk hidup sehat dibiang kesehatan gigi dan mulut.
Sesuai dengan kurikulum, Promosi Kesehatan Gigi adalah bagian
kompetensi inti agar ada pemberdayaan bagi kader untuk melakukan perubahan
perilaku masyarakat, pendekatan masyarakat dalam rangka mencari solusi
pemecahan masalah kesehatan gigi masyarakat dalam proses pembelajaran.
Bahan Ajar ini terdiri dari 9 tema dari 16 tatap muka pada mata kuliah Promosi
Kesehatan Gigi, sesuai pertemuan dalam belajar mengajar.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
bahan ajar ini. Oleh karena itu, saran-saran baik dari pihak manapun akan kami
terima dengan terbuka.
Semoga materi yang ada di dalam bahan ajar ini dapat bermanfaat, dan
membantu siapa saja yang membutuhkannya.
Penyusun
Bahan Ajar ini dilaksanakan pada semester 2 , dengan waktu 5 kali pertemuan
aktif kegaitan belajar mengajar. Pencapaian belajar mahasiswa dijabarkan dengan
penetapan domain, kompetensi utama dan kompetensi penunjang sebagaimana yang
diatur dalam Standar Kompetensi Perawat Gigi.
Bahan Ajar ini terdiri dari 4 tema materi pokok . Masing-masing tema per bahan
ajar terdiri dari judul tema, deskripsi mata kuliah,kompetensi yang dijabarkan dalan
tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus, materi, tugas berupa
evaluasi baik berupa lisan ataupun post test, issu terkini dan daftar pustaka. Pada bahan
ajar ini mahasiswa akan belajar tentang cara memahami perubahan perilaku masyarakat,
pendekatan masyarakat dalam rangka mencari solusi pemecahan masalah kesehatan gigi
masyarakat dalam proses pembelajaran.
Yang dipelajari oleh mahasiswa meliputi :
1. Pendekatan dan advokasi pada masyarakat dalam rangka perencanaan program
kesehatan gigi
2. Melakukan perencanaan pendidikan kesehatan gigi masyarakat
3. Perencanaan pelatihan kader
4. Melaksanakan dan mengevaluasi pendidikan kesehatan gigi masyarakat
Bahan ajar ini akan dipelajari dengan mengunakan strategi ceramah, tanya jawab dan
belajar keterampilan di lapangan.
DAFTAR ISI
hal
BAB I PROMOSI KESEHATAN
A. Latar Belakang ………………………………………..6
B. Pengertian Promosi Kesehatan ……………………………....7
C. Visi Promosi Kesehatan…………………………………….....7
D. Misi Promosi Kesehatan……………………………………….8
E. Tujuan Promosi Kesehatan……………………………………8
F. Sasaran Promosi Kesehatan…………………………………...8
G. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan………………………...10
H. Strategi Promosi Kesehatan…………………………………..11
I. Evaluasi Promosi Kesehatan…………………………………12
BAB VI POSYANDU
A. Pengertian Posyandu………………………………………………39
B. Tujuan……………………………………………………………….40
C. Sasaran………………………………………………………………40
D. Fungsi………………………………………………………………..40
E. Ketersediaan Sumber Daya Posyandu……………………………41
F. Pembentukan Posyandu……………………………………………42
G. Pengorganisasian……………………………………………………44
H. Tingkat Perkembangan Posyandu………………………………...47
I. Indikator Tingkat Perkembangan Posyandu....………………….49
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PROMOSI KESEHATAN
Kompetensi Dasar
Setelah Mengikuti perkuliahan DHP mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menjelaskan konsep promosi Kesehatan.
2. Menjelaskan perubahan perilaku masyarakat
3. Menjelaskan perencanaan Pelatihan kader Kesehatan pada masyarakat.
MATERI POKOK
A. Latar Belakang
Istilah Promosi Kesehatan mulai dikenal lebih luas setelah konferensi
International Promosi Kesehatan I di Ottawa pada tahun 1986. Promosi
Kesehatan adalah suatu proses pemberdayaan atau memandirikan
masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan
melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan serta
pengembangan lingkungan sehat.
Promosi Kesehatan mencakup aspek perilaku, yaitu upaya untuk
memotivasi, mendorong dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimiliki masyarakat agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Di samping itu Promosi Kesehatan juga mencakup berbagai
aspek khususnya suasana yang mempengaruhi perkembangan perilaku yang
berkaitan dengan aspek sosial budaya, pendidikan, ekonomi, politik dan
pertahanan keamanan.
Berdasarkan konsep Promosi Kesehatan, individu dan masyarakat
bukanlah objek (sasaran) yang pasif, tetapi juga subjek (pelaku). Dalam
konsep tersebut masalah kesehatan bukan hanya menjadi urusan sektor
kesehatan akan tetapi juga temasuk urusan swasta dan dunia usaha yang
dilakukan dengan pendekatan kemitraan. Dengan demikian kesehatan adalah
upaya dari, oleh dan untuk msyarakat yang diwujudkan sebagai gerakan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat( PHBS) (Depkes, 2000).
Untuk bab ini agar tidak salah persepsi bagi mahasiswa atau pembaca,
maka kami sunting penuh dari dua buku utama berjudul Penerapan Promosi
Kesehatan dalam keluarga dan Buku Pedoman Strategi Promosi Kesehatan di
Indonesia yang diterbitkan oleh Direktorat Promosi Kesehatan Direktorat
Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
2007.
1. Memampukan (Enable):
Meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan melakukan
penyuluhan, pendidikan, pelatihan dan memperkuat sumberdaya
manusia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
masyarakat untuk hidup bersih dan sehat
2. Menjembatani (Mediate):
Menjembatani, menggalang kemitraan dan membina suasana yang
kondusif demi terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS) di
masyarakat serta menggalang dengan pihak-pihak yang “concern”
terhadap kesehatan masyarakat.
3. Mengadvokasi (Advocate):
Mengadvokasi para pengambil keputusan di berbagai sektor/pejabat
agar mendukung program-program kesehatan masyarakat.
kebijakan JPKM,
Kesehatan
dan
Keselamatan
Kerja
I. Evaluasi.
Evaluasi dilakukan dengan mengukur pencapaian tujuan (proses dan output)
melalui pengecekan dokumentasi tentang kegiatan-kegiatan yang seharusnya
dilaksanakan, materi KIE yang telah disebarluaskan serta produk-produk
kebijakan yang diterbitkan
BAB II
ADVOKASI KESEHATAN
Kompetensi Dasar :
Setelah Mengikuti perkuliahan Promosi Kesehatan Gigi, mahasiswa
diharapkan mampu :
1. Menyebutkan pengertian, prinsip dasar,metode, dan teknik serta
langkah-langkah advokasi sebagai pendekatan promosi kesehatan
2. Menyebutkan dan menjelaskan konsep masyarakat, sumber sumber
keterbelakangan, langkah-langkah pemberdayaan masyarakat.
3. Menjelaskan pengertian dan prinsip kemitraan, tujuan dan langkah
kemitraan sertaa kerangka konsep kemitraan
MATERI POKOK
A. Pendahuluan
Di era desentralisasi kebijakan publik di daerah banyak ditentukan
oleh pihak legislatif maupun eksekutif. Hal ini sangat dipengaruhi oleh
proses. Seberapa jauh komitmen politis para eksekutif dan legilatif di daerah
terhadap masalah kesehatan sangat ditentukan oleh pemahaman mereka
terhadap masalah kesehatan itu sendiri yang seharusnya tanggung jawab
pemerintah kabupaten atau kota. Demikian pula seberapa jauh mereka
mengalokasikan anggaran pembangunan daerah bagi pembangunan sektor
kesehatan juga tergantung pada cara pandang mereka terhadap kesehatan
dalam konteks pembangunan Nasional.
Saat ini berbagai pihak termasuk Pemerintah Kabupaten/Kota masih
terperangkap pada paradigma lama yaitu kesehatan adalah konsumtif,
kesehatan adalah sumber PAD (Pendapatan Asli Daerah) sehingga lebih
banyak terfokus pada pendekatan kuratif dan rehabilitatif saja. Pola ini tidak
cocok lagi sejak dicanangkannya paradigm sehat pada tahun 1999 yang lebih
menekankan pada upaya promotif, preventif tanpa meninggalkan kuratif dan
rehabilitatif serta memandang kesehatan sebagai hak azasi manusia dan
investasi bagi masa depan bangsa.
Hal ini sebenarnya sudah disadari oleh Pemerintah kabupaten/Kota
dengan telah ditandatanganinya kesepakatan para Bupati dan Walikota se
Indonesia tahun 2000 tentang pengaloksian dana untuk sektor kesehatan
sebesar 15 % dari seluruh anggaran pembangunan daerah.
Sejauh ini ternyata masih sangat bervariasi, dibuktikan dengan adanya
alokasi anggaran sektor kesehatan yang masih jauh dari yang disepakati. Di
beberapa daerah bahkan alokasi anggaran untuk kesehatan mendekati o%
sehingga perlu dilakukan advokasi secara gencar dan berkesinambungan
sampai dukungan yang diharapkan dapat terwujud.
Istilah advoksi mulai digunakan pertama kali dalam program
kesehatan masyarakat oleh WHO pada tahun 1998, sebagai salah satu strategi
C. Tujuan Advokasi
1. Secara Umum:
Diperolehnya dukungan politis terhadap perubahan kebijakan dan
implementasi upaya kesehatan masyarakat dalam mewujudkan
Indonesia sehat 2010
2. Secara khusus
a. Meningkatkan jumlah kebijakan publik berwawasan kesehatan
b. Meningkatkan opini msyarakat dalam memdukung program
kesehatan
c. Teratasinya masalah kesehatan masyarakat secara bersama dan
terintegrasi dengan pembangunan kesehatan di daerah melalui
kemitraan dan dukungan oleh keputusan dan kepedulian
pimpinan dareah.
D. Sasaran advokasi
Pembuat kebijakan publik adalah sasaran advokasi yang diharapkan dapat
menghasilkan kebijakan dalam mendukung upaya penanggulangan masalah
kesehatan, keberhasilan program dan isu yang diadvokasi. Pembuat kebijakan
publik ini umumnya adalah unsur pemerintah atau Lembaga Negara. Oleh
karena itu, dalam menentukan atau memilih pembuat kebijakan yang akan
dijadikan sasaran advokasi perlu secara cermat dianalisis tentang :
1. Bentuk instrument kebijakan publik yang diinginkan
2. Kompetensi unsur atau instansi yang berwenang
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 12
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0
E. Sasaran Utama
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa sasaran utama advokasi adalah
para pengembil keputusan atau penentu kebijakan (Policy makers) pada
masing masing tingkat administrasi pemerintah, agar mereka menyadari
bahwa kesehatan merupakan aset sosial, politik dan ekonomi, dan
sebagainya. Oleh karena itu dengan memprioritaskan kesehatan, akan
mempunyai dampak peningkatan produktivitas masyarakat secara sosial dan
ekonomi. Selanjutnya dengan meningkatnya ekonomi dalam suatu
masyarakat baik secara makro maupun mikro, akan memudahkan para
pejabat atau para penentu kebijakan tersebut memperoleh pengaruh atau
dukungan politis dari masyarakat .
Contoh sasaran utama :
Bupati dan jajaranya, DPRD melalui komisi E dan C, Bappeda, Satuan Kerja
Pemerintah Daerah (SKPD), Media massa (surat kabar, radio, media
tradisional dan TV), LSM (PKK, agama, sosial, profesi kesehatan, lingkungan,
petani, nelayan wanita dan pemuda), public figure / selebriti, tokoh
masyarakat dan tokoh agama, dunia usaha/swasta, asosiasi perusahaan dan
penyandang dana.
Dimana dan kapan dilakukan advokasi
1. Tatanan formal; rapat, seminar, konferensi, semiloka, dll
2. Tatanan informal; pertemuan umum dan khusus, festival, event
olahraga, dirumah, reuni, arisan, pertemuan keluarga
3. Secara langsung; komunikasi langsung dlm rapat, surat e-mail, telepon,
fax dll
4. Secara tidak langsung; komunikasi melalui kolega, teman, keluarga,
sekutu, kelompok
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 13
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0
BAB III
KEMITRAAN
Kompetensi Dasar :
Setelah Mengikuti perkuliahan Promosi Kesehatan Gigi, mahasiswa diharapkan
mampu :
1. Menjelaskan pengertian dan prinsip kemitraan, tujuan dan langkah
kemitraan sertaa kerangka konsep kemitraan
2. Menjelaskan bentuk kemitraan kerja dengan mitra kerja
MATERI POKOK
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang sedang berkembang
yang mempunyai banyak permasalahan dan membutuhkan penyelesaian
yang melibatkan semua komponen masyarakat. Salah satu penyebab
lambatnya berbagai permasalahan adalah masih sangat rendahnya
pengetahuan masyarakat terhadap permasalahan yang terjadi di sekitar
mereka.
Masalah kesehatan adalah tanggung jawab bersama setiap
individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Pemerintah dalam hal ini
Kementerian Kesehatan memang merupakan sektor yang paling depan dalam
bertanggung jawab (leading sektor), namun dalam mengimplementasikan
kebijakan dan program intervensi harus bersama-sama dengan sektor lain ,
baik pemerintah maupun swasta. Dengan kata lain sektor kesehatan
seyogyanya merupakan pemrakarsa dalam menjalin kerjasama atau
kemitraan (partnership) dengan sektor-sektor terkait. (Notoadjmojo,2003)
Kemitraan pada esensinya dikenal dengan istilah gotong-
royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun
kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu kerja sama
formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-
organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Depkes (2006) dalam promosi kesehatan
Online mengemukakan bahwa kemitraan adalah hubungan (kerjasama)
antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling
menguntungkan (memberikan manfaat). Dengan demikian maka definisi
kemitraan adalah sebagai berikut.
B. Pengertian Kemitraan.
1. Adalah hubungan kerjasama antara dua pihak atau lebih berdasarkan
kesetaraan dan saling menguntungkan untuk mencapai tujuan bersama
berdasarkan atas kesepakatan
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Meningkatkan percepatan efektifitas dan efisiensi upaya kesehatan
untuk mencapai Indonesia sehat 2010
a. Tujuan khusus :
1) Menyamakan persepsi dan meningkatkan pemahaman tentang
kemitraan untuk mencapai Indonesia sehat 2010
2) Memperluas wawasan dalam mengadakan kemitraan
3) Mengembangkan gagasan pembangunan kesehatan agar efektif
dan efesien
4) Menggalang sumber daya baik tenaga, dana, dan sarana
5) Menjalin jaringan kemitraan dibidang pembangunan kesehatan
D. Pelaku Kemitraan
Pelaku kemitraan adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan
unsur pemerintah, penyandang dana, dll, khususnya kalangan swasta.
Berikut ini beberapa contoh pelaku kemitraan ;
1. Sektor kesehatan (lintas program) seperti program kesehatan
keluarga, gizi, imunisasi, Posyandu, UKGM, UKGS, KIA JPKM, dll
2. Sektor luar kesehatan dan legislatif seperti ; DPRD, dan
Kementerian dalam negeri, pertanian, tenaga kerja, agama
BKKBN
3. Organisasi profesi seperti : IDI, PDGI, PPGI, PPNI, IBI, HAKLI
4. Oganisasi sosial masyarakat.
5. Media massa dan media elektronik ( Stasiun TV, Radio, Media
cetak)
6. Lembaga swasta (Gapens, PHRI, ASITA, PARFI, PWI)
E. Peran Mitra
Beberapa alternatif peran yang dapat dilakukan sesuai keadaan masalah
dan potensi para mitra. Adapun peran mitra sebagai perikut;
1. Inisiator (memprakarsai kemitraan dalam rangka sosialisasi dan
operasionalisasi Indonesia sehat)
2. Motor/ dinamisator: (sebagai penggerak kemitraan, melalui
pertemuan, kegiatan bersama, dll)
3. Fasilitator : memfasilitasi, memberi kemudahan sehingga kegiatan
kemitraan dapat berjalan lancar.
4. Anggota aktif : berperan sebagai anggota kemitraan yang aktif
5. Peserta kreatif : sebagai peserta kegiatan yang kreatif
F. Bentuk Kemitraan
Kegiatan kemitraan dapat diselenggarakan melalui kemitraan
antar program, kemitraan program dengan sektor, sektor dengan sektor,
sektor dengan OP, organisasi sosial masyarakat dengan lembaga swadaya
masyarakat. Kemitraan tidak akan dapat terselenggaran dengan baik
apabila tidak ada forum komunikasi yang jelas
Forum komunikasi yang dikembangkan sebaiknya sudah
dapat menampung aspirasi serta kebutuhan smua anggota. Bila belum,
perlu dilakukan penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi serta
kebutuhan para mitra.
Pengembangan kemitraan kesehatan dapat dilakukan melalui :
1. Pemanfaatan forum komunikasi yang sudah ada.
Sebelum diterima sebagai mitra, sebaiknya dimulai dengan mengikuti
forum-forum yang diselenggarakan oleh calon mitra. Tujuannya
disamping untuk memperkenalkan diri, juga untuk menentukan
langkah apa yang akan dilakukan untuk beraliansi. Apabila kehadiran
kita sudah merupakan dari mitra kita,selanjutnya dapat ditindaklanjuti
dengan mengadakan forum berikutnya yang dilaksanakan secara
bersama- sama, antara lain melalui sarasehan, seminar, workshop,
lokakarya.
Dalam pertemuan tersebut dapat disusun perencanaan, pelaksanaan,
monitoring, dan evaluasi sekaligus memperhitungkan rencana
pembiayaan yang diperlukan dan jadwaal kegiatan yang rasional serta
operasional dengan sumberdaya yang jelas
2. Memanfaatkan kegiatan mitra yang sudah berjalan.
Upaya kegiatan kemitraan kesehatan diawali dengan yang sudah
berjalan, kita memberikan dukungan/dorongan dalam rangka
akselerasi dan eskalasi kegiatan mitra. Pendekatan dapat dilakukan
melalui studi melihat kegiatan–kegiatan kesehatan yang dilakukan,
terutama yang berkaitan dengan pembudayaan kemandirian perilaku
sehat. Intervensi dapat dilakukan dengan mengkaji kebutuhan
penelitian, pembuatan pedoman dan modul, pengadaan pelatihan dll.
Mengkaji/menginventarisasi gerakan masyarakat yang didukung oleh
mitra selanjutnya dikembangkan pada semua tingkatan administrasi
melalui pemilik sumber dana ( sponsor atau lintas sector lainnya).
Pendekatan dapat dilakukan melalui :
- Kajian keberhasilan gerakan masyarakat
- Menyamakan persepsi melalui pertemuan (seminar, workshop
dll)
- Membantu membuat proposal.
3. Memanfaatkan tatanan budaya setempat.
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 17
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0
BAB IV
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Kompetensi Dasar :
Setelah Mengikuti perkuliahan Promosi Kesehatan Gigi, mahasiswa diharapkan
mampu :
1. Menjelaskan pengertian Pemberdayaan masyarakat
2. Menjelaskan aspek aspek pemberdayaan masyarakat
3. Menjelaskan syarat syarat pemberdayaan masyarakat
4. Dapat merencakan pemberdayaan masyarakat
MATERI POKOK
A. PENGERTIAN PEMBERDAYAAN
Menurut definisinya, pemberdayaan adalah upaya peningkatan
kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi
dan mengendalikan kelembagaan masyarakatnya secara bertanggung-gugat
demi perbaikan kehidupannya. Pemberdayaan, dapat juga diartikan sebagai
upaya untuk memberikan daya (empowerment) atau kekuatan (strength) kepada
masyarakat. Keberdayaan masyarakat, adalah unsur-unsur yang
memungkinkan masyarakat mampu bertahan (survive) dan (dalam pengertian
yang dinamis) mampu mengembangkan diri untuk mencapai tujuan-
tujuannya. Karena itu memberdayakan masyarakat merupakan upaya untuk
terus-menerus meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat
“bawah” yang tidak ammpu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan. Dengan kata lain, memberdayakan masyarakat adalah
meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat.
Empowerment atau pemberdayaan secara singkat dapat diartikan sebagai
upaya untuk memberikan kesempatan dan kemampuan kepada kelompok
miskin untuk bersuara (voice) serta kemampuan dan hak untuk memilih
(choice). Karena itu pemberdayaan dapat diartikan sebagai proses terencana
guna meningkatkan skala/upgrade utilitas dari objek yang diberdayakan. Dasar
pemikiran suatu objek atau target group perlu diberdayakan karena objek
tersebut mempunyai keterbatasan, ketidakberdayaan, keterbelakangan dan
kebodohan dari berbagai aspek. Oleh karenanya guna mengupayakan
kesetaraan serta untuk mengurangi kesenjangan diperlukan upaya
merevitalisasi untuk mengoptimalkan utilitas melalui penambahan nilai.
Penambahan nilai ini dapat mencakup pada ruang bidang aspek sosial,
ekonomi, kesehatan, politik dan budaya.
Dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yang
dilakukan oleh masyarakat (dengan atau tanpa campur tangan “pihak luar”)
untuk memperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya yang secara
langsung maupun tidak berpengaruh dalam kesehatan mereka.
b. Faktor risiko penyakit, yang terdiri atas : faktor genetik, lingkungan (fisik
dan nonfisik), perilaku hidup sehat, dan layanan kesehatan.
5. Penyusunan Instrumen dan Pengumpulan Data
a. Penyusunan instrumen baik untuk RRA maupun CSS dilakukan bersama
antara pihak luar dan masyarakat sendiri. Instrumen yang diperlukan
terdiri atas : panduan wawancara, panduan pengamatan, panduan
penimbangan, daftar pertanyaan/angket/kuesener
b. Sasaran data yang diperlukan dalam pengumpulan data adalah : keluarga
dan anggotanya, pamong/ perangkat desa, RT, RW, kader dan LSM, peugas
puskesmas dan petugas lintas sektor tingkat kecamatan, petugas kabupaten
dan lintas sektor kabupaten.
c. Pengumpulan data dilakukan dengan cara :
1) Wawancara, dengan menggunakan panduan wawancara
2) Pengisian daftar pertanyaan yang diisi sendiri oleh sumber data,
secara langsung di depan pengumpul data
3) Pengisian angket, atau daftar pertanyaan yang dikirimkan, untuk
kemudian diisi dan dikirim kembali pada pengumpul data
4) Pengamatan-pengamatan yang langsung dilakukan oleh pengumpul
data
5) Pengukuran-pengukuran (mis. Berat badan balita, dsb)
I. PERENCANAAN KEGIATAN
Sesuai dengan rekomendasi yang diberikan kaitannya dengan pilihan alternatif
pengendalian faktor risiko yang telah ditetapkan, kemudian dibuat rencana kegiatan
yang berisi :
1. Uraian singkat tentang :
a. Kegiatan yang akan dilakukan
b. Alasan mengapa pentingnya suatu kegiatan
c. Siapa saja yang melakukan dan terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
d. Kapan kegiatan dilakukan (jadwal)
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 23
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0
e. Lokasi kegiatan
f. Volume kegiatan
g. Jumlah dan sumber pembiayaan
3. Tabel Monitoring
Jenis Waktu Indikator/Kriteria Sumber Realisasi Realisasi Ket
Kegiatan Pembuktian Biaya Fisik
BAB VI
PENGENALAN POSYANDU
Kompetensi Dasar :
Setelah Mengikuti perkuliahan Promosi Kesehatan Gigi, mahasiswa diharapkan
mampu :
1. Menjelaskan pengertian Posyandu
2. Menjelaskan manfaat posyandu
3. Menjelaskan langkah-langkah dalam mengembangkan kegiatan Posyandu
4. Menjelaskan factor factor yang menentukan keberhasilan
MATERI POKOK
A. Pengertian
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam
pelayanan kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat,
oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta
pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan
masyarkat.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI
dan AKB.
2) Meningkatnya peran lintas sector dalam penyelenggaraan
posyandu, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
3) Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehtan dasar,
terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
C. Sasaran
Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya :
a. Bayi.
b. Anak balita.
c. Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui.
d. Pasangan Usia Subur (PUS).
D. Fungsi
a. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan
ketrampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesame
masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI dan AKB.
b. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar,
terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
F. Pembentukan Posyandu
1. Langkah – langkah pembentukan :
a. Pertemuan lintas program dan lintas sektoral tingkat kecamatan.
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 26
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0
G. Pengorganisasian
1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Posyandu ditetapkan oleh musyawarah
masyarakat pada saat pembentukan posyandu. Struktur organisasi tersebut
bersifat fleksibel, sehingga dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan,
kondisi permasalahan dan kemampuan sumber daya. Struktur organisasi
minimal terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan kader Posyandu yang
merangkap sebagai anggota.
Kemudian dari beberapa Posyandu yang ada di suatu wilayah
(kelurahan/desa atau dengan sebutan lain), selayaknya dikelola oleh suatu
unit/kelompok Pengelola Posyandu yang keanggotaanya dipilih dari
kalangan masyarakat setempat. Uniot Pengelola Posyandu tersebut
dipimpin oleh seorang ketua, yang dipilih dari para anggotanya. Bentuk
organiasi Unit Pengelola Posyandu, tugas dan tanggung jawab masing-
masing unsure Pengelola Posyandu, disepakati dalam unit/kelompok
Pengelola Posyandu bersama masyarakat setempat.
Contoh alternatif bagan kepengurusan Pengorganisasi Posyandu di
desa/kelurahan atau sebutan lainya sebagai berikut :
2. Pengelola Posyandu
Pengelola Posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat
musyawarah pembentukan Posyandu. Pengurus Posyandu sekurang-
kurangnya terdiri dari seorang ketua, seorang sekretaris dan seorang
bendahara.
b. Pelatihan dana sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh dana sehat
yang kuat, dengan cakupan anggota lebih dari 50% KK. Peserta
pelatihan adalah para tokoh masyarakat, terutama pengurus dana sehat
desa atau kelurahan, serta untuk kepentingan Posyandu
mengikutsertakan pula pungurus Posyandu.
4. Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader
sebanyak 5 orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari
50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah
memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh
masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di
wilayah kerja Posyandu. Intervensi yang dilakukan bersifat pembinaan
termasuk pembinaan program dana sehat, sehingga terjamin
kesinambungannya. Selain itu dapat dilakukan intervensi memperbanyak
macam program tambahan sesuai dengan masalah dan kemampuan
masing-masing yang dirumuskan melalui pendekatan PKMD.
I. Indikator Tingkat Perkembangan Posyandu
Untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu, ditetapkan
seperangkat indikator yang digunakan sebagai penyaring atau penentu
tingkat perkembangan Posyandu. Secara sederhana indikator untuk tiap
peringkat Posyandu dapat diuraikan sebagai berikut :
Grafik.1 Tingkat Perkembangan Posyandu
BAB V
Tujuan Pembelaran
Setelah Mengikuti perkuliahan Promosi Kesehatan di Sekolah, mahasiswa
diharapkan mampu :
A. Pendahuluan
Di Indonesia, bentuk promosi kesehatan di sekolah adalah Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS), dan sekaligus UKS merupakan salah satu upaya kesehatan
masyarakat disekolah. Apalagi populasi anak sekolah didalam suatu
komunitas memiliki persentasi yang paling besar, dimana hampir setiap
harinya telah terjadi interaksi diantara anggota komunitas sekolah selama 4-8
jam. Atas dasar hal tersebut, selain untuk menciptakan kondisi sekolah yang
sehat serta agar dapat menunjang proses belajar mengajar yang maksimal
sehingga kegiatan promosi atau pendidikan kesehatan di sekolah perlu
dilakukan.
Promosi kesehatan di sekolah merupakan langkah yang strategis dalam upaya
peningkatan kesehatan masyarakat, hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa
Promosi kesehatan melalui komunitas sekolah ternyata paling efektif diantara
upaya kesehatan masyarakat yang lain, khususnya dalam pengembangan
perilaku hidup sehat, karena:
1. Anak usia sekolah (6 tahun – 18 tahun) mempunyai persentasi yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok umur yang lain.
2. Sekolah merupakan komunitas yang telah terorganisasi, sehingga mudah
dijangkau dalam rangka pelaksanaan usaha kesehatan masyarakat.
3. Anak sekolah merupakan kelompok yang sangat potensial untuk
menerima perubahan atau pembaruan, Pada taraf ini anak dalam kondisi
peka terhadap stimulasi sehingga mudah dibimbing, diarahkan dan
ditanamkan kebiasaan-kebiasaan hidup sehat.
B. Pengertian
Kesehatan dibentuk oleh kehidupan sehari-hari (health is created within the
setting of everyday life, WHO:2003). Dalam kehidupan sehari-hari manusia,
menghabiskan waktunya ditempat atau tatanan (setting), yakni didalam
rumah (keluarga), di sekolah (bagi anak sekolah), dan di tempat kerja (bagi
orang dewasa). Oleh sebab itu, kesehatan seseorang juga ditentukan oleh
tatanan-tatanan tersebut.
No Data Masalah
1 DS : Resiko terjadi penurunan
a. Terdapat UKS tidak berfungsi derajad kesehatan anak.
secara optimal
b. Sudah terdapat petugas UKS
c. Kegiatan UKS belum berjalan
secara optimal
d. Motivasi orang tua siswa terhadap
program sekolah sangat tinggi
e. 75 % keluarga siswa mempunyai
sosial ekonomi menengah
kebawah.
DO :
a. Jumlah siswa 720 siswa
b. Sudah ada fasilitas kesehatan
seperti obat-obatan sederhana
2. DS : Resiko terjadi injuri pada
DO : siswa
a. Lokasi sekolah berada di pinggir
jalan
b. Jalan menuju sekolah tidak rata
3. DS :
Banyak siswa yang jajan di dekat
sekolah dengan kualitas makanan
seperti : tempe goreng, pisang goreng
yang tersaji dalam keadaan terbuka.
DO :
a. 40 % dari jumlah siswa menderita
caries gigi.
b. Si
e. Usaha kesehatan gizi sekolah.
f. Mengenal kelainan-kelainan yang mempengaruhi pertumbuhan jasmani,
rohani, dan sosial. Misalnya, penimbangan berat badan, dan
pengukuran tinggi badan.
g. Mengirimkan murid yang memerlukan perawatan khusus atau lanjutan
ke puskesmas atau rumah sakit.
h. Pertolongan pertama pada kecelakaan dan pengobatan ringan.
BAB VI
PROMOSI KESEHATAN GIGI DAN MULUT
DI SEKOLAH
Tujuan Pembelajaran
Setelah Mengikuti perkuliahan Promosi Kesehatan Gigi, mahasiswa diharapkan
mampu :
1. Menjelaskan latar belakang perlunya upaya promosi kesehatan gigi di
Sekolah
2. Menjelaskan tujuan, manfaat dan program Promosi Kesehatan Gigi di
Sekolah
3. Menjelaskan upaya kemitraan dalam program promosi Kesehatan Gigi di
sekolah
4. Menjelaskan komponen program promosi kesehatan Gigi di sekolah
MATERI POKOK
A. PENDAHULUAN
Promosi Kesehatan lewat sekolah adalah bagian dari program Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) yang ditujukan untuk kesehatan di sekolah, guna
membantu masyarakat menggunakan strategi promosi kesehatan untuk
meningkatkan kesehatan, di antaranya kesehatan gigi & mulut. Melalui
kesehatan gigi dan mulut, kesehatan secara keseluruhan, kesejahteraan,
pendidikan dan perkembangan anak, keluarga dan masyarakat akan
ditingkatkan. Berdasarkan rekomendasi dari Piagam Ottawa untuk promosi
kesehatan, hal ini akan membantu individu dan kelompok bergerak menuju
pendekatan baru dalam kesehatan masyarakat, yang terus-menerus
menciptakan kondisi yang kondusif bagi kesehatan dan kesejahteraan,
termasuk kesehatan gigi dan mulut.
Sekolah adalah sebuah sistem yang strategis, karena memiliki potensi
untuk mencapai sebuah tujuan promosi kesehatan yang efesien karena
kelompok besar. Sekolah yang lebih luas bahkan di daerah pedesaan di
negara-negara berkembang dari pusat-pusat kesehatan
Tujuan dari Promosi Kesehatan Gigi dan Mulut lewat sekolah adalah :
1. Untuk membantu orang mengontrol dan meningkatkan kesehatan mereka,
melalui peningkatan kondisi yang memungkinkan semua anggota untuk
mencapai kesehatan.
2. Menyediakan informasi yang akan membantu individu dan kelompok
untuk:
a. Membantu masalah yang serius kasus yang parah untuk
mempromosikan kesehatan Sekolah;
b. Memasukkan promosi kesehatan gigi dan mulut di sekolah sebagai
bagian integral dari kegiatan sekolah atau kurikulum;
a. Pertumbuhan terhambat;
b. gizi buruk;
c. gangguan bicara;
d. masalah psikologis;
e. Penyakit kardiovaskuler;
f. Penyakit diabetesdiabetes;
g. Penyakit kangker.
7. alasan ketujuh:
Perilaku sehat dan gaya hidup yang dikembangkan di usia muda lebih
diharapkan
8. Alasan kedelapan:
a. Promosi kesehatan Gigi dan mulut dapat diintegrasikan ke dalam
promosi kesehatan umum dan ke dalam kurikulum sekolah
b. Kegiatan promosi kesehatan Gigi dan mulut mudah dapat
diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah dan kegiatan, terkoordinasi
dan disampaikan oleh guru sekolah atau personil sekolah lainnya.
c. Guru sekolah bertanggung jawab untuk pendidikan kesehatan gigi dan
mulut, mengawasi latihan menyikat gigi setelah makan siang dan
pemeriksaan kesehatan mulut dan surveillance.
d. Banyak dari kegiatan tersebut juga dimasukkan ke dalam promosi
kesehatan umum. Misalnya, sopan santun dalam bicara merupakan
bagian dari kebersihan pribadi dan perilaku kegiatan sehari-hari
seperti rambut yang rapih dan cuci tangan.
4. Pendidikan kesehatan gigi bagi orang tua melalu leaflet atau buklet hal ini
penting karena banyak orang tua menganggap bahwa kesehatan gigi itu
tidak penting. Selain itu banyak orang tua takutmembawa anaknya ke
dokter gigi.
5. Penyuluhan dikelas oleh kader kesehatan gigi dalam hal ini adalah guru
yang telah mendapat pelatihan
6. Pemeriksaan kesehatan gigi Menyediakan kartu kesehatan gigi bagi setiap
murid
7. Menyediakan ruang pelayanan kesehatan gigi, ruang ini bisa di gabung
dengan ruang UKS
8. Menyediakan kantin yang ramah terhadapan karies artinya jenis makanan
yang disediakan yang tidak memicu terjadinya karies seperti minuman
soft drink, lebih banyak penyediaan makanan seperti buah
Kompetensi Dasar :
Setelah Mengikuti perkuliahan Promosi Kesehatan Gigi, mahasiswa diharapkan
mampu :
1. Menjelaskan pengertian Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM)
2. Menjelaskan Pendekatan UKGM
MATERI POKOK
B. Metode Pendekatan
9. Pendekatan berdasarkan faktor risiko kelompok umur atau komunitas
pada meja 4 pada pelayanan Posyandu :
a. Ibu Hamil
i. mempersiapkan kelahiran baru yg berisiko rendah terhadap
karies gigi (kontribusi kualitas hidup/ fisik dan kecerdasan)
ii. Mengendalikan faktor risiko penyakit gigi dan mulut ibu hamil
khususnya dan kesehatan umum bayi yg dikandung dan ibunya.
b. Ibu dengan anak balita
i. Mempersiapkan anak dengan risiko rendah karies, pencegahan
pada usia sedini mungkin berdasarkan konsep window of
infectivity (WoI) tahap 1
ii. Kontribusi pada kualitas hidup anak/ fisik dan kecerdasan
dengan menekan hambatan terhadap pengunyahan (BMI dan
Gizi seimbang)
iii. Indeks pufa = 0
c. PAUD dan prasekolah
i. Pengendalian WoI tahap 2 melalui pengendalian faktor risiko
dan proteksi spesifik untuk gigi permanen
ii. Kontribusi pada kualitas hidup anak/ fisik dan kecerdasan
dengan menekan hambatan terhadap pengunyahan (BMI dan
Gizi seimbang) serta menekan absensi sekolah.
iii. Membangun kebiasan pemeliharaan kesehatan gigi sedini
mungkin.
d. POSBINDU (Pos pembinaan terpadu) Lansia
i. Menyiapkan generasi lansia sedini mungkin terhadap masalah
kesehatan gigi dan mulut melalui pengendalian faktor risiko
ii. Lansia yang mempunyai kualitas hidup tanpa hambatan
mastikasi dan sosial yang hubungannya dengan masalah gigi
dan mulut.
iii. Menyiapkan pada usia 80 tahun gigi tetap berfungsi minimal
20 gigi.
a) High risk group I:
Ibu Hamil
Bayi umur 1 – 3 thn (First Window of infectivity)
b) High risk group II:
Usia awal sekolah dasar : kelas 1-2 (6 – 8 thn)
c) High risk group III:
SMP-SMA : 12-18 thn
d) High risk group IV: > 55 thn
1. Peran Kader
a. Selain melakukan manajemen UKGM kader juga melakukan
pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil secara rutin. ( setiap
bulan sekali)
b. Pemeriksaan gigi dan mulut dapat dilakukan untuk mengetahui
kondisi kesehatan gigi mulut ibu hamil.
c. Cara pemeriksaan gigi mulut yang dapat dilakukan oleh kader adalah
dengan melihat secara visual, cukup melihat ada lubang atau tidak dan
mengisi kartu dengan menanyakan pertanyaan sebagai berikut:
d. Pertanyaan sederhana :
1) Apakah gusi ibu berdarah?
2) Apakah gusi ibu berdarah waktu sikat gigi?
3) Apakah gusi ibu berdarah ketika makan?
4) Apakah gigi ibu kadang-kadang bengkak?
5) Apakah ada orang lain yang mengatakan ibu punya bau mulut?
6) Apakah ibu merasa giginya akan lepas.
7) Apakah ibu merasa kesulitan bila makan-makanan keras-keras?
8) Apakah makanan terselip diantara gigi?
9) Apakah gusi ibu sakit?
10) Apakah gigi ibu ngilu saat makan dingin atau panas
Gambar 4.
Kartu Gigi Sehat berfungsi untuk memonitor kesehatan gigi
anak pada kegiatan Posyandu dan Teknik menyikat gigi anak
balita oleh pasangan orang tua anak
BAB VII
PERENCANAAN PELATIHAN KESEHATAN GIGI
Kompetensi dasar
Setelah Mengikuti perkuliahan Promosi Kesehatan Gigi, mahasiswa diharapkan
mampu :
1. Menjelaskan pengertian perencanaan pelatihan kesehatan gigi
2. Menjelaskan langkah-langkah dalam perencanaan pelatihan kesehatan gigi
3. Menjelaskan factor factor penentu dalam perencanaan pelatihan kesehatan
gigi
MATERI POKOK
B. Pengertian Pelatihan
Pelatihan merupakan suatu proses belajar mengajar terhadap
pengetahuan dan keterampilan tertentu serta sikap agar peserta semakin
terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin
baik, sesuai dengan standar (Tanjung, 2003). Kirkpatrick (1994)
mendefinisikan pelatihan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan,
mengubah perilaku dan mengembangkan keterampilan.
Pelatihan menurut Strauss dan Syaless di dalam Notoatmodjo (1998)
berarti mengubah pola perilaku, karena dengan pelatihan maka akhirnya
akan menimbulkan perubahan perilaku. Pelatihan adalah bagian dari
pendidikan yang menyangkut proses belajar, berguna untuk memperoleh dan
meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam
waktu relatif singkat dan metodenya mengutamakan praktek daripada teori.
Pelatihan adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan pada
praktek daripada teori yang dilakukan seseorang atau kelompok dengan
menggunakan pelatihan orang dewasa dan bertujuan meningkatkan
kemampuan dalam satu atau beberapa jenis keterampilan tertentu.
Sedangkan pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta
dengan lingkungannya yang mengarah pada pencapaian tujuan pendidikan
dan pelatihan yang telah ditentukan terlebih dahulu (Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Kesehatan, 2002).
C. Tujuan Pelatihan
1. Tujuan pelatihan kesehatan secara umum adalah :
Mengubah perilaku individu, masyarakat di bidang kesehatan. Tujuan ini
adalah menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat,
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 49
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0
D. Langkah-langkah Pelatihan
Menurut Lockwood (1994) pelatihan perlu didesain secara efektif untuk
memastikan bahwa program pelatihan telah mencapai efisiensi yang optimal
serta mencapai keuntungan belajar yang maksimum. Depkes (1993) telah
menetapkan rancangan program pelatihan melalui langkah-langkah
penyusunan yang merupakan sebuah siklus pelatihan yang dimulai dari
langkah menyusun kebutuhan pelatihan sampai langkah melakukan evaluasi
pelatihan. Gambar 1 menunjukkan bahwa proses pelatihan merupakan
rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara urut dan berkesinambungan,
mulai dari langkah 1 sampai dengan langkah 5.
Langkah 1 :
Mengkaji kebutuhan pelatihan. Pengkajian kebutuhan pelatihan merupakan
suatu studi dengan berbagai cara untuk menghasilkan informasi tentang
pelatihan yang dibutuhkan, materi pelatihan, peserta latih, asal peserta latih.
Langkah 2 :
Merumuskan tujuan pelatihan.
Dirumuskan adanya tingkat kesenjangan kinerja yang terjadi, sehingga
semakin jelas dan tepat ke arah mana tujuan yang ingin dicapai dengan
pelatihan. Tujuan digambarkan dalam bentuk kompetensi yang harus dimiliki
oleh peserta ketika selesai mengikuti pelatihan.
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 50
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0
1 Kebutuhan Pelatihan
2 Tujuan Pelatihan
3 Merancang
Pelatihan
4 Pelaksanaan
Pelatihan
5 Evaluasi Pelatihan
Langkah 3:
Merancang
program pelatihan.
Rancangan ini akan
menjabarkan
kompetensi
dalam kegiatan operasional yang dapat diukur. Rumusan kompetensi ini
harus dicapai dengan memberikan materi pelatihan yang tertuang dalam
kurikulum.
Langkah 4 :
melaksanakan program pelatihan. Pada langkah ini merupakan pelaksanaan
kegiatan pelatihan dengan pedoman pada kurikulum yang telah disusun
sebelumnya. Penyimpangan terhadap kurikulum akan dapat berakibat tidak
tercapainya kompetensi yang diharapkan.
Langkah 5 :
melakukan evaluasi program pelatihan. Evaluasi pelatihan merupakan
kegiatan penilaian terhadap pelaksanaan program pelatihan yang mencakup
penilaian terhadap peserta, pelatih, organisasi penyelenggara dan pencapaian
tujuan pembelajaran.
F. Metode Pelatihan
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan suatu
pelatihan adalah pemilihan metode pelatihan yang tepat. Pemilihan metode
belajar dapat diidentifikasikan melalui besarnya kelompok peserta.
Notoatmodjo (1993) membagi metode pendidikan menjadi tiga, yakni metode
pendidikan individu, kelompok, dan masa. Pemilihan metode pelatihan
tergantung pada tujuan, kemampuan pelatih/pengajar, besar kelompok
sasaran, kapan/waktu pengajaran berlangsung dan fasilitas yang tersedia
(Notoatmodjo, 1993).
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1991), jenis-jenis metode
yang digunakan dalam pelatihan antara lain :
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 52
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0
(1) ceramah-tanyajawab,
(2) diskusi kelompok,
(3) kelompok studi kecil,
(4) bermain peran,
(5) studi kasus,
(6) curah pendapat,
(7) demonstrasi,
(8) penugasan,
(9) permainan,
(10) simulasi, dan
(11) praktek lapangan.
Metode yang digunakan dalam pelatihan petugas kesehatan
meliputi metode ceramah dan tanya-jawab (metode konvensional). Depkes
(1993) menunjukkan bahwa untuk mengubah komponen perilaku perlu
dipilih metode yang tepat. Metode untuk mengubah pengetahuan dapat
digunakan metode ceramah, tugas baca, panel dan konseling. Sedangkan
untuk mengubah sikap dapat digunakan metode curah pendapat, diskusi
kelompok, tanya-jawab serta pameran. Metode pelatihan demonstrasi dan
bengkel kerja lebih tepat untuk mengubah keterampilan.
1. Metode Konvensional atau ceramah tanya jawab
Metode ceramah merupakan salah satu bentuk metode pendidikan
atau pelatihan yang dilakukan dengan cara materi yang disampaikan
dibagi dalam beberapa topik bahasan dan pendidik lebih dominan
memberikan materi, sedangkan peserta didik mendengarkan (Depkes RI,
2001). Menurut Kariyoso (1994), ceramah adalah bentuk kegiatan
komunikasi yang disampaikan seseorang kepada kelompok tertentu
berupa satu arah atau berbagai masalah yang sifatnya lebih mengandung
pendidikan, penerangan dan pengajaran.
Metode ceramah secara garis besar adalah proses komunikasi satu arah
dengan sedikit kesempatan untuk mengukur jumlah orang yang dapat
belajar atau mengerti, selain itu pada pelatihan dengan metode ceramah
hanya sebagian kecil yang tampaknya dapat diingat pada akhir
pertemuan dan akan berkurang pada beberapa hari lagi (Ewles dan
Simnett, 1994). Kelemahan dari metode ceramah tanya-jawab (metode
konvensional) adalah timbulnya kecenderungan rasa ketergantungan
peserta didik kepada pelatih (teacher centered). Menurut Mass dan
Husodowijoyo (1991), metode ceramah atau konvensional menimbulkan
rutinisme, peserta tidak lagi melihat proses belajar sebagai hal yang
menarik serta lebih mudah untuk dilupakan. Kelebihan metode ceramah
adalah :
a. Relatif lebih efisien dan sederhana.
b. Dalam waktu singkat dapat memberikan banyak informasi.
c. Dapat menjangkau banyak sasaran dalam waktu singkat.
d. Dapat dilakukan secara sistematis dengan menggunakan macam
macam
e. alat bantu dapat mempengaruhi suasana emosi pendengar.
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 53
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0
Lampiran
CONTOH PROPOSAL
PROPOSAL KEGIATAN
PEMBENTUKAN USAHA KESEHATAN GIGI MASYARAKAT
KELURAHAN JABUNGAN KECAMATAN BANYUMANIK
KOTA SEMARANG
TAHUN 2011
OLEH :
MAHASISWA D IV KESEHATAN GIGI KOMUNITAS
TAHUN 2010/2011
I. LATAR BELAKANG
Dalam pembangunan kesehatan era canggih, identik dengan cita-cita
“Kesehatan Bagi Semua,” yaitu keadaan dimana setiap orang di perkotaan
maupun di pedesaan dapat memperoleh pemeliharaan kesehatan yang
memadai, agar dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi, yang berarti
bahwa masyarakat harus mampu memelihara dan meningkatkan kemandirian
di bidang kesehatan.
Untuk mencapai cita-cita tersebut upaya kesehatan dilaksanakan
melalui pendekatan “Primary Health Care” dimana masyarakat dibina,
dimotivasi, digerakkan agar mampu melaksanakan dan berperan serta secara
efektif dalam upaya pemeliharaan diri, pencegahan penyakit, dan dapat
mencari bantuan pelayanan yang tepat bila diperlukan.
Kesehatan gigi dan mulut sebagai bagian integral dari kesehatan umum
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan
penanganan secara komprehensif, dimana yang banyak diderita masyarakat
adalah karies gigi dan periodontitis.
Perilaku hidup sehat diharapkan dapat menjadi gerakan nasional yang dapat
diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat. Kader kesehatan sebagai ujung
tombak masyarakat perlu membekali diri dengan pengetahuan dan
membantu upaya peningkatan derajat kesehatan gigi dan mulut yang
optimal.
Berdasarkan survei awal dalam rangka studi kasus tentang faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap tingginya karies pada balita di Kelurahan
Jabungan Kecamatan Banyumanik, didapatkan bahwa 80% balita mengalami
karies gigi. Hal ini disebabkan oleh belum terbentuknya UKGM, pada
Posyandu, jauhnya jarak menuju tempat pelayanan kesehatan, transportasi
menuju Kelurahan Jabungan sulit sehingga menghambat pelayanan petugas
kesehatan kepada masyarakat.
Karena beberapa alasan tersebut perlu dilakukan intervensi sebagai
langkah awal untuk mengatasi massalah kesehatan gigi dan mulut yang
terdapat di Kelurahan Jabungan Kecamatan Banyumanik yaitu dengan
menyelenggarakan pelatihan kader dan pembentukan UKGM.
IV.NAMA KEGIATAN
Pelatihan Kader UKGM, untuk upaya pencegahan dan deteksi
penyakit gigi dan mulut di kelurahan Jabungan Kecamatan Banyumanik Kota
Semarang tahun 2011.
V. PESERTA PELATIHAN
Peserta kegiatan Pelatihan Kader di kelurahan Jabungan Kecamatan
Banyumanik Kota Semarang adalah:Kader Kesehatan Posyandu di wilayah
kelurahan Jabungan Kecamatan Banyumanik Kota Semarang sebanyak 16
orang, diambil dari 2 RW Posyandu dikelurahan Jabungan.
Sie Acara :
X. METODE PELATIHAN
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi
4. Simulasi
5. Lomba Gigi Sehat dan Menggosok Gigi
Identifikasi Calon
Rabu, 4 Mei
Kader di Masing- Edy Supriyanto
2011 09.00 - Selesai
masing RW
Pemaparan Program
Pemberdayaan Kader
2. Kamis, 5
Kesehatan Gigi di 09.00 - Selesai Tri Diwayanti
Mei 2011
Kelurahan
3. Jumat 6 Mei
Free
2011
XII. PEMBIAYAAN
Pembiayaan penyelenggaraan pelatihan kader kesehatan adalah dari dana
JKG, dengan perincian:
1. Penggandaan/foto copy materi + ATK =Rp. 150.000,-
2. Konsumsi Snack makan siang @Rp.20.000 x 45x2 hr = Rp. 1.800.000,-
3. Transportasi distribusi undangan = Rp. 75.000,-
4. Transportasi kader Rp. 50.000 x 16 = Rp. 800.000,-
5. Transportasi Nara Sumber ( Lurah dan Kapus ) = Rp. 300.000,-
6. Transportasi Panitia =Rp. 300.000,-
7. Hadiah =Rp. 200.000,-
8. Biaya Sertifikat = Rp. 200.000,-
9. Dokumentasi dan dekorasi =Rp. 200.000,-
Total biaya =Rp. 4.025.000,-
1. Penjajakan awal
Dengan pre test yang dilakukan sebelum pelaksanaan pelatihan
dimulai.
2. Evaluasi akhir pelatihan / evaluasi out put (Penilaian terhadap
materi)
Dengan post test dilakukan setelah pelaksanaan pelatihan selesai
untuk menguji sejauh mana kader dapat menyerap materi yang
diberikan oleh nara sumber / penyaji.
Kedua hasil pre test dan post test dibandingkan untuk melihat
apakah ada peningkatan nilai sebelum dan sesudah diberikan materi
pelatihan.
3. Evaluasi akhir penyelenggaraan
Dilakukan setelah akhir penyelenggaraan atau bersamaan dengan
post test.
Tujuan untuk mengetahui kekurangan fasilitas yang disediakan oleh
panitia sebagai koreksi untuk menyelenggarakan kegiatan
berikutnya.
a. Evaluasi tim penyelenggara / Evaluasi Proses (Organizing
Comitee / OC) : evaluasi yang berhubungan dengan penyediaan
fasilitas penyelenggaraan.
Bagaimana dengan tempat / ruangan yang disediakan,
nyaman atau tidak. Jika ada kekurangan mohon ditulis.
Bagaimana dengan konsumsi yang disajikan, enak atau tidak.
Kekurangan sebutkan.
b. Evaluasi tim Pelatih / Evaluasi Input (Steering Comitee / SC) :
Evaluasi yang berhubungan dengan nara sumber tentang
penyampaian materi.
Apakah cara penyampaian materinya terlalu cepat.
Nara sumber menguasai materi yang disampaikan atau tidak.
Bagaimana dengan ringkasan materi yang digandakan /
dikopikan apakah kurang lengkap.
B. Evaluasi Jangka Panjang / Evaluasi Out Come (kegiatan kader)
Untuk mengetahui kerja kader setelah dilatih maka kader harus
dimonitor kegiatannya agar berjalan sesuai harapan. Sedangkan evaluasi
jangka panjang dilakukan minimal 6 bulan setelah pelatihan yaitu pada
bulan Januari 2011.
XIV. PENUTUP
Demikian proposal ini dibuat sebagai acuan penyelenggaraan Pelatihan
Kader di Kelurahan Jabungan Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Atas
kerjasama dan bantuanya kami ucapkan terima kasih.
XV. LAMPIRAN
1. Soal- soal pretes dan postest
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 62
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0
Ketua Sekertaris
REFERENCY :