Anda di halaman 1dari 64

BAHAN AJAR

PROMOSI KESEHATAN GIGI


(DENTAL HEALTH PROMOTION)

Disusun Oleh :
Salikun,S.Pd, M.Kes

PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN GIGI


JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2016
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan
karunia kepada kami hingga bahan ajar Promosi Kesehatan Gigi ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Bahan ajar Promosi Kesehatan Gigi adalah kumpulan bahan atau materi
yang akan diajarkan pada mahasiswa tentang bagaimana memberikan
pengetahuan cara cara pemberdayaan kader sebagai kader kesehatan gigi .
Materi Promosi Kesehatan Gigi yang diajarkan adalah sesuai kompetensi
mahasiswa Program Studi D IV Keperawatan Gigi Komunitas yaitu mampu
mempengaruhi masyarakat untuk hidup sehat dibiang kesehatan gigi dan mulut.
Sesuai dengan kurikulum, Promosi Kesehatan Gigi adalah bagian
kompetensi inti agar ada pemberdayaan bagi kader untuk melakukan perubahan
perilaku masyarakat, pendekatan masyarakat dalam rangka mencari solusi
pemecahan masalah kesehatan gigi masyarakat dalam proses pembelajaran.
Bahan Ajar ini terdiri dari 9 tema dari 16 tatap muka pada mata kuliah Promosi
Kesehatan Gigi, sesuai pertemuan dalam belajar mengajar.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
bahan ajar ini. Oleh karena itu, saran-saran baik dari pihak manapun akan kami
terima dengan terbuka.
Semoga materi yang ada di dalam bahan ajar ini dapat bermanfaat, dan
membantu siapa saja yang membutuhkannya.

Penyusun

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 2
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

GAMBARAN UMUM BAHAN AJAR

Bahan Ajar ini dilaksanakan pada semester 2 , dengan waktu 5 kali pertemuan
aktif kegaitan belajar mengajar. Pencapaian belajar mahasiswa dijabarkan dengan
penetapan domain, kompetensi utama dan kompetensi penunjang sebagaimana yang
diatur dalam Standar Kompetensi Perawat Gigi.
Bahan Ajar ini terdiri dari 4 tema materi pokok . Masing-masing tema per bahan
ajar terdiri dari judul tema, deskripsi mata kuliah,kompetensi yang dijabarkan dalan
tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus, materi, tugas berupa
evaluasi baik berupa lisan ataupun post test, issu terkini dan daftar pustaka. Pada bahan
ajar ini mahasiswa akan belajar tentang cara memahami perubahan perilaku masyarakat,
pendekatan masyarakat dalam rangka mencari solusi pemecahan masalah kesehatan gigi
masyarakat dalam proses pembelajaran.
Yang dipelajari oleh mahasiswa meliputi :
1. Pendekatan dan advokasi pada masyarakat dalam rangka perencanaan program
kesehatan gigi
2. Melakukan perencanaan pendidikan kesehatan gigi masyarakat
3. Perencanaan pelatihan kader
4. Melaksanakan dan mengevaluasi pendidikan kesehatan gigi masyarakat
Bahan ajar ini akan dipelajari dengan mengunakan strategi ceramah, tanya jawab dan
belajar keterampilan di lapangan.

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 3
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

DAFTAR ISI

hal
BAB I PROMOSI KESEHATAN
A. Latar Belakang ………………………………………..6
B. Pengertian Promosi Kesehatan ……………………………....7
C. Visi Promosi Kesehatan…………………………………….....7
D. Misi Promosi Kesehatan……………………………………….8
E. Tujuan Promosi Kesehatan……………………………………8
F. Sasaran Promosi Kesehatan…………………………………...8
G. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan………………………...10
H. Strategi Promosi Kesehatan…………………………………..11
I. Evaluasi Promosi Kesehatan…………………………………12

BAB II ADVOKASI KESEHATAN


A. Pendahuluan………………………………………………..…13
B. Pengertian Advokasi Kesehatan………………………........14
C. Tujuan Advokasi Kesehatan ………………………………..15
D. Sasaran Advokasi Kesehatan ……………………………….15
E. Sasaran Utama ………………………………………………..16

BAB III KEMITRAAN


A. Latar Belakang………………………………………………..18
B. Pengertian Kemitraan………………………………………..19
C. Tujuan Kemitraan…………………………………………….19
D. Pelaku Kemitraan…………………………………………….20
E. Peran Mitra……………………………………………………20
F. Bentuk Kemitraan…………………………………………….21

BAB IV PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


A. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat……………………23
B. Aspek Pemberdayaan Masyarakat…………………………24
C. Unsur-unsur Pemberdayaan Masyarakat…………………25
D. Syarat Tercapainya Tujuan Pemberdayaan Masyarakat...25
E. Pengembangan Kapasitas dalam
Pemberdayaan Masyarakat…………………………………26
F. Metode dalam Pemberdayaan Masyarakat……………….26
G. Rapid Rural Appraisal (RRA) dan
Community Self Survey (CSS)……………………………...27
H. Participatory Rural Appraisal………………………………29
I. Perencanaan Kegiatan……………………………………….30

BAB V PROMOSI KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI SEKOLAH


A. Pendahuluan………………………………………………………..32

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 4
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

B. Pengertian Kesehatan Gigi dan Mulut………………….............34


C. Advokasi untuk mempromosikan Kesehatan
Gigi dan Mulut Melalui Sekolah…………………………………36

BAB VI POSYANDU
A. Pengertian Posyandu………………………………………………39
B. Tujuan……………………………………………………………….40
C. Sasaran………………………………………………………………40
D. Fungsi………………………………………………………………..40
E. Ketersediaan Sumber Daya Posyandu……………………………41
F. Pembentukan Posyandu……………………………………………42
G. Pengorganisasian……………………………………………………44
H. Tingkat Perkembangan Posyandu………………………………...47
I. Indikator Tingkat Perkembangan Posyandu....………………….49

BAB VII USAHA KESEHATAN GIGI MASYARAKAT (UKGM)


A. Konsep Dasar UKGM………………………………………………50
B. Metode Pendekatan………………………………………………...52
C. Promosi Kesehatan Gigi dan Mulut untuk Ibu Hamil di
Posyandu…………………………………………………………….53
D. Promosi Kesehatan Gigi dan Mulut untuk Balita
di Posyandu………………………………………………………….55

BAB VIII PELATIHAN KADER


A. Gambaran Umum Pelatihan Kader Kesehatan………………….58
B. Pengertian Pelatihan……………………………………………….59
C. Tujuan Pelatihan……………………………………………………60
D. Langkah-langkah Pelatihan………………………………………..61
E. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Pelatihan…………...62
F. Metode Pelatihan……………………………………………………64

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 5
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

BAB I
PROMOSI KESEHATAN

Kompetensi Dasar
Setelah Mengikuti perkuliahan DHP mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menjelaskan konsep promosi Kesehatan.
2. Menjelaskan perubahan perilaku masyarakat
3. Menjelaskan perencanaan Pelatihan kader Kesehatan pada masyarakat.

MATERI POKOK

A. Latar Belakang
Istilah Promosi Kesehatan mulai dikenal lebih luas setelah konferensi
International Promosi Kesehatan I di Ottawa pada tahun 1986. Promosi
Kesehatan adalah suatu proses pemberdayaan atau memandirikan
masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan
melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan serta
pengembangan lingkungan sehat.
Promosi Kesehatan mencakup aspek perilaku, yaitu upaya untuk
memotivasi, mendorong dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimiliki masyarakat agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Di samping itu Promosi Kesehatan juga mencakup berbagai
aspek khususnya suasana yang mempengaruhi perkembangan perilaku yang
berkaitan dengan aspek sosial budaya, pendidikan, ekonomi, politik dan
pertahanan keamanan.
Berdasarkan konsep Promosi Kesehatan, individu dan masyarakat
bukanlah objek (sasaran) yang pasif, tetapi juga subjek (pelaku). Dalam
konsep tersebut masalah kesehatan bukan hanya menjadi urusan sektor
kesehatan akan tetapi juga temasuk urusan swasta dan dunia usaha yang
dilakukan dengan pendekatan kemitraan. Dengan demikian kesehatan adalah
upaya dari, oleh dan untuk msyarakat yang diwujudkan sebagai gerakan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat( PHBS) (Depkes, 2000).
Untuk bab ini agar tidak salah persepsi bagi mahasiswa atau pembaca,
maka kami sunting penuh dari dua buku utama berjudul Penerapan Promosi
Kesehatan dalam keluarga dan Buku Pedoman Strategi Promosi Kesehatan di
Indonesia yang diterbitkan oleh Direktorat Promosi Kesehatan Direktorat
Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
2007.

B. Pengertian Promosi Kesehatan


1. Promosi kesehatan adalah proses memandirikan masyarakat agar dapat
memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Ottawa Charter 1986).
2. Promosi Kesehatan sebagai kombinasi berbagai dukungan: menyangkut
pendidikan, organisasi, kebijakan, dan peraturan perundangan untuk

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 6
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan


(Green and Ottoson, 1998).
3. Promosi kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat agar mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Dep.Kes RI. 2002).
4. Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat melalui peningkatan perilaku dan lingkungan yang kondusif
untuk hidup sehat (Notoatmodjo, S. 2003)

C. Visi Promosi Kesehatan


Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan.

D. Misi Promosi Kesehatan


Melakukan upaya pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan melalui:

1. Memampukan (Enable):
Meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan melakukan
penyuluhan, pendidikan, pelatihan dan memperkuat sumberdaya
manusia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
masyarakat untuk hidup bersih dan sehat
2. Menjembatani (Mediate):
Menjembatani, menggalang kemitraan dan membina suasana yang
kondusif demi terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS) di
masyarakat serta menggalang dengan pihak-pihak yang “concern”
terhadap kesehatan masyarakat.
3. Mengadvokasi (Advocate):
Mengadvokasi para pengambil keputusan di berbagai sektor/pejabat
agar mendukung program-program kesehatan masyarakat.

E. Tujuan Promosi Kesehatan


Tersosialisasinya program-program kesehatan dan terwujudnya masyarakat
Indonesia baru yang berbudaya hidup bersih dan sehat serta berperan aktif
dalam gerakan kesehatan.

F. Sasaran Promosi Kesehatan


Sasaran Promosi Kesehatan adalah perorangan/keluarga. Masyarakat,
lembaga pemerintah / lintas sektor / politisi / swasta dan petugas atau
pelaksana program.
1. Perorangan/ keluarga diharapkan :
a. Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran baik
langsung maupun melalui media massa.
b. Mempunyai pengetahuan dan kemauan untuk memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatannya.
c. Mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat.
d. Berperan serta dalam kegiatan sosial khususnya yang berkaitan
dengan kesehatan
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 7
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

2. Lembaga swadaya masyarakat (LSM) kesehatan diharapkan :


a. Menggalang potensi untuk mengembangkan gerakan/upaya
kesehatan
b. Bergotong royong untuk mewujudkan lingkungan sehat
3. Lembaga Pemerintah/Lintas sektor/Politisi/Swasta diharapkan :
a. Peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam
mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat.
b. Membuat kebijakan sosial yang memperhatikan dampak di bidang
kesehatan
4. Petugas program/Institusi diharapkan :
a. Memasukan komponen promosi kesehatan dalam setiap program
kesehatan
b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang member kepuasan
kepada masyarakat.
5. Sasaran primer:
Sasaran primer adalah yang mempunyai masalah yang diharapkan mau
berperilaku seperti yang diharapkan dan memperoleh manfaat paling
besar dari perubahan perilaku tersebut. Misalnya Ibu rumah tangga,
Balita, Ibu Hamil.
6. Sasaran sekunder:
Sasaran sekunder adalah individu atau kelompok yang berpengaruh
atau disegani oleh sasaran primer. Sasaran sekunder diharapkan mampu
mendukung pesan-pesan yang disampaikan kepada masyarakat.
Adapun kelompok tersebut misalnya tokoh masyarakat baik formal
maupun informal di semua tingkat adminsitrasi pemerintahan
7. Sasaran tertier:
Sasaran tersier adalah para pembuat keputusan atau pejabat,
penyandang dana dari semua sektor, sesuai dengan tingkat
admisnistrasi pemerintahan.

Tatanan Sasaran Sasaran skunder Sasaran tersier Program


PHBS Primer prioritas
Rumah Anggota Kepala Keluarga, Ketua KIA, Gizi,
Tangga rumah tangga Orangtua/mertua, RT,RW,Kepala Kesehatan
yang punya kader,tokoh Desa. Camat dan Lingkungan,
masalah masyarakat, tokoh seterusnya Kesehatan
misalnya Ibu agama, LSM, gigi, PHBS ,
Hamil. petugas kesehatan. JPKM
Institusi Murid murid, Guru, Karyawan, Kepala Sekolah, Gizi,
Pendidikan siswa, dan BP.3 IOM, OSIS, Penilik sekolah Kesehatan
mahasiswa BEM Lingkungan,
Kesehatan
gigi, PHBS ,
JPKM
Tempat Para Pekerja Para pimpinan dari Kementerian Gizi,
kerja tingkat tinggi, yang menaungi Kesehatan
menengah hingga unit kerja, Lingkungan,
bawah Yayasan, dan Kesehatan
pembuat gigi, PHBS ,

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 8
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

kebijakan JPKM,
Kesehatan
dan
Keselamatan
Kerja

G. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan


Promosi Kesehatan mempunyai 5 area atau ruang lingkup sebagai berikut :
Berdasarkan tingkat pelayanan:
1. (Health Public Policy)
Mengembangkan kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan.
Mengupayakan agar agar kebijakan pembangunan dari setiap sektor
mempertimbangkan kemungkinan dampak negatifnya terhadap
kesehatan masyarakat.
2. (Create partnership and supportive environment)
Mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung)
yaitu mengembangkan jaringan kemitraan dan membina iklim suasana
yang memungkinkan masyarakat termotivasi melakukan pembangunan
kesehatan.
3. (Strengthen community action)
Yaitu memberikan bantuan terhadap kegiatan yang sudah berjalan di
masyarakat, sehingga lebih dapat berkembang serta memberikan peluang
agar masyarakat dapat berimprovisasi, yakni melakukan kegiatan dan
berperan serta aktif dalam pembangunan kesehatan.
4. ( Increase individual’s skill)
Meningkatkan ketrampilan perorangan antara lain melalui kegiatan
pelatihan, penyuluhan dan lain lain dalam rangka meningkatkan
kesadaran, kemauan masyarakat untuk dapat memelihara dan
meningkatkan kualitas kesehatannya.
5. ( Reorient Health Service)
Mengarahkan pelayanan kesehatan yang lebih memberdayakan
masyarakat, yaitu mengarahkan pelayanan kesehatan yang menempatkan
dan mendorong masyarakat sebagai subjek yang dapat memelihara dan
meningkatkan kualitas kesehatannya

H. Strategi Promosi Kesehatan


Strategi Promosi Kesehatan diarahkan untuk mewujudkan kelima area/
ruang lingkup promosi kesehatan yang dapat dilakukan dengan :
1. Advokasi kesehatan :
Yaitu kegiatan untuk memperoleh “commitment” guna mendukung
program-program kesehatan dalam bentuk pendekatan kepada para
pimpinan atau pengambil keputusan agar dapat memberikan dukungan,
kemudahan dan semacamnya pada upaya pembangunan kesehatan.
2. Social support ( bina suasana)
Kegiatan untuk membina suasana yang kondusif sehingga diperoleh
dukungan sosial terhadap program-program kesehatan. Metode bina

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 9
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

suasana berupa : pelatihan semiloka, konferensi pers, studi banding,


sarasehan, penyuluhan, dan pertemuan berkala di desa.
3. Empowerment (gerakan masyarakat)
Gerakan masyarakat untuk memandirikan individu, kelompok dan
masyarakat agar berkembang kesadaran, kemauan dan kemampuannya
di bidang kesehatan.
Ketiga strategi ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan (sinergis)
meskipun ditandai dengan fokus yang berbeda, yakni :
1. Fokus advokasi kesehatan adalah sasaran tersier dengan adanya luaran
kebijakan keluarga
2. Fokus bina suasana adalah sasaran sekunder dengan luaran adanya
kemitraan dan suasana yang mendukung.
3. Fokus pemberdayaan masyarakat adalah sasaran primer dengan luaran
adanya kegiatan masyarakat.

I. Evaluasi.
Evaluasi dilakukan dengan mengukur pencapaian tujuan (proses dan output)
melalui pengecekan dokumentasi tentang kegiatan-kegiatan yang seharusnya
dilaksanakan, materi KIE yang telah disebarluaskan serta produk-produk
kebijakan yang diterbitkan

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 10
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

BAB II
ADVOKASI KESEHATAN

Kompetensi Dasar :
Setelah Mengikuti perkuliahan Promosi Kesehatan Gigi, mahasiswa
diharapkan mampu :
1. Menyebutkan pengertian, prinsip dasar,metode, dan teknik serta
langkah-langkah advokasi sebagai pendekatan promosi kesehatan
2. Menyebutkan dan menjelaskan konsep masyarakat, sumber sumber
keterbelakangan, langkah-langkah pemberdayaan masyarakat.
3. Menjelaskan pengertian dan prinsip kemitraan, tujuan dan langkah
kemitraan sertaa kerangka konsep kemitraan

MATERI POKOK

A. Pendahuluan
Di era desentralisasi kebijakan publik di daerah banyak ditentukan
oleh pihak legislatif maupun eksekutif. Hal ini sangat dipengaruhi oleh
proses. Seberapa jauh komitmen politis para eksekutif dan legilatif di daerah
terhadap masalah kesehatan sangat ditentukan oleh pemahaman mereka
terhadap masalah kesehatan itu sendiri yang seharusnya tanggung jawab
pemerintah kabupaten atau kota. Demikian pula seberapa jauh mereka
mengalokasikan anggaran pembangunan daerah bagi pembangunan sektor
kesehatan juga tergantung pada cara pandang mereka terhadap kesehatan
dalam konteks pembangunan Nasional.
Saat ini berbagai pihak termasuk Pemerintah Kabupaten/Kota masih
terperangkap pada paradigma lama yaitu kesehatan adalah konsumtif,
kesehatan adalah sumber PAD (Pendapatan Asli Daerah) sehingga lebih
banyak terfokus pada pendekatan kuratif dan rehabilitatif saja. Pola ini tidak
cocok lagi sejak dicanangkannya paradigm sehat pada tahun 1999 yang lebih
menekankan pada upaya promotif, preventif tanpa meninggalkan kuratif dan
rehabilitatif serta memandang kesehatan sebagai hak azasi manusia dan
investasi bagi masa depan bangsa.
Hal ini sebenarnya sudah disadari oleh Pemerintah kabupaten/Kota
dengan telah ditandatanganinya kesepakatan para Bupati dan Walikota se
Indonesia tahun 2000 tentang pengaloksian dana untuk sektor kesehatan
sebesar 15 % dari seluruh anggaran pembangunan daerah.
Sejauh ini ternyata masih sangat bervariasi, dibuktikan dengan adanya
alokasi anggaran sektor kesehatan yang masih jauh dari yang disepakati. Di
beberapa daerah bahkan alokasi anggaran untuk kesehatan mendekati o%
sehingga perlu dilakukan advokasi secara gencar dan berkesinambungan
sampai dukungan yang diharapkan dapat terwujud.
Istilah advoksi mulai digunakan pertama kali dalam program
kesehatan masyarakat oleh WHO pada tahun 1998, sebagai salah satu strategi

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 11
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

global Promosi Kesehatan. WHO merumuskan bahwa dalam mewujudkan


visi dan misi Promosi Kesehatan menggunakan tiga strategi pokok yakni :
Advocacy (Advokasi), Social support (dukungan social) dan empowerment
(Pemberdayaan masyarakat).

B. Pengertian Advokasi Kesehatan


Beberapa pengertian advokasi yang berkembang :
1. Advocacy is a combination on individual and action design to gain political
commitment, policy support, social acceptance and system support for
particular health goal or programs (WHO)
2. Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui
bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif.
3. Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan (approaches) terhadap
orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan
suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan dengan target para
pemimpin suatu organisasi atau institusi kerja, baik di lingkungan
pemerintah maupun swasta, dan organisasi kemasyarakatan.
Dengan mengacu pada pengertian di atas, advokasi kesehatan adalah suatu
rangkaian komunikasi strategis yang dirancang secara secara sistematis dan
dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu baik oleh individu maupun oleh
kelompok agar pembuat keputusan membuat suatu kebijakan publik yang
menguntungkan kelompok masyarakat.

C. Tujuan Advokasi
1. Secara Umum:
Diperolehnya dukungan politis terhadap perubahan kebijakan dan
implementasi upaya kesehatan masyarakat dalam mewujudkan
Indonesia sehat 2010
2. Secara khusus
a. Meningkatkan jumlah kebijakan publik berwawasan kesehatan
b. Meningkatkan opini msyarakat dalam memdukung program
kesehatan
c. Teratasinya masalah kesehatan masyarakat secara bersama dan
terintegrasi dengan pembangunan kesehatan di daerah melalui
kemitraan dan dukungan oleh keputusan dan kepedulian
pimpinan dareah.

D. Sasaran advokasi
Pembuat kebijakan publik adalah sasaran advokasi yang diharapkan dapat
menghasilkan kebijakan dalam mendukung upaya penanggulangan masalah
kesehatan, keberhasilan program dan isu yang diadvokasi. Pembuat kebijakan
publik ini umumnya adalah unsur pemerintah atau Lembaga Negara. Oleh
karena itu, dalam menentukan atau memilih pembuat kebijakan yang akan
dijadikan sasaran advokasi perlu secara cermat dianalisis tentang :
1. Bentuk instrument kebijakan publik yang diinginkan
2. Kompetensi unsur atau instansi yang berwenang
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 12
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

3. Ciri dan kondisi spesifiknya sebagai sasaran komunikasi


Secara nyata, bentuk kebijakan publik dapat dibagi atas empat bentuk
instrument, yaitu :
1. Surat Keputusan
Pernyataan pemerintah yang dapat menggerakkan secara aktif
aparatnya untuk memberi penyuluhan dan motivasi kepada keluarga
dan masyarakat.
2. Hukum atau regulasi.
Pemerintah sesuai dengan batas kewenangannya dapat mengeluarkan
peraturan perundangan atau regulasi perijinan dan keputusan-
keputusan yang bersifat mengingat bahkan memaksa.
3. Pajak dan harga
Pemerintah dapat menetapkan pajak dan harga yang bersifat
mendorong (insentif) maupun yang bersifat membatasi (desinsentif)
4. Investasi langsung
Pemerintah dapat menyediakan tenaga, sarana dan biaya dalam
memberi pelayanan atau kemudahan kepada keluarga dan masyarakat.
Dengan kata lain pemerintah dapat melaksanakan proyek-proyek
pembangunan.

E. Sasaran Utama
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa sasaran utama advokasi adalah
para pengembil keputusan atau penentu kebijakan (Policy makers) pada
masing masing tingkat administrasi pemerintah, agar mereka menyadari
bahwa kesehatan merupakan aset sosial, politik dan ekonomi, dan
sebagainya. Oleh karena itu dengan memprioritaskan kesehatan, akan
mempunyai dampak peningkatan produktivitas masyarakat secara sosial dan
ekonomi. Selanjutnya dengan meningkatnya ekonomi dalam suatu
masyarakat baik secara makro maupun mikro, akan memudahkan para
pejabat atau para penentu kebijakan tersebut memperoleh pengaruh atau
dukungan politis dari masyarakat .
Contoh sasaran utama :
Bupati dan jajaranya, DPRD melalui komisi E dan C, Bappeda, Satuan Kerja
Pemerintah Daerah (SKPD), Media massa (surat kabar, radio, media
tradisional dan TV), LSM (PKK, agama, sosial, profesi kesehatan, lingkungan,
petani, nelayan wanita dan pemuda), public figure / selebriti, tokoh
masyarakat dan tokoh agama, dunia usaha/swasta, asosiasi perusahaan dan
penyandang dana.
Dimana dan kapan dilakukan advokasi
1. Tatanan formal; rapat, seminar, konferensi, semiloka, dll
2. Tatanan informal; pertemuan umum dan khusus, festival, event
olahraga, dirumah, reuni, arisan, pertemuan keluarga
3. Secara langsung; komunikasi langsung dlm rapat, surat e-mail, telepon,
fax dll
4. Secara tidak langsung; komunikasi melalui kolega, teman, keluarga,
sekutu, kelompok
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 13
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 14
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

BAB III
KEMITRAAN

Kompetensi Dasar :
Setelah Mengikuti perkuliahan Promosi Kesehatan Gigi, mahasiswa diharapkan
mampu :
1. Menjelaskan pengertian dan prinsip kemitraan, tujuan dan langkah
kemitraan sertaa kerangka konsep kemitraan
2. Menjelaskan bentuk kemitraan kerja dengan mitra kerja

MATERI POKOK

A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang sedang berkembang
yang mempunyai banyak permasalahan dan membutuhkan penyelesaian
yang melibatkan semua komponen masyarakat. Salah satu penyebab
lambatnya berbagai permasalahan adalah masih sangat rendahnya
pengetahuan masyarakat terhadap permasalahan yang terjadi di sekitar
mereka.
Masalah kesehatan adalah tanggung jawab bersama setiap
individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Pemerintah dalam hal ini
Kementerian Kesehatan memang merupakan sektor yang paling depan dalam
bertanggung jawab (leading sektor), namun dalam mengimplementasikan
kebijakan dan program intervensi harus bersama-sama dengan sektor lain ,
baik pemerintah maupun swasta. Dengan kata lain sektor kesehatan
seyogyanya merupakan pemrakarsa dalam menjalin kerjasama atau
kemitraan (partnership) dengan sektor-sektor terkait. (Notoadjmojo,2003)
Kemitraan pada esensinya dikenal dengan istilah gotong-
royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun
kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu kerja sama
formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-
organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Depkes (2006) dalam promosi kesehatan
Online mengemukakan bahwa kemitraan adalah hubungan (kerjasama)
antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling
menguntungkan (memberikan manfaat). Dengan demikian maka definisi
kemitraan adalah sebagai berikut.

B. Pengertian Kemitraan.
1. Adalah hubungan kerjasama antara dua pihak atau lebih berdasarkan
kesetaraan dan saling menguntungkan untuk mencapai tujuan bersama
berdasarkan atas kesepakatan

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 15
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

2. Kemitraan menuju Indonesia Sehat 2010 yaitu hubungan (kerjasama)


dengan berbagai pihak seperti lintas sektor lintas program, Organisasi
Pemerintah, LSM, dunia usaha, media massa, untuk mencapai perilaku
dan lingkungan sehat, pelayanan kesehatan yang bermutu, serta
derajat kesehatan yang optimal

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Meningkatkan percepatan efektifitas dan efisiensi upaya kesehatan
untuk mencapai Indonesia sehat 2010
a. Tujuan khusus :
1) Menyamakan persepsi dan meningkatkan pemahaman tentang
kemitraan untuk mencapai Indonesia sehat 2010
2) Memperluas wawasan dalam mengadakan kemitraan
3) Mengembangkan gagasan pembangunan kesehatan agar efektif
dan efesien
4) Menggalang sumber daya baik tenaga, dana, dan sarana
5) Menjalin jaringan kemitraan dibidang pembangunan kesehatan

D. Pelaku Kemitraan
Pelaku kemitraan adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan
unsur pemerintah, penyandang dana, dll, khususnya kalangan swasta.
Berikut ini beberapa contoh pelaku kemitraan ;
1. Sektor kesehatan (lintas program) seperti program kesehatan
keluarga, gizi, imunisasi, Posyandu, UKGM, UKGS, KIA JPKM, dll
2. Sektor luar kesehatan dan legislatif seperti ; DPRD, dan
Kementerian dalam negeri, pertanian, tenaga kerja, agama
BKKBN
3. Organisasi profesi seperti : IDI, PDGI, PPGI, PPNI, IBI, HAKLI
4. Oganisasi sosial masyarakat.
5. Media massa dan media elektronik ( Stasiun TV, Radio, Media
cetak)
6. Lembaga swasta (Gapens, PHRI, ASITA, PARFI, PWI)

E. Peran Mitra
Beberapa alternatif peran yang dapat dilakukan sesuai keadaan masalah
dan potensi para mitra. Adapun peran mitra sebagai perikut;
1. Inisiator (memprakarsai kemitraan dalam rangka sosialisasi dan
operasionalisasi Indonesia sehat)
2. Motor/ dinamisator: (sebagai penggerak kemitraan, melalui
pertemuan, kegiatan bersama, dll)
3. Fasilitator : memfasilitasi, memberi kemudahan sehingga kegiatan
kemitraan dapat berjalan lancar.
4. Anggota aktif : berperan sebagai anggota kemitraan yang aktif
5. Peserta kreatif : sebagai peserta kegiatan yang kreatif

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 16
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

6. Pemasok input teknis : Memberi masukan secara teknis tentang


program kesehatan
7. Dukungan sumber daya : memberi dukungan sumber daya sesuai
keadaan, masalah dan potensi yang ada.

F. Bentuk Kemitraan
Kegiatan kemitraan dapat diselenggarakan melalui kemitraan
antar program, kemitraan program dengan sektor, sektor dengan sektor,
sektor dengan OP, organisasi sosial masyarakat dengan lembaga swadaya
masyarakat. Kemitraan tidak akan dapat terselenggaran dengan baik
apabila tidak ada forum komunikasi yang jelas
Forum komunikasi yang dikembangkan sebaiknya sudah
dapat menampung aspirasi serta kebutuhan smua anggota. Bila belum,
perlu dilakukan penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi serta
kebutuhan para mitra.
Pengembangan kemitraan kesehatan dapat dilakukan melalui :
1. Pemanfaatan forum komunikasi yang sudah ada.
Sebelum diterima sebagai mitra, sebaiknya dimulai dengan mengikuti
forum-forum yang diselenggarakan oleh calon mitra. Tujuannya
disamping untuk memperkenalkan diri, juga untuk menentukan
langkah apa yang akan dilakukan untuk beraliansi. Apabila kehadiran
kita sudah merupakan dari mitra kita,selanjutnya dapat ditindaklanjuti
dengan mengadakan forum berikutnya yang dilaksanakan secara
bersama- sama, antara lain melalui sarasehan, seminar, workshop,
lokakarya.
Dalam pertemuan tersebut dapat disusun perencanaan, pelaksanaan,
monitoring, dan evaluasi sekaligus memperhitungkan rencana
pembiayaan yang diperlukan dan jadwaal kegiatan yang rasional serta
operasional dengan sumberdaya yang jelas
2. Memanfaatkan kegiatan mitra yang sudah berjalan.
Upaya kegiatan kemitraan kesehatan diawali dengan yang sudah
berjalan, kita memberikan dukungan/dorongan dalam rangka
akselerasi dan eskalasi kegiatan mitra. Pendekatan dapat dilakukan
melalui studi melihat kegiatan–kegiatan kesehatan yang dilakukan,
terutama yang berkaitan dengan pembudayaan kemandirian perilaku
sehat. Intervensi dapat dilakukan dengan mengkaji kebutuhan
penelitian, pembuatan pedoman dan modul, pengadaan pelatihan dll.
Mengkaji/menginventarisasi gerakan masyarakat yang didukung oleh
mitra selanjutnya dikembangkan pada semua tingkatan administrasi
melalui pemilik sumber dana ( sponsor atau lintas sector lainnya).
Pendekatan dapat dilakukan melalui :
- Kajian keberhasilan gerakan masyarakat
- Menyamakan persepsi melalui pertemuan (seminar, workshop
dll)
- Membantu membuat proposal.
3. Memanfaatkan tatanan budaya setempat.
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 17
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

Kemitraan dapat dilakukan pada tempat di mana masyarakat membuat


keputusan-keputusan yang diberlakukan secara sah oleh pemda
setempat seperti banjar di Bali, lorong di Sumbar, marga di Sumut.
4. Membentuk forum komunikasi kemitraan yang baru.
Membentuk forum komunikasi yang baru bukan satu-satunya pilihan
karena dengan membentuk forum komunikasi baru tidak ada jaminan
malasah tersebut akan dapat dipecahkan.

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 18
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

BAB IV
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Kompetensi Dasar :
Setelah Mengikuti perkuliahan Promosi Kesehatan Gigi, mahasiswa diharapkan
mampu :
1. Menjelaskan pengertian Pemberdayaan masyarakat
2. Menjelaskan aspek aspek pemberdayaan masyarakat
3. Menjelaskan syarat syarat pemberdayaan masyarakat
4. Dapat merencakan pemberdayaan masyarakat

MATERI POKOK

A. PENGERTIAN PEMBERDAYAAN
Menurut definisinya, pemberdayaan adalah upaya peningkatan
kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi
dan mengendalikan kelembagaan masyarakatnya secara bertanggung-gugat
demi perbaikan kehidupannya. Pemberdayaan, dapat juga diartikan sebagai
upaya untuk memberikan daya (empowerment) atau kekuatan (strength) kepada
masyarakat. Keberdayaan masyarakat, adalah unsur-unsur yang
memungkinkan masyarakat mampu bertahan (survive) dan (dalam pengertian
yang dinamis) mampu mengembangkan diri untuk mencapai tujuan-
tujuannya. Karena itu memberdayakan masyarakat merupakan upaya untuk
terus-menerus meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat
“bawah” yang tidak ammpu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan. Dengan kata lain, memberdayakan masyarakat adalah
meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat.
Empowerment atau pemberdayaan secara singkat dapat diartikan sebagai
upaya untuk memberikan kesempatan dan kemampuan kepada kelompok
miskin untuk bersuara (voice) serta kemampuan dan hak untuk memilih
(choice). Karena itu pemberdayaan dapat diartikan sebagai proses terencana
guna meningkatkan skala/upgrade utilitas dari objek yang diberdayakan. Dasar
pemikiran suatu objek atau target group perlu diberdayakan karena objek
tersebut mempunyai keterbatasan, ketidakberdayaan, keterbelakangan dan
kebodohan dari berbagai aspek. Oleh karenanya guna mengupayakan
kesetaraan serta untuk mengurangi kesenjangan diperlukan upaya
merevitalisasi untuk mengoptimalkan utilitas melalui penambahan nilai.
Penambahan nilai ini dapat mencakup pada ruang bidang aspek sosial,
ekonomi, kesehatan, politik dan budaya.
Dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yang
dilakukan oleh masyarakat (dengan atau tanpa campur tangan “pihak luar”)
untuk memperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya yang secara
langsung maupun tidak berpengaruh dalam kesehatan mereka.

B. ASPEK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 19
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

Pemberdayaan masyarakat sebagaimana telah tersirat dalam definisi yang


diberikan, ditinjau dari lingkup dan objek pemberdayaan mencakup beberapa
aspek, yaitu :
1. Peningkatan kepemilikan aset (sumber daya fisik dan finansial serta
kemampuan secara individual dan kelompok) untuk memanfaatkan aset
tersebut demi perbaikan kehidupan mereka).
2. Hubungan antar individu dan kelompoknya, kaitannya dengan pemilikan
aset dan kemampuan memanfaatkannya
3. Pemberdayaan dan reformasi kelembagaan
4. Pengembangan jejaring dan kemitraan kerja baik di tingkat lokal, regional
maupun global.

C. UNSUR-UNSUR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


Upaya pemberdayaan masyarakat perlu memperhatikan sedikitnya 4
(empat) unsur pokok, yaitu :
1. Aksesibilitas informasi, karena merupakan kekuasaan baru kaitannya
dengan peluang, layanan, penegakan hukum, efektivitas negosiasi, dan
akuntabilitas.
2. Keterlibatan atau partisipasi, yang menyangkut siapa yang dilibatkan dan
bagaimana mereka terlibat dalam keseluruhan proses pembangunan
3. Akuntabilitas, kaitannya dengan pertanggungjawaban publik atas segala
kegiatan yang dilakukan dengan mengatasnamakan rakyat
4. Kapasitas organisasi lokal, kaitannya dengan kemampuan bekerjasama,
mengorganisir warga masyarakat, serta memobilisasi sumber daya untuk
memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi

D. SYARAT TERCAPAINYA TUJUAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


Untuk mencapai tujuan-tujuan pemberdayaan masyarakat terdapat tiga
jalur kegiatan yang harus dilaksanakan, yaitu :
1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
untuk berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap
manusia dan masyarakatnya memiliki potensi (daya) yang dapat
dikembangkan.
2. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan
mendorong, memberikan motivasi, dan membangkitkan kesadaran akan
potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya
3. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowerment).
Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah positif dan nyata,
penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses kepada
berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi makin dalam
berdaya memanfaatkan peluang. Memberdayakan mengandung pula arti
melindungi, sehingga dalam proses pemberdayaan harus dicegah yang
lemah agar tidak bertambah lemah.

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 20
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

E. PENGEMBANGAN KAPASITAS DALAM PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT
Penguatan kapasitas adalah proses peningkatan kemampuan individu,
kelompok, organisasi dan kelembagaan yang lain untuk memahami dan
melaksanakan pembangunan dalam arti luas secara berkelanjutan. Dalam
pengertian tersebut terkandung pemahaman bahwa :
1. Yang dimaksud dengan kapasitas adalah kemampuan (individu,
kelompok, organisasi, dan kelembagaan yang lain untuk memahami dan
melaksanakan pembangunan dalam arti luas secara berkelanjutan)
2. Kapasitas bukanlah sesuatu yang pasif, melainkan proses yang
berkelanjutan
3. Pengembangan kapasitas sumber daya manusia merupakan pusat
pengembangan kapasitas
4. Yang dimaksud dengan kelembagaan, tidak terbatas dalam arti sempit
(kelompok, perkumpulan, atau organisasi) tetapi juga dalam arti luas,
menyangkut perilaku, nilai-nilai, dll.
Penguatan kapasitas untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat
tersebut mencakup penguatan kapasitas setiap individu (warga masyarakat),
kapasitas kelembagaan (organisasi dan nilai-nilai perilaku), dan kapasitas
jejaring (networking) dengan lembaga lain dan interaksi dengan sistem yang
lebih luas.

F. METODA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


Kegiatan pemberdayaan masyarakat merupakan kesatuan proses yang
berkelanjutan, melalui kegiatan “kaji-tindak yang partisipatif (participatory
action research/ PAR). Yang dimaksud dengan PAR di sini, bukanlah suatu
“proyek” yang melibatkan partisipasi masyarakat, melainkan lebih bernuansa
filosofis untuk memberikan kesempatan dan kepercayaan terhadap
kemampuan dan kemauan masyarakat untuk melaksanakan pembangunan di
wilayahnya sendiri dan bagi kepentingan peningkatan kesejahteraan
masyarakatnya sendiri dan bagi kepentingan peningkatan kesejahteraan
masyarakatnya sendiri, sesuai dengan kebutuhan potensi yang mereka miliki
sendiri, melalui kegiatan aksi dan refleksi yang berkelanjutan.
Di dalam pelaksanaannya, PAR dilaksanakan sebagai berikut :
1. Kegiatan pengumpulan data dasar, dilaksanakan dengan menggabungkan
teknik penilaian desa secara cepat (rapid rural apprisal/ RRA) yang
dilakukan “orang luar” dan survei mandiri yang dilakukan sendiri oleh
masyarakat melalui “community self survei (CSS)”.
2. Kegiatan perencanaan kegiatan yang dilakukan melalui kegiatan penilaian
partisipatif atau participatory rural appraisal (PRA)
3. Kegiatan aksi, merupakan “proses belajar” yang terus-menerus dan dilaksanakan
dalam bentuk pelatihan (in door dan out door) yang kait mengait secara
berkelanjutan, dengan menggunakan metode “pendidikan orang dewasa” yang
partisipatif (participatory training method)
4. Refleksi dilakukan juga oleh masyarakat dalam bentuk pemantauan dan evaluasi
kegiatan melalui “participatory assessment for monitoring and evaluation (PAME).

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 21
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

G. RAPID RURAL APPRAISAL (RRA) DAN COMMUNITY SELF SURVEY (CSS)


1. Pengertian RRS dan CSS
Rapide Rural Appraisal (RRA) adalah kegiatan “penilaian cepat” oleh pihak luar.
Sedangkan Community Self Survey (CSS) adalah survei “mandiri” oleh masyarakat
dengan difasilitasioleh pihak luar. RRA maupun CSS merupakan proses pengumpulan
dan analisis data yang biasanya dilakukan menurut tahapan-tahapan :
a. Pengumpulan data atau informasi, yang biasanya dilakukan melalui :
pencatatan, pengamatan dan wawancara
b. Pengelompokan dan pengukuran, atas data atau informasi yang berhasil
dikumpulkan
c. Penilaian dan pemaknaan (interpretasi) atas data yang dikumpulkan
d. Penarikan kesimpulan
e. Penyampaian pendapat, rekomendasi, saran-saran, atau implikasi hasil
penelitian.

2. Kegunaan RRA dan CSS


RRA dan CSS merupakan studi dasar yang dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan data awal (data base) yang dapat digunakan untuk :
a. Mengetahui “potret” keadaan desa/wilayah tertentu yang ada sekarang dan
masalahnya
b. Mengkaji perkembangan/perubahan yang telah dan akan terjadi pada waktu
lampau, sekarang dan yang akan datang
c. Menggali penyebab terjadinya kerusakan-kerusakan (keadaan alam, adat
istiadat, hubungan antara masyarakat dengan alamnya)
d. Mengkaji kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan masyarakat bagi perbaikan
kesejahteraan (mutu hidup) yang ingin dicapai melalui upaya pengembangan
masyarakat tersebut.
e. Menggali alternatif pemecahan masalah termasuk pemecahan konflik antara
manusia dan alam
f. Merumuskan program pemberdayaan masyarakat/ penyuluhan (pendidikan
dan penyadaran) bagi pengembangan masyarakat ke arah perbaikan
kesejahteraan khususnya bidang kesehatan (penanggulangan faktor risiko
penyakit)
3. Teknik RRA dan CSS
RRA dilakukan oleh tim (orang luar) dengan :
a. Pengumpulan data sekunder yang dimiliki dinas/ instansi terkait serta
stakeholders yang lain
b. Pengumpulan data primer melalui pengamatan lapang dan wawancara
dengan beberapa tokoh kunci “key person” yang dinilai dapat memberikan
informasi yang diperlukan.
CSS dilakukan oleh tim bekerjasama dengan masyarakat setempat dan stakeholders
yang lain, denganmenggunakan instrumen yang disusun oleh masyarakat dengan
difasilitasi oleh tim.
4. Data yang Diperlukan
Secara konseptual, data dasar yang berkaitan dengan penanggulangan faktor risiko
penyakit, terdiri atas :
a. Keadaan umum wilayah, yaitu keadaan sumber daya alam, sumber daya
manusia, sarana/prasarana ekonomi dan sosial, kelembagaan ekonomi dan
sosial, adat istiadat, agama, kepercayaan, dll
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 22
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

b. Faktor risiko penyakit, yang terdiri atas : faktor genetik, lingkungan (fisik
dan nonfisik), perilaku hidup sehat, dan layanan kesehatan.
5. Penyusunan Instrumen dan Pengumpulan Data
a. Penyusunan instrumen baik untuk RRA maupun CSS dilakukan bersama
antara pihak luar dan masyarakat sendiri. Instrumen yang diperlukan
terdiri atas : panduan wawancara, panduan pengamatan, panduan
penimbangan, daftar pertanyaan/angket/kuesener
b. Sasaran data yang diperlukan dalam pengumpulan data adalah : keluarga
dan anggotanya, pamong/ perangkat desa, RT, RW, kader dan LSM, peugas
puskesmas dan petugas lintas sektor tingkat kecamatan, petugas kabupaten
dan lintas sektor kabupaten.
c. Pengumpulan data dilakukan dengan cara :
1) Wawancara, dengan menggunakan panduan wawancara
2) Pengisian daftar pertanyaan yang diisi sendiri oleh sumber data,
secara langsung di depan pengumpul data
3) Pengisian angket, atau daftar pertanyaan yang dikirimkan, untuk
kemudian diisi dan dikirim kembali pada pengumpul data
4) Pengamatan-pengamatan yang langsung dilakukan oleh pengumpul
data
5) Pengukuran-pengukuran (mis. Berat badan balita, dsb)

H. PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PRA)


1. Pengertian PRA
PRA merupakan kegiatan penilaian keadaan masyarakat yang dilakukan oleh
tim (orang luar) bersama masyarakat setempat secara partispatif. Kegiatan penilaian
melalui PRA ini menggunakan data dasar yang telah dihasilkan dari kegiatan RRA
dan CSS.
2. Kegunaan PRA
Hasil analisis PRA digunakan sebagai dasar perumusan rencana kegiatan
pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian faktor risiko kasus kesehatan tertentu.
3. Teknik PRA
a. Pemetaan wilayah
b. Pemetaan keadaan masa lalu, masa kini dan masa datang, dalamkaitannya
dengan pengendalian faktor-faktor risiko kasus kesehatan tertentu
c. Analisis faktor risiko
d. Analisis masalah, dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan cara : mencari
jawaban pertanyaan “mengapa” dan analisis pohon masalah
e. Penarikan kesimpulan
f. Alternatif pengendalian faktor risiko
g. Pilihan alternatif pengendalian

I. PERENCANAAN KEGIATAN
Sesuai dengan rekomendasi yang diberikan kaitannya dengan pilihan alternatif
pengendalian faktor risiko yang telah ditetapkan, kemudian dibuat rencana kegiatan
yang berisi :
1. Uraian singkat tentang :
a. Kegiatan yang akan dilakukan
b. Alasan mengapa pentingnya suatu kegiatan
c. Siapa saja yang melakukan dan terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
d. Kapan kegiatan dilakukan (jadwal)
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 23
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

e. Lokasi kegiatan
f. Volume kegiatan
g. Jumlah dan sumber pembiayaan

2. Tabel Rencana Kegiatan


Jenis Volume Pelaku Pembiayaan
Lokasi Waktu Ket
Kegiatan Unit Frek Utama Terkait Jumlah Sumber

3. Tabel Monitoring
Jenis Waktu Indikator/Kriteria Sumber Realisasi Realisasi Ket
Kegiatan Pembuktian Biaya Fisik

BAB VI
PENGENALAN POSYANDU

Kompetensi Dasar :
Setelah Mengikuti perkuliahan Promosi Kesehatan Gigi, mahasiswa diharapkan
mampu :
1. Menjelaskan pengertian Posyandu
2. Menjelaskan manfaat posyandu
3. Menjelaskan langkah-langkah dalam mengembangkan kegiatan Posyandu
4. Menjelaskan factor factor yang menentukan keberhasilan

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 24
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

MATERI POKOK

A. Pengertian
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam
pelayanan kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat,
oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta
pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan
masyarkat.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI
dan AKB.
2) Meningkatnya peran lintas sector dalam penyelenggaraan
posyandu, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
3) Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehtan dasar,
terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

C. Sasaran
Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya :
a. Bayi.
b. Anak balita.
c. Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui.
d. Pasangan Usia Subur (PUS).

D. Fungsi
a. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan
ketrampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesame
masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI dan AKB.
b. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar,
terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

E. Ketersediaan Sumber Daya Posyandu


Dalam buku pegangan kader seri Peran Serta Masyarakat (PSM) Nomor 2
Departemen Kesehatan RI Tahun 1987 disebutkan bahwa Posyandu akan

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 25
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

dapat diselenggarakan dengan baik apabila tersedia sumberdaya yang


meliputi :
1. Sumber daya manusia
Dari unsur masyarakat adalah Kader yang berjumlah 5 (lima) orang,
yang dipilih dari dan oleh masyarakat setempat, mau dan mampu
bekerja secara sukarela, dapat membaca dan menulis huruf latin dan
masih mempunyai waktu untuk bekerja bagi masyarakat di samping
usahanya mencari nafkah; dari unsur pemerintah berupa Tim
Posyandu yang terdiri dari petugas kesehatan minimal 1 (satu) orang
yang berasal dari Puskesmas setempat, dapat dokter/bidan/perawat
dan 1 (satu) orang petugas lapangan keluarga berencana.
2. Dana Berupa dana sehat yang berasal dari iuran anggota masyarakat
setempat dan dikelola oleh kader/pengurus dana sehat guna
mencukupi kebutuhan pembiayaan pelayanan Posyandu maupun
untuk pengembangannya.
3. Sarana dan Prasarana Posyandu
a. Tempat yang digunakan untuk kegiatan Posyandu bersih dan
sehat, cukup menampung semua sasaran Posyandu yang
dilayani, maupun sarana-prasarana lainnya yang dibutuhkan
untuk pelayanan.
b. Kursi yang jumlahnya cukup untuk tempat duduk sasaran saat
mengikuti penyuluhan kelompok maupun menunggu giliran
dilayani
c. Lima buah meja dan kursi untuk pelayanan pendaftaran,
penimbangan, pencatatan hasil penimbangan, penyuluhan dan
pelayanan oleh kader, pelayanan imunisasi/KB/KIA oleh petugas
kesehatan.
d. Alat tulis dan buku-buku catatan kegiatan termasuk KMS balita,
buku KIA, formulir-formulir pencatatan dan pelaporan.
e. Media penyuluhan sesuai yang dikeluarkan Pusat Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat, dapat berupa poster promosi Posyandu;
Kartu konsultasi yang berisi pesan kepada ibu yang anaknya
menderita diare, pesan tentang kapsul vitamin A takaran tinggi,
pesan penimbangan, pesan tentang KB, pesan tentang imunisasi,
pesan tentang perawatan kehamilan dan penjelasan untuk kader
bagaimana melakukan kunjungan ke rumah dalam rangka
kegiatan promosi Posyandu dengan menggunakan kartu
konsultasi, leaflet Posyandu, lembar penyuluhan yang berisi
pedoman pemberian makanan bayi dan anak 0 – 24 bulan.
f. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) beserta kelengkapannya,
oralit, vitamin A dosis tinggi, tablet besi, pil KB dan kondom.
g. Vaksin, perlengkapan imunisasi, obat-obatan sederhana.

F. Pembentukan Posyandu
1. Langkah – langkah pembentukan :
a. Pertemuan lintas program dan lintas sektoral tingkat kecamatan.
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 26
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

b. Survey mawas diri yang dilaksanakan oleh kader PKK di bawah


bimbingan teknis unsure
c. kesehatan dan KB.
d. Musyawarah masyarakat desa membicarakan hasil survey mawas
diri, sarana dan prasarana posyandu, biaya posyandu.
e. Pemilihan kader Posyandu.
f. Pelatihan kader Posyandu.
g. Pembinaan
2. Kriteria pembentukan Posyandu
Pembentukan Posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan
Puskesmas agar pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat
lebih tercapai sedangkan satu Posyandu melayani 100 balita.
3. Kriteria kader Posyandu :
1) Dapat membaca dan menulis.
2) Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan
3) Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat.
4) Mempunyai waktu yang cukup.
5) Bertempat tinggal di wilayah Posyandu.
6) Berpenampilan ramah dan simpatik.
7) Diterima masyarakat setempat.
4. Pelaksanaan Kegiatan Posyandu.
Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh Kader,
Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan dari
Puskesmas, dilakukan pelayanan masyarakat dengan system 5 meja
yaitu :
Meja I : Pendaftaran.
Meja II : Penimbangan.
Meja III : Pengisian KMS.
Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS.
Meja V : Pelayanan KB & Kes :
1) Imunisasi.
2) Pemberian vitamin A Dosis Tinggi berupa obat tetes ke mulut
tiap bulan Februari dan Agustus.
3) Pembagian pil atau kondom.
4) Pengobatan ringan
5) Kosultasi KB-Kesehatan.
Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan
Meja V merupakan meja pelayanan paramedis (Jurim, Bindes, perawat
dan petugas KB).
5. Peserta Posyandu mendapat pelayanan meliputi :
1) Kesehatan ibu dan anak :
2) Pemberian pil tambah darah (ibu hamil).
3) Pemberian vitamin A dosis tinggi ( bulan vitamin A pada bulan
Februari dan Agustus).
4) PMT
5) Imunisasi.
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 27
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantau kesehatan balita


melalui pertambahan berat badan setiap bulan. Keberhasilan program
terlihat melalui grafik pada kartu KMS setiap bulan. Keluarga berencana,
pembagian Pil KB dan Kondom. Pemberian Oralit dan pengobatan.
Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi sesuai
permasalahan dilaksanakan oleh kader PKK melalui meja IV dengan materi
dasar dari KMS baita dan ibu hamil. Keberhasilan Posyandu tergambar
melalui cakupan SKDN
S : Semua baita diwilayah kerja Posyandu.
K : Semua balita yang memiliki KMS.
D : Balita yang ditimbang.
N : Balita yang naik berat badannya.
Keberhasilan Posyandu berdasarkan :
D / S : baik/kurangnya peran serta masyarakat
N / D : Berhasil tidaknya Program posyandu

G. Pengorganisasian
1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Posyandu ditetapkan oleh musyawarah
masyarakat pada saat pembentukan posyandu. Struktur organisasi tersebut
bersifat fleksibel, sehingga dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan,
kondisi permasalahan dan kemampuan sumber daya. Struktur organisasi
minimal terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan kader Posyandu yang
merangkap sebagai anggota.
Kemudian dari beberapa Posyandu yang ada di suatu wilayah
(kelurahan/desa atau dengan sebutan lain), selayaknya dikelola oleh suatu
unit/kelompok Pengelola Posyandu yang keanggotaanya dipilih dari
kalangan masyarakat setempat. Uniot Pengelola Posyandu tersebut
dipimpin oleh seorang ketua, yang dipilih dari para anggotanya. Bentuk
organiasi Unit Pengelola Posyandu, tugas dan tanggung jawab masing-
masing unsure Pengelola Posyandu, disepakati dalam unit/kelompok
Pengelola Posyandu bersama masyarakat setempat.
Contoh alternatif bagan kepengurusan Pengorganisasi Posyandu di
desa/kelurahan atau sebutan lainya sebagai berikut :

Gambar 2. Struktur Organisasi Posyandu

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 28
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

2. Pengelola Posyandu
Pengelola Posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat
musyawarah pembentukan Posyandu. Pengurus Posyandu sekurang-
kurangnya terdiri dari seorang ketua, seorang sekretaris dan seorang
bendahara.

3. Kriteria pengelola Posyandu antara lain sebagai berikut :


a. Diutamakan berasal dari para dermawan dan tokoh masyarakat
setempat.
b. Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu
memotivasi masyarakat.
c. Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.
d. Kader Posyandu
4. Kader Posyandu dipilih oleh pengurus Posyandu dari anggota
masyrakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk
menyelenggarakan kegiatan Posyandu. Kader Posyandu
menyelenggarakan kegiatan secara sukarela.
Kriteria kader Posyandu antara lain sebagai berikut :
a. Diutamakan berasal dari anggota masyarakat setempat.
b. Dapat membaca dan menulis huruf latin.
c. Mempunyai jiwa pelopor, pembaharu dan penggerak masyarakat.
d. Bersedia bekerja secara sukarela, memiliki kemampuan dan waktu
luang.
Dalam keadaan tertentu, terutama di daerah perkotaan, karena
kesibukan yang dimiliki, tidak mudah mencari anggota masyarakat
yang bersedia aktif secara sukarela sebagai kader Posyandu. Untuk
mengatasinya kedudukan dan peranan kader Posyandu dapat
digantikan oleh tenaga professional terlatih yang bekerja secara
purna/paruh waktu sebagai kader Posyandu dengan mendapat
imbalan khusus dari dana yang dikumpulkan oleh dan dari
masyarakat.
Kriteria tenaga tenaga professional antara lain sebagai berikut :

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 29
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

a. Diutamakan berasal dari amggota masyarakat setempat.


b. Berpensisikan sekurang-kurangnya SMP.
c. Bersedia dan mau bekerja secara purna/paruh waktu untuk
mengelola Posyandu.

H. Tingkat Perkembangan Posyandu


Perkembangan masing-masing Posyandu tidak sama. Dengan
demikian, pembinaan yang dilakukan untuk masing-masing Posyandu juga
berbeda. Untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu, telah
dikembangkan metode dan alat telaahan perkembangan Posyandu, yang
dikenal dengan nama Telaah Kemandirian Posyandu. Tujuan telaahan adalah
untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu yang secara umum
dibedakan atas 4 tingkat sebagai berikut :
1. Posyandu Pratama
Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai
oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana sacara rutin serta jumlah
kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang. Penyebab tidak
terlaksananya kegiatan rutin bulanan Posyandu, disamping karena jumlah
kader yang terbatas, dapat pula karena belum siapnya masyarakat.
Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah
memotivasi masyarakat serta menambah jumlah kader.
2. Posyandu Madya
Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader
sebanyak 5 orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya
masih rendah, yaitu kurang dari 50%. Intervensi yang dapat dilakukan
untuk perbaikan peringkat adalah menigkatkan cakupan dengan
mengikutsertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih
menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan Posyandu.
Contoh intervensi yang dapat dilakukan antara lain :
a. Pelatihan tokoh masyarakat, menggunakan Modul Eskalasi Posyandu
dengan metode simulasi.
b. Menerpakan pendekatan PKMD, terutama SMD dan MMD di
Posyandu, dengan tujuan untuk merumuskan masalah dan menetapkan
cara penyelesaiannya dalam rangka meningkatkan cakupan Posyandu.
3. Posyandu Purnama
Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader
sebanyak 5 orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari
50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah
memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh
masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di
wilayah kerja Posyandu. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan
peringkat antara lain :
a. Sosialisasi program dana sehat yang bertujuan untuk memantapkan
pemahaman masyarakat tentang dana sehat.
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 30
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

b. Pelatihan dana sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh dana sehat
yang kuat, dengan cakupan anggota lebih dari 50% KK. Peserta
pelatihan adalah para tokoh masyarakat, terutama pengurus dana sehat
desa atau kelurahan, serta untuk kepentingan Posyandu
mengikutsertakan pula pungurus Posyandu.
4. Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader
sebanyak 5 orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari
50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah
memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh
masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di
wilayah kerja Posyandu. Intervensi yang dilakukan bersifat pembinaan
termasuk pembinaan program dana sehat, sehingga terjamin
kesinambungannya. Selain itu dapat dilakukan intervensi memperbanyak
macam program tambahan sesuai dengan masalah dan kemampuan
masing-masing yang dirumuskan melalui pendekatan PKMD.
I. Indikator Tingkat Perkembangan Posyandu
Untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu, ditetapkan
seperangkat indikator yang digunakan sebagai penyaring atau penentu
tingkat perkembangan Posyandu. Secara sederhana indikator untuk tiap
peringkat Posyandu dapat diuraikan sebagai berikut :
Grafik.1 Tingkat Perkembangan Posyandu

No Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri


1 Frekuensi penimbangan <8 >8 >8 >8
2 Rerata Kader Tugas <5 ≥5 ≥5 ≥5
3 Rerata Cakupan D/S <50% <50% ≥50% ≥50%
4 Cakupan Kumulatif KIA <50% <50% ≥50% ≥50%
5 Cakupan Kumulatif KB <50% <50% ≥50% ≥50%
6 Cakupan Kum. <50% <50% ≥50% ≥50%
Imunisasi
7 Program Tambahan - - + +
8 Cakupan dana Sehat <50% <50% <50% ≥50%

Jenis indikator yang digunakan untuk setiap program disesuaikan


dengan prioritas program tersebut. Apabila prioritas program inunisasi
disuatu daerah adalah campak, maka indikator cakupan imunisasi yang
digunakan adalah cakupan imunisasi campak. Apabila prioritas program
KIA adalah kunjungan antenatal pertama (K1) maka indikator cakupan
KIA yang digunakan adalah cakupan K1.

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 31
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

BAB V

PROMOSI KESEHATAN DI SEKOLAH

Tujuan Pembelaran
Setelah Mengikuti perkuliahan Promosi Kesehatan di Sekolah, mahasiswa
diharapkan mampu :

1. Menjelaskan latar belakang perlunya upaya promosi kesehatan di Sekolah


2. Menjelaskan program Promosi Kesehatan di Sekolah
3. Menjelaskan upaya kemitraan dalam program promosi Kesehatan di sekolah
4. Menjelaskan komponen program promosi kesehatan di sekolah

Promosi Kesehatan Di Sekolah

A. Pendahuluan
Di Indonesia, bentuk promosi kesehatan di sekolah adalah Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS), dan sekaligus UKS merupakan salah satu upaya kesehatan
masyarakat disekolah. Apalagi populasi anak sekolah didalam suatu
komunitas memiliki persentasi yang paling besar, dimana hampir setiap
harinya telah terjadi interaksi diantara anggota komunitas sekolah selama 4-8
jam. Atas dasar hal tersebut, selain untuk menciptakan kondisi sekolah yang
sehat serta agar dapat menunjang proses belajar mengajar yang maksimal
sehingga kegiatan promosi atau pendidikan kesehatan di sekolah perlu
dilakukan.
Promosi kesehatan di sekolah merupakan langkah yang strategis dalam upaya
peningkatan kesehatan masyarakat, hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa
Promosi kesehatan melalui komunitas sekolah ternyata paling efektif diantara
upaya kesehatan masyarakat yang lain, khususnya dalam pengembangan
perilaku hidup sehat, karena:
1. Anak usia sekolah (6 tahun – 18 tahun) mempunyai persentasi yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok umur yang lain.
2. Sekolah merupakan komunitas yang telah terorganisasi, sehingga mudah
dijangkau dalam rangka pelaksanaan usaha kesehatan masyarakat.
3. Anak sekolah merupakan kelompok yang sangat potensial untuk
menerima perubahan atau pembaruan, Pada taraf ini anak dalam kondisi
peka terhadap stimulasi sehingga mudah dibimbing, diarahkan dan
ditanamkan kebiasaan-kebiasaan hidup sehat.
B. Pengertian
Kesehatan dibentuk oleh kehidupan sehari-hari (health is created within the
setting of everyday life, WHO:2003). Dalam kehidupan sehari-hari manusia,
menghabiskan waktunya ditempat atau tatanan (setting), yakni didalam
rumah (keluarga), di sekolah (bagi anak sekolah), dan di tempat kerja (bagi
orang dewasa). Oleh sebab itu, kesehatan seseorang juga ditentukan oleh
tatanan-tatanan tersebut.

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 32
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

Upaya kesehatan sekolah (health promoting school) adalah suatu tatanan


dimana program pendidikan dan kesehatan dikombinasikan untuk
menumbuhkan perilaku kesehatan sebagai faktor utama untuk kehidupan
sekolah yang berwawasan kesehatan, dimana sekolah bukan hanya sebagai
tempat kegiatan belajar, tetapi juga sebagai sarana untuk pembentukan
perilaku hidup sehat
C. Tujuan Promosi Kesehatan Sekolah
Dari uraian tersebut diatas dapat dirumuskan bahwa tujuan Promosi
Kesehatan di sekolah antara lain sebagai berikut :
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat
disekolah
2. Mencegah dan memberantas penyakit menular dikalangan masyarakat
sekolah pada khususnya dan masyarakat umum secara keseluruhan
3. Memperbaiki dan memulihkan kesehatan masyarakat sekolah melalui
usaha-usaha :
a. Mengikutsertakan secara aktif guru , murid dan orang tua murid dalam
usaha :
1) Memberikan pendidikan kesehatan dalam rangka menanamkan
kebiasaan hidup sehari-hari
2) Mengawasi kesehatan anak murid serta mengenal kelainan
kesehatan sedini mungkin
3) Melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan dan pengobatan
sederhana
b. Imunisasi
c. Usaha-usaha pengobatan gigi dan pencegahannya
d. Usaha perbaikan gizi anak
e. Mengusahakan kehidupan lingkungan sekolah yang sehat
D. Manfaat Promosi Kesehatan Sekolah
Dari tujuan tersebut diatas dapat dirumuskan manfaat Promosi Kesehatan di
sekolah antara lain sebagai berikut :
1. Terciptanya derajat kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat
disekolah
2. Mata rantai penyakit menular dapat dicegah dan diminimalisir dikalangan
sekolah pada khususnya dan masyarakat umum secara keseluruhan
3. Kekebalan tubuh murid sekolah ditingkatkan melalui Imunisasi
4. Kesehatan gigi dan pencegahannya
5. Murid sekolah terjaga dalam hal gizi anak
6. Terciptanya lingkungan sekolah yang sehat
E. Sasaran Promosi Kesehatan Disekolah
Sasaran program promosi kesehatan disekolah, antaralain mencakup;
1. Murid Sekolah
2. Komponen komunitas sekolah (murid, guru, pegawai sekolah, dan orang
tua murid)
3. Lingkungan Sekolah
F. Program Promosi Kesehatan Di Sekolah

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 33
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

Promosi kesehatan disekolah pada prinsipnya adalah menciptakan sekolah


sebagai komunitas yang mampu meningkatan kesehatannya (health
promoting school). Oleh sebab itu, program promosi kesehatan sekurang-
kurangnya mencakup 3 usaha pokok, yakni :
1. Menciptakan lingkungan sekolah yang sehat (healthful school living) :
Lingkungan sekolah yang sehat, mencakup 2 aspek, yakni sosial (non-fisik)
dan fisik.
a. Aspek non-fisik (mental-sosial):
Lingkungan sosial sekolah adalah menyangkut hubungan antara
komponen komunitas sekolah (murid, guru, pegawai sekolah, dan
orang tua murid). Lingkungan mental-sosial yang sehat terjadi apabila
hubungan yang harmonis, dan kondusif diantara komponen
masyarakat sekolah. Hubungan yang harmonis ini akan menjamin
terjadinya pertumbuhan dan perkembangan anak atau murid dengan
baik, termasuk tumbuhnya perilaku hidup sehat.
b. Lingkungan fisik terdiri dari :
1) Bangunan sekolah dan lingkungannya yang terdiri dari:
a) Letak sekolah tidak berdekatan dengan tempat-tempat umum
atau keramaian misalnya pasar, terminal, mall, dan sebagainya.
b) Besar dan konstruksi gedung sekolah sesuai dengan jumlah
murid yang ditampungnya.
c) Tersedianya halaman sekolah dan kebun sekolah.
d) Ventilasi memadai sehingga menjamin adanya sirkulasi udara
disetiap ruang kelas.
e) Penerangan atau pencahayaan harus cukup, utamanya dari sinar
cahaya matahari dapat masuk kesetiap ruang kelas.
f) Sistem pembuangan air limbah maupun air hujan dijamin tidak
menimbulkan genangan (harus mengalir).
g) Tersedianya tempat pembuangan sampah disetiap kelas, dan
teras sekolah.
h) Tersedianya kantin atau warung sekolah, sehingga kebersihan
dan keamanan makanan dapat diawasi.
i) Tersedia air bersih yang memadai dan mudah didapat
j) Tersedianya tempat pembuangan air besar atau air kecil (jamban
sekolah) yang bersih dan sehat.
2) Pemeliharaan kebersihan perorangan dan lingkungan:
Pemeliharaan kesehatan perorangan dan lingkungan merupakan
faktor yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan
kehidupan sekolah yang sehat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rangka pemeliharaan
kebersihan perorangan (personal hygiene), khususnya bagi murid-
murid adalah:
a) Kebersihan kulit, kuku, rambut, telinga, dan hidung.
b) Kebersihan mulut dan gigi.
c) Kebersihan dan kerapian pakaian.
d) Memakai alas kaki (sepatu atau sandal).
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 34
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

e) Cuci tangan sebelum memegang makanan, dan sebgainya.


Sedangkan kebersihan lingkungan yang perlu diperhatikan antara
lain :
a) Kebersihan perlengkapan sekolah (bangku, meja, dan alat
sekolah yang lain).
b) Kebersihan kaca, jendela, dan lantai.
c) Kebersihan wc dan kamar kecil
d) Kebersihan ruang kelas.
e) Membuang sampah pada tempatnya.
f) Membersihkan meludah tidak dismbarang tempat.
g) Pemeliharaan taman atau kebun sekolah.
3) Keamanan umum sekolah dan lingkungannya.
a) Adanya pagar sekolah, untuk mencegah atau mengurangi
murid-murid keluar masuk gedung sekolah, sehingga
membahayakan keselamatannya.
b) Halaman dan gang atau jalan masuk kesekolah mudah dilewati
atau tidak becek dimusim hujan, dan berdebu pada musim
kemarau.
c) Semua pintu dan jendela diatur sedemikian rupa sehingga
membuka kearah luar.
d) Adanya tanda lalu lintas khusus sebagai pemberitahuan kepada
pemakai jalan agar waspada dilingkungan sekolah (banyak anak
berlari-larian).
e) Tersedia P3K, dan tenaga atau guru yang terlatih dibidang P3K.
2. Pendidikan Kesehatan (Health Education)
Pendidikan kesehatan, khususnya bagi murid utamanya untuk
menanamkan kebiasaan hidup sehat agar dapat bertanggung jawab
terhadap kesehatan diri sendiri serta lingkungannya serta ikut aktif
didalam usaha-usaha kesehatan.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tahap-tahap:
a. Memberikan pengetahuan tentang prinsip dasar hidup sehat.
b. Menimbulkan sikap dan perilaku hidup sehat.
c. Membentuk kebiasaan hidup sehat.
Hal-hal pokok sebagi materi dasar untuk menanamkan perilaku atau
kebiasaan hidup sehat adalah sebagai berikut:
a. Kebersihan perorangan (personal hygiene) dan kebersihan lingkungan,
terutama lingkungan sekolah.
b. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, dengan cara:
1) Hidup bersih.
2) Imunisasi
3) Pemberantasan nyamuk, kecoak, tikus, dan binatang lain yang dapat
menularkan penyakit.
4) Cara penularan penyakit, dan sebagainya.
c. Penyakit-penyakit tidak menular (penyebab dan pencegahannya)
d. Gizi
1) Mengenal berbagai makanan bergizi.
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 35
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

2) Nilai gizi pada makanan


3) Mmilih makanan yang bergizi
4) Kebersihan makanan
5) Penyakit-penyakit akibat kekurangan atau kelebihan gizi, dan
sebagainya.
e. Pencegahan kecelakaan atau keamanan diri
f. Mengenal fasilitas kesehatan yang profesional, dan sebagainya.
3. Pemeliharaan pelayanan kesehatan disekolah (health services in school)
Karena sekolah adalah sebuah komunitas, meskipun interaksi efektif
diantara anggota komunitas hanya sekitar 6-8 jam, namun perlu adanya
pemeliharaan kesehatan, khususnya bagi murid-murid sekolah.
Pemeliharaan kesehatan disekolah ini mencakup:
a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala, baik pemeriksaan umum atau
khusus, misalnya: gigi, paru-paru, kulit, gizi, dan sebagainya.
b. Pemeriksaan dan pengawasan kebersihan lingkungan.
c. Usaha-usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, antara
lain dengan imunisasi.
d. Usaha perbaikan gizi.

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 36
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

No Data Masalah
1 DS : Resiko terjadi penurunan
a. Terdapat UKS tidak berfungsi derajad kesehatan anak.
secara optimal
b. Sudah terdapat petugas UKS
c. Kegiatan UKS belum berjalan
secara optimal
d. Motivasi orang tua siswa terhadap
program sekolah sangat tinggi
e. 75 % keluarga siswa mempunyai
sosial ekonomi menengah
kebawah.
DO :
a. Jumlah siswa 720 siswa
b. Sudah ada fasilitas kesehatan
seperti obat-obatan sederhana
2. DS : Resiko terjadi injuri pada
DO : siswa
a. Lokasi sekolah berada di pinggir
jalan
b. Jalan menuju sekolah tidak rata
3. DS :
Banyak siswa yang jajan di dekat
sekolah dengan kualitas makanan
seperti : tempe goreng, pisang goreng
yang tersaji dalam keadaan terbuka.
DO :
a. 40 % dari jumlah siswa menderita
caries gigi.
b. Si
e. Usaha kesehatan gizi sekolah.
f. Mengenal kelainan-kelainan yang mempengaruhi pertumbuhan jasmani,
rohani, dan sosial. Misalnya, penimbangan berat badan, dan
pengukuran tinggi badan.
g. Mengirimkan murid yang memerlukan perawatan khusus atau lanjutan
ke puskesmas atau rumah sakit.
h. Pertolongan pertama pada kecelakaan dan pengobatan ringan.

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 37
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

BAB VI
PROMOSI KESEHATAN GIGI DAN MULUT
DI SEKOLAH

Tujuan Pembelajaran
Setelah Mengikuti perkuliahan Promosi Kesehatan Gigi, mahasiswa diharapkan
mampu :
1. Menjelaskan latar belakang perlunya upaya promosi kesehatan gigi di
Sekolah
2. Menjelaskan tujuan, manfaat dan program Promosi Kesehatan Gigi di
Sekolah
3. Menjelaskan upaya kemitraan dalam program promosi Kesehatan Gigi di
sekolah
4. Menjelaskan komponen program promosi kesehatan Gigi di sekolah

MATERI POKOK

A. PENDAHULUAN
Promosi Kesehatan lewat sekolah adalah bagian dari program Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) yang ditujukan untuk kesehatan di sekolah, guna
membantu masyarakat menggunakan strategi promosi kesehatan untuk
meningkatkan kesehatan, di antaranya kesehatan gigi & mulut. Melalui
kesehatan gigi dan mulut, kesehatan secara keseluruhan, kesejahteraan,
pendidikan dan perkembangan anak, keluarga dan masyarakat akan
ditingkatkan. Berdasarkan rekomendasi dari Piagam Ottawa untuk promosi
kesehatan, hal ini akan membantu individu dan kelompok bergerak menuju
pendekatan baru dalam kesehatan masyarakat, yang terus-menerus
menciptakan kondisi yang kondusif bagi kesehatan dan kesejahteraan,
termasuk kesehatan gigi dan mulut.
Sekolah adalah sebuah sistem yang strategis, karena memiliki potensi
untuk mencapai sebuah tujuan promosi kesehatan yang efesien karena
kelompok besar. Sekolah yang lebih luas bahkan di daerah pedesaan di
negara-negara berkembang dari pusat-pusat kesehatan
Tujuan dari Promosi Kesehatan Gigi dan Mulut lewat sekolah adalah :
1. Untuk membantu orang mengontrol dan meningkatkan kesehatan mereka,
melalui peningkatan kondisi yang memungkinkan semua anggota untuk
mencapai kesehatan.
2. Menyediakan informasi yang akan membantu individu dan kelompok
untuk:
a. Membantu masalah yang serius kasus yang parah untuk
mempromosikan kesehatan Sekolah;
b. Memasukkan promosi kesehatan gigi dan mulut di sekolah sebagai
bagian integral dari kegiatan sekolah atau kurikulum;

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 38
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

c. Mendesain merencanakan, menerapkan dan mengevaluasi intervensi


promosi kesehatan gigi dan mulut sebagai bagian dari pengembangan
promosi Kesehatan Sekolah
d. Anggota komunitas sekolah, termasuk guru dan organisasi perwakilan
merek, kelompok orang tua, pelatih, pengasuh dan petugas kesehatan
berbasis sekolah.
B. PENGERTIAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
Kesehatan Gigi dan mulut memungkinkan individu untuk berbicara, makan
dan bersosialisasi aktif, tanpa kesehatan gigi dan mulut maka akan tidak
nyaman, terjadi penyakit dan malu. Kesehatan gigi dan mulut sangat penting
bagi kesehatan umum dan kesejahteraan, secara signifikan berdampak pada
kualitas hidup. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi kesehatan umum.
Kesehatan gigi dan mulut berarti tidak hanya dari gigi sehat tetapi
menyangkut kesehatan gusi, jaringan lunak mulut, otot mengunyah, langit-
langit, lidah, bibir dan kelenjar ludah juga signifikan.
C. Tujuan Promosi Kesehatan Gigi di Sekolah
1. Mengapa kesehatan gigi dan mulut penting?
Orang yang tidak mempunyai pengetahuan kesehatan mulut dapat
berpengaruh buruk terhadap kinerja anak-anak di sekolah dan
keberhasilan mereka di kemudian hari. Anak-anak yang menderita
kesehatan mulut yang buruk adalah 12 kali lebih kehilangan hari kerja
dalam setahun termasuk hilang sekolah
Dari data WHO terdapat :
Lebih dari 50 juta jam per tahun hilang dari sekolah karena penyakit gigi
dan mulut Sedangkan kerusakan gigi (gigi karies) dan penyakit gusi
(penyakit periodontal inflamasi) adalah salah satu kondisi yang paling
lazim atau luas dalam populasi manusia, kondisi lain seperti trauma gigi
dan rahang, erosi gigi, enamel cacat perkembangan dan kanker mulut juga
penting. Prematur kehilangan gigi sulung (susu) dapat mengakibatkan
mal alignment dari gigi permanen, berdampak pada penampilan individu.
Yang penting, kehilangan gigi dapat mempengaruhi asupan gizi anak-anak
dan, akibatnya, pertumbuhan dan perkembangan mereka.
2. Mengapa memfokuskan usaha promosi Kesehatan gigi melalui sekolah?
Sekolah dapat memberikan peraturan yang ideal untuk mempromosikan
kesehatan gigi & mulut. Pada tingkat global, sekitar 80% anak-anak masuk
sekolah dasar dan 60% menyelesaikan paling sedikit empat tahun
pendidikan. Di beberapa negara, lebih dari 50% anak berusia 7 sampai 14
tahun putus sekolah dan kurang dari 20% menyelesaikan kelas satu karena
eksploitasi anak. Meskipun demikian, sekolah tetap merupakan
pengaturan yang strategis, menawarkan cara yang efisien dan efektif
mencapai lebih dari 1 milyar anak di seluruh dunia dan melalui keluarga
dan anggota masyarakat mereka
3. Promosi kesehatan Gigi dan mulut melalui sekolah telah bertahun tahun
sekolah mencakup periode yang berlangsung dari masa kanak-kanak
sampai remaja. Ini adalah sangat berpengaruh dalam kehidupan
masyarakat saat perilaku kesehatan seumur hidup berkelanjutan mulut
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 39
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

terkait, serta keyakinan dan sikap, sedang dikembangkan. Anak-anak


sangat reseptif selama periode ini dan sebelumnya kebiasaan ditetapkan,
dampak yang lebih tahan lama. Selain itu, pesan dapat diperkuat secara
teratur sepanjang tahun sekolah. Anak-anak juga dapat dilengkapi dengan
keterampilan pribadi yang memungkinkan mereka untuk membuat
keputusan yang sehat, untuk mengadopsi gaya hidup sehat dan untuk
menghadapi situasi stres seperti kekerasan dan konflik.

D. ADVOKASI PROMOSI KESEHATAN MULUT MELALUI SEKOLAH


Meyakinkan para pembuat kebijakan, pengambil keputusan, pemegang dana
dan lain-lain adalah penting untuk mempromosikan kesehatan mulut melalui
sekolah. Mereka sangat mendukung pentingnya promosi kesehatan Gigi dan
mulut berbasis sekolah dan kebutuhan untuk peningkatan investasi dalam
program tersebut. Para pembuat kebijakan dan para pengambil keputusan
dapat menggunakan argumen untuk membenarkan keputusan mereka untuk
meningkatkan dukungan bagi upaya-upaya tersebut.
1. Alasan pertama:
Kerusakan gigi dan penyakit gusi adalah penyakit pandemi
Statistik menunjukkan bahwa penyakit mulut mempengaruhi perbaikan
telah terjadi hampir di setiap orang .Sementara dalam kesehatan gigi
selama dekade terakhir dan banyak anak-anak sekarang menikmati
kesehatan mulut yang baik, namun banyak juga yang tidak. Tidak ada satu
negara yang mengklaim sebagai 'karies bebas'. Kerusakan gigi adalah salah
satu penyakit kronis yang paling umum pada masa kanak-kanak
Prevalensi penyakit gusi pada anak sangat tinggi di seluruh dunia, dengan
mayoritas anak-anak yang terkena dampak. Sebagai contoh, 90% anak 12-
tahun di Portugal menderita penyakit gigi, dari 6 - 12 tahun anak-nak di
Niger memiliki tanda-tanda penyakit gusi yang membutuhkan
pengobatan.
2. Alasan kedua:
Kejadian kondisi penyakit Gigi dan mulut lainnya meningkat, merupakan
salah satu penyebab utama kematian di dunia,
3. Alasan ketiga:
Banyak anak, orangtua dan guru mereka memiliki pengetahuan kesehatan
gigi & mulut dan kesadaran yang tidak memadai.
4. Alasan keempat:
Banyak anak yang tidak melakukan kegiatan menjaga kesehatan gigi &
mulut yang baik.
5. Alasan kelima:
Konsekuensi dan biaya dari penyakit mulut adalah cukup mahal
Kesehatan mulut anak-anak merupakan masalah kesehatan masyarakat.
6. Alasan keenam:
Kesehatan gigi dan mulut, serta kesehatan umum
dapat mempengaruhi Malas .
Contoh masalah masalah pada sekolah adah Sbb
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 40
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

a. Pertumbuhan terhambat;
b. gizi buruk;
c. gangguan bicara;
d. masalah psikologis;
e. Penyakit kardiovaskuler;
f. Penyakit diabetesdiabetes;
g. Penyakit kangker.

7. alasan ketujuh:
Perilaku sehat dan gaya hidup yang dikembangkan di usia muda lebih
diharapkan
8. Alasan kedelapan:
a. Promosi kesehatan Gigi dan mulut dapat diintegrasikan ke dalam
promosi kesehatan umum dan ke dalam kurikulum sekolah
b. Kegiatan promosi kesehatan Gigi dan mulut mudah dapat
diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah dan kegiatan, terkoordinasi
dan disampaikan oleh guru sekolah atau personil sekolah lainnya.
c. Guru sekolah bertanggung jawab untuk pendidikan kesehatan gigi dan
mulut, mengawasi latihan menyikat gigi setelah makan siang dan
pemeriksaan kesehatan mulut dan surveillance.
d. Banyak dari kegiatan tersebut juga dimasukkan ke dalam promosi
kesehatan umum. Misalnya, sopan santun dalam bicara merupakan
bagian dari kebersihan pribadi dan perilaku kegiatan sehari-hari
seperti rambut yang rapih dan cuci tangan.

E. MEYAKINKAN PENGELOLA SEKOLAH ADALAH BENTUK PROMOSAI


KESEHATAN DI SEKOLAH
Bagian ini yang dapat digunakan untuk meyakinkan para pembuat kebijakan,
pengambil keputusan, pemegang dana dan lain-lain efektivitas intervensi
yang mempromosikan kesehatan mulut melalui sekolah. Menawarkan
program yang benar untuk keputusan untuk mendukung upaya tersebut.
Argumen ini sangat mendukung keberhasilan dan efektivitas program
promosi kesehatan gigi dan mulut di sekolah.

F. JENIS PELAYANAN DALAM PROMOSI KESEHATAN GIGI DI SEKOLAH


Jenis layanan yang diberikan pada promosi kesehatan gigi dan mulut adalah :
1. Memasukkan program kesehatan gigi dalam kurikulum sekolah hal ini
agar dapat terjadwal sehingga pada pelaksanaannya tidak mengganggu
pada mata pelajaran lain
2. Pendidikan kesehatan gigi bagi guru melalu pelatihan kader kesehatan
gigi di sekolah.
3. Menjalin kerjasama dengan komite sekolah agar pengurus komite ikut
merasa mempunyai akan program kesehatan gigi di sekolah sehingga
mere akan mendukung terhadap program ini.

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 41
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

4. Pendidikan kesehatan gigi bagi orang tua melalu leaflet atau buklet hal ini
penting karena banyak orang tua menganggap bahwa kesehatan gigi itu
tidak penting. Selain itu banyak orang tua takutmembawa anaknya ke
dokter gigi.
5. Penyuluhan dikelas oleh kader kesehatan gigi dalam hal ini adalah guru
yang telah mendapat pelatihan
6. Pemeriksaan kesehatan gigi Menyediakan kartu kesehatan gigi bagi setiap
murid
7. Menyediakan ruang pelayanan kesehatan gigi, ruang ini bisa di gabung
dengan ruang UKS
8. Menyediakan kantin yang ramah terhadapan karies artinya jenis makanan
yang disediakan yang tidak memicu terjadinya karies seperti minuman
soft drink, lebih banyak penyediaan makanan seperti buah

G. FASILITAS YANG DISEDIAKAN UNTUK MENJUNJANG PROGRAM PROMOSI


KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI SEKOLAH
1. Peraturan kepala Sekolah yang mendukung program promosi kesehatan
gigi di sekolah
2. Terpasangnya jadwal program promosi kesehatan gigi
3. Tersedianya kran air bersih di sekolah
4. Tersedianya tempat sikat gigi disetiap kelas
5. Tersedianya poster poster di setiap tempat yang strategis untuk dapat
dibaca oleh murid murid sehingga dapat menggugah semangat murid
untuk melakukan pola hidup sehat diibidang kesehatan gigi
6. Terdapat kursi gigi untuk pelayanan kesehatan gigi baik untuk perawatan
gigi maupun untuk pemeriksaan dan konsultasi bagi murid
7. Terdapat perangkat dental kit

H. HAL HAL YANG MENJADI PENGHAMBAT PROGRAM PROMOSI


KESEHATATAN GIGI DI SEKOLAH
8. Banyak keluarga tidak memiliki pengetahuan kesehatan gigi dan mulut
anak dan prakteknya dirumah, sehingga
9. Banyaknya murid murid belum memiliki sekat sendiri disekolah
10. untuk minum susu menggunakan botol sampai usia 6 tahun. Selain itu,
penerima Dilaporkan bahwa banyak keluarga tidak berpikir bahwa
kesehatan gigi anak itu penting
BAB VII
PROMOSI KESEHATAN GIGI DI MASYARAKAT MELALUI
USAHA KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

Kompetensi Dasar :
Setelah Mengikuti perkuliahan Promosi Kesehatan Gigi, mahasiswa diharapkan
mampu :
1. Menjelaskan pengertian Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM)
2. Menjelaskan Pendekatan UKGM

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 42
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

3. Menjelaskan langkah-langkah dalam UKGM

MATERI POKOK

A. Konsep Dasar UKGM (Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat )


Adalah suatu pendekatan Edukatif yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan dan peran serta Masyarakat dalam pemeliharaan
kesehatan Gigi (Upaya Promotif, Preventif secara terpadu) UKBM ) dikenal
dengan Primery Oral Healt Care Aproach )
Dari hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional tahun 1998 menunjukkan
bahwa 62,4% penduduk merasa terganggu perkerjaan/ sekolah karena sakit gigi,
rata-rata 3,86 hari. Kondisi ini menunjukkan bahwa penyakit gigi walaupun tidak
menimbulkan kematian tetapi dapat menurunkan produktivitas kerja.
Penyakit gigi yang banyak diderita masyarakat yaitu karies dan penyakit
periodontal sebenarnya mudah dicegah yaitu dengan menanamkan kebiasaan
perilaku pemeliharaan kesehatan gigi yang baik sejak usia dini. Upaya pembinaan
kesehatan gigi masyarakat telah dilaksanakan melalui pendekatan UKGMD sejak
tahun 1979, dimana upaya promotif, preventif dilaksanakan secara terpadu dengan
upaya kesehatan lainnya terutama melalui Posyandu. Pada tahun 1992 telah
diterbitkan buku Pedoman Penyelenggaraan UKGMD di Posyandu.
Dengan berkembangnya berbagai Upaya Kesehatan bersumber daya
Masyarakat (UKBM) maka pembinaan kesehatan gigi masyarakat dapat diperluas
cakupannya dengan berintegrasi kepada UKBM lainnya selain Posyandu seperti;
Bina Keluarga Balita, Pos Kesehatan Pesantren (POskestren), Taman Kanak-kanak,
Taman Pendidikan Al-Qur’an, Bina Keluarga Lansia, Pos Obata Desa (POB), Saka
Bakti Husada (SBH) dan sebagainya
Pada tahun 1995 dengan bantuan konsultan dari AGFUND WHO telah
dilaksanakan pula Community Dental Health Demonsratian Project di Cimareme Jawa
Barat yang pada prinsipnya menyerhanakan materi dan metode penyuluhan
kesehatan gigi, sehingga mudah dilaksanakan secara terintegrasi dengan upaya
kesehatan lainnya.
Maka berdasarkan perkembangan-perkembangan tersebut dan hasil
kesepakatan tamu karya lintas program dan lintas sektoral pada tanggal 3-4
November 1998 di Cisarua, istilah UKGMD sebaiknya dirubah menjadi Upaya
Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM) karena sasarannya tidak hanya terbatas pada
masyarakat desa. Melihat keadaan diatas maka buku Penyelenggaraan UKGMD
yang diterbitkan tahun 1992 disempurnakan s/d tahun 2002 sesuai dengan
perkembangan program. Tahun 2004 buku Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat
(UKGM) disempurnakan lagi karena pada tahun 2001 data kesehatan gigi kembali
dikumpulkan melalui Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT).
Dalam rangka meningkatkan kesehatan gigi anak, salah satu
kebijaksanaan kesehatan gigi adalah meningkatkan upaya promotif-preventif pada
Balita dan anak pra skolah. Pada pelaksanaannya timbul kendala diantaranya
terbatasnya jangkauan tenaga kesehatan gigi untuk melaksanakan pembinaan upaya
promotif-preventif melalui Posyandu, dengan demikian kader kesehatan di
Posyandu sangat potensial untuk melaksanakan pembinaan kemampuan pelihara
diri dibidangkesehatan gigi dan mulut kepada anak-anak secara integral. Maka
untuk menunjang hal tersebut perlu dilaksanakan Pelatihan Kesehatan Gigi dan
Mulut bagi Kader dan Guru Taman Kanak-kanak.

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 43
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

B. Metode Pendekatan
9. Pendekatan berdasarkan faktor risiko kelompok umur atau komunitas
pada meja 4 pada pelayanan Posyandu :
a. Ibu Hamil
i. mempersiapkan kelahiran baru yg berisiko rendah terhadap
karies gigi (kontribusi kualitas hidup/ fisik dan kecerdasan)
ii. Mengendalikan faktor risiko penyakit gigi dan mulut ibu hamil
khususnya dan kesehatan umum bayi yg dikandung dan ibunya.
b. Ibu dengan anak balita
i. Mempersiapkan anak dengan risiko rendah karies, pencegahan
pada usia sedini mungkin berdasarkan konsep window of
infectivity (WoI) tahap 1
ii. Kontribusi pada kualitas hidup anak/ fisik dan kecerdasan
dengan menekan hambatan terhadap pengunyahan (BMI dan
Gizi seimbang)
iii. Indeks pufa = 0
c. PAUD dan prasekolah
i. Pengendalian WoI tahap 2 melalui pengendalian faktor risiko
dan proteksi spesifik untuk gigi permanen
ii. Kontribusi pada kualitas hidup anak/ fisik dan kecerdasan
dengan menekan hambatan terhadap pengunyahan (BMI dan
Gizi seimbang) serta menekan absensi sekolah.
iii. Membangun kebiasan pemeliharaan kesehatan gigi sedini
mungkin.
d. POSBINDU (Pos pembinaan terpadu) Lansia
i. Menyiapkan generasi lansia sedini mungkin terhadap masalah
kesehatan gigi dan mulut melalui pengendalian faktor risiko
ii. Lansia yang mempunyai kualitas hidup tanpa hambatan
mastikasi dan sosial yang hubungannya dengan masalah gigi
dan mulut.
iii. Menyiapkan pada usia 80 tahun gigi tetap berfungsi minimal
20 gigi.
a) High risk group I:
 Ibu Hamil
 Bayi umur 1 – 3 thn (First Window of infectivity)
b) High risk group II:
Usia awal sekolah dasar : kelas 1-2 (6 – 8 thn)
c) High risk group III:
SMP-SMA : 12-18 thn
d) High risk group IV: > 55 thn

10. Konseling dan Preventif


Konseling preventif:
1) Pemberdayaan individu/kelompok
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 44
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

2) Risk assessment - Tailored massages – motivation – toothbrushing


training 2x2 minutes- night & day
11. Intervensi preventif:
1) Fluoride (sikat gigi bersama, topical application, FMR)
2) Surface protection dan fissure sealant
3) Anjuran mengunjungi drg secara teratur

C. Promosi Kesehatan gigi dan mulut untuk Ibu Hamil di Posyandu


a. Dengan kartu kesehatan gigi ibu hamil (KASIH) petugas Posyandu
yang telah dilatih UKGM melakukan pengisian kartu tersebut dan
melakukan evaluasi.
b. Konseling bagi ibu hamil yang mempunyai masalah kesehatan gigi
dilakukan pada (meja 4)
c. Memberikan teknik dan cara menyikat gigi maupun membersihkan gigi
dengan dental Floss
d. Latihan membuat larutan backing soda, bahan/larutan ini ferfungsi
untuk menetralkan saliva dalam mulut
e. Bagi Ibu hamil yang mempunyai resiko tinggi: Anjurankan
mengunakan obat kumur, applikasi fluoride topikal, CPP-ACP, Xylitol
f. Rujukan ke Puskesmas bagi kasus yang tidak bisa ditangani oleh kader
Posyandu

1. Peran Kader
a. Selain melakukan manajemen UKGM kader juga melakukan
pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil secara rutin. ( setiap
bulan sekali)
b. Pemeriksaan gigi dan mulut dapat dilakukan untuk mengetahui
kondisi kesehatan gigi mulut ibu hamil.
c. Cara pemeriksaan gigi mulut yang dapat dilakukan oleh kader adalah
dengan melihat secara visual, cukup melihat ada lubang atau tidak dan
mengisi kartu dengan menanyakan pertanyaan sebagai berikut:
d. Pertanyaan sederhana :
1) Apakah gusi ibu berdarah?
2) Apakah gusi ibu berdarah waktu sikat gigi?
3) Apakah gusi ibu berdarah ketika makan?
4) Apakah gigi ibu kadang-kadang bengkak?
5) Apakah ada orang lain yang mengatakan ibu punya bau mulut?
6) Apakah ibu merasa giginya akan lepas.
7) Apakah ibu merasa kesulitan bila makan-makanan keras-keras?
8) Apakah makanan terselip diantara gigi?
9) Apakah gusi ibu sakit?
10) Apakah gigi ibu ngilu saat makan dingin atau panas

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 45
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

Gambar 3. Kartu Penilaian Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil

D. Promosi Kesehatan Gigi dan Mulut untuk Balita di POSYANDU


a. Dengan kartu menuju gigi sehat (KMGS) dilakukan monitor dan evaluasi
resiko
b. Konseling (meja 4) stop susu botol, pilih makanan/minum bergizi ramah
gigi
c. Latihan menyikat gigi anak (knee to knee, Ritual Sikat Gigi Malam/
RSGM)
d. Ibu Risiko tinggi: applikasi fluoride topikal pd anak pd umur WoI, CPP-
ACP, Xylitol (utk ibu)
e. Rujukan ke Puskesmas (Kontrol berkala)

Gambar 4.
Kartu Gigi Sehat berfungsi untuk memonitor kesehatan gigi
anak pada kegiatan Posyandu dan Teknik menyikat gigi anak
balita oleh pasangan orang tua anak

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 46
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

Gambar 5. Struktur UGKM

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 47
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

Gambar 6. Alur Pendataan masalah kesehatan gigi

BAB VII
PERENCANAAN PELATIHAN KESEHATAN GIGI

Kompetensi dasar
Setelah Mengikuti perkuliahan Promosi Kesehatan Gigi, mahasiswa diharapkan
mampu :
1. Menjelaskan pengertian perencanaan pelatihan kesehatan gigi
2. Menjelaskan langkah-langkah dalam perencanaan pelatihan kesehatan gigi
3. Menjelaskan factor factor penentu dalam perencanaan pelatihan kesehatan
gigi

MATERI POKOK

A. Gambar Umum Pelatihan Kader Kesehatan


Pelatihan kader Kesehatan dalam hal ini pelatihan kader kesehatan gigi
pada Posyandu, komunikasi interpersonal personal konseling standar pelayanan

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 48
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

Posyandu, pengorganisasian masyarakat, advokasi terhadap masyarakat dan


pemetaan serta notifikasi ibu hamil Balita dan lansia. Pelatihan fasilitator desa
diberikan juga pada kader kesehatan, tokoh masyarakat dan lembaga social
masyarakat yang berada di desa. Hasil penelitian pelatihan kader kesehatan gigi
bagi fasilitator desa siaga percontohan belum sepenuhnya sesuai dengan sasaran
desa siaga, terutama dalam hal peningkatan penguasaan pengetahuan dan
keterampilan kader kesehatan. Pelatihan yang baik menjadikan perubahan dalam
hal pengetahuan, sikap, perilaku, kecakapan dan keterampilan, hal ini
diakibatkan oleh interaksi antara peserta dengan kegiatan-kegiatan dalam
pelatihan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pelatihan di desa siaga
percontohan ternyata masih tidak sesuai dengan kebutuhan pengetahuan dan
keterampilan peserta pelatihan.
Kondisi tersebut terjadi karena perencanaan materi pelatihan dan penyusunan
materi pelatihan masih bersifat top down atau mengabaikan keterlibatan
puskesmas mengenal kondisi desa-desa di wilayahnya. Isi materi pelatihan terlalu
umum masih belum mampu membekali pengetahuan dan peningkatan
keterampilan secara spesifik dalam menangani usaha kemandirian
penyelenggaraan kegiatan desa siaga.

B. Pengertian Pelatihan
Pelatihan merupakan suatu proses belajar mengajar terhadap
pengetahuan dan keterampilan tertentu serta sikap agar peserta semakin
terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin
baik, sesuai dengan standar (Tanjung, 2003). Kirkpatrick (1994)
mendefinisikan pelatihan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan,
mengubah perilaku dan mengembangkan keterampilan.
Pelatihan menurut Strauss dan Syaless di dalam Notoatmodjo (1998)
berarti mengubah pola perilaku, karena dengan pelatihan maka akhirnya
akan menimbulkan perubahan perilaku. Pelatihan adalah bagian dari
pendidikan yang menyangkut proses belajar, berguna untuk memperoleh dan
meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam
waktu relatif singkat dan metodenya mengutamakan praktek daripada teori.
Pelatihan adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan pada
praktek daripada teori yang dilakukan seseorang atau kelompok dengan
menggunakan pelatihan orang dewasa dan bertujuan meningkatkan
kemampuan dalam satu atau beberapa jenis keterampilan tertentu.
Sedangkan pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta
dengan lingkungannya yang mengarah pada pencapaian tujuan pendidikan
dan pelatihan yang telah ditentukan terlebih dahulu (Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Kesehatan, 2002).

C. Tujuan Pelatihan
1. Tujuan pelatihan kesehatan secara umum adalah :
Mengubah perilaku individu, masyarakat di bidang kesehatan. Tujuan ini
adalah menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat,
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 49
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

menolong individu agar mampu secara mandiri atau kelompok


mengadakan kegiatan untuk mencapai hidup sehat. Prinsip dari pelatihan
kesehatan bukanlah hanya pelajaran di kelas, tapi merupakan
kumpulankumpulan pengalaman di mana saja dan kapan saja, sepanjang
pelatihan dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap dan kebiasaan (Tafal,
1989). Menurut Notoatmodjo (2005), pelatihan memiliki tujuan penting
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sebagai criteria
keberhasilan program kesehatan secara keseluruhan. Tujuan umum
pelatihan kader posyandu adalah meningkatkan kemampuan kader
posyandu dalam mengelola dan menyampaikan pelayanan kepada
masyarakat (Tim Penggerak PKK Pusat, 1999).
2. Tujuan secara khususnya adalah :
a. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan kader sebagai pengelola
posyandu berdasarkan kebutuhan sasaran di wilayah pelayanannya.
b. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dalam berkomunikasi
dengan masyarakat.
c. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan kader untuk menggunakan
metode media diskusi yang lebih partisipatif.
Depkes (2000) menyatakan bahwa tujuan pelatihan merupakan upaya
peningkatan sumberdaya manusia termasuk sumberdaya manusia tenaga
kesehatan, kader posyandu, agar pengetahuan dan keterampilannya
meningkat. Kader posyandu perlu mendapatkan pelatihan karena
jumlahnya tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

D. Langkah-langkah Pelatihan
Menurut Lockwood (1994) pelatihan perlu didesain secara efektif untuk
memastikan bahwa program pelatihan telah mencapai efisiensi yang optimal
serta mencapai keuntungan belajar yang maksimum. Depkes (1993) telah
menetapkan rancangan program pelatihan melalui langkah-langkah
penyusunan yang merupakan sebuah siklus pelatihan yang dimulai dari
langkah menyusun kebutuhan pelatihan sampai langkah melakukan evaluasi
pelatihan. Gambar 1 menunjukkan bahwa proses pelatihan merupakan
rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara urut dan berkesinambungan,
mulai dari langkah 1 sampai dengan langkah 5.
Langkah 1 :
Mengkaji kebutuhan pelatihan. Pengkajian kebutuhan pelatihan merupakan
suatu studi dengan berbagai cara untuk menghasilkan informasi tentang
pelatihan yang dibutuhkan, materi pelatihan, peserta latih, asal peserta latih.
Langkah 2 :
Merumuskan tujuan pelatihan.
Dirumuskan adanya tingkat kesenjangan kinerja yang terjadi, sehingga
semakin jelas dan tepat ke arah mana tujuan yang ingin dicapai dengan
pelatihan. Tujuan digambarkan dalam bentuk kompetensi yang harus dimiliki
oleh peserta ketika selesai mengikuti pelatihan.
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 50
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

1 Kebutuhan Pelatihan
2 Tujuan Pelatihan
3 Merancang
Pelatihan
4 Pelaksanaan
Pelatihan
5 Evaluasi Pelatihan
Langkah 3:
Merancang
program pelatihan.
Rancangan ini akan
menjabarkan
kompetensi
dalam kegiatan operasional yang dapat diukur. Rumusan kompetensi ini
harus dicapai dengan memberikan materi pelatihan yang tertuang dalam
kurikulum.

Langkah 4 :
melaksanakan program pelatihan. Pada langkah ini merupakan pelaksanaan
kegiatan pelatihan dengan pedoman pada kurikulum yang telah disusun
sebelumnya. Penyimpangan terhadap kurikulum akan dapat berakibat tidak
tercapainya kompetensi yang diharapkan.
Langkah 5 :
melakukan evaluasi program pelatihan. Evaluasi pelatihan merupakan
kegiatan penilaian terhadap pelaksanaan program pelatihan yang mencakup
penilaian terhadap peserta, pelatih, organisasi penyelenggara dan pencapaian
tujuan pembelajaran.

Gambar 1. Siklus Pelatihan

E. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Keberhasilan Pelatihan


Menurut Depkes (2004), suatu keberhasilan pelatihan dapat dilihat dari :
1. Masukan (input) mencakup tiga kelompok yaitu : 1) perangkat keras
adalah sarana dan prasarana, yang meliputi tempat belajar, alat bantu,
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 51
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

laboratorium, dan perpustakaan yang dibutuhkan dalam proses


pembelajaran. 2) perangkat lunak adalah rancangan proses pembelajaran
yang terdiri dari kurikulum, proses pembelajaran, jadwal kegiatan, bahan
belajar/modul; 3) sumber daya manusia Diklat yang terdiri dari peserta
pelatihan, pelatih, dan penyelenggaraan pelatihan.
2. Proses adalah proses pembelajaran yang berjalan selama pelatihan
dilakukan, yaitu dari awal sampai berakhirnya kegiatan pelatihan.
3. Luaran yaitu pencapaian tingkat kompetensi sesuai dengan tujuan
pelatihan.
4. Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi akibat adanya intervensi
melalui pelatihan.
5. Evaluasi adalah penilaian dari seluruh komponen dan sub komponen
masukan, proses, luaran dan dampak dari suatu kegiatan pelatihan.
6. Lingkungan yaitu hal-hal yang mempengaruhi pelatihan. Depkes (1993)
menentukan komponen yang dapat berpengaruh terhadap keberhasilan
pelatihan antara lain : kurikulum, pengajar/pelatih, penyelenggara,
sarana yang digunakan, metode serta karakteristik peserta pelatihan
seperti umur, pekerjaan, pendidikan, dan pengalaman. Sedangkan
Lockwood (1994) menyebutkan bahwa program-program pelatihan
dipengaruhi oleh kebijaksanaan pelatihan, strategi pelaksanaan, alokasi
pengendalian keuangan, perencanaan, administrasi dan sumber-sumber,
manajemen pelatihan, kurikulum pelatihan, teknik-teknik pelatihan,
fasilitas dan sumberdaya, pelatih dan peserta pelatihan.
Terdapat empat kelompok faktor yang berpengaruh terhadap
keberhasilan sebuah pelatihan (Notoatmodjo, 1993) yakni :
1. Factor materi/hal yang dipelajari,
2. Lingkungan fisik : suhu, kelembaban udara, kondisi tempat belajar dan
lingkungan sosial yakni manusia dengan segala interaksinya,
3. instrumental yang terdiri dari perangkat keras seperti perlengkapan
belajar, alat peraga dan perangkat lunak seperti kurikulum, pengajar,
serta metode belajar, dan
4. kondisi individual subjek belajar yakni kondisi fisiologis seperti panca
indra dan status gizi serta kondisi psikologis misalnya intelegensi,
pengamatan, daya tangkap dan ingatan.

F. Metode Pelatihan
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan suatu
pelatihan adalah pemilihan metode pelatihan yang tepat. Pemilihan metode
belajar dapat diidentifikasikan melalui besarnya kelompok peserta.
Notoatmodjo (1993) membagi metode pendidikan menjadi tiga, yakni metode
pendidikan individu, kelompok, dan masa. Pemilihan metode pelatihan
tergantung pada tujuan, kemampuan pelatih/pengajar, besar kelompok
sasaran, kapan/waktu pengajaran berlangsung dan fasilitas yang tersedia
(Notoatmodjo, 1993).
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1991), jenis-jenis metode
yang digunakan dalam pelatihan antara lain :
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 52
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

(1) ceramah-tanyajawab,
(2) diskusi kelompok,
(3) kelompok studi kecil,
(4) bermain peran,
(5) studi kasus,
(6) curah pendapat,
(7) demonstrasi,
(8) penugasan,
(9) permainan,
(10) simulasi, dan
(11) praktek lapangan.
Metode yang digunakan dalam pelatihan petugas kesehatan
meliputi metode ceramah dan tanya-jawab (metode konvensional). Depkes
(1993) menunjukkan bahwa untuk mengubah komponen perilaku perlu
dipilih metode yang tepat. Metode untuk mengubah pengetahuan dapat
digunakan metode ceramah, tugas baca, panel dan konseling. Sedangkan
untuk mengubah sikap dapat digunakan metode curah pendapat, diskusi
kelompok, tanya-jawab serta pameran. Metode pelatihan demonstrasi dan
bengkel kerja lebih tepat untuk mengubah keterampilan.
1. Metode Konvensional atau ceramah tanya jawab
Metode ceramah merupakan salah satu bentuk metode pendidikan
atau pelatihan yang dilakukan dengan cara materi yang disampaikan
dibagi dalam beberapa topik bahasan dan pendidik lebih dominan
memberikan materi, sedangkan peserta didik mendengarkan (Depkes RI,
2001). Menurut Kariyoso (1994), ceramah adalah bentuk kegiatan
komunikasi yang disampaikan seseorang kepada kelompok tertentu
berupa satu arah atau berbagai masalah yang sifatnya lebih mengandung
pendidikan, penerangan dan pengajaran.
Metode ceramah secara garis besar adalah proses komunikasi satu arah
dengan sedikit kesempatan untuk mengukur jumlah orang yang dapat
belajar atau mengerti, selain itu pada pelatihan dengan metode ceramah
hanya sebagian kecil yang tampaknya dapat diingat pada akhir
pertemuan dan akan berkurang pada beberapa hari lagi (Ewles dan
Simnett, 1994). Kelemahan dari metode ceramah tanya-jawab (metode
konvensional) adalah timbulnya kecenderungan rasa ketergantungan
peserta didik kepada pelatih (teacher centered). Menurut Mass dan
Husodowijoyo (1991), metode ceramah atau konvensional menimbulkan
rutinisme, peserta tidak lagi melihat proses belajar sebagai hal yang
menarik serta lebih mudah untuk dilupakan. Kelebihan metode ceramah
adalah :
a. Relatif lebih efisien dan sederhana.
b. Dalam waktu singkat dapat memberikan banyak informasi.
c. Dapat menjangkau banyak sasaran dalam waktu singkat.
d. Dapat dilakukan secara sistematis dengan menggunakan macam
macam
e. alat bantu dapat mempengaruhi suasana emosi pendengar.
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 53
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

2. Metode Belajar Berdasarkan Masalah


Pelatihan dengan metode baru perlu dilakukan untuk mengurangi
kelemahan dari metode konvensional. Saat ini metode yang
dikembangkan adalah metode Belajar Berdasarkan Masalah (BBM).
Metode ini pertama kali dikembangkan oleh staf edukatif Fakultas
Hukum Harvard University (1931) setelah mengetahui hasil proses
pendidikan dengan menggunakan konsep lama menunjukkan bahwa
anak didik mengalami kesulitan dalam menerapkan pengetahuan setelah
diterjunkan ke masyarakat. Bruner (Syarif, 1990) telah menciptakan
metode belajar dengan cara menemukan (learning by discovery). Barrows
dari McMaster University Kanada, seorang ahli syaraf, menciptakan
sebuah metode instruksional yang disebut belajar mandiri dan belajar
bertolak dari masalah. Metode ini kemudian diterapkan dalam
pendidikan Fakultas Kedokteran di berbagai negara seperti Australia,
Belanda, Kanada, dan Mesir (Syarif, 1990).
Belajar Berdasarkan masalah adalah suatu metode pembelajaran
dimana peserta sejak awal dihadapkan pada suatu masalah, kemudian
diikuti oleh proses pencarian informasi yang bersifat student-centered
learning (Harsono, 2004 : 2). Pembelajaran berpusat pada peserta pada
hakekatnya pembelajaran yang memfokuskan pada kebutuhan-
kebutuhan peserta sehingga berimplikasi pada perancangan kurikulum,
isi pembelajaran dan aktivitas dalam pembelajaran peserta (Pedersen,
2004 : 283). Estes (2004) dalam penelitiannya ternyata membuktikan
bahwa pembelajaran dengan student-centered learning merupakan
pembelajaran terbaik karena peserta belajar secara aktif sehingga
meningkatkan kemampuannya. Belajar dengan pendekatan
studentcentered learning dapat memperbaharui metode tradisional yang
sering dipakai yaitu teacher- centered learning.
Burhn (1992) menyebutkan karakteristik penting metode BBM yaitu
masalah yang diangkat dalam kurikulum, integrasi kurikukulum antara
komponen teori dan lapangan, titik-berat pada perpaduan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan. Alabi, dkk (1996) telah merekomendasikan cirri
dari metode BBM yakni perlunya pemberian rangsangan, motivasi, dan
kesempatan untuk mencoba agar dapat memberi semangat pada
pembelajar secara mandiri.
Secara umum kurikulum metode BBM tersusun dari beberapa
komponen/tema pokok. Setiap tema pokok mengisi sebuah blok yang
masing-masing terdiri atas 6-8 minggu. Berdasarkan tema ini disusun titik
tolak belajar yang berupa masalah. Masalah ini kemudian diajukan kepada
kelompok anak didik yang terdiri atas 5-6 orang di bawah pengawasan
tutor. Fungsi tutor adalah memacu proses diskusi. Materi pelajaran digali
dan dikembangkan sendiri oleh anak didik dengan dibantu modul-modul
tertentu yang telah dipersiapkan (Syarif, 1990).
Keuntungan lain dari metode BBM adalah lebih meningkatkan
penyerapan materi dari sasaran serta dimungkinkan pengembangan materi
semaksimal mungkin sesuai dengan bahan ajaran yang tersedia.
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 54
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

Kelemahan metode BBM adalah apabila peserta tidak mampu untuk


mengembangkan bahan ajaran, maka proses belajar menjadi tidak menarik.
Menurut Harsono (2004), BBM juga mempunyai kelemahan peserta dapat
terbawa ke dalam situasi Konvensional dan tutor berubah fungsi menjadi
pemberi ceramah sebagaimana di kelas yang lebih besar.
Kelemahan lain adalah memerlukan pengajar yang banyak, biaya
pelaksanaan yang tinggi dan apabila bahan ajaran yang tersedia terbatas,
maka peserta kurang dapat mengembangkan materi pelatihan. Metode
BBM lebih efektif dibanding metode lain untuk meningkatkan
keterampilan manajerial petugas kesehatan di tingkat menengah (Virgilio,
1993), untuk promosi kesehatan dalam pendidikan kedokteran (Jonas,
1988), dan untuk desain evaluasi program pendidikan kesehatan bagi
wanita (Nieman dkk., 1997).
3. Konsep Belajar
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan.
Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang
menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap (Djamarah, 1996 :
11). Sedangkan menurut Notoatmodjo (1993) proses belajar akan terjadi
perubahan seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dan tidak dapat
mengerjakan menjadi dapat mengerjakan. Ada 3 ciri proses belajar yaitu 1)
belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan individu yang
sedang belajar, 2) perubahan diperoleh karena kemampuan baru yang
berlaku untuk waktu yang relatif lama, 3) perubahan yang terjadi karena
usaha yang disadari dan bukan karena kebetulan.
Orang dewasa memerlukan metode belajar yang cocok agar proses
belajarnya mempunyai dampak pada perubahan perilaku (Notoatmodjo,
1993). Orang dewasa adalah orang dengan kondisi fisik sudah cukup
berumur, sudah menyandang status pekerjaan, dari pandangan kebutuhan
pendidikan telah mempunyai sikap, kemampuan dan keterampilan
tertentu yang sudah lama melekat dalam dirinya dan cenderung tidak
merubahnya (Lembaga Administrasi Negara RI, 2003).
Menurut Syarif (1990), bahwa belajar orang dewasa lebih dipacu
untuk mendalami pengetahuan secara intensif dengan mengaktifkan
pengetahuan yang dimiliki, mengolah dan mengorganisasikan
pengetahuan, sehingga pengetahuan dapat tertahan dengan erat dalam
system penyimpanan dan sulit dilupakan. Lebih lanjut menurut Edwin
yang dikutip oleh LAN RI (2003), pendidikan orang dewasa merupakan
pendidikan yang terorganisasi isi, tingkatan, metodenya baik formal
maupun tidak yang melibatkan orang-orang yang dianggap dewasa oleh
masyarakat dalam mengembangkan kemampuannya.
Menurut Depkes (2001), bahwa belajar orang dewasa mempunyai
ciri-ciri ; 1) belajar tidak mau tergantung pada orang lain, ada kebebasan
berbuat untuk belajar, 2) belajar untuk mengatasi masalah, 3) belajar secara
aktif dan bekerjasama dalam proses belajar, 4) memiliki pengalaman yang
berbeda untuk setiap peserta dan 5) belajar itu merupakan suatu
kebutuhan.
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 55
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 56
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

Lampiran

CONTOH PROPOSAL

PROPOSAL KEGIATAN
PEMBENTUKAN USAHA KESEHATAN GIGI MASYARAKAT
KELURAHAN JABUNGAN KECAMATAN BANYUMANIK
KOTA SEMARANG
TAHUN 2011

OLEH :
MAHASISWA D IV KESEHATAN GIGI KOMUNITAS
TAHUN 2010/2011

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


JURUSAN KESEHATAN GIGI
PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN GIGI KOMUNITAS
2011

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 57
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

I. LATAR BELAKANG
Dalam pembangunan kesehatan era canggih, identik dengan cita-cita
“Kesehatan Bagi Semua,” yaitu keadaan dimana setiap orang di perkotaan
maupun di pedesaan dapat memperoleh pemeliharaan kesehatan yang
memadai, agar dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi, yang berarti
bahwa masyarakat harus mampu memelihara dan meningkatkan kemandirian
di bidang kesehatan.
Untuk mencapai cita-cita tersebut upaya kesehatan dilaksanakan
melalui pendekatan “Primary Health Care” dimana masyarakat dibina,
dimotivasi, digerakkan agar mampu melaksanakan dan berperan serta secara
efektif dalam upaya pemeliharaan diri, pencegahan penyakit, dan dapat
mencari bantuan pelayanan yang tepat bila diperlukan.
Kesehatan gigi dan mulut sebagai bagian integral dari kesehatan umum
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan
penanganan secara komprehensif, dimana yang banyak diderita masyarakat
adalah karies gigi dan periodontitis.
Perilaku hidup sehat diharapkan dapat menjadi gerakan nasional yang dapat
diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat. Kader kesehatan sebagai ujung
tombak masyarakat perlu membekali diri dengan pengetahuan dan
membantu upaya peningkatan derajat kesehatan gigi dan mulut yang
optimal.
Berdasarkan survei awal dalam rangka studi kasus tentang faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap tingginya karies pada balita di Kelurahan
Jabungan Kecamatan Banyumanik, didapatkan bahwa 80% balita mengalami
karies gigi. Hal ini disebabkan oleh belum terbentuknya UKGM, pada
Posyandu, jauhnya jarak menuju tempat pelayanan kesehatan, transportasi
menuju Kelurahan Jabungan sulit sehingga menghambat pelayanan petugas
kesehatan kepada masyarakat.
Karena beberapa alasan tersebut perlu dilakukan intervensi sebagai
langkah awal untuk mengatasi massalah kesehatan gigi dan mulut yang
terdapat di Kelurahan Jabungan Kecamatan Banyumanik yaitu dengan
menyelenggarakan pelatihan kader dan pembentukan UKGM.

II. TUJUAN PELATIHAN KADER


A. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan, minat dan peran serta kader UKGM di
Kelurahan Jabungan di bidang kesehatan gigi dan mulut, sehingga dapat
tercapainya perilaku hidup sehat dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia.
B. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan kemampuan kader untuk mengelola UKGM.

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 58
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

2. Meningkatkan kemampuan para kader untuk dapat melakukan


penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat di Kelurahan
Jabungan.
3. Meningkatkan kemampuan para kader untuk dapat melakukan
pemeriksaan sederhana tentang masalah kesehatan gigi dan mulut yang
sering terjadi di masyarakat
4. Meningkatkan kemampuan kader melakukan rujukan kesehatan gigi
dan mulut ke puskesmas.

III.DASAR KEGIATAN (LANDASAN HUKUM)


Landasan hukum yang terkait dengan UKGM antara lain :
1. Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
2. Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan
3. Peraturan Gubernur Jawa Tengah No 47 tahun 2006 tentang : Sistem
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 126/Menkes/SK/II/2004 tahun 2004
tentang : Kebijakan Dasar Puskesmas.
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 131/Menkes/SK/II/2004 tahun 2004
tentang : Sistem Kesehatan Nasional (SKN).
6. Instruksi mendagri no. 9 tahun 1990 tentang : Pengelolaan kesehatan gigi
dan mulut masyarakat desa.

IV.NAMA KEGIATAN
Pelatihan Kader UKGM, untuk upaya pencegahan dan deteksi
penyakit gigi dan mulut di kelurahan Jabungan Kecamatan Banyumanik Kota
Semarang tahun 2011.

V. PESERTA PELATIHAN
Peserta kegiatan Pelatihan Kader di kelurahan Jabungan Kecamatan
Banyumanik Kota Semarang adalah:Kader Kesehatan Posyandu di wilayah
kelurahan Jabungan Kecamatan Banyumanik Kota Semarang sebanyak 16
orang, diambil dari 2 RW Posyandu dikelurahan Jabungan.

VI. SUSUNAN PANITIA PELATIHAN


Pelindung : Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Penasehat : Kepala Puskesmas Padang Sari Kepala
kelurahan Jabungan
Penanggung Jawab : Ketua Jurusan Kesehatan Gigi
Ketua :
Sekretaris :
Bendahara :
Sie Ilmiah :
Sie Dokumentasi :
Sie Konsumsi :
Sie Perlengkapan :
Sie Humas :
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 59
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

Sie Acara :

VII. WAKTU PELATIHAN


Pelatihan kader kesehatan berlangsung selama dua hari, yaitu :
Hari : Selasa - Minggu
Tanggal : 3 – 8 Mei 2011
Jam : 09.00 WIB s/d selesai

VIII. TEMPAT PELATIHAN


Pelatihan diselenggarakan di Balai Kelurahan Jabungan Kecamatan
Banyumanik Kota Semarang

IX. MATERI PELATIHAN KADER UKGM


1. Manajemen Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat
2. Bagian, bentuk dan fungsi gigi
3. Cara memelihara kebersihan gigi dan mulut
4 Cara pemeriksaan sederhana ( Simulasi KMGS dan KASIH )

X. METODE PELATIHAN
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi
4. Simulasi
5. Lomba Gigi Sehat dan Menggosok Gigi

XI. JADWAL KEGIATAN PELATIHAN KADER


Hari,
No
Tanggal
Materi Waktu Pelaksana
Margaretta
Advokasi ke Kepala Neang dan Fione
1. Selasa, 3
Kelurahan Jabungan 09.00 - Selesai Vesty L
Mei 2011
Kec.Banyumanik

Identifikasi Calon
Rabu, 4 Mei
Kader di Masing- Edy Supriyanto
2011 09.00 - Selesai
masing RW
Pemaparan Program
Pemberdayaan Kader
2. Kamis, 5
Kesehatan Gigi di 09.00 - Selesai Tri Diwayanti
Mei 2011
Kelurahan

3. Jumat 6 Mei
Free
2011

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 60
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

1 Sabtu Mei 1.a.Daftar Ulang 14.00 – 14.30 Sie Acara


2011 b.Pembukaan 14.30 – 14.45 Ketua Panitia
2. Sambutan I 14.45 – 08.30 Kepala
3. Sambutan II 08.30 – 08.45 Puskesmas
4. Pre test 08.45 – 09.10 Kajur
5. Istirahat 09.10 – 09.30 Witari dan Titin
6. Manajemen UKGM 09.30 – 10.00 Wisnu dan Tomo
Novalin dan
7. Promosi dari 10.00 – 10.45 Nadi Susanti
sponsor 10.45 – 11.30 sponsor
8. Bagian, Bentuk dan Tri dan Yayun
fungsi gigi
11.30 - 13.00
9. Ishoma
10.Cara memelihara kebersihan 13.00 – 13.45 Wisnu dan Tomo
gigi dan mulut Nesya dan
11. Pemeriksaan gigi Novarita
sederhana, 13.45 – 14.30
pencatatan dan
pelaporan Yanti Pertiwi,
Maryati, Dinia

Sabtu, 8 Persiapan Lomba Nila dan Linda


Mei 2011
Minggu, 9 1. Simulasi KMGS 09.00 – 09.30 Leny dan Siani
Mei 2011 dan KASIH
2. Sikat Gigi 10.00 – 11.30 Yansestina dan
Masal, Lomba Edy
Gigi Sehat dan
Kuis

XII. PEMBIAYAAN
Pembiayaan penyelenggaraan pelatihan kader kesehatan adalah dari dana
JKG, dengan perincian:
1. Penggandaan/foto copy materi + ATK =Rp. 150.000,-
2. Konsumsi Snack makan siang @Rp.20.000 x 45x2 hr = Rp. 1.800.000,-
3. Transportasi distribusi undangan = Rp. 75.000,-
4. Transportasi kader Rp. 50.000 x 16 = Rp. 800.000,-
5. Transportasi Nara Sumber ( Lurah dan Kapus ) = Rp. 300.000,-
6. Transportasi Panitia =Rp. 300.000,-
7. Hadiah =Rp. 200.000,-
8. Biaya Sertifikat = Rp. 200.000,-
9. Dokumentasi dan dekorasi =Rp. 200.000,-
Total biaya =Rp. 4.025.000,-

XIII. EVALUASI PELATIHAN


A. Evaluasi Jangka Pendek
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 61
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

1. Penjajakan awal
Dengan pre test yang dilakukan sebelum pelaksanaan pelatihan
dimulai.
2. Evaluasi akhir pelatihan / evaluasi out put (Penilaian terhadap
materi)
Dengan post test dilakukan setelah pelaksanaan pelatihan selesai
untuk menguji sejauh mana kader dapat menyerap materi yang
diberikan oleh nara sumber / penyaji.
Kedua hasil pre test dan post test dibandingkan untuk melihat
apakah ada peningkatan nilai sebelum dan sesudah diberikan materi
pelatihan.
3. Evaluasi akhir penyelenggaraan
Dilakukan setelah akhir penyelenggaraan atau bersamaan dengan
post test.
Tujuan untuk mengetahui kekurangan fasilitas yang disediakan oleh
panitia sebagai koreksi untuk menyelenggarakan kegiatan
berikutnya.
a. Evaluasi tim penyelenggara / Evaluasi Proses (Organizing
Comitee / OC) : evaluasi yang berhubungan dengan penyediaan
fasilitas penyelenggaraan.
 Bagaimana dengan tempat / ruangan yang disediakan,
nyaman atau tidak. Jika ada kekurangan mohon ditulis.
 Bagaimana dengan konsumsi yang disajikan, enak atau tidak.
Kekurangan sebutkan.
b. Evaluasi tim Pelatih / Evaluasi Input (Steering Comitee / SC) :
Evaluasi yang berhubungan dengan nara sumber tentang
penyampaian materi.
 Apakah cara penyampaian materinya terlalu cepat.
 Nara sumber menguasai materi yang disampaikan atau tidak.
 Bagaimana dengan ringkasan materi yang digandakan /
dikopikan apakah kurang lengkap.
B. Evaluasi Jangka Panjang / Evaluasi Out Come (kegiatan kader)
Untuk mengetahui kerja kader setelah dilatih maka kader harus
dimonitor kegiatannya agar berjalan sesuai harapan. Sedangkan evaluasi
jangka panjang dilakukan minimal 6 bulan setelah pelatihan yaitu pada
bulan Januari 2011.

XIV. PENUTUP
Demikian proposal ini dibuat sebagai acuan penyelenggaraan Pelatihan
Kader di Kelurahan Jabungan Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Atas
kerjasama dan bantuanya kami ucapkan terima kasih.

XV. LAMPIRAN
1. Soal- soal pretes dan postest
Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi
Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 62
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

2. Surat Pengantar Koordinasi ke Kepala Kelurahan Jabungan Kecamatan


Banyumanik Kota Semarang
3. Surat Undangan untuk kader UKGM
4. Format Rujukan
5. Modul

Semarang April 2012

Ketua Sekertaris

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 63
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG FM-POLTEKKES-SMG-BM-03-05/R0

REFERENCY :

1. Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Promosi


Kesehatan Sekolah, Jakarta 2008
2. Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Panduan
Integrasi Promosi Kesehatan Dalam Program- Program Kesehatan di
Kabupaten/Kota, Jakarta 2008
3. Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan Buku panduan pelatihan kader kesehatan gigi dan mulut di
masyarakat, Jakarta . 2012
4. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan Pedoman pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil dan
anak usia balita bagi tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan,Jakarta. 2012
5. Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman
Pengelolaan Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian PHBS, Jakarta 2008
6. Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Panduan
Pelatihan Komunikasi Perubahan Perilaku, Untuk KIBBLA, Jakarta 2008
7. Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman
Pelatihan PHBS di Rumah Tangga, Jakarta 2008
8. WHO Information Series on School Health 2000
WHO/NMH/NPH/ORH/School/03.3
9. Department of Human Services. Promoting Oral Health2000-2004:
Strategic Directions and Frameworkfor Action. Melbourne: Department of
Human Services, 1999.
10. Mathematica Policy Recearch Inc, Oral Health Promotion,
Prevention, & Treatment Strategies for Head Start Families: Early Findings
from the Oral Health Initiative Evaluation, Volume I : Final Interim Report
September 5, 2007, Patricia Del Grosso, Amy Brown , Heather Zaveri , Sandra
Silva, Beth Zimmerman , Anne Hopewell, Diane Paulsell
11. Australia’s National Oral Health Plan 2004 – 2013 Prepared by the
National Advisory Committee on Oral Health A Committee established by
the Australian Health Ministers’ Conference healthy
12. Nutrition and dental health by prepared by Ruth Freeman, Anne
McKeown,
Alison McQueen, Sylvia Roberts, Patti Speedy and Colin Wilkinson.

Bahan Ajar Promosi Kesehatan Gigi


Program Studi D IV Keperawatan Gigi Page 64

Anda mungkin juga menyukai