Kelompok 3
Khairiyanti
M. Afiq
Budi Setiawan
Resty Puspita
Riri
Rizki Rahayu Ningtias
Trisna Asih
Indri
Juni
Monica
Resepsionis adalah orang yang bertugas menerima pasien atau klien (baik
itu klinik, rumah sakit, hotel, bahkan kantor). Dental receptionist (resepsionis
gigi) adalah bagian penting dalam sebuah klinik gigi yang merupakan penentu
berlangsungnya pelayanan kesehatan gigi. Resepsionis biasanya ditempatkan
dibagian depan klinik karena merupakan orang yang pertama kali bertemu dan
berbicara dengan pasien atau klien, baik melalui telpon atau secara langsung hal
ini bertujuan agar pasien yang datang mudah mengetahui cara yang mudah untuk
mencari informasi mengenai klinik dan pelayanannya, Resepsionis di klinik gigi
membuat jadwal janji untuk pasien secara pribadi atau melalui telepon.
Citra klinik juga ditentukan oleh resepsionis, meskipun banyak juga faktor lain
yang menentukan. Tapi ketika pertama pasien melihat klinik dan berkomunikasi
dengan resepsionis. Resepsionis tidak hanya harus berwajah cantik, tubuh tinggi
semampai, tetapi juga pengetahuan, sikap yang matang dan perilaku yang baik
serta benar. Jadi seorang resepsionis harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
a. Keterampilan
1) Ketrampilam Teknis
Justice adalah keadilan, prinsip justice ini adalah dasar dari tindakan
pelayanan bagi seorang dental resepsionis untuk berlaku adil pada setiap pasien,
artinya setiap pasien berhak mendapatkan perlakuan yang sama. Perlakuan yang
sama tidak selalu identik, maksudnya setiap pasien diberikan konstribusi yang
relatif sama untuk kebaikan kehidupannya.
3) Ketrampilan berkomunikasi
b. Pengetahuan
1) Pengetahuan Umum
2) Pengetahuan Khusus
Penampilan yang baik, rapi dan bersih, hal ini tidak saja berhubungan
dengan kepribadian resepsionis yang bersih dan rapi, tetapi juga mencakup hal-hal
yang ada disekitarnya, misalnya peralatan kerja seperti alat-alat tulis harus
tersusun rapi diatur pada tempatnya. Pasien akan merasa terkesan dan merasa puas
dengan pelayanan yang diberikan oleh resepsionis yang baik, rapi dan bersih.
d. Kepribadian
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seoran resepsionis saat menerima
pasien dan klien :
b. Jangan mengunyah permen karet atau makanan kecil saat menghadapi pasien
atau saat menerima telepon.
2) Mencatat data pasien secara baik, mampu mengisi kartu rekam medis pasien
baru, mempersilahkan pasien untuk mengisi daftar riwayat penyakit dan
menandatangininya serta membantu kesulitan pasien jika pada saat mengisi daftar
riwayat penyakit pasien mengalami permasalan, menyimpan dan menemukan
kartu rekam medis pasien lama dengan cepat, membuat kartu berobat dan
memasukan data pasien ke dalam computer data base, membuat buku perjanjian
pasien, membuat buku laporan keuangan, melakukan pengiriman model gigi ke
laboratorium tehniker gigi. Melakukan transaksi pembayaran dengan pasien.
c. Sistim penataan ruangan Dalam penataan ruangan akan sangat tergantung dari
rancangan umum gedung yang ditempati, tetapi prinsip strategis yang dapat
dijadikan pegangan adalah sebagai berikut :
1) Tata ruang harus dapat memastikan adanya sirkulasi udara yang baik
4) Penggunaan dental unit, perlengkapan kantor seperti kursi dan meja yang
ergonomis
5). Pengaturan area yang jelas antara area resepsionis, administrasi, ruang tunggu,
ruang sterilisasi, ruang alat dan bahan serta ruang perawatan dan lain-lain. Hal ini
harus dikembangkan guna menjamin kenyamanan dan keselamatan serta privacy
dalam bekerja.
6). Setiap ruangan klinik hendaknya didesain sebagai ruangan yang dapat
memberikan kenyamanan kerja, baik bagi operator maupun bagi pasien, hal ini
menyangkut tata warna, dekorasi dinding dan seterusnya.
d. Sistim informasi
Saat ini, sistem informasi sangat identik dengan sistem informasi berbasis
komputer, ada banyak keuntungan dari tata cara pengelolaan data, informasi serta
dokumen yang didukung oleh perlengkapan keras dan lunak komputer. Sistem
informasi komputer di klinik gigi dapat berupa :
2) Software keuangan
4) Software perjanjian pasien Kesemua software itu bisa dibangun dalam sebuah
sistem yang terintegrasi yang sangat membantu Dental Resepsionis dalam bekerja
secara cepat, akurat dan hemat.
1). Selalu menjaga hubungan baik antar petugas (sejawat Resepsionis, Dental
Asisten, Dental Teraphis, Dental Higyne, dokter gigi, tehniker gigi dan lain lain)
Lulusan SMK Dental Asisten dapat mempraktekan apa yang di peroleh selama
menempuh ilmu di sekolah baik teori maupun praktek langsung ke dunia kerja.
Menjadi dental resepsionis gigi membutuhkan figure yang akan menangani
informasi pasien dan mengelola informasi pasien yang bersifat rahasia.
Melalui pengetahuan tentang gigi dan mulut, Pengetahuan tentang
terminologi gigi, prosedur dan diagnosis, Pengetahuan tentang komputer dan
perangkat lunak aplikasi yang relevan, Pengetahuan Tentang Prosedur
Administrasi dan Administrasi Umum, Pengetahuan tentang asuransi gigi.
Resepsionis gigi dapat membuat layanan dokter gigi lebih menyenangkan. Karena
resepsionis gigi juga memberikan penjelasan tentang pengobatan kepada pasien,
biaya perawatan gigi dan informasi tentang tindakan yang akan atau telah
dilakukan oleh dokter gigi. (Waryono dkk, 2016)
DAFTAR PUSTAKA
Waryono dkk. (2016). Modul Guru Pembelajar Paket Keahlian Dental Asisten
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam rangka Pelatihan Guru Pasca
Uji Kompetensi Guru (UKG). (modul pembelajaran; 1).
https://repositori.kemdikbud.go.id/13066/1/1. Modul Dental Asisten.pdf
SUB TEMA 2: PELAKSANAAN DOKUMENTASI
(PENCATATAN DAN PELAPORAN)
SUB TEMA 3: TATA RUANG KLINIK GIGI
Pelayanan kesehatan adalah salah satu pelayanan di bidang kesehatan
yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, dan saat ini menjadi perhatian yang
besar oleh masyarakat luas. Perhatian terebut tidak hanya pada aspek kuantitas,
melinkan juga aspek kualitas pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan tersebut
diberikan oleh tenaga kesehatan diharapkan mampu memberikan pelayanan
kesehatan yang professional, menjamin kepuasan masyarakat, serta sesuai dengan
kebutuhan masyarakat (Swardana, 2016).
Penurunan pemanfaatan terhadap pelayanan kesehatan, disebabkan oleh
akses pelayanan kesehatan meningkat namun mutunya masih rendah atau
kurangnya efisiensi dan efektifitasprovider dalam memberikan jasa pelayanan
terhadap masyarakat. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat diketahui dengan
semakin banyaknya terdengar keluhan-keluhan masyarakat tentang mutu
pelayanan kesehatan mulai dari keadaan fisik yang jelek, sikap atau prilaku
petugas dalam memberi pelayanan, sistem birokrasi yang rumit, mutu perawatan
dan pengobatan yang rendah, jam kerja yang singkat yang menyebabkan pasien
tidak dapat dilayani. Penurunan pemanfaatan terhadap pelayanan kesehatan gigi
dan mulut juga dipengaruhi oleh tingkat kepuasan pasien terhadap mutu
pelayanan kesehatan gigi dan mulut (Muninjaya, 2011).
Dalam meningkatkan rasa nyaman bagi dokter gigi serta staf saat bekerja,
klinik gigi harus dirancang secara fungsional, yang dapat memfasilitasi efisiensi
maksimal para pekerja dalam tugas klinis dan administratif. Biaya yang tinggi
terkait dengan pembangunan klinik menjadi bagi dokter gigi. Manajemen
proyek dan kerumitan desain tata letak ruang serta peralatan menjadikan biaya
yang sangat mahal. Konsultasi intensif dan kerjasama dari arsitek, insinyur,
manajer, teknisi, desainer dan dokter gigi merupakan tahap awal dalam
membangun klinik gigi, supaya klinik gigi yang dihasilkan memberikan
kenyamanan juga kepada pasien (Himawati dan Fadilah, 2022)
Berdasarkan uraian di atas, maka penataan sebuah fasilitas pelayanan
kesehatan sangat diperlukan. Fasilitas pelayanan kesehatan gigi, dalam hal ini
dapat berupa klinik gigi, adalah merupakan salah satu jenis pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga perlu dijaga dan ditingkatkan
kualitasnya, baik dari segi fisik maupun sumber daya manusia yang ada. Penataan
ruang klinik gigi dalam kajian ini menjadi penting untuk dibahas, dengan
demikian paper ini akan mencoba memberikan gambaran penataan ruang klinik
gigi.
PENATAAN RUANG KLINIK GIGI
A. Dasar Hukum
Beberapa Dasar Hukum yang terkait dengan Fasilitas Pelayan Kesehatan,
antara lain :
1. Permenkes Nomor 3 tahun 2020, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit
dikategorikan Rumah Sakit umum dan Rumah Sakit khusus. Pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit umum paling sedikit terdiri atas:
pelayanan medik dan penunjang medik, pelayanan keperawatan dan
kebidanan, serta pelayanan nonmedik. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut
merupakan salah satu bentuk layanan yang diberikan oleh sebuah Rumas
Sakit, baik upaya promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif. Dalam
upaya memenuhi kebutuhan pelayanan, maka setiap fasilitas pelayanan
kesehatan gigi diharapkan memenuhi standar yang terlah ditentukan.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
920/MenKes/Per/XIII/1986, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
Klinik gigi adalah sarana pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang diberikan
kepada masyarakat, baik berupa upaya promotif, prevent, kuratif dan
rehabilitatif. Klinik gigi didirikan dengan tujuan mampu memberikan
pelayanan kesehatan gigi kepada seluruh masyarakat (Inayati, 2012).
3. Permenkes Nomor 20 tahun 2016, tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik
Terapis Gigi Dan Mulut, yang juga menjelaskan tentang sarana prasarana
yang wajib disiapkan oleh sebuah klinik gigi untuk praktik mandiri Terapis
Gigi dan Mulut.
B. Klinik Gigi
Menurut Utoyo (2008 cit. Inayati 2012), pada umumnya saat
mengunjungi klinik atau praktek dokter gigi pribadi, tidak disebutkan macam
klinik gigi tersebut, karena klinik gigi yang dikunjungi merupakan klinik gigi
umum yang melayani semua macam perawatan gigi dan mulut. Rumah sakit atau
poliklinik gigi, ruang perawatan gigi dibagi atas beberapa jenis sesuai jenis
perawatan yang ditangani oleh tenaga kesehatan gigi yang bertugas di klinik gigi
tersebut.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2014 klinik kedokteran gigi merupakan tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan pelayanan kedokteran gigi yang dilaksanakan oleh lebih dari
satu orang dokter gigi, dengan persyaratan sebagai berikut :
1. Dipimpin oleh seorang dokter gigi/dokter gigi spesialis yang mempuyai Surat
Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik sebagai penanggung jawab
pelayanan.
2. Masing-masing dokter gigi/dokter gigi spesialis mempunyai Surat Tanda
Registrasi dan Surat Ijin Praktik (SIP) sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Bangunan/ruangan sebagai berikut :
a. Mempunyai bangunan fisik yang permanen dan tidak bergabung dengan
tempat tinggal.
b. Mempunyai ruang pendaftaran/ruang tunggu, ruang konsultasi kedokteran
gigi, ruang tindakan, ruang administrasi, ruang emergency, kamar
mandi/WC, pojok asi, dan ruang lainnya sesuai kebutuhan pelayanan yang
memenuhi persyaratan kesehatan.
c. Memenuhi persyaratan hygiene dan sanitasi.
d. Ventilasi yang menjamin peredaran udara yang baik dilengkapi dengan
mekanis (AC, kipas angin, exhaust fan) dan penerangan yang cukup.
e. Mempunyai sarana pembuangan limbah dan limbah harus dikelola sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
4. Memiliki peraturan internal, Standar Prosedur Operasional dan Peraturan
Disiplin yang tidak bertentangan dengan Standar Kompetensi, Standar
Profesi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Memiliki izin fasilitas pelayanan kesehatan, izin penyelenggaraan dan izin
peralatan kedokteran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
6. Memasang papan nama fasilitas pelayanan kesehatan dan daftar nama dokter
yang berpraktik di klinik tersebut.
Menurut Permenkes nomor 20 tahun 2016, dinyatakan bahwa sebuah
Klinik Gigi, setidaknya memiliki sarana gedung permanen dengan ventilasi cukup
dan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Lingkungan sehat, dengan ruangan minimal berukuran 9 m2; - adanya ruang
tunggu pasien
2. Adanya saluran pembuangan air yang baik
3. Tersedia sumber daya listrik (450 watt/220 volt) dan air bersih; - terdapat
penerangan
4. Mebelair 1 set (meja, kursi, lemari, alat dan obat-obatan)
5. Wastafel; - terdapat papan nama praktik mandiri
6. Toilet (rest room)
7. Tempat sampah untuk limbah infeksius.
Himawati, M. dan Fadilah, R.P.N., 2022, Pengaruh persepsi terhadap minat desain
tata letak ruang klinik praktik gigi swasta pada mahasiswa profesi dokter
gigi, Padjajaran Journal of Dental Research and Students, 6 (1): 60-66.
Kementerian Kesehatan RI, 2020, Permenkes Nomor 20 tahun 2016 tentang Ijin
dan Penyelenggaraan Praktik Mandiri Terapis Gigi dan Mulut