KELOMPOK 4
DISUSUN OLEH :
Ahdal Kasanoval
Danang Budi Setiawan
Dwi Andika Muliasari
Kulsum Febri Dwi
Mardani Banopon
Yuniarti
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat Rahmat, Taufik serta Hidayah-Nya kami selaku penulis dapat menyelesaikan
makalah yang bertema Sistem Triage. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun kami
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................... 1
B. Tujuan ............................................................................................................... 1
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Triase
1. Pengertian .................................................................................................................... 2
2. Tujuan Sistem Triase ...................................................................................... 2
3. Prinsip-prinsip Triase .................................................................................... 2
4. Metode dan Pelaksanaan Triase .................................................................... 3
5. Kategori Triase .............................................................................................. 4
B. Kegawatdaruratan
1. Pengertian ..................................................................................................... 5
2. Kasus kegawatdaruratan .............................................................................. 5
3. Penyelesaian Masalah Primer pada Kasus .................................................. 5
C. Penanganan Prioritas Pada Kasus .................................................................... 7
BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................... 9
B. Saran.................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 10
LAMPIRAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan istilah triage ini sudah lama berkembang. Konsep awal triase
modern yang berkembang meniru konsep pada jaman Napoleon dimana Baron
dalam kondisi yang paling mendesak pada tentara yang datang tanpa
perawatan awal pada luka ketika berada di medan perang kemudian tentara
Sebelum Larrey menuangkan konsepnya, semua orang yang terluka tetap berada
Pada tahun 1846, John Wilson memberikan kontribusi lanjutan bagi filosofi
pembedahan akan efektif bila dilakukan pada pasien yang lebih memerlukan,
yang secara langsung akan dibawa ke tempat dengan fasilitas yang sesuai. Pada
kali di lapangan oleh dokter dan kemudian dikeluarkan dari garis perang untuk
maksud awalnya adalah untuk menangani luka yang minimal pada tentara
3
Penggunaan istilah triage ini sudah lama berkembang. Konsep awal triase
moderen yang berkembang meniru konsep pada jaman Napoleon dimana Baron
Dominique Jean Larrey (1766-1842), seorang dokter bedah yang merawat tentara
kondisi yang paling mendesak pada tentara yang datang tanpa memperhatikan
menuangkan konsepnya, semua orang yang terluka tetap berada di medan perang
medan perang. Kini istilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu
konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang
paling efisien terhadap hampir 100 juta orang yang memerlukan pertolongan di
unit gawat darurat (UGD) setiap tahunnya. Berbagai system triase mulai
dikembangkan pada akhir tahun 1950-an seiring jumlah kunjungan UGD yang
khususnya Triage.
4
1.2 Rumusan Masalah
pengertian dari triage, prinsip dan tipe triage, klasifikasi dan penentuan prioritas,
Kami menggunakan dua metode penulisan yaitu dengan studi pustaka dan
penelusuran IT. Pada metode studi pustaka, kami membaca dan menganalisis
ini. Selanjutnya pada metode penelusuran IT, kami mencari tambahan refrensi
pada dunia rambah internet untuk melengkapi data-data yang telah kami peroleh
pada literature.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dulu istilah ini dipakai untuk menyeleksi buah anggur untuk membuat
minuman anggur yang bagus atau memisahkan biji kopi sesuai kualitasnya.
bahasa inggris triage dan diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yang
tindakan segera. Dalam triage, perawat dan dokter mempunyai batasan waktu
6
1. Identifikasi cepat korban yang memerlukan stabilisasi segera, ini ke
pembedahan.
1. Pernafasan (respiratory)
2. Sirkulasi (perfusion)
korban.
7
Kemampuan untuk merespon secara cepat, terhadap keadaan yang
kegawatdaruratan
Tanggung jawab utama dari perawat triase adalah untuk mengkaji dan
kepuasan pasien
klien
f) Sisten dokumentasi yang dipai dapat digunakan secara mudah, cepat dan
tepat
dijaga.
a. Daily triage
pada system kegawat daruratan. Triage yang terdapat pada setiap rumah
Perawatan yang paling intensif dberikan pada pasien dengan sakit yang
9
b. Mass Casualty incident
pada korban bencana yang kritis. Kasus minimal bisa di tunda terlebih
dahulu.
c. Disaster Triage
dahulun tanpa muncul resko dan yang mengalami luka berat dan tidak
d. Military Triage
10
Digunakan ketika terdapat faktor lain pada populasi atau korban.
sakitnya
utama
3. Evaluasi terbatas
berpengalaman
3. Sesuai protocol
11
Beberapa tipe sistem triage lainnya :
a. Traffic Director
memilih antara status “mendesak” atau “tidak mendesak”. Tidak ada tes
diagnostik permulaan yang diintruksikan dan tidak ada evaluasi yang dilakukan
b. Spot Check
data subjektif dan objektif yang terbatas, dan pasien dikategorikan ke dalam salah
ditempatkan di area perawatan tertentu atau di ruang tunggu. Tidak ada evaluasi
c. Comprehensive
Sistem ini merupakan sistem yang paling maju dengan melibatkan dokter
dan perawat dalam menjalankan peran triage. Data dasar yang diperoleh meliputi
pasien ditempatkan di ruang perawatan akut atau ruang tunggu, pasien harus
menjadi :
12
1) Prioritas utama
2) Prioritas kedua
3) Prioritas rendah
Terdiri dari :
segera dilakukan)
Pada triase ini tidak dibutuhkan dokter dan perawat, tapi hanya
1. Ventilasi / pernapasan
3. Status neurology
nyawa seperti obstruksi jalan napas, perdarahan yang massif yang harus
13
pengkajian dan mengirim korban ke rumahsakit untuk mendapat
b) Critical/ Immediate
1) respirasi >30x/menit
c) Delayed
Respirasi <30x/menit
d) Dead
14
atagori Definisi Waktu yang % tentang Keluhan yang Diagnose Sementara
Triage tingkat Ditargetkan kasus Khas
ketajaman di dalam untuk
Dimana dilihat di
pasien harus dalam
dilihat target
(menit) waktu
16
2 Emergenc 45 menit 85 % Nyeri dada Peningkatan osmular
y mayor tidak seperti non ketotic diabetes
Diabetes
(tidak AMI
memerluk Overdosis ketoasidosis
Fraktur multifel
an obat
Kekakuan tulang rusuk
ambulan)
Nyeri dada
pada nyeri
Epligotis
abdomen
Kehamilan ektofik
Perdarahan
Fraktur mayor
pada gastro Asma bronchial
Apendiksitis akut
dengan TTV
Retensi urinary
normal
Perdarahan Akut
Bronkopenemonia
vagina akut
Perdarahan
dengan TTV
gastrointestinal
normal
dengan TTV
Trauma
normal
sedang (non-
Koleksititis
ambulan) Sepsis berat tanpa
Status sakit
Shock
kepala parah Stroke akut
Cedera Pyelonepritis akut
Kanker tanpa
kepala
dengan komplikasi
Obstruksi intestinal
muntah
Overdosis obat
Asma sedang
Infeksi paru Dengan perubahan
dengan status mental
17
penurunan
pernapasan
Muntah yang
terus-
menerus
18
trauma akut Sprain
Migrant
minor, sprain
Otitis media
akut, sakit
eksterna
kepala, sakit Refluk
sedang, aborsi. gastroistetinal
Gejala disminore
Gatroenteritis akut
Vomiting
Gigitan serangga,
ular dan binatang
yang berbisa
Hiperpyrexia
Urtikaria
20
Kategori Makna Konsekuensi Contoh
T2 (II) cedera parah konstan pengamatan dan amputasi minor, fraktur dan
T4 (IV) tidak atau pengamatan dan jika luka berat, kehilangan darah
kemungkinan tidak dikompensasi,
kecil mungkin administrasi penilaian
neurologis
untuk bertahan Analgesic negative
hidup
napas spontan
Memungkinkan setelah
pembersihan
saluran
21
Berdasarkan Oman (2008), pengambilan keputusan triage didasarkan
pada keluhan utama, riwayat medis, dan data objektif yang mencakup keadaan
umum pasien serta hasil pengkajian fisik yang terfokus. Menurut Comprehensive
kebutuhan fisik, tumbuh kembang dan psikososial selain pada factor-faktor yang
penanganan dan pemindahan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang
timbul. Beberapa hal yang mendasari klasifikasi pasien dalam sistem triage
a. Gawat, adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang
Simple Triage and Rapid Treatment (START) adalah metode yang telah
dikembangkan atas pemikiran bahwa Triase harus “akurat”, “cepat”, dan “universal”.
“sirkulasi darah”, dan “tingkat kesadaran” untuk menentukan tindakan dan penting
sekali bagi seluruh anggota medis untuk mampu melakukan Triase dengan metode ini
22
Korban yang nyawanya dalam keadaan kritis dan memerlukan prioritas utama
dalam pengobatan medis diberi kartu merah. Korban yang dapat menunggu untuk
beberapa jam diberi kartu kuning. Sedangkan korban yang dapat berjalan sendiri diberi
kartu hijau. Korban yang telah melampaui kondisi kritis dan kecil kemungkinannya
untuk diselamatkan atau telah meninggal diberi kartu hitam. Dalam kondisi normal,
pasien yang sudah diambang kematian dapat diselamatkan dengan pengobatan yang
serius walaupun kemungkinannya sangat kecil. Para petugas medis yang sudah terbiasa
memberikan pelayanan medis yang maksimal dan pantang menyerah terhadap pasien
dengan kondisi seperti itu,mungkin akan dihinggapi perasaan berdosa saat memberikan
kartu hitam kepada korban. Disinilah letak perbedaan antara pengobatan darurat dengan
prinsip :terbaik untuk satu orang” dan pengobatan bencana dengan prinsip “terbaik
dan pemindahan yng mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul.
Untuk lebih jelasnya, kategori triase dapat kita lihat pada tabel berikut ini :
23
Meninggal
Korban sudah meninggal ataupun
4 atau tidak
Hitam 0 tanda-tanda kehidupannya terus
dapat
menghilang.
diselamatkan
TINGKAT KEAKUTAN
Pemeriksaan fisik rutin (misalnya
KELAS I
1. Nyeri hebat
2. Perdarahan aktif
3. Stupor / mengantuk
4. Disorientasi
5. Gangguan emosi
24
7. Diaforesis yang ekstrem
8. Sianosis
Dalam Triage tidak ada standard nasional baku, namun ada 2 sistem yang
dikenal, yaitu :
tindakan.
1) gagal nafas,
2) cedera torako-abdominal,
Cedera yang dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat :
25
d. Prioritas Ketiga (Hijau) :
Transportation).
mengidentifikasikan korban yang dengan risiko besar akan kematian segera atau
meliputi pengamatan terhadap ventilasi, perfusi, dan status mental. Hal ini untuk
c. mati.
26
4. Penentuan pemberian perawatan kesehatan yang tepat
Proses triage dimulai ketika pasien masuk ke pintu UGD. Perawat triage
penting yaitu, airway (jalan nafas), Breating (pola nafas) dan Circulation
Pengkajian awal dimulai ketika perawat gawat darurat bertemu dengan pasien pertama
kali. Perawat gawat darurat melakukan observasi secara teliti, mendengar bunyi abnormal
(suara nafas) dan berhati-hati terhadap bau yang tidak sesuai. Perawat yang telah
berpengalaman mampu menentukan tindakan yang benar dengan hanya melihat keadaan
pasien secara umum. Namun, dalam beberapa kasus perawat perlu melakukan pengkajian
yang lengkap sebelum dibawa ke ruang tindakan sesuai dengan keadaan pasien.
27
Dimulai dengan perawat memperkenalkan diri dengan pasien. Selama wawancara
singkat, perawat harus mampu mendapatkan data mengenai keluhan dan riwayat penyakit
pasien dibawa keruangan untuk mendapatan pelayanan dan melakukan registrasi secara
pertanyaan terbuka seperti, “apa yang bisa saya bantu atau apa masalah anda hari ini?”. Dari
pertanyaan tersebut kita akan mendapatkan informasi berdasarkan jawaban pasien. Jika
pasien pernah memiliki riwayat masuk rumah sakit sebelumnya, perawat dapat menanyakan
“apa perubahan yang dialami sekarang atau apa yang mnyebabkan kamu datang kembali”.
Jika pasien datang dengan ambulan, banyak informasi yang dapat dari prehospital
(sebelum masuh rumah sakit) tetapi jawaban penting dari pasien bisa ditanyakan ulang untuk
Perawat triage bertanggung jawab untuk menempatan pasien di area pengobatan yang
tepat, misalnya bagian trauma dengan peralatan khusus, bagian jantung dengan monitor
jantung dan tekanan darah atau area pengobatan cepat untuk keluhan minor, seperti sakit
tenggorokan tanpa demam, sakit gigi, atau terkilir. Tanpa memikirkan di mana pasien
pertama kali ditempatkan setelah triage, setiap pasien tersebut harus dikaji ulang oleh
perawat utama sedikitnya selama 60 menit. Untuk pasien yang dikategorikan sebagai pasien
yang “mendesak” atau “gawat darurat”, pengkajian ulang dilakukan setiap 15 menit atau
lebih bila perlu. Setiap pengkajian ulang harus didokumentasikan dalam rekam medis.
Informasi baru tentang kondisi pasien di area pengobatan. Misalnya, kebutuhan untuk
memindahkan pasien yang awalnya berada di area pengobatan minor ke tempat tidur
bermonitor etika pasien tampak mual atau mengalami sesak napas, sinkop, dan diaphoresis.
(Iyer, P, 2004 : 259-260). Pengumpulan data subjektif dan objektif harus dilakukan dengan
28
cepat, tidak lebih dari 5 menit karena pengkajian ini tidak termasuk pengkajian perawat
utama. Perawat triage bertanggung jawab untuk menempatkan pasien di area pengobatan
yang tepat; misalnya bagian trauma dengan peralatan khusus, bagian jantung dengan monitor
jantung dan tekanan darah, dll. Tanpa memikirkan dimana pasien pertama kali ditempatkan
setelah triage, setiap pasien tersebut harus dikaji ulang oleh perawat utama sedikitnya sekali
setiap 60 menit.
Untuk pasien yang dikategorikan sebagai pasien yang mendesak atau gawat darurat,
pengkajian dilakukan setiap 15 menit / lebih bila perlu. Setiap pengkajian ulang harus
keakutan dan lokasi pasien di area pengobatan. Misalnya kebutuhan untuk memindahkan
pasien yang awalnya berada di area pengobatan minor ke tempat tidur bermonitor ketika
pasien tampak mual atau mengalami sesak nafas, sinkop, atau diaforesis. (Iyer, 2004).
Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda - tanda objektif bahwa ia
mengalami gangguan pada airway, breathing, dan circulation, maka pasien ditangani terlebih
dahulu. Pengkajian awal hanya didasarkan atas data objektif dan data subjektif sekunder dari
pihak keluarga. Setelah keadaan pasien membaik, data pengkajian kemudian dilengkapi
dengan data subjektif yang berasal langsung dari pasien (data primer).
2. Diruang triase dilakukan anamnese dan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas)
3. Bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase dapat
29
a. Segera-Immediate (merah). Pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang
diruang tindakan UGD. Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut,
lain.
7. Penderita dengan kategori triase kuning yang memerlukan tindakan medis lebih
lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu giliran setelah pasien
8. Penderita dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan, atau bila
30
9. Penderita kategori triase hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar jenazah.
(Rowles, 2007).
1. Langkah pertama korban yang dapat ditunda. Kenali dan kelompokan para
korban yang masih mampu berjalan. Arahkan mereka ke tempat yang sudah
Biasanya area triage sudah ditentukan, sehingga korban diarahkan ke sana. Jadi
walau mereka masih mampu berjalan jangan biarkan mereka terpencar. Dalam
beberapa keadaan korban dalam kelompok ini dapat dimanfaatkan untuk ikut
mereka yang tidak mampu berjalan. Lakukan secara sistematis, jangan melompat dari
satu korban ke korban lainnya, dan jangan menghabiskan waktu terlalu banyak pada
satu korban. Hal pertama yang dilakukan adalah menilai pernafasan penderita. Buka
jalan nafas dan nilai pernafasannya. Korban yang mampu berjalan dapat
dimanfaatkan untuk ikut membantu mempertahankan jalan nafas pada penderita yang
tidak sadar . bila korban tidak bernafas buka nafas dengan jalan tekan dahi
angkat dagu. Bila tetap tidak bernafas setelah jalan nafas buka maka
Jika ia bernafas hitung berapa kali pernafasannya. Bila mencapai 30 kali atau lebih
dalam satu menit berikan tanda MERAH. Jangan hitung selama 30 detik seperti pada
penilaian penderita tetapi cukup selama 5 atau 10 detik saja. ( Bila menggunakan 5
detik hasilnya dikalikan 12 dan bila menggunakan 10 detik hasilnya kalikan 6 untuk
mendapatkan nilai dalam 1 menit). Bila hasilnya ternyata kurang dari 30 kali
pernafasannya. Bila mencapai 30 kali atau lebih dalam satu menit berikan tanda
31
MERAH. Jangan hitung selama 30 detik seperti pada penilaian penderita tetapi
cukup selama 5 atau 10 detik saja. ( Bila menggunakan 5 detik hasilnya dikalikan 12
dan bila menggunakan 10 detik hasilnya kalikan 6 untuk mendapatkan nilai dalam 1
menit). Bila hasilnya ternyata kurang dari 30 kali permenit lanjutkan ke langkah
ketiga.
menekan di atas kuku ujung jari korban, ujung jari di bawah kuku akan menjadi
pucat. Bila tekanan di lepas maka ujung jari akan menjadi merah kembali. Hitung
berapa lama waktu yang diperlukan untuk menjadi merah, bila ternyata 2 detik atau
lebih berikan warna MERAH bila kurang dari 2 detik maka lanjutkan ke langkah
Metode alternatif yang dapat digunakan khusus pada keadaan ini adalah dengan
memeriksa nadi radialis. Bila tidak ada korban dinyatakan MERAH, bila ada maka
4. Langkah keempat Penilaian mental. Bila penolong mencapai tahap ini maka
berarti korban masih bernafas secara adekuat dan perfusinya masih baik. Pada
langkah keempat ini penolong memeriksa status mental korban. Pemeriksaan ini
perintah sederhana ini berarti bahwa status mental korban dianggap tidak normal.
Korban diberikan label MERAH. Bila ternyata korban masih mampu mengikuti
pada triage ini selesai setelah kita memberikan tanda triage pada korban. Tindakan
rumah sakit lapangan atau daerah triage, yang merupakan area kemana para korban
dibawa sebelum dievakuasi lebih lanjut ke rumah sakit. Di areal inilah penilaian
penderita dilakukan dengan lebih rinci seperti penilaian penderita yang dibahas
dalam buku ini. Bila ada tenaga yang lebih ahli maka disini dapat dilakukan triage
sekunder atau pemilahan tahap 2. Biasanya ini dilakukan oleh tenaga medis
33
34
Triage Lapangan
35
Skema Triage Di RS
36
2.1.10 Dokumentasi Triage
dipertanggungjawabkan.
merupakan suatu hal yang mutlak bagi setiap tenaga keperawatan agar
nasional berperan sebagai alat manajemen resiko bagi perawat UGD. Hal
37
mengkomunikasikan perkembangan pasien kepada tim kesehatan.
Pencatatan, baik dengan computer, catatan naratif, atau lembar alur harus
perawatan yang diberikan, dan melaporkan data penting pada dokter selama
situasi serius. Lebih jauh lagi, catatan tersebut harus menunjukkan bahwa
(Anonimous,2002).
cara terbaik bagi perawat klinis untuk membela diri dari tuntutan hukum
1. Pengkajian
38
darurat untuk dilakukan pada semua pasien, tanpa memperdulikan
warna kulit, ekspresi wajah, postur, aktivitas motorik pada saat pasien
duduk atau dilepas pakaiannya, bau kulit atau bau nafasnya), Dan tingkat
2. Diagnosa
sesuai.
3. Interveni
barang tersebut tersedia dan berfungsi dengan baik sehingga tidak akan
39
4. Implementasi
penyelamatan nyawa dan alat gerak. Perawat yang memiliki kompetensi harus
5. Evaluasi
40
KOMPONEN DOKUMENTASI TRIAGE
Tanggal dan waktu tiba
Umur pasien
Waktu pengkajian
Riwayat alergi
Riwayat pengobatan
Tingkat kegawatan pasien
Tanda - tanda vital
Pertolongan pertama yang diberikan
Pengkajian ulang
Pengkajian nyeri
Keluhan utama
Riwayat keluhan saat ini
Data subjektif dan data objektif
Periode menstruasi terakhir
Imunisasi tetanus terakhir
Pemeriksaan diagnostik
Administrasi pengobatan
Tanda tangan registered nurse
rencana perawatan formal (dalam bentuk tulisan tersendiri). Oleh karena itu,
41
Dalam implementasi perawat gawat darurat harus mampu melakukan
rekam medis menerima pasien yang sifatnya gawat darurat, mendesak, dan
1. S : data subjektif
2. O : data objektif
4. P : rencana keperawatan
fasilitas pengirim
42
A. Kegawatdaruratan
1. Pengertian
resiko yang mengancam kehidupan, terjadi secara mendadak atau tidak dapat
diperkirakan, dan tanpa atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat
rupa sehingga mampu mencegah kematian atau kecacatan yang mungkin terjadi
2. Kasus kegawatdaruratan
Yaitu pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan terancam nyawanya.
Yaitu pasien yang berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat.
Yaitu pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak mengancam nyawa.
43
Contoh kasus : batuk pilek
Yaitu pasien yaitu pasien yang datang ke rumah sakit sudah dalam keadaan
meninggal.
a. Airway
Mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai kontrol
– Suction / hisap
– Guedel airway
b. Breathing
yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi, whezing,
c. Circulation
atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal
44
pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada
tahap lanjut
d. Disability
hanya respon terhadap nyeri atau atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan
mengukur GCS.
e. Eksposure
Environmental control. Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat
dicari semua cidera yang mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang
mengancam nyawa pasien dilakukan dalam tempo waktu yang singkat (kurang dari
45
BAB 3
CONTOH KASUS
SKENARIO 1
menabrak bagian belakang truck yang sedang membawa kayu. Setelah Anda
PASIEN A :
Laki-laki umur 24 tahun, telah di ekstrikasi dari dalam dari dalam mobil.
Pernafasan ada bunyi gargling, darah keluar dari hidung saat ekspirasi,
maksila, gigi banyak yang patah dan ada fraktur klavikula terbuka. Tanda-
GCS 12.
PASIEN B :
dada sebelah kanan serta ada luka selebar 4 cm dan tampak jaringan paru
keluar masuk dari luka tersebut. Tanda-tanda vital : nadi 100 kali/menit,
PASIEN C :
46
Laki-laki umur 40 tahun. Mengeluh nyeri dada, ada nyeri tekan di sternum
dan nampak sesak, bising nafas berkurang pada paru sebelah kiri. Perlukaan,
ada fraktur kostae 3-6 kiri dan fraktur femur kiri terbuka. Tanda-tanda vital :
PASIEN D :
seluruh perut nyeri. Tanda-tanda vital : nadi 105 kali/menit, akral dingin,
PASIEN E :
Hasil pemeriksaan tungkai kanan dingin, pulsasi bagian distal tidak teraba.
47
Dengan menuliskan nomor 1-5 ( 1 prioritas tertinggi dan 5 prioritas
terendah) :
a. Pasien A = 1
b. Pasien B = 3
mengeluh sangat nyeri di daerah perut dan akral terasa dingin, jadi bisa
c. Pasien C = 2
Karena pada saat diperiksa px nampak sangat sesak dan hanya berespon
bila diajak bicara serta bising nafas tidak terdengar pada paru-paru sisi
d. Pasien D = 5
e. Pasien E = 4
48
3) Deskripsi respon pasien terhadap pengobatan
4) Hasil tindakan yang dilakukan untuk mencegah perburukan lebih jauh pada
kondisi pasien
49
50
BAB 4
PENUTUP
A. Kesimpulan
trier bahasa inggris triage dan diturunkan dalam bahasa Indonesia triase
darurat.
B. Saran
51
DAFTAR PUSTAKA
EGC
FK Unud