Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH HYGIENE INDUSTRI

ARGONOMI

OLEH :

RETNO WULANDARI

1513201064

KELAS V B

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES FORT DE KOCK

2016/2017
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat allah SWT yang telah


melimpahkan rahmatnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul ARGONOMI. Makalah ini dibuat dalam rangka
mengikuti mata kuliah Hygiene Industri. Dalam menyelesaikan makalah ini penulis
banyak mendapat bantuan dari buku panduan dan dari beberapa pihak . Untuk itu
pada kesempatan ini perkenalkanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini sehingga berhasil
terutama kepada dosen pembimbing.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak mengandung kekurangan


karena keterbatasan buku pegangan dan ilmu yang penulis miliki. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kepentingan makalah
dimasa mendatang.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga dengan adanya makalah ini dapat


memberikan manfaat kepada pembaca pada umumnya dan khususnya pada penulis
sendiri.

Bukittinggi , Desember 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................

DAFTAR ISI .........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................

1.2 RUMUSAN MASALAH ...........................................................................

1.3 TUJUAN ....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.2 DEFINI ARGONOMI ...............................................................................

2.2 RUANG LINGKUP ARAGONOMI .........................................................

2.3 METODE ARGONOMI ............................................................................

2.4 PENYAKIT-PENYAKIT ARGONOMI .....................................................

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN ..........................................................................................

3.2 SARAN ......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Argonomi didefinisikan sebagai studi tentang aspek - aspek manusia dalam
lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering,
manajemen dan desain perancangan. Atau argonomi dilakukan untuk mencari
kenyamanan dalam bekerja baik secara fisikologis dan psikologis.
Dengan menerapkan ergonomi, tidak hanya menguntungkan pekerja, tetapi
dapat meningkatkan efisiensi, meningkatkan produktifitas, menurunkan waktu
bekerja yang hilang akibat penyakit atau luka dan dapat menurunkan biaya
asuransi.
Pada studi ergonomi, terdapat penyesuaian antara pekerjaan dengan pekerja
sementara yang terjadi pada umumnya, pekerja menyesuaikan dengan pekerjaan.
Ketidaksesuaian inilah yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja, penyakit atau
kelelahan (WHO-EM, 2002). Tindakan pencegahan kelelahan yang dapat
dilakukan adalah merancang tempat kerja termasuk peralatan dan pengukuran
tempat sehingga pekerja tidak mengalami kelelahan, selain itu dapat juga
dilakukan evaluasi pengeluaran energi dalam mencegah stres (Birchfield, 2008).

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan argonomi?
2. Bagaimana ruang lingkup argonomi?
3. Bagaimana metode argonomi?
4. Bagaimana bentuk penyakit akibat argonomi?
5. Bagaimana kasus akibat argonomi?

1.3 TUJUAN
1. Untuk dapat mengetahui apa itu argonomi
2. Untuk dapat mengetahui ruang lingkup argonomi
3. Untuk dapat mengetahui metode argonomi
4. Untuk dapat mengetahui penyakit-penyakit akibat argonomi
5. Untuk mengetahui kasus akibat argonomi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos
(hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek - aspek manusia
dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,
engineering, manajemen dan desain perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan
optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja,
di rumah dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem
dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan
utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya (Nurmianto, 2004).

Ergonomic menurut pusat kesehtan kerja dapertemen kesehatan kerja RI yaitu


ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka.
Upaya ergonomic antara lain berupa menyesesuaikan ukuran tempat kerja dengan
dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban
bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.

Apabila ingin meningkatkan kemampuan manusia untuk melakukan tugas,


maka beberapa hal di sekitar lingkungan alam manusia seperti peralatan, lingkungan
fisik, posisi gerak (kerja) perlu direvisi atau dimodifikasi atau redesain atau didesain
disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia. Dengan kemampuan
tubuh yang meningkat secara optimal, maka tugas kerja yang dapat diselesaikan juga
akan meningkat. Sebaliknya, apabila lingkungan alam sekitar termasuk peralatan
yang tidak sesuai dengan kemampuan alamiah tubuh manusia, maka akan boros
penggunaan energi dalam tubuh, cepat lelah, hasil tidak optimal bahkan
mencelakakan.

Tujuan dari ergonomi ini adalah untuk menciptakan suatu kombinasi yang
paling serasi antara sub sistem peralatan kerja dengan manusia sebagai tenaga kerja.

Tujuan utama ergonomi ada empat (Santoso, 2004; Notoatmodjo, 2003),


yaitu:

1. Memaksimalkan efisiensi karyawan.


2. Memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja.
3. Menganjurkan agar bekerja dengan aman, nyaman dan bersemangat.
4. Memaksimalkan bentuk kerja

Menurut Nurmianto (2004), peranan penerapan ergonomi antara lain :

a. Aktivitas rancang bangun (desain) ataupun rancang ulang (re-desain).


Hal ini dapat meliputi perangkat keras seperti misalnya perkakas kerja
(tools), bangku kerja (benches), platform, kursi, pegangan alat kerja
(workholders), sistem pengendali (controls), alat peraga (displays),
jalan/lorong (access ways), pintu (doors), jendela (windows) dan lain
lain.
b. Desain pekerjaan pada suatu organisasi.
Misalnya : penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian
waktu kerja (shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan dan lain lain.
c. Meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja.
Misalnya : desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan
ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk
alat peraga visual (visual display unit station). Hal itu adalah untuk
mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur kerja, desain suatu
perkakas kerja (handtools) untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu
peletakan instrumen dan sistem pengendalian agar didapat optimasi dalam
proses transfer informasi dan lain lain.

Manfaat pelaksanaan ergonomi adalah sebagai berikut:

a) Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.


b) Menurunnya kecelakaan kerja.
c) Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.
d) Stress akibat kerja berkurang.
e) Produktivitas membaik.
f) Alur kerja bertambah baik.
g) Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.
h) Kepuasan kerja meningkat.

2.2 RUANG LINGKUP ARGONOMI

1. Argonomi fisik
Berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, anthropometri, karakteristik
fisiologi dan biomekanika yang berhungan dengan aktivitas fisik. Topic-topik yang
relevan dalam ergonomic fisik antara lain: posisi tubuh (duduk, bediri), posisi tubuh
saat mengangkat, menjinjing beban.

a. Antropometri dan aplikasinya dalam argonomi.


Antropometri berasal dari kata antropos dan metricos. Antropos berarti
manusia dan metricos berarti ukuran. Antropometri adalah ukuran ukuran tubuh
manusia secara alamiah baik dalam melakukan aktivitas statis (ukuran sebenarnya)
maupun dinamis (disesuaikan dengan pekerjaan). Data antropometri yang berhasil
diperolaeh akan diaplikasikan secara luas antar lain dalam hal :
a) Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dll).
b) Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools)
dan sebagainya.
c) Perancangan produk-produk komsumtif seperti pakaian, kursi/meja
computer dll).
d) Perancangan lingkungan kerja fisik.

Kenyamanan menggunakan alat bergantung pada kesesuaian ukuran alat


dengan ukuran manusia. Jika tidak sesuai, maka dalam jangka waktu tertentu akan
mengakibatkan stress: tubuh antara lain dapat berupa lelah, nyeri, pusing.

b. Pertimbangan desain antropometri dan faktor manusia.


Cara penggunaan antropometri dalam ergonomic fisik adalah dapat digunakan
untuk memperkirakan posisi tubuh yang baik dalam bekerja. Pengukuran dimensi
struktur tubuh yang baik dalam bekerja. Pengukuran diensi struktur tubuh
(pengukuran dalam berbagai posisi standard an tidak bergerak seperti berat tinggi saat
duduk/berdiri, ukuran kepala, tinggi, panjang lutut saat berdiri/duduk, panjang
lengan. Hal ini dilakukan dengan tujuan mencegah terjadinya fatigue/ lkelelahan pada
pekerja pada saat melakukan pekerjaannnya.

c. Pedoman yang mengatur ketinggian landasan kerja pada posisi duduk perlu
pertimbangan sebagai berikut:
a) Pekerjaaqn dilakukan pada waktu yang lama.
b) Jika memeungkinkan menyedakn meja yang dapat diatur turun dan naik.
c) Ketinggian landasan dan tidak memerlukan fleksi tulang belakang yang
berlebihan.
d) Landasan kerja harus memungkinkan lengan menggantung pada posisi
rilks dari bahu, dengan lengan bawah mendekati posoisi horizontal atau
sedikit menurun.

d. Pedoman kerja posisi berdiri


Energy yang dikeluarkan lebih banyak 10%-15% dibandingkan posisi duduk.
Ketinggian landasan kerja posisi berdiri sbb:
a) Pekerjaan dengan ketelitian, tinggi landasan adalah 5-10 cm diatas tinggi
siku berdiri.
b) Pekeraan ringan, tinggi landasan adalah 10-15 cm dibawah tinggi siku
berdiri.
c) Pekerjaan dengan penekanan, tinggi landasan adalah 15-40 cm dibawah
tinggi siku berdiri.

e. Posisi duduk
Berdiri mempunyai keuntungan secara biomekanis dimna tekanan pada tulang
belakang dan pinggang 30% lebih rendah dibandingkan dengan posisi duduk maupun
berdiri terus menerus. Kerja perlu menjangkau sesuatu > 40 cm ke depan atau 15 cm
diatas landasan.

f. Tinjauan umum tentang mengangkut beban


Bermacam-macam cara dalam mengangkut beban yakni denga kepala, bahu,
tangan , punggung dan sebagainya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan
cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang
berlebihan.
Dalam menjinjing beban, beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang
ditetapkan ILO sbb:
a) Laki-laki dewasa 40 kg
b) Wanita dewasa 15-20 kg
c) Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg
d) Wanita (16-18 th) 12-15 kg

g. Metode mengangkat beban


Metode kinetic dari pedoman penanganan harus dipakai yang diadasarka pada
dua prinsip :
a) Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung.
b) Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat
badan.

2. Argonomi kognitif
Secara spesifik membahas tentang hubungan display dan control. Topic-topik
yang relevan dalam ergonomic kognitif antara lain : beban kerja, pengambilan
keputusan, dan stress kerja.
a) Beban kerja
Adalah usaha yang harus dikeluarkan oleh seseorang untuik memenuhi
permintaan dari peerjaan tersebut. Sedangkan kapasitas dapat diukur dari kondisi fisik
maupun mental seseorang. Analisis beban kerja ini banyak digunakan diantaranya
dapat digunakan diantaranya dapat digunakan dalam penentuan kebutuhan pekerja
(man power planning), analisis ergonomic, analisis keselamatan dan kesehatan kerja
hingga ke perencanaan penggajian.

b) Pengambilan keputusan
Merupakan suatu hasil dari atau keluaran dari proses mental atau kogitif
yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan diantara beberapa alternative
yang tersedia. Dalam mengambil suatu keputusan untuk menerima pekerjaan atau
beban kerja, pekerja akan menimbang untung dan ruginya, begitu juga
denganperusahaan. Didalam member keputusan terhadap suatu pekerjan, akan
melihat aspek lainnya.

3. Ergonomic organisasi
Berkaitan dengan optimisi system sosiolenik, termaksud struktur organisasi,
kebijakan dan proses. Juga bisa dilihat mengenai komunikasi di dalam lingkungan
pekerjaan, perancangan waktu kerja, organisasi diperusahaan yang membuat pekerja
merasa nyaman dalam bekerja.

4. Ergonomic lingkungan
Berkaitan dengan pencahayaan, temperatur, kebisingan dan getaran.
a) Pencahayaan, faktor yang perlu diperhatikan yaitu:
kadar cahaya : untuk pekerjaan tertentu diperlukan kadar cahaya
tertentu sebagai penerangan. Pekerjaan yang memerlukan kejelian dan
ketelitian seperti memperbaiki jam tangan menuntut kadar cahaya
yang lebih tinggi.
Distribusi cahaya : pengaturan yang ideal adalah jika cahaya dapat
didistribusikan secara merata pada keseluruhan lapangan visual.
Memberikan cahaya penerangan pada suatu daerah kerja yang lebih
tinggi kadar cahayanya dari pada daerah yang mengelilinginya akan
menimbulkan kelelahan mata setelah jangka waktu tertentu.
Sinar yang menyilaukan : silau menimbulkan peningkaan kesalahan
dalam kerja rnci selama 20 menit. Selain ketegangan mata, silau juga
dapat mengaburkan pandangan.
b) Temperature /suhu
Faktor yang berpengaruh terhadap sushu yaitu sifat kerja yang dilakukan
dan lamanya karyawan mengalami suhu ekstreem itu. Pada pekerjaan mental dan
kognitif subjek yang bekerja dibawah pengaruh suhu tinggi yang berkepanjangan
membuat lebih banyak kesalahan dibandingkan dengan subjek yang berada dibawah
suhu yang lebih rendah. Akan tetapi pada pekerjaan manual biasanya akan lebih
terpengaruh oleh suhu yang sangat dingin, namun bila pekerjaan manual sangat berat,
kebanyakan orang kelihatannya lebih efisien dan lebih nyaman dengan suhu dibawah
suhu yang mana biasanya tugas kognitif biasanya dilaksanakan secara efektif.

2.3 METODE ARGONOMI

Beberapa metode dalam artikel ergonomic dari departemen kesehatan republic


Indonesia , dalam menilai ergonomis atau tidaknya suatu lingkungan kerja yaitu :

a. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi


tempat kerja penilaian fisik kerja, uji pencahayaan, ergonomic checklist dan
pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari
yang sederhana sampai kompleks.
b. Treatment, pemacahan masalah ergonomic akan bergantung data dasar pada
saat diagnosis . kadang sanagt sederhana seperti merubah posisi meubel, letak
pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan
demensi fisik pekerja.
c. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau objektif. Subyektif misalnya
dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan
siku, keletihan, sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan
parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.

2.4 PENYAKIT-PENYAKIT YANG BERKAITAN DENGAN ARGONOMI

Berkaitan dengan argonomi semua pekerja secara kontiniu harus mendapat


supervise medis teratur. Supervise medis yang biasanya dilakukan terhadap
pekerja antara lain:
a. Pemeriksaan sebelum bekerja bertujuan untuk menyesesuaikan dengan beban
kerjanya.
b. Pemeriksaan berkala bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan
pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kalainan.
c. Nasehat harus diberikan tentangb hygiene dan kesehatan, khususnya pada
waniat muda dan yang sudah berumur.

Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi kelelahan. Kelelahan


dapat dibedakan menjadi:

a) Kelelahan fisik : terjadi akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat
dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalu tidak terlalu
berat kelelahan bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.
b) Kelehan yang patologis : kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang
diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.
c) Psikologis dan emotional fatique : kelelahan ini adalah bentuk yang umum.
Kemungkina merupakan sejenis mekanisme melarikan diri dari kenyataan
pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan
mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.

2.5 KASUS ERGONOMI

Masalah ergonomi yang dapat timbul akibat ketidak sesuaian antara pekerja
dan pekerjaannya pada Perajin Kerupuk. Pekerjaan membuat kerupuk menggunakan
bahan baku: tepung tapioka, kanji, bahan tambahan pewarna dan penyedap. Hasil
produksinya berupa kerupuk yang siap dimakan.

Proses dan Posisi Kerja:

1. Pembuatan adonan kerupuk


Tepung tapioka dalam karung seberat 50 kg diangkat berdua dari tempat
penampungan ke tempat pembuatan adonan yang berjarak 2-8 meter.
Bahan baku tersebut diaduk rata secara mekanis selama 3-5 menit atau
secara manual selama 7-10 menit. Selanjutnya adonan tersebut diuleni
kembali secara manual selama 2 menit untuk mendapatkan adonan
homogen.
Posisi kerja : Proses menguleni adonan dilakukan sambil berdiri dengan
meja kerja permanen setinggi 70 cm yang terbuat dari ubin/kayu dan berat
adonan 6-8 kg.
2. Pencetakan
Selanjutnya adoanan yang sudah homogen tersebut dimasukkan ke dalam
pencetak dan dimampatkan secara mekanis atau manual dan didapat
keluaran berupa benang-benang adonan setebal 1 mm dari lobang
pencetak, benang-benang adonan ditampung pada pencetak kerupuk
sambil diputar-putar sehingga didapat bentuk yang bulat.
Posisi kerja : Pekerjaan pencetakan dilakukan sambil duduk di lantai.
3. Pengkukusan
Kerupuk mentah tersebut segera dimatangkan dengan cara pengkukusan
selama 5 10 menit dan setelah matang dipindah satu persatu dengan cara
menjepit dengan jari-jari tangan ke tempat yang lebih besar untuk dijemur
di luar ruangan. Pemindahan ke luar ruangan dilakukan dengan
mengangkat tampah tersebut tinggi-tinggi dengan kedua tangan.
Posisi kerja : Pekerjaan memindahkan kerupuk setelah selesai dikukus
dilakukan pada posisi duduk di lantai / jongkok.
4. Penjemuran
Kerupuk dijemur. Setelah kering ditampung dalam keranjang plastik
dengan berat per keranjang 17-20 kg untuk disimpan sementara menunggu
untuk digoreng.
Posisi kerja : berdiri dengan tempat jemuran (para-para) yang terlalu
rendah.
5. Penggorengan
Kerupuk kering dalam keranjang dipindah ke tempat penggorengan yang
berjarak 10 12 meter. Proses penggorengan kerupuk dilakukan dalam 2
tahap, dengan minyak dingin dilanjutkan dengan minyak panas.
Posisi kerja : Proses penggorengan dilakukan dengan posisi berdiri dengan
2 penggorengan dan tinggi wajan 70 cm; selesai digoreng kerupuk
dikemas dalam kaleng besar. Aliran udara di bagian ini kurang baik.
6. Pengemasan
Posisi kerja : proses pengemasan dalam posisi berdiri membungkuk.

Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun seseorang mempunyai


batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal di bawah ini akan mengurangi kelelahan
yang tidak seharusnya terjadi :

a) Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi harus
memadai dan tidak ada gangguan bising.

b) Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup
saat makan siang.

c) Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor.

d) Tempo kegiatan tidak harus terus menerus.

e) Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan semangat


kerja.

f) Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja

g) Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja

Pemeriksaan kelelahan :

Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti tes pada kelopak
mata dan kecepatan reflek jari dan mata serta kecepatan mendeteksi sinyal, atau
pemeriksaan pada serabut otot secara elektrik dan sebagainya.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Ergonomi menurut pusat kesehtan kerja dapertemen kesehatan kerja RI yaitu


ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka.
Upaya ergonomic antara lain berupa menyesesuaikan ukuran tempat kerja dengan
dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban
bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Tujuan dari ergonomi ini
adalah untuk menciptakan suatu kombinasi yang paling serasi antara sub sistem
peralatan kerja dengan manusia sebagai tenaga kerja.

Ruang lingkup argonomi terdiri dari argonomi fisik, argonomi kognitif,


argonomi organisasi dan argonomi lingkungan. Juga terdapat tiga metode dalam
argonomi yaitu dengan melakukan diagnosis, streatment dan follow-up.

Masalah kesehatan yang sering terjadi dalam argonomi yaitu kelelahan yang
diakibat oleh waktu kerja terus menerus, posisi kerja yang tidak nyaman, kondisi
tempat kerja yang tidak memadai, dan karena faktor lainnya yang mengganggu
kenyaman bekerja..

3.2 SARAN

Sebaiknya dalam melakukan suatu pekerjaan hendaklah kita perhatikan


kenyamanan dalam melakukan pekerjaan tersebut karena kenyaman bekerja akan
berdampak pada kesehatan dan hasil kerja yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unila.ac.id/20681/14/BAB%20II.pdf
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/tugas-ergonomi-3/

Anda mungkin juga menyukai