ARGONOMI
OLEH :
RETNO WULANDARI
1513201064
KELAS V B
2016/2017
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Untuk dapat mengetahui apa itu argonomi
2. Untuk dapat mengetahui ruang lingkup argonomi
3. Untuk dapat mengetahui metode argonomi
4. Untuk dapat mengetahui penyakit-penyakit akibat argonomi
5. Untuk mengetahui kasus akibat argonomi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos
(hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek - aspek manusia
dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,
engineering, manajemen dan desain perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan
optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja,
di rumah dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem
dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan
utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya (Nurmianto, 2004).
Tujuan dari ergonomi ini adalah untuk menciptakan suatu kombinasi yang
paling serasi antara sub sistem peralatan kerja dengan manusia sebagai tenaga kerja.
1. Argonomi fisik
Berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, anthropometri, karakteristik
fisiologi dan biomekanika yang berhungan dengan aktivitas fisik. Topic-topik yang
relevan dalam ergonomic fisik antara lain: posisi tubuh (duduk, bediri), posisi tubuh
saat mengangkat, menjinjing beban.
c. Pedoman yang mengatur ketinggian landasan kerja pada posisi duduk perlu
pertimbangan sebagai berikut:
a) Pekerjaaqn dilakukan pada waktu yang lama.
b) Jika memeungkinkan menyedakn meja yang dapat diatur turun dan naik.
c) Ketinggian landasan dan tidak memerlukan fleksi tulang belakang yang
berlebihan.
d) Landasan kerja harus memungkinkan lengan menggantung pada posisi
rilks dari bahu, dengan lengan bawah mendekati posoisi horizontal atau
sedikit menurun.
e. Posisi duduk
Berdiri mempunyai keuntungan secara biomekanis dimna tekanan pada tulang
belakang dan pinggang 30% lebih rendah dibandingkan dengan posisi duduk maupun
berdiri terus menerus. Kerja perlu menjangkau sesuatu > 40 cm ke depan atau 15 cm
diatas landasan.
2. Argonomi kognitif
Secara spesifik membahas tentang hubungan display dan control. Topic-topik
yang relevan dalam ergonomic kognitif antara lain : beban kerja, pengambilan
keputusan, dan stress kerja.
a) Beban kerja
Adalah usaha yang harus dikeluarkan oleh seseorang untuik memenuhi
permintaan dari peerjaan tersebut. Sedangkan kapasitas dapat diukur dari kondisi fisik
maupun mental seseorang. Analisis beban kerja ini banyak digunakan diantaranya
dapat digunakan diantaranya dapat digunakan dalam penentuan kebutuhan pekerja
(man power planning), analisis ergonomic, analisis keselamatan dan kesehatan kerja
hingga ke perencanaan penggajian.
b) Pengambilan keputusan
Merupakan suatu hasil dari atau keluaran dari proses mental atau kogitif
yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan diantara beberapa alternative
yang tersedia. Dalam mengambil suatu keputusan untuk menerima pekerjaan atau
beban kerja, pekerja akan menimbang untung dan ruginya, begitu juga
denganperusahaan. Didalam member keputusan terhadap suatu pekerjan, akan
melihat aspek lainnya.
3. Ergonomic organisasi
Berkaitan dengan optimisi system sosiolenik, termaksud struktur organisasi,
kebijakan dan proses. Juga bisa dilihat mengenai komunikasi di dalam lingkungan
pekerjaan, perancangan waktu kerja, organisasi diperusahaan yang membuat pekerja
merasa nyaman dalam bekerja.
4. Ergonomic lingkungan
Berkaitan dengan pencahayaan, temperatur, kebisingan dan getaran.
a) Pencahayaan, faktor yang perlu diperhatikan yaitu:
kadar cahaya : untuk pekerjaan tertentu diperlukan kadar cahaya
tertentu sebagai penerangan. Pekerjaan yang memerlukan kejelian dan
ketelitian seperti memperbaiki jam tangan menuntut kadar cahaya
yang lebih tinggi.
Distribusi cahaya : pengaturan yang ideal adalah jika cahaya dapat
didistribusikan secara merata pada keseluruhan lapangan visual.
Memberikan cahaya penerangan pada suatu daerah kerja yang lebih
tinggi kadar cahayanya dari pada daerah yang mengelilinginya akan
menimbulkan kelelahan mata setelah jangka waktu tertentu.
Sinar yang menyilaukan : silau menimbulkan peningkaan kesalahan
dalam kerja rnci selama 20 menit. Selain ketegangan mata, silau juga
dapat mengaburkan pandangan.
b) Temperature /suhu
Faktor yang berpengaruh terhadap sushu yaitu sifat kerja yang dilakukan
dan lamanya karyawan mengalami suhu ekstreem itu. Pada pekerjaan mental dan
kognitif subjek yang bekerja dibawah pengaruh suhu tinggi yang berkepanjangan
membuat lebih banyak kesalahan dibandingkan dengan subjek yang berada dibawah
suhu yang lebih rendah. Akan tetapi pada pekerjaan manual biasanya akan lebih
terpengaruh oleh suhu yang sangat dingin, namun bila pekerjaan manual sangat berat,
kebanyakan orang kelihatannya lebih efisien dan lebih nyaman dengan suhu dibawah
suhu yang mana biasanya tugas kognitif biasanya dilaksanakan secara efektif.
a) Kelelahan fisik : terjadi akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat
dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalu tidak terlalu
berat kelelahan bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.
b) Kelehan yang patologis : kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang
diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.
c) Psikologis dan emotional fatique : kelelahan ini adalah bentuk yang umum.
Kemungkina merupakan sejenis mekanisme melarikan diri dari kenyataan
pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan
mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.
Masalah ergonomi yang dapat timbul akibat ketidak sesuaian antara pekerja
dan pekerjaannya pada Perajin Kerupuk. Pekerjaan membuat kerupuk menggunakan
bahan baku: tepung tapioka, kanji, bahan tambahan pewarna dan penyedap. Hasil
produksinya berupa kerupuk yang siap dimakan.
a) Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi harus
memadai dan tidak ada gangguan bising.
b) Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup
saat makan siang.
Pemeriksaan kelelahan :
Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti tes pada kelopak
mata dan kecepatan reflek jari dan mata serta kecepatan mendeteksi sinyal, atau
pemeriksaan pada serabut otot secara elektrik dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Masalah kesehatan yang sering terjadi dalam argonomi yaitu kelelahan yang
diakibat oleh waktu kerja terus menerus, posisi kerja yang tidak nyaman, kondisi
tempat kerja yang tidak memadai, dan karena faktor lainnya yang mengganggu
kenyaman bekerja..
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unila.ac.id/20681/14/BAB%20II.pdf
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/tugas-ergonomi-3/