Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENCEGAHAN SEKS BEBAS DIKALANGAN REMAJA

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Komunikasi Keperawatan
dosen pengampu: Shella Febrita Puteri Utomo, S. Kep., Ners., M. Kep.

oleh.
Sopian
NIM 302018059

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
BANDUNG
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


SATUAN ACARA PENYULUHAN ..................................................................... 1
A. Satuan Acara Penyuluhan ............................................................................ 1
LAMPIRAN MATERI ........................................................................................... 4
A. Definisi Remaja ............................................................................................ 4
B. Pergaulan Masa Remaja ............................................................................... 4
C. Faktor Penyebab Seks Bebas di Kalangan Remaja ...................................... 5
D. Peran orangtua dalam pencegahan seks bebas remaja ................................. 7
E. Pendekatan spiritual mengatasi pergaulan seks bebas remaja ..................... 8
DAFTAR PUSTAKA

i
SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Satuan Acara Penyuluhan

STIKES
DOKUMEN SATUAN ACARA PENGAJARAN
„AISYIYAH
(SAP)
BANDUNG

JURUSAN : KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI : SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN „AISYIYAH BANDUNG

SATUAN ACARA PENYULUHAN

JUDUL Seks bebas dikalangan remaja

WAKTU Oktober 2019

PERTEMUAN KE 1

WAKTU PERTEMUAN (Jam) 60 Menit

LOKASI PERTEMUAN Desa Tarumajaya Kec. Kertasari Kab. Bandung

SASARAN Remaja dan Orang tua

Peran orangtua dan remaja dalam pencegahan


A. Pokok Bahasan
pergaulan seks bebas dikalangan remaja

Tujuan instruksional umum (TIU) Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan Orangtua


dan Remaja mampu mengetahui peran dalam
pencegahan pergaulan seks bebas dengan
pendekatan spiritual

Tujuan instruksional khusus (TIK) 1. Penekanan angka pergaulan seks bebas


dikalangan remaja
2. Orangtua turut berperan dalam pengawasan
pergaulan anaknya khusunya dikalangan
remaja

1
2

1. Peran orangtua dan remaja dalam pencegahan


seks bebas dikalangan remaja
2. Pencegahan pergaulan seks bebas dikalangan
B. Sub Pokok Bahasan remaja dengan pendektatan spiritual

3. Perubahan psikologis remaja yang melakukan


seks bebas

C. Kegiatan Belajar mengajar Teori, diskusi, dan pre- post test

Tahap Kegiatan

Pembukaan Pre test


1. Pemahaman akan bahaya pergaulan seks
bebas dikalangan remaja
2. Peran orangtua dan remaja dalam pencegahan
Pembahasan / Inti penyampaian
pergaulan seks bebas dikalangan remaja
3. Perubahan psikologis pada remaja yang
pernah melakukan seks bebas

1. Tanya Jawab
Penutup 2. Menyimpulkan materi
3. Post test
1. Mampu menyebutkan peran Orangtua dan
Remaja dalam pencegahan pergaulan seks
Kriteria Penilaian : bebas dikalangan Remaja
2. Mampu mengetahui perubahan psikologis
Pada remaja yang pernah melakukan seks
bebas

Metoda Penilaian Post tes

Dikatakan berhasil apabila orangtua dan


Hasil Penilaian remaja mampu menjawab 8 pertanyaan benar
dari 10 soal.

Kegiatan Audien Menyimak, berdiskusi (tanya jawab), sharing


3

Metoda Pembelajaran Ceramah ,diskusi (tanya jawab), tes tertulis

Media/Alat Bantu Ppt, leflet , lembar soal


LAMPIRAN MATERI

1. Apa definisi remaja?


2. Bagaimana pergaulan masa remaja?
3. Faktor penyebab seks bebas dikalangan remaja?
4. Bagaimana peran orangtua dalam pencegahan seks bebas remaja?
5. Pendekatan spiritual mengatasi pergaulan seks bebas remaja?

A. Definisi Remaja
Kasus yang sering terjadi pada usia remaja ialah soal pergaulan. “Dian”,
seorang pelajar kelas dua SMA misalnya, “ngambek” kepada orang tuanya karena
tidak diijinkan punya teman dekat cowok, jalan-jalan di mal, nonton bareng-
bareng teman dan masih banyak lagi trend. Padahal Dian sudah berusia tujuh
belas tahun. Kasus Dian sepertinya sering dan banyak terjadi. Pada usia remaja,
sering anak beranggapan bahwa orang tua belum memberi kebebasan (remaja
masih dianggap anak kecil, keseharian di atur orang dewasa) sementara di luar
rumah ada alam kebebasan yang mulai banyak digandrungi dan menggoda remaja
untuk mencicipi (meskipun tidak semua remaja melakukannya). (STUDIA. 2005)

B. Pergaulan Masa Remaja


Membicarakan tentang pergaulan bebas sebenarnya sudah muncul dari
dulu, hanya saja sekarang ini terlihat semakin parah dan memprihatinkan.
Pergaulan bebas remaja ini dapat dipicu dengan semakin canggihnya teknologi,
pertukaran budaya, perubahan zaman, juga sekaligus dari faktor ekonomi global.
Menurut Fitriah, dalam pergaulan bebas yang sering dijumpai pada siswa SMA
(termasuk remaja) adalah: pacaran, seks bebas, narkoba dan merokok.(Fitriah,
2008: 25)
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pergaulan bebas:
1. Faktor agama (pemahaman terhadap agama yang kurang) dan iman
(lemahnya iman, sehingga mudah dibujuk rayuan setan).
2. Faktor lingkungan, seperti: orang tua (keluarga yang kurang harmonis),
teman (peer group yang memberi pengaruh negatif)), tetangga (masyarakat

4
5

yang kurang memberi kontrol karena akibat dari individualisme) dan media
(pornografi di media cetak, pornoaksi di tempat-tempat umum atau di media
TV dan internet).
3. Faktor pengetahuan dan pengalaman yang minim dan ditambah rasa ingin
tahu/curiousity yang berlebihan.

C. Faktor Penyebab Seks Bebas di Kalangan Remaja


1. Kualitas Diri Remaja
Terjadinya berbagai aktivitas yang mengarah pada pemuasan seksual
menunjukkan tidak berhasilnya subyek penelitian dalam mengendalikan atau
mengalihkan dorongan tersebut ke kegiatan lain yang sebenarnya masih bisa
dikerjakan. Ketidakmampuan ini yang menunjukkan bahwa subyek penelitian
laki-laki memiliki self-efficacy yang rendah dalam mengendalikan dorongan
seksualnya. Pengendalian diri adalah komponen yang menentukan akan
dilakukan atau tidak dilakukan perilaku seksual berisiko tersebut.
Subyek penelitian menganggap perilaku seksual adalah sesuatu yang
wajar bila dilakukan atas dasar suka sama suka, selama tidak ada pemaksaan
dan tidak ada yang merasa dirugikan. Meskipun mereka menganggap itu
bertentangan dengan aturan yang mereka anut, namun mereka menganggap hal
itu wajar karena sudah banyak orang yang melakukan.
2. Kualitas Keluarga
Kualitas keluarga menjadi salah satu faktor yang menjadi penyebab
terjadinya perilaku seks bebas pada kalangan remaja. Keluarga adalah unit
terkecil dalam suatu masyarakat dimana anak akan bersosialisasi lewat apa
yang ia lihat dan apa yang ia rasakan di dalam keluarga tersebut. Ketika orang
tua tak menjalankan fungsinya dengan baik maka indikasi terjadinya
penyimpangan dalam suatu keluarga akan dapat terjadi. Berdasarkan hasil
penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa orang tua kurang memperhatikan
perilaku anak-anaknya, sehingga kegagalan fungsi Orang tua menjadi salah
satu faktor penyebab perilaku seks pranikah. Peran orang tua informan dalam
memberikan informasi mengenai seks bebas pada sebagian informan yang
orang tuanya turut berperan dalam memberikan informasi seputar seks
bebasnamun ada orang tua informan ikut berperan dalam memberikan
6

informasi tentang seks bebasdan informasi seputar seks bebasyang pernah


diberikan oleh orang tua informan yaitu Hanya sebagian informan yang
memperoleh informasi tentang perilaku seks dari orang tua mereka namum
sebagian besar informan tidak pernah mendapatkan informasitentang seks
bebasdari orang tuanya.
3. Minimnya Kualitas Informasi
Pengetahuan informan terkait dampak dari perilaku seks bebasyaitu
terjangkit virus HIV dan AIDS, kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, hamil
diluar nikah, kematian karena aborsi, memalukan orang tua, berdosa,
kecanduan, dan dikucilkan oleh masyarakat dan respon infroman setelah
mengetahui akibatnya yaitu biasa saja, semakin menjauhi seks bebas, takut,
menghindar, terkejut, dan berupaya mengkampanyekan kepada orang lain agar
tidak melakukan hubungan seks diluar nikah. Perilaku seks yang seharusnya
menurut penuturan informan yaitu dilakukan ketika kedua belah pihak terikat
dalam suatu hubungan yaitu ikatan pernikahan. Pendapat informan tenatnag
orang yang telah melakukan hubungan seks bebasyaitu sangat rugi, merupakan
sebuah kesalahan, berdosa, golongan orang-orang yang bodoh, merupakan hal
yang keliru, perbuatan tercela, orang yang tidak bisa menahan hawa nafsunya,
merasa kasihan, dan imagenya akan jelek dimata masyarakat. Informan dalam
penelitian mulai berpacaran duduk di bangku SMP, SMA, dan pada saat duduk
dibangku perkuliahan dengan alasan seperti ingin tahu bagaimana rasanya
mempunya teman dekat perempuan, hanya sekedar cari perhatian, karena
merasa sudah dewasa, ingin mengenal lawan jenis dan karena rasa saling
sayang menyayangi.
4. Kualitas Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kualitas
lingkurangan yang kurang sehat, seperti lingkungan masyarakat yang
mengalami kesenjangan komunikasi antar tetangga. Yang menjadi penyebab
informan tidak pernah mendapatkan informasi tentang seks dari orang tuanya
yaitu Sebagaian besar dalam keluarga informan membicarakan masalah seks di
anggap hal yang tidak wajar namum sebagian dalam keluarga informa
merupakan hal yang wajar membicarakan masalah seks. Informasi yang
7

diperoleh dari hasil wawancara mengenai lingkungan keluarga yang


memberikan informasi tentang seks bebasyaitu : memberikan dampak bisa
terkena penyakit kanker dan HIV AIDS, melarang supaya tidak pacaran, tidak
boleh bergaul dengan sembarang orang karena berbahaya, melarang melakukan
hubungan seks sebelum ada ikatan pernikahan, tidak pernah kerena kurang
komunikasi. Dalam penelitian ini peneliti coba mengungkap bahwa kondisi
lingkungan yang tidak sehat seperti kurangmya komunikasi antar tengga juga
akan menyebabkan minimnya pengawasan orang tua terhadap anak mereka
sehingga remaja bisa dekat perilaku menyimpang seperti kenakalan remaja
bahkan seks bebas dari remaja.

D. Peran orangtua dalam pencegahan seks bebas remaja


Memberikan pegetahuan seks pada anak usia remaja dimulai dari orang
tua karena orang tua merupakan pendidik seksualitas utama. Dengan kesadaran ini
maka rumah menjadi sumber kesinambungan dalam memberikan pengetahuan
seks pada anak remaja. Orang tua harus memiliki kerjasama yang baik untuk
pencapaian tujuan. Menurut hasil penelitian, kurangnya perhatian dan lemahnya
pengetahuan seks yang diberikan orang tua mengakibatkan prilaku seks pranikah
pada anak usia remaja. Sebagian besar orang tua beranggapan prilaku seks
bukanlah hal yang mengancam saat anak mereka masih berusia remaja. Menurut
para orang tua prilaku buruk yang muncul karena emosi yang tidak stabil, dan
gampang terpengaruh lingkungan seperti misalnya anak mulai saling pukul
dengan teman sebaya, belajar mengendarai motor dan ugal-ugalan dijalan, minum
minuman keras, melakukan tindakan kriminal seperti mencuri, memakai obat-obat
terlarang merupakan yang lebih mengkhawatirkan dari pada prilaku seks. Peneliti
juga menemukan hampir semua orang tua menganggap tabu memberikan
informasi pengetahuan seks pada anak usia remaja. Selain itu, dari hasil penelitian
kebanyakan orang tua tidak ingin memberikan pengetahuan seks pada anak usia
remaja karena takut salah dalam memberikan informasi sehingga orang tua
cenderung menyerahkan tanggung jawab dalam memberikan pengetahuan seks
remaja pada pihak sekolah atau organisasi remaja yang ada. Beberapa orang tua
juga mengakui ada rasa enggan dan malu untuk mendiskusikan masalah seks
dengan anak, ditambah lagi anak-anak remaja yang kerap kali menghindar ketika
8

orang tua mengajak anak untuk berdiskusi apalagi jika sudah membahas masalah
seks bebas. Hal ini membuat orang tua hanya sebatas memberikan nasehat pada
anak remaja.

E. Pendekatan spiritual mengatasi pergaulan seks bebas remaja


Remaja muslim sudah diberikan pemahaman agama sejak dini, mereka
akan bisa membentengi diri mereka dari pergaulan bebas yang merupakan
dampak kurangnya perhatian orangtua terhadap pendidikan remaja, minimnya
pendidikan dikalangan remaja yang mengakibatkan mereka terjerumus dalam
pergaulan bebas, karena disini remaja hanya bisa menerima pengaruh dan kurang
mengetahui dampak ataupun akibat terhadap dirinya sendiri, dan pengaruh lain
juga dikalangan remaja yang saat ini marak adalah akibat eksploitasi media
massa. Usia remaja seharusnya dijadikan saat yang tepat mengukir prestasi di
berbagai bidang pengetahuan baik ilmu pengetahuan umum maupun ilmu
pengetahuan agama, sehingga dapat menghantarkannya untuk menuju masa depan
yang lebih cerah, dan dapat memberikan kontribusi yang besar untuk agama
maupun negara. Menyampaikan pesan-pesan agama seorang da‟i harus bisa
mengetahui 3 teknik komunikasi yang sesuai dengan para remaja, sehingga pesan
yang disampaikan oleh da‟i bisa diterima dan dipahami oleh remaja
DAFTAR PUSTAKA

STUDIA Edisi 257/Tahun ke-6 (15 Agustus 2005). “Usia Remaja Kudu Bebas?”
Diunduh dari internet

Fitriah, N. 2008. “Hubungan Pendidikan Agama Islam dengan Pola pergaulan


Bebas Siswa SMU Kelas XI di SMU PGRI Mejobo Kudus Tahun Pelajaran
2007/2008”. Skripsi (tidak diterbitkan) STAIN Kudus

https://media.neliti.com/media/publications/94315-ID-peran-orang-tua-dalam-
menginformasikan-p.pdf

http://repository.uinsu.ac.id/4009/1/skripsi.pdf

Anda mungkin juga menyukai